Sie sind auf Seite 1von 14

ASUHAN KEPERAWATAN

(ABLASIO RETINA)
Di
S
U
S
U
n
oleh

AL ACH ARIF MUNANDAR


Nim 1512210002

STIKES GETSAMPENA LHOKSUKON


ACEH UTARA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “asuhan keperawatan
ablasio retina”. Makalah ini sebagai salah satu syarat memperoleh nilai dalam mata
kuliah keperawatan dewasa I .

Dalam penulisan maupun penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini tidak
akan terwujud tanpa ada partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
penulis menyampaukan terima kasih atas dukungan semangat,
bimbingan, waktu dan material yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan selanjutnya. Tidak banyak yang diharapkan kami, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta menjadi sumbangan pemikiran bagi
bangsa dan negara.

lhoksukon, agustus 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ....................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ................................................................................... Error! Bookmark not defined.
A.LATAR BELAKANG .......................................................................... Error! Bookmark not defined.
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................... Error! Bookmark not defined.
C. TUJUAN PENULISAN ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II...................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III .................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASANPENANGANAN FILARIASIS ................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV .................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ............................................................................................... Error! Bookmark not defined.
4.1 Kesimpulan .............................................................................. Error! Bookmark not defined.
4.2 Saran ........................................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. Error! Bookmark not defined.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen
retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan
kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu
melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer,
Suzanne, 2002).
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat.
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,
walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih
besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau
berkacamata minus dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah
mengalami lepas retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain
itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan
dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina
akan mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan.

B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa pengertian ablasio Retina?
2.Apa etiologi ablasio Retina?
3.Apa manifestasi ablasio Retina?
4.Bagaimana patofisiologi Retina?
5.Bagaimana pemeriksaan penunjang ablasio Retina?
6.Bagaimana penatalaksanaan ablasio Retina?
7.Bagaimana askep ablasio Retina?

