Sie sind auf Seite 1von 15

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ir. Ketut Sukiyono, M.Ec Ir. Agus Purwoko, M.Sc
NIP. 19621011 198702 1 003 NIP.19590808 198601 1 001

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA TANI JAGUNG


(Zea mays L) DI KECAMATAN BUNGA MAS KABUPATEN
BENGKULU SELATAN

THE ANALYSIS OF INCOME AND EFFICIENCY CORN FARMING


(Zea mays L) IN BUNGA MAS SUBDISTRICT OF SOUTH BENGKULU

Constantine Sitorus, Ketut Sukiyono dan Agus Purwoko


Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
constantine.sitorus@gmail.com
ABSTRACT

This study aims To calculate the amount of farm income and assess the efficiency level of corn
farming In Bunga Mas Subdistrict South Bengkulu Regency. The population in this research is corn
farmer who owns corn field in Bunga Mas Subdistrict of South Bengkulu Regency amounting to 312
farmers. The sample in this research is the village which has the biggest corn farmer which is 90
farmers. For data reception calculated mathematically. The results of this study, average variable cost
in corn farming In Kecamatan Bunga Mas is Rp. 10.498.631 and fixed fee Rp 4.676.650, Average
income of corn entrepreneurs In Bunga Mas District is Rp. 31,863,014 per hectare once planting
season, Average income of maize business is Rp. 16.687.733, Efficiency of maize farming in
Kecamatan Bunga Mas is 2.16. The value of business efficiency 2.09 means that every Rp 2,090 costs
incurred by corn entrepreneurs it will provide revenue of Rp. 2,090 for the corn businessman.

Keyword : Analysis, Income, revenue, efficiency, Corn Farming

PENDAHULUAN

Salah satu sektor pertanian yang cukup strategis adalah sub-sektor tanaman pangan.
Sub-sektor ini semakin signifikan posisinya manakala dikaitkan dengan isu ketahanan
pangan baik pada skala rumah tangga maupun wilayah. Ketersediaan pangan yang cukup
dan disertai kemudahan masyarakat untuk mengaksesnya akan menjamin terwujudnya
upaya pencapaian dan peningkatan ketahanan pangan.
Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, dimana sebagian besar penduduknya hidup
dan masih tergantung pada sector pertanian. Pembangunan Nasional dewasa ini
diprioritaskan pada bidang perekonomian sehingga tidak mengherankan apabila
pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam rangka peningkatan hasil
1
produksi pertanian. Pembangunan di bidang pertanian mutlak dilakukan, mengingat
sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan dengan pekerjaan utamanya bertani. Karena
itu wajarlah jika pembangunan lebih banyak diarahkan untuk memperbaiki kehidupan
masyarakat di daerah pedesaan karena petani merupakan golongan berpendapatan rendah.
Di Indonesia, kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan
dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak
Berdasarkan hasil permodelan besarnya permintaan jagung yang tersedia untuk konsumsi
rumah tangga pada tahun 2015 diproyeksikan sebesar 1,33 kg/kapita/tahun atau menurun
sebesar 14,74% dibandingkan tahun 2014. Pada tahun 2016 dan 2017 proyeksi permintaan
jagung untuk konsumsi rumah tangga masing-masing sebesar 1,22 kg/kapita/tahun dan
1,10 kg/kapita/tahun, sehingga total kebutuhan jagung untuk konsumsi langsung pada
tahun 2015, 2016 dan 2017 masing-masing diramalkan sebesar 339,76 ribu ton, 315,62 ribu
ton dan 288,08 ribu ton. Diramalkan terjadi peningkatan produksi jagung pada tahun 2016
sampai 2019, dipekirakan surplus jagung akan semakin menurun karena laju kebutuhan
jagung untuk pakan lebih tinggi dari laju peningkatan produksi. Pada tahun 2016 produksi
jagung diperkirakan masih surplus sebesar 2,48 juta ton, tahun 2017 surplus produksi jagung
turun menjadi 1,90 juta ton, tahun 2018 kembali turun menjadi 1,16 juta ton dan tahun 2019
surplus produksi jagung hanya sekitar 308 ribu ton (Kementrian Pertanian, 2015).
Dengan adanya kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ke tahun perlu
adanya upaya peningkatan produksi melalui sumberdaya manusia dan sumberdaya alam,
ketersediaan lahan, potensi hasil dan teknologi. Berikut data konsumsi jagung di Indonesia
dalam kurun waktu 3 tahun:

