Sie sind auf Seite 1von 17

Wasiat Untuk Suami Dan

Istri

Khutbah Pertama

Amma ba’du :

Wahai kaum muslimin dan muslimat ! Bertakwalah


kepada Allah Subhanahu Wata’ala, karena takwa adalah
bekal terbaik sepanjang hidup dan sesudah mati.

Ayyuhal ikhwah wal akhawat ! Ada sebuah harapan


mulia dan cita-cita luhur yang diidam-idamkan oleh
setiap suami dan istri. Ada keinginan mendesak yang
diharapkan oleh setiap pengantin. Bila harapan, cita-cita
dan keinginan itu terwujud maka panji-panji cinta dan
bahagia akan berkibar di atas keluarga dan kata-kata
kasih dan sayang akan bergema di sudut-sudutnya. Bila
tidak, rumah tangga akan tenggelam di dalam lautan
gelisah dan nestapa, serta bahteranya akan dihempaskan
oleh gelombang keburukan dan permusuhan ke dalam
samudera bencana dan malapetaka.

Saudara-saudara ! Itulah dia “Kabahagiaan Rumah


Tangga”. Merupakan harta yang sulit dicari di zaman ini,
dan barang langka sepanjang masa. Karena persoalan
kemasyarakatan sosial kian membesar, persoalan rumah
tangga kian menumpuk dan berada di garda depan dalam
barisan masalah-masalah umat dan masyarakat. Ini
adalah peringatan akan adanya ancaman bahaya yang
besar dan kerusakan yang luas terhadap Negara dan
bangsa, dalam urusan dunia dan Akhirat.

Wahai kaum muslimin dan muslimat ! Salah satu


anugerah yang diberikan Allah kepada hambaNya ialah
rumah tangga. Allah memberinya pasangan hidup yang
mulia sebagai salah satu tanda kekuasaanNya, sebagai
penenang hati, kasih sayang, pakaian dan teman setia.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

ِ ‫مَم ْنَأنفُ ِس ُك ْمَأ ْزوا ًج‬


ًَ‫اَلت ْس ُكنُواَإِليْهاَوجعلَبيْن ُكمَ َّمودَّة‬ ِ ‫وَ ِم ْنَءاياتِ ِهَأ ْنَخلقَل ُك‬
ِ ‫ورحْ مةًَ ِإ َّنَفِيَذ ِلكَأليات‬
َ‫ٍَلق ْو ٍمَيتف َّك ُرون‬

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir. (QS. Ar-Ruum :21)

Dan Allah Subhanahu Wata’ala juga berfirman :

ًَ‫اج ُك ْمَبنِينَوحفدة‬ ِ ‫مَم ْنَأنفُ ِس ُك ْمَأ ْزوا ًجاَوجعلَل ُك‬


ِ ‫مَم ْنَأ ْزو‬ ِ ‫وهللاَُجعلَل ُك‬
ِ ‫َالط ِيباتَِأف ِب ْالب‬
َ‫اط ِلَيُؤْ ِمنُونَو ِبنِ ْعمتَِهللاَِ ُه ْمَي ْكفُ ُرون‬ َّ ‫مَمن‬ ِ ‫ورزق ُك‬

Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu


sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu
itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari
yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah (QS.
An-Nahl :72)

Dirumahnya seorang suami bisa menemukan tempat


berlabuh yang mulia dan ketenangan jiwa setelah lelah
bekerja. Ia bisa mengibaskan debu-debu kejenuhan dan
kebosanan dari dirinya. Ia dapat meluruhkan kesulitan
hidup dengan senyuman yang manis, wajah yang ceria,
kata-kata yang lembut, perlakuan yang halus, persaan
yang hangat dan emosi yang meluap. Ia diimbangi oleh
pasangan hidupnya, teman perjalanannya, belahan
jiwanya dan ibu dari anak-anaknya. Dan dirumahnya
seorang istri bisa menemukan sarang keluarga yang
bahagia dan tempat hidup yang enak. Di rumah itu
lahirlah generasi baru yang shalih dan istimewa di bawah
naungan naluri ayah yang penyayang dan naluri ibu yang
pengasih, jauh dari pemicu ketegangan dan keglisahan,
pengganggu kenikmatan, dan pengundang kesengsaraan
dan kekacauan.

