Sie sind auf Seite 1von 59

TUGAS KOMUNITAS I

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN GOUT ARHTRITIS (ASAM URAT)

DISUSUN OLEH :

YESSI ELITA OKINAWATI


(10215016)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2017
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Daftar isi ........................................................................................................... I

I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Keluarga.................................................................. 1
B. Konsep Dasar Gout Arthritis.......................................................... 6
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Gambaran kasus ............................................................................ 23
B. Pengkajian ..................................................................................... 25
C. Analisa data ...................................................................................
D. Diagnosa keperawatan...................................................................
E. Scoring/ pembobotan dan penentuan prioritas masalah ................
F. Prioritas diagnosa keperawatan .....................................................
G. Rencana tindakan keperawatan .....................................................
III. PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

I
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka
sebagai bagian dari keluarga. (Friedman 1998, dalam Suprajitno, 2004).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Depkes RI1998
dalam Effendy, 1998).

(Sayekti 1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa keluarga


adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

2. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman 1998, dalam Suprajitno, 2004), mengemukakan ada 5
fungsi keluarga yaitu:

a. Fungsi Afektif
Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga, pelindung dan
dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan tugas-
tugas yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi
anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya.
b. Fungsi Sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin, norma
budaya prilaku melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya individu
mampu berperan dalam masyarakat.
c. Fungsi reproduksi

1
Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan, pakaian,
perumahan dan lain-lain.
e. Fungsi Perawatan Keluarga
Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan asuhan
kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan asuhan
keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga dan individu.

3. Tipe Keluarga
Tipe-tipe keluarga secara umum dikemukakan untuk mempermudah tentang
pemahaman keluarga. Adapun tipe-tipe keluarga menurut (Suprajitno, 2004)
antara lain:

a. Keluarga inti (konjungal)


Yaitu keluarga yang menikah sebagai orangtua atau pemberian nafkah,
keluarga ini terdiri dari suami, istri dan anak mereka anak kandung, anak
adopsi atau keduanya.
b. Keluarga orentasi (keluarga asal)
Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.Keluarga
besaryaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh
darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah
satu teman keluarga ini. Berikut ini termasuk sanak keluarga: kakek,
nenek, tante, paman dan sepupu.

4. Bentuk Keluarga
Ada enam tipe atau bentuk keluarga menurut (Effendy, 1998) :

a. Keluarga inti (Nuclear Family)


Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga besar (Exstende Family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya, nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

2
c. Keluarga berantai (Serial family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih
dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (single family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama.
f. Keluarga kabitas (cababitation)
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu
keluarga.

5. Tingkat Perkembangan Keluarga


Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-
tahap perkembangan yang berturut-turut.

Adapun delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut (Friedman,


1998) antara lain:

a. Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap


pernikahan)
Tugasnya adalah :

1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.


2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua).
b. Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi
sampai umur 30 tahun).
Tugasnya adalah :

1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.


2. Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan
dankebutuhan anggota keluarga.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

3
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar
denganmenambahkan peran-peran orang tua dan kakek dan nenek.
c. Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2
hingga 6 bulan).
Tugasnya adalah :

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang


bermain, privasi, keamanan.
2. Mensosialisasikan anak.
3. Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam (hubungan perkawinan
dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar
dan komunitas).
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur
hingga 13 tahun).
Tugasnya adalah :

1. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi


sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga
20 tahun).
Tugasnya :

1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja


menjadi dewasa dan semakin mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda(mencakup
anak pertama sampai terakhir yang meninggalkan rumah). Tugasnya :

4
1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.
3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami maupun
istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan)
Tugasnya :

1. Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan


2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan danpenuh
arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia
Tugasnya :

1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.


2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan.
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
5. Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.

6. Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan


Seperti dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan menurut (Suprajitno, 2004) yang perlu dipahami
dan dilakukan meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga


Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti, orang tua perlu
mengenal kesehatan.

b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

5
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, perawatan dapat
dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga
telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

B. Konsep Dasar Gout Arthritis


1. DefinisiGouth Arthritis
Gout arthitis adalah gangguan metabolisme asam urat yang ditandai
dengan hiperurisemia dan deposit kristal urat dalam jaringan sendi,
menyebabkan serangan akut. (Aru W.Sudoyo. 2009).
Gout terjadi sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama
(asam urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau
eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Purin adalah zat alami yang
merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA.
Ada dua sumber utama purin, yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh
dan purin yang didapatkan dari asupan makanan. Zat purin yang diproduksi
oleh tubuh jumlahnya mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia
hanya memerlukan asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%.
Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan terjadi
penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini
menimbulka risiko penyakit asam urat. (Noviyanti, 2015).

2. Klasifikasi
Menurut (Ahmad, 2011) jenis gout arthitis (asam urat) yaitu :

a. Gout primer
Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahuim (idiopatik).
Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan

6
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan
kadar purin tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk asam amino,
unsur pembentuk protein. Produksi asam urat juga akan meningkat
apabila adanya penyakit darah ( penyakit sumsum tulang, polisetemia),
mengonsumsi alkohol,dan penyebab lainnya adalah faktor obesitas
(kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigiserin yang tinggi.

3. Etiologi Gout Arthritis


Menurut (Ahmad, 2011) penyebab asam urat yaitu :
a. Faktor dari luar
Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau factor dari
luar. Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan
karena nutrisi dan konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.
b. Faktor dari dalam
Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan
metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia
diatas 40 tahun atau manula beresiko besar terkena asam urat. Selain itu,
asam urat bisa disebabkan oleh konsumsi obat-obatan (aspirin,
antipiretik, anti inflamasi, antikoagulan, beta bloker), alkohol,diabetes
mellitus juga bisa menyebabkan asam urat.

4. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan sistemekskresi asam urat yang tidak
adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebih didalam
plasma darah ( Hiperurecemia ), sehingga mengakibatkan kristal asam urat

7
menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan
menimbulkan respon inflamasi.(Smeltzer, 2002).
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-
garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk dijaringan konektif
diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu
respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak
hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi. (Smeltzer,
2002).
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak.
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat
nyeriyang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas,
merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama
terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang.
Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya
berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval yang
tidak teratur.
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besardari
7,0 mg/dl) dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodiumurat.
Peningkatan atau penurunan kadar asam urat serum yang mendadak
mengakibatkan serangan gout.