Tabel 1 Data Produksi dan Konsumsi Jagung di Bengkulu dan Indonesia Tahun 2013- 2015
Tahun Produksi Jagung Di Produksi Jagung di Produksi Jagung di
Indonesia Provinsi Bengkulu Kabupaten Bengkulu
Selatan
(Ton) (Ton) (Ton)
2013 18.517.253 93.988 10.594
2014 19.008.426 72.756 14.918
2015 19.611.704 52.785 8.273
Sumber data : Badan Pusat Statistik (2016)

Pada tahun 2010 Indonesia mampu memproduksi jagung sebesar 18.327.636. Tahun 2011
mengalami penurunan menjadi 17.643.250 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan pula
hingga mencapai 19.387.022. Namun untuk 2013 Indonesia mengalami penurunan produksi
lagi hingga mencapai angka 18.510.435 sedangkan pada tahun 2014 Indonesia mampu

2
memproduksi jagung sebesar 19.008.426 dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2015
sebesar 19.611.704 (BPS Indonesia, 2016).
Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait
dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga bisa diolah
menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Jagung merupakan salah satu komoditi tanaman pangan utama yang banyak diusahakan
oleh sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk di Propinsi Bengkulu. Pada tataran
Propinsi Bengkulu, beberapa kabupaten memprogramkan daerahnya menjadi sentra
produksi jagung.
Di Provinsi Bengkulu Produksi jagung tahun 2015 diperkirakan sebanyak 52.785 ton
jagung pipilan kering, turun sebanyak 19.971 ton atau -27,45 persen dibanding tahun 2014
yang mencapai 72.756 ton. Penurunan produksi disebabkan turunnya luas panen sebesar
5.506 hektar dari 15.643 ha menjadi 10.137 ha atau turun 35,20 persen walaupun
prodktivitas naik 5,56 ku/ha dari 46,51 ku/ha menjadi 52,07 ku/ha atau naik 11,96 persen
(BPS Provinsi Bengkulu, 2016).
Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu
yang terkenal dengan produksi jagung, Pada tahun 2014 produksi jagung mencapai 14.918
ton jagung namun pada tahun 2015 mengalami menurunan menjadi 8.273 ton jagung. (BPS
Provinsi Bengkulu, 2016) Sedangkan Luas panen tanaman jagung pada tahun 2015 tercatat
paling luas yaitu seluas 3.440 Hektar dengan produksi 15.835 ton jagung pipilan kering
(http://kabupaten-bengkulu-selatan. blogspot. co.id /2012 /01/ pertanian -tanaman-
pangan-luas-panen. html).
Sistem usaha tani jagung sudah memasuki sistem industrial, di mana sekitar 60%
kebutuhan jagung digunakan untuk industri pakan dan makanan, dan sekitar 60% dari total
biaya tunai usaha tani jagung digunakan untuk pembelian sarana produksi dan sewa alat
pertanian. Akan tetapi, usaha tani jagung masih tetap dikelola oleh petani kecil (Kasyrono et
al, 2015).
Desa Gundosali Dan Desa Tanjung Aur memiliki potensi pada komoditas
jagungnya, sehingga pengembangan usaha tani tanaman ini perlu terus ditingkatkan
agar usaha tani menjadi lebih efisien. Saat ini skala usaha tiap usaha tani masih kecil,
sehingga diperlukan berbagai upaya agar usaha tani jagung lebih efesien dan lebih berhasil.
Keberhasilan petani dalam berusaha tani jagung dapat dilihat dari besar kecilnya
pendapatan jagung. Dengan mengetahui biaya yang digunakan dan besarnya penerimaan
oleh usaha tani jagung, petani dapat mengukur tingkat pendapatan petani secara
finansial. Hal ini menunjukkan pentingnya untuk mengkaji Pendapatan Usaha tani Jagung.

