Sie sind auf Seite 1von 53

Ekonomi Pendidikan

Selasa, 31 Januari 2012

ekonomi tertutup dan terbuka

1. Apa perbedaan model perekonomian tertutup dengan perekonomian terbuka?


Jawab :
Perekonomian terbuka adalah perekonomian yang melibatkan diri dalam perdagangan
internasional (ekspor dan impor) barang dan jasa serta modal dengan negara-negara lain.
Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak melibatkan diri dengan
perdagangan internasional dan jasa serta modal dari Negara lain. Artinya Negara tersebut berusaha
mandiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri
Ekonomi terbuka adalah perekonomian di mana terdapat kegiatan ekonomi antara
masyarakat domestik dan luar, misalnya orang , termasuk bisnis , dapat
perdagangan barang dan jasa dengan orang lain dan bisnis di masyarakat internasional , dan aliran
dana sebagai investasi di seberang perbatasan. Perdagangan bisa dalam bentuk pertukaran
manajerial, transfer teknologi, segala macam barang dan jasa. Meskipun, ada pengecualian tertentu
yang tidak dapat ditukar, seperti, kereta api jasa suatu negara tidak dapat diperdagangkan dengan
another.to memanfaatkan layanan ini, suatu negara harus memproduksi sendiri. Hal ini kontras
dengan perekonomian tertutup di mana perdagangan internasional dan keuangan tidak dapat
berlangsung.
Tindakan menjual barang atau jasa ke luar negeri disebut ekspor . Tindakan membeli
barang atau jasa dari negara asing disebut mengimpor . Bersama-sama ekspor dan impor secara
kolektif disebut perdagangan internasional .
Ada sejumlah keuntungan bagi warga dari sebuah negara dengan perekonomian terbuka.
Satu keuntungan utama adalah bahwa warga negara konsumen memiliki berbagai jauh lebih besar
dari barang dan jasa dari yang untuk memilih. Selain itu, konsumen memiliki kesempatan untuk
berinvestasi mereka tabungan luar negeri.
Dalam perekonomian terbuka, pengeluaran suatu negara dalam suatu tahun tertentu tidak
perlu sama dengan output barang dan jasa. Sebuah negara dapat menghabiskan lebih banyak uang
daripada menghasilkan dengan meminjam dari luar negeri, atau dapat menghabiskan waktu kurang
dari menghasilkan dan meminjamkan perbedaan untuk orang asing .
Model dasar
Dalam perekonomian tertutup, seluruh output dijual di dalam negeri, dan
pengeluaran dibagi menjadi tiga komponen: konsumsi, investasi, dan belanja
pemerintah.
Y=C+I+G
Dalam perekonomian terbuka, sebagian output dijual dalam negeri dan
sebagian diekspor untuk dijual di luar negeri. Kita dapat membagi pengeluaran
output Y ekonomi terbuka dalam empat komponen: Cd, konsumsi barang dan jasa
domestik, Id, investasi dalam barang dan jasa domestik, Gd, pemerintah pembelian
barang dan jasa domestik, X, ekspor barang dan jasa domestik . Pembagian
pengeluaran ke dalam komponen ini dinyatakan dalam identitas
Y = Cd + Id + Gd + X.
Jumlah dari tiga suku pertama, Cd + I d + Gd, adalah pengeluaran domestik
atas barang dan jasa domestik. Istilah keempat, X, menghabiskan asing pada
barang dan jasa domestik (nilai ekspor). Sejak, belanja domestik total adalah jumlah
pengeluaran pada barang-barang domestik maupun asing dan layanan, kita dapat
mengatakan bahwa, C = Cd + Cf, I = I + I f d, G = Gd + G f. Kami pengganti tiga
persamaan ke dalam identitas di atas:
Y = (C - Cf) + (I - Aku f) + (G - G f) + X.
Kita dapat mengatur ulang untuk mendapatkan
Y = C + I + G + X - (Cf + I + G f f).
Jumlah pengeluaran domestik atas barang dan jasa mancanegara (Cf + I + G f f)
adalah pengeluaran pada impor (IM). Kita dapat menulis identitas pos pendapatan
nasional sebagai
Y = C + I + G + X - IM.
Karena nilai total impor adalah bagian dari pengeluaran domestik dan bukan
merupakan bagian dari output domestik, maka dia dikurangi dari jumlah output.This
memberi kita nilai Ekspor Neto (NX = X - IM), identitas menjadi
Y = C + I + G + NX.
Dalam perekonomian tertutup: Nasional tabungan = investasi. Negara perekonomian
tertutup dapat meningkatkan kekayaan hanya dengan mengumpulkan modal baru.
Jika output melebihi pengeluaran domestik, kita ekspor perbedaan itu: ekspor neto
adalah positif. Jika output jatuh pendek dari pengeluaran domestik, kita mengimpor
perbedaan itu: ekspor neto adalah negatif.
2.Bagaimana bentuk interaksi (kegiatan ekonomi) yang terjadi antara dua
negara pada perekonomian terbuka?
Jawab :
Bentuk interaksi ekonomi antara dua negara pada ekonomi terbuka yaitu
adanya kegiatan ekspor dan impor. Rasio Ekspor dan impor tersebut sangat
berpengaruh pada GDP negara yang bersangkutan.

Perekonomian terbuka membawa masuk “pasar luar negeri” ke dalam proses


keseimbangan umum.
konsep pokok yang terpengaruh;
1. Konsep permintaan agregat mempunyai unsur tambahan, yaitu neraca perdagangan, sehingga
menjadi Z = C + I + G + X – M.
2. Permintaan uang dan penawaran uang harus mencakup hubungan keuangan dengan luar negeri:
tingkat bunga luar negeri (iF) harus diperhitungkan dan pada sisi penawaran, penciptaan uang inti
yang berasal dari defisit atau surplus neraca pembayaran harus juga diperhitungkan.
3. Harga luar negeri barang ekspor dan impor (P$F) dan kurs devisa (E) merupakan variabel baru yang
akan mempengaruhi proses keseimbangan umum

3.Bagaimana terjadinya Expor dan Impor?


Jawab :
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain.
Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis kecil sampai menengah
sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat internasional.Strategi ekspor digunakan karena risiko
lebih rendah, modal lebih kecil dan lebih mudah bila dibandingkan dengan strategi lainnya. Strategi
lainnya misalnya franchise dan akuisisi.
Dalam perencanaan ekspor perlu dilakukan berbagai persiapan, berikut ini 4 langkah
persiapannya :
1. Identifikasi pasar yang potensial
2. Penyesuaian antara kebutuhan pasar dengan kemampuan, SWOT
analisis
3. Melakukan Pertemuan, dengan eksportir, agen, dll
4. Alokasi sumber daya.
Kegiatan ekspor terbagi menjadi 2, yaitu::
Ekspor langsung
 Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui perantara/ eksportir yang bertempat
di negara lain atau negara tujuan ekspor. Penjualan dilakukan melalui distributor dan perwakilan
penjualan perusahaan. Keuntungannya, produksi terpusat di negara asal dan kontrol terhadap
distribusi lebih baik. Kelemahannya, biaya transportasi lebih tinggi untuk produk dalam skala besar
dan adanya hambatan perdagangan serta proteksionisme.
Ekspor tidak langsung
 Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui perantara/eksportir negara asal
kemudian dijual oleh perantara tersebut.Melalui, perusahaan manajemen ekspor ( export
management companies ) dan perusahaan pengekspor ( export trading
companies).Kelebihannya, sumber daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu menangani ekspor
secara langsung. Kelemahannya, kontrol terhadap distribusi kurang dan pengetahuan terhadap
operasi di negara lain kurang.
 Umumnya, industri jasa menggunakan ekspor langsung sedangkan
industri manufaktur menggunakan keduanya
Impor adalah proses transportasibarang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain
secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan
memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar
umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor
adalah bagian penting dari perdagangan internasional.
Impor adalah pembelian barang atau jasa asing. Jika perusahaan menjual produknya secara
lokal, mereka dapat manfaat karena harga lebih murah dan kualitas lebih tinggi dibandingkan
pasokan dari dalam negeri. Impor juga sangat dipengaruhi 2 faktor yakni, pajak dan kuota. Tingkat
impor dipengaruhi oleh hambatan peraturan perdagangan. Pemerintah mengenakan tariff (pajak)
pada produk impor. Pajak itu biasanya dibayar langsung oleh importir, yang kemudian akan
membebankan kepada konsumen berupa harga lebih tinggi dari produknya. Demikianlah sebuah
produk mungkin berharga terlalu tinggi dibandingkan produk yang berasal dari dalam negeri.
Ketika pemerintah asing menerapkan tarif, kemampuan perusahaan asing untuk bersaing di
Negara-negara itu dibatasi.
Pemerintah juga dapat menerapkan kuota pada produk impor, yang membatasi jumlah produk yang
dapat diimpor. Jenis hambatan perdagangan seperti ini bahkan lebih membatasi dibandingkan tarif,
karena secara eskpilit menetapkan batas jumlah yang dapat diimpor.
Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli
barang atau jasa dari negara lain disebut impor, kegiatan demikian itu akan menghasilkan devisa
bagi negara. Devisa merupakan masuknya uang asing kenegara kita dapat digunakan untuk
membayar pembelian atas impor dan jasa dari luar negeri.
Kegiatan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Produk impor merupakan barang-
barang yang tidak dapat dihasilkan atau negara yang sudah dapat dihasilkan,tetapi tidak dapat
mencukupi kebutuhan rakyat
4. Apakah yang dimaksudkan dengan Net Expor dan Neraca Perdagangan?
Jawab : net ekspor adalah ekspor bersih atau ekspor dikurang impor (NX = EX – IM)
Ekspor netto (NX) = ekspor (X) – Impor (M)
Jika positip  net foreign investment
Jika negatip  net foreign borrowing
Neraca perdagangan yang merupakan selisih antara total ekspor dan impor barang, jasa,
dan transfer. Dalam perhitungannya, neraca perdagangan ini tidak mencakup transaksi-transaksi
asset finansial dan kewajiban (hutang). Data ini merupakan indikator tren perdagangan luar negeri
yang merupakan aliran bersih dari total ekspor dan impor barang dan jasa sebagai penerimaan atau
penghasilan.
Dengan adanya transaksi ekspor maka akan diterima sejumlah uang yang nantinya akan
menambah permintaan terhadap mata uang negara eksportir. Begitu pula sebaliknya pada impor
barang dan jasa dimana sejumlah uang harus dikeluarkan guna membayar barang dan jasa yang kita
impor, hal ini akan menambah penawaran akan mata uang negara importir.
5.Bagaimana dengan neraca perdagangan yang surplus, defisit dan seimbang?
Jawab :
Neraca perdagangan (atau ekspor bersih, terkadang dilambangkan sebagai NX) adalah
perbedaan antara nilai moneter dari ekspor dan impor output dalam suatu perekonomian selama
periode tertentu. Ini adalah hubungan antara impor bangsa dan ekspor. Sebuah keseimbangan positif
dikenal sebagai surplus perdagangan jika terdiri dari ekspor lebih dari yang diimpor; saldo negatif
disebut sebagai defisit perdagangan atau, informal , kesenjangan perdagangan. Neraca
perdagangan kadang-kadang dibagi ke dalam barang dan jasa keseimbangan.
EKSPOR > IMPOR maka SURPLUS perdagangan
EKSPOR < IMPOR maka DEFISIT perdagangan
EKSPOR = IMPOR maka SEIMBANG perdagangan

Penulis : Silvia Hanna (Staf Departemen Kajian Strategis BEM FEB UGM 2016)

Setiap negara tak pernah terlepas dari kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan ekspor impor
didasari oleh kondisi bahwa setiap negara memiliki karakteristik sumber daya masing-masing
dan tentunya karakteristik tersebut berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Untuk
melengkapi dan mengisi perbedaan karakteristik tersebutlah, kegiatan ekspor impor
dilakukan. Penting pula untuk diketahui, secara tidak langsung, kegiatan ekspor dan impor
mempunyai andil yang cukup penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi setiap negara.
Berdasarkan data yang diambil dari Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, ekspor
impor juga termasuk dalam indikator ekonomi Indonesia. Indonesia adalah negara yang kaya
akan sumber daya. Akan tetapi, apakah hal tersebut mampu menutup kemungkinan nilai
impor Indonesia lebih mendominasi dibandingkan nilai ekspornya?

Ekspor
Menurut KBBI, pengertian ekspor adalah pengiriman barang dagangan ke luar negeri. Barang
dagangan yang dimaksud bisa berupa barang secara fisik ataupun jasa. Ekspor merupakan
salah satu tolak ukur penting untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi di
suatu negara. Dari kegiatan ekspor ini maka dapat terjamin kegiatan bisnis di sektor riil
semakin terjaga. Produksi barang tidak hanya berputar di dalam negeri saja akan tetapi juga
berputar di perdagangan Internasional. Oleh sebab itulah, dalam jangka panjang kegiatan
ekspor dapat menjadi pahlawan devisa bagi pertumbuhan ekonomi negara.

Namun, menurut data yang didapat, perkembangan ekspor Indonesia mulai tahun 2011-2015
tidak mengalami peningkatan malah sebaliknya. Berdasarkan grafik di bawah ini, dalam
kurun waktu 2011-2015, nilai ekspor Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya
dari 203.496,60 juta US$ menjadi 150.252,50 juta US$ pada tahun 2015 yang lalu. Dapat
disimpulkan, mulai dari tahun 2011-2015, penurunan nilai ekspor adalah sebesar 26,16%.

Gambar 1.
Perkembangan Nilai Ekspor Tahun 2011-2015 di Indonesia (juta US$)

Sumber: Diolah berdasarkan data Kementerian Perdagangan 2015


Setiap negara selalu berusaha mengembangkan nilai ekspor dari komoditas ekspor
unggulannya. Perkembangan ekspor sangat penting dalam upaya peningkatan pendapatan
negara yang berdampak pada perkembangan ekonomi nasional. Sejak saat itu, ekspor
menjadi fokus utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya
strategi industrialisasi dari penekanan pada substitusi impor ke promosi ekspor. Menurut
BPS, komotidi unggulan ekspor indonesia adalah di sektor Non-Migas. Sedangkan, untuk
sektor Migas sendiri, perkembangannya masih sangat jauh dibawah sektor Non-Migas.

Gambar 2.
Perbandingan Nilai Ekspor Migas Non-Migas 2011-2015 di Indonesia (juta US$)
Sumber : Diolah berdasarkan data Kementerian Perdagangan 2015
Impor
Menurut KBBI, pengertian impor adalah pemasukan barang dan sebagainya dari luar negeri
ke dalam negeri. Sama seperti impor, barang yang dimaksud disini adalah barang dalam
bentuk fisik dan juga jasa. Dengan adanya impor, pemenuhan kebutuhan suatu negara dapat
terpenuhi. Impor bermanfaat untuk mengisi kekosongan barang atau jasa yang tidak dapat
diproduksi oleh negara itu sendiri. Contohnya, mesin-mesin canggih di pabrik. Tidak semua
negara memiliki kemampuan untuk memproduksi sendiri mesin-mesin industri, sehingga jika
ingin industri mereka berkembang, negara tersebut harus mengimpornya dari negara-negara
yang mampu memproduksi mesin-mesin tersebut. Walaupun demikian, tetap diperlukan
pengendalian nilai impor agar nilai impor tidak lebih mendominasi dibandingkan nilai
ekspor.

Gambar 3.
Perkembangan Nilai Impor Tahun 2011-2015 di Indonesia (juta US$)
Sumber : Diolah berdasarkan data Kementerian Perdagangan 2015
Untuk perkembangan nilai impor sendiri, terjadi fluktuasi nilai dari tahun 2011-2015. Yang
artinya, masih ada peningkatan dalam tahun tertentu. Berdasarkan kurun waktu 2011-2015,
nilai impor tertinggi berada pada tahun 2012, namun setelah itu kembali terjadi penurunan
hingga mencapai titik terendah di tahun 2015, yaitu sebesar 142.739,60. US$. Menurut data
Kemendagri, sama halnya dengan ekspor, komoditas utama impor Indonesia juga terdapat di
sektor Non-Migas.

