Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Penulis : Silvia Hanna (Staf Departemen Kajian Strategis BEM FEB UGM 2016)
Setiap negara tak pernah terlepas dari kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan ekspor impor
didasari oleh kondisi bahwa setiap negara memiliki karakteristik sumber daya masing-masing
dan tentunya karakteristik tersebut berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Untuk
melengkapi dan mengisi perbedaan karakteristik tersebutlah, kegiatan ekspor impor
dilakukan. Penting pula untuk diketahui, secara tidak langsung, kegiatan ekspor dan impor
mempunyai andil yang cukup penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi setiap negara.
Berdasarkan data yang diambil dari Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, ekspor
impor juga termasuk dalam indikator ekonomi Indonesia. Indonesia adalah negara yang kaya
akan sumber daya. Akan tetapi, apakah hal tersebut mampu menutup kemungkinan nilai
impor Indonesia lebih mendominasi dibandingkan nilai ekspornya?
Ekspor
Menurut KBBI, pengertian ekspor adalah pengiriman barang dagangan ke luar negeri. Barang
dagangan yang dimaksud bisa berupa barang secara fisik ataupun jasa. Ekspor merupakan
salah satu tolak ukur penting untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi di
suatu negara. Dari kegiatan ekspor ini maka dapat terjamin kegiatan bisnis di sektor riil
semakin terjaga. Produksi barang tidak hanya berputar di dalam negeri saja akan tetapi juga
berputar di perdagangan Internasional. Oleh sebab itulah, dalam jangka panjang kegiatan
ekspor dapat menjadi pahlawan devisa bagi pertumbuhan ekonomi negara.
Namun, menurut data yang didapat, perkembangan ekspor Indonesia mulai tahun 2011-2015
tidak mengalami peningkatan malah sebaliknya. Berdasarkan grafik di bawah ini, dalam
kurun waktu 2011-2015, nilai ekspor Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya
dari 203.496,60 juta US$ menjadi 150.252,50 juta US$ pada tahun 2015 yang lalu. Dapat
disimpulkan, mulai dari tahun 2011-2015, penurunan nilai ekspor adalah sebesar 26,16%.
Gambar 1.
Perkembangan Nilai Ekspor Tahun 2011-2015 di Indonesia (juta US$)
Gambar 2.
Perbandingan Nilai Ekspor Migas Non-Migas 2011-2015 di Indonesia (juta US$)
Sumber : Diolah berdasarkan data Kementerian Perdagangan 2015
Impor
Menurut KBBI, pengertian impor adalah pemasukan barang dan sebagainya dari luar negeri
ke dalam negeri. Sama seperti impor, barang yang dimaksud disini adalah barang dalam
bentuk fisik dan juga jasa. Dengan adanya impor, pemenuhan kebutuhan suatu negara dapat
terpenuhi. Impor bermanfaat untuk mengisi kekosongan barang atau jasa yang tidak dapat
diproduksi oleh negara itu sendiri. Contohnya, mesin-mesin canggih di pabrik. Tidak semua
negara memiliki kemampuan untuk memproduksi sendiri mesin-mesin industri, sehingga jika
ingin industri mereka berkembang, negara tersebut harus mengimpornya dari negara-negara
yang mampu memproduksi mesin-mesin tersebut. Walaupun demikian, tetap diperlukan
pengendalian nilai impor agar nilai impor tidak lebih mendominasi dibandingkan nilai
ekspor.
Gambar 3.
Perkembangan Nilai Impor Tahun 2011-2015 di Indonesia (juta US$)
Sumber : Diolah berdasarkan data Kementerian Perdagangan 2015
Untuk perkembangan nilai impor sendiri, terjadi fluktuasi nilai dari tahun 2011-2015. Yang
artinya, masih ada peningkatan dalam tahun tertentu. Berdasarkan kurun waktu 2011-2015,
nilai impor tertinggi berada pada tahun 2012, namun setelah itu kembali terjadi penurunan
hingga mencapai titik terendah di tahun 2015, yaitu sebesar 142.739,60. US$. Menurut data
Kemendagri, sama halnya dengan ekspor, komoditas utama impor Indonesia juga terdapat di
sektor Non-Migas.
Gambar 4.
Perbandingan Nilai Ekspor Migas Non-Migas 2011-2015 di Indonesia (juta US$)
Gambar 5.
Perbandingan Nilai Ekspor Impor 2011-2015 di Indonesia (%)
Badan Pusat Statistik. (2016, Februari 05). Ekonomi Indonesia Triwulan IV 2015
tumbuh 5,04 persen tertinggi selama tahun 2015. Dipetik13 Februari 2016, 22.03
WIB, dari : http://www.bps.go.id/Brs/view/id/1267
Devi, A. (2010). KONTRIBUSI EKSPOR IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA. Dipetik 13 Februari 2016, 22.40 WIB : 8,9 dari:
https://www.academia.edu/5769873/KONTRIBUSI_EKSPOR_IMPOR_TERHADA
P_PERTUMBUHAN_EKONOMI_DI_INDONESIA
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. (2016). Dipetik13 Februari 2016, 22.51 WIB,
dari : Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): http://kbbi.web.id/impor
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. (2016). Dipetik13 Februari 2016, 20.21 WIB,
dari : Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): http://kbbi.web.id/ekspor
Kementrian Dagang Republik Indonesia. (2015).NERACA PERDAGANGAN
INDONESIA TOTAL. Dipetik12 Februari 2016, 08.44 WIB, dari
: http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-
import/indonesia-trade-balance
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. (2014). Perkembangan Ekspor
Indonesia Berdasarkan Sektor. Dipetik12 Februari 2016, 11.47 WIB, dari :
http://www.kemenperin.go.id/statistik/peran.php?ekspor=1
Ilmu ekonomi makro (makroeconomics) seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya (Pendapatan
Nasional), makro ekonomi merupakan ilmu ekonomi secara luas termasuk inflasi, pengangguran dan
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan perekonomian dalam ilmu ekonomi terbagi menjadi dua yaitu: pertama,
perekonomian terbuka (open economy) merupakan perekonomian yang berinteraksi secara bebas dengan
perekonomian negara lain. Kedua, perekonomian tertutup (closed economy) perekonomian yang tidak
berinteraksi dengan perekonomian negara lain. Perdagangan internasional merupakan salah satu contoh dari
bentuk perekonomian terbuka. Perdagangan internasional memungkinkan orang-orang untuk menghasilkan
produk terbaik mereka dan mengonsumsi beragam barang dan jasa yang dihasilkan diseluruh dunia. Dalam
salah satu konsep dari Sepuluh Prinsip Ekonomi menyebutkan bahwa perdagangan dapat membuat orang-orang
lebih kaya, hal ini karena dengan adanya perdagangan internasional maka akan dilakukan spesialisasi dalam
produksi barang dan jasa tertentu yang keunggulan komparatif untuk memproduksinya dimiliki oleh negara-
negara tersebut.
ARUS BARANG DAN MODAL INTERNASIONAL
Berinteraksi dengan perekonomian lain (dalam perekonomian terbuka) terbagi menjadi dua yaitu :
Ekspor (exports) adalah barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri untuk dijual ke luar negeri.
Impor (imports) adalah barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri untuk dijual di dalam negeri.
Ekspor neto (net exports) adalah nilai ekspor sebuah negara dikurangi dengan nilai impornya, disebut juga
sebagai neraca perdagangan (trade balance).
Surplus perdagangan (trade surplus) yaitu kelebihan ekspor daripada impor.
Defisit perdagangan (trade deficit) yaitu kelebihan impor daripada ekspor.
Perdagangan sembang (balanced trade) yaitu situasi dimana ekspor sama dengan impor.
Variabel-varibel ini akan senantiasa berubah seiring dengan berjalannya waktu oleh karena itu maka jumlah
perdagangan internasional juga akan berubah-ubah.
Aliran Sumber Daya Keuangan : Arus Keluar Model Neto
Arus keluar modal neto (net capital outflow) merujuk pada pembelian aset luar negeri oleh warga domestik
dikurangi dengan pembelian aset domestik oleh warga luar negeri (disebut juga investasi luar negeri neto).
Ketika Indonesia menanam saham di Cina maka hal ini akan meningkatkan arus keluar modal neto Indonesia.
Sedangkan ketika Indonesia menjual surat obligasi ke pasar luar negeri dan masyarakat luar negeri membeli
surat obligasi Indonesia maka hal ini akan mengurangi arus keluar modal neto Indonesia.
Arus modal ke luar negeri terbagi menjadi dua yaitu, arus modal keluar negeri langsung (investasi luar negeri
langsung) –ketika suatu negara berinvestasi langsung di luar negeri- dan arus modal ke luar negeri
portfolio (investasi portfolio luar negeri) –suatu negara hanya menanam saham di luar negeri-.