3
Dari latar belakang inilah penulis tertarik meneliti Analisis Pendapatan Usaha tani Jagung
(Zea mays L) Di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan. Berdasarkan latar
belakang di atas pertanyaan penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah : (a) Berapa
besar pendapatan yang diperoleh petani Jagung Di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten
Bengkulu Selatan? (b) Apakah usaha tani Jagung Di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten
Bengkulu Selatan efisien untuk diusahakan?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :
(a) Untuk menghitung besarnya pendapatan usaha tani Jagung Di Kecamatan Bunga Mas
Kabupaten Bengkulu Selatan, (b) Untuk mengkaji tingkat efisiensi usaha tani Jagung Di
Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan Di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan.
Tempat penelitian ini ditentukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa daerah ini
merupakan salah satu penghasil Jagung di wilayah Bengkulu Selatan, sehingga dianggap
representative terhadap keseluruhan populasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan
November 2016

Metode Penentuan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah petani jagung yang memiliki lahan jagung di
Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan. Berdasarakan data yang diperoleh dari
Kecamatan Bunga Mas, jumlah petani jagung di Kecamatan Bunga Mas adalah 312 Petani.
Penentuan lokasi sampel penelitian ini dipilih secara purposive (sengaja). Penentuan sampel
penelitian berdasarkan sensus sampling yaitu semua petani dijadika sampel. Sampel dalam
penelitian ini adalah desa yang memiliki petani jagung yang terbanyak di Kecamatan Bunga
Mas Kabupaten Bengkulu Selatan. Adapun jumlah petani jagung terbanyak ada di desa
Gundosali dengan jumlah 44 petani dan desa Tanjung Aur sebanyak 46 petani jagung dan
total petani jagung yang diteliti adalah 90 petani.

Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu : (a)
Observasi; Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan untuk
mengetahui kondisi wilayah Di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan, (b)
Kuesioner dan wawancara; Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab sesuai

4
dengan daftar pertanyaan pada kuesioner kepada responden, yaitu para pengusaha tani
jagung Di Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan, (c) Studi Pustaka, Metode
ini dengan melakukan penelusuran berbagai buku dan referensi yang terdapat relevansi
dengan penelitian yang dilakukan

Analisis Data
Untuk mengetahui besarnya pendapatan usaha tani Jagung digunakan rumus
pendapatan menurut Soekartawi (2005)
PD = TR – TC
Dimana ;
TR = Harga Jagung
TC = FC + VC
Keterangan;
PD = Pendapatan Usaha tani jagung
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
FC= Full Cost ( Biaya Tetap)
VC= Variabel Cost (Biaya Tidak Tetap)
Untuk mengetahui apakah usaha tani Jagung layak untuk diusahakan, maka
digunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2005)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
R/C =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡

Keterangan : TR = Penerimaan total usaha tani jagung (Rp)


TC = Total biaya yang dikeluarkan usaha tani jagung (Rp)
Dengan kriteria;
Jika R/C > 1 maka usaha tani Jagung layak diusahakan
Jika R/C < 1 maka usaha tani Jagung tidak layak diusahakan
JIka R/C = 1 maka usaha tani Jagung impas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteritik Usaha tani jagung


Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha jagung yang masih aktif dalam
menjalankan usaha penanaman jagung Di Kecamatan Bunga Mas. Untuk lebih jelasnya
tentang karateristik responden dalam penelitian ini dilihat pada Tabel berikut .

5
Tabel 5.1. Karateristik responden pengusaha jagung
No Uraian Rentang Jumlah Persentasi Rata-
(Orang) (%) Rata
1. Umur (Tahun) < 35 15 17% 6,00
36 – 40 25 28% 3,60
41 – 45 33 37% 2,73
>45 17 19% 5,29
2. Tingkat Pendidkan
SD 10 11% 9,00
SMP 20 22% 4,50
SMA 60 67% 1,50
3. Pengalaman Usaha tani jagung (Tahun)
<10 –15 35 39% 2,60
16 – 20 30 33% 3,00
21 –>25 25 28% 3,60