Adanya Kristal mononatrium urat akan menyebabkan inflamasi melalui


beberapa cara :

 Kristalisasi bersit mengaktifkan system komplemen. Komplemen-


komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrophil ke
jaringan. Fasogitosis terhadap Kristal memicu pengeluaran radikal bebas
toksin dan lekosit, terutama leukosit B. Kematian neutfrofil
menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.
 Magrofag yang teraktut pada pengendapan Kristal urat dalam sendi akan
melakukan aktifitas fogositosis, dan juga mengeluarkan berbagai
mediator pronflamasi seperti TNF. Mediator ini akan memperkuat respon
peradangan, di samping itu mengaktifkan sel sinevum dan juga tlang
rawan untuk menghasilkan protasse. Protase ini akan meyebabkan cedera
jaringan.

8
 Penimbunan Kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan
terbentuknya endapan seperti kapur putih yang di sebut
tofi/topus(tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. Di tempat tersebut
endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang dengan
masa urat amorf (Kristal ) dikelilingi oleh mgrogfag, limfosit, limfosit,
dan sel raksasa benda asing.

5. Manifestasi Klinis Gout Arthritis


Tahapan perjalan klinis dari penyakit gout : (Junaidi, 2006 dalam
Dianati, 2015).
a. Tahap I gout Asimptomatik
Pada tahap ini, meskipun kadar asam urat dalam darah meningkat, tetapi
tidak menimbulkan gejala.
b. Tahap II gout akut
Serangan pertama mendadak dan memuncak, menyebabkan rasa nyeri
yang hebat pada sendi yang terkena. Biasanya, disertai tanda
peradangan, sepertipembengkakan sendi, panas, dan tampak kemerahan.
Serangan dapat cepat berlalu dan kembali lagi dalam waktu tertentu.
c. Tahap III gout interitis
Merupakan tahap interkritis. Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini,
yang dapat berlangsung beberapa bulan sampai tahun. Serangan yang
tertunda tersebut dapat terjadi karena tidak diobati secara terus–menerus.
d. Tahap IV gout kronis
Pada kondisi ini, rasa nyeri di sendi berlangsung secara terus-menerus
serta terdapat timbunan kristal asam urat yang banyak didalam jaringan
lunak, tulang rawan, selaput diantara tulang dan rendo, timbunan asam

9
urat tersebut membentuk tofus.adapun radang kronik dan endapan asam
urat, membuat persendian susah digerakan.
 Gejala klinis :(Tehupeiory, 2006 dalam Widyanto, 2014 )
1. Nyeri tulang sendi
2. Kemerahan dan bengkak pada bagian tulang sendi
3. Tofi pada ibu jari, mata kaki pan pinna telinga
4. Peningkatan suhu tubuh
 Gejala akut : (Dianati, 2015).
1. Nyeri hebat
2. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi hebat
3. Sakit kepala
4. Demam
 Gejala gangguan krinis : (Widyanto, 2014)
1. Serangan akut
2. Hiperurisemia yang tidak diobati
3. Terdapat nyeri dan pegal
4. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang di sebut tofi
(penumpukan nosodium urat dalam jarinagan.

6. Komplikasi Gout Arthritis


Menurut (Rotschild, 2013), komplikasi dari artritis gout meliputi :

1. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan beraktivitas karena inflamasi


kronis dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
2. Hirpetensi dan albuminuria.
3. Kerusakan tubler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang paling utama untuk gout arthritis yaitu :
a. Serum Asam Urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasi
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan
ekskresi. (Saigal & Abhishek, 2015)
b. Angka Leukosit

10
Menunjukan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama
serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam
batas normal yaotu 5000-10.000mm3. (Sholikah, 2014)
c. Esinofil Sedimen
Rate (ESR) Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan
sedimen rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat
deposit asam urat dipersendian.
d. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan
ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250-
750 mg/24 jam asam urat didalam urin. Ketika produksi asam urat
meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800
mg/24 jam mengindikasi gangguan ekskresi pada pasien dengan
peningkatan serum asam urat. Intruksikan pasien untuk menampung
semua urin dengan feses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan.
Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin
meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
e. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau
material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang
tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
f. Pemeriksaan Radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan
menunjukan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah
penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas area terpukul
pada tulang yang berada dibawah sinavial sendi.

8. Penatalaksanaan Gout Arthritis


a. Diet rendah purin
Pola diet yang harus diperhatikan adalah :
1. Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) :

11
Hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jerohan, udang, remis,
kerang, sardin, herring, ekstrak daging, ragi (tape), alkohol, makanan
dalam kaleng.
2. Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) :
Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering,
kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun
pepaya, kangkung.
3. Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) :
Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
4. Bahan makanan yang diperbolehkan :
 Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermout
(dalam jumlah terbatas).
 Semua jenis buah-buahan.
 Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alkohol.
 Semua macam bumbu.
5. Bila kadar asam urat darah >7mg/dL dilarang mengkonsumsi bahan
makanan gol.A, sedangkan konsumsi gol.B dibatasi.
6. Batasi konsumsi lemak.
7. Banyak minum air putih.
b. Tirah baring Merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam
setelah serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat
bergerak
Obat – obat penurun kadar asam urat terdiri dari :
a. Kelompok urikosurik yaitu probenesid, sulfinpirazon, bensbromaron,
azapropazon.
b. Kelompok xanthine oxydase yaitu : allopurinol. (Pudiyono, 2011).

12
9. PATHWAY ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)

Alkohol Makanan tinggi purin Penyakit dan obat-


(seafood, tempe, tahu) obatan

Kadar laktat
dalam darah Kadar purin Menghambat ekskresi asam
urat di tubulus ginjal

Sekresi asam urat

Produksi asam urat


berlebih

Gangguan
metabolisme urine

ASAM URAT (GOUT


ARTHRITIS)

Pelepasan kristal monosodium


urat (crystall sheding)

Penimbunan kristal urat Didalam dan sekitar sendi

Pengendapan kristal urat Penimbunan pada membran


sinovial dan tulang rawan
artikular
Leukosit memakan kristal urat
Erosi tulang rawan, proliferasi
Mekanisme peradangan sinovial dan pembentukan panus

Degenerasi tulang
Pelepasan mediator kimia oleh rawan sendi
Sirkulasi darah Akumulasi cairan
sel mast : bradikidin, histamin, daerah radang eksudat pada
prostaglandin jaringan intertisial Terbentuk tofus,
fibrosis, akilosis
Vasodilatasi dari pada tulang
Merangsang hipothalamus kapiler Odema jaringan