Gambar 4.
Perbandingan Nilai Ekspor Migas Non-Migas 2011-2015 di Indonesia (juta US$)

Sumber : Diolah berdasarkan data Kementerian Perdagangan 2015


Setelah membahas keadaan perkembangan ekspor impor Indonesia secara keseluruhan, maka
dapat disimpulkan perbandingan nilai ekspor dan nilai impor Indonesia pada kurun waktu
2011-2015.

Gambar 5.
Perbandingan Nilai Ekspor Impor 2011-2015 di Indonesia (%)

Sumber: Diolah berdasarkan data Kementerian Perdagangan 2015


Pada grafik diatas disimpulkan bahwa nilai impor lebih mendominasi dibandingkan nilai
ekspor, walaupun pada tahun-tahun tertentu masih terdapat nilai ekspor yang mendominasi.
Sejalan dengan teori ekonomi bahwa jika suatu negara pertumbuhan ekonominya meningkat
positif yang dicerminkan dari beberapa faktor ekonomi makro seperti meningkatnya ekspor
yang turut berkontribusi terhadap neraca pembayaran. Sebagai contoh, menurut data BPS,
pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih besar dibandingkan pada tahun 2015.
Pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02% sedangkan pada tahun
2015 hanya 4,79%. Dilihat dari data perkembangan nilai ekspor Indonesia, pada tahun 2014,
nilai ekspor Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor pada tahun 2015.
Bagaimana dengan tahun 2016?

 Badan Pusat Statistik. (2016, Februari 05). Ekonomi Indonesia Triwulan IV 2015
tumbuh 5,04 persen tertinggi selama tahun 2015. Dipetik13 Februari 2016, 22.03
WIB, dari : http://www.bps.go.id/Brs/view/id/1267
 Devi, A. (2010). KONTRIBUSI EKSPOR IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA. Dipetik 13 Februari 2016, 22.40 WIB : 8,9 dari:
https://www.academia.edu/5769873/KONTRIBUSI_EKSPOR_IMPOR_TERHADA
P_PERTUMBUHAN_EKONOMI_DI_INDONESIA
 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. (2016). Dipetik13 Februari 2016, 22.51 WIB,
dari : Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): http://kbbi.web.id/impor
 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. (2016). Dipetik13 Februari 2016, 20.21 WIB,
dari : Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): http://kbbi.web.id/ekspor
 Kementrian Dagang Republik Indonesia. (2015).NERACA PERDAGANGAN
INDONESIA TOTAL. Dipetik12 Februari 2016, 08.44 WIB, dari
: http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-
import/indonesia-trade-balance
 Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. (2014). Perkembangan Ekspor
Indonesia Berdasarkan Sektor. Dipetik12 Februari 2016, 11.47 WIB, dari :
http://www.kemenperin.go.id/statistik/peran.php?ekspor=1

Ilmu ekonomi makro (makroeconomics) seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya (Pendapatan
Nasional), makro ekonomi merupakan ilmu ekonomi secara luas termasuk inflasi, pengangguran dan
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan perekonomian dalam ilmu ekonomi terbagi menjadi dua yaitu: pertama,
perekonomian terbuka (open economy) merupakan perekonomian yang berinteraksi secara bebas dengan
perekonomian negara lain. Kedua, perekonomian tertutup (closed economy) perekonomian yang tidak
berinteraksi dengan perekonomian negara lain. Perdagangan internasional merupakan salah satu contoh dari
bentuk perekonomian terbuka. Perdagangan internasional memungkinkan orang-orang untuk menghasilkan
produk terbaik mereka dan mengonsumsi beragam barang dan jasa yang dihasilkan diseluruh dunia. Dalam
salah satu konsep dari Sepuluh Prinsip Ekonomi menyebutkan bahwa perdagangan dapat membuat orang-orang
lebih kaya, hal ini karena dengan adanya perdagangan internasional maka akan dilakukan spesialisasi dalam
produksi barang dan jasa tertentu yang keunggulan komparatif untuk memproduksinya dimiliki oleh negara-
negara tersebut.
ARUS BARANG DAN MODAL INTERNASIONAL
Berinteraksi dengan perekonomian lain (dalam perekonomian terbuka) terbagi menjadi dua yaitu :

1. Membeli dan menjual barang dan jasa di pasar produk dunia


2. Membeli serta menjual aset modal, seperti saham dan surat obligasi di pasar uang dunia.

Arus Barang : Ekspor, Impor, dan Ekspor Neto

 Ekspor (exports) adalah barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri untuk dijual ke luar negeri.
 Impor (imports) adalah barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri untuk dijual di dalam negeri.
 Ekspor neto (net exports) adalah nilai ekspor sebuah negara dikurangi dengan nilai impornya, disebut juga
sebagai neraca perdagangan (trade balance).
 Surplus perdagangan (trade surplus) yaitu kelebihan ekspor daripada impor.
 Defisit perdagangan (trade deficit) yaitu kelebihan impor daripada ekspor.
 Perdagangan sembang (balanced trade) yaitu situasi dimana ekspor sama dengan impor.

Banyak faktor yang mempengaruhi hal-hal diatas, faktor-faktor tersebut diantaranya :

1. Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri.


2. Harga barang di dalam negeri dan luar negeri
3. Nilai tukar dimana orang-orang dapat menggunakan mata uang domestik untuk membeli mata uang
asing.
4. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri.
5. Biaya transportasi barang dari satu negara ke negara lain.
6. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional.

Variabel-varibel ini akan senantiasa berubah seiring dengan berjalannya waktu oleh karena itu maka jumlah
perdagangan internasional juga akan berubah-ubah.
Aliran Sumber Daya Keuangan : Arus Keluar Model Neto
Arus keluar modal neto (net capital outflow) merujuk pada pembelian aset luar negeri oleh warga domestik
dikurangi dengan pembelian aset domestik oleh warga luar negeri (disebut juga investasi luar negeri neto).
Ketika Indonesia menanam saham di Cina maka hal ini akan meningkatkan arus keluar modal neto Indonesia.
Sedangkan ketika Indonesia menjual surat obligasi ke pasar luar negeri dan masyarakat luar negeri membeli
surat obligasi Indonesia maka hal ini akan mengurangi arus keluar modal neto Indonesia.
Arus modal ke luar negeri terbagi menjadi dua yaitu, arus modal keluar negeri langsung (investasi luar negeri
langsung) –ketika suatu negara berinvestasi langsung di luar negeri- dan arus modal ke luar negeri
portfolio (investasi portfolio luar negeri) –suatu negara hanya menanam saham di luar negeri-.
Variabel yang mempengaruhi arus keluar modal neto :

1. Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset luar negeri


2. Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset domestik.
3. Risiko ekonomi dan politik dalam memegang aset luar negeri
4. Kebijakan pemerintah yang memengaruhi kepemilikan aset domestik oleh investor asing.

Persamaan Ekspor Neto dan Arus Keluar Modal Neto


Ekspor neto mengukur ketidakseimbangan antara ekspor dan impor suatu negara. Arus keluar modal
neto mengukur ketidakseimbangan antara jumlah aset asing yang dibeli oleh warga domestik dan jumlah aset
domestik yang dibeli oleh asing.
Arus keluar modal neto (NCO) selalu sama dengan ekspor neto (NX) :
NCO=NX
Persamaan ini muncul karena setiap transaksi yang memengaruhi salah satu sisi persamaan ini juga
memengaruhi sisi lain dengan jumlah yang sama. Hal ini terjadi karena ekspor neto dan arus keluar modal neto
–transaksi internasional- merupakan pertukaran.
Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus Internasional
Ekspor neto merupakan salah satu komponen Produk Domestik Bruto (PDB) seperti yang telah dijelaskan pada
bab Pendapatan Nasional , Rumus PDB yaitu:
Y=C+I+G+NX
Tabungan nasional adalah pendapatan negara yang tersisa setelah membayar konsumsi dan pembelian
pemerintah. Persamaannya menjadi :
Y-C-G=I+NX
S=I+NX
Karena ekspor neto sama dengan arus keluar modal neto (NCO) maka terdapat persamaan lagi yaitu :
S=I+NCO
Tabungan = Investasi + Arus Keluar Modal Neto
Persamaan ini menunjukkan bahwa tabungan suatu negara harus sama dengan investasi domestiknya ditambah
dengan arus keluar modal netonya. Dengan kata lain, ketika warga domestik menyimpan pendapatannya untuk
masa depan, pendapatan tersebut dapat digunakan untuk membiayai akumulasi modal domestik atau dapat
digunakan untuk membiayai pembelian modal asing.
HARGA UNTUK TRANSAKSI INTERNASIONAL
Nilai Tukar Nominal
Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata
uang suatu negara dengan mata uang negara lain.
Ketika nilai tukar suatu negara berubah sehingga dapat membeli mata uang asing lebih banyak, perubahan ini
disebut dengan apresiasi (appreciation) -peningkatan nilai mata uang yang diukur oleh jumlah mata uang asing
yang dapat dibeli-.
Sedangkan ketika nilai tukar mata uang suatu negara berubah sehingga hanya dapat membeli mata uang lebih
sedikit, perubahan ini disebut dengan depresiasi (depreciation) -penurunan nilai mata uang yang diukur oleh
jumlah mata uang asing yang dapat dibeli-.
Nilai Tukar Riil
Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa
suatu negara dengan barang dan jasa negara lain. Nilai tukar riil dan nilai tuar nominal berkaitan erat.
Keterkaitan antara nilai tukar nominal dan nilai tukar riil dapat dirumuskan :
Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga domestik/
Harga luar negeri
TEORI PERTAMA PENENTUAN NILAI TUKAR : PARITAS DAYA BELI
Paritas daya beli (purchasing-power parity) merupakan teori nilai tukar yang menyatakan bahwa satu unit mata
uang tertentu harus mampu membeli barang dalam jumlah yang sama di semua negara.
Logika Dasar dari Teori Paritas Daya Beli
Teori paritas daya beli didasarkan pada prinsip yang disebut dengan hukum satu harga. Hukum ini menyatakan
bahwa sebuah barang harus dijual dengan harga yang sama di semua lokasi.Jika tidak, akan ada peluang
keuntungan yang tidak tereksploitasi.
Implikai Teori Paritas Daya Beli
Implikasi utama teori ini adalah nilai tukar nominal berubah ketika tingkat harga berubah. Tingkat harga di setiap
negara disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan jumlah permintaan uang. Karena
nilai tukar nominal bergantung pada tingkat harga, nilai tukar tersebut juga bergantung pada persediaan dan
permintaan uang di setiap negara. Ketika bank sentral mencetak uang dalam jumlah yang banyak, uang
kehilangan nilainya untuk membeli barang dan jasa, serta untuk membeli mata uang negara lain.
———————-
Referensi :

1. Mankiw, N. Gregory, dkk. 2013. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Salemba Empat, hal : 183-203
2. LATAR BELAKANG
3. Semakin meluasnya globalisasi membuat ketergantungan antar Negara semakin
tinggi, Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,
keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran
internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di dalam
percaturan ekonomi global. Keyakinan bahwa perdagangan luar negeri akan
memberikan sumbangan positif kepada kegiatan ekonomi negara telah diyakini
dikalangan ahli-ahli ekonomi. Ahli-ahli ekonomi yang hidup disekitar abad ke-16 dan
ke-17 berpendapat bahwa perdagangan yang lebih mengenai pentingnya peranan
perdagangan luar negeri dalam perekonomian. Situasi dan kecenderungan umum
perekonomian dapat dipastikan akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Perekonomian dunia yang lesu akan melesukan pula perdagangan antar negara di
dunia, termasuk Indonesia. Hubungan ekonomi dengan luar negeri adalah bagian dari
hubungan internasional secara luas, yang mencakup juga hubungan politik, militer,
pendidikan dan kebudayaan. Bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia,
terlebih dengan system ekonomi terbuka, memungkinkan hubungan ekonomi dengan
luar negeri terjadi. Hampir setiap hari dalam surat kabar kita baca bagaimana
hubungan-hubungan ekonomi dengan luar negeri baik secara bilateral maupun
multilateral itu terjadi Hubungan ekonomi dengan luar negeri ini memberi pengaruh
terhadap perekonomian dalam negeri. Ada pengaruh buruk, tapi juga ada pengaruh
menguntungkan. Hubungan ekonomi internasional menyangkut transaksi barang, jasa
modal, moneter, alat pembayaran dan semuanya berpengaruh terhadap ekonomi
dalam negeri.
4. a. Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya,
5. b. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,
6. c. keadaan struktur ekonomi dan sosialnya. Perbedaan-perbedaan ini menyebabkan
7. d. negara yang satu dengan negara yang lainnya saling membutuhkan sehingga
8. e. terciptalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan
9. f. salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara, karena selain dapat
10. g. memenuhi kebutuhan dalam negeri, perdagangan internasional juga merupakan
11. h. salah satu sumber pendapatan
12. 1.2 RUMUSAN MASALAH
13. 1. Apa pengertian Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan?
14. 2. Apa saja jenis-jenis Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan?
15. 3. Apa saja komponen yang terdapat dalam Neraca Pembayaran dan Perdagangan?
16. 4. Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam Neraca Pembayaran dan Neraca
Perdagangan?
17. 5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Neraca Pembayaran
dan Perdagangan?
18. 6. Apa saja masalah yang dapat timbul dalam analisis Neraca Pembayaran dan
Neraca Perdagangan?
19. 7. Apa manfaat dari Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan?
20. 8. Bagaimana hubungan Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan antara
Indonesia dengan negara lain?
21.
22. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
23.  Untuk memahami apa pengertian neraca pembayaran dan neraca perdagangan.
24.  Untuk mengetahui apa saja jenis dan komponen yang terdapat dalam neraca
pembayaran dan neraca perdagangan.
25.  Untuk mengetahui bagaimana tahapan dan faktor apa yang berpengaruh terhadap
neraca pembayaran dan neraca perdagangan.
26.  Untuk mengetahui masalah apa yang timbul dalam menyusun neraca pembayaran
dan neraca perdagangan.
27.  Untuk mengetahui manfaat apa yang dapat kita ambil dalam menyusun neraca
pembayaran dan neraca perdagangan.
28.  Untuk mengetahui hubungan neraca pembayaran dan neraca perdagangan Negara
Indonesia dengan Negara lain.
29.
30.
31.
32.
33. BAB II
34. PEMBAHASAN
35.
36. A. PENGERTIAN NERACA PEMBAYARAN
DAN NERACA PERDAGANGAN
37.
38. a. Neraca Pembayaran
39. Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi
antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu
tertentu (biasanya 1 tahun ). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan
barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial.
Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca lalu
lintas modal dan finansial, dan item item finansial. Dan untuk menyusun neraca
pembayaran luar negeri atau neraca pembayaran internasional, perlu dibedakan
antara debit dengan transaksi kredit.
40.
41. b. Neraca Perdagangan
42. Neraca perdagangan adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perbedaan selisih antara ekspor dan impor. Neraca perdagangan bisa disebut dengan
ekspor NETO. Neraca perdagangan yang positif berarti negara tersebut mengalami
ekspor yang nilai moneternya melebihi impor yg bisa disebut surplus perdagangan.
Perdagangan internasional melibatkan berbagai transaksi ekonomi antara satu negara
dengan negara lain. Transaksi ekonomi tersebut kemudain dicatat dalam bentuk
neraca. Neraca perdagangan internasional merupakan salah satukomponen penting
dalam neraca pembayaran internasional.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51. B. JENIS-JENIS NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
52. Secara umum, neraca pembayaran terbagi menjadi tiga jenis, antara lain :
53. a. Neraca Pembayaran dan Perdagangan Defisit
54. Neraca pembayaran defisit adalah neraca pembayaran yang menunjukkan jumlah
transaksi pembayaran luar negeri (disebut transaksi debet) lebih besar dibandingkan
transaksi penerimaan dari luar negeri (disebut transaksi kredit).
55. b. Neraca Pembayaran dan Perdagangan Surplus
56. Neraca pembayaran dan perdagangan surplus adalah neraca pembayaran yang
menunjukkan transaksi debet lebih kecil dibandingkan transaksi kredit.
57. c. Neraca Pembayaran dan Perdagangan Seimbang
58. Neraca pembayaran dan perdagangan Seimbang adalah neraca pembayaran yang
menunjukan transaksi debet sama dengan transaksi kredit.
59.
60. (**Contoh Neraca Pembayaran Surplus

61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71. (**Contoh Neraca Pembayaran Defisit

