Sie sind auf Seite 1von 17

Mata Kuliah Audit Keuangan Sektor Komersil

PERENCANAAN, PROGRAM, DAN KERTAS KERJA


AUDIT

KELOMPOK 7 KELAS 5-1:


1. AHMAD SAIFI SUAIDY (03)
2. I PUTU KRISNA ADI PUTRA (18)
3. KALDERA BIMA ANGGAWI (20)
4. MARWAN JUDA SURBAKTI (22)
5. YURINTO ARISTO (38)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TAHUN 2017
PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS

Standar auditing yang berlaku umum pertama untuk pekerjaan lapangan


mengharuskan perencanaan yang memadai. “Auditor harus merencanakan
pekerjaan secara memadai dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestiya.
Tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan dengan
tepat :
1. Untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat yang
mencukupi pada situasi yang dihadapi.
2. Untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar.
3. Untuk menghindarkan kesalahpahaman dengan klien.
Perencanaan audit dan perancangan pendekatan audit :
1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal.
2. Memahami bisnis dan industri klien.
3. Menilai risiko bisnis klien.
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.
5. Menetapkan materialitas, dan menilai risiko audit yang dapat diterima serta
risiko inheren.
6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.
7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan.
8. Mengembangkan perencanaan audit dan program audit secara
keseluruhan.
Dua istilah risiko yang sangat mempengaruhi pelaksanaan dan biaya audit :
1. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) adalah ukuran
seberapa besar auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan akan
salah saji secara material setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar
tanpa pengecualian telah dikeluarkan.
2. Risiko inheren adalah ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya
salah saji yang material dalam suatu saldo akun sebelum
mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal.

A. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal.


Perencanaan audit awal (initial audit planning) melibatkan empat hal, yang
semuanya harus dilakukan lebih dulu dalam audit :
1. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus
melayani klien yang ada sekarang.
2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan
audit.
3. Untuk menghindari kesalahpahaman, auditor harus memahami syarat-
syarat penugasan yang ditetapkan klien.
4. Auditor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan.
• Menerima dan mempertahankan klien :
1. Investigasi atas klien baru. Sebelum menerima klien baru, kebanyakan
kantor akuntan publik akan menyelidiki perusahaan tersebut untuk
menentukan akseptabilitasnya.
2. Klien yang berlanjut. Setiap tahun banyak kantor akuntan publik
mengevaluasi klien-klien yang ada saat ini guna menentukan apakah ada
alasan untuk menghentikan audit. Auditor dapat mengundurkan diri
setelah menentukan bahwa klien tidak mempunyai integritas.
• Mengidentifikasi alasan klien untuk penugasan audit
Dua faktor utama yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima
adalah pemakai laporan keuangan yang mungkin dan maksudnya
menggunakan laporan tersebut.
• Memahami klien
Pemahaman yang jernih tentang syarat-syarat penugasan harus dimiliki
oleh klien dan KAP. SAS 108 (AU 310) mensyaratkan bahwa auditor harus
mendokumentasikan pemahamannya dengan klien dalam surat
penugasan (engagement letter), meliputi tujuan penugasan, tanggung jawab
auditor dan manajemen, serta batasan-batasan penugasan.
• Mengembangkan strategi audit secara keseluruhan
Setelah memahami alasan klien untuk melakukan audit, auditor harus
mengembangkan strategi audit pendahuluan. Strategi ii mempertimbangkan
sifat klien, jumlah lokasi lain, dan keefektifan pengendalian klien di masa lalu.
Strategi yang terencana akan membantu auditor dalam :
1. Memilih staf untuk melakukan penugasan. “Audit harus dilaksanakan oleh
orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai sebagai
auditor”.
2. Mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar.