Variabel yang mempengaruhi arus keluar modal neto :
1. Mankiw, N. Gregory, dkk. 2013. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Salemba Empat, hal : 183-203
2. LATAR BELAKANG
3. Semakin meluasnya globalisasi membuat ketergantungan antar Negara semakin
tinggi, Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,
keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran
internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di dalam
percaturan ekonomi global. Keyakinan bahwa perdagangan luar negeri akan
memberikan sumbangan positif kepada kegiatan ekonomi negara telah diyakini
dikalangan ahli-ahli ekonomi. Ahli-ahli ekonomi yang hidup disekitar abad ke-16 dan
ke-17 berpendapat bahwa perdagangan yang lebih mengenai pentingnya peranan
perdagangan luar negeri dalam perekonomian. Situasi dan kecenderungan umum
perekonomian dapat dipastikan akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Perekonomian dunia yang lesu akan melesukan pula perdagangan antar negara di
dunia, termasuk Indonesia. Hubungan ekonomi dengan luar negeri adalah bagian dari
hubungan internasional secara luas, yang mencakup juga hubungan politik, militer,
pendidikan dan kebudayaan. Bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia,
terlebih dengan system ekonomi terbuka, memungkinkan hubungan ekonomi dengan
luar negeri terjadi. Hampir setiap hari dalam surat kabar kita baca bagaimana
hubungan-hubungan ekonomi dengan luar negeri baik secara bilateral maupun
multilateral itu terjadi Hubungan ekonomi dengan luar negeri ini memberi pengaruh
terhadap perekonomian dalam negeri. Ada pengaruh buruk, tapi juga ada pengaruh
menguntungkan. Hubungan ekonomi internasional menyangkut transaksi barang, jasa
modal, moneter, alat pembayaran dan semuanya berpengaruh terhadap ekonomi
dalam negeri.
4. a. Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya,
5. b. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,
6. c. keadaan struktur ekonomi dan sosialnya. Perbedaan-perbedaan ini menyebabkan
7. d. negara yang satu dengan negara yang lainnya saling membutuhkan sehingga
8. e. terciptalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan
9. f. salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara, karena selain dapat
10. g. memenuhi kebutuhan dalam negeri, perdagangan internasional juga merupakan
11. h. salah satu sumber pendapatan
12. 1.2 RUMUSAN MASALAH
13. 1. Apa pengertian Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan?
14. 2. Apa saja jenis-jenis Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan?
15. 3. Apa saja komponen yang terdapat dalam Neraca Pembayaran dan Perdagangan?
16. 4. Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam Neraca Pembayaran dan Neraca
Perdagangan?
17. 5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Neraca Pembayaran
dan Perdagangan?
18. 6. Apa saja masalah yang dapat timbul dalam analisis Neraca Pembayaran dan
Neraca Perdagangan?
19. 7. Apa manfaat dari Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan?
20. 8. Bagaimana hubungan Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan antara
Indonesia dengan negara lain?
21.
22. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
23. Untuk memahami apa pengertian neraca pembayaran dan neraca perdagangan.
24. Untuk mengetahui apa saja jenis dan komponen yang terdapat dalam neraca
pembayaran dan neraca perdagangan.
25. Untuk mengetahui bagaimana tahapan dan faktor apa yang berpengaruh terhadap
neraca pembayaran dan neraca perdagangan.
26. Untuk mengetahui masalah apa yang timbul dalam menyusun neraca pembayaran
dan neraca perdagangan.
27. Untuk mengetahui manfaat apa yang dapat kita ambil dalam menyusun neraca
pembayaran dan neraca perdagangan.
28. Untuk mengetahui hubungan neraca pembayaran dan neraca perdagangan Negara
Indonesia dengan Negara lain.
29.
30.
31.
32.
33. BAB II
34. PEMBAHASAN
35.
36. A. PENGERTIAN NERACA PEMBAYARAN
DAN NERACA PERDAGANGAN
37.
38. a. Neraca Pembayaran
39. Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi
antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu
tertentu (biasanya 1 tahun ). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan
barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial.
Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca lalu
lintas modal dan finansial, dan item item finansial. Dan untuk menyusun neraca
pembayaran luar negeri atau neraca pembayaran internasional, perlu dibedakan
antara debit dengan transaksi kredit.
40.
41. b. Neraca Perdagangan
42. Neraca perdagangan adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perbedaan selisih antara ekspor dan impor. Neraca perdagangan bisa disebut dengan
ekspor NETO. Neraca perdagangan yang positif berarti negara tersebut mengalami
ekspor yang nilai moneternya melebihi impor yg bisa disebut surplus perdagangan.
Perdagangan internasional melibatkan berbagai transaksi ekonomi antara satu negara
dengan negara lain. Transaksi ekonomi tersebut kemudain dicatat dalam bentuk
neraca. Neraca perdagangan internasional merupakan salah satukomponen penting
dalam neraca pembayaran internasional.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51. B. JENIS-JENIS NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
52. Secara umum, neraca pembayaran terbagi menjadi tiga jenis, antara lain :
53. a. Neraca Pembayaran dan Perdagangan Defisit
54. Neraca pembayaran defisit adalah neraca pembayaran yang menunjukkan jumlah
transaksi pembayaran luar negeri (disebut transaksi debet) lebih besar dibandingkan
transaksi penerimaan dari luar negeri (disebut transaksi kredit).
55. b. Neraca Pembayaran dan Perdagangan Surplus
56. Neraca pembayaran dan perdagangan surplus adalah neraca pembayaran yang
menunjukkan transaksi debet lebih kecil dibandingkan transaksi kredit.
57. c. Neraca Pembayaran dan Perdagangan Seimbang
58. Neraca pembayaran dan perdagangan Seimbang adalah neraca pembayaran yang
menunjukan transaksi debet sama dengan transaksi kredit.
59.
60. (**Contoh Neraca Pembayaran Surplus
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71. (**Contoh Neraca Pembayaran Defisit
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79. C. KOMPONEN DALAM NERACA PEMBAYARAN
80. Neraca pembayaran memiliki beberapa komponen, yaitu current account (transaksi
berjalan), dan capital account (transaksi modal).
81. a. Current Account
82. Current Account adalah semua transaksi barang dan jasa yang dicatat dalam neraca
perdagangan, jika neraca transfer tidak ada atau nol. Adapun komponen yang ada dalam
current account adalah sebagai berikut:
83. Neraca perdagangan barang (visible trade), yang terdiri atas barang-barang dan
emas tidak moneter.
84. Neraca jasa (invisible trade), yaitu pembayaran imbalan terhadap pemakaian faktor-
faktor produksi yang terdiri atas ongkos pengang kutan dan asuransi, hasil turisme,
pendapatan modal, pemerintah, pos dan telekomunikasi, serta jasa-jasa lainnya
termasuk pembayaran bunga utang.
85. Transaksi berjalan yang surplus menunjukkan bahwa pada neraca perdagangan jumlah
ekspor lebih besar daripada impor. Sebaliknya, jika neraca perdagangan defisit berarti
impor lebih besar daripada ekspor.
86. b. Capital Account
87. Hal-hal yang termasuk ke dalam transaksi capital account, yaitu semua catatan yang
berisi transaksi modal sebagai berikut:
88. - Sektor publik, yang meliputi:
89. Penerimaan pinjaman dan bantuan.
90. Pelunasan pinjaman.
91. - Sektor swasta, yang meliputi:
92. Penanaman modal langsung investasi portofolio.
93.
94. D. TAHAPAN-TAHAPAN NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
95. Setiap negara cenderung memiliki beberapa tahapan dalam neraca pembayaran dan
perdagangannya, dari negara debitur muda hingga negara kreditur madya. Berikut
penjelasannya:
96. ∞ Negara debitur muda dimana pada tahapan ini suatu negara lebih banyak
mengimpor dari pada mengekspor selisih diantara keduanya ditutup melalui pinjaman
luar negeri sehingga memungkinkan negara tersebut menumpuk modal.
97. ∞ Negara debitur madya dimana pada tahapan ini neraca perdagangan suatu negara
telah surplus, tetapi pertumbuhan dividen dan bunga yang harus dibayarkan untuk
pinjaman luar negeri menjadikan saldo neraca modalnya kurang seimbang.
98. ∞ Negara kreditur muda dimana pada tahapan ini suatu negara mengembangkan
ekspornya secara luar biasa, bahkan negara meminjamkan uang kepa da negara-
negara lain.
99. ∞ Negara kreditur madya dimana pada tahapan ini pendapatan modal dan investasi
luar negeri memberikan surplus cukup besar terhadap pos tak tampak yang kemudian
diseimbangkan dengan defisit neraca perdagangan.