72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79. C. KOMPONEN DALAM NERACA PEMBAYARAN
80. Neraca pembayaran memiliki beberapa komponen, yaitu current account (transaksi
berjalan), dan capital account (transaksi modal).
81. a. Current Account
82. Current Account adalah semua transaksi barang dan jasa yang dicatat dalam neraca
perdagangan, jika neraca transfer tidak ada atau nol. Adapun komponen yang ada dalam
current account adalah sebagai berikut:
83.  Neraca perdagangan barang (visible trade), yang terdiri atas barang-barang dan
emas tidak moneter.
84.  Neraca jasa (invisible trade), yaitu pembayaran imbalan terhadap pemakaian faktor-
faktor produksi yang terdiri atas ongkos pengang kutan dan asuransi, hasil turisme,
pendapatan modal, pemerintah, pos dan telekomunikasi, serta jasa-jasa lainnya
termasuk pembayaran bunga utang.
85. Transaksi berjalan yang surplus menunjukkan bahwa pada neraca perdagangan jumlah
ekspor lebih besar daripada impor. Sebaliknya, jika neraca perdagangan defisit berarti
impor lebih besar daripada ekspor.
86. b. Capital Account
87. Hal-hal yang termasuk ke dalam transaksi capital account, yaitu semua catatan yang
berisi transaksi modal sebagai berikut:
88. - Sektor publik, yang meliputi:
89.  Penerimaan pinjaman dan bantuan.
90.  Pelunasan pinjaman.
91. - Sektor swasta, yang meliputi:
92.  Penanaman modal langsung investasi portofolio.
93.
94. D. TAHAPAN-TAHAPAN NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
95. Setiap negara cenderung memiliki beberapa tahapan dalam neraca pembayaran dan
perdagangannya, dari negara debitur muda hingga negara kreditur madya. Berikut
penjelasannya:
96. ∞ Negara debitur muda dimana pada tahapan ini suatu negara lebih banyak
mengimpor dari pada mengekspor selisih diantara keduanya ditutup melalui pinjaman
luar negeri sehingga memungkinkan negara tersebut menumpuk modal.
97. ∞ Negara debitur madya dimana pada tahapan ini neraca perdagangan suatu negara
telah surplus, tetapi pertumbuhan dividen dan bunga yang harus dibayarkan untuk
pinjaman luar negeri menjadikan saldo neraca modalnya kurang seimbang.
98. ∞ Negara kreditur muda dimana pada tahapan ini suatu negara mengembangkan
ekspornya secara luar biasa, bahkan negara meminjamkan uang kepa da negara-
negara lain.
99. ∞ Negara kreditur madya dimana pada tahapan ini pendapatan modal dan investasi
luar negeri memberikan surplus cukup besar terhadap pos tak tampak yang kemudian
diseimbangkan dengan defisit neraca perdagangan.
100.
101. E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NERACA
PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
102.
103. a. Neraca Pembayaran
104. Faktor-faktor yang menimbulkan ketidakseimbangan neraca pembayaran
antara lain sebagai berikut:
105.  Perubahan Kurs Devisa
106. Jika neraca pembayaran defisit, maka kurs valuta asing mengalami kenaikan
dan kurs rupiah mengalami penurunan. Dan bila terjadi surplus, maka kurs valuta
asing mengalami penurunan dan kurs rupiah mengalami kenaikan.
107.  Perubahan Harga
108. Jika ekspor lebih besar daripada impor berarti barang yang ada di dalam negeri
sangat laku terjual di luar negeri, maka harga barang dalam negeri menjadi
meningkat.
109.
110.  Perubahan Tingkat Pendapatan
111. Ekspor merupakan komponen pendapatan nasional, sehingga berubahnya nilai
ekspor akan mengakibatkan berubahnya pendapatan nasional.
112.
113. b. Neraca Perdagangan
114. Faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan antara lain:
115.  Biaya produksi (tanah, tenaga kerja, modal, pajak, insentif, dll) ekspor
dalam perekonomian mereka dalam perekonomian impor.
116.  Biaya dan ketersediaan bahan baku, barang setengah jadi dan input lainnya.
117.  Bursa pergerakan nilai.
118.  Multilateral, bilateral dan unilateral pajak atau pembatasan perdagangan.
119.  Hambatan non-tarif seperti linghkungan, kesehatan atau standar
keselamatan.
120.  Ketersediaan devisa yang memadai yang dapat digunakan untuk membayar
impor.
121.  Harga pokok produksi di rumah (dipengaruhi oleh respon dari pasokan).
122.
123. F. MASALAH YANG MUNCUL DALAM ANALISIS
PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
124. Masalah yang timbul dalam analisis neraca pembayaran dan neraca
perdagangan antara lain:
125. 1. Seringkali mengabaikan hubungan antara transaksi internasional yang satu
dengan yang
lain, sehingga ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran
diasosiasikan dengan satu transaksi saja tanpa melihat hubungannya dengan yang lain.
126. 2. Surplus transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik, sebaliknya
defisit dianggap jelek.
127. 3. Keputusan untuk memberi bantuan (Aid) seharusnya lebih didasarkan
pada kekuatan ekonomi negara secara keseluruhan.
128.
129.
130.
131. G. MANFAAT NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
132.
133. a. Neraca Pembayaran
134. Manfaat neraca pembayaran antara lain:
135.  Keadaan keuangan yang terkait dengan pembayaran luar negeri dengan
mencermati neraca pembayaran, kita dapat mengetahui apakah sebaiknya suatu
negara menambah impor atau sebaliknya justru harus menambah ekspor.
136.  Sumbangan dari transaksi ekonomi internasional terhadap penerimaan
negara
yang bersangkutan.
137.  Hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan luar negeri.
138.  Hubungan ekonomi suatu negara dengan negara-negara tertentu.
139.
140. b. Neraca Perdagangan
141. Manfaat Neraca Perdagangan antaralain :
142.  Sebagai tolak ukur arah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan
pihak terkait. Neraca Perdagangan merupakan salah satu alat untuk menentukan arah
kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah dan pihak terkait. Dalam hal ini pelaku
kegiatan ekonomi internasional.
143.  Mengetahui besaran jumlah pengeluaran dan pendapatan
negara. Neraca Perdagangan memiliki fungsi sebagai pemberi informasi jumlah atau
besaran angka ekspor dan impor. Apabila nilai ekspor lebih tinggi maka dapat
dikatakan surplus atau kelebihan pendapatan. Sebaliknya apabila nilai ekspor lebih
kecil dari impor maka dikatakan sebagai defisit atau keadaan yang tidak
menguntungkan.
144.  Menjadi informasi kegiatan ekonomi internasional. Neraca
perdagangan dalam hal ini menjadi sumber informasi perdagangan internsional.
Ketika suatu negara mengalami peningkatan ekspor atau impor, maka negara lain
akan mengetahui dan dapat dilakukan pertimbangan untuk menjalin kerjasama.
145.
146.
147. H. CONTOH KASUS NERACA PEMBAYARAN DAN
PERDAGANGAN INDONESIA
148. Sebagai negara yang berpenduduk terbesar di dunia dengan tingkat kebutuhan
yang sangat tinggi, Indonesia tidak terlepas dari kegiatan perekonomian internasional.
Dengan potensi besar yang ada, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan
intensitas perdagangan yang mobile dan aktif. Berikut beberapa data yang
berhubungan dengan kegiatan perekonomian Indonesia dengan negara lain melalui
penyajian data neraca pembayaran dan perdagangan.

A. PENGERTIAN SURPLUS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3 Departemen Pendidikan Nasional Penerbit Balai
Pustaka :
Surplus adalah jumlah yang melebihi hasil biasanya; berlebihan ; sisa.

a. Istilah surplus dalam ilmu ekonomi adalah sebagai berikut :


--Surplus Produsen--
adalah pendapatan tambahan yang diperoleh oleh seorang produsen dari penerimaan harga suatu
barang yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang sebenarnya telah dipersiapkan untuk
ditawarkan.
Supply menggambarkan berbagai jumlah dimana produsen berkeinginan untuk menjual pada harga
yang berbeda-beda
Kurve Supply dapat juga dipakai untuk mengukur marginal (opportunity) cost dari penjual dari
penawarannya pada berbagai jumlah dari barang

Market

--Surplus Konsumen--
adalah kepuasan atau kegunaan (utility) tambahan yang diperoleh konsumen dari pembayaran harga
suatu barang yang lebih rendah dari harga yang konsumen bersedia membayarnya.
Consumen membeli barang sebab membuat mereka better off ( sejahtera) atau memberikan nilai
guna. Consumer Surplus mengukur berapa banyak ksejehateraan yang mereka peroleh
Consumer Surplus
– Jumlah kemampuan membayar untuk barang dikurangi jumlah aktual yang mereka bayarkan

Kesejahteraan ekonomi dari masyarakat diukur dengan jumlah consumer surplus dan producer
surplus.
Efisiensi pasar (Market Efficiency) dicapai jika total surplus adalah maksimum dan alokasi
sumberdaya adalah efisien

B. PENGERTIAN DEFISIT
Defisit secara harfiah berarti adalah kekurangan dalam kas keuangan . Defisit biasa terjadi ketika
suatu organisasi (biasanya pemerintah) memiliki pengeluaran lebih banyak daripada penghasilan.
Lawan dari defisit adalah surplus.
Dalam buku pengetahuan Ekonomi, Defisit adalah istilah dalam Neraca Perdagangan dimana nilai
ekspor suatu negara lebih kecil dari nilai impor suatu negara.
Defisit artinya ketidak seimbangan yang diakibatkan kekurangan atau status yang negatif. secara
umum, defisit mempunyai banyak arti. defisit dalam produksi beras artinya produksi beras terlalu
kecil dibandingkan dengan konsumsinya.

Defisit adalah lawan kata dari surplus, yang mana; surplus berarti bahwa terjadi kelebihan dalam
produk. Contohnya: produksi beras indonesia surplus 20 juta ton. artinya bahwa produksi beras
indonesia setelah dikurangi oleh konsumsinya adalah berlebih 20 juta ton.

Defisit dalam bidang keuangan artinya ketidak seimbangan neraca keuangan dikarenakan besarnya
pengeluaran dibandingkan dengan pemasukan.
Defisit merupakan sumber dari hampir seluruh masalah keuangan.
Kenapa ?

Bisa kita lihat masalah keuangan merupakaan salah satu penyebab tersbesar dari munculnya
masalah-masalah keluarga. Dan, bila dirunut, penyebabnya hanya satu, karena Pengeluaran Anda
lebih besar daripada Pemasukan.

Dalam buku pengetahuan Ekonomi, Surplus adalah istilah dalam Neraca Perdagangan dimana nilai
ekspor suatu negara lebih besar dari nilai impor suatu negara. Sedangkan Defisit adalah istilah
dimana nilai ekspor suatu negara lebih kecil dari nilai impor suatu negara. Contoh negara yang
mengalami Surplus adalah China saat ini.
(sumber : Kamus Lengkap Ekonomi Edisi ke-2 Christopher Pass & Bryan Lowes, Penerbit Erlangga)
Diposting oleh ERNA_22210415 di 23.32

. Perbedaan perekonomian tertutup dan terbuka :


• Dalam perekonomian tertutup, dalam jangka pendek, penggangguran dan inflasi merupakan
masalah ekonomi yang perlu dihadapi dan diatasi dalam system pasar bebas kedua masalah ini
tidak dapat denga sendirinya diatasi.
• Dalam perekonomian terbuka, lebih rumit dari pada maalah yang dihadapi oleh perekonomian
tertutup. Dalam jangka pendek perekonomian tertutup hanya perlu menghadapi masalah
pengangguran dan inflasi. Dalam perekonomian terbuka disamping masalah penggangguran
dan inflasi harus pula dihadapi kemungkinan berlakunya ketidakseimbangan dalam neraca
pembayaran dan ketidakstabilan. Apabila neraca pembayaran dalam keadaan deficit dan valas
meningkat nilainya, masalah sector luar negeri ini akan dapat memperburuk masalah inflasi dan
penggangguran.

2. antara 2 Negara akan terjadi perdagangan antara ke2 Negara tersebut yang disebut, Expor
dan Impor.

3. Expor dan impor terjadi ketika suatu Negara tidak dapat menghasilkan semua barang-barang
yang dibutuhkan. Misalnya, Negara-negara maju memerlukan karet alam tetapi barang tersebut
tidak dihasilkan di Negara-negara mereka. Maka terpaksa mereka mengimpor barang-barang
tersebut dari Negara-negara di Asia tenggara terutama Indonesia. Sebaliknya pula Negara-
negara di asia tenggara belum dapat memproduksikan sendiri beberapa hasil industri modern
seperti kapal terbang, kapal pengangkut minyak dan msin-mesin industri maka Negara-negara
itu harus mengimpor barang-barang tersebut dari Negara maju.
4. * Net export : adalah export bersih yang di mana output nasional dikurangi pengeluaran
domestic.

* Neraca Perdagangan : Neraca yang menunjukan perbedaan antara export dan impor dari
perdagangan tampak yaitu perdagangan dalam barang-barang tampak.

5. 1. Neraca perdagangan yang “deficit”


- G + W + R > Tx
- G + W + R >Tx + B
- G + W + R >Tx + B +F

2. Neraca perdagangan yang “defisit”


- G + W + R < Tx
- G + W + R < Tx + B
- G + W + R < Tx + B + F
3. Neraca perdagangan yang “berimbang”
- G + W + R = Tx
- G + W + R = Tx + B
- G + W + R = Tx + B + F

6. Faktor-faktornya : 1. output nasional


2. Pengeluaran domestic

7. Net Foreign Investment : jumlah tabungan nasional ( S dimana S = Y- C- G) di kurangi jumlah


investasi (I) di suatu Negara. Atau total pinjaman luar negeri di kurangi dengan total pinjaman
yang diterima masyarakat dari luar negeri.

8. Variabel terpenting : 1. jumlah tabungan nasioanal


2. jumlah investasinya

9. Hubungannya, jadi investasi asing bersih mencerminkan arus dana internasional untuk
menandai akumulasi modal dan dalam negeri.

10. contoh tabel model susunan GDP dengan sector luar negeri

Perbandingan per kapita GDP dan Per Kapita PPP (Dalam Dolar US)

Negara Pendapatan Perkapita


GDP PPP
Negara-negara berkembang
1. China 890 4260
2. India 460 2530
3. Indonesia 680 2940
4. Filipina 1050 4360
5. Thailand 1960 6550
6. Malaysia 3640 8340
7. Pakistan 420 1920
8. Saudi arabia 7230 11390
9. Mexico 5540 8770
10. Brazil 3060 7450
11. Colombia 1910 5980

Negara-negara Maju
1. Amerika serikat 34870 34870
2. Perancis 22690 25280
3. Australia 19770 25780
4. Jerman 23700 25530
5. United Kingdom 24230 24260

i Data tersebut didasarkan kepada harga-harga yang berlaku di AS. Oleh sebab itu di AS per
kapita GDP = per kapita PPP.
ii Di Negara-negara maju pendapatan per kapita PPP hamper sama nilainya dengan pendapatan
per kapita GDP
iii Di Negara berkembang per kapita PPP jauh lebih tinggi dari per kapita GDP. Sebagai
akibatnya dengan menggunakan per kapita PPP jurang, kemakmuran diantara Negara
berkembang dan Negara maju tidaklah sebesar seperti ditunjukan oleh perbedaan per kapita
GDP

11. Nilai tukar nominal adalah harga relative mata uang dua Negara
Nilai tukar riil adalah harga related barang-barang di kedua Negara (term of trade)

12. Pada dasarnya purchasing power parity ditunjukan untuk menemukan penyusutan
perubahan nilai tukar mata uang, atau cara untuk meramalkan kurs keseimbangan, jika suatu
Negara mengalami ketidakseimbangan neraca pembayaran.

13. Implikasinya, bahwa kenaikan tingkat harga domestic mencerminkan adanya penurunan
daya beli mata uang domestic. Penurunan daya beli mata uang penurunan daya beli mata uang
domestic, penurunan daya beli mata uang tsb akan di ikuti dengan depresi mata uangnya.
Demikian pula sebaliknya.

1. LATAR BELAKANG
Ilmu ekonomi adalah suatu bidang tentang umat manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga manusia tidak
bisa lepas dengan yang namanya kegiatan perekonomian
dalam kehiduan sehari-harinya. Dalam dunia
perekonomian terdapat beberapa jenis perekonomian
yang berlangsung.