13
Menstimulasi nosiseptor Suhu tubuh, Penekanan pada Pembentukan Perubahan
eritema jaringan sendi tukak pada bentuk tubuh
sendi pada tulang
Mekanisme nyeri dan sendi
MK : MK : Gg.
Hipertermi perfusi Tofus-tofus
MK : Nyeri Akut mengering MK : Gg.
jaringan
Citra tubuh
Kekakuan
pada sendi

MK :
Intoleransi
aktivitas

14
10. Asuhan Keperawatan Asam urat (Gout Arthritis)
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur (sekitar 50 th), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya
95% penderita gout adalah pria), dll.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu
jari kaki (sendi lain).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1) P (Provokatif) : Kaji penyebab nyeri.
2) Q (Quality) : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien.
3) R (Region) : Kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya
pada pangkal ibu jari).
4) S (Saverity) : Apakah mengganggu aktivitas motorik ?
5) T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ? (Biasanya
terjadi pada malam hari).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis,
leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan
adalah pernakah klien dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya
pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
f. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
- Psikologi : Biasanya klien mengalami peningkatan stress.
- Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan.
- Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan
ibadah menurut agamanya.
g. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Kebutuhan nutrisi

15
- Makan : Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan
makanan kaya protein).
- Minum : Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol).
2) Kebutuhan eliminasi
- BAK : Kaji frekuensi, jumlah, warna, bau.
- BAB : Kaji frekuensi, jumlah, warna, bau.
3) Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-
hari secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum :
- Tingkat kesadaran
- GCS
- TTV
2) Peningkatan penginderaan
a) Sistem integumen
Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba
hangat.
b) Sistem penginderaan
- Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera,
gerakan bola mata.
- Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman
atau tidak.
- Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran
atau tidak, biasanya terdapat tofi pada telinga.
c) Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi : Apakah ada pembesaran vena jugularis.
- Palpasi : Kaji frekuensi nadi (takhikardi).
- Auskultasi : Apakah suara jantung normal S1 + S2 tunggal /
ada suara tambahan.
d) Sistem penceranaan

16
- Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran
pada abdomen.
- Palpasi : Apakah ada nyeri tekan pada abdomen.
- Perkusi : Apakah kembung / tidak.
- Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus.
e) Sistem muskuluskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari)
dan nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di
sendi-sendi perifer, deformitas (pembesaran sendi).
f) Sistem perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal.
i. Pemeriksaan Diagnostik
Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti
dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanjut,
terlihat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil ( punch out ).

2. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS: Nyeri akut
ASAM URAT
- Klien mengeluh sakit (GOUT
pada bagian kaki kiri ARTHRITIS)
Pelepasan kristal
monosodium urat
DO: (crystall sheding)
- Eskpresi wajah klien
Penimbunan kristal urat
meringis kesakitan
- Skala nyeri 8 Pengendapan kristal urat

Leukosit memakan
kristal urat

Mekanisme peradangan

Pelepasan mediator
kimia oleh sel mast :
bradikidin, histamin,
prostaglandin

17
Merangsang
hipothalamus

Menstimulasi nosiseptor

Mekanisme nyeri

2. DS :
ASAM URAT
- Klien mengeluhkan (GOUT
suhu tubuhnya panas. ARTHRITIS)
DO : Pelepasan kristal
monosodium urat
- Tanda tanda vital : (crystall sheding)
S= 39oC
Penimbunan kristal urat
N= 100X/ menit
R= 28X menit Pengendapan kristal urat
- Keadaan umum Leukosit memakan
lemah. kristal urat
- Keluar keringat Mekanisme peradangan
berlebih.
Sirkulasi darah pada
daerah radang
Vasodilatasi dari kapiler
Suhu tubuh, eritema
3. DS : Gangguan
ASAM URAT perfusi jaringan
- Pasien mengeluhkan (GOUT
lemah ARTHRITIS)
- Pasien mengeluh Pelepasan kristal
monosodium urat
nyeri pada bagian (crystall sheding)
ekstermitas
Penimbunan kristal urat
DO:
- Penurunan Denyut Pengendapan kristal urat
nadi
Leukosit memakan
- Terjadi perubahan kristal urat
karakteristik kulit
Mekanisme peradangan
ktika dilakukan

18
inspeksi dan palpasi. Akumulasi cairan
eksudat pada jaringan
intertisial
Odema jaringan
Penekanan pada jaringan
sendi
4. DS: Intoleransi
ASAM URAT
- Klien mengeluh kaki (GOUT aktivitas.
kirinya susah untuk ARTHRITIS)
dibuat berjalan. Pelepasan kristal
monosodium urat
DO: (crystall sheding)
- kaki klien terlihat
bengkak. Penimbunan kristal urat

- Klien harus Didalam dan sekitar


merambat atau sendi
berpegangan ketika Penimbunan pada
ingin berjalan. membran sinovial dan
tulang rawan artikular

Erosi tulang rawan,


proliferasi sinovial dan
pembentukan panus

Degenerasi tulang rawan


sendi

Terbentuk tofus, fibrosis,


akilosis pada tulang

Pembentukan tukak pada


sendi

Tofus-tofus mengering

Kekakuan pada sendi

5. DS: Gangguan citra


ASAM URAT
- Klien mengeluhkan (GOUT tubuh.
pembengkakan yang ARTHRITIS)
terjadi di kakinya.
Pelepasan kristal

19
DO: monosodium urat
- Kaki klien terlihat (crystall sheding)

bengkak dan Penimbunan kristal urat


memerah. Didalam dan sekitar
sendi

Penimbunan pada
membran sinovial dan
tulang rawan artikular

Erosi tulang rawan,


proliferasi sinovial dan
pembentukan panus

Degenerasi tulang rawan


sendi

Terbentuk tofus, fibrosis,


akilosis pada tulang

Perubahan bentuk tubuh


pada tulang dan sendi

3. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d adanya agen penyebab cidera biologis.


2. Hipertermi b.d terjadinya proses inflamasi.
3. Gangguan perfusi jaringan b.d adanya odeme di jaringan sendi.
4. Intoleransi aktivitas b.d kekakuan pada sendi.
5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tubuh.

20
4. Intervensi Keperawatan

Dx 1 : Nyeri akut b.d adanya agen penyebab cidera biologis.