100.
101. E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NERACA
PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
102.
103. a. Neraca Pembayaran
104. Faktor-faktor yang menimbulkan ketidakseimbangan neraca pembayaran
antara lain sebagai berikut:
105. Perubahan Kurs Devisa
106. Jika neraca pembayaran defisit, maka kurs valuta asing mengalami kenaikan
dan kurs rupiah mengalami penurunan. Dan bila terjadi surplus, maka kurs valuta
asing mengalami penurunan dan kurs rupiah mengalami kenaikan.
107. Perubahan Harga
108. Jika ekspor lebih besar daripada impor berarti barang yang ada di dalam negeri
sangat laku terjual di luar negeri, maka harga barang dalam negeri menjadi
meningkat.
109.
110. Perubahan Tingkat Pendapatan
111. Ekspor merupakan komponen pendapatan nasional, sehingga berubahnya nilai
ekspor akan mengakibatkan berubahnya pendapatan nasional.
112.
113. b. Neraca Perdagangan
114. Faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan antara lain:
115. Biaya produksi (tanah, tenaga kerja, modal, pajak, insentif, dll) ekspor
dalam perekonomian mereka dalam perekonomian impor.
116. Biaya dan ketersediaan bahan baku, barang setengah jadi dan input lainnya.
117. Bursa pergerakan nilai.
118. Multilateral, bilateral dan unilateral pajak atau pembatasan perdagangan.
119. Hambatan non-tarif seperti linghkungan, kesehatan atau standar
keselamatan.
120. Ketersediaan devisa yang memadai yang dapat digunakan untuk membayar
impor.
121. Harga pokok produksi di rumah (dipengaruhi oleh respon dari pasokan).
122.
123. F. MASALAH YANG MUNCUL DALAM ANALISIS
PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
124. Masalah yang timbul dalam analisis neraca pembayaran dan neraca
perdagangan antara lain:
125. 1. Seringkali mengabaikan hubungan antara transaksi internasional yang satu
dengan yang
lain, sehingga ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran
diasosiasikan dengan satu transaksi saja tanpa melihat hubungannya dengan yang lain.
126. 2. Surplus transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik, sebaliknya
defisit dianggap jelek.
127. 3. Keputusan untuk memberi bantuan (Aid) seharusnya lebih didasarkan
pada kekuatan ekonomi negara secara keseluruhan.
128.
129.
130.
131. G. MANFAAT NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
132.
133. a. Neraca Pembayaran
134. Manfaat neraca pembayaran antara lain:
135. Keadaan keuangan yang terkait dengan pembayaran luar negeri dengan
mencermati neraca pembayaran, kita dapat mengetahui apakah sebaiknya suatu
negara menambah impor atau sebaliknya justru harus menambah ekspor.
136. Sumbangan dari transaksi ekonomi internasional terhadap penerimaan
negara
yang bersangkutan.
137. Hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan luar negeri.
138. Hubungan ekonomi suatu negara dengan negara-negara tertentu.
139.
140. b. Neraca Perdagangan
141. Manfaat Neraca Perdagangan antaralain :
142. Sebagai tolak ukur arah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan
pihak terkait. Neraca Perdagangan merupakan salah satu alat untuk menentukan arah
kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah dan pihak terkait. Dalam hal ini pelaku
kegiatan ekonomi internasional.
143. Mengetahui besaran jumlah pengeluaran dan pendapatan
negara. Neraca Perdagangan memiliki fungsi sebagai pemberi informasi jumlah atau
besaran angka ekspor dan impor. Apabila nilai ekspor lebih tinggi maka dapat
dikatakan surplus atau kelebihan pendapatan. Sebaliknya apabila nilai ekspor lebih
kecil dari impor maka dikatakan sebagai defisit atau keadaan yang tidak
menguntungkan.
144. Menjadi informasi kegiatan ekonomi internasional. Neraca
perdagangan dalam hal ini menjadi sumber informasi perdagangan internsional.
Ketika suatu negara mengalami peningkatan ekspor atau impor, maka negara lain
akan mengetahui dan dapat dilakukan pertimbangan untuk menjalin kerjasama.
145.
146.
147. H. CONTOH KASUS NERACA PEMBAYARAN DAN
PERDAGANGAN INDONESIA
148. Sebagai negara yang berpenduduk terbesar di dunia dengan tingkat kebutuhan
yang sangat tinggi, Indonesia tidak terlepas dari kegiatan perekonomian internasional.
Dengan potensi besar yang ada, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan
intensitas perdagangan yang mobile dan aktif. Berikut beberapa data yang
berhubungan dengan kegiatan perekonomian Indonesia dengan negara lain melalui
penyajian data neraca pembayaran dan perdagangan.
A. PENGERTIAN SURPLUS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3 Departemen Pendidikan Nasional Penerbit Balai
Pustaka :
Surplus adalah jumlah yang melebihi hasil biasanya; berlebihan ; sisa.
Market
--Surplus Konsumen--
adalah kepuasan atau kegunaan (utility) tambahan yang diperoleh konsumen dari pembayaran harga
suatu barang yang lebih rendah dari harga yang konsumen bersedia membayarnya.
Consumen membeli barang sebab membuat mereka better off ( sejahtera) atau memberikan nilai
guna. Consumer Surplus mengukur berapa banyak ksejehateraan yang mereka peroleh
Consumer Surplus
– Jumlah kemampuan membayar untuk barang dikurangi jumlah aktual yang mereka bayarkan
Kesejahteraan ekonomi dari masyarakat diukur dengan jumlah consumer surplus dan producer
surplus.
Efisiensi pasar (Market Efficiency) dicapai jika total surplus adalah maksimum dan alokasi
sumberdaya adalah efisien
B. PENGERTIAN DEFISIT
Defisit secara harfiah berarti adalah kekurangan dalam kas keuangan . Defisit biasa terjadi ketika
suatu organisasi (biasanya pemerintah) memiliki pengeluaran lebih banyak daripada penghasilan.
Lawan dari defisit adalah surplus.
Dalam buku pengetahuan Ekonomi, Defisit adalah istilah dalam Neraca Perdagangan dimana nilai
ekspor suatu negara lebih kecil dari nilai impor suatu negara.
Defisit artinya ketidak seimbangan yang diakibatkan kekurangan atau status yang negatif. secara
umum, defisit mempunyai banyak arti. defisit dalam produksi beras artinya produksi beras terlalu
kecil dibandingkan dengan konsumsinya.
Defisit adalah lawan kata dari surplus, yang mana; surplus berarti bahwa terjadi kelebihan dalam
produk. Contohnya: produksi beras indonesia surplus 20 juta ton. artinya bahwa produksi beras
indonesia setelah dikurangi oleh konsumsinya adalah berlebih 20 juta ton.
Defisit dalam bidang keuangan artinya ketidak seimbangan neraca keuangan dikarenakan besarnya
pengeluaran dibandingkan dengan pemasukan.
Defisit merupakan sumber dari hampir seluruh masalah keuangan.
Kenapa ?
Bisa kita lihat masalah keuangan merupakaan salah satu penyebab tersbesar dari munculnya
masalah-masalah keluarga. Dan, bila dirunut, penyebabnya hanya satu, karena Pengeluaran Anda
lebih besar daripada Pemasukan.
Dalam buku pengetahuan Ekonomi, Surplus adalah istilah dalam Neraca Perdagangan dimana nilai
ekspor suatu negara lebih besar dari nilai impor suatu negara. Sedangkan Defisit adalah istilah
dimana nilai ekspor suatu negara lebih kecil dari nilai impor suatu negara. Contoh negara yang
mengalami Surplus adalah China saat ini.
(sumber : Kamus Lengkap Ekonomi Edisi ke-2 Christopher Pass & Bryan Lowes, Penerbit Erlangga)
Diposting oleh ERNA_22210415 di 23.32
2. antara 2 Negara akan terjadi perdagangan antara ke2 Negara tersebut yang disebut, Expor
dan Impor.
3. Expor dan impor terjadi ketika suatu Negara tidak dapat menghasilkan semua barang-barang
yang dibutuhkan. Misalnya, Negara-negara maju memerlukan karet alam tetapi barang tersebut
tidak dihasilkan di Negara-negara mereka. Maka terpaksa mereka mengimpor barang-barang
tersebut dari Negara-negara di Asia tenggara terutama Indonesia. Sebaliknya pula Negara-
negara di asia tenggara belum dapat memproduksikan sendiri beberapa hasil industri modern
seperti kapal terbang, kapal pengangkut minyak dan msin-mesin industri maka Negara-negara
itu harus mengimpor barang-barang tersebut dari Negara maju.