1. B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, kami dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa itu perekonomian tertutup?


2. Apa itu perekonomian terbuka?

II. PEMBAHASAN

1. A. Perekonomian tertutup
Perekonomian tertutup (closed economy) ialah sebuah
perekonomian yang tidak berinteraksi dengan
perekonomian-perekonomian lainnya.[1] Sehingga tidak
ada kegiatan ekspor-impor. Dan sektor swasta merupakan
satu-satunya produsen barang dan jasa, dan proses
produksi dilaksanakan dengan menggunakan faktor-
faktor produksi yang dimiliki oleh rumah tangga.[2]

Model dasar perekonomian tertutup adalah sebagai


berikut :[3]
Y = C + I(r) + G

Ket:

Y: Produk domestic bruto suatu perekonomian

C: Konsumsi

I : investasi
1. B. Perekonomian Terbuka
Perekonomian terbuka (open economy) adalah
perekonomian yang berinteraksi seara terbuka dengan
perekonomian lain di seluruh dunia. Dalam
perekonomian terbuka berinteraksi dengan
perekonomian-perekonomian lainnya dengan dua cara.
Yakni membeli dan menjual barang atau jasa dalam pasar
produk-produk dunia, serta jual beli modal/aset dalam
pasar-pasar uang internasioanal.[4]
Model dasar perekonomian terbuka adalah sebagai
berikut :

Y= C + I + G + ( X-M ).

Ket:

Y: Produk domestic bruto suatu perekonomian

C: Konsumsi

I : investasi

G: Pengeluaran pemerintah

Dalam perekonomian terbuka, belanja suatu negara pada


suatu tahun tertentu tidak perlu sama dengan output
barang dan jasa. Sebuah negara bisa mengeluarkan uang
lebih dari menghasilkan dengan peminjaman luar negeri
atau dapat menghabiskan kurang dari memproduksi dan
meminjamkan pada pihak asing.[5]
Dalam perekonomian terbuka ini, berinteraksi dengan
perekonomian-perekonomian lainnya dengan dua cara:
membeli dan menjual barang dan jasa dalam pasar
produk-produk dunia, serta jual beli modal /asset dalam
pasar-pasar uang internasional.

Dalam melaksanakan kegiatan ini ada istilah-istilah yang


digunakan, yakni : ekspor, impor dan ekspor neto.

Ekspor, adalah berbagai macam barang dan jasa yang


dipoduksi di dalam negeri namun dijual di luar negeri.
Sebaliknya Impor adalah segenap barang dan jasa yang
dibuat di luar negeri yang dijual di dalam negeri.
Sedangkan ekspor neto adalah nilai dari ekspor dikurangi
impornya. Karena ekspor suatu Negara member tahu kita
apakah suatu Negara menjadi suatu pembeli ata penjual
di pasar dunia, maka ekspor disebut juga neraca
perdagangan (trade balance). Jika ekspor neto bernilai
positif, artinya nilai ekspor lebih besar dari nilai impor,
maka hal itu menunjukkan bahwa Negara yang
bersangkutan menjual lebih banyak barang dan jasa
buatannya di luar negeri daripada membeli barang dan
jasa dari Negara-negara lain. Dalam hal ini Negara
dikatakan surplus perdagangan (trade surplus).
Ekspor neto negative menunjukkan bahwa ekspor yang
dilakukan oleh suatu Negara lebih kecil daripada
impornya. Situasi semacam ini disebut sebagai deficit
perdagangan (trade deficit). Sedangkan ekspor neto nol
menunjukkan bahwa nilai ekspor dan impor sama
besarnya,dan situasinya disebut perdagangan
seimbang (balanced trade).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor, impor dan


ekspor neto suatu Negara:
ü Selera konsumen terhadap barang-barang produk
dalam negeri dan luar negeri.

ü Harga barang-barang di dalam dan luar negeri.

ü Besar nilai tukar yang menentukan jumlah mata uang


domestic yang dibutuhkan untuk membeli mata uang
asing.

ü Ongkos angkutan barang antar Negara.

ü Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan


internasional.

Dengan berubahnya variabel-variabel tersebut dari waktu


ke waktu, akan berubah pula jumlah perdagangan
internasional.[6]
Selain itu, dalam perekonomian terbuka arus modal
dipengaruhi oleh investasi luar negeri neto (net
foreign investment) mengacu pada pembelian aset luar
negeri oleh warga negara setempat dikurangi nilai
pembelian dari aset setempat oleh warga Negara asing.

Investasi luar neggeri mempunyai bentuk, yaitu:

ü Investasi langsung luar negeri (foreign direct


investment)

ü Investasi portopolio luar negeri (foreign portopolio


investment)
Variabel penting yang mempengaruhi investasi luar
negeri neto, yakni sebagai berikut:

Suku bunga riil yang dibayarkan terhadap aset luar


negeri.

Suku bunga riil yang dibayarkan terhadap aset dalam


negeri.

Persepsi mengenai resiko ekonomis dan politis dari


pemilikan aset di luar negeri.

Kebijakan-kebijakan pemerintah yang mempengaruhi


pemilikan aset dalam negeri oleh investor asing.[7]

Kesimpulan

Vaiabel-variabel yang diuraikan dalam


perekonomian ini menawarkan suatu titik awal untuk
menganalisis interaksi sebuah ekonomi terbuka dengan
seluruh bagian dunia. Dan perekonomian tertutup dalam
pelaksanannya tidak ada campur tangan dengan pihak
luar. Akan tetapi perekonomian terbuka kebalikannya.
Menjalin hubungan dengan luar negeri.

III. PENUTUP

Demikian makalah ini kami paparkan. Semoga dapat


bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pihak yang
membutuhkan. Terlepas dari semua ini tentunya masih
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Maka
dari itu kritik dan saran yang konstruktif kami tunggu,
untuk memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya.

EKONOMI MAKRO PEREKONOMIAN TERBUKA


ILMU EKONOMI MAKRO PEREKONOMIAN TERBUKA: KONSEP-KONSEP DASAR

Konsep-konsep Dasar

Sejauh ini, pengembangan pemahaman kita mengenai ilmu ekonomi makro masih mengabaikan
interksi antara perekonomian yang satu dengan perekonomian yang lain di seluruh dunia. Dalam
banyak pembahasan ekonomi makro, masalah-masalah internasional tidakdianggap penting. Para
ekonom perekonomian makro sering kali merumuskan Perekonomian tertutup adalah perekonomian
yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lain di dunia.

Namun, beberapa permasalahn ekonomi makro baru muncul dalam Perekonomian Terbuka adalah
perekonomian yang berinteraksi secara bebas dengan perekonomian lain di dunia. Perekonomian
terbuka berinteraksi dengan negara lain dalam dua cara. Perekonomian ini menjual dan membeli
barang dan jasa di pasar barang dunia. Perekonomian ini menjual dan membeli aset modal seperti
saham dan obligasi di pasar keuangan. dunia

Arus Barang dan Modal Internasional

• Perekonomian Terbuka

Amerika Serikat adalah perekonomian yang sangat besar dan terbuka – mengimpor dan mengekspor
sejumlah besar barang dan jasa. Selama empat dekade terakhir, perdagangan internasional dan
keuangan telah menjadi semakin penting.

Arus Barang : Ekspor, Impor, Ekspor Neto

• Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dijual di luar negeri.

• Impor adalah barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri dan di jual di dalam negeri.

• Ekspor Neto (NX) adalah nilai ekspor suatu negara dikurangi nilai impornya.

• Ekspor Neto juga disebut neraca perdagangan .


• Defisit perdagangan adalah situasi dimana ekspor neto (NX) negatif.

• Impor > Ekspor

• Surplus perdagangan adalah situasi dimana ekspor neto (NX) negatif.

• Ekspor > Impor

• Perdagangan seimbang adalah situasi dimana ekspor neto bernilai nol —ekspor dan impor sama
nilainya.

Faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor Neto

• Selera konsumen pada barang produksi dalam negeri dan luar negeri.

• Harga barang di dalam dan di luar negeri.

• Nilai tukar dimana seseorang dapat menggunakan mata uang domestik untuk membeli mata uang
asing.

• Pendapatan konsumen di dalam dan di luar negeri.

• Biaya mengirimkan barang dari satu negara ke negara lain.

• Kebijakan pemerintah tentang perdagangan internasional.

Aliran Sumber Daya Keuangan: Arus Keluar Modal Neto

• Arus keluar modal neto adalah pembelian aset luar negeri oleh warga domsetik dikurangi
pembelian aset domestik oleh warga asing.

• Warga Singapura membeli saham perusahaan mobil Hongkong, meningkatkan arus keluar modal
neto Singapura

• Warga Pilipina membeli obligasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Singapura, menurunkan arus
keluar modal neto Singapura.

• Variabel – variabel yang mempengaruhi Arus Keluar Modal Neto

• Suku Bunga Riil yang dibayarkan atas aset luar negeri.

• Suku Bunga Riil yang dibayarkan atas aset domestik.

• Resiko ekonomi dan politik dalam memegang aset luar negeri.

• Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi kepemilikan aset domestik oleh investor asing.
Persamaan Ekspor Neto dan Arus Keluar Modal Neto

• Ekspor Neto (NX) dan arus keluar modal neto (NCO) berhubungan sangat dekat.

• Untuk perekonomian secara keseluruhan, NX dan NCO harus saling menyeimbangkan sedemikian
hingga :

NCO = NX

• Persamaan ini muncul karena setiap transaksi yang mempengaruhi salah satu sisi persamaan ini
juga mempengaruhi sisi lain dengan jumlah yang sama.

Tabungan, Investasi dan Hubungannya dengan Arus Internasional

• Ekspor Neto adalah komponen dari PDB :

Y = C + I + G + NX

• Tabungan Nasional adalah pendapatan nasional yang tersisa setelah membayar konsumsi dan
belanja pemerintah :

Y – C – G = I + NX

• Tabungan Nasional (S) sama dengan Y – C – G sehingga:

S = I + NX

or

Saving = domestic investment + Net Capital Outflow

S = I + NCO

HARGA UNTUK TRANSAKSI INTERNASIONAL : NILAI TUKAR RIIL DAN NOMINAL

• Transaksi Internasional dipengaruhi oleh harga internasional.

• Dua harga internasional yang paling penting adalah nilai tukar nominal dan nilai tukar riil.

Nilai Tukar Nominal

• Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata uang suatu
negara dengan mata uang negara lain.

Nilai tukar nominal dinyatakan dalam dua cara :

a. Dalam unit mata uang asing per satuu dolar Amerika.


b. Dalam unit dolar Amerika per satu unit mata uang asing.

• Asumsikan nilai tukar antara yen Jepang dan dolar Amerika adalah 80 yen per satu dolar Amerika..

a. Satu dolar Amerika ditukar dengan 80 yen.

b. Satu yen ditukar dengan 1/80 (= 0.0125) dolar.

Jika nilai tukar berubah sehingga dolar Singapura dapat membeli mata uang asing lebihbanyak, maka
adanya perubahan Apresiasi adalah peningkatan nilai mata uang yang diukur oleh jumlah mata uang
asing yang dapat dibeli. Dan jika nilai tukar berubah sehingga satu dolar Singapura membeli mata
uang asing lebih sedikit, perubahan itu disebut Depresiasi adalah penurunan nilai mata uang yang
diukur oleh jumlah mata uang asing yang dapat dibeli.

Nilai Tukar Riil

Nilai tukar riil membandingkan harga barang domestik dan barang asing dalam perekonomian
domestik. Jika satu kilogram keju Australia dua kali lebih mahal dibandingkan dengan satu kilogram
keju Prancis, kita katakan setengah kilogram keju Asutralia untuk satu kilogram keju Prancis. Nilai
tukar riil tergantung pada nilai tukar nominal dan harga barang di dua negara yang diukur dalam
mata uang lokal. Nilai tukar riil adalah determinan kunci dari seberapa banyak ekspor dan impor
suatu negara.

Real Exchange rate = Nominalexchange rate x Domestic price/ Foreign price

Sebagai akibatnya, ekspor Amerika naik dan impornya turun, dan kedua perubahan ini meningkatkan
ekspor neto Amerika. Sebaliknya, apresiasi pada nilai tukar riil Amerika berarti bahwa barang –
barang Amerika lebih mahal dibanding barang – barang asing, sehingga ekspor neto Amerika turun.

TEORI PERTAMA PENENTUAN NILAI TUKAR: PARITAS DAYA BELI

• Teori paritas daya beli adalah teori paling sederhana dan paling diterima secara luas dalam
menjelaskan variasi nilai tukar mata uang.

Logika Dasar dari Teori Paritas Daya Beli: Paritas daya beli adalah teori nilai tukar yang menyatakan
bahwa satu unit mata uang tertentu harus mampu membeli barang dalam jumlah yang sama di
semua negara. Teori paritas daya beli didasarkan pada prinsip yang disebut hukum satu harga.
Berdasar hukum satu harga, suatu barang harus dijual dengan harga yang sama pada semua lokasi.
Jika hukum satu harga tidak benar, akan terdapat peluang keuntungan yang tidak tereksploitasi.
Proses pengambilan keuntungan perbedaan harga di pasar dinamakan arbitrase. Jika arbitrase
terjadi, akhirnya harga yang berbeda di dua pasar tentu akan sama. Berdasar teori paritas daya beli,
suatu mata uang harus memiliki daya beli yang sama di semua negara.

Implikasi Teori Paritas Daya Beli


Jika daya beli dolar selalu sama di dalam dan di luar negeri, maka nilai tukar tidak bisa berubah. Nilai
tukar nominal antara mata uang dari dua negara harus mencerminkan tingkat harga yang berbeda di
negara-negara. Ketika bank sentral mencetak uang dalam jumlah besar, uang kehilangan nilai baik
dari segi barang dan jasa yang dapat dibeli dan dalam hal jumlah mata uang lain yang bisa dibeli.

Keterbatasan Teori Paritas Daya Beli

• Banyak barang-barang yang tidak mudah diperdagangkan atau dikirim dari satu negara ke negara
lain.

• Barang yang bisa diperdagangkan tidak selalu substitusi yang sempurna ketika barang
tersebut diproduksi di berbagai negara.

Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah
mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai
pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan, kemiskinan,
pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting
dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari
pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa
dinafikan ukuran-ukuran yang lain. Wijono (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan.

Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi
mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas
perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen
tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan.
Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan kebijakan
yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor
sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.

Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan


modal antar negara menjadi bagian yang penting juga untuk dipelajari. Sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Vernon, perpindahan modal khususnya untuk investasi
langsung, diawali dengan adanya perdagangan internasional (Appleyard, 2004). Ketika
terjadi perdagangan internasional yang berupa ekspor dan impor, akan memunculkan
kemungkinan untuk memindahkan tempat produksi. Peningkatan ukuran pasar yang
semakin besar yang ditandai dengan peningkatan impor suatu jenis barang pada suatu
negara, akan memunculkan kemungkinan untuk memproduksi barang tersebut di negara
importir. Kemungkinan itu didasarkan dengan melihat perbandingan antara biaya
produksi di negara eksportir ditambah dengan biaya transportasi dengan biaya yang
muncul jika barang tersebut diproduksi di negara importir. Jika biaya produksi di negara
eksportir ditambah biaya transportasi lebih besar dari biaya produksi di negara importir,
maka investor akan memindahkan lokasi produksinya di negara importir (Appleyard,
2004).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perdangangan Internasional

2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk


suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk
yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara
individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah
satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah
terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap
kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan.
Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi,
kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

2.1.2 Teori Perdagangan Internasional

Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam


negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut
antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat
menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor.

Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata
uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.

Ada beberapa model perdagangan internasional diantaranya:

A. Model Ricardian

Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin


merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam
Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang
mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini
memprediksi dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh
dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian
tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari
buruh dan modal dalam negara.

B. Model Heckscher-Ohlin

Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan


dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih
rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari
sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan
dengan memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan
internasional.

Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan


oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-
negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor
pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor
lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal
sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang
menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang
buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal.

C. Faktor Spesifik

Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah
mungkin ketika modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor
spesifik merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari
produksi, seperti modal fisik, tidak secara mudah dipindahkan antar industri. Teori
mensugestikan jika ada peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor
produksi spesifik ke barang tersebut akan untuk pada term sebenarnya. Sebagai
tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan (seperti buruh dan
modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi untuk
pengednalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua pemilik keuntungan
bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah peningkatan dalam
pemenuhan modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk
memahami distribusi pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan.
Jangan dipercaya,bohong tu.