Begitulah, Islam menginginkan agar keluarga bisa


menjadi markas kebaikan, cinta dan keharmonisan, dan
bisa menjadi benteng dalam berbakti, berkasih sayang
dan perdamaian. Islam meminta kedua pilar utama
keluarga suami dan istri agar bisa menjadi contoh dalam
hal kerjasama yang baik dan pelaksanaan hak dan
kewajiban masing-masing. Atas dasar itulah kebahagiaan
rumah tangga tidak terletak pada pakaian yang mewah,
makanan yang enak, dan penghidupan yang segar.
Melainkan pada kasih sayang, cinta dan kerjasama.
Sesungguhnya rumah tangga yang berdiri di atas pondasi
pertengkaran dan perseteruan, dipenuhi cobaan dan
masalah adalah benar-benar rentan terhadap hantaman
badai kehancuran dan topan perceraian, jauh dari
ketenangan batin dan harapan kemapanan.

Wahai kaum muslimin dan muslimat ! Wahai para suami


dan istri ! Ikatan suami istri adalah ikatan yang memiliki
akar yang dalam, pilar yang kokoh, dan dasar yang jauh.
Ini dijelaskan oleh firman Allah Subhanahu Wata’ala :

َ‫ِلت ْس ُكَنُواَ ِإليْها‬

Supaya kamu cenderung dan merasa tenteram


kepadanya. (QS. Ar-Ruum :21)

Ini menegaskan adanya ketenteraman (di dalam rumah


tangga) dalam bentuk yang paling tinggi dan makna
yang paling atas. Dan juga dijelaskan oleh firmah Allah
Subhanahu Wata’ala :

َ‫اسُُ َلَّ ُه َّن‬


ُ ‫اسُُ َلَّ ُك ْمَوأنت ُ ْمَ ِلب‬
ُ ‫ه َُّنَ ِلب‬

Mereka (istri-istri kamu) itu adalah pakaian bagimu,


dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. (QS. Al-
Baqarah :187)

Allahu Akbar ! Lihatlah keindahan bahasa Al-Qur’an


yang menggambarkan hubungan antara suami dan istri
seperti hubungan antara manusia dan pakaian. Apa yang
lebih dekat dan lebih lekat dengan seseorang selain
pakaiannya ? Dengan demikian pernikahan bukanlah
sekedar ikatan duniawi, materi, birahi, dan hewani,
melainkan ikatan ruhani dan jiwa yang mulia. Oleh
karena itu Islam sangat getol dalam upaya memperkuat
ikatan ini. Islam memerintahkan agar kita senantiasa
menjaganya dan mengingatkan kita agar tidak gegabah
dan lalai terhadapnya. Supaya mawar kebahagiaannya
tidak layu, bunga kenyamanannya tidak mati, dan pohon
ketahanannya tidak kering. Dan hal itu tidak mungkin
terjadi tanpa keseriusan dari pihak suami dan istri untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing.

Saudara-saudara seiman dan seakidah ! Sepanjang suami


istri harus mengetahui bahwa kesempurnaan hidup
berumah tangga adalah sesuatu yang mustahil dicapai.
Sebab, keterbatasan adalah watak dasar manusia. Maka,
baik suami maupun istri harus bisa mengkondisikan
dirinya untuk menerima kekurangan, memaklumi
kesalahan, dan memaafkan kakhilafan. Karena tak ada
gading yang tak retak.

Karena begitu pentingnya masalah ini maka Kitab Allah


datang dengan penjelasan yang sangat lengkap.
Sebagaimana diproklamirkan oleh Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam kepada umat ini di dalam pertemuan
agung di padang Arafah. At-Tirmidzi dan lain-lain
meriwayatkan dari Amr bin Ahwash Al-Jusyami
Radiyallahu ‘anhu bahwa ia mendengar Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda di dalam Haji Wada’ :