4. * Net export : adalah export bersih yang di mana output nasional dikurangi pengeluaran
domestic.
* Neraca Perdagangan : Neraca yang menunjukan perbedaan antara export dan impor dari
perdagangan tampak yaitu perdagangan dalam barang-barang tampak.
9. Hubungannya, jadi investasi asing bersih mencerminkan arus dana internasional untuk
menandai akumulasi modal dan dalam negeri.
10. contoh tabel model susunan GDP dengan sector luar negeri
Perbandingan per kapita GDP dan Per Kapita PPP (Dalam Dolar US)
Negara-negara Maju
1. Amerika serikat 34870 34870
2. Perancis 22690 25280
3. Australia 19770 25780
4. Jerman 23700 25530
5. United Kingdom 24230 24260
i Data tersebut didasarkan kepada harga-harga yang berlaku di AS. Oleh sebab itu di AS per
kapita GDP = per kapita PPP.
ii Di Negara-negara maju pendapatan per kapita PPP hamper sama nilainya dengan pendapatan
per kapita GDP
iii Di Negara berkembang per kapita PPP jauh lebih tinggi dari per kapita GDP. Sebagai
akibatnya dengan menggunakan per kapita PPP jurang, kemakmuran diantara Negara
berkembang dan Negara maju tidaklah sebesar seperti ditunjukan oleh perbedaan per kapita
GDP
11. Nilai tukar nominal adalah harga relative mata uang dua Negara
Nilai tukar riil adalah harga related barang-barang di kedua Negara (term of trade)
12. Pada dasarnya purchasing power parity ditunjukan untuk menemukan penyusutan
perubahan nilai tukar mata uang, atau cara untuk meramalkan kurs keseimbangan, jika suatu
Negara mengalami ketidakseimbangan neraca pembayaran.
13. Implikasinya, bahwa kenaikan tingkat harga domestic mencerminkan adanya penurunan
daya beli mata uang domestic. Penurunan daya beli mata uang penurunan daya beli mata uang
domestic, penurunan daya beli mata uang tsb akan di ikuti dengan depresi mata uangnya.
Demikian pula sebaliknya.
1. LATAR BELAKANG
Ilmu ekonomi adalah suatu bidang tentang umat manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga manusia tidak
bisa lepas dengan yang namanya kegiatan perekonomian
dalam kehiduan sehari-harinya. Dalam dunia
perekonomian terdapat beberapa jenis perekonomian
yang berlangsung.
1. B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, kami dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
II. PEMBAHASAN
1. A. Perekonomian tertutup
Perekonomian tertutup (closed economy) ialah sebuah
perekonomian yang tidak berinteraksi dengan
perekonomian-perekonomian lainnya.[1] Sehingga tidak
ada kegiatan ekspor-impor. Dan sektor swasta merupakan
satu-satunya produsen barang dan jasa, dan proses
produksi dilaksanakan dengan menggunakan faktor-
faktor produksi yang dimiliki oleh rumah tangga.[2]
Ket:
C: Konsumsi
I : investasi
1. B. Perekonomian Terbuka
Perekonomian terbuka (open economy) adalah
perekonomian yang berinteraksi seara terbuka dengan
perekonomian lain di seluruh dunia. Dalam
perekonomian terbuka berinteraksi dengan
perekonomian-perekonomian lainnya dengan dua cara.
Yakni membeli dan menjual barang atau jasa dalam pasar
produk-produk dunia, serta jual beli modal/aset dalam
pasar-pasar uang internasioanal.[4]
Model dasar perekonomian terbuka adalah sebagai
berikut :
Y= C + I + G + ( X-M ).
Ket:
C: Konsumsi
I : investasi
G: Pengeluaran pemerintah
Kesimpulan
III. PENUTUP
Konsep-konsep Dasar
Sejauh ini, pengembangan pemahaman kita mengenai ilmu ekonomi makro masih mengabaikan
interksi antara perekonomian yang satu dengan perekonomian yang lain di seluruh dunia. Dalam
banyak pembahasan ekonomi makro, masalah-masalah internasional tidakdianggap penting. Para
ekonom perekonomian makro sering kali merumuskan Perekonomian tertutup adalah perekonomian
yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lain di dunia.
Namun, beberapa permasalahn ekonomi makro baru muncul dalam Perekonomian Terbuka adalah
perekonomian yang berinteraksi secara bebas dengan perekonomian lain di dunia. Perekonomian
terbuka berinteraksi dengan negara lain dalam dua cara. Perekonomian ini menjual dan membeli
barang dan jasa di pasar barang dunia. Perekonomian ini menjual dan membeli aset modal seperti
saham dan obligasi di pasar keuangan. dunia
• Perekonomian Terbuka
Amerika Serikat adalah perekonomian yang sangat besar dan terbuka – mengimpor dan mengekspor
sejumlah besar barang dan jasa. Selama empat dekade terakhir, perdagangan internasional dan
keuangan telah menjadi semakin penting.
• Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dijual di luar negeri.
• Impor adalah barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri dan di jual di dalam negeri.
• Ekspor Neto (NX) adalah nilai ekspor suatu negara dikurangi nilai impornya.
• Perdagangan seimbang adalah situasi dimana ekspor neto bernilai nol —ekspor dan impor sama
nilainya.
• Selera konsumen pada barang produksi dalam negeri dan luar negeri.
• Nilai tukar dimana seseorang dapat menggunakan mata uang domestik untuk membeli mata uang
asing.
• Arus keluar modal neto adalah pembelian aset luar negeri oleh warga domsetik dikurangi
pembelian aset domestik oleh warga asing.
• Warga Singapura membeli saham perusahaan mobil Hongkong, meningkatkan arus keluar modal
neto Singapura
• Warga Pilipina membeli obligasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Singapura, menurunkan arus
keluar modal neto Singapura.
• Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi kepemilikan aset domestik oleh investor asing.
Persamaan Ekspor Neto dan Arus Keluar Modal Neto
• Ekspor Neto (NX) dan arus keluar modal neto (NCO) berhubungan sangat dekat.
• Untuk perekonomian secara keseluruhan, NX dan NCO harus saling menyeimbangkan sedemikian
hingga :
NCO = NX
• Persamaan ini muncul karena setiap transaksi yang mempengaruhi salah satu sisi persamaan ini
juga mempengaruhi sisi lain dengan jumlah yang sama.
Y = C + I + G + NX
• Tabungan Nasional adalah pendapatan nasional yang tersisa setelah membayar konsumsi dan
belanja pemerintah :
Y – C – G = I + NX
S = I + NX
or
S = I + NCO
• Dua harga internasional yang paling penting adalah nilai tukar nominal dan nilai tukar riil.
• Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata uang suatu
negara dengan mata uang negara lain.
• Asumsikan nilai tukar antara yen Jepang dan dolar Amerika adalah 80 yen per satu dolar Amerika..
Jika nilai tukar berubah sehingga dolar Singapura dapat membeli mata uang asing lebihbanyak, maka
adanya perubahan Apresiasi adalah peningkatan nilai mata uang yang diukur oleh jumlah mata uang
asing yang dapat dibeli. Dan jika nilai tukar berubah sehingga satu dolar Singapura membeli mata
uang asing lebih sedikit, perubahan itu disebut Depresiasi adalah penurunan nilai mata uang yang
diukur oleh jumlah mata uang asing yang dapat dibeli.
Nilai tukar riil membandingkan harga barang domestik dan barang asing dalam perekonomian
domestik. Jika satu kilogram keju Australia dua kali lebih mahal dibandingkan dengan satu kilogram
keju Prancis, kita katakan setengah kilogram keju Asutralia untuk satu kilogram keju Prancis. Nilai
tukar riil tergantung pada nilai tukar nominal dan harga barang di dua negara yang diukur dalam
mata uang lokal. Nilai tukar riil adalah determinan kunci dari seberapa banyak ekspor dan impor
suatu negara.
Sebagai akibatnya, ekspor Amerika naik dan impornya turun, dan kedua perubahan ini meningkatkan
ekspor neto Amerika. Sebaliknya, apresiasi pada nilai tukar riil Amerika berarti bahwa barang –
barang Amerika lebih mahal dibanding barang – barang asing, sehingga ekspor neto Amerika turun.
• Teori paritas daya beli adalah teori paling sederhana dan paling diterima secara luas dalam
menjelaskan variasi nilai tukar mata uang.
Logika Dasar dari Teori Paritas Daya Beli: Paritas daya beli adalah teori nilai tukar yang menyatakan
bahwa satu unit mata uang tertentu harus mampu membeli barang dalam jumlah yang sama di
semua negara. Teori paritas daya beli didasarkan pada prinsip yang disebut hukum satu harga.