D. Model Gravitasi

Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris


dari pola perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model gravitasi,
pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan
interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum
gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik di antara dua
benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh
analisa ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik,
dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model ini.

2.1.3 Manfaat perdagangan internasional

Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah sebagai


berikut.

 Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri

Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara.


Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan
iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara
mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
 Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh


keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negaradapat
memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh
negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang
tersebut dari luar negeri.

 Memperluas pasar dan menambah keuntungan

Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya)


dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang
mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan
internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan
menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.

 Transfer teknologi modern

Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik


produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.

2.1.4 Faktor pendorong

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan


internasional, di antaranya sebagai berikut :

 Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

 Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara

 Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu


pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi

 Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual
produk tersebut.

 Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga


kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan
hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.

 Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

 Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara
lain.

 Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.

2.1.5 Peraturan/Regulasi Perdagangan Internasional


Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilatera antara dua
negara. Selama berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme kebanyakan
negara memiliki tarif tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional.
pada abad ke 19, terutama di Britania, ada kepercayaan akan perdagangan
bebas menjadi yang terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran di
antaranegara barat untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut membawa
mereka ke kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang Dunia II,
perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan usaha untuk
membuat regulasi lobal dalam perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan
tersebut kadang-kadang berujung pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari
perdagangan yang tidak adil yang tidak menguntungkan secara mutual.

Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara
yang berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif
untuk industri-industri yang penting secara strategis seperti
proteksi tarif untuk agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris
Raya keduanya mendukung penuh perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis
dominan, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan
pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan
Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara
ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha
non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi perdagangan.
Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan perdagangan pertemuan dan
prosedur cukai.

Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas


dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada
beberapa tahun terakhir, bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di
Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk
peraturan tertentu pada perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi
lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.

Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam
rangka memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi
Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi
tersebut.

Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade


Organization pada level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional
seperti MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika
Serikat, Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa anatara 27 negara mandiri. Pertemuan
Buenos Aires tahun 2005 membicarakan pembuatan dari Free Trade Area of
America (FTAA) gagal total karena penolakan dari populasi negara-negara Amerika
Latin. Kesepakatan serupa seperti MAI (Multilateral Agreement on Invesment) juga
gagal pada tahun-tahun belakangan ini.

2.2 Sistem perekonomian


Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi
di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem
ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam
beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara
dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan
sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrem tersebut.

Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara sistem
tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned
economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor produksi
dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar (market economic),
pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa
melalui penawaran dan permintaan

Ada beberapa macam sisitem perekonomian yaitu:

 Perekonomian terencana

Ada dua bentuk utama perekonomian terencana, yaitu komunisme dan sosialisme.
Sebagai wujud pemikiran Karl Marx, komunisme adalah sistem yang mengharuskan
pemerintah memiliki dan menggunakan seluruh faktor produksi. Namun, lanjutnya,
kepemilikan pemerintah atas faktor-faktor produksi tersebut hanyalah sementara;
Ketika perekonomian masyarakat dianggap telah matang, pemerintah harus
memberikan hak atas faktor-faktor produksi itu kepada para buruh. Uni Soviet dan
banyak negara Eropa Timur lainnya menggunakan sistem ekonomi ini hingga akhir
abad ke-20. Namun saat ini, hanya Kuba, Korea Utara, Vietnam, dan RRC yang
menggunakan sistem ini. Negara-negara itu pun tidak sepenuhnya mengatur faktor
produksi. China, misalnya, mulai melonggarkan peraturan dan memperbolehkan
perusahaan swasta mengontrol faktor produksinya sendiri.

 Perekonomian pasar

Perekonomian pasar bergantung pada kapitalisme dan liberalisme untuk menciptakan


sebuah lingkungan di mana produsen dan konsumen bebas menjual dan membeli
barang yang mereka inginkan (dalam batas-batas tertentu). Sebagai akibatnya, barang
yang diproduksi dan harga yang berlaku ditentukan oleh mekanisme penawaran-
permintaan.

 Perekonomian pasar campuran

Perekonomian pasar campuran atau mixed market economies adalah gabungan antara
sistem perekonomian pasar dan terencana. Menurut Griffin, tidak ada satu negara pun
di dunia ini yang benar-benar melaksanakan perekonomian pasar atau pun terencana,
bahkan negara seperti Amerika Serikat. Meskipun dikenal sangat bebas, pemerintah
Amerika Serikat tetap mengeluarkan beberapa peraturan yang membatasi kegiatan
ekonomi. Misalnya larangan untuk menjual barang-barang tertentu untuk anak di
bawah umur, pengontrolan iklan (advertising), dan lain-lain. Begitu pula dengan
negara-negara perekonomian terencana. Saat ini, banyak negara-negara Blok
Timur yang telah melakukan privatisasi—pengubahan status perusahaaan pemerintah
menjadi perusahaan swasta.

2.3 Peranan Perdagangan Internasional dalam Perekonomian

2.3.1 Efek Perdagangan Internasional terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol
adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai
pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan,
kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi
menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah
satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun
tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang lain. Wijono (2005) menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan.

Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi
mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas
perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen
tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan.
Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan
kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut
menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.

Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan


modal antar negara menjadi bagian yang penting juga untuk dipelajari. Sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Vernon, perpindahan modal khususnya untuk investasi
langsung, diawali dengan adanya perdagangan internasional (Appleyard, 2004). Ketika
terjadi perdagangan internasional yang berupa ekspor dan impor, akan memunculkan
kemungkinan untuk memindahkan tempat produksi. Peningkatan ukuran pasar yang
semakin besar yang ditandai dengan peningkatan impor suatu jenis barang pada suatu
negara, akan memunculkan kemungkinan untuk memproduksi barang tersebut di negara
importir. Kemungkinan itu didasarkan dengan melihat perbandingan antara biaya
produksi di negara eksportir ditambah dengan biaya transportasi dengan biaya yang
muncul jika barang tersebut diproduksi di negara importir. Jika biaya produksi di negara
eksportir ditambah biaya transportasi lebih besar dari biaya produksi di negara importir,
maka investor akan memindahkan lokasi produksinya di negara importir (Appleyard,
2004).

2.3.4 Efek Terhadap Produksi

Pedagangan luar negeri mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap sector


produksi di dalam negeri. Secara umum kita bisa menyebutkan empat macam pengaruh
yang bekerja melalui adanya:

1. Spesialisasi produksi.
2. Kenaikan “investasi surplus”

3. “Vent for Surplus”.

4. Kenaikan produktivitas.

2.3.5 Spesialisasi

Perdagagangan internasional mendorong masing-masing Negara kea rah


spesialisasi dalam produksi barang di mana Negara tersebut memiliki keunggulan
komperatifnya. Dalam kasus constant-cost, akan terjadi spesialisasi produksi yang
penuh, sedangkan dalam kasus increasing-cost terjadi spesialisasi yang tidak penuh.
Yang perlu diingat disini adalah spesialisasi itu sendiri tidak membawa manfaat kepada
masyarakat kecuali apabila disertai kemungkinan menukarkan hasil produksinya dengan
barang-barang lain yang dibutuhkan.

Spesialisasi plus perdagangan bisa meningkatkan pendapatan riil masyarakat, tetapi


spesialisasi tanpa perdagangan mungkin justru menurunkan kesejahteraan masyarakat.
Tetapi apakah spesialisasi plus perdagangan selalu menguntungkan suatu negara ?
Dalam uraian diatas dapat menyimpulakan, bahwa CPF sesudah perdagangan selalu
lebih tinggi atau setidak-tidaknya sama dengan CPF sebelum perdangangan. Ini berarti
bahwa perdagangan tidak akan membuat pendapatan riil masyarakat lebih rendah, dan
sangat mungkin membuatnya lebih tinggi. Tetapi perhatikan bahwa analisa semacam ini
bersifat “statik”, yaitu tidak memperhitungkan pengaruh-pengaruh yang timbul apabila
situasi berubah atau berkembang, seperti yang kita jumpai dalam kenyataan.

Ada tiga keadaan yang membuat spesialisasi dan perdagangan tidak selalu
bermanfaat bagi suatu negara. Ketiga keaadan ini berkaitan dengan kemungkinan
spesialisasi produksi yang terlalu jauh, artinya adanya sektor produksi yang terlalu
terpusatkan pada satu atau dua barang saja. Keadaan ini adalah:

a. Ketidakstabilan pasar luar negeri

Bayangkan suatu negara yang karena dorongan spesialisasi dari perdagangan,


hanya memproduksi karet dan kayu. Apabila harga karet dan kayu dunia jatuh, maka
perekonomian dalam negeri otomatis akan jatuh. Lain halnya apabila negara
tersebut tidak hanya berspesialsasi pada kedua barang tesebut, tetapi juga
memproduksi barang-barang lain baik untuk ekspor maupun untuk kebutuhan dalam
negeri sendiri. Turunnya harga dari satu atau dua barang mungkin bisa diimbangi
oleh naiknnya haga barang-barang lain. Inilah pertentangan atau konfik antara
spesialisasi dengan diversifikasi. Spesialisasi biasa meningkatkan pendapatan riil
masyarakat secara maksimal, tetapi dengan resiko ketidakstabilan pendapatan tetapi
dengan konsekuensi harus mengorbankan sebagian dari kenaikan pendapatan dari
spesialisasi. Sekarang hampir semua negara di dunia menyadari bahwa spesialisasi
yang terlalu jauh (meskipun didasarkan atas prinsip keunggulan komperatif, seperti
yang ditunjukan oleh teori ekonomi) bukanlah keadaan yang baik. Manfaat dari
diversifikasi harus pula diperhitungkan.
b. Keamanan nasional

Bayangkan suatu negara hanya memproduksi satu barang, misalnya karet, dan harus
mengimpor seluruh kebutuhan bahan makanannya. Meskipun karet adalah cabang
produksi dimana negara tersebut memiliki keunggulan komperatif yang paling
tinggi, sehingga bisa meningkatkan CPFnya semakin mungkin, tentunya keadaan
seperti ini tidak sehat. Seandainya terjadi perang atau apapun yang menghambat
perdagangan luar negeri, dari manakah diperoleh bahan makanan bagi penduduk
negara tersebut? Jelas bahwa pola produksi seperti yang didiktekan oleh keunggulan
komperatif tidak harus selalu diikuti apabila ternyata kelangsungan hidup negara itu
sendiri sama sekali tidak terjamin.

c. Dualisme
Sejarah perdagangan internasional negara-negara sedang berkembang, terutama
semasa mereka masih menjadi koloni negara-negara Eropa, ditandai oleh timbulnya
sektor ekspor yang berorientasi ke pasar dunia dan yang sedikit sekali berhubungan
dengan sektor tradisional dalam negeri. Sektor ekspor seakan-akan bukan
merupakan bagian dari negeri itu, tetapi bagian dari pasar dunia. Dalam keadaan
seperti ini spesialisasi dan perdagangan internasional tidak memberi manfaat kepada
perekonomian dalam negeri. Keadaan ini di negara-negara sedang berkembang
setelah mereka merdeka, memang sudah menunjukan perubahan. Tetapi sering
belum merupakan perubahan yang fundamental. Sektor ekspor yang “modern”
masih nampak belum bisa menunjang sektor dalam negeri yang “tradisional”.

Ketiga keadaan tersebut di atas adalah peringatan bagi kita untuk tidak begitu saja
dan tanpa reserve menerima dalil perdagangan Neoklasik bahwa spesialisasi dan
perdagangan selalu menguntungkan dalam keaadaan apapun. Tetapi di lain pihak,
uraian diatas tidak merupkan bukti bahwa manfaat dari perdagangan tidaklah bisa
dipetik dalam kenyataan. Teori keunggulan komperatif masih memiliki kebenaran
dasarnya, yaitu bahwa suatu negara seyogyanya memanfaatkan keunggulan
komperatifnya dan kesempatan”transformasi lewat perdagangan”. Hanya saja perlu
diperhatikan bahwa dalam hal-hal tertentu pertimbangan-pertimbangan lain jangan
dilupakan.

Investible Surplus Meningkat

Perdagangan meningkat pendapatan riil masyarakat. Dengan pendapatan riil


yang lebih tinggi berarti negara tersebut mampu untuk menyisihkan dana sumber-
sumber ekonomi yang lebih besar bagi investasi (inilah yang disebut “investible
surplus”). Investasi yang lebih tinggi berarti laju pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi. Jadi perdagangan bisa memdorong laju pertumbuhan ekonomi.

Inilah inti dari pengaruh perdagangan internasional terhadap produksi lewat


investible surplus. Ada tiga hal mengenai pengaruh ini perlu dicatat:

a. Kita harus menanyakan berapa dari manfaat perdagangan (kenaikan


pendapatan riil) yang diterima oleh warga negara tersebut, dan berapa yang
diterima oleh warga negara asing yang memiliki faktor produksi, misalnya
modal, tenaga kerja, yang diperkejakan di negara tersebut. Dengan lain
perkataan, yang lebih penting adalah berapa kenaikan GNP, bukan kenaikan
GDP, yang ditimbulkan oleh adanya perdagangan.

b. Kita harus menanyakan pula berapa dari kenaikan pendapatan riil karena
perdagangan tersebut akan diterjemahkan menjadi kenaikan investasi dalam
negeri, dan berapa ternyata dibelanjakan untuk konsumsi yang lebih tinggi atau
ditransfer ke luar negeri oleh perusahaan-perusahaan asing sebagai imbalan bagi
modal yang ditanamkannya? Dari segi pertumbuhan ekonomi yang paling
penting adalah kenaikan investasi dalam negeri dan bukan hanya “investible
surplus”-nya.

c. Kita harus pula membedakaan antara “ pertumbuhan ekonomi” dan


“pertumbuhan ekonomi”. Disebutkan di atas bagaimana dualisme dalam struktur
perekonomian bisa timbul dari adanya perdagangan internasional. Di masa
lampau, dan gejala-gejalanya masih tersisa sampai sekarang, kenaikan ivestible
surplus tersebut cenderung untuk diinvestasikan di sektor “modern” dan hanya
sedikit yang mengalir ke sektor “tradisional”. Pertumbuhan semacam ini justru
semakin mempertajam dualisme dan perbedaan antara kedua sektor tersebut.
Dalam hal ini kita harus berhati-hati untuk tidak mempersamakan pertumbuhan
ekonomi dengan pembagunan ekonomi dalam arti sesungguhnya.

Inti dari uraian diatas adalah bahwa kenaikan investible surplus karena
perdagangan adalah sesuatu yang nyata. Tetapi kita harus mmpertanyakan lebih
lanjut siapa yang memperoleh manfaat, berapa besar manfaat tersebut yang di
realisir sebagai investasi dalam negeri, dan adakah pengaruh dari manfaat tersebut
terhadap pembangunan ekonomi dalam arti yang sesungguhnya.

Vent For Surplus

Konsep ini aslinya berasal dari Adam Smith. Menurut Adam Smith,
perdagangan luar negeri membuka daerah pasar baru yang lebih luas bagi hasil-hasil
didalam negeri. Produksi dalam negeri yang semula terbatas karena terbatasnya
pasar di dalam negeri, sekarang bisa diperbesar lagi. Sumber-sumber ekonomi yang
semula menggangur (surplus) sekarang memperoleh saluran (vent) untuk bisa
dimanfaatkan, karena adanya daerah pasar yang baru. Inti dari konsep “vent for
surplus” adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terangsang oleh terbukanya daerah
pasar baru. Sebagai contoh, suatu negara yang kaya akan tanah pertanian tetapi
penduduk relatif sedikit. Sebelum kemungkinan perdagangan dengan luar negeri
terbuka, negara tersebut hanya mnghasilkan bahan makanan yang cukup untuk
menghidupi penduduknya dan tidak lebih dari itu. Banyak tanah yang sebenarnya
subur dan cocok bagi pertanian dibiarkan tak terpakai. Dengan adanya kontak
dengan pasar dunia, negara tersebut mulai menamam barang-barang perdagangan
dunia seperti lada, kopi, teh, karet, gula, dan sebagainya dengan memanfaatkan
tanah pertanian yang menganggur tersebut. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi
meningkat.