“ Ingatlah ! Perlakukanlah kaum wanita (istri-istrimu)


dengan baik. Sesungguhnya mereka adalah semacam
tawanan di sisimu. Kamu tidak memiliki hak apapun dari
mereka selain itu, kecuali mereka melakukan perbuatan
keji yang nyata. Jika mereka melakukannya, hindarilah
mereka di tempat tidur dan pukullah mereka dengan
pukulan yang tidak melukai. Jika mereka patuh
kepadamu maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyalahkan mereka. Ingatlah ! Sesungguhnya
kamu punya hak atas istri-istrimu, dan istri-istrimu pun
punya hak atas kamu. Adapun hak kamu atas istri-
istrimu ialah mereka tidak boleh mengizinkan orang
yang tidak kamu sukai menginjak tempat tidurmu dan
tidak mengizinkan orang yang tidak kamu sukai masuk
ke dalam rumahmu. Ingatlah ! Hak mereka atas kamu
ialah kamu harus berbuat baik kepada mereka dalam
memberikan pakaian dan makanan mereka.” (HR.At-
Tirmidzi, 1163 dan Ibnu Majah,1851)

Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu


Hurairah Radiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah bersabda
:

“ Perlakukanlah kaum wanita dengan baik, karena


wanita diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya
sesuatu yang paling bengkok pada tulang rusuk ialah
bagian atasnya. Jika engkau membiarkannya, ia akan
senantiasa bengkok. Jadi perlakukanlah kaum wanita
dengan baik.” (Shahih Al-Bukhari, 5186 dan Shahih
Muslim, 1468 )

Abu Daud meriwayatkan dari Muawiyah bin Haidah


Radiyallahu ‘Anhu bahwa ia pernah bertanya : “ Ya
Rasulullah, apa kewajiban kami kepada istri kami ?”
Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“ Engkau harus memberinya makan jika engkau makan.
Engkau harus memberinya pakaian jika engkau
berpakaian. Jangan memukul wajah, jangan menjelek-
jelekkannya, dan jangan menjauhinya kecuali di dalam
rumah.” (Sunan Abu Daud, 2142 )

Lebih dari itu Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

ِ ‫وعا ِش ُروه َُّنَبِ ْالم ْع ُر‬


َُ‫وفَفإِنَك ِر ْهت ُ ُموه َُّنَفعسىَأنَت ْكرهُواَش ْيئًاَويجْ علَهللا‬
َ‫يرا‬ ً ‫ِفي ِهَخي ًْراَك ِث‬

Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara


patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka,
(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak. (QS. An-Nisa’ :19)

ٌ ‫وفَو ِل ِلرجا ِلَعل ْي ِه َّنَدرجةٌَوهللاَُع ِز‬


َ‫يزَح ِكي ٌم‬ ِ ‫َمثْلَُالَّذِيَعل ْي ِه َّنَ ِب ْالم ْع ُر‬
ِ ‫ول ُه َّن‬

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan


kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi
para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (QS. Al-Baqarah :228)

Wahai para suami dan para istri ! Anda semua harus


mengetahui kewajiban dan haknya masing-masing, lalu
melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Demi Allah,
seandainya masing-masing melaksanakan peran dan
tugas masing-masing, niscaya tidak ada satu pun
keluarga yang ditimpa masalah-masalah berat yang
mengganggu tidur atau pertengkaran yang membuat
rumah menjadi kosong.

Wahai para suami ! Bertakwalah kepada Allah dalam


memperlakukan istri-istri anda. Laksanakanlah
kewajiban anda. Jalankanlah tugas anda sebagai kepala
rumah tangga sesuai dengan syari’at Allah. Tunaikanlah
kewajiban anda dalam memberikan nafkah dan
menyiapkan tempat tinggal menurut kemampuan anda.

َ‫آروه َُّنَ ِلتُضيِقُواَعل ْي ِه َّن‬


ُّ ‫نَوجْ ِد ُك ْمَوالتُض‬ ُ ‫َم ْنَحي‬
ِ ُ ‫ْثَسكنت‬
ُ ‫مَم‬ ِ ‫أ ْس ِكنُوه َُّن‬

Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu


bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan
janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. (QS.At-Thalaq :6)

َُ‫فَهللا‬ ِ ‫َر ْزقُهَُف ْليُن ِف ْق‬


َُ ‫َم َّمآَءاتاهَُهللاَُاليُك ِل‬ ِ ‫ِليُن ِف ْقَذُوَسعة‬
ِ ‫ٍَمنَسعتِ ِهَومنَقُدِرَعل ْي ِه‬
َ‫ساَإِالََّمآءاتاها‬
ً ‫ن ْف‬

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut


kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan
Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan
kepadanya. (QS. At-Thalaq :7)