C. TUJUAN PENULISAN
1.Untuk mengetahui pengertian ablasio retina, etiologi, manifestasi ablasio Retina?
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan ablasio Retina?
3. Untuk mengetahui askep ablasio Retina?
4.Untuk mengetahui patofisiologi Retina?
5.Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ablasio Retina?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan lapisan
epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Ablatio Retina juga diartikan sebagai
terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina,
sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan
cairan (Barbara L. Christensen 1991).
Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya. Kejadian ini serupa
dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina yang
diikuti menyusupnya cairan pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup terus di
antara retina dan dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini
dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen.
B. Etiologi
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat.
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,
walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih
besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau
berkacamata minus dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah
mengalami lepas retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain
itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan
dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina
akan mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan. Penyebab lain ablasio retina seperti
trauma mata, abalisio retina pada mata yang lain, pernah mengalami operasi mata, ada daerah
retina yang tipis/lemah yang dilihat oleh dokter mata, robekan retina, komplikasi, diabetus
melitus paradangan, pada usia lanjut (perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina),
malformasi kongenital, kelainan metabolisme, penyakit vaskuler, dan inflanmasi intraokuler
neoplasma.
C. Manifestasi Klinis
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan – kilatan bintik hitam mengapung dan cahaya.
Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya
bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang nyata. Dalam hal ini penderita
mungkin menyadari penglihatannya seolah – olah pinggir. Perkembangan lepasnya retina
yang lebih lanjut akan mengaburkan penglihatan sentral dan menimbulkan kemunduran
penglihatan. Penglihatan seperti ada lapisan hitam yang menutupi sebagian atau seluruh
pandangan seperti terhalang tirai/bergelombang.
D. Patofisiologi
Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang terdiri dari sel-
sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian dalam seperti kertas dinding
melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti lapisan film pada kamera foto: cahaya yang
melalui lensa akan difokuskan ke retina. Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang
menangkap “gambar” dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik. Sebab dan Gejala
Lepasnya Retina Sebagian besar lepasnya retina terjadi akibat adanya satu atau lebih
robekan-robekan kecil atau lubang-lubang di retina. Kadang-kadang proses penuaan yang
normal pun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang sehat, tetapi yang lebih
sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina adalah menyusutnya korpus
vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Korpus vitreum
erat melekat ke retina pada beberapa lokasi di sekeliling dinding mata bagian belakang. Bila
korpus vitreum menyusut, ia dapat menarik sebagian retina bersamanya, sehingga
menimbulkan robekan atau lubang pada retina. Walaupun beberapa jenis penyusutan korpus
vitreum merupakan hal yang normal terjadi pada peningkatan usia dan biasanya tidak
menimbulkan kerusakan pada retina, korpus viterum dapat pula, menyusut pada bola mata
yang tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari rabun jauh),
oleh peradangan, atau karena trauma. Pada sebagian besar kasus retina baru lepas setelah
terjadi perubahan besar struktur korpus vitreum.
Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan encer seperti air dapat masuk dari korpus
vitreum ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara retina dan dinding mata bagian
belakang. Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding mata bagian belakang dan
mengakibatkan retina lepas. Bagian retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan
di daerah itu timbul penglihatan kabur atau daerah buta. Perlu diketahui bahwa ada beberapa
jenis lepasnya retina yang disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan
hebat, atau sebagai komplikasi dari diabetes. Ini disebut ablasio retina sekunder. Dalam hal
ini tidak ditemukan robekan ataupun lubang-lubang di retina, dan retina hanya bisa kembali
ke posisinya yang normal dengan mengobati penyakit yang menyebabkan lepasnya retina.
E. Pemeriksaan Penunjang
Karena itu bila ada keluhan seperti di atas, pasien harus segera memeriksakan diri ke dokter
spesialis mata. Dokter akan memeriksa dengan teliti retina dan bagian dalam dengan alat
yang disebut oftalmoskop. Dengan cahaya yang terang dan pembesaran dari alat tersebut,
dokter dapat menentukan lokasi daerah retina robek atau daerah yang lemah yang perlu
diperbaiki dalam pengobatan. Alat-alat diagnostik khuhsus lainnya yang mungkin perlu
digunakan adalah lensa-lensa khusus, mikroskop, dan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Terapi bila retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan
tindakan segera.
F. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang ditemukan terjadi robekan retina maka harus
dilakukan pembedahan. Ada beberapa prosedur bedah yang dapat digunakan. Prosedur yang
dipilih tergantung pada beratnya lepas retina dan pertimbangan dokter. Fotokoagulasi Laser
Bila ditemukan robekan-robekan kecil di retina dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina,
maka robekan ini dapat direkatkan lagi dengan sinar laser. Laser akan menempatkan luka
bakar-luka bakar kecil di sekeliling pinggir robekan. Luka bakar ini akan menimbulkan
jaringan parut yang mengikat pinggiran robekan dan mencegah cairan lewat dan berkumpul
di bawah retina. Bedah laser oftalmologi sekarang biasanya dilakukan sebagai tindakan pada
pasien berobat jalan dan tidak memerlukan sayatan bedah. Pembekuan (Kriopeksi)
Membekukan dinding bagian belakang mata yang terletak di belakang robekan retina, dapat
merangsang pembentukan jaringan parut dan merekatkan pinggir robekan retina dengan
dinding belakang bola mata. Pembekuan biasanya dilakukan dengan prosedur pasien berobat
jalan tetapi memerlukan pembiusan setempat pada mata.
Tindakan bedah bila cukup banyak cairan telah terkumpul di bawah retina dan memisahkan
retina dengan mata bagian belakang, maka diperlukan operasi yang lebih rumit untuk
mengobati lepas retina itu. Teknik operasinya bermacam-macam, tergantung pada luasnya
lapisan retina yang lepas dan kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk
menekan dinding mata ke lubang retina, menahan agar kedua jaringan itu tetap menempel
sampai jaringan parut melekatkan bagian robekan. Kadang-kadang cairan harus dikeluarkan
dari bawah retina untuk memungkinkan retina menempel kembali ke dinding belakang mata.
Seringkali sebuah pita silikon atau bantalan penekan diletakkan di luar mata untuk dengan
lembut menekan dinding belakang mata ke retina. Dalam operasi ini dilakukan pula tindakan
untuk menciptakan jaringan parut yang akan merekatkan robekan retina, misalnya dengan
pembekuan, dengan laser atau dengan panas diatermi (aliran listrik dimasukkan dengan
sebuah jarum).
Jenis pembedahan ablasio retina:
a. Pneumoretinopeksi: operasi singkat untuk melekatkan kembali retina yang lepas (ablasio
retina).
b. Scleral Buckling: Operasi untuk melekatkan kembali retina yang lepas.
c. Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli bedah akan melakukan operasi
didalam rongga bola mata untuk membersihkan vitreus yang keruh, melekatkan kembali
vitreus yang mengalami ablasio, mengupas jaringan ikat dari permukaan retina, dan tindakan-
tindakan lain yang diperlukan
Untuk memperbaiki Ablatio Retina dilakukan prosedur operasi scleral bucking yaitu
pengikatan kembali retina yang lepas.
a. Pengelolaan penderita sebelum operasi
•Mengatasi kecemasan
•Membatasi aktivitas
•Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata
•Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan
kontriksi.
b. Pengelolaan penderita setelah operasi
•Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.
•Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.
•Evaluasi penutup mata
•Bantu semua kebutuhan ADL
•Perawatan dan pengobatan sesuai program

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi vitreoretinal:
1.Infeksi
2.Perdarahan
3.Ablasio retina kembali, sebagai komplikasi operasi
4.Penglihatan yang menurun
5.Peningkatan tekanan bola mata
6.Glaukoma
7.Katarak akan timbulnya lebih awal pada lebih dari 50% pasien yang telah menjalani operasi
vitrektomi. Selanjutnya, pasien ini akan menjalani operasi katarak beberapa tahun kemudian.
8.Komplikasi akibat pembiusan dapat saja terjadi. Pembiusan lokal kadang-kadang
menimbulkan perdarahan di sekeliling mata tapi jarang berakibat langsung pada mata.
Pembiusan umum berpotensi menghadapi resiko serius. Bila anda akan mendapatkan
pembiusan umum, anda akan ditangani oleh spesialis anestesiologi sebelum operasi.

H. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
a. Data Subyektif
· Pasien mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-bintik hitam yang
beterbangan di ruang pandang.
· Pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi lapang pandang.
· Pasien menyatkan takut dan cemas karena kehilangan fungsi penglihatan secara tiba-tiba.
b. Data Obyektif
· Dengan pemeriksaan ophtalmoskop indirek terlihat gambaran gelembung abu-abu atau
lipatan-lipatan pada retina yang bergetar dan bergerak
· Aktifitas pasien terbatas
· Mata pasien tertutup dengan gaas
· Pasien mendapat obat tetes mata midryatil
· Wajah pasien tampak tegang dan cemas
· Pada pemeriksaan visus : OD 1/4 Os 2/60

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien Ablatio Retina
Pre Operatif
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan
2. Cemas
3. Kurang perawatan diri

Post Operatif
1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
3. Kurang perawatan diri

C. Interverensi keperawatan
PRE OP
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d lepasnya retina
Kriteria Hasil :
•Kooperatif dalam tindakan
•Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen
Intervensi :
•Kaji dan catat ketajaman pengelihatan Rasional: Menetukan kemampuan visual
•Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak. Rasional: Memberikan keakuratan thd
pengelihatan dan perawatan.
•Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan. Rasional: Meningkatkan self care
dan mengurangi ketergantungan.
•Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien. Rasional : Meningkatkan
rangsangan pada waktu kemampuan pengelihatan menurun.

2. Cemas b.d kurang pengetahuan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan klien bertambah
KH :
1. Kien tidak gelisah
2. Klien tenang
3. Klien dapat mengatakan tentang proses penyakit,metode pencegahan
dan instruksi perawatan di rumah
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan
Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2. Berikan kesampatan Klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan
pengobatan
3. Beri Support pada klien
Rasional : Agar klien mempunyai semangat

4. Berikan dorongan spiritual


Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Berikan penkes
Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya
6. Memberikan kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak diketahui tentang
penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya
7. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menbuat pilihan berdasarkan
informasi.

3. Kurang Perawatan diri b.d ketidak berdayaan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri pasien terpenuhi
KH :
1. Kien tidak kotor
2. Klien tenang
3. klien merasa nyaman
Intervensi :
1.Bantu klien melakukan hygiene
Rasional : memenuhi perawatan diri klien
2.Berikan program perawatan dir pada klien
Rasional : agar perawatan diri klien teratur

3.Kontrol hygiene klien dua kali sehari


Rasional : mengetahui perawatan diri klien
4.Berikan HE tentang personal hygiene
Rasional : agar klien faham pentingnya perawatan diri.

POST OP
1. Nyeri akut b.d luka post op
Tujuan : setelah di lakukan tidakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang.
KH :
1. klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
2. skala nyeri menurun
3. klien tampak rileks
Intervensi:
1. Kaji skala nyeri
Rasional : mengetahui seberapa nyeri yang di alami klien
2. Berikan posisi relaks pada pasien.
Rasional : agar klien merasa nyaman
3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : menurunkan nyeri klien
4. Kolaborasi pemberian analgesic.
Raional : analgesic menghilangkan nyeri

2. Resiko infeksi b.d insisi post op


Tujuan : setelah di lakukan tidakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan infeksi tidak
terjadi.
KH :
1. tidak ada tanda-tanda infeksi
2. leukosit stabil
Intervensi:
1. Pantau tanda-tanda infeksi
Rasional : mengetahui tanda awal infeksi
2. Lakukan rawat luka secara steril
Rasional : mencegah terjadinya infeksi
3. Oleskan alkohol di sekitar luka post op
Rasional : mencegah terjadinya infeksi
4. Berikan antibiotik sesuai advis dokter
Rasional : antibiotik mencegah infeksi

3. Kurang Perawatan diri b.d ketidak berdayaan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri pasien terpenuhi
KH :
1. Kien tidak kotor
2. Klien tenang
3. klien merasa nyaman
Intervensi :
1. Bantu klien melakukan hygiene
Rasional : memenuhi perawatan diri klien
2. Berikan program perawatan dir pada klien
Rasional : agar perawatan diri klien teratur
3. Kontrol hygiene klien dua kali sehari
Rasional : mengetahui perawatan diri klien
4. Berikan HE tentang personal hygiene
Rasional : agar klien faham pentingnya perawatan diri.

BAB III
PENUTUP

A. KESIPULAN
Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan lapisan
epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Ablatio Retina juga diartikan sebagai
terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina,
sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan
cairan (Barbara L. Christensen 1991).
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,
walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan – kilatan bintik hitam mengapung dan cahaya.
Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya
bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang nyata.
B. SARAN
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa
mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi
untuk menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bare, B.G & Smeltzer, S.C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jarkarta: EGC.
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.Hamzah, Mochtar.
2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.Price dan
Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2.
Jakarta: EGC.Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius.Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta: Media
Aesculapius.

Das könnte Ihnen auch gefallen