Yang perlu dicatat disini adalah bahwa pemanfaatan tanah-tanah pertanian baru
tersebut memerluakan modal dan investasi yang sangat besar, jauh melebihi
kemampuan negara itu sendiri untuk membiayainya. Oleh sebab itu sejarah
mencatat bahwa pembukaan perkebunan-perkebunan hampir selalu berasal dari
modal asing. Ini jelas dari sejarah negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, India,
Sri Langka, dan banyak lagi lainnya. Di masa sekarang sumber-sumber ekonomi
yang belum dimanfaatkan kebanyakan tidak lagi berupa tanah-tanah pertanian
(meskipun kadang-kadang masih demikian), tetapi berupa sumber-sumber alam
(khususnya energi) dan kadang-kadang juga tenaga kerja yang murah dan berlimpah
dan murah. Modal yang besar dan teknologi tinggi diperlukan bagi pemanfaatan
sumber-sumber alam ini, dan semuanya itu seringkali di luar kemampuan negara
pemilik sumber-sumber tersebut untuk membiayai dan melaksanakannya. Jadi tetap
memerlukan modal dan teknologi asing. Perhatikan bahwa inti dari proses “vent for
surplus” ini tetap sama, baik dulu maupun sekarang, yaitu: sumber-sumber ekonomi
yang tidak bisa dimanfaatkan kecuali apabila ada saluran ke pasar dunia dan apabila
modal asing diperkenankan masuk. Perbedaan pokoknya adalah bahwa di masa
lampau negara-negara pemilik sumber-sumber alam tersebut adalah negara jajahan,
sedangkan sekarang adalah negara merdeka dengan pemerintah nasionalnya. Kunci
daripada apakah proses “vent for surplus” ini akan menghasikan pembangunan
ekonomi dalam arti sesungguhnya dalam arti sesungguhnya ataukah hanya
“pertumbuhan ekonomi” seperti yang telah terjadi di zaman lampau, terletak di
tangan pemerintah nasional. Mereka harus bisa meraih sebagian besar dari “manfaat
perdagangan” yang dihasilkan dan menggunakannya bagi kepentingan
pembangunan nasionalnya dalam arti yang sebenarnya.

Produktivitas memiliki pengaruh yang sangat penting dari perdagangan luar


negeri terhadap sektor produksi berupa peningkatan produktivitas dan efisiensi pada
umumnya. Kita bisa membedakan tiga sumber utama dari peningkatan produktivitas
dan efisiensi yang ditimbulkan oleh adanya perdagangan luar negeri.

a. Economies of scale berarti makin luasnya pemasaran produksi bisa


diperbesar dan dilakukan dengan cara yang lebih murah dan efisien (Economies
of scale menurunkan Long Run Average Cost dari suatu sector industri).

b. Teknologi baru berarti perdagangan internasional dan hubungan luar negeri


pada umumnya dikatakan sebagai media yang penting bagi penyebaran
teknologi dari negara – negara maju ke negara yang belum berkembang. Bentuk
yang langsung dari penyebaran teknologi ini adalah apabila dengan dibukanya
hubungan dengan luar negeri suatu negara bisa mengimpor barang misalnya
mesin yang bisa meningkatkan produktivitas didalam negeri. Sebagai contoh,
suatu negara sedang berkembang mengimpor komputer untuk memperbaiki
produktivitas aparat pemerintannya. Sebetulnya disini yang dimpor adalah
“teknologi baru” yang terkandung dalam computer tersebut. Bentuk penyebaran
teknologi yang bersifat tidak langsung tetapi kadang sangat penting. Apabila
para produsen dalam negeri memperoleh pengetahuan mengenai produk baru.
Cara – cara yang dilakukan akan lebih efisien dalam produksi, pemasaran dan
manajemen perusahaan pada umumnya, semangat dan motivasi baru untuk
melakukan inovasi. Misalnya dimasa lalu petani Indonesia memperoleh manfaat
dari perkebunan Belanda berupa pengetahuan mengenai produk baru seperti
kopi, teh, tembakau, karet dan gula yang laku dipasaran dunia dan cara
penanamannya yang baik. “belajar” teknologi baru seperti ini lebih memiliki
manfaat yang besar dan berdifat lebih lestari daripada hanya “membeli”
teknologi seperti dalam contoh di atas.
c. Rangsangan persaingan berarti peningkatan efisiensi tidak hanya terjadi
lewat teknologi baru melainkan juga “lewat pasar”. Dikatakan bahwa dibukanya
perdagangan internasional tidak jarang membuat sektor – sector tertentu
didalam perekonomian yang semula “tertidur” dan tidak efisien menjadi sector
yang lebih dinamis berkat adanya pengaruh persaingan dari luar. Sebagai
contoh, jika suatu pasar domestic yang dikuasai oleh sebuah perusahaan
monopoli yang tidak efisien. Kerugian yang ditanggung masyarakat dengan
adanya sector ini akan lebih tinggi. Namun, karena berbagai hal tidak ada
perusahaan dalam negeri yang bisa masuk ksektor ini dan menggeser posisi
perusahaan monopoli tersebut. Apabila kemudian hubungan kluar negeri
dibuka, bisa diharapkan bahwa barang – barang yang sama atau serupa dengan
hasil produksi sector tersebut tetapi dijual dengan harga yang lebih murah dan
kualitas yang lebih baik akan mengalir masuk kedalam negeri. Dalam hal ini
dibukanya perdagangan mempunyai pengaruh yang serupa dengan masuknya
perusahaan – perusahaan baru yang lebih efisien ke sektor tersebut. Jadi
perdagangan luar negeri bisa meningkatkan efisiensi suatu sektor melalui
peningkatan persaingan. Dalam prakteknya, Apabila keadaan seperti ini terjadi
maka bisa diharapkan bahwa perusahaan monopoli yang merasa kelangsungan
hidupnya dibahayakan akan berusaha untuk menghalang – halangi mengalirnya
barang – barang ke luar negeri. Misalnya dengan menuntut pengenaan bea
masuk yang tinggi. Dalam hal ini pemerintah harus mempertimbangkan
berbagai kepentingan termasuk kepentingan konsumen, produsen, buruh dan
kepentingan masyarakat pada umumnya. Seringkali masalahnya menjadi sulit
dan rumit karena argumentasi ekonomi sering dikacaukan dengan argumentasi
politis dan kepentingan golongan atau sektoral.

Ada beberapa hal penting untuk dicatat mengenai kemungkinan peningkatan


produktivitas melalui hubungan internasional ini. Diantara ketiga sumber
peningkatan produktivitas yaitu Economies of scale, teknologi baru dan rangsangan
persaingan. Salah satu mendapatkan penekanan dan perhatian khusus dari Negara
sedang berkembang yaitu teknologi baru. Masalah pemindahan teknologi atau
transfer of technologi dari Negara maju ke negar sedang berkembang merupakan
topik yang paling banyak diperbincangkan baik dikalangan keilmuan maupun
perundingan internasional antara kelompok Negara sedang berkembang dengan
kelompok Negara maju. Pemindahan teknologi dilihat sebagai salah satu kunci dari
keberhasilan pembangunan di negara yang sedang berkembang. Sampai berapa
jauhkan Negara sedang berkembang dapat memperoleh manfaat teknologi baru
melalui perdagangan internasional, modal asing dan bantuan luar negari? Jawaban
untuk

a. Seberapa jauhkah produsen dan pelaku – pleku ekonomi di dalam negeri


siap untuk menerima teknologi baru tersebut ? Hal ini menyangkut bukan hanya
keterampilan dan pengetahuan minimal yang harus lebih dulu dimiliki oleh para
produsen, buruh didalm negeri tetapi juga berkaitan dengan kesiapan mereka
dan dengan ada – tidaknya lingkungan yang menunjang pengalihan teknologi
tersebut. Ketidaksiapan dari pihak penerima merupakan faktor penghambat
meskipun negaraterkadang Negara sedang berkembang tidak selalu mau
mengakuinya dengan jujur.
b. Sampai berapa jauhkan Negara maju termasuk perusahaan asing yang
beroperasi dinegara tersebut bersedia untuk memberikan dan mengajar teknologi
mereka kepada Negara sedang berkembang? Kemauan dan kejujuran yang
sungguh – sungguh dipihak Negara maju merupakan syarat utama dari
berhasilnya program pengalihan teknologi ini. Itikad dari pihak Negara maju dan
perusahaan – perusahaannya untuk menyebarkan dan mengajarkan teknologinya
juga perlu dipertanyakan, kalau kita lihat betapa lambatnya proses “transfer of
technologi ini berjalan dalam prakteknya.

Ada satu masalah lagi selain proses pengalihan teknologi itu sendiri yang perlu
diperhatikan. Masalai ini adalah mengenai sesuai tidaknya teknologi yang dialihkan
bagi kepentingan pembangunan Negara sedang berkembang. Teknologi yang
dikembangkan dinegara maju bersumber pada desakan dan keadaan dinegara
tersebut. Sedangkan kebutuhan dan keadaan dinegara sedang berkembang mungkin
menuntut teknologi yang berbeda. Sekarang orang mulai mempertanyakan apakah
computer, traktor – traktor besar, mesin serba otomatis memang teknologi yang
diperlukan oleh Negara yang sedang berkembang pada saat ini. Apakah tidak lebih
efektif apabila Negara maju membantu Negara sedang berkembang dalam
pengembangan teknologi terbaru yang langsung merupakan jawaban bagi kebutuhan
Negara sedang berkembang dan tidak hanya memberikan apa yang telah
dikembangkan dinegara maju. Dari sini muncul ide – ide mengenai pentingnya
mengembangkan teknologi madya dan sebagainya. Tetapi sampai saat ini belum ada
jawaban yang tegas bagi pertanyaan seperti ini dan belum ada kesepakatan diantara
para ekonom sendiri.

Bagaimana dengan sumber peningkatan yang lain? Saying bahwa kedua sumber
ini tidak memperoleh perhatian yang sepadan disbanding dengan sumber teknologi
baru tersebut. Kedua sumber ini pun tidak kalah pentingnya untuk peningkatan
prodiktivitas.

Nilai tukar atau kurs merupakan nilai tukar antar dua negara yang disepakati penduduk kedua
negara untuk saling melakukan perdagangan. Ada dua jenis nilai tukar yang dipakai yaitu Kurs
Nominal dan Kurs Riil.

Kurs Nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar
mata uang sutau negara dengan mata uang negara lain.

Misalnya, jika kurs antara dolar AS dan Rupiah Indonesia sebesar Rp14.500, maka 1 dolar
bernilai Rp14.500. Ketika kita meginginkan 20 dolar maka harus membayar Rp290.000 ($20 x
Rp14500).

Kurs Riil (real exchange rate) adalah nilai tukar yang digunakan seseorang saat menukarkan
barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lainnya.

Misalnya, ketika membeli tas dengan harga di Amerika adalah 400 dolar sedangkan di Indonesia
Rp2.000.000. Untuk perbandingan harga keduanya, maka harus mengubahnya menjadi mata uang
umum, jika 1 dolar Rp10.000 maka harga tas di Amerika Rp4.000.000. Sehingga dalam
membandingkan harga tas di Amerika dan Indonesia, dapat disimpulkan harga tas di Indonesia ½
harga dari harga tas di Amerika.

Ketika nilai tukar berubah sehinga 1 dolar dapat membeli mata uang asing lebih banyak
disebut Apresiasi, beberapa menyebutnya dengan “menguat”. Sebaliknya ketika nilai tukar
berubah sehingga 1 dolar hanya bisa membeli mata uang lebih sedikit maka disebut Depresiasi,
beberapa menyebutnya dengan “melemah”.

Sedangkan, salah satu alat ukur untuk mengetahui daya saing suatu negara dari sisi harga dalam
pertukaran mitra dagang biasanya menggunakan Real Effective Exchange Rates (REER).

Real Effective Exchange Rates (REER) adalah indikator untuk menjelaskan nilai mata uang
suatu negara relatif terhadap beberapa mata uang negara-negara lainnya yang telah disesuaikan
dengan tingkat inflasi pada tahun tertentu atau indeks harga konsumen negara tertentu.

Kenaikan Real Effective Exchange Rate menggambarkan nilai ekspor lebih mahal dan nilai
impor lebih murah, peningkatan tersebut menunjukan berkurangnya daya saing perdagangan,
begitu juga sebaliknya.

Sumber data yang dipakai yaitu Mata uang/ nilai tukar negara tertentu (CUR i) dibandingkan nilai
tukar Indonesia (IDRt). Selain itu, perhitungan indeks harga konsumen Indonesia (Pid)
dibandingkan dengan indeks harga konsumen negara tertentu (Pi). Perhitungan bobot (w) yang
digunakan dalam perhitungan didasarkan pada proporsi nilai ekspor dan impor masing-masing
negara terhadap nilai ekspor dan impor Indonesia.

REER: indeks nilai tukar riil periode t w: bobotKeterangan:

CUR: mata uang negara lain o: Periode tahun dasar

IDR: mata uang rupiah i: negara tertentu

P: indeks harga id: Indonesia

t: periode t

Purchasing Power Parity (Paritas Daya Beli)

A. Pengertian, Istilah Dan Definisi Konsep Purchasing Power Parity, atau Paritas Daya
Beli,
PPP diperkenalkan oleh ekonom klasik bernama David Ricardo. Konsep ini kemudian
dipopulerkan oleh ekonom Swedia yang bernama Gustave Cassel pada tahun 1920, saat
negara-negara Eropa seperti Jerman, Uni Soviet, dan Hongaria mengalami inflasi tinggi.
Penjelasan konsep teori Purchasing Power Parity didasarkan pada hukum satu harga, the law of
one price yang menyatakan bahwa harga komoditas yang sama di dua negara yang berbeda
akan sama jika dinilai dengan mata uang yang sama. Paritas Daya Beli Absolut Dengan
mengunakan konsep hukum satu harga, maka dapat dihitung seluruh harga dari sekumpulan
komoditas dan jasa yang sama untuk dua negara yang berbeda, misal untuk di Amerika maupun
di Jepang dapat ditulis persamaan berikut: PJPY = USD/JPY x PUSD (persamaan 1) PJPY
merupakan harga sekumpulan komoditas dan jasa yang sama di Jepang dan PUSD merupakan
harga sekumpulan komoditas dan jasa yang sama Amerika. Sedangkan USD/JPY adalah nilai
tukar Dollar Amerika terhadap Yen Jepang. Persamaan 1 adalah bentuk absolut dari kondisi
paritas daya beli yang dapat dimodifikasi untuk mendapatkan hubungan antara nilai tukar kurs
dengan harga sekelompok produk atau barang dari dua negara. Sehingga persamaan 1 menjadi:
USD/JPY = PJPY/PUSD Konsep paritas daya beli dalam bentuk absolut melalui peramaan 1
dapat menjelaskan terbentuknya nilai tukar valuta asing suatu negara. Dari persamaan 1 dapat
diketahui bahwa nilai tukar Dollar Amerika terhadap mata uang Yen Jepang ditentukan oleh
harga komoditas dan jasa dari dua negara tersebut.

Pada umumnya harga sekumpulan komoditas dan jasa dinyatakan dalam indeks harga. Contoh
Aplikasi Perhitungan Jika harga satu bungkus rokok Malboro di Amerika adalah satu Dollar dan
di Jepang adalah 80,0 Yen, maka nilai tukar Dollar terhadap Yen adalah: PJPY = ¥ 80,0 PUSD =
$ 1,0 Dengan menggunakan persamaan 1, maka kurs USD/JPY adalah: USD/JPY = ¥ 80,0/$ 1,0
atau USD/JPY = JPY 80,0/USD 1,0, delapan puluh Yen per satu Dollar. Atau USD/JPY = JPY
80,0/USD kurs ini biasa ditulis menjadi satu Dollar per delapan puluh Yen sehingga: USD/JPY =
USD/JPY 80,0 Berdasarkan PPP absolut, maka kurs Dollar Amerika terhadap Yen Jepang
seharusnya adalah USD/JPY 80,0. Jika kurs spot atau kurs aktual di pasar valuta asing nilainya
adalah USD/JPY 70,0 maka dikatakan nilai Yen Jepang overvaluation, sedangkan Dollar
Amerika undervaluation. Sebaliknya jika kurs spot atau aktual di pasar valuta asing nilainya
adalah USD/JPY 90,0, maka dikatakan nilai Yen Jepang undervaluation, sedangkan Dollar
Amerika overvaluation. Konsep paritas daya beli dalam bentuk absolut mampu menjelaskan
mekanisme terbentuknya kurs valuta asing secara sederhana.