B. Memahami Bisnis dan Industri Klien


Auditor harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji
yang material pada laporan keuangan baik karena kekeliruan maupun
kecurangan, dan untuk merancang sifat, penetapan waktu, serta luas prosedur
audit selanjutnya.
Arti penting dari pemahaman atas bisnis dan industri klien karena faktor :
1. Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dengan
pelanggan dan pemasok utama.
2. Klien telah memperluas operasinya secara global, yang sering kali
meingkatkan mutu dan ketepatan waktu informasi akuntansi.
3. Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, yang
meningkatkan mutu dan ketepatan waktu informasi akuntansi.
4. Semakin pentingnya modal manusia dan aktiva tidak berwujud lainnya
telah meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan
estimasi manajemen.
5. Auditor membutuhkan pemahaman yang lebih baik atas bisnis dan
industry klien untuk memberikan jasa bernilai tambah kepada klien.
6. Banyak klien memiliki investasi melalui instrukmen keuangan yang
kompleks yang telah menurun nilainya sehingga dapat menimbulkan
resiko keuangan yang tidak diharapkan klien.
Auditor mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dengan menggunakan
pendekatan sistem strategis untuk memahami bisnis klien.
• Industri dan lingkungan eksternal
Tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman ini ialah :
a) Risiko yang berkaitan dengan industri tertentu dapat mempengaruhi
penilaian auditor dan penugasan.
b) Risiko inheren.
c) Banyak industri memiliki persyaratan akuntasi yag unik yag harus
dipahami auditor
• Operasi dan proses bisnis
a) Kunjungan ke pabrik dan kantor dapat membantu auditor memperoleh
pemahaman yang lebih baik atas kegiatan bisnis klien.
b) Mengidentifikasi pihak yang berkaitan yakni perusahaan afiliasi,
pemilik utama perusahaan klien, atau pihak lainnya yang
bersangkutan dengan klien itu. Transaksi dengan pihak yang
berkaitan adalah setiap transaksi antara klien dengan pihak terkait.
• Manajemen dan tata kelola
a) Anggaran dasar (disahkan oleh negara bagian tempat perusahaan
didirikan dan merupakan dokumen hukum yang diperlukan untuk
mengakui korporasi sebagai entitas yang terpisah) dan anggaran
rumah tangga (mencakup peratuaran dan prosedur yang digunakan
oleh para pemegang saham korporasi).
b) Kode etik. Perusahaan sering mengomunikasikan standar nilai dan
etika perusahaan melalui pernyataan kebijakan serta kode perilaku.
c) Notulen rapat adalah catatan resmi tentang pertemuan dewan direksi
dan para pemegang saham.
• Tujuan dan strategi
Strategi adalah pendekatan yang diikuti oleh entitas untuk mencapai
tujuan organisasi. Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan
dengan:
a) Reliabilitas pelaporan keuangan.
b) Efektivitas dan efisiensi operasi
c) Ketaatan pada hukum dan peraturan.
Tiga dokumen hukum dan catatan yang berkaitan erat yag harus
diperiksa pada awal penugasan adalah :
1. Akta pendirian dan anggaran perusahaan.
2. Risalah rapat direksi, komisaris, dan pemegang saham.
3. Kontrak. Beberapa informasi mengenai kontrak, harus diungkapakan
dalam keuangan.
Pengetahuan awal pengetahuan hukum dan catatan ini akan
memungkinkan auditor untuk menginterprestasikan bahan audit selama
penugasan berlangsung dan menjamin bahwa pengungkapan yang pantas
telah dilakukan dalam laporan keuangan.
• Pengukuran dan kinerja
Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator kinerja utama yang
digunakan manajemen untuk mengukur kemajuan pencapaian tujuan.
Pengukuran kinerja meliputi analisis rasio dan tolok ukur
atau benchmarking terhadap pesaing utama.

C. MENILAI RESIKO BISNIS KLIEN


Client business risk : resiko bahwa klien akan gagal dalam usahanya dan
gagal mencapai tujuannya. Resiko bisnis klien dapat timbul dari banyak faktor
yang mempengaruhi klien dan lingkungannya, seperti teknologi baru yang
mengikis keunggulan kompetitif klien atau klien gagal melaksanakan strateginya
sebaik klien.
Perhatian utama auditor tertuju pada resiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan yang disebabkan oleh resiko bisnis klien. Penilaian auditor atas
resiko bisnis klien mempertimbangkan industri yang digeluti klien dan faktor
eksternal lainnya, serta strategi bisnis klien, proses, dan faktor internal lainnya.
Auditor juga mempertimbangkan pengendalian manajemen yang dapat
mengurangi resiko bisnis, seperti praktik penilaian resiko yang efektif dan tata
kelola perusahaan. Resiko lainnya setelah mempertimbangkan keefektifan
pengendalian manajemen ada kalanya disebut resiko residu (residual risk).

D. MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS PENDAHULUAN


Analisis prosedur merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang
dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan
yang satu dengan data keuangan yang lainnya, atau antara data keuangan
dengan non keuangan yang melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat
dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor.
Prosedur analisis mencakup hal hal sebagai berikut : membandingkan
informasi keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya, perusahaan
lain di industri yang sama atau rata-rata industri, anggaran dan prakiraan,
estimasi prediktif auditor, analisis mengenai hubungan antara unsur-unsur
informasi keuangan yang diharapkan bersesuaian dengan pola yang terprediksi.
Prosedur analisis dapat dilaksanakan pada salah satu dari ketiga waktu
selama penugasan:
1. Prosedur analisis diwajibkan dalam tahap perencanaan
2. Prosedur analisis seringkali dilakukan selama tahap pengujian audit
3. Prosedur analisis juga diwajibkan selama tahap penyelesaian audit
Lima jenis prosedur analisis dalam setiap kasusnya yaitu auditor
membandingkan data klien dengan :
1. Data industri.
2. Data periode sebelumnya yang serupa.
3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien.
4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor.
5. Hasil yang diharapkan dengan menggunakan data non keuangan.

E. RASIO KEUANGAN YANG UMUM


Penggunaan rasio keuangan dalam prosedur analitis auditor berguna untuk
memahami peristiwa terkini dan status keuangan perusahaan serta untuk
menelaah laporan itu dari perspektif pemakai.
 Kemampuan membayar utang jangka pendek
𝑘𝑎𝑠+𝑠𝑒𝑘𝑢𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠
Rasio kas = 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑘𝑎𝑠+𝑠𝑒𝑘𝑢𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠+𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Rasio cepat = 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Rasio kas = 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

 Rasio aktivitas
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Perputaran piutang usaha =
𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Jumlah hari penagihan utang = 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Perputaran persediaan = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Jumlah hari penjualan persediaan = 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

 Kemampuan memenuhi kewajiban utang jangka panjang


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛
Utang terhadap ekuitas = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑙𝑎𝑏𝑎𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
Times interest earned = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎

 Rasio profitabilitas
𝑙𝑎𝑏𝑎𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Laba per saham = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ−𝐻𝑃𝑃
Persentase laba kotor = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑙𝑎𝑏𝑎𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
Margin laba = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑙𝑎𝑏𝑎𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
Pengembalian atas aktiva = 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑙𝑎𝑏𝑎𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘−𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚𝑝𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛
Pengembalian atas akuitas saham biasa = 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠𝑝𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
STRATEGI AUDIT DAN PROGRAM AUDIT SECARA KESELURUHAN

A. JENIS-JENIS PENGUJIAN AUDIT


 Pengujian pengendalian
Baik secara manual maupun terotomatisasi, dapat mencakup jenis-jenis
bukti berikut :
 Meminta keterangan dari personil klien yang tepat
 Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan
 Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian
 Melaksanakan-ulang prosedur klien
Auditor melaksanakan walkthrough system untuk mendapatkan
pemahaman guna membantunya menentukan apakah pengendalian telah
berjalan semestinya. Pengujian pengendalian juga digunakan untuk
menentukan apakah pengendalian tersebut efektif dan biasanya meliputi
pengujian atas sampel transaksi. Jumlah bukti tambahan yang diperlukan untuk
pengujian pengendalian tergantung pada dua hal:
1) Luas bukti yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal
2) Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan

 Pengujian substantif atas transaksi


Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah
saji dollar (sering disebut salah saji moneter) yang secara langsung
mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Pengujian substantif atas
transaksi (substantive test of transactions) digunakan untuk menentukan
apakah keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi
bagi setiap kelas transaksi.

 Prosedur analitis (analytical procedures)


Melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan harapan yang
dikembangkan oleh auditor. Dua tujuan yang paling penting dari prosedur
analitis dalam mengaudit saldo akun adalah :
1) Menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan keuangan
2) Memberikan bukti substantif
 Pengujian rincian saldo(test of details of balance)
Berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca maupun
laporan laba-rugi. Penekanan utamanya dalam sebagian besar pengujian
rincian saldo adalah pada neraca. Pengujian atas saldo akhir ini sangat penting
karena bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen dengan klien,
dan dianggap sangat dapat dipercaya. Luas pengujian ini bergantung pada
hasil pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan
prosedur analitis substantif atas akun-akun tersebut. Pengujian rincian saldo
dapat membantu dalam menetapkan kebenaran moneter akun-akun yang
berhubungan dan karenanya merupakan pengujian substantif.