Pergaulilah istri-istri anda dengan baik. Perlakukanlah


mereka dengan akhlak yang baik. Siapakah yang lebih
berhak anda perlakukan dengan akhlak baik selain istri-
istri anda, pendamping hidup anda ?
Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban
meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda :

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah


orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang
paling baik di antara kamu ialah orang yang paling baik
kepada istri-istrinya.” (Al-Musnad, 2/472, Sunan Abi
Daud, 4682, Jami’ At-Tirmidzi, 1162 dan Shahih Ibnu
Hibban,4176 )

At-Tirmidzi juga meriwayatkan bahwasanya Nabi


Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“ Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik


kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling
baik kepada keluargaku.” (Jami’ At-Tirmidzi, 3895 )

Wahai para suami ! Tunaikanlah kewajiban anda untuk


tidur bersama istri-istri anda. Ajarilah mereka tentang
urusan-urusan agama. Cemburulah kepada mereka,
peliharalah kemuliaan dan kehormatan mereka. Jangan
biarkan mereka keluyuran sesuka hati. Wajibkan kepada
mereka menutup aurat secara benar dan menjaga
kehormatan diri mereka dengan baik. Lindungilah
mereka dari pemicu-pemicu keburukan dan kerusakan,
media-media perusakan dan penghancuran, dan faktor-
faktor penyebab timbulnya penyimpangan dan kejahatan.

Anda pasti heran melihat beragam perlakuan suami


kepada istrinya. Ada suami yang di rumahnya tidak ada
bahasa lain selain perintah dan larangan. Hobinya
menunjukkan gigi taring dan mengaum. Kejam dan
kesewenang-wenang. Tidak pandai bergaul, tidak ramah,
susah memaafkan, cepat marah dan temperamental.
Kalau berbicara seperti orang tolol. Kalau bertindak
seperti orang dungu. Selalu cemberut dan enggan
membantu istri. Kalau masuk rumah selalu menggerutu.
Kalau keluar rumah selalu curiga. Tidak bisa lembut
apalagi penyayang. Istrinya sangat menderita selama
hidup bersamanya. Beragam kesengsaraan, cobaan dan
ujian ia rasakan.

Ada istri yang mengeluh bahwa suaminya tidak pernah


menghadiri shalat jum’at maupun shalat jama’ah. Ada
istri yang melaporkan suaminya mengkonsumsi miras
dan narkoba. Ada istri yang mengadu bahwa suaminya
suka bergadang dan jarang pulang. Ada istri yang
mengatakan bahwa suaminya berselingkuh. Dan
seterusnya. Fana’udzubillah.

Wahai para suami ! Bertakwalah kepada Allah.


Berikanlah hak-hak istri-istri anda, terutama ketika sudah
tua, sakit atau masa talak raj’i. bagi anda yang ingin
melakukan poligami, bertakwalah kepada Allah dalam
menjaga keadilan di antara mereka. Jangan sampai anda
mendzalimi istri tua dan menyayangi istri muda. Dalam
hal ini anda pasti menemukan banyak keanehan dan
kisah-kisah yang mengherankan. Ada wanita yang
setelah dimadu tidak pernah bertemu dengan suaminya
selama bertahun-tahun. Dan si suami pun tidak
memenuhi kewajibannya kepada sang istri maupun
kepada anak-anaknya. Allahumma sallim.
Wahai para istri ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu
Wata’ala dalam menghadapi suami anda. Patuhilah
suami anda secara wajar. Dan lihatlah bagaimana sikap
anda kepadanya ? Karena suami anda sangat menentukan
Surga dan Neraka anda. Ketahuilah bahwa kedekatan
anda dengan Allah dapat diukur dengan melihat seberapa
besar keridhaan suami anda kepada anda secara wajar.
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ummu Salamah
Radiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda :

“Wanita manapun yang meninggal dunia sementara


suaminya ridha kepadnya, pasti akan masuk surga.” (
Jami’ At-Tirmidzi, 1161 )

Jagalah rumah, harta benda dan anak-anak suami anda.


Jangan membebaninya dengan nafkah yang terlalu
banyak. Layanilah suami anda, berikanlah hak-haknya,
dan jangan lalai dalam menjalankannya. Karena ada
ancaman keras yang disebutkan di dalam Hadits Al-
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda :

“ Jika seorang laki-laki mengajak istrinya ke ranjangnya


tetapi ia menolak, kemudian laki-laki itu melewatkan
malamnya sambil memendam amarah, maka para
malaikat akan mengutuknya sampai pagi.”

