Sie sind auf Seite 1von 13

Mata Kuliah Audit Keuangan Sektor Komersil

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

KELOMPOK 7 KELAS 5-1:


1. AHMAD SAIFI SUAIDY (03)
2. I PUTU KRISNA ADI PUTRA (18)
3. KALDERA BIMA ANGGAWI (20)
4. MARWAN JUDA SURBAKTI (22)
5. YURINTO ARISTO (38)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TAHUN 2017
MATERALITAS

I. PENGERTIAN MATERIALITAS
Adalah besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi
yang, dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan
pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi
menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut. .
Definisi mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan:
 Keadaan-keadaan yang berhubungan dengan satuan usaha (perusahaan
klien). ·
 Infromasi yang diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan pada
laporan keuangan yang telah diaudit.
II. PERTIMBANGAN AWAL MATERIALITAS
Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan
materialist pada dua tingkatan yaitu; ·
 Tingkat Laporan Keuangan karena pendapatan auditor mengenai kewajaran
mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.
 Tingkat saldo rekening karena auditor melakukan verifikasi ats saldo-saldo
rekening untuk dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai
kewajaran laporan keuangan.
III. LANGKAH-LANGKAH DALAM MENERAPKAN MATERIALITAS

Langkah Menetapkan materialitas untuk


1 laporan keuangan secara
keseluruhan
Merencanakan
luas pengujian
Langkah
Menentukan materialitas kinerja
2

Langkah Mengestimasi total salah saji


3 dalam segmen

Langkah Mengestimasi salah saji gabungan


4 Mengevaluasi
hasil-hasil

Membandingkan estimasi salah


Langkah saji gabungan dengan
5 pertimbangan pendahuluan atau
yang direvisi tentang materialitas
Langkah 1. Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan
PSA 25 (SA 312) menharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan
salah saji dalam laporan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan
bersamaan dengan ketika mereka mengembangkan strategi audit secara
keseluruhan. Dinamakan pertimbangan materialitas awal, karena meskipun
merupakan opini professional, penilaian tersebut dapat berubah selama kontrak kerja.
Penilaian tersebut harus didokumentasikan dalam arsip audit.
Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor
yakin terdapat salah saji dalam laporan keuangan namun tidak memengaruhi
keputusan-keputusan para pengguna yang rasional. (secara konsep, ini adalah
jumlah yang Rp 1 lebih kecil dari pada materialitas yang didefinisikan oleh FASB.
Untuk kemudahan, kita mendefinisikan hal tersebut sebagai materialitas awal).
Penilaian ini merupakan salah satu keputusan yang paling penting yang harus diambil
oleh audior, dan sangat membutuhkan pemahaman dan pertimbangan professional
yang tinggi. Auditor menetapkan pertimbangan materialitas awal untuk membantunya
merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat.
Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan
jaminan (guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa
laporan keuangan auditan adalah akurat. Hal ini karena akan memerlukan waktu dan
biaya yang jauh melebihi manfaat yang dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas
laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini :
a. Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta
pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi.
b. Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
c. Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat
perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara
wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
Ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:
1. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima
oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji
tersebut.
2. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah
pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.

Pertimbangan Awal tentang Materialitas


Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya yang disebut materialitas perencanaan, mungkin dapat
berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan
kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang
melingkupi berubah (2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama
berlangsungnya audit.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif
berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan
keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah
saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena
penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertimbangan Materialitas:
a. Materialitas adalah konsep yang bersifat relaitf ketimbang absolut.
b. Tolak ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas
c. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas

Langkah 2. Menentukan materialitas kinerja


Materialitas kinerja didefinisikan sebagai jumlah yang ditetapkan oleh auditor
pada angka yang lebih kecil dari materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan demi menguranginya ke tingkat probabilitas yang rendah dan tepat
bahwa jumlah agregat daris salah saji yang belum dikoreksi atau tidak terdeteksi
melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan.