Berdasar hukum satu harga, suatu barang harus dijual dengan harga yang sama pada semua lokasi.
Jika hukum satu harga tidak benar, akan terdapat peluang keuntungan yang tidak tereksploitasi.
Proses pengambilan keuntungan perbedaan harga di pasar dinamakan arbitrase. Jika arbitrase
terjadi, akhirnya harga yang berbeda di dua pasar tentu akan sama. Berdasar teori paritas daya beli,
suatu mata uang harus memiliki daya beli yang sama di semua negara.
• Banyak barang-barang yang tidak mudah diperdagangkan atau dikirim dari satu negara ke negara
lain.
• Barang yang bisa diperdagangkan tidak selalu substitusi yang sempurna ketika barang
tersebut diproduksi di berbagai negara.
Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah
mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai
pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan, kemiskinan,
pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting
dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari
pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa
dinafikan ukuran-ukuran yang lain. Wijono (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan.
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi
mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas
perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen
tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan.
Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan kebijakan
yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor
sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.
PEMBAHASAN
Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata
uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
A. Model Ricardian
B. Model Heckscher-Ohlin
C. Faktor Spesifik
Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah
mungkin ketika modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor
spesifik merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari
produksi, seperti modal fisik, tidak secara mudah dipindahkan antar industri. Teori
mensugestikan jika ada peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor
produksi spesifik ke barang tersebut akan untuk pada term sebenarnya. Sebagai
tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan (seperti buruh dan
modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi untuk
pengednalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua pemilik keuntungan
bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah peningkatan dalam
pemenuhan modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk
memahami distribusi pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan.
Jangan dipercaya,bohong tu.
D. Model Gravitasi
Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual
produk tersebut.
Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara
lain.
Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara
yang berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif
untuk industri-industri yang penting secara strategis seperti
proteksi tarif untuk agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris
Raya keduanya mendukung penuh perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis
dominan, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan
pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan
Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara
ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha
non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi perdagangan.
Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan perdagangan pertemuan dan
prosedur cukai.
Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam
rangka memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi
Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi
tersebut.
Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara sistem
tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned
economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor produksi
dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar (market economic),
pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa
melalui penawaran dan permintaan
Perekonomian terencana
Ada dua bentuk utama perekonomian terencana, yaitu komunisme dan sosialisme.
Sebagai wujud pemikiran Karl Marx, komunisme adalah sistem yang mengharuskan
pemerintah memiliki dan menggunakan seluruh faktor produksi. Namun, lanjutnya,
kepemilikan pemerintah atas faktor-faktor produksi tersebut hanyalah sementara;
Ketika perekonomian masyarakat dianggap telah matang, pemerintah harus
memberikan hak atas faktor-faktor produksi itu kepada para buruh. Uni Soviet dan
banyak negara Eropa Timur lainnya menggunakan sistem ekonomi ini hingga akhir
abad ke-20. Namun saat ini, hanya Kuba, Korea Utara, Vietnam, dan RRC yang
menggunakan sistem ini. Negara-negara itu pun tidak sepenuhnya mengatur faktor
produksi. China, misalnya, mulai melonggarkan peraturan dan memperbolehkan
perusahaan swasta mengontrol faktor produksinya sendiri.
Perekonomian pasar
Perekonomian pasar campuran atau mixed market economies adalah gabungan antara
sistem perekonomian pasar dan terencana. Menurut Griffin, tidak ada satu negara pun
di dunia ini yang benar-benar melaksanakan perekonomian pasar atau pun terencana,
bahkan negara seperti Amerika Serikat. Meskipun dikenal sangat bebas, pemerintah
Amerika Serikat tetap mengeluarkan beberapa peraturan yang membatasi kegiatan
ekonomi. Misalnya larangan untuk menjual barang-barang tertentu untuk anak di
bawah umur, pengontrolan iklan (advertising), dan lain-lain. Begitu pula dengan
negara-negara perekonomian terencana. Saat ini, banyak negara-negara Blok
Timur yang telah melakukan privatisasi—pengubahan status perusahaaan pemerintah
menjadi perusahaan swasta.
Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol
adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai
pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan,
kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi
menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah
satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun
tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang lain. Wijono (2005) menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan.
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi
mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas
perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen
tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan.
Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan
kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut
menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.
1. Spesialisasi produksi.
2. Kenaikan “investasi surplus”
4. Kenaikan produktivitas.
2.3.5 Spesialisasi
Ada tiga keadaan yang membuat spesialisasi dan perdagangan tidak selalu
bermanfaat bagi suatu negara. Ketiga keaadan ini berkaitan dengan kemungkinan
spesialisasi produksi yang terlalu jauh, artinya adanya sektor produksi yang terlalu
terpusatkan pada satu atau dua barang saja. Keadaan ini adalah:
Bayangkan suatu negara hanya memproduksi satu barang, misalnya karet, dan harus
mengimpor seluruh kebutuhan bahan makanannya. Meskipun karet adalah cabang
produksi dimana negara tersebut memiliki keunggulan komperatif yang paling
tinggi, sehingga bisa meningkatkan CPFnya semakin mungkin, tentunya keadaan
seperti ini tidak sehat. Seandainya terjadi perang atau apapun yang menghambat
perdagangan luar negeri, dari manakah diperoleh bahan makanan bagi penduduk
negara tersebut? Jelas bahwa pola produksi seperti yang didiktekan oleh keunggulan
komperatif tidak harus selalu diikuti apabila ternyata kelangsungan hidup negara itu
sendiri sama sekali tidak terjamin.
c. Dualisme
Sejarah perdagangan internasional negara-negara sedang berkembang, terutama
semasa mereka masih menjadi koloni negara-negara Eropa, ditandai oleh timbulnya
sektor ekspor yang berorientasi ke pasar dunia dan yang sedikit sekali berhubungan
dengan sektor tradisional dalam negeri. Sektor ekspor seakan-akan bukan
merupakan bagian dari negeri itu, tetapi bagian dari pasar dunia. Dalam keadaan
seperti ini spesialisasi dan perdagangan internasional tidak memberi manfaat kepada
perekonomian dalam negeri. Keadaan ini di negara-negara sedang berkembang
setelah mereka merdeka, memang sudah menunjukan perubahan. Tetapi sering
belum merupakan perubahan yang fundamental. Sektor ekspor yang “modern”
masih nampak belum bisa menunjang sektor dalam negeri yang “tradisional”.
Ketiga keadaan tersebut di atas adalah peringatan bagi kita untuk tidak begitu saja
dan tanpa reserve menerima dalil perdagangan Neoklasik bahwa spesialisasi dan
perdagangan selalu menguntungkan dalam keaadaan apapun. Tetapi di lain pihak,
uraian diatas tidak merupkan bukti bahwa manfaat dari perdagangan tidaklah bisa
dipetik dalam kenyataan. Teori keunggulan komperatif masih memiliki kebenaran
dasarnya, yaitu bahwa suatu negara seyogyanya memanfaatkan keunggulan
komperatifnya dan kesempatan”transformasi lewat perdagangan”. Hanya saja perlu
diperhatikan bahwa dalam hal-hal tertentu pertimbangan-pertimbangan lain jangan
dilupakan.
b. Kita harus menanyakan pula berapa dari kenaikan pendapatan riil karena
perdagangan tersebut akan diterjemahkan menjadi kenaikan investasi dalam
negeri, dan berapa ternyata dibelanjakan untuk konsumsi yang lebih tinggi atau
ditransfer ke luar negeri oleh perusahaan-perusahaan asing sebagai imbalan bagi
modal yang ditanamkannya? Dari segi pertumbuhan ekonomi yang paling
penting adalah kenaikan investasi dalam negeri dan bukan hanya “investible
surplus”-nya.
Inti dari uraian diatas adalah bahwa kenaikan investible surplus karena
perdagangan adalah sesuatu yang nyata. Tetapi kita harus mmpertanyakan lebih
lanjut siapa yang memperoleh manfaat, berapa besar manfaat tersebut yang di
realisir sebagai investasi dalam negeri, dan adakah pengaruh dari manfaat tersebut
terhadap pembangunan ekonomi dalam arti yang sesungguhnya.