Tujuan & kriteria Intervensi Rasional
hasil
Tujuan : 1. Lakukan pengkajian 1. Membantu
1. Setelah dilakukan nyeri (lokasi, menentukan tindakan
tindakan karakteristik, durasi, intervensi yang akan
keperawatan 1x24 frekuensi, kualitas) dilakukan selanjutnya.
jam diharapkan 2. Observasi TTV, 2. Dapat membantu
nyeri berkurang. perhatikan petunjuk mengevaluasi
2. Pasien rileks. nonverbal. pernyataan verbal dan
3. Pasien dapat 3. Menganjurkan pasien keefektifan intervensi.
beristirahat. untuk mandi air hangat 3. Panas meningkatkan
Kriteria hasil : 4. Ajarkan teknik non relaksasi otot, dan
1. Klien farmakologi : mobilitas,
mengungkapkan  Distraksi, seperti : menurunkan rasa sakit
nyeri berkurang. mendengarkan dan melepaskan
2. Ekspresi wajah musik, menonton kekakuan
tenang. TV. 4. Membantu pasien
3. Skala nyeri 0-3.  Relaksasi, seperti : agar melakukan
ambil nafas, tindakan secara
kompres air dingin mandiri.
dan hangat. 5. Memaksimalkan
5. Kolaborasi: Berikan tindakan yang
obat-obatan sesuai diberikan.
petunjuk dokter
(misal:asetil salisilat).

21
Dx 2 :Hipertermi b.d terjadinya proses inflamasi.
Tujuan & kriteria Intervensi Rasional
hasil
Tujuan : 1. Monitoring suhu 1. Untuk mengetahui
1. Setelah dilakukan sesering mungkin. perkembangan suhu
tindakan 2. Lakukan kompres pasien.
keperawatan 1x24 dingin. 2. Kompres dingin
jam diharapkan 3. Anjurkan untuk mampu menurunkan
suhu tubuh memakai pakaian suhu tubuh pasien
kembali normal yang tipis. agar kembali normal
Kriteria hasil : 4. Laksanakan advis 3. Untuk memper&epat
proses penguapan
1. S = 36-370C. pemberian terapi
panas.
2. Akral teraba cairan. 4. Mempertahankan
hangat. 5. Kolaborasi: Berikan keseimbangan cairan
obat-obatan sesuai tubuh dan mengganti
petunjuk dokter cairan yang hilang
(misal:antiperetik). akibat hipertermi.
5. Memaksimalkan
tindakan yag
diberikan.

22
Dx 3 :Gangguan perfusi jaringan b.d adanya odeme di jaringan sendi.
Tujuan & kriteria Intervensi Rasional
hasil
Tujuan : 1. Auskultasi frekuensi 1. Mengetahui adanya
Setelah dilakukan dan irama jantung. bunyi dan irama
tindakan keperawatan 2. Observasi warna, tambahan.
1x24 jam diharapkan suhu dan kulit. 2. Mengetahui derajat
gangguan perfusi
tidak terjadi disfungsi 3. Evaluasi ekstremitas
jaringan.
neurovaskulerperifer. ada tidaknya kualitas 3. Mengetahui
keoptimalan fungsi
Kriteria hasil : nadi, nyeri tekan, dan
jantung.
Mempertahankan edema. 4. Untuk menghilangan
bengkak/odeme dan
perfusi jaringan 4. Berikan kompres
memperlancar aliran
dibuktikan oleh dingan dan hangat. darah.
5. Memaksimalkan
terabanya nadi, kulit 5. Kolaborasi: Berikan
tindakan yang
hangat, sensasi obat-obatan sesuai diberikan.
normal, dan sensasi petunjuk dokter.
biasa.

23
Dx 4 :Intoleransi aktivitas b.d kekakuan pada sendi.
Tujuan & kriteria Intervensi Rasional
hasil
Tujuan : 1. Bantu dengan 1. Meningkatkan
Setelah dilakukan rentang gerak aktif / kekuatan otot.
tindakan keperawatan inflamasi. 2. Menghindari cedera
selama 3x24 jam 2. Bantu klien untuk akibat kecelakaan
diharapkanklien mampu menggunakan atau jatuh.
melaksanakan aktivitas tongkat saat berjalan. 3. Istirahat yang
fisik sesuai dengan 3. Pertahankan istirahat cukup untuk
kemampuannya. tirah baring/duduk mencegah
Kriteria hasil : jika diperlukan. terjadinya kelelahan
1. Klien dapat dan
meningkatkan mempertahankan
aktivitas fisik. kekuatan otot.

24
Dx 5 :Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tubuh.
Tujuan & kriteria Intervensi Rasional
hasil
Tujuan : 1. Kaji psikososial 1. Terdapat hubungan
Setelah dilakukan perkembangan klien. antara psikososial
tindakan keperawatan 2. Lakukan pendekatan perkembangan,
selama 2x24 jam dan bina hubungan citra diri, reaksi,
diharapkan tidak saling percaya. serta pemahaman
terjadi gangguan citra 3. Berikan kesempatan klien terhadap
tubuh. kepada klien untuk kondisi saat ini.
Kriteria hasil : mengungkapkan 2. Menumbuhkan rasa
1. Body image tentang perubahan saling percaya
positif. citra tubuh. antara perawat dan
2. Mampu 4. Dukung upaya klien pasien.
mengidentifikasi untuk memperbaiki 3. Klien memerlukan
kekuatan personal. citra diri. pengalaman untuk
3. Mendiskripsikan didengarkan dan
secara faktual dipahami.
perubahan fungsi 4. Meningkatkan
tubuh. penerimaan klien
terhadap dirinya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, N. (2011). Cara Mencegah Dan Mengobati Asam Urat. Jakarta : Rineka
Cipta.

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.

Azari RA. 2014. Journal Reading: Artritis Gout. Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sultan Agung: Semarang.

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes RI

Darmawan. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.

Dianati, Nur Amalia. 2015. GOUT AND HYPERURICEMIA.JMAJORITY Vol.4


No. 3 Januari 2015 : 82-89.

Effendy (1998). Rumah Sakit dan Puskemas. Dibuka di Website;


http://semangateli.blogspot.com/2008/06/rumah-sakit-dan-puskesmas.html.
Dibuka Tanggal: 17 Juni 2012

Festy, P, dkk. 2010, Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat
Drarah pada wanita Postmenopause di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya.Surabaya, universitas Muhammadiyah
Surabaya. Jurnal

Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.Jakarta: Depkes

Krisnatuti. 2007. Perencanaan Menu untuk Penderita Gangguan Asam Urat.


Jakarta: Penebar swadaya.

Krisnatuti, D, 2006. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI, Puspa Swara,


Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

26
Noviyanti. 2015. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Yogyakarta: Notebook.

Rotschild, BM 2013, Gout and Pseudogout, Emedicine Medscape. Liebman et al.


2007, Urid Acid Nephrolithiasis, Current Rheumatology Reports, Vol. 9, No.
3, pp. 251-257.

