Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Aku ingin
jadi peluru
Penyunting:Khotimatul Husna
Design Sampul:
M. Iqbal Azcha
Lukisan Sampul:
Alfi
Distributor:
AgroMedia Pustaka
____________________________________
DAFTAR ISI
Pulanglah Nang
Monumen Bambu Runcing
Riwayat
Suara Dari Rumah-Rumah Miring
Catatan Malam
Nyanyian Akar Rumput
Catatan
Ucapkan Kata-Katamu
Sajak Bapak Tua
Sajak Bagong
Sajak Ibu
Sajak Kepada Bung Dadi
Catatan 88
Jalan Slamet Riyadi Solo
Batas Panggung
Ceritakanlah Ini Kepada Siapa Pun
Tetangga Sebelahku
Hujan
Lingkungan Kita Si Mulut Besar
Megatruh Solidaritas
Catatan Suram
Gumam Sehari-hari
Catatan Hari Ini
Reportase dari Puskesmas
Sajak Kota
Aku Lebih Suka Dagelan
Sajak Setumbu Nasi Sepanci Sayur
Jalan
Pasar Malam Sriwedari
Sajak Tikar Plastik-Tikar Pandan
Lumut
Tanah
Sajak Tapi Sayang
Gunungbatu
Suti
Apa Yang Berharga Dari Puisiku
Mendongkel Orang-Orang Pintar
Kota ini Milik Kalian
Gentong Kosong
Kucing, Ikan Asin dan Aku
Nonton Harga
Derita Sudah Naik Seleher
Puisi Sikap
Hari Ini Aku Akan Bersiul-siul
Merontokkan Pidato
Puisi Menolak Patuh
Pulanglah Nang
pulanglah nang
pulanglah nang
pulanglah nang
pulanglah nang
pulanglah nang
pulanglah nang
Solo, september 86
di tengah kota
walau berulang-ulang
semarang, 1 maret 86
Riwayat
pinggir kampung
kubikin bentuk-bentuk
patung peringatan
berkali-kali
kuhancurkan
kubentuk lagi
kuhancurkan
kubentuk lagi
lihat!
dalam penciptaan
kalangan, oktober 87
dan piring-piring
anak-anak kami
meloncati selokan
seperti pencuri
sandiwara obat-obatan
solo, oktober 87
Catatan Malam
anjing nyalak
lampuku padam
aku nelentang
sendirian
kepala di bantal
pikiran menerawang
membayang pernikahan
(pacarku buruh harganya tak lebih dua ratus rupiah per jam)
solo-kalangan, 23 februari 88
kami terusir
mendirikan kampung
digusur
kami pindah-pindah
menempel di tembok-tembok
dicabut
terbuang
kami rumput
butuh tanah
dengar!
juli 1988
Catatan
tetapi harganya
makan seminggu
solo, 87-88
Ucapkan Kata-Katamu
dibuang dipungut
atau menganga
kemasan-kentingan-sorogenen
bapak tua
tenaganya dikuras
di dalam kepalaku
Sajak Bagong
bagong namanya
tantanglah berkelahi
bawalah whisky
ajaklah omong
ia akan kentut
bagong namanya
malam begadang
bagong ya bangong
Sajak Ibu
ketabahan ibuku
jadi sedap
dengan kebajikan
solo, 1986
bungkuk
Catatan 88
saban malam
dendam dipendam
protes diam-diam
dibungkus gurauan
saban malam
saban malam
saban malam
solo-sorogenen, 1 september 88
jalan berombongan
Batas Panggung
tontonlah
tempatmu di situ
solo, 21 november 91
tanah-tanah bengkah
kali ini
retorika penguasa
di atas kepalaku
solo, 30 agustus 91
Tetangga Sebelahku
tetangga sebelahku
tetangga sebelahku
dipopor senapan
tetangga sebelahku
melongok-longok selalu
membaca bahaya
tetangga sebelahku
Hujan
dan bantal-bantal
udara gerah
ruangan gelap
seperti kami?
kalangan-solo, 25 november 91
dihuni lintah-lintah
perempuannya disetor
ke mesin-mesin industri
yang mengulum es
limapuluh perak
Megatruh Solidaritas
kepalanya koyak
darahnya mengental
dalam selokan
Catatan Suram
diikuti bayang-bayang
melepaskan pukulan
ke perut orang!
solo, 1987
Gumam Sehari-hari
karena murah
di pinggir jalan
terus berbiak!