Umur
Adapun jumlah pengusaha jagung di kecamatan bunga mas, berdasarkan usia
didominasi pengusaha jagung dengan usia 41 – 45 yaitu 33 orang atau 37% pengusaha
jagung di kecamatan Bunga Mas berada pada usia 41 – 45. Data ini menunjukkan bahwa,
semua petani jagung Di Kecamatan Bunga Mas bekerja pada usia produktif. Seseorang
dianggap memiliki kondisi fisik yang prima dan mempunyai tenaga yang luar biasa bila
dibandingkan dengan usia dibawah atau diatas usia produktif.
Tingkat Pendidikan
Usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga Mas yang tamat SD ada 10 (27%) orang,
sedangkan responden yang paling dominan adalah tamatan SMA sebanyak 60 orang
(51%). Data ini menunjukan pelaku usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga Mas sudah
dominan memiliki tingkat pendidikan SMA, kesadaran pelaku usaha tani jagung akan
pendidikan sudah terlihat baik. Tingkat pendidikan yang ditempuh sebenarnya tidak
memberikan pengaruh yang cukup besar pada usaha usaha tani jagung karena walaupun
produsen jagung hanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah tetapi jika memiliki
pengalaman usaha yang baik dapat berpengaruh pada kelangsungan usaha usaha tani
jagung.
Pengalaman Usaha tani jagung.
Berdasarkan hasil penelitian, dengan Pengusaha jagung Di Kecamatan Bunga Mas
mempunyai pengalaman usaha tani jagung antara <10 – 15 tahun sebanyak 35 orang
(39%), pengalaman usaha tani jagung antara 16 – 20 tahun sebanyak 30 (33%) orang dan
pengalaman mengolah jagung antara 21 – >25 tahun sebanyak 25 orang (28). Dari data ini
dapat dilihat pengalaman usaha tani paling dominan <10 – 15 tahun sebanyak 35 orang.

6
Dilihat dari frekuensi pengalaman Usaha tani jagung lebih dari 10 tahun. Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa Usaha tani jagung bisa dibilang menjanjikan
dan menguntungkan.
Jumlah Tenaga Kerja
Industri dapat digolongkan berdasarkan jumlah tenaga kerja, Dari penelitian ini dapat
di lihat bahwa jumlah tenaga kerja usaha tani jagung sebanyak 2 orang dan berasal dari
tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja keluarga
yang akan digunakan dalam usaha usaha tani jagung. Yaitu Ibu sebagai pelaku usaha
pengeringan jagung sedangkan anak membantu dalam proses pengolahan jagung dari
penjemuran sampai dengan pemilahan untuk pengasingan jenis jagung.

Biaya Usaha
Biaya adalah sesuatu yang dikeluarkan dalam melakukan dan memproduksi suatu
barang ataupun jasa. Biaya usaha tani jagung terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.
Biaya Variabel
Biaya variabel yang dikeluarkan selama satu musim tanam per hektar dalam usaha
ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini

Tabel 2. Biaya Variabel Usaha tani Jagung Di Kecamatan Bunga Mas (Rp/Ha/MT)
Jenis Biaya Rata Rata Biaya (Rp/Ha/MT) Persentase
(%)
Bibit 1.375.587 13
Pupuk 2.196.321 21
Herbisida 422.113 4
Tenaga Kerja 6.201.803 59
Biaya Variabel 10.498.631 100
Sumber: Data primer diolah; (2016)

Rata rata biaya variabel adalah biaya yang besar maupun kecilnya dapat
mempengaruhi produksi yang dihasilkan dinyatakan dengan satuan (Rp/Ha/MT). Biaya
variabel meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Pembelian bibit per hektar
sekali musim tanam rata-rata usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga Mas mengeluarkan
dana sebesar Rp. 1.375.587 per hektar, biaya ini 13% dari total biaya variabel yang harus
dikeluarkan oleh petani yang berusaha padi di Kecamatan Bunga Mas. Pembelian pupuk
per hektar sekali musim tanam rata-rata usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga Mas
mengeluarkan dana sebesar Rp. 2.196.321 per hektar, biaya ini 21% dari total biaya
variabel yang harus dikeluarkan oleh petani yang berusaha padi di Kecamatan Bunga Mas.
Pembelian Herbisida per hektar sekali musim tanam rata-rata usaha tani jagung Di
Kecamatan Bunga Mas mengeluarkan dana sebesar Rp. 422.113 per hektar, biaya ini 4 %
7
dari total biaya variabel yang harus dikeluarkan oleh petani yang berusaha padi di
Kecamatan Bunga mas sedangkan Rata-rata upah yang harus dikeluarkan per hektar sekali
musim tanam adalah adalah sebesar Rp. 6.201.803 biaya ini 59% dari total biaya variabel
yang harus dikeluarkan oleh petani yang berusaha padi di Kecamatan Bunga Mas.

Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak bergantung pada perubahan
jumlah produksi, misalnya biaya penyusutan peralatan. Biaya tetap dalam usaha usaha tani
jagung meliputi biaya penyusutan peralatan. Rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh
produsen jagung adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Biaya Tetap Usaha Jagung dan di Di Kecamatan Bunga Mas (Rp/minggu).
Jenis Peralatan Rata –Rata Biaya(Rp/Ha/MT) Persentase (%)
Biaya Lahan 1.119.939 24
Penyusutan 302.807 6
Pemasaran 3.253.904 70
Total 4.676.650 100
Sumber: Data primer diolah; (2016)

Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan harus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit yang dinyatakan dengan satuan Rp/minggu.
Biaya tetap Usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga Mas terdiri dari biaya lahan,
penyusutan dan pemasaran
Rata-rata biaya biaya lahan yang dikeluarkan oleh petani yang berusaha padi di
Kecamatan Bunga Mas dapat dilihat pada tabel diatas, Rata Rata biaya tetap yang
dikeluarkan oleh Usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga Mas sebesar Rp. 1.119.939
Rp/Ha/MT, biaya ini 24% dari total biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh petani yang
berusaha padi di Kecamatan Bunga Mas. Rata-rata biaya penyusutan yang digunakan oleh
petani pemilik penggarap dan petani penyakap dapat dilihat pada Tabel diatas. Nilai
Penyusutan peralatan merupakan nilai yang terdapat pada keseluruhan peralatan dengan
melihat jumlah barang, harga awal, dan lama pemakaian. Sedangkan rata rata biaya tetap
yang dikeluarkan oleh Usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga Mas sebesar Rp. 302.807
Rp/Ha/MT, biaya ini 6% dari total biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh petani yang
berusaha padi di Kecamatan Bunga Mas. Kemudian rata-rata biaya pemasaran yang
digunakan oleh petani pemilik penggarap dan petani penyakap dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Rata Rata biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh Usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga
Mas sebesar Rp. 3.253.904/Ha/MT, biaya ini 70% dari total biaya tetap yang harus
dikeluarkan oleh petani yang berusaha padi di Kecamatan Bunga Mas.
8
Total Biaya
Total biaya tetap merupakan penjumlahan dari seluruh nilai penyusutan akibat
penggunaan seluruh peralatan dalam usaha tani jagung. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa jumlah Rata-rata biaya yang dikeluarkan dari usaha pengeringan jagung Di
Kecamatan Bunga Mas adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Biaya Usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga Mas


Jenis Biaya Rata Rata Biaya (Rp/Minggu) Persentase( %)
Rata-rata Variabel 10.498.631 69
Rata-rata Tetap 4.676.650 31
Biaya 15.175.281 100
Sumber : Data primer diolah; (2016)

Rata rata biaya variabel pada usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga Mas adalah Rp.
10.498.631., adapun biaya variabel pada penelitian ini adalah pembelian bibit jagung dan
upah tenaga kerja. Total biaya tetap pada penelitian ini berjumlah Rp. 4.676.650. Kemudian
Rata rata biaya keseluruhan pada penelitian ini adalah Rp. 15.175.281/ha/Mt
Jika dibandingkan dari penelitian yang dilakukan oleh Sidabutar (2010), yang
dilakukan Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara, dengan
judul penelitian Analisis Usaha tani Jagung (Zea Mays) Di Kecamatan Simanindo
Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara, dengan total biaya satu kali musim tanam,
yaitu rata-rata Rp. 7.392.214/ha. Hal ini menunjukan usaha tani Di Kecamatan Bunga Mas
mengeluarkan biaya lebih besar yaitu sebesar Rp. 8.558.842/ha dibanding dengan usaha tani
jagung di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara
Kemudian dijika dibanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Togatorop (2010)
Di Desa Tambahrejo dan Desa Tambahselo, biaya usaha tani jagung sebesar
Rp.1.175.355/ha/mt, Sedangkan penelitian yang dilakukan Komala (2008) di Desa Beketel
Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah menghasilkan biaya usaha tani
jagung sebesar Rp.8.031.007,46/ha/mt. Selanjutnya Nedi (2013) yang melakukan penelitian
di Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah menghasilkan biaya usaha tani jagung
sebesar Rp.1.891.875/ha/mt. Kemudian Panjaitan (2013) yang melakukan penelitian di Desa
Kuala Kecamatan Tigabinanga menghasilkan biaya usaha tani jagung sebesar
Rp.1.513.197.460 /ha/mt