Konsep ini aslinya berasal dari Adam Smith. Menurut Adam Smith,
perdagangan luar negeri membuka daerah pasar baru yang lebih luas bagi hasil-hasil
didalam negeri. Produksi dalam negeri yang semula terbatas karena terbatasnya
pasar di dalam negeri, sekarang bisa diperbesar lagi. Sumber-sumber ekonomi yang
semula menggangur (surplus) sekarang memperoleh saluran (vent) untuk bisa
dimanfaatkan, karena adanya daerah pasar yang baru. Inti dari konsep “vent for
surplus” adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terangsang oleh terbukanya daerah
pasar baru. Sebagai contoh, suatu negara yang kaya akan tanah pertanian tetapi
penduduk relatif sedikit. Sebelum kemungkinan perdagangan dengan luar negeri
terbuka, negara tersebut hanya mnghasilkan bahan makanan yang cukup untuk
menghidupi penduduknya dan tidak lebih dari itu. Banyak tanah yang sebenarnya
subur dan cocok bagi pertanian dibiarkan tak terpakai. Dengan adanya kontak
dengan pasar dunia, negara tersebut mulai menamam barang-barang perdagangan
dunia seperti lada, kopi, teh, karet, gula, dan sebagainya dengan memanfaatkan
tanah pertanian yang menganggur tersebut. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi
meningkat.
Yang perlu dicatat disini adalah bahwa pemanfaatan tanah-tanah pertanian baru
tersebut memerluakan modal dan investasi yang sangat besar, jauh melebihi
kemampuan negara itu sendiri untuk membiayainya. Oleh sebab itu sejarah
mencatat bahwa pembukaan perkebunan-perkebunan hampir selalu berasal dari
modal asing. Ini jelas dari sejarah negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, India,
Sri Langka, dan banyak lagi lainnya. Di masa sekarang sumber-sumber ekonomi
yang belum dimanfaatkan kebanyakan tidak lagi berupa tanah-tanah pertanian
(meskipun kadang-kadang masih demikian), tetapi berupa sumber-sumber alam
(khususnya energi) dan kadang-kadang juga tenaga kerja yang murah dan berlimpah
dan murah. Modal yang besar dan teknologi tinggi diperlukan bagi pemanfaatan
sumber-sumber alam ini, dan semuanya itu seringkali di luar kemampuan negara
pemilik sumber-sumber tersebut untuk membiayai dan melaksanakannya. Jadi tetap
memerlukan modal dan teknologi asing. Perhatikan bahwa inti dari proses “vent for
surplus” ini tetap sama, baik dulu maupun sekarang, yaitu: sumber-sumber ekonomi
yang tidak bisa dimanfaatkan kecuali apabila ada saluran ke pasar dunia dan apabila
modal asing diperkenankan masuk. Perbedaan pokoknya adalah bahwa di masa
lampau negara-negara pemilik sumber-sumber alam tersebut adalah negara jajahan,
sedangkan sekarang adalah negara merdeka dengan pemerintah nasionalnya. Kunci
daripada apakah proses “vent for surplus” ini akan menghasikan pembangunan
ekonomi dalam arti sesungguhnya dalam arti sesungguhnya ataukah hanya
“pertumbuhan ekonomi” seperti yang telah terjadi di zaman lampau, terletak di
tangan pemerintah nasional. Mereka harus bisa meraih sebagian besar dari “manfaat
perdagangan” yang dihasilkan dan menggunakannya bagi kepentingan
pembangunan nasionalnya dalam arti yang sebenarnya.
Ada satu masalah lagi selain proses pengalihan teknologi itu sendiri yang perlu
diperhatikan. Masalai ini adalah mengenai sesuai tidaknya teknologi yang dialihkan
bagi kepentingan pembangunan Negara sedang berkembang. Teknologi yang
dikembangkan dinegara maju bersumber pada desakan dan keadaan dinegara
tersebut. Sedangkan kebutuhan dan keadaan dinegara sedang berkembang mungkin
menuntut teknologi yang berbeda. Sekarang orang mulai mempertanyakan apakah
computer, traktor – traktor besar, mesin serba otomatis memang teknologi yang
diperlukan oleh Negara yang sedang berkembang pada saat ini. Apakah tidak lebih
efektif apabila Negara maju membantu Negara sedang berkembang dalam
pengembangan teknologi terbaru yang langsung merupakan jawaban bagi kebutuhan
Negara sedang berkembang dan tidak hanya memberikan apa yang telah
dikembangkan dinegara maju. Dari sini muncul ide – ide mengenai pentingnya
mengembangkan teknologi madya dan sebagainya. Tetapi sampai saat ini belum ada
jawaban yang tegas bagi pertanyaan seperti ini dan belum ada kesepakatan diantara
para ekonom sendiri.
Bagaimana dengan sumber peningkatan yang lain? Saying bahwa kedua sumber
ini tidak memperoleh perhatian yang sepadan disbanding dengan sumber teknologi
baru tersebut. Kedua sumber ini pun tidak kalah pentingnya untuk peningkatan
prodiktivitas.
Nilai tukar atau kurs merupakan nilai tukar antar dua negara yang disepakati penduduk kedua
negara untuk saling melakukan perdagangan. Ada dua jenis nilai tukar yang dipakai yaitu Kurs
Nominal dan Kurs Riil.
Kurs Nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar
mata uang sutau negara dengan mata uang negara lain.
Misalnya, jika kurs antara dolar AS dan Rupiah Indonesia sebesar Rp14.500, maka 1 dolar
bernilai Rp14.500. Ketika kita meginginkan 20 dolar maka harus membayar Rp290.000 ($20 x
Rp14500).
Kurs Riil (real exchange rate) adalah nilai tukar yang digunakan seseorang saat menukarkan
barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lainnya.
Misalnya, ketika membeli tas dengan harga di Amerika adalah 400 dolar sedangkan di Indonesia
Rp2.000.000. Untuk perbandingan harga keduanya, maka harus mengubahnya menjadi mata uang
umum, jika 1 dolar Rp10.000 maka harga tas di Amerika Rp4.000.000. Sehingga dalam
membandingkan harga tas di Amerika dan Indonesia, dapat disimpulkan harga tas di Indonesia ½
harga dari harga tas di Amerika.
Ketika nilai tukar berubah sehinga 1 dolar dapat membeli mata uang asing lebih banyak
disebut Apresiasi, beberapa menyebutnya dengan “menguat”. Sebaliknya ketika nilai tukar
berubah sehingga 1 dolar hanya bisa membeli mata uang lebih sedikit maka disebut Depresiasi,
beberapa menyebutnya dengan “melemah”.
Sedangkan, salah satu alat ukur untuk mengetahui daya saing suatu negara dari sisi harga dalam
pertukaran mitra dagang biasanya menggunakan Real Effective Exchange Rates (REER).
Real Effective Exchange Rates (REER) adalah indikator untuk menjelaskan nilai mata uang
suatu negara relatif terhadap beberapa mata uang negara-negara lainnya yang telah disesuaikan
dengan tingkat inflasi pada tahun tertentu atau indeks harga konsumen negara tertentu.
Kenaikan Real Effective Exchange Rate menggambarkan nilai ekspor lebih mahal dan nilai
impor lebih murah, peningkatan tersebut menunjukan berkurangnya daya saing perdagangan,
begitu juga sebaliknya.
Sumber data yang dipakai yaitu Mata uang/ nilai tukar negara tertentu (CUR i) dibandingkan nilai
tukar Indonesia (IDRt). Selain itu, perhitungan indeks harga konsumen Indonesia (Pid)
dibandingkan dengan indeks harga konsumen negara tertentu (Pi). Perhitungan bobot (w) yang
digunakan dalam perhitungan didasarkan pada proporsi nilai ekspor dan impor masing-masing
negara terhadap nilai ekspor dan impor Indonesia.
t: periode t
A. Pengertian, Istilah Dan Definisi Konsep Purchasing Power Parity, atau Paritas Daya
Beli,
PPP diperkenalkan oleh ekonom klasik bernama David Ricardo. Konsep ini kemudian
dipopulerkan oleh ekonom Swedia yang bernama Gustave Cassel pada tahun 1920, saat
negara-negara Eropa seperti Jerman, Uni Soviet, dan Hongaria mengalami inflasi tinggi.
Penjelasan konsep teori Purchasing Power Parity didasarkan pada hukum satu harga, the law of
one price yang menyatakan bahwa harga komoditas yang sama di dua negara yang berbeda
akan sama jika dinilai dengan mata uang yang sama. Paritas Daya Beli Absolut Dengan
mengunakan konsep hukum satu harga, maka dapat dihitung seluruh harga dari sekumpulan
komoditas dan jasa yang sama untuk dua negara yang berbeda, misal untuk di Amerika maupun
di Jepang dapat ditulis persamaan berikut: PJPY = USD/JPY x PUSD (persamaan 1) PJPY
merupakan harga sekumpulan komoditas dan jasa yang sama di Jepang dan PUSD merupakan
harga sekumpulan komoditas dan jasa yang sama Amerika. Sedangkan USD/JPY adalah nilai
tukar Dollar Amerika terhadap Yen Jepang. Persamaan 1 adalah bentuk absolut dari kondisi
paritas daya beli yang dapat dimodifikasi untuk mendapatkan hubungan antara nilai tukar kurs
dengan harga sekelompok produk atau barang dari dua negara. Sehingga persamaan 1 menjadi:
USD/JPY = PJPY/PUSD Konsep paritas daya beli dalam bentuk absolut melalui peramaan 1
dapat menjelaskan terbentuknya nilai tukar valuta asing suatu negara. Dari persamaan 1 dapat
diketahui bahwa nilai tukar Dollar Amerika terhadap mata uang Yen Jepang ditentukan oleh
harga komoditas dan jasa dari dua negara tersebut.