solo, juni 86
“batuk-pilek-pusing-sesek nafas
semarang, 86
Sajak Kota
di benak rakyat
lampu-lampu menyibak
merek-merek iklan
di atap gedung
menyala
berjejer-jejer
toko roti
toko sepatu
berjejer-jejer
salon-salon kecantikan
Pemandangan
menyolok mata
Jendral Sudirman
di pojok Ronggowarsito
solo, desember 87
tukang-tukang becak
yang mencak-mencak
solo, 87
setumbu nasi
berjongkok di dapur
bising mesin
berjongkok di dapur
kompor kering
seribu lima ratus uang belanja tertinggi dari bapak untuk simbok
nasib
solo, 1984
Jalan
dimakan pembangunan
yang digenjot
solo, 22 november 90
mengulurkan tangan
solo, 28 mei 86
solo, april 88
Lumut
dalam gang
diterjang banjir
tetap hidup
menurutmu sendiri
Tanah
yang menguasai
dimakan sapi
1989-solo
tembok selokan
tapi sayang
tapi sayang
tapi sayang
25 januari 91 – solo
Gunungbatu
gunungbatu
kuli-kuli perkebunan
di rumah ditunggu
gunungbatu
pencuri-pencuri
di pantai terlarang
kehidupan sehari-hari
gunungbatu
dipagari hutan
sulit transportasi
-jakarta dekat-
sulit komunikasi
sejarah gunungbatu
sejarah kuli-kuli
sejak kolonial
sejarah gunungbatu
sejarah kuli-kuli
gunungbatu
november 87
Suti
batuknya memburu
dahaknya berdarah
Suti kusut-masai
pulang petang
hidup pas-pasan
gaji kurang
dicekik kebutuhan
loyo tenaganya
ia ingat kawannya
Suti meludah
Suti meludah
solo, 27 februari 88
semarang, 6 maret 86
kudongkel keluar
orang-orang pintar
Gentong Kosong
parit susut
tanah kerontang
gentong kosong
pakis-pakis hijau
atas jawabanmu
gentong kosong
airmu kering
gentong kosong
botol kosong
marilah bernyanyi
6 januari 97
aku meloncat
kuraih pisau
biar mampus!
ia tak lari
tapi mendongak
menatapku
tajam
mendadak
lunglai tanganku
kuberi ia kepalanya
aku hidup
ia hidup
14 oktober 1996
Nonton Harga
lihat-lihat saja
apel-pisang-rambutan-anggur
ayo..
di kota kita
ada
atau ke diskotik
di depan pintu
denting botol
cuma-cuma
aromanya saja
ayo..
berbintang lima
lihat
ke rumah kontrakan
ke rumah kontrakan
tidur berderet-deret
besok pagi
kita ke pabrik
kembali bekerja
ngutang
seperti biasa
18 november 96
dari bibirku
ke sekujur tubuhku
kau
menindas
sampai
di luar batas
17 november 96
Puisi Sikap
bisu
andai benar
untuk menentangmu
24 januari 97
mengisi jambangan
minyak tanah
gula
hari coblosan
memproklamasikan kemerdekaanku
tinggi tinggi
10 november 96
Merontokkan Pidato
aku dipaksa
lobang-lobang udara
tapi catatlah
kubaca koran
kutonton televisi
laras senapan!
tapi dengarlah
11 september 96
seperti kupu-kupu
dengan kebahagiaanku
penjara sekalipun
17 januari 97
PENYAIR
Tangannya yang halus mulus membelai kepalaku, bergetarlah seluruh jiwa ragaku
Namun sang Ibu berkata” Anakku sayang, apabila kakimu sudah melangkah di
tengah padang, tancapkanlah kakimu dalam2 dan tetaplah terus bergumam sebab
gumam adalah mantra dari dewa-dewa, gumam mengandung ribuan makna.”
“Apabila gumam sudah menyatu dengan jiwa raga, maka gumam akan berubah
menjadi teriakan-teriakan. Yang nantinya akan berubah menjadi gelombang salju
yang besar yang nantinya akan mampu merobohkan isrtana yang penuh kepalsuan
gedung-gedung yang dihuni kaum munafik”
Anakku apabila pedang sudah dicabut janganlah surut janganlah bicara soal
menang dan kalah, sebab menang dan kalah hanyalah mimpi-mimpi, mimpi-mimpi
muncul dari sebuah keinginan,
kita dibungkam
penguasa
mencari jalan
ia tak mati-mati
ia tak mati-mati
ditusuk-tusuk sepi
ia tak mati-mati
umur-tenaga-luka