B. Hubungan Antara Jenis Pengujian Dan Bahan Bukti


Jenis-jenis pengujian biasanya diurutkan berdasarkan pada makin besarnya
biaya yang diperlukan.
 Prosedur analitis
 Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas SPI dan pengujian atas
pengendalian
 Pengujian substantif atas transaksi
 Pengujian terinci atas saldo
Prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah karena relatif
mudah untuk membuat perhitungan dan perbandingan. Pengujian atas
pengendalian juga relatif murah karena dapat dilakukan dalam sejumlah besar
pos atau unsur dalam beberapa menit.
Pengujian substantif lebih mahal karena seringkali diperlukan perhitungan
kembali dan penelusuran. Pengujian terinci atas saldo paling mahal
dibandingkan dengan pengujian yang lain karena dibutuhkan biaya untuk
mengirim konfirmasi dan melakukan penelusuran.
Biaya untuk masing-masing bahan bukti bervariasi dalam berbagai situasi.

C. Metodologi Perancangan Program Audit


 Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi biasanya meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan
pemahaman atas pengendalian internal yang diperoleh selama pelaksanaan
prosedur penilaian risiko. Apabila pengendalian sudah efektif dan risiko
pengendalian dinilai rendah, auditor akan sangat menekankan pada pengujian
pengendalian. Beberapa pengujian substantif atas transaksi juga akan
disertakan. Jika risiko pengendalian dinilai maksimum, hanya pengujian
substantif atas transaksi yang akan digunakan, dengan asumsi audit itu
dilakukan atas perusahaan non publik.
Prosedur audit: 4 langkah untuk mengurangi risiko pengendalian yang
diperkirakan:
1) Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada
kelas transaksi yang diuji.
2) Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi.
3) Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi semua
pengendalian internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian
pendahuluan atas risiko pengendalian dibawah maksimum.
4) Untuk jenis salah saji potensial yang berkaitan dengan setiap tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi, rancanglah pengujian
substantif atas transaksi yang tepat, dengan mempertimbangkan
defisiensi dalam pengendalian internal dan hasil yang diharapkan dari
pengujian pengendalian pada langkah 3.

 Prosedur analitis
Prosedur analitis yang dilaksanakan selama pengujian substantif, biasanya
lebih terfokus dan lebih ekstensif ketimbang yang dilakukan sebagai bagian
dari perencanaan. Prosedur analitis yang dihitung dengan menggunakan
jumlah bulanan biasanya akan lebih efektif dalam mendeteksi salah saji
ketimbang yang dihitung dengan menggunakan jumlah tahunan, dan
perbandingan per lini bisnis biasanya akan lebih efektif ketimbang
perbandingan seluruh perusahaan. Ketika auditor menggunakan prosedur
analitis untuk memberikan keyakinan substantif tentang saldo akun, data yang
digunakan dalam kalkulasi harus dipandang cukup dapat diandalkan.
 Pengujian rincian saldo
Untuk merancang prosedur audit pengujian rincian saldo, auditor
menggunakan metodologi yang berorientasi pada tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo. Keputusan kunci dalam merancang prosedur audit pengujian
rincian saldo:
1) Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha.
2) Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren
untuk piutang usaha.
3) Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan.
4) Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian
substantif atas transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan.
5) Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang
usaha.
6) Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo.

D. Ikhtisar Proses Audit


 Fase I merencanakan dan merancang pendekatan audit
1. Menerima klien dan melaksanakan perencanaan awal
2. Memahami bisnis dan industry klien
3. Menilai risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima
serta risiko inheren
6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
8. Mengembangkan rencana audit dan program audit secara keseluruhan

 Fase II melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif


atas transaksi
1. Merencanakan untuk mengurangi penilaian tingkat risiko pengendalian
2. Melaksanakan pengujian pengendalian
3. Melaksanakan pengujian substantif atas transaksi
4. Menilai kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
 Fase III melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo,
Tujuan dari fase III adalah untuk memperoleh bukti tambahan yang
mencukupi guna menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki atas laporan
keuangan telah dinyatakan secara wajar.
1. Melaksanakan prosedur analitis
2. Melaksanakan pengujian rincian saldo tambahan

 Fase IV melaksanakan pengujian atas pos-pos yang penting


1. Melaksanakan pengujian tambahan atas penyajian dan pengungkapan
2. Mengumpulkan bukti akhir
3. Mengeluarkan laporan audit
4. Mengomunikasikan kepada komite audit dan manajemen.
KERTAS KERJA AUDIT

Menurut SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 dalam Mulyadi (2002:100)


mendefinisikan:

“Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor


mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi
yang diperolehnya dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.”

Kertas kerja pemeriksaan merupakan mata rantai yang menghubungkan


catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja pemeriksaan
merupakan alat penting dalam profesi auditor.