Penerimaan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Di Kecamatan Bunga Mas dari jagung
yang dibeli oleh pengusaha menghasilkan berbagai jenis jagung yang di hasilkan yaitu
jagung kase, jagung teri, udang merah dan Jagung jenis lainnya. Sedangkan Jagung jenis

9
lainnya merupakan jagung yang tidak dikonsumsi oleh manusia dan hanya dijual sebagai
pakan ternak, sehingga nilai jualnya rendah. Nilai jual jagung yang paling tinggi adalah
jagung jenis udang merah, hanya saja produksinya kecil, karena jenis jagung ini tergantung
pada musim, dan jumlah jagung yang relatif kecil.
Total penjualan yang diterima merupakan hasil dari jumlah jagung yang dijual
dikalikan dengan harga jual. adapun total penerimaan usaha tani jagung Di Kecamatan
Bunga Mas, dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 5. Penerimaan Usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga Mas (Rp/minggu).


Penerimaan Usaha tani Rata rata Penerimaan Penerimaan Usaha tani
(Rp/Ha/MT)
Total Produksi
16.953
Harga Jual Jagung Pipilan
3.529
Penerimaan 31.863.014
Sumber: Data primer diolah; (2016)

Rata rata penerimaan yang diterima dari usaha jagung perminggu ditentukan oleh
jumlah jagung yang diproduksi dan dijual, dikali dengan harga penjualan jagung.
Berdasarkan dari hitungan terlihat Rata rata penerimaan pengusaha jagung Di Kecamatan
Bunga Mas adalah sebesar Rp. 31.863.014/ha/musim tanam.
Jika dibandingkan dari penelitian yang dilakukan oleh Sidabutar (2010), yang dilakukan
Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara, dengan judul
penelitian Analisis Usaha tani Jagung (Zea Mays) Di Kecamatan Simanindo Kabupaten
Samosir Provinsi Sumatera Utara. Penerimaan usaha tani jagung didaerah ini, yaitu rata-rata
Rp. 11.726.867 kg/ha/musim tanam. Berdasarkan rata-rata pendapatan didaerah ini jika
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan peneliti penerimaan dilokasi peneliti yaitu
Di Kecamatan Bunga Mas jauh lebih tinggi yaitu Rp. 18.540.868/ha/mt bila dibandingkan
dengan kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara.
Jika dibanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Togatorop (2010) Di Desa
Tambahrejo dan Desa Tambahselo penerimaan usaha tani sebesar Rp. 3.299.100 /ha/mt.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Komala (2008) di Desa Beketel Kecamatan Kayen
Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah menghasilkan penerimaan usaha tani sebesar Rp.
13.835.127,39 /ha/mt. Selanjutnya Nedi (2013) yang melakukan penelitian di Kabupaten
Grobogan Provinsi Jawa Tengah menghasilkan penerimaan usaha tani sebesar Rp.
9.200.000/ha/mt. Kemudian Panjaitan (2013) yang melakukan penelitian di Desa Kuala
Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo menghasilkan penerimaan usaha tani sebesar Rp.
2.709.525.000 /ha/mt.

10
Pendapatan dan efesiensi Usaha
Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan jagung dikurangi dengan total biaya
yang dikeluarkan dalam proses produksi jagung. Total biaya produksi rata-rata dalam
pengolahan jagung terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel yaitu rata-rata
pembelian jagung segar, dan rata rata biaya tenaga kerja sedangkan biaya tetap adalah
biaya penyusutan peralatan. Penerimaan dihitung dari jumlah produksi olahan dikali
dengan harga jual, setelah itu baru diketahui berapa jumlah pendapatan usaha pengolahan
pengeringan jagung tersebut.
Apabila penerimaan lebih besar dari total biaya produksi maka dikatakan usaha
memperoleh pendapatan. Sebaliknya apabila total biaya lebih besar dibandingkan
penerimaan maka usaha pengolahan jagung mengalami kerugian. Pendapatan, penerimaan
dan biaya produksi yang dikeluarkan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6 Pendapatan Pengusaha Jagung di Di Kecamatan Bunga Mas (Rp/Ha/MT)


Uraian Pendapatan
(Rp/Ha/MT)
Penerimaan (TR) 31.863.014
Total Biaya (TC) 15.175.281
Pendapatan Bersih 16.687.733
Efesiensi 2.09
Sumber: Data primer diolah; (2016).