Langkah 3. Mengestimasikan salah saji dan membandingkan dengan


pertimbangan pendahuluan
Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis ini, yaitu salah
saji yang diketahui salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah
saji dimana auditor dapat menetukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. Salah
saji yang mungkin terdapat dua jenis, pertama yaitu salah saji yang muncul karena
adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai
estimasi saldo akun. Yang kedua adalah proyeksi salah saji bedasarkan pengujian
auditor atas sampel yang diambil dari populasi.

Langkah 4. Mengerstimasikan salah saji gabungan

Langkah 5. Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas


dalam penilaian awal atau penilaian yang direvisi

IV. RISIKO AUDIT

Risiko (risk) penerimaan auditor bahwa terdapat beberapa tingkat ketidakpastian


dalam menjalankan fungsi audit.

Model risiko audit dan perencanaan


Auditor menangani risiko dalam perencanaan bukti audit umumnya dengan
menggunakan model risiko audit. Model risiko audit membantu auditor untuk
menentukan seberapa banyak dan jenis bukti apakah yang harus dikumpulkan auditor
untuk setiap siklusnya. Model ini biasanya dinyatakan sebagai berikut:

𝐴𝐴𝑅
PDR= 𝐼𝑅 𝑋 𝐶𝑅

Dimana:
PDR = risiko deteksi yang direncanakan
AAR = risiko audit yang dapat diterima
IR = risiko inheren
CR = risiko pengendalian

JENIS-JENIS RISIKO
1. Risiko Deteksi yang Direncanakan (Planned Detection Risk)
Risiko deteksi yang direncanakan merupakan risiko dimana bukti audit untuk
suatu bagian tidak mampu mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang
dapat diterima. Risiko ini hanya dapat berubah jika auditor mengubah salah satu
risiko dalam model risiko audit tersebut.
2. Risiko Bawaan (inherent risk)
Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah
saji material (baik kecurangan maupun kesalahan) dalam sebuah bagian
pengauditan sebelum mempertimbangkan efektifitas pengendalian internal klien.
3. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji
melebihi jumlah yang dapat diterima di suatu bagian pengauditan akan dapat
dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
4. Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)
Risiko audit yang dapat diterima mengukur tingkat kesediaan auditor untuk
menerima kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan setelah
audit telah selesai dijalankan dan opini wajar tanpa pengecualian telah
diterbitkan.

V. MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA


Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi suatu
audit selama perencanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko penugasan.
Kemudian risiko penugasan digunakan auditor untuk memodifikasi risiko audit yang
dapat diterima.
Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau organisasi
yang membawahi auditor akan menderita kerugian setelah selesainya audit,
walaupun laporan audit sudah benar. Contoh : perusahaan klien pailit setelah audit
selesai, kemungkinan ada gugtan hukum terhadap KAP, meskipun mutu audit
tersebut baik.
Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, auditor harus menilai setiap factor
yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima, yaitu antara lain:
a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
Factor-faktor yang merupakan indicator yang baik untuk menilai tingkat
ketergantungan para pengguna terhadap laporan keuangan :
 Ukuran klien. Umumnya, makin besar kegiatan operasi klien, makin luas
penggunaan laporan keuangan. Ukuran klien, yang diukur dengan asset total
atau pendapatan total, akan berpengaruh terhadap risiko audit yang dapat
diterima.
 Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan public umumnya
diandalkan oleh lebih banyak pengguna dibandingkan dengan perusahaan
tertutup lainnya. Untuk perusahaan public ini, pihak yang berkepentingan
lainnya adalah SEC, analisis keuangan, dan masyarakat umum.
 Sifat dan jumlah liabilitas. Ketika laporan memiliki sejumlah besar
liabilitas,besar kemungkinan laporan tersebut akan digunakan secara lebih
luas oleh para kreditor yang ada ataupun para calon kreditor dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki lebih sedikit liabilitas.
b. Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan
Beberapa faktor berikut dapat menjadi indikator atas meningkatnya
kemungkinan kegagalan keuangan:
 Posisi likuiditas. Jika klien terus menerus kekurangan kas dan modal kerja,
hal ini mengindikasikan adanya masalah dimasa mendatang dalam
pembayaran utang-utangnya. Auditor harus menilai kemungkinan dan
seberapa besar penurunan posisi likuiditas yang terjadi terus-menerus.
 Laba (rugi) ditahun-tahun sebelumnya. Sangat penting untuk
mempertimbangkan perubahan laba relative terhadap saldo yang tersisa
dalam saldo laba.
 Metode pertumbuhan pembiayaan. Auditor harus mengevaluasi apakah asset
tetap klien dibiayai oleh pinjaman jangka pendek atau jangka panjang, karena
sejumlah besar kas keluar yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat akan
memaksa perusahaan untuk mengalami kebangkrutan.
 Sifat kegiatan operasi klien. Beberapa jenis bisnis secara alamiah lebih
berisiko dibandingkan dengan bisnis lainnya.
 Kompetensi manajemen. Manajemen yang kompeten secara terus menerus
akan mewaspadai adanya potensi kesulitan keuangan dan memodifikasinya
dengan berbagai metode operasi untuk meminimalkan pengaruh dari
masalah jangka pendek. Auditor harus menilai kemampuan manajemen
sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kebangkrutan.
c. Integritas manajemen
Perusahan-perusahaan dengan integritas rendah sering kali menjalankan
aktivitas bisnis mereka dengan cara-cara yang dapat menimbulkan konflik
dengan para pemegang sahamnya, pemerintah dan pelanggannya. Pada
akhirnya, konflik-konflik tersebut sering kali tercermin dalam persepsi pengguna
terhadap kualitas audit dan dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum dan
ketidaksetujuan lainnya.

Evaluasi yang biasanya dilakukan untuk risiko audit yang dapat diterima adalah
tinggi, sedang atau rendah, dimana risiko audit yang dapat diterima rendah berarti
bagi klien yang “berisiko” harus mendapatkan bukti yang lebih banyak, penugasan
staf audit yang lebih bepengalaman, dan/atau penelaahan yanag lebih mendalam atas
dokumentasi audit. Selama penugasan audit, auditor mendapatkan informasi
tambahan mengenai klien, sehingga risiko audit yang dapat diterima dapat
dimodifikasi.
Metode yang digunakan menilai risiko audit yang dapat diterima
a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
 Menelaah laporan keuangan
 Membaca notulen rapat dewan direksi unruk menentukan rencana masa
depan
 Membahas rencana pembiayaan dengan manajemen.
b. Kemungkinan klien mengalami kesulitan
 Menganalisis keuangan laporan keuangan dan menggunakan prosedur
analitis lainnya
 Menelaah laporan arus kas historis dan proyeksi, untuk mempelajari arus
kas masuk dan keluar
c. Integritas manajemen
 Menganalisa prosedur penerimaan klien dan kelanjutan klien.