Adapun tujuan dari dibuatnya kertas kerja pemeriksaan, Arens terjemahan


Wibowo (2004:197) mengemukakan tujuan kertas kerja pemeriksaan secara
menyeluruh “untuk membantu auditor memberikan keyakinan yang memadai bahwa
audit yang layak telah dilakukan sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia.”

A. Faktor – Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembuatan Kertas Kerja


Yang Baik
 Lengkap
Lengkap dalam arti:
a. Berisi semua informasi yang pokok. Auditor harus dapat menentukan
komposisi semua data penting yang harus dicantumkan dalam kertas jerka.
b. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Kertas kerja harus
dapat “berbicara” sendiri, harus berisi informasi yang lengkap, tidak berisi
informasi yang masih belum jelasatau pertanyaan yang belum terjawab.

 Teliti
Dalam pembuatan kertas kerja, auditor harus memperhatikan ketelitian
dalam penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari
kesalahan tulis dan perhitungan.

 Ringkas
Kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang
relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas.
Auditor harus menghindari rincian yang tidak perlu. Analisis yang dilakukan
oleh auditor harus merupakan ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya
merupakan penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.

 Jelas
Kejelasan dalam menyajikan informasi kepada pihak – pihak yang akan
memeriksa kertas kerja perlu diusahakan oleh auditor. Penggunaan istilah yang
menimbulkan arti ganda perlu dihindari.

 Rapi
Pembuatan kertas kerja harus dilakukan secara rapi dan dilakukan secara
teratur dalam penyusunannya agar auditor senior dalam me-review hasil
pekerjaan stafnya mudah melakukannya serta memudahkan dalam
memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.

B. Tujuan Penggunaan Kertas Kerja Audit

Ada berbagai tujuan pembuatan kertas kerja. Namun ada empat tujuan
penting pembuatan kertas kerja yaitu :

a. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.


Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung
pendapatnya, dan merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan
audit yang memadai.
b. Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.
Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat
dalam auditnya, jika di kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan
penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat
oleh auditor dalam auditnya.
c. Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.
Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit
yang dilaksanakan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana.
Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang
membentuk kertas kerja. Pengkordinasian dan pengorganisasian
berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
kertas kerja.
d. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.
Dari kertas kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat
untuk audit berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien
yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan, auditor
memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan dan
akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikan
yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal-jurnal
adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn
keuangan yang lalu

C. Jenis kertas kerja audit adalah sebagai berikut:


a) KKA Utama adalah KKA yang berisi simpulan hasil audit untuk
keseluruhan/suatu segmen/bagian/kegiatan yang diaudit. KKA utama sering
juga disebut sebagai top schedule atai lead schedule. KKA utama dibuat
untuk setiap segmen/bagian kegiatan yang diaudit.
b) KKA Ikhtisar adalah KKA yang berisi ringkasan informasi dari KKA yang
berisi informasi yang sejenis/sekelompok tertentu. KKA ihktisar tidak harus
ada dalam susunan KKA. KKA ikhtisar hanya disusun jika diperlukan untuk
membantu pemahaman permasalahan agar menjadi lebih sederhana.
c) KKA Pendukung (supporting Schedul) adalah KKA yang berisi data dasar
yang digunakan untuk mendukung KKA utama. KKA pendukung merupakan
bukti audit yang diperoleh langsung selama pelaksanaan kegiatan audit,
sehingga KKA pendukung berisi informasi rinci dari setiap permasalahan.
KKA pendukung dibuat setiap lembar untuk suatu permasalahan. KKA
pendukung disusun selama proses audit dilaksanakan dengan mengikuti PKA
dan menuliskan referensi PKA-nya.
D. Pemilikan dan Pengarsipan Kertas Kerja Audit

SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa:


Kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik
pribadi.
Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih
tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, untuk meghindarkan penggunaan
hal-hal yag bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yangtidak semestinya.
Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08
mengatur bahwa:
Auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas
kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan
dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:
Anggota Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan mengungkapkan
informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan dari klien.”
Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk
setiap kliennya :
a. Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang
disebut arsip kini (current file). Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya
hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang diaudit saja.
b. Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relatif tidak
mengalami perubahan. Arsip permanen berisi informasi sebagai berikut :
1. Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
2. Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
3. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang behubungan
dengan pengendalian
4. Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka
panjang.
5. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
6. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang
dibentuk klien. Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan
yaitu :
a) Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan
digunakan dalam audit tahun-tahun mendatang.
b) Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi
klien bagi staf yang baru pertama kali menangani audit laporan
keuangan klien tersebut.
c) Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke
tahun.

Das könnte Ihnen auch gefallen