Rata rata pendapatan yang diterima oleh usaha tani jagung selama 1 musim tanam
ditentukan oleh total penerimaan dikurangi dengan biaya tetap dan biaya variabel.
Berdasarkan dari hitungan terlihat bahwa Rata rata Pendapatan usaha jagung adalah
sebesar Rp. 16.687.733/ha/musim tanam.
Jika dibandingkan dari penelitian yang dilakukan oleh Sidabutar (2010), yang
dilakukan Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara, dengan
judul penelitian Analisis Usaha tani Jagung (Zea Mays) Di Kecamatan Simanindo Kabupaten
Samosir Provinsi Sumatera Utara. Pendapatan usaha tani jagung didaerah ini, yaitu rata-rata
Rp. 4.334.653/ha/musim tanam. Berdasarkan rata-rata pendapatan didaerah ini jika
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan peneliti penerimaan dilokasi peneliti yaitu
Di Kecamatan Bunga Mas jauh lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 9.982.026/ha/musim tanam
bila dibandingkan dengan kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera
Utara.
Jika dibanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Togatorop (2010) Di Desa
Tambahrejo dan Desa Tambahselo pendapatan usaha tani sebesar Rp. 2.123.745 /ha/mt.

11
Sedangkan penelitian yang dilakukan Komala (2008) di Desa Beketel Kecamatan Kayen
Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah menghasilkan pendapatan usaha tani sebesar Rp.
5.804.119,93 /ha/mt. Selanjutnya Nedi (2013) yang melakukan penelitian di Kabupaten
Grobogan Provinsi Jawa Tengah menghasilkan pendapatan usaha tani sebesar Rp. 6.805.557
/ha/mt. Kemudian Panjaitan (2013) yang melakukan penelitian di Desa Kuala Kecamatan
Tigabinanga Kabupaten Karo menghasilkan pendapatan usaha tani sebesar Rp. 9.650.915,94
/ha/mt.
Efisiensi usaha pengeringan jagung Di Kecamatan Bunga Mas merupakan
perbandingan antara rata-rata penerimaan total yang diterima oleh produsen dengan rata-
rata biaya total yang dikeluarkan oleh produsen. Berikut data yang menunjukkan besarnya
efisiensi usaha tani jagung di Kecamatan Bunga Mas.
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai efisiensi usaha tani jagung di
Kecamatan Bunga Mas sebesar 2.09, hal ini berarti R/C > 1 maka usaha tani Jagung layak
diusahakan. Hal tersebut berarti usaha pengolahan jagung yang dijalankan sudah efisien
karena nilai efisiensi lebih dari satu. Nilai efisiensi usaha 2.09 berarti bahwa setiap Rp 2.090
biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha jagung maka akan memberikan penerimaan sebesar
Rp. 2.09b agi pengusaha jagung tersebut.
Jika dibandingkan dari penelitian yang dilakukan oleh Sidabutar, yang dilakukan Di
Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara, dengan judul penelitian
Analisis Usaha tani Jagung (Zea Mays) Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir
Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian di daerah ini menunjukan tingkat efisiensi yang
diperoleh petani Jagung sebesar 1,57 berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh
petani akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 0,57. Jadi usaha tani jagung di Desa
Dosroha sudah efisien jika ditinjau dari segi RCR.
Berdasarkan efesiensi Usaha tani Jagung didaerah ini jika dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan yaitu tingkat efesiensi Di Kecamatan Bunga Mas lebih tinggi
yaitu sebesar Rp. 2.16 bila dibandingkan dengan Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir
Provinsi Sumatera Utara.
Jika dibanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Togatorop (2010) Di Desa
Tambahrejo dan Desa Tambahselo efesiensi usaha tani sebesar 2,80. Sedangkan penelitian
yang dilakukan Komala (2008) di Desa Beketel Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Propinsi
Jawa Tengah menghasilkan efesiensi usaha tani sebesar 1.72, Selanjutnya Nedi (2013) yang
melakukan penelitian di Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah menghasilkan efesiensi
usaha tani sebesar 2.74. Kemudian Panjaitan (2013) yang melakukan penelitian di Desa
Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo menghasilkan efesiensi usaha tani sebesar