Sakhaee K, Maalouf NM 2008, Metabolic Syndrome and Uric Acid


Nephrolithiasis, Seminars in Nephrology, Vol.28, No. 2, pp. 174-180.

Suprajitno, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktik,


Jakarta : EGC

Widyanto, Fandi Wahyu. 2014. ARTRITIS GOUT DAN PERKEMBANGANNYA.


Jurnal bidang kedokteran dan kesehatan Saintika Medika Vol. 10 No. 2
Desember 2014 : 145-152.

27
PRE PLANNING KUNJUNGAN PERTAMA PADA KELUARGA
DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)

A. LATAR BELAKANG
Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis
merupakansuatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme
akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam
inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan
pada tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering
disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Penyebab
penumpukan kristal di daerah tersebut diakibatkan tingginya kadar asam urat
dalam darah. Bahan pangan yang tinggi kandungan purinnya dapat
meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5 – 0,75 g/ml purin yang
dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak tinggi seperti makanan yang
digoreng, santan, margarin atau mentega dan buah-buahan yang mengandung
lemak tinggi seperti durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap pengeluaran
asam urat (Krisnatuti, 2007).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sitematis untuk bekerjasama dengan keluargadan
individu sebagai anggota keluaraga. Dalam memeberikan asuhan keperawatan
keluarga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari,
pengkajiaan, perencanaan, observasi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian
dan observasi merupakan langkah awal yang bertujuan untuk mengumpulkan
data tentang status kesehatan dan permasalahan yang di hadapi klien.Data yang
telah terkumpul kemudian di analisa dapat di rumuskan masalah kesehatan
yang ada pada keluarga Bpk.Sugimin.Jadi berdasarkan hal tersebutsebelum
membuat perencanaan untuk mengatasi masalah yang di hadapai klien harus di
lakukan observasi, pengkajiaan baik dari anemnase, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lainya.Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Bpk.
Sugimin terdapat masalah yang dialami oleh Tn. Syaitu masalah pengontrolan
nutrisi yang dikonsumsi. Menanggapi hal ini perlu dilakukan penyuluhan
kesehatan kepada keluarga Tn.S.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan masalah
keperawatan pada keluarga khususnya dengan masalah asam urat.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
2. Mengetahui karakteristik lingkungan keluarga.

28
3. Mengetahui struktur keluarga.
4. Mengetahui fungsi keluarga.
5. Mengetahui stress dan koping keluarga.
6. Mengetahui status kesehatan keluarga.
7. Mengetahui harapan keluarga.
8. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.

C. METODE PELAKSANAAN
Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.

D. SASARAN DAN TARGET


Sasaran : Keluarga.
Target : Bapak dengan masalah asam urat.

E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Minggu, 26 November 2017
Waktu : Pukul 09.00-Selesai

No Tahap Kegiatan
.
1. Prainteraks a. Menyampaikansalam.
i b. Memperkenalkandiri.
(5 menit) c. Menyampaikanmaksuddantujuan.
2. Interaksi a. Wawancaradengankeluargatentang data yang
(30 menit) diperlukan.
b. Melakukanpemeriksaanfisikpadaseluruhanggotakeluarg
a.
c. Melakukanobservasilingkungan.

29
3. Terminasi a. Mengakhirikontrakdanmengucapkanterimakasih.
(5 menit) b. Kontrakwaktukembaliuntukmelengkapi data yang
kurang.
c. Salam penutup.

A. MEDIA DAN ALAT


Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik.

B. SETTING TEMPAT
C Keterangan :
B A A : Mahasiswa
B : Pasien
C : Keluarga pasien
C. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning.
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk
melengkapi data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.
d. Keluarga mengijinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi.
e. Wawancara berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
Didapatkan kurang lebih 75% data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga,
stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.

30
PRE PLANNING KUNJUNGAN KEDUA PADA KELUARGA DENGAN
ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)

A. LATAR BELAKANG
Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis
merupakansuatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme
akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam
inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan
pada tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering
disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Penyebab
penumpukan kristal di daerah tersebut diakibatkan tingginya kadar asam urat
dalam darah. Bahan pangan yang tinggi kandungan purinnya dapat
meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5 – 0,75 g/ml purin yang
dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak tinggi seperti makanan yang
digoreng, santan, margarin atau mentega dan buah-buahan yang mengandung
lemak tinggi seperti durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap pengeluaran
asam urat (Krisnatuti, 2007).
Implementasi merupakan langkah kedua dari tahap proses keperawatan.
Implementasi inilah yang menentukan masalah dalam keluarga akan dapat
terselesaikan atau tidak. Dalam menentukan implementasi disesuaikan dengan
masalah keperawatan yang muncul dan intervensi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Tn.S terdapat
masalah yang dialami oleh Tn.S yaitu masalah kesiapan meningkatkan
manajemen kesehatan diri. Menanggapi halini, perlu kiranya dilakukan
penyuluhan kesehatan pada keluarga Tn.S tentang masalah kesiapan
meningkatkan manajemen kesehatan diri tersebut, sebagai bentuk
implementasi.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan implementasi diharapkan Tn.S mampu mengetahui
masalah tentang kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakakuan implementasi diharapkan keluarga khususnya Tn.S
mampu :
1. Menjelaskan strategi untuk mengurangi perilaku tidak sehat.
2. Melaporkan penggunaan strategi untuk mengurangi perilaku tidak sehat.
3. Melaporkan penggunaan strategi untuk memaksimalkan kesehatan.
4. Melakukan pemeriksaan diri dan pemantauan diri.

31
5. Menggunakan layanan kesehatan yang sesuai kebutuhan.

C. METODE PELAKSANAAN
Berdiskusi.

D. SASARAN DAN TARGET


Sasaran : Keluarga.
Target : Bapak dengan masalah asam urat.

E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Jum’at, 1Desember 2017
Waktu : Pukul 09.00-Selesai

No Tahap Kegiatan
.
1. Prainteraks d. Menyampaikansalam.
i e. Memperkenalkandiri.
(5 menit) f. Menyampaikanmaksuddantujuan.
2. Interaksi d. Wawancaradengankeluargatentang data yang
(30 menit) diperlukan.
e. Melakukanpemeriksaanfisikpadaseluruhanggotakeluarg
a.
f. Melakukanobservasilingkungan.

3. Terminasi d. Mengakhirikontrakdanmengucapkanterimakasih.
(5 menit) e. Kontrakwaktukembaliuntukmelengkapi data yang
kurang.
f. Salam penutup.

F. MEDIA DAN ALAT


Alat tulis, leaflet.