Pada umumnya harga sekumpulan komoditas dan jasa dinyatakan dalam indeks harga. Contoh
Aplikasi Perhitungan Jika harga satu bungkus rokok Malboro di Amerika adalah satu Dollar dan
di Jepang adalah 80,0 Yen, maka nilai tukar Dollar terhadap Yen adalah: PJPY = ¥ 80,0 PUSD =
$ 1,0 Dengan menggunakan persamaan 1, maka kurs USD/JPY adalah: USD/JPY = ¥ 80,0/$ 1,0
atau USD/JPY = JPY 80,0/USD 1,0, delapan puluh Yen per satu Dollar. Atau USD/JPY = JPY
80,0/USD kurs ini biasa ditulis menjadi satu Dollar per delapan puluh Yen sehingga: USD/JPY =
USD/JPY 80,0 Berdasarkan PPP absolut, maka kurs Dollar Amerika terhadap Yen Jepang
seharusnya adalah USD/JPY 80,0. Jika kurs spot atau kurs aktual di pasar valuta asing nilainya
adalah USD/JPY 70,0 maka dikatakan nilai Yen Jepang overvaluation, sedangkan Dollar
Amerika undervaluation. Sebaliknya jika kurs spot atau aktual di pasar valuta asing nilainya
adalah USD/JPY 90,0, maka dikatakan nilai Yen Jepang undervaluation, sedangkan Dollar
Amerika overvaluation. Konsep paritas daya beli dalam bentuk absolut mampu menjelaskan
mekanisme terbentuknya kurs valuta asing secara sederhana.
Namun demikian, Kesederhanaan ini menjadi kelemahan dalam menentukan harga sekumpulan
komoditas dan jasa yang sama dari dua negara yang berbeda. Teori PPP absolut sering kali
dipandang tidak realistis karena tidak mempertimbangkan biaya-biaya yang timbul untuk suatu
produk seperti, biaya transpotasi, biaya transaksi, tarif, dan kuata. Oleh karena itu dikembangan
teori PPP relatif yang menyatakan bahwa harga komoditas yang sama akan berbeda karena
ketidaksempurnaan pasar yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti biaya transportasi, biaya
transaksi, tarif atau pajak, kuota dan lainnya. Paritas Daya Beli Relatif Menurut teori PPP relatif,
kurs valuta asing akan berubah untuk mempertahankan daya belinya. Kurs akan selalu berubah
sesuai dengan perubahan tingkat inflasi yang terjadi di dalam suatu negara. Perubahan dimulai
dari suatu kesetimbangan tertentu. Kemudian harga mengalami perubahan selama periode
tertentu, bisa satu bulan, satu tahun, atau lebih lama.
Teori Paritas Tingkat Bunga adalah salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat
bunga dalam sistem devisa bebas (apabila penduduk masing-masing negara bebas
memperjualbelikan devisa). Teori ini pada pokoknya menyatakan : Dalam sistem devisa bebas
tingkat bunga di negara satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga dinegara lain, setelah
diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu terhadap negara
yang lain. atau secara aljabar Rn= Rf + E* keterangan : Rn =Tingkat bunga (nominal) di dalam
negeri Rf = Tingkat bunga (nominal) di luar negeri E* = Laju depresiasi mata uang dalam negeri
terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi. Jadi, apabila tingkat bunga di AS
untuk katakan pinjaman jangka 6 bulan adalah 10% pertahun, dan selama 6 bulan mendatang
kurs dollar AS terhadap rupiah diperkirakan meningkat dengan 4% (atau 8% apabila dinyatakan
dalam laju pertahun), maka tingkat bunga untuk pinjaman jangka 6 bulan di indonesia akan
cenderung sama dengan 10% + 8% = 18% pertahun. Mengapa kecenderungan tersebut terjadi ?
sebab adalah bahwa apabila tingkat bunga yang berlaku di dalam negeri (untuk pinjaman 6
bulan tersebut) lebih rendah daripada 18% per tahun, maka akan lebih menguntungkan bagi
pemilik dana untuk meminjamkan uangnya di AS dan menerima imbalan 10% per tahun tanpa
harus menanggung kerugian kapital berupa penurunan nilai mata uang rupiah sebesar 8% per
tahun. Dana akan mengalir ke AS dan ini akan mengurangi tersedianya dana rupiah di dalam
negeri,dan selanjutnya akan mendorong tingkat bunga di dalam negeri untuk naik mendekati
18% per tahun. Sebaliknya apabila tingkat bunga di dalam negeri ternyata lebih tinggi dari 18%
per tahun (katakan 20%), maka akan lebih menguntungkan bagi orang AS untuk menukarkan
dollarnya menjadi rupiah dan selanjutnya meminjamkannya di indonesia dengan bunga 20 % per
tahun. Meskipun seandainya perkiraan bahwa nilai rupiah akan turun 8% per tahun benar-benar
terjadi, ia masih menerima imbalan 20% - 8% = 12% per tahun (dinyatakan dalam dollar). Jadi
akan ada aliran dana (dollar) masuk ke indonesia, sehingga suplai dana (rupiah) di indonesia
meningkat dan ini cenderung akan menurunkan tingkat bunga di dalam negeri sampai mendekati
18% per tahun.
Fisher Effect
The Fisher effet mengatakan bahwa tingkat bunga nominal di negara manapun akan sama
dengan real rate of return yang diinginkan oleh para investor (tingkat bunga yang akan
mengkompensasi para investor untuk penundaan konsumsi saat ini/sekarang) plus/ditambah
tingkat inflasi yang diperkirakan (premium untuk menyeimbangkan/offset kenyataan bahwa
inflasi akan menurunkan daya beli dari dana yang diinvestasikan ; premium ini harus
menyamakan tingkat inflasi selama periode investasi). Atau dengan kata lain bahwa tingkat
bunga nominal merupakan fungsi dari tingkat bunga riil dan premium ekspektasi inflasi. Contoh
jika return riil yang diinginkan adalah 2 % dan tingkat inflasi diperkirakan akan menjadi sebesar 5
% maka tingkat bunga nominal + 7 %. (1 + nominal rate) = (1 + real rate) (1 + expected inflation
rate) (1 + r) = (1 + a)(1 + i) atau r = a + i + ai atau sering disederhanakan dengan r = a + I
Dengan diketahui kemampuan untuk mengakses pasar-pasar keuangan dunia, real rates of
return seharusnya sama di seluruh dunia (di dunia dimana para investor dapat membeli setiap
interest bearing securities, return riil akan cenderung kearah paritas (equality) dimanapun melalui
arbitrage). Dalam keadaan equilibrium maka dengan tidak adanya intervensi pemerintah
seharusnya bahwa perbedaan tingkat bunga nominal akan + sama dengan antisipasi perbedaan
tingkat inflasi atau (1 + ph)/(1 + pf) = (1 + ih)/(1 + if). Oleh karena itu perbedaan tingkat inflasi
antara dua negara akan sama dengan/menyamakan perbedaan tingkat bunga. Sebagaimana
ditunjukan oleh persamaan yang disederhanakan berikut ini : if – ih = pf – ph. Persamaan ini
merupakan konversi dari persamaan (1 + ph)/(1 + pf) = (1 + ih)/(1 + if) dengan mengurangi
kedua sisinya dan asumsi bahwa nilai pf dan i secara relatif kecil.