Dalam riwayat Imam Muslim dinyatakan :


“ Demi dzat yang jiwaku ada di tanganNya, tidaklah
seorang suami mengajak istrinya keranjangnya
kemudian ia menolaknya, melainkan dzat yang ada di
langit murka kepadanya sampai si suami ridha
kepadanya.” (Shahih Al-Bukhari, 3237 dan Shahih
Muslim, 1436 )

Allahul mustaan ! Relakah wanita beriman, berakal


sehat, terhormat, merdeka, dan mulia dengan kondisi
semacam itu ? dan kini, betapa banyak wanita yang
kondisinya seperti itu. Wal iyadzu billah.

Imam Ahmad dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari


Mu’adz bin Jabal Radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
bersabda :

“ Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya di dunia,


melainkan istrinya dari kalangan bidadari berkata :
‘Jangan sakiti dia ! Celakalah kamu, karena
sesungguhnya dia hanya singgah di sisimu. Sebentar
lagi dia akan meninggalkanmu ke tempat kami.” (Al-
Musnad,5/242 dan Jami’ At-Tirmidzi,1174 )

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah


Radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda :

“ Kalau saja aku bisa menyuruh seseorang bersujud


kepada seseorang, niscaya aku telah menyuruh wanita
bersujud kepada suaminya.” ( Jami’ At-Tirmidzi, 1159 )

Hal itu tidak lain karena besarnya hak suami atas


istrinya. Wahai para istri, simaklah Hadits-hadits di atas
dan amalkanlah isinya jika anda menginginkan hidup di
dunia dan ganjaran di Akhirat.

Anda pasti tercengang dan prihatin melihat kondisi


banyak wanita di rumahnya dan perlakuannya kepada
suaminya.

Ada wanita yang hanya mengenal suaminya sebagai


pembantu yang hina. Ia selalu menghujaninya dengan
guyuran tuntunan dan kebutuhan, serta mengejutkannya
dengan daftar belanja dan barang-barang pelengkap.

Ada wanita yang suka berbuat sewenang-wenang,


berbicara kasar, memancing keributan, dan mencari-cari
kesalahan. Ia tidak tahu terima kasih, suka membantah,
tidak pernah puas dan punya rasa sayang. Bila sang
suami masuk ke rumah, ia menemukan baju yang kusut,
rambut yang acak-acakan dan sikap yang angkuh. Pagi
hari banyak tidur. Sore hari banyak memaki. Ia selalu
mengandalkan pembantu untuk mengerjakan pekerjaan
rumah tangga. Yang ia tahu hanya keluyuran bersama
teman-teman dan pergi ke pesta. Ia tidak peduli dengan
agamanya dan tidak menghiraukan adab-adab dan
akhlak. Ia suka mengumpat, mencaci maki dan marah
besar untuk urusan yang spele. Ia tomboy dan berprilaku
layaknya laki-laki. Ia sama sekali tidak punya kebaikan
untuk keluarga, suami dan anak-anaknya. Ya Allah,
ampunilah dia ! Dan jauhkanlah kami dari istri semacam
itu, ya Allah.

Wahai kaum muslimin dan muslimat ! Bertakwalah


kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Para suami dan istri
harus mau melaksanakan tugasnya masing-masing agar
keluarga dan rumah tangga yang tersisa tidak di habisi
oleh pertengkaran. Mudah-mudahan Allah berkenan
memperbaiki hati, amal dan niat kita. Dan semoga Allah
berkenan menganugerahi kita istri dan keturunan yang
bisa meneduhkan mata dan menjadi pelipur lara.
Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.

‫ت‬ ِ ‫ َونَ َف َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ْاْل َيا‬،‫آن ْالك َِري ِْم‬
ِ ‫باركَ هللا ِل ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُ ْر‬
َ
‫ أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي هذا َوأ َ ْستَ ْغ ِف ُر هللاَ ِل ْي َولَ ُك ْم‬.‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
ِ ‫َو‬

Khutbah Kedua

Amma ba’du :

Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu


Wata’ala. Takutlah akan hari di saat anda dikembalikan
kepada Allah. Ketahuilah bahwa keluarga dan rumah
tangga hanya bisa baik dan makmur dengan taat kepada
Allah dan menjauhi maksiat. Karena kemaksiatan bisa
mendatangkan kesialan bagi keluarga dan merusak
keharmonisan rumah tangga. Betapa banyak persatuan
yang terpecah belah, kekuatan yang tercerai berai,
keluarga yang terguncang, istri yang dicerai, anak-anak
yang terlantar gara-gara kemaksiatan, baik yang
didengar, dilihat, maupun dibaca.