32
G. SETTING TEMPAT
C Keterangan :
B A A : Mahasiswa
B : Pasien
C : Keluarga pasien
H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning.
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk
melengkapi data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.
d. Wawancara berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
Didapatkan 80% dari 100% data tentang kesiapan meningkatkan
manajemen ksehatan diri pada keluarga Tn.S khususnya Tn.S sendiri.

33
PRE PLANNING KUNJUNGAN KETIGA PADA KELUARGA DENGAN
ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)

A. LATAR BELAKANG
Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis
merupakansuatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme
akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam
inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan
pada tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering
disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Penyebab
penumpukan kristal di daerah tersebut diakibatkan tingginya kadar asam urat
dalam darah. Bahan pangan yang tinggi kandungan purinnya dapat
meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5 – 0,75 g/ml purin yang
dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak tinggi seperti makanan yang
digoreng, santan, margarin atau mentega dan buah-buahan yang mengandung
lemak tinggi seperti durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap pengeluaran
asam urat (Krisnatuti, 2007).
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan
bagian dari setiap tahap proses keperawatan. Evaluasi atau penilaian
merupakan tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Hasil asuhan
keperawatan atau evaluasi ini dapat diukur dari 3 dimensi yaitu keadaan fisik,
psikologis dan sikap, pengetahuan dan perubahan perilaku. Sedangkan tolak
ukur yang dipergunakan dalam evaluasi meliputi kriteria keberhasilan, standar
keperawatan dan perubahan perilaku. Untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Implementasi yang dilakukan pada tanggal 1 Desember 2017
pada keluarga Tn.S untuk mengatasi masalah peningkatan manajemen diri
khususnya Tn.S sendiri yang menderita asam urat. Setelah diberikan
implementasi pendidikan kesehatan pada Tn.S maka diperlukan evaluasi untuk
mengetahui keberhasilan dari tujuan.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan implementasi diharapkan Tn.S mampu mengetahui
masalah tentang kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakakuan implementasi diharapkan keluarga khususnya Tn.S
mampu :
a. Memutuskan masalah yang berhubungan dengan asam urat.
b. Merawat anggota keluarga yang menderita asam urat.

34
c. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk mengatasi asam urat.
d. Menggunakan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah asam urat.

C. METODE PELAKSANAAN
Berdiskusi.

D. SASARAN DAN TARGET


Sasaran : Keluarga.
Target : Bapak dengan masalah asam urat.

E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Minggu, 3 Desember 2017
Waktu : Pukul 09.00-Selesai

No Tahap Kegiatan
.
1. Prainteraks g. Menyampaikansalam.
i h. Memperkenalkandiri.
(5 menit) i. Menyampaikanmaksuddantujuan.
2. Interaksi g. Wawancaradengankeluargatentang data yang
(30 menit) diperlukan.
h. Melakukanpemeriksaanfisikpadaseluruhanggotakeluarg
a.
i. Melakukanobservasilingkungan.

3. Terminasi g. Mengakhirikontrakdanmengucapkanterimakasih.
(5 menit) h. Kontrakwaktukembaliuntukmelengkapi data yang
kurang.
i. Salam penutup.

F. MEDIA DAN ALAT


Alat tulis, leaflet.

35
G. SETTING TEMPAT
C Keterangan :
B A A : Mahasiswa
B : Pasien
C : Keluarga pasien
H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning.
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diberikan.
c. Keluarga aktif bertanya terhadap hal yang masih lupa atau belum
diketahui.
d. Tanya jawab berlangsung dengan lancar.
e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sesuai tujuan yang akan dicapai
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian asam urat , penyebab
asam urat, tanda dan gejala asam urat akibat asam urat yang tidak
teratasi, pencegahan asam urat, pengobatan asam urat.
b. Keluarga mengatakan setuju untuk mengatasi masalah asam urat.
c. Hasil observasi diketahui adanya perubahan perilaku dalam meengatasi
asam urat.
d. Hasil dalam memodifikasi lingkungan yaitu dengan keluarga
menyediakan pegangan atau kursi kayu jika Tn.S sedang kambuh dan
kakinya mengalami pembengkakan.
e. Tanya jawab dengan keluarga menyatakan akan mengunakan fasilitas
kesehatan yaitu puskesmas terdekat atau di apotik jika menyediakan
pengecekan asam urat secara rutin.

36
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
GENOGRAM
Ny.
Tn. T Ny. P Tn. M
R

Tn. Ny.
S T

An. An.
R I

KETERANGAN :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Garis keturunan
: Pernikahan
: Tinggal satu rumah
Keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana dalam satu
rumah Tn. S terdiri dari Tn. S (55 tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. T (54
tahun) sebagai istri, An. I (16 tahun) sebagai anak. An. R sudah bekerja sebagai
perawat di RS.I di kota T.A dan tidak tinggal dalam satu rumah lagi. Tn.S adalah
klien yang dikaji karena memiliki penyakit asam urat.

37
A. Pengkajian

Fasilitas Yankes Puskesmas (Dokter No. Registrasi


Umum : Dr. Melisa
Sugianto)
Nama perawat yang Ns. Yessi Elita Tanggal Pengkajian 26 November 2017
mengkaji

1. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Tn. S Bahasa Sehari-hari Indonesia dan Jawa
Alamat Rumah & Telp 085-785-462-744 Jarak Yankes terdekat 500 m
Agama dan Suku Islam Alat transportasi Motor

DATA ANGGOTA KELUARGA


No Nama Hub Umur JK Suku Pendidikan Pekerjaan Status TTV Status Alat
dgn terakhir Saat ini Gizi (TD, N, Imunisasi Bantu /
KK (TB, S, RR) Dasar Protesa
BB,
BMI)
1. Tn. S Ayah 55th L Jawa S1 Guru 165cm/7 TD : Terpenuhi Tidak
8kg 170/80 Ada
N : 80x
/menit

RR:
20x/
menit

S : 37
2. Ny. T Ibu 54th P Jawa SLTA PNS 163/80 TD : Terpenuhi Tidak
90/60 Ada
N : 60x
/menit

RR:
20x/
menit

S : 36

38
3. An. R Anak 24th L Jawa S1 Perawat 170/60 TD : Terpenuhi Tidak
120/60 Ada
N : 60x
/menit