VI. MENILAI RISIKO INHEREN (INHERENT RISK)


Auditor melakukan penilaian risiko inheren selama tahap perencanaan dan
memperbaharui penilaian tersebut selama audit berlangsung. Auditor harus
mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren serta memutuskan faktor
risiko inheren yang tepat bagi setiap tujuan audit.
Faktor faktor yang mempengaruhi risiko inheren:
a. Sifat bisnis klien
Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Pemahaman
auditor atas bisnis klien akan membantu menilai risiko inheren ini.
b. Hasil audit sebelumnya
Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat ditemukan lagi
dalam audit tahun berjalan. Oleh karena itu auditor tidak boleh mengabaikan hasil
audit tahun sebelumnya selama mengembangkan proses audit di tahun berjalan.
c. Penugasan awal vs penugasan berulang
Auditor akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan
salah saji setelah mengaudit klien selama beberapa tahun. Auditor menetapkan
risiko inheren yang tinggi pada tahun pertama audit dan mengurangi tinggkat
risikonya pada tahun berikutnya karena telah semakin memahami klien.
d. Pihak pihak yang terkait
Pihak yang terkait yaitu perusahaan induk dengan perusahaan anak, serta
manajemen dan entitas perusahaan. Risiko inheren atas transaksi pihak yang
terkait ini sangat tinggi karena kemungkinan salah saji yang lebih besar.
e. Transaksi non rutin
Transaksi yang tidak biasa bagi klien lebih besar resikonya dibandingkan
transaksi rutin karen pengalaman untuk transaksi non rutin masih sedikit.
f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan
tepat
Auditor harus memperbesar risiko inheren karena banyak akun memerlukan
estimasi dan banyak pertimbangan manajemen.
g. Unsur unsur populasi
Seluruh item yang membentuk populasi mempengaruhi ekspektasi auditor
mengenai salah saji yang material
h. Faktor faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang dan
misapropriasi aktiva
Menurut konsep maupun praktik sangat sulit memisahkan faktor faktor risiko
kecurangan ke dalam risiko yang dapat diterima ataupun risiko inheren.

Dalam mengambil keputusan risiko inheren, Auditor harus mengevaluasi


informasi yang dapat memengaruhi risiko inheren dan memengaruhi faktor risiko
inheren yang tepat untuk setiap siklus, akun dan untuk setiap tujuan audit.
Dalam memperoleh informasi untuk menilai risiko inheren, Auditor mulai
melakukan penilaian atas risiko inheren selama fase perencanaan dan memperbarui
penilaian tersebut di sepanjang pengauditan. Sebagai contoh, untuk mendapatkan
pengetahuan atas bisnis dan industri klien, auditor mungkin melakukan kunjungan ke
pabrik dan kantor klien, dan menidentifikasikan pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa

VII. HUBUNGAN ANTARA RISIKO DENGAN BUKTI AUDIT DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI RISIKO

Gambar di atas mengikhtisarkan berbagai faktor yang menentukan masing-


masing tingkat risiko, pengaruh dari ketiga komponen risiko pada penetapan risiko
deteksi terencana, serta hubungan keempat risiko tersebut pada bukti audit yang
direncanakan. Huruf “L” pada gambar mengindikasikan suatu hubungan Langsung
antara suatu komponen risiko dengan risiko deteksi terencana atau bukti audit yang
direncanakan. Huruf “T” mengindikasikan suatu hubungan yang terbalik. Sebagai
contoh, suatu peningkatan pada risiko akseptibilitas audit akan mengakibatkan suatu
peningkatan pada risiko deteksi terencana (L) serta suatu penurunan pada bukti audit
yang direncanakan (T).
Risiko Audit untuk Segmen - segmen
Baik risiko pengendalian maupun risiko inheren umumnya ditentukan bagi setiap
siklus, setiap akun, dan seringkali pula bagi setiap tujuan audit, bukan bagi
keseluruhan penugasan audit, dan kemungkinan besar akan sangat bervariasi dari
satu siklus ke siklus lainnya, sari satu akun ke akun lainnya, serta dari satu tujuan
audit ke tujuan audit lainnya untuk suatu penugasan audit saja. Pengendalian intern
barangkali memiliki tingkat keefektifan yang lebih tinggi untuk sejumlah akun yang
terkait dengan saldo daripada atas akun-akun yang terkait dengan aktiva
tetap. Selanjutnya, risiko pengendalian pun akan berbeda bagi akun-akun yang
berbeda.

Menghubungkan Materialitas Kinerja dan Risiko dengan Tujuan Audit yang


Berkaitan dengan Saldo
Walaupun merupakan hal yang umum dipraktekkan untuk melakukan penilaian
atas risiko inheren dan risiko pengendalian bagi setiap tujuan audit yang terkait
dengan saldo, tetapi melakukan alokasi materialitas pada setiap tujuan audit bukanlah
hal yang biasa dilakukan. Para auditor dapat mengasosiasikan sebagian besar risiko
pada berbagai tujuan audit yang berbeda dengan efektif. Menentukan hubungan
antara suatu risiko dengan satu atau dua tujuan audit cukup mudah untuk dilakukan.