Ketahuilah bahwa rumah adalah salah satu pos


terpenting untuk menyebarkan iman dan melahirkan
generasi yang mengerti akidah dan Al-Qur’an. Lebih-
lebih di zaman sekarang. Dan ketahuilah bahwa musuh-
musuh Islam tidak henti-hentinya melancarkan
serangannya terhadap rumah tangga dan keluarga untuk
meruntuhkan sendi-sendinya, merobohkan bangunannya,
mengguncang kekompakannya dan membangkitkan
pertengkaran suami istri. Hal itu didukung oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab. Lalu mereka
menyalakan api fitnah di antara suami dan istri. Dan
banyak orang di luar keluarga yang berupaya merusak
ikatan di antara mereka berdua.

Kepada para orang tua, hendaknya anda bertakwa


kepada Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghadapi
anak dan menantu anda. Jangan suka mencampuri
kehidupan rumah tangga mereka, kecuali untuk
kemaslahatan mereka. Jadikanlah rumah tangga Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan dan
model yang patut ditiru dalam upaya menggapai
kebahagiaan dan merendam berbagai macam masalah
dan pertengkaran.

Dan dengan tulus hati saya menyerukan kepada setiap


pasangan suami istri yang mengalami percekcokan
rumah tangga agar menutup buku masa lalu dan memulai
hidup baru. Hidup yang penuh dengan tenggang rasa,
cinta kasih dan serasi. Dan saya juga menyerukan
terbentuknya lembaga pembinaan (konsultasi) rumah
tangga untuk menyelesaikan percekcokan rumah tangga
sebelum terjadi pengendapan masalah yang bertumpuk-
tumpuk dan membutuhkan bantuan perantara
sebagaimana disayari’atkan oleh Allah. Hendaknya
pasangan suami istri terutama suami harus bisa
mengendalikan diri dan tidak terburu-buru mengambil
keputusan untuk mengakhiri ikatan pernikahan. Karena
akibatnya sangat serius dan dampaknya sangat besar
terhadap individu dan masyarakat.

Simaklah contoh berikut ini yang patut ditiru dalam


upaya menggapai kebahagiaan rumah tangga dan
hubungan yang baik antara suami dan istri.

Di dalam perpustakaan tarikh disebutkan bahwa tatkala


anak Ummu Sulaim binti Milhan, istri Abu Thalhah,
meninggal dunia sementara Abu Thalhah sedang pergi
berjihad di jalan Allah. Sampai ia pulang kerumah tidak
ada seorang pun yang menyampaikan kepada Abu
Thalhah perihal kematian anaknya. Ketika ia datang dan
menanyakan perihal anaknya, Ummu Sulaim menjawab:
“Dia lebih tenang dari pada sebelumnya. “Rupanya Abu
Thalhah mengira bahwa anaknya sudah sembuh dari
sakitnya. Maka ia pun segera menyantap makanan yang
disediakan. Kemudian Ummu Sulaim berdandan dan
memakai wewangian. Lalu Abu Thalhah tidur
bersamanya dan bercinta dengannya. Keesokan harinya,
Ummu Sulaim berkata kepada suaminya : “ Relakan
kepergian anakamu.” Lalu Abu Thalhah menceritakan
kisahnya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Lantas beliau bersabda :

“Semoga Allah memberkati kalian berdua pada malam


kalian itu.” (HR. Al-Bukhari, 1301,5470, Muslim, 2144
dan Ahmad, 3/105 )

Kemudian Ummu Sulaim melahirkan anak bernama


Abdullah bin Abi Thalhah. Lalu Abdullah dikaruniai 10
‫‪orang anak yang semuanya menjadi ahli qira’at, ulama‬‬
‫‪dan mujahid.‬‬