Versi umum Fisher Effect mengatakan bahwa negara-negara dengan tingkat inflasi yang lebih
tinggi mempunyai tingkat bunga yang lebih tinggi daripada negara-negara dengan tingkat inflasi
yang lebih rendah. Contoh : jika tingkat inflasi di A.S dan di Inggris adalah 4 % dan 7 %, FE
mengatakan bahwa tingkat bunga nominal seharusnya + 3 % lebih tinggi di Inggris dari pada di
A.S. Efek Fisher: suatu kenaikan (penurunan) dalam tingkat inflasi yang diharapkan dalam suatu
negara akan menyebabkan kenaikan (penurunan) yang proporsional di negara tersebut. Efek
Fisher: i$ = ρ$ + E($). Efek Fisher mengimplikasikan bahwa tingkat inflasi yang diharapkan
adalah perbedaan antara tingkat bunga nominal dan riel pada masing2 negara: E($) = i$ - ρ$ ;
E(£) = i£ - ρ£ Dengan E(e) = E($) - E($), maka akan dihasilkan Efek Fisher internasional:
E(e) = i$ - i£ Jika Efek Fisher internasional dikombinasikan dengan IRP, yaitu: (F-S)/S = i$ - i£,
maka diperoleh: (F-S)/S = E(e) Kombinasi tersebut disebut paritas forward. Translation exposure
Merupakan eksposur laporan rugi/laba dan Neraca MNC terhadap perubahan-perubahan nilai
tukar nominal. MNC harus mengkonsolidasi rekeningnya ke dalam mata uang lokal melalui cash
flow-nya yang didenominasi mata uang asing ke dalam mata uang lokal. Sebagai contoh jika
perusahaan memiliki rekening dalam mata uang asing pada bank luar negeri, ukuran/jumlah
deposit dalam mata uang asing tidak terpengaruh, tetapi jumlah deposit yang dilaporkan dalam
laporan keuangan (dalam mata uang domestic) akan berpengaruh pada statements konsolidasi
dari subsidiary asing kepada perusahaan induknya, nilai dari beberapa pos-posnya akan
bervariasi dari waktu ke waktu terhadap kurs valas. Translaction exposure secara sederhananya
merupakan perbedaan antar exposed assets dan exposed liabilities.
Exposed berarti bahwa nilai dari aset yang dihitung dalam reporting currency (mata uang negara
asal) turun akibat devaluasi functional currency. Misalnya suatu perusahaan multinasional
Jepang memiliki anak perusahaan di Indonesia, berikut neraca anak perusahaan pada awal
tahun : Dalam Rp. Awal tahun (¥) Kurs = Rp. 80/¥ Akhir tahun (¥) Kurs = Rp.100/¥ Kas
1.000.000 12.500 10.000 Piutang Dagang 2.000.000 25.000 20.000 Persediaan 2.000.000
25.000 20.000 Aktiva tetap 5.000.000 62.500 50.000 Total Aset 10.000.000 125.000 100.000
Hutang dagang 2.000.000 25.000 20.000 Hutang jangka panjang 2.000.000 25.000 20.000
Modal saham 6.000.000 75.000 60.000 Total pasiva 10.000.000 125.000 100.000 Total aset
adalah Rp.10.000.000. Karena perusahaan ini adalah perusahaan Jepang, maka harus
dikonversikan ke dalam ¥ jepang. Misalkan pada awal tahun kurs adalah Rp 80/¥. Maka akan
terlihat bahwa total aset ¥125.000 dan modal saham ¥ 75.000. Sedangkan kurs pada akhir tahun
adalah Rp.100/¥, maka akan terlihat bahwa total aset turun menjadi ¥ 10.000 dan modal saham
juga turun menjadi ¥ 60.000. penurunan modal saham menunjukan perusahaan mengalami
kerugian sehingga modal sahamnya berkurang nilainya. Namun nilai ekonomis perusahaan tetap
sama antara awal tahun dan akhir tahun karena kerugian ini semata-mata disebabkan oleh
perubahan kurs bukan karena perubahan nilai ekonomis. Transaction exposure Adalah eksposur
valas perusahaan dalam transaksi-transaksinya dengan negara lain dimana transaksi tersebut
terjadi pada saat ini namun pembayarannya dilakukan pada masa datang, pada saat jatuh
tempo/penyelesaian transaksi-transaksi tersebut menaikkan keuntungan-keuntungan atau
kerugian mata uang. Dengan kata lain, selama periode komitmen-komitmen pembayaran atau
penerimaan tersebut belum jatuh tempo, kurs nominal dapat berubah dan membuat nilai
transaksi ada dalam risiko.
Contohnya adalah piutang dan hutang dalam valas. Contoh seorang importir Indonesia membeli
barang dari Amerika Serikat senilai $1 juta dan pembayarannya dilakukan 3 bulan mendatang.
Pada saat ini kurs Rp/$ adalah Rp. 10.000/$ namun kurs Rp/$ 3 bulan mendatang adalah Rp.
12.000/$. Maka importir harus menyediakan rupiah lebih banyak. Sebaliknya jika kurs Rp/$
menguat pada 3 bulan mendatang, maka importir tersebut akan memperoleh keuntungan.
Economic exposure Adalah eksposur valas cash flows perusahaan terhadap perubahan-
perubahan nilai tukar riil (mengukur perubahan-perubahan nilai tukar yang mempengaruhi nilai
perusahaan yang diukur dalam ekspektasi cash flows masa datang). Eksposur yang didasarkan
pada nilai-nilai pasar mengasumsikan bahwa tujuan finansial perusahaan adalah untuk
memaksimumkan kekayaan pemegang saham
Laju inflasi dan suku bunga dapat menimbulkan dampak-dampak yang signifikan terhadap
nilai tukar. Karena sangat penting hal ini sangat perlu dibahas. Dalam hal ini ada 3 teori yang
menjelaskan hubungan kedua faktor ini dalam mempengaruhi nilai tukar. Teori tersebut
seperti Teori Paritas Daya Beli (PPP), Teori International Fisher Effect (IFE) dan Teori
Paritas Suku Bunga (IRP). Pada makalah akan dibahas mengenai ketiga teori tersebut
secara rinci.
Teori ini melihat hubungan nilai tukar dan inflasi dimana nilai tukar akan
menyesuaikan diri dari waktu ke waktu hingga mencerminkan selisih inflasi antar negara.
Dari penjelasan tersebut ada hubungan yang berbanding lurus dimana untuk mengimbangi
laju inflasi maka nilai tukar harus dapat mencerminkan selisih dari laju inflasi tersebut agar
perbedaan harga barang yang mahal tidak terjadi. Hal ini bertujuan agar konsumen tidak
berubah untuk mengkonsumsi produk dari negara lain sehingga produk tersebut laku dipasar
yang terkena damapak laju inflasi.
Salvatore (2011 dikutip dalam internet) mengungkapkan bahwa teori paritas daya beli
versi absolut merupakan titik ekuilibrium dari nilai tukar antar dua negara dan rasio tingkat
harga dari kedua negara yang bersangkutan.
Menurut Amalia (2007, dikutip dalam internet) teori paritas daya beli versi absolut
pada dasarnya adalah perbandingan nilai satu mata uang terhadap mata uang lain yang
ditentukan oleh tingkat harga pada masing- masing negara.
Menurut Jeff Madura bentuk absolut teori ini menyatakan bahwa harga dari 2 produk
yang homogen di negara-negara yang berbeda akan sama jika diukur oleh valuta yang sama.
Jika terjadi perbedaan harga pada valuta yang sama setelah melakukan pengukuran maka
harga yang satu akan mendekati harga yang lain. Sebagai contoh jika amerika dan cina
memproduksi produk yang sama dan harga di amerika lebih rendah daripada di china jika
diukur dengan valuta yang sama maka permintaan di negara amerika akan meningkat dan
akan menurunkan permintaan dinegara China. Konsequensinya nila tukar antara kedua
negara akan berubah. Namun ada beberapa faktor yang akan melemahkan teori absolut ini
yakni biaya tranportasi, bea masuk dan kuota. Karena pengaruh dari faktor tersebut akan
menimbulkan perbedaan harga walaupun pada valuta yang sama.
2.1.2.2. Relative Purchasing Power Parity
Teori ini tidak berjalan dengan baik jika faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar selain
inflasi. Seperti misalnya kebijakan pemerinta,tingkat pendapatan,ekspektasi dan interaksi
antar faktor. Ketika semua faktor ini terdapat dalam suatu negara maka akan sulit berjalannya
teori ini.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Teori Purchasing Power Parity menyatakan bahwa tingkat inflasi Dapat
mempengaruhi nilai tukar mata uang. Teory dampak fisher internaional menyatakan bahwa
suku bunga Dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang. Berdasarkan teori Purchasing Power
Parity dan Teory dampak fisher internaional maka tingkat inflasi dan suku bunga di suatu
negara mempunyai Pengaruh terhadap nilai tukar mata uang. Kedua faktor tersebut dapat
berinteraksi sehingga menimbulkan pengaruh yang lebih besar terhadap nilai tukar mata
uang. Sebagai contohnya, perubahan perbedaan inflasi dapat mempengaruhi perbedaan suku
bunga. Dengan adanya perubahan perbedaan inflasi dan suku bunga maka nilai tukar mata
uang akan cenderung menyesuaikan dengan keadaan tersebut.