Batasan – Batasan Pengukuran


Satu batasan utama dalam penerapan model risiko audit ini adalah kesulitan
pengukuran berbagai komponen model. Walaupun auditor telah mencoba upaya yang
terbaik dalam membuat perencanaan audit, penilaian atas risiko akseptibilitas audit,
risiko inheren, dan risiko pengendalian, serta selanjutnya atas risiko deteksi terencana
sangatlah subyektif dan terdiri dari sejumlah perkiraan terbaik. Untuk mengimbangi
masalah pengukuran ini sebagian besar auditor mempergunakan istilah – istilah
pengukuran yang lebar dan subyektif, seperti rendah, sedang, dan tinggi.
Situasi Risiko Inheren Risk Control Risk Risiko Jumlah Bukti
akseptibilitas Deteksi yang
audit Rencana Diperlukan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang
3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
4 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
5 Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang

Merupakan hal yang cukup sulit untuk mengukur jumlah bukti audit yang
diperlukan bagi suatu tingkat risiko deteksi terencana tertentu. Suatu program audit
khusus yang ditujukan untuk mengurangi tingkat risiko deteksi hingga tingkat risiko
yang direncanakan merupakan suatu kombinasi atas sejumlah prosedur audit, yang
masing-masing mempergunakan suatu jenis bukti yang berbeda yang diterapkan
pada berbagai tujuan audit yang berbeda pula.
Dalam menetapkan model risiko audit, auditor sangat memperhatikan masalah
overauditing dan underauditing, tetapi sebagian besar auditor lebih memperhatikan
masalah yang terakhir. Underauditing dapat membawa kantor akuntan public pada
kewajiban hukum serta kehilangan reputasi profesionalnya.

Hubungan antara Risiko, Materialitas, dan Bukti Audit


Konsep – konsep materialitas dan risiko dalam auditing saling terkait erat dan
tak terpisahkan. Risiko merupakan suatu pengukuran atas ketidakpastian, sementara
materialitas merupakan suatu pengukuran atas ukuran atau besaran. Secara
bersama-sama, kedua hal tersebut mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai pada
suatu besaran tertentu.

Merevisi risiko-risiko dan bukti audit


Model risiko audit terutama merupakan sebuah model perencanaan dan
selanjutnya dapat dipergunakan secara terbatas dalam melakukan evaluasi atas
hasil-hasil audit. Perhatian harus diberikan dalam melakukan revisi atas faktor-faktor
risiko ini ketika hasil-hasil audit yang secara aktual diperoleh tidak sesuai dengan yang
direncanakan sebelumnya.
Pertimbangan yang sangat hati-hati harus dilalkukan oleh auditor pada saat
auditor membuat keputusan, dengan berdasarkan pada bukti audit yang dikumpulkan,
bahwa penilaian awal atas risiko pengendalian atau risiko inheren telah diterapkan
terlalu rendah atau risiko akseptibilitas audit telah ditetapkan terlalu tinggi. Dalam
situasi ini auditor harus melkukan dua pendekatan, antara lain:
1. Auditor harus merevisi penilaian awal tentang risiko yang tepat.
2. Auditor harus mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut terhadap kebutuhan
akan bukti audit, tanpa menggunakan model risiko audit.

Sumber :
http://tensilatif31.blogspot.co.id/2012/07/resiko-audit.html
http://sebioke.blogspot.com/2014/01/materialitas-dan-resiko-audit.html
https://www.scribd.com/document/359314031/Menilai-Risiko-Audit-Yang-Dapat-Diterima-
End
http://supriakuntansisy.blogspot.co.id/2011/05/materialitas-dan-risiko.html
Arens, A.A., Elder, R.A. & Beasley, M.S. (2006). Auditing dan Jasa Assurance, Edisi Kelima
belas. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Das könnte Ihnen auch gefallen