RR:
20x/
menit

S : 36,5

4. An. I Anak 16th L Jawa SMA Pelajar 160/55 TD : Terpenuhi Tidak


110/60 Ada
N : 60x
/menit

RR:
20x/
menit

S : 36,5

LANJUTAN
Analisis Masalah
Status Kesehatan Saat Riwayat Penyakit /
No Nama Penampilan Umum Kesehatan
ini Alergi
INDIVIDU
1. Tn. S Sempurna Sedang sakit Asam urat/Hipertensi Memakan makanan
tinggi lemak dan
tinggi purin.
2. Ny. T Sempurna Sehat Tidak ada Normal
3. An. JR Sempurna Sehat Campak Normal
4. An. I Sempurna Sehat Maag Normal

2. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT DALAM KELUARGA


Nama Individu yang sakit : Tn. Sugimin Diagnosa medik : Asam Urat
Sumber dana kesehatan : Tabungan Rujukan dokter / rumah sakit : -

39
a. Keadaan Umum
Lemah, lesu, layu, suhu tubuh normal.
b. Sirkulasi / Cairan
Baik, intake dan output cairan terpenuhi. Klien banyak minum air putih
kurang lebih 8 gelas per hari.
c. Sistem Perkemihan
Normal, tidak ada gangguan eliminasi urine.
d. Sistem Pernapasan
Normal, tidak ada pernapasan cuping hidung klien.
e. Sistem Pencernaan
Normal, BAB 1x sehari.
f. Sistem Muskuloskeletal
Terdapat masalah yang dikeluhkan klien yaitu kaki terasa nyeri, bengkak,
saat bengkak mengalami gangguan dalam berjalan.
g. Sistem Neurosensori
Kesadaran normal, GCS 15.
h. Kulit
Normal, tidak ada kekeringan pada kulit ataupun lesi.
i. Tidur dan Istirahat
Tn. S beristirahat cukup jika pulang kerja bisa tidur siang asalkan tidak
dalam keadaan gaduh dirumah.
j. Mental
Kondisi mental klien baik, tidak ada kecemasan, diajak berbicara menangapi
dengan sangat baik dan jelas.
k. Komunikasi dan Budaya
Klien dan keluarga berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa Jawa
kadang-kadang diselingi bahasa Indonesia.
l. Kebersihan Diri
Klien mampu menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x sehari terlihat dari
tubuhnya yang bersih.
m. Perawatan Diri Sehari-hari

40
Untuk kemandirian aktivitas sehari-hari Tn. S bisa melakukan sendiri,
namun saat kakinya bengkak Tn. S harus dibantu saat berjalan atau
merambat di tembok.

3. DATA PENUNJANG KELUARGA

Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga


Kondisi Rumah : Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga
Luas halaman = 8x25m2. Merupakan rumah sendiri kesehatan :
keluarga Tn. S. Bangunan permanen memiliki 9 ruangan, Ya / Tidak*
yaitu tiga kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang Karena rumah Tn. S dekat dengan puskesmas.
keluarga, satu ruang makan, mushola kecil, satu kamar Jika ada bayi, Memberi ASI eksklusif :
mandi dengan model toilet jongkok, satu dapur. Memiliki Ya/ Tidak*
teras. Lantai rumah terbuat dari keramik. Karena Ny. T sibuk bekerja.
Ventilasi : Jika ada balita, Menimbang balita tiap bulan :
Cukup / Kurang* Ventilasi baik, berasal dari Ya / Tidak*
kayu(jendela) yang terdapat disetiap kamar yang dapat Untuk mengetahui perkembangan balita.
dibuka dan dari pintu sehingga sirkulasi udara masuk silih Menggunakan air bersih untuk makan & minum :
berganti. Ya / Tidak*
Pencahayaan rumah : Semua keluarga memperhatikan kesehatan
Baik / Tidak* Sumber cahaya masuk melalui pintu dan Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun :
jendela depan maupun belakang. Ya / Tidak*
Saluran Buang Limbah : Biasanya dilakukan sebelum dan sesudah makan
Baik/Cukup/Kurang* Dialirkan ke tempat penampungan Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
yang bersebelahan dengan septictank. Ya / Tidak*
Sumber Air Bersih : Keluarga membuang sampah pada tempat sampah.
Sehat / Tidak Sehat * Sumber air berasal dari PDAM Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :
untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari. Air tidak Ya / Tidak*
terasa dan tidak berbau. Lingkungan rumah bersih, selalu dibersihkan semua
Jamban Memenuhi Syarat : anggota keluarga(gotong royong).
Ya / Tidak * Jamban menggunakan toilet jongkok ada Mengkonsumsi lauk dan pauk setiap hari :
septictank, ventilasi dan resapan, sehingga tidak Ya / Tidak*
mencemari tanah. Keluarga Tn. S makan dengan nasi, sayur,

41
Tempat Sampah : ikan/ayam/daging, tahu/tempe.
Ya / Tidak * Ada bak pembuangan sampah di depan Menggunakan jamban sehat :
rumah yang setiap hari diambil oleh petugas kebersihan. Ya / Tidak*
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah Anggota Keluarga memiliki kamar mandi dan WC sendiri,
Keluarga 8m2/orang : keadaannya bersih.
Ya / Tidak* Rasio luas bangunan rumah 50m2/orang Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
Ya / Tidak*
Tn. S dan Ny. T secara bergantian membersihkan
bak penampungan air seminggu sekali.
Makan buah dan sayur setiap hari :
Ya / Tidak*
Selalu tersedia buah dan sayur apapun itu.
Melakukan aktivitas fisik setiap hari :
Ya / Tidak*
Keluarga Tn. S melakukan aktivitas fisik sehari-hari
diluar rumah atau didalam rumah.
Tidak merokok di dalam rumah : Ya / Tidak*
Tidak ada yang merokok dirumah Tn. S.

4. KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN


KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit : Ya / Tidak
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya / Tidak
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya /
Tidak (Setelah melakukan pemeriksaan)
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya
: Ya / Tidak
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak
diobati / dirawat : Ya / Tidak
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya
: Keluarga / Tetangga / Kader / Tenaga kesehatan, yaitu Karena anak Tn. S yaitu Sdr. R seorang perawat
sehingga Tn. S bisa bertanya pada anaknya dan saat periksa ke PUSKESMAS.

42
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Tidak perlu ditangani
karena akan sembuh sendiri biasanya / Perlu berobat k fasilitas yankes / Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif
:Ya / Tidak, jelaskan dengan menjaga asupan nutrisi yang dikonsumsi.
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialaminya yang dialami
anggota keluarganya :Ya / Tidak, jelaskan apabila merasa sakit segera diperiksakan.
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang
dialaminya :Ya/ Tidak, jelaskan dengan memberi semangat pada Tn. S agar menyirik atau mwngurangi
bahkan menghindari makanan yang tinggi lemak dan tinggi purin.
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya :Ya /
Tidak, jelaskan dengan keluarga mengontrol asupan makanan agar tidak memperparah penyakit.
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan : Ya / Tidak, jelaskan apabila Tn. S mengalami bengkak dan
susah berjalan hanya merembet ditembok dan dibantu istri, anaknya bila dirumah.
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarganya :Ya / Tidak, jelaskan sudah diperiksakan di yankes.