Namun demikian, Kesederhanaan ini menjadi kelemahan dalam menentukan harga sekumpulan
komoditas dan jasa yang sama dari dua negara yang berbeda. Teori PPP absolut sering kali
dipandang tidak realistis karena tidak mempertimbangkan biaya-biaya yang timbul untuk suatu
produk seperti, biaya transpotasi, biaya transaksi, tarif, dan kuata. Oleh karena itu dikembangan
teori PPP relatif yang menyatakan bahwa harga komoditas yang sama akan berbeda karena
ketidaksempurnaan pasar yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti biaya transportasi, biaya
transaksi, tarif atau pajak, kuota dan lainnya. Paritas Daya Beli Relatif Menurut teori PPP relatif,
kurs valuta asing akan berubah untuk mempertahankan daya belinya. Kurs akan selalu berubah
sesuai dengan perubahan tingkat inflasi yang terjadi di dalam suatu negara. Perubahan dimulai
dari suatu kesetimbangan tertentu. Kemudian harga mengalami perubahan selama periode
tertentu, bisa satu bulan, satu tahun, atau lebih lama.

Paritas Tingkat Bunga

Teori Paritas Tingkat Bunga adalah salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat
bunga dalam sistem devisa bebas (apabila penduduk masing-masing negara bebas
memperjualbelikan devisa). Teori ini pada pokoknya menyatakan : Dalam sistem devisa bebas
tingkat bunga di negara satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga dinegara lain, setelah
diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu terhadap negara
yang lain. atau secara aljabar Rn= Rf + E* keterangan : Rn =Tingkat bunga (nominal) di dalam
negeri Rf = Tingkat bunga (nominal) di luar negeri E* = Laju depresiasi mata uang dalam negeri
terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi. Jadi, apabila tingkat bunga di AS
untuk katakan pinjaman jangka 6 bulan adalah 10% pertahun, dan selama 6 bulan mendatang
kurs dollar AS terhadap rupiah diperkirakan meningkat dengan 4% (atau 8% apabila dinyatakan
dalam laju pertahun), maka tingkat bunga untuk pinjaman jangka 6 bulan di indonesia akan
cenderung sama dengan 10% + 8% = 18% pertahun. Mengapa kecenderungan tersebut terjadi ?
sebab adalah bahwa apabila tingkat bunga yang berlaku di dalam negeri (untuk pinjaman 6
bulan tersebut) lebih rendah daripada 18% per tahun, maka akan lebih menguntungkan bagi
pemilik dana untuk meminjamkan uangnya di AS dan menerima imbalan 10% per tahun tanpa
harus menanggung kerugian kapital berupa penurunan nilai mata uang rupiah sebesar 8% per
tahun. Dana akan mengalir ke AS dan ini akan mengurangi tersedianya dana rupiah di dalam
negeri,dan selanjutnya akan mendorong tingkat bunga di dalam negeri untuk naik mendekati
18% per tahun. Sebaliknya apabila tingkat bunga di dalam negeri ternyata lebih tinggi dari 18%
per tahun (katakan 20%), maka akan lebih menguntungkan bagi orang AS untuk menukarkan
dollarnya menjadi rupiah dan selanjutnya meminjamkannya di indonesia dengan bunga 20 % per
tahun. Meskipun seandainya perkiraan bahwa nilai rupiah akan turun 8% per tahun benar-benar
terjadi, ia masih menerima imbalan 20% - 8% = 12% per tahun (dinyatakan dalam dollar). Jadi
akan ada aliran dana (dollar) masuk ke indonesia, sehingga suplai dana (rupiah) di indonesia
meningkat dan ini cenderung akan menurunkan tingkat bunga di dalam negeri sampai mendekati
18% per tahun.

Fisher Effect

The Fisher effet mengatakan bahwa tingkat bunga nominal di negara manapun akan sama
dengan real rate of return yang diinginkan oleh para investor (tingkat bunga yang akan
mengkompensasi para investor untuk penundaan konsumsi saat ini/sekarang) plus/ditambah
tingkat inflasi yang diperkirakan (premium untuk menyeimbangkan/offset kenyataan bahwa
inflasi akan menurunkan daya beli dari dana yang diinvestasikan ; premium ini harus
menyamakan tingkat inflasi selama periode investasi). Atau dengan kata lain bahwa tingkat
bunga nominal merupakan fungsi dari tingkat bunga riil dan premium ekspektasi inflasi. Contoh
jika return riil yang diinginkan adalah 2 % dan tingkat inflasi diperkirakan akan menjadi sebesar 5
% maka tingkat bunga nominal + 7 %. (1 + nominal rate) = (1 + real rate) (1 + expected inflation
rate) (1 + r) = (1 + a)(1 + i) atau r = a + i + ai atau sering disederhanakan dengan r = a + I
Dengan diketahui kemampuan untuk mengakses pasar-pasar keuangan dunia, real rates of
return seharusnya sama di seluruh dunia (di dunia dimana para investor dapat membeli setiap
interest bearing securities, return riil akan cenderung kearah paritas (equality) dimanapun melalui
arbitrage). Dalam keadaan equilibrium maka dengan tidak adanya intervensi pemerintah
seharusnya bahwa perbedaan tingkat bunga nominal akan + sama dengan antisipasi perbedaan
tingkat inflasi atau (1 + ph)/(1 + pf) = (1 + ih)/(1 + if). Oleh karena itu perbedaan tingkat inflasi
antara dua negara akan sama dengan/menyamakan perbedaan tingkat bunga. Sebagaimana
ditunjukan oleh persamaan yang disederhanakan berikut ini : if – ih = pf – ph. Persamaan ini
merupakan konversi dari persamaan (1 + ph)/(1 + pf) = (1 + ih)/(1 + if) dengan mengurangi
kedua sisinya dan asumsi bahwa nilai pf dan i secara relatif kecil.

Versi umum Fisher Effect mengatakan bahwa negara-negara dengan tingkat inflasi yang lebih
tinggi mempunyai tingkat bunga yang lebih tinggi daripada negara-negara dengan tingkat inflasi
yang lebih rendah. Contoh : jika tingkat inflasi di A.S dan di Inggris adalah 4 % dan 7 %, FE
mengatakan bahwa tingkat bunga nominal seharusnya + 3 % lebih tinggi di Inggris dari pada di
A.S. Efek Fisher: suatu kenaikan (penurunan) dalam tingkat inflasi yang diharapkan dalam suatu
negara akan menyebabkan kenaikan (penurunan) yang proporsional di negara tersebut. Efek
Fisher: i$ = ρ$ + E($). Efek Fisher mengimplikasikan bahwa tingkat inflasi yang diharapkan
adalah perbedaan antara tingkat bunga nominal dan riel pada masing2 negara: E($) = i$ - ρ$ ;
E(£) = i£ - ρ£ Dengan E(e) = E($) - E($), maka akan dihasilkan Efek Fisher internasional:
E(e) = i$ - i£ Jika Efek Fisher internasional dikombinasikan dengan IRP, yaitu: (F-S)/S = i$ - i£,
maka diperoleh: (F-S)/S = E(e) Kombinasi tersebut disebut paritas forward. Translation exposure
Merupakan eksposur laporan rugi/laba dan Neraca MNC terhadap perubahan-perubahan nilai
tukar nominal. MNC harus mengkonsolidasi rekeningnya ke dalam mata uang lokal melalui cash
flow-nya yang didenominasi mata uang asing ke dalam mata uang lokal. Sebagai contoh jika
perusahaan memiliki rekening dalam mata uang asing pada bank luar negeri, ukuran/jumlah
deposit dalam mata uang asing tidak terpengaruh, tetapi jumlah deposit yang dilaporkan dalam
laporan keuangan (dalam mata uang domestic) akan berpengaruh pada statements konsolidasi
dari subsidiary asing kepada perusahaan induknya, nilai dari beberapa pos-posnya akan
bervariasi dari waktu ke waktu terhadap kurs valas. Translaction exposure secara sederhananya
merupakan perbedaan antar exposed assets dan exposed liabilities.

Exposed berarti bahwa nilai dari aset yang dihitung dalam reporting currency (mata uang negara
asal) turun akibat devaluasi functional currency. Misalnya suatu perusahaan multinasional
Jepang memiliki anak perusahaan di Indonesia, berikut neraca anak perusahaan pada awal
tahun : Dalam Rp. Awal tahun (¥) Kurs = Rp. 80/¥ Akhir tahun (¥) Kurs = Rp.100/¥ Kas
1.000.000 12.500 10.000 Piutang Dagang 2.000.000 25.000 20.000 Persediaan 2.000.000
25.000 20.000 Aktiva tetap 5.000.000 62.500 50.000 Total Aset 10.000.000 125.000 100.000
Hutang dagang 2.000.000 25.000 20.000 Hutang jangka panjang 2.000.000 25.000 20.000
Modal saham 6.000.000 75.000 60.000 Total pasiva 10.000.000 125.000 100.000 Total aset
adalah Rp.10.000.000. Karena perusahaan ini adalah perusahaan Jepang, maka harus
dikonversikan ke dalam ¥ jepang. Misalkan pada awal tahun kurs adalah Rp 80/¥. Maka akan
terlihat bahwa total aset ¥125.000 dan modal saham ¥ 75.000. Sedangkan kurs pada akhir tahun
adalah Rp.100/¥, maka akan terlihat bahwa total aset turun menjadi ¥ 10.000 dan modal saham
juga turun menjadi ¥ 60.000. penurunan modal saham menunjukan perusahaan mengalami
kerugian sehingga modal sahamnya berkurang nilainya. Namun nilai ekonomis perusahaan tetap
sama antara awal tahun dan akhir tahun karena kerugian ini semata-mata disebabkan oleh
perubahan kurs bukan karena perubahan nilai ekonomis. Transaction exposure Adalah eksposur
valas perusahaan dalam transaksi-transaksinya dengan negara lain dimana transaksi tersebut
terjadi pada saat ini namun pembayarannya dilakukan pada masa datang, pada saat jatuh
tempo/penyelesaian transaksi-transaksi tersebut menaikkan keuntungan-keuntungan atau
kerugian mata uang. Dengan kata lain, selama periode komitmen-komitmen pembayaran atau
penerimaan tersebut belum jatuh tempo, kurs nominal dapat berubah dan membuat nilai
transaksi ada dalam risiko.

Contohnya adalah piutang dan hutang dalam valas. Contoh seorang importir Indonesia membeli
barang dari Amerika Serikat senilai $1 juta dan pembayarannya dilakukan 3 bulan mendatang.
Pada saat ini kurs Rp/$ adalah Rp. 10.000/$ namun kurs Rp/$ 3 bulan mendatang adalah Rp.
12.000/$. Maka importir harus menyediakan rupiah lebih banyak. Sebaliknya jika kurs Rp/$
menguat pada 3 bulan mendatang, maka importir tersebut akan memperoleh keuntungan.
Economic exposure Adalah eksposur valas cash flows perusahaan terhadap perubahan-
perubahan nilai tukar riil (mengukur perubahan-perubahan nilai tukar yang mempengaruhi nilai
perusahaan yang diukur dalam ekspektasi cash flows masa datang). Eksposur yang didasarkan
pada nilai-nilai pasar mengasumsikan bahwa tujuan finansial perusahaan adalah untuk
memaksimumkan kekayaan pemegang saham

Laju inflasi dan suku bunga dapat menimbulkan dampak-dampak yang signifikan terhadap
nilai tukar. Karena sangat penting hal ini sangat perlu dibahas. Dalam hal ini ada 3 teori yang
menjelaskan hubungan kedua faktor ini dalam mempengaruhi nilai tukar. Teori tersebut
seperti Teori Paritas Daya Beli (PPP), Teori International Fisher Effect (IFE) dan Teori
Paritas Suku Bunga (IRP). Pada makalah akan dibahas mengenai ketiga teori tersebut
secara rinci.

2.1 Teori Paritas Daya Beli


Laju inflasi biasanya bervariasi antar negara, yang menyebabkan pola-pola
perdagangan internationa dan nilai tukar yang menyesuaikan diri mengikuti gerak inflasi.
Salah satu teori yang membahas tentang hal ini adalah teori paritas daya beli. Teori ini
menyatakan bahwa nilai tukar akan menyesuaikan diri dari waktu ke waktu untuk
mencerminkan selisih inflasi antara dua negara, akibatnya daya beli konsumen untuk
membeli produk-produk domestik yang akan sama dengan daya beli mereka untuk
membeli produk-produk luar negeri.

Teori ini melihat hubungan nilai tukar dan inflasi dimana nilai tukar akan
menyesuaikan diri dari waktu ke waktu hingga mencerminkan selisih inflasi antar negara.
Dari penjelasan tersebut ada hubungan yang berbanding lurus dimana untuk mengimbangi
laju inflasi maka nilai tukar harus dapat mencerminkan selisih dari laju inflasi tersebut agar
perbedaan harga barang yang mahal tidak terjadi. Hal ini bertujuan agar konsumen tidak
berubah untuk mengkonsumsi produk dari negara lain sehingga produk tersebut laku dipasar
yang terkena damapak laju inflasi.

2.1.1 Formula Paritas Daya Beli


Formula Paritas Daya Beli adalah:
atau
Untuk formulasi yang atas Yaitu persentase perubahan nilai tukar kurang lebih harus sama
dengan selisih laju inflasi cukup kecil. Formula ini tepat jika laju inflasi cukup kecil.
Untuk formulasi yang dibawah melihat hubungan antara laju inflasi relatif dengan nilai tukar
menurut teori paritas daya beli. Perhatikan jika Ih<If, maka ef haruslah positif hal ini
menyiratkan bahwa valuta asing yang dimaksud akan mengalami apresiasi terhadap valuta
domestik pada saat inflasi domestik melebihi inflasi luar negri. Begitupun juga sebaliknya
jika Ih>If maka akan negatif. Artinya ini valuta asing akan mngalami depresiasi pada saat
inflasi dinegara tersebut melebihi inflasi domestik

2.1.2 Bentuk Paritas Daya Beli (PPP)


2.1.2.1. Absolute Purchasing Power Parity

Salvatore (2011 dikutip dalam internet) mengungkapkan bahwa teori paritas daya beli
versi absolut merupakan titik ekuilibrium dari nilai tukar antar dua negara dan rasio tingkat
harga dari kedua negara yang bersangkutan.
Menurut Amalia (2007, dikutip dalam internet) teori paritas daya beli versi absolut
pada dasarnya adalah perbandingan nilai satu mata uang terhadap mata uang lain yang
ditentukan oleh tingkat harga pada masing- masing negara.
Menurut Jeff Madura bentuk absolut teori ini menyatakan bahwa harga dari 2 produk
yang homogen di negara-negara yang berbeda akan sama jika diukur oleh valuta yang sama.
Jika terjadi perbedaan harga pada valuta yang sama setelah melakukan pengukuran maka
harga yang satu akan mendekati harga yang lain. Sebagai contoh jika amerika dan cina
memproduksi produk yang sama dan harga di amerika lebih rendah daripada di china jika
diukur dengan valuta yang sama maka permintaan di negara amerika akan meningkat dan
akan menurunkan permintaan dinegara China. Konsequensinya nila tukar antara kedua
negara akan berubah. Namun ada beberapa faktor yang akan melemahkan teori absolut ini
yakni biaya tranportasi, bea masuk dan kuota. Karena pengaruh dari faktor tersebut akan
menimbulkan perbedaan harga walaupun pada valuta yang sama.
2.1.2.2. Relative Purchasing Power Parity