12
1.79.
Ada banyak faktor yang menyebabkan perbedaan biaya, penerimaan, pendapatan dan
efesiensi antara peneliti dan peneliti terdahulu. Diantaranya adanya perbedaan harga biaya
usaha tani dimasing masing daerah, biaya tenaga di setiap daerah berbeda, kemudian ada
perbedaan harga jagung. Kemudian dilihat dari produksi jagung per ha/mt, ada perbedaan
disetiap daerah, hal ini karena perbedaan topografi dan tingkat kesuburan tanah dan jenis
pupuk serta bibit yang dipakai.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Rata rata biaya variabel pada usaha tani jagung Di Kecamatan Bunga Mas adalah Rp.
10.498.631 dan biaya tetap Rp 4.676.650
2. Rata rata penerimaan pengusaha jagung Di Kecamatan Bunga Mas adalah sebesar Rp.
31.863.014 per hektar sekali musim tanam
3. Rata rata Pendapatan usaha jagung adalah sebesar Rp. 16.687.733
4. Efisiensi usaha tani jagung di Kecamatan Bunga Mas sebesar 2.16. Nilai efisiensi usaha
2.09 berarti bahwa setiap Rp 2.090 biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha jagung maka
akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 2.090 bagi pengusaha jagung tersebut.

Saran
1. Untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar, pengusaha sebaiknya menambah
jumlah produksi jagung
2. Bagi pemerintah, dinas ataupun instansi terkait, dibutuhkan pendampingan secara
intensif untuk merubah pola pikir masyarakat, sosialisasi mengenai gizi jagung
sehingga mengubah paradigma masyarakat terhadap gizi jagung, dan pemberian
bantuan yang tepat guna mengoptimalkan produksi jagung.
3. Bagi peneliti lain, disarankan agar meneliti lebih lanjut mengenai aspek kelayakan
(finansial) dan pemasaran pengolahan jagung agar usaha tani jagung lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Bengkulu. 2016. Produksi Tanaman Pangan Provinsi Bengkulu. No. 17/03/17/X, 1
Maret 2016. diakses dari http://www.bps.go.id pada tanggal 3 September 2016
Hernanto, F. 2010. Ilmu Usaha tani. Cetakan Ketujuh. Penebar Swadaya. Jakarta

13
Kementerian Pertanian, 2015, Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung, ISSN :
1907 – 1507
Komala, Septi, 2008, Analisis pendapatan dan produktivitas Usaha tani jagung hibrida
varietas bisi dan non bisi Di Desa Sumengko, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten
Nganjuk Jawa Timur, Jurnal Agrise 8 (2) 39-54
Pakasi, C.,B.,D., Pangemanan, L., Mandei, J., R., dan Rompas, N., N., I., 2011, “Efisiensi
Penggunaan Faktor P.roduksi Pada Usaha Tani Jagung Di Kecamatan Remboken
Kabupaten Minahasa (Studi Perbandingan Peserta dan Bukan Peserta Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu)”, Jurnal ASE, 7 (2) 15-39
Panjaitan, Friska E.. D., 2013 Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Usaha tani Jagung
(Studi Kasus: Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo) Journal
Agribusiness, 2 (1) 34-51
Nedi, Benediktus. 2013. Analisis Usaha tani Jagung Di Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa
Tengah. Agribusiness Review 1, (1) 17-31
Sidabutar, Analisis Usaha tani Jagung (Zea Mays) Di Desa Dosroha Kecamatan Simanindo
Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara. Journal Agribusiness, 5 (1) 27-49
Togatorop, 2010, Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Pada Usaha tani Jagung Di
Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan ( Studi Kasus : Di Desa Tambahrejo Dan
Desa Tambahselo) Jurnal Agrise 6 (2) 19-31

14
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA TANI JAGUNG (Zea mays L) DI


KECAMATAN BUNGA MAS KABUPATEN BENGKULU SELATAN

Oleh
CONSTANTINE SITORUS
E1D011057

Pembimbing Utama Pembimbing


Pendamping

Prof. Dr. Ir. Ketut Sukiyono, M.Ec Ir. Agus Purwoko, M.Sc
NIP. 19621011 198702 1 003 NIP.19590808 198601 1
001

Mengetahui
Ketua Laboratorium

Ir. Redy Badrudin, M.M, Dipl, SI


Nip. 1960 1026 198703 1 003

15

Das könnte Ihnen auch gefallen