‫‪Ini adalah salah satu contoh hubungan yang ideal antara‬‬


‫? ‪suami dan istri. Adakah yang mau mengikuti‬‬
‫‪Alhamdulillah, ternyata banyak sekali.‬‬

‫س ِل ُموا‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َ‬


‫صلُّونَ َعلَى النَّ ِبي ِ َيآأ َ ُّي َها الَّذِينَ َءا َمنُوا َ‬
‫ِإ َّن هللاَ َو َمالَ ِئ َكتَهُ يُ َ‬
‫تَ ْس ِلي ًما‬

‫‪Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya‬‬


‫‪bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang‬‬
‫‪beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan‬‬
‫‪ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-‬‬
‫)‪Ahzab :56‬‬

‫صلَّيْتَ َعلَى إِب َْرا ِهي َْم‪،‬‬ ‫ص ِل َعلَى ُم َح َّمدٍ‪َ ،‬و َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬ك َما َ‬ ‫اللهم َ‬
‫ار ْك َعلَى ُم َح َّمدٍ‪َ ،‬و َعلَى آ ِل‬ ‫ِ‬ ‫ب‬
‫َ‬ ‫اللهم‬ ‫ٌ‪.‬‬ ‫د‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫ج‬‫ِ‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫د‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫م‬
‫ِ‬ ‫ح‬
‫َ‬ ‫كَ‬ ‫َّ‬ ‫ن‬‫إ‬
‫َ ِ‬‫‪،‬‬ ‫ْم‬
‫ي‬ ‫ه‬‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ْر‬
‫َ‬ ‫ب‬‫َو َعلَى آ ِل ِإ‬
‫ار ْكتَ َعلَى إِب َْرا ِهي َْم‪َ ،‬و َعلَى آ ِل إِب َْرا ِهي َْم‪ ،‬إِنَّكَ َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيدٌ‬ ‫‪ُ .‬م َح َّمدٍ‪َ ،‬ك َما بَ َ‬
‫ـر لَنَا‬ ‫سنَا َوإِ ْن لَ ْم تَ ْغـ ِف ْ‬ ‫َ‬
‫ظلَ ْمنَا أ ْنفُ َ‬ ‫ـر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوال ُم ْس ِل َماتِ‪َ ،‬ربَّنَا َ‬
‫ْ‬ ‫اللهم ا ْغـ ِف ْ‬
‫سنَةً َو ِفي ْاْل ِخ َر ِة‬ ‫ح‬
‫َ َ َ‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫ُّ‬ ‫د‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫َا‬
‫ِ ِ‬ ‫ن‬ ‫ت‬‫آ‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫ب‬
‫َّ‬ ‫ر‬‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫ْنَ‬‫ي‬ ‫ر‬‫ِِ‬ ‫س‬ ‫َا‬
‫خ‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫نَ‬ ‫م‬
‫ِ‬ ‫َّ‬
‫َن‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫ن‬‫َوت َْر َح ْمنَا لَ َ‬
‫ْ‬
‫اف َوال ِغنَى‪.‬‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ار‪ .‬اللهم إِنَّا نَسْألكَ ال ُهدَى َوالتُّقَى َوالعَفَ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫سنَةً َوقِنَا َعذَ َ‬ ‫َح َ‬
‫اللهم ِإنَّا نَعُ ْوذ ُ ِبكَ ِم ْن زَ َوا ِل نِ ْع َمتِكَ َوتَ َح ُّو ِل َعافِ َيتِكَ َوفُ َجا َء ِة نِ ْق َمتِكَ‬
‫صلى هللا‬ ‫ب ْالعَالَ ِميْنَ ‪َ .‬و َ‬ ‫آخ ُر دَع َْوانَا أ َ ِن ْال َح ْمدُ هلل َر ِ‬ ‫َطكَ ‪َ .‬و ِ‬ ‫سخ ِ‬ ‫َو َج ِميْعِ َ‬
‫سلَّ َم‬ ‫و‬ ‫ه‬
‫ِ‬
‫َ َ ِ َ َ‬ ‫ب‬ ‫حْ‬ ‫ص‬ ‫و‬ ‫ه‬
‫ِ‬ ‫ل‬
‫ِ‬ ‫آ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫و‬
‫ِِ ُ َ َ َ‬‫د‬ ‫ٍ‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ب‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫َ‬

Das könnte Ihnen auch gefallen