Paritas daya beli bentuk relatif mempertimbangkan bahwa dengan adanya


ketidaksempurnaan pasar, seperti adanya bea masuk, biaya transportasi, dan kuota yang
berbeda di berbagai negara, harga sejumlah produk pada negara yang berbeda tidak selalu
sama jika diukur dalam mata uang yang sama.
Salvatore (2011, dikutip dalam internet) mengungkapkan bahwa “Relative purchasing
power parity postulates that the change in the exchange rate over a period time should be
proportional to the relative change in the price levels in the two nations over the same
period.”
Eiteman, Stonehill, dan Moffet (2010 dikutip dalam internet) berpendapat bahwa
paritas daya beli relatif tidak secara khusus membantu menentukan kurs saat ini, tetapi
perubahan relatif harga-harga diantara kedua negara selama suatu periode menentukan
perubahan nilai tukar selama periode itu.
Amalia (2007, dikutip dalam internet) mengungkapkan bahwa pada paritas daya beli
versi relatif, apabila terjadi perubahan harga di kedua negara, maka nilai tukar antar kedua
negara tersebut juga harus mengalami perubahan juga. “Paritas daya beli versi relatif juga
dapat megukur apakah mata uang tersebut overvalue atau undervalue”
Menurut Jeff Madura teori bentuk relatif dari teori paritas daya beli, teori ini
menyatakan bahwa laju perubahan indeks harga di dua negara akan hampir sama jika diukur
memakai valuta yang sama sejauh biaya transportasi dan hambatan-hambatan perdagangan
tidak mengalami perubahan. Dalam versi alternatif yang memperhitungakan faktor
ketidaksempurnaan pasar seperti biaya tranportasi,tarif dan kuota. Dalam versi ini mengakui
bahwa ketidaksempurnaan pasar ini dapat membuat harga pada produk yang sama dinegara
berbeda ini tidak sama sama jika meenggunkan valuta yang sama. Namun teori relatif PPP
mengungkapkan indeks harga dari produk yang sama di negara yang berbeda itu bisa jadi
tidak jau berbeda jika diukur dengan vauta yang sama, selama tranportasi dan proteksi
perdagan tidak berubah. Sebagai contoh, ada dua negara yang melakukan perdangan dengan
produk yang sama dengan asumsi awal laju inflasi berada pada titik 0 dan nilai tukar berada
pada titik ekuilibrium. Seiring berjalannya waktu kedua negara mengalami inflasi, supaya
teori PPP ini berfungsi maka kedua negara haru menyesuaikan nilai tukar agar dapat
engimbangi perbedaan aju inflasi sehingga perbedaan harga produk yang berbeda tidak akan
terjadi sehingga konsumen pun tetap setia pada produk negara tersebut.
2.1.3 Analisis Grafik PPP
Dimana semakin titik-titik tersebut mendekati atau pun berada pada satu garis lurus PPP
maka hal ini menandakan bahwa nilai tukar kedua negara berada di level aman. Sehingga
daya beli kedua akan sama harga tidak jauh beda. Ini akan mendukung teori satu harga.
2.1.4 Penyebab Tidak Terjadinya Paritas Daya Beli Tidak Terjadi
1. Hambatan perdagangan internasional
karena adanya biaya transportasi. Biaya ini menyebabkan perbedaan harga untuk barang yang
sama di pasar yang berbeda. Dengan kata lain, hal ini menyimpang dari hukum satu harga
dan akan menyebabkan kondisi arbitrase, jika harga yang berlaku ternyata lebih tinggi
daripada harga ditambah biaya transportasi. Dalam keadaan demikian, negara yang
menetapkan harga lebih tinggi akibat adanya biaya transportasi akan memiliki kurs yang
bernilai lebih tingi (overvalued) daripada ketentuan kurs berdasarkan PPP.
Selain biaya transportasi, hambatan perdagangan berupa tarif dan kuota juga menyebabkan
kegagalan konsep PPP. Hampir setiap negara memberlakukan sistem tarif terhadap komoditi
yang akan masuk ke negaranya. Hal ini ditujukan untuk melindungi produksi dalam negeri.
Proteksi yang banyak dilakukan adalah proteksi terhadap sektor pertanian. Tarif merupakan
pengenaan pajak bagi komoditi impor, sedangkan kuota merupakan pembatasan jumlah
komoditi impor. Baik tarif dan kuota menyebabkan kenaikan harga komoditi impor. Di
negara yang memberlakukan tarif atau kuota, kurs yang berlaku akan lebih tinggi dari
ketentuan konsep PPP(overvalued).
Perbedaan pemberlakuan pajak masing-masing negara juga merupakan faktor yang
menyebabkan kegagalan konsep PPP. Negara yang menerapkan pajak lebih tinggi dibanding
negara lain memiliki kurs berlaku yang lebih tinggi dari kurs yang ditentukan dalam konsep
PPP. Hal ini terjadi karena harga komoditi dalam negeri akan relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan harga komoditi yang sama di luar negeri.

2. Komoditi yang tidak diperdagangkan dalam perdagangan internasional,


Perdagangan jasa merupakan komoditi yang tidak diperdagangkan secara internasional,
namun dimasukkan dalam perhitungan indeks harga. Di negara-negara maju, harga jasa,
misalkan biaya sewa dan tenaga kerja, lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara
berkembang. Hal inilah yang menyebabkan penilaian kurs valuta asing yang terlalu
rendah (undervalued) di negara-negara berkembang, karena indeks harga di negara maju jauh
lebih tinggi daripada negara berkembang.

3. Persaingan yang tidak sempurna (imperfect competition)


Adanya kompetisi yang tidak sempurna menyebabkan perbedaan harga barang yang
diperdagangkan di setiap negara. Perbedaan ini mengakibatkan penyimpangan konsep PPP.
Perbedaan harga barang yang diperdagangkan di setiap negara dapat terjadi karena
perusahaan memiliki kemampuan untuk menerapkan harga yang berbeda di pasar yang
berbeda. Teori diskriminasi harga menyatakan bahwa suatu perusahaan akan memaksimalkan
keuntungan dengan meragamkan harga berdasarkan elastisitas permintaan suatu barang.
Elastisitas permintaan menunjukkan bahwa bagaimana perubahan jumlah barang yang
diminta apabila harga barang tersebut mengalami perubahan. Jika harga suatu barang
meningkat 10 persen dan jumlah barang yang diminta turun kurang dari 10 persen, maka
permintaan untuk barang ini dikatakan inelastis. Jika harga naik sebesar 10 persen, dan
jumlah barang yang diminta turun lebih dari 10 persen, maka permintaan untuk barang ini
dikatakan elastis. Penerimaan penjualan meningkat mengikuti kenaikan harga barang yang
memiliki permintaan inelastis dan akan turun mengikuti kenaikan harga barang yang
memiliki permintaan elastis. Perusahaan yang menerapkan diskriminasi harga dapat
memaksimalkan penerimaannya dengan menerapkan harga yang lebih tinggi di negara yang
memiliki permintaan inelastis dibandingkan dengan negara yang memiliki permintaan lebih
elastis. Hal ini akan mengakibatkan penilaian kurs yang terlalu tinggi (overvalued) di negara
yang memiliki permintaan elastis.

4. Ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan (current account imbalances),


Alasan lain yang menyebabkan harga barang dapat berbeda di setiap negara adalah karena
kurs merefleksikan perdagangan internasional bukan hanya menyangkut barang dan jasa tapi
juga aktiva finansial (financial assets). Pendekatan PPP dalam mengevaluasi kurs hanya
berdasarkan peranan perdagangan komoditi internasional dan mengabaikan perdagangan
aktiva. Padahal perdagangan aktiva juga memiliki peranan penting dalam menentukan
penawaran dan permintaan valuta asing. Pada gilirannya, aliran aktiva antar negara berkaitan
dengan posisi neraca transaksi berjalan masing-masing negara. Neraca transaksi berjalan
mengukur aliran barang, jasa, pendapatan investasi dan transfer unilateral internasional.
Negara yang memiliki defisit transaksi berjalan akan menarik kapital dari negara lain untuk
menutup defisit. Dalam hal ini, negara yang melakukan lebih banyak pembelian dari negara
lain (impor) daripada penjualan (ekspor) tersebut akan membiayai defisitnya dengan
pinjaman dana dari pihak lain. Sebaliknya, suatu negara yang memiliki surplus transaksi
berjalan akan melakukan investasi di negara lai\n. Negara dengan defisit transaksi berjalan
cenderung memiliki nilai kurs yang lebih tinggi (overvalued) dibandingkan dengan ketentuan
konsep PPP.

5. Dalam jangka pendek, tingkat harga cenderung sticky.


Konsep PPP tidak dapat bekerja secara seketika, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama,
karena dalam jangka pendek tingkat harga cenderung sticky. Sehingga dalam jangka pendek,
konsep PPP mengalami penyimpangan. Konsep PPP hanya menunjukkan hubungan
keseimbangan jangka panjang antara kurs dengan tingkat harga.
Dalam pengujian paritas daya beli peride dasar yang dipilih harus mencerminkan suatu posisi
yang ekuilibrium karena periode berikutnya akan di evaluasi dalam perbandinganya dengan
periode dasar. Namun hal tersebut sangat sulit untuk memilih suatu periode dasar. Hal inilah
yang mendorong penghapusan sistem nilai tukar tetap yakni kesulitan dalam mengidentifikasi
nilai tukar ekuilibrium.
2.2 Teori Dampak Fisher International
Teori international fisher effect merupakan satu teori daam keuangan international.
Teori ini menjelaskan hubungan suku bunga dengan nilai tukar. Teori IFE menyatakan
bahwa suku bunga nominal terdiri dari bunga rill dan ekspektasi inflasi. Teori ini memiliki
keterkaitan dengan teori PPP dimana ada kaitannya dengan laju infasi. Suku bunga bebas-
resiko nominal mengandung tingkat pengembalian ril dan ekspektasi inflasi. Setiap investor
menginginkan tingkat pengembalian suku bunga rill yang sama, perbedaan suku bunga terjadi
pada laju iju inflasi di suatu negara. Dimana pada teori PPP sudah dijelaskan perbedaan nilai
tukar dipengaruhi oleh laju inflasi. jika semua negara memilika nilai suku bunga rill yang
sama, perbedaan yang terjadi pada suku bunga nominal berasal dari tingkat ekspektasi inflasi.
Teori IFE menyatakan bahwa valuta-valuta asing yang memiliki suku bunga relatif
tinggi akan mengalami depresiasi karena suku bunga nominal yang tinggi menandakan
ekspektasi inflasi yang tinggi pula. Sebagai contoh asumsikan bahwa investor-investor di AS
memeprediksi laju inflasi 6% selama 1 tahun, dan pengembalian suku bunga rill sebesar 2 %
maka suku bunga nominal yang dari sekuritas haruslah sebesar 8%. Iika investor diseluruh
negara meminta tingkat pengembalian yang sama yang menjadi pembeda di seitap ngara
terlatak pada laju inflasi.
Asumsikan suku bunga di AS sebesar 8% sedangkan dijepang sebesar 5%. Dengan
tingakat pengembalian bunga rill sebesar 2% ini artinya selisih tingkat inflasi AS dan Jepang
sebesar 3%. Dimana dalam teori PPP yang berarti AS akan mengalami depresiasi sebesar 3%.
Jika hal ini terjadi maka investor Jepang tidak akan mendapatkan keuntungan yang dia
harapkan malah akan mendapatkan keuntungan sama seperti yang ada dinegaranya. Karena
menurut teori PPP laju inflasi mempengaruhi nilai tukar sehingga terjadi penurunan nilai
ketika ditukarkan ke mata uang jepang.
2.2.1 Derivasi Dampak Fisher International
Hubungan antara seisih suku bunga antar dua negara dengan ekspekstasi laju inflasi
menurut teori IFE memiliki derivasi sebagai berikut. Pertama, pengembalian aktual bagi
investor yang berinvestasi dalam sekuritas-sekuritas pasar uang seperti perbankan deposito
jangka pendek di negara asal mereka adalah suku bunga yang ditawarkan oleh sekuritas-
sekuritas tersebut. Sedangkan jika para investor berinvestasi di luar negara asal maka
pengembalian aktual mereka tergantung, bukan hanya saja pada suku bunga luar negri saja
tapi juga pada persentase perubahan nilai valuta asing pada suku bunga luar negeri. Dari
penjelasan tersebut ketika seorang berinvestasi pada negara asal maka mereka akan mendapat
pengebalian suku bunga yang di tetapkan oleh sekurita-sekuritas tersebut tetapi jika mereka
berinvestasi di uar negeri pengembalian mereka tergantung pada nilai tukar di negaranya
dengan di luar negeri. Ini merupakan sebuah resiko bagi investor yang meakukan investasi di
luar negeri.

ih= suku bunga dalam negeri


if= suku bunga luar negeri
ef= nilai valuta asing
jika ih>if, ef akan positif. Yaitu valuta asing mengalami apresiasi pada suku bunga luar negeri
lebih rendah dari pada suku bunga domestik. Apresiasi ini akan meningkatkan pengembalian
luar negeri terhadap investor domestik. Maka membuat pengembalian sekuritas-sekuritas luar
negeri sama dengan sekuritas-sekuritas domestik. Begitu pula kebaliknya jika suku bunga
nominal domestik lebih kecil dari suku bunga nominal luar negeri perubahan valuta saing
menjadi negatif, maka valuta asing mengalami depresiasi pada saat suku bunga luar negeri
melampaui suku bunga domestik. Akibat dari depresiasi ini mengurangi pengembalian dari
sekiritas-sekuritas luar negeri atas sekuritas-sekuritas domestik dari perspektif investor
domestik. Ini artinya pengembalian sekuritas luar negeri tidak lebih baik dari pengembalian
sekuritas domestik.

2.2.2 Analisis Grafik IFE


Jika titik-titik aktual dari suku bunga perubahan nilai tukar di plot pada grafik, kita bisa
menentukan apakah titik –titik tersebut secara rata-rata berada dibawah garis IFE (ini
menyiratkan bahwa investasi luar negeri memberikan excess return) atau berada di sekitar
garis IFE (ini menyiratkan bahwa investasi luar negeri kadang-kadang memberikan excess
return tetapi kadang-kadang memberikan tingkat pengembalian yang rendah juga) atau jika
berada diatas garis IFE (ini menyiratkan bahwa investasi luar negeri menghasilkan
pengembalianyang lebih rendah relatif terhadap suku bunga domestik).
2.3 Perbandingan Antara Teori PPP,IRP dan IFE
Paritas Suku Bunga(IRP) 1 premium Kurs forward suatu
diskon(Kurs valuta dalam
forward) hubungannya
dengan valuta lain
2 selisih suku akan mengandung
bunga premium atay
diskon seuai selisih
suku bunga antara 2
negara. Karenanya
covered interest rate
tidak akan
memberikan
pengembalian yang
lebih baik dari pada
pengembalian
domestik

Paritas Daya Beli(PPP) 1 persentase Kurs spot dari suatu


perubahan kurs valuta dalam
spot hubungannya
dengan valuta ain
2 selisih inflasi akan berubah
sebagai reaksi
terhadap laju inflasi
antara dua negara.
Konsekuensinya
daya beli konsumen
pada saat memebli
barang didalam
negerinya sendiri
akan sama dengan
daya beli mereka
paa saat mengimpor
barang dari luar
negeri
Dampak 1 persentase Kurs spot dari valuta
Fisher International(IFE) perubahan pada dalam hubunganya
kurs spot dengan valuta lain
akan berubah sesuai
2selisih suku dengan selisih suku
bunga bunga antar dua
negara
konsekuensinyya
dari persepektif
investor dalam
negeri pnfgembalian
dari sekuritas-
sekuritas pasar uang
luar negeri secara
rata-rata tidak akan
lebih baik dari
dibanding
pengembalian dari
sekiritas-sekuritas
pasar uang dalam
negeri

Teori ini tidak berjalan dengan baik jika faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar selain
inflasi. Seperti misalnya kebijakan pemerinta,tingkat pendapatan,ekspektasi dan interaksi
antar faktor. Ketika semua faktor ini terdapat dalam suatu negara maka akan sulit berjalannya
teori ini.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Teori Purchasing Power Parity menyatakan bahwa tingkat inflasi Dapat
mempengaruhi nilai tukar mata uang. Teory dampak fisher internaional menyatakan bahwa
suku bunga Dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang. Berdasarkan teori Purchasing Power
Parity dan Teory dampak fisher internaional maka tingkat inflasi dan suku bunga di suatu
negara mempunyai Pengaruh terhadap nilai tukar mata uang. Kedua faktor tersebut dapat
berinteraksi sehingga menimbulkan pengaruh yang lebih besar terhadap nilai tukar mata
uang. Sebagai contohnya, perubahan perbedaan inflasi dapat mempengaruhi perbedaan suku
bunga. Dengan adanya perubahan perbedaan inflasi dan suku bunga maka nilai tukar mata
uang akan cenderung menyesuaikan dengan keadaan tersebut.

Das könnte Ihnen auch gefallen