5. HASIL PEMBINAAN BERDASARKAN TINGKAT KEMANDIRIAN


KELUARGA
Kunjungan Pertama (K-1) :Melakukan pengkajian pada Kunjungan Keempat (K-4) :
keluarga Tn. S dan keluarga Tn. S sudah masuk Perawat :
kemandirian 1.
Perawat : Ns. Yessi Elita
Kunjungan Kedua (K-2) : Kunjungan Kelima (K-5) :
Perawat : Perawat :
Kunjungan Ketiga (K-3) : Kunjungan Keenam (K-6) :
Perawat : Perawat :
Keterangan Tambahan terkait Individu
Anak pertama Tn. S yaitu An. R tidak tinggal serumah dengan Tn. S karena
bekerja diluar kota, hanya hari libur atau hari minggu saja pulang jika tidak ada
sift bekerja.
Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Defisit perawatan diri : makan b.d ketidakmampuan klien dalam memutuskan
asupan makanan yang tepat.

43
2. Gangguan berjalan b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi
lingkungan.

44
B. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Defisit perawatan diri : makan
- Tn.S mengatakan tidak kontrol dalam konsumsi
makanan, Tn. S bebas memakan makanan apa saja
meskipun itu dilarang tanpa ukuran.
DO :
- Kadar asam urat Tn. S 9mg/dl.
2. DS: Gangguan berjalan
- Tn. S mengatakan akibat dari nyeri pergelangan
kaki dan bengkak yang dialaminya menjadi sulit
untuk berdiri apabila dari posisi duduk.
- Tn. S mengatakan jika terjadi bengkak saat
berjalan harus dengan bantuan, merambat di
dinding atau berpegangan pada kursi.
DO:
- Kaki kiri Tn. S terlihat sedikit bengkak.
- Kaki kiri Ny R terlihat dapat berjalan tetapi agak
lemah.

45
Diagnosa Keperawatan

1. Defisit perawatan diri : makan b.d ketidakmampuan klien dalam memutuskan asupan makanan yang tepat.
2. Gangguan berjalan b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan.

C. Scoring/Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah


1. Diagnosa : Defisit perawatan diri : makan b.d ketidakmampuan klien dalam memutuskan asupan makanan yang tepat.
Kriteria Skor Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH (Bobot = Masalah Tn. S dalam menjaga asupan nutrisi yang kurang
1) 3 2/2 x 1 = 1 tepat menjadi salah satu penyebab sering kambuhnya
- Tidak sehat 2 asam urat pada Tn. S.
- Ancaman kesehatan 1
- Krisis atau keadaan
sejahtera
KEMUNGKINAN Keluarga Tn. S dan Tn. S sendiri merasa apa yang
MASALAH DAPAT dikonsumsinya selama ini salah dan ingin memperbaiki
DIUBAH (Bobot = 2) 2 2/2 x 2 = 2 pola makan itu ada serta keluarga pun selalu memberikan
- Dengan mudah 1 dukungan agar Tn. S menganti pola makan yang lebih
- Hanya sebagian 0 sehat.
- Tidak dapat
POTENSIAL MASALAH Ketaatan Tn. S dalam menjaga pola makan bisa

46
DAPAT DICEGAH (Bobot = diterapkan agar mengurangi resiko kambuh asam urat
1) 3 2/3 x 1 = 2/3 yang berulang dan penting juga peran keluarga dalam
- Tinggi 2 memberikan dukungan pada Tn. S.
- Cukup 1
- Rendah
MENONJOLKAN Tn. S merasa dengan pola makan yang keliru atau
MASALAH (bobot = 1) sembarangan mempercepat kambuhnya atau naiknya
- Masalah berat, harus 2 2/2 x 1 = 1 kadar purin.
segera ditangani
- Ada masalah, tapi tidak 1
perlu segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0
Total 4 1/3

2. Gangguan berjalan b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan.


Kriteria Skor Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH (Bobot = Masalah gangguan berjalan yang dialami Tn. S, asam urat
1) 3 3/3 x 1 = 3 menyebabkan Tn. S sulit berjalan dan terasa berat ketika
- Tidak sehat 2 berdiri apabila dari posisi duduk, dan menghambat
- Ancaman kesehatan 1 akivitas Tn. S, sulit berkendara apabila ingin pergi

47
- Krisis atau keadaan bekerja, dan bila tidak segera di tangani akan
sejahtera menimbulkan resiko cedera.
KEMUNGKINAN Keluhan Tn. S yang sulit berjalan menyebabkan sulit
MASALAH DAPAT untuk bergerak dan beraktivitas. Tn. Smemiliki keinginan
DIUBAH (Bobot = 2) 2 2/2 x 2 = 2 besar untuk mencegah masalah dapat segera diatasi.
- Dengan mudah 1
- Hanya sebagian 0
- Tidak dapat
POTENSIAL MASALAH Beberapa metode dan pengobatan dapat di terapkan,
DAPAT DICEGAH (Bobot = untuk mengatasi keterbatasan gerak Tn. S namun perlu
1) 3 3/3 x 1 = 1 waktu yang cukup lama untuk memulihkan keadaan Tn.
- Tinggi 2 S.
- Cukup 1
- Rendah
MENONJOLKAN Tn. S dan keluarga merasakan keluhan tersebut sangat
MASALAH (Bobot = 1) mengganggu akitivitas dan pekerjaan menjadi
- Masalah berat, harus 2 1/2 x 1 = 1/2 terbengkalai, sehingga bagi mereka sangat diperlukan
segera ditangani tindakan serius untuk mengatasi masalah gangguan
- Ada masalah, tapi tidak 1 berjalan Tn. S.
perlu segera ditangani

48
- Masalah tidak dirasakan 0
Total 32/3

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Defisit perawatan diri : makan b.d ketidakmampuan klien dalam memutuskan asupan makanan yang tepat.
2. Gangguan berjalan b.d ketidakmampuan klien dalam memodifikasi lingkungan.

49
E. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Krieteria Evaluasi


No Diagnosa Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Defisit perawatan Setelah 1. Setelah dilakukan Respon Verbal Keluargadan Tn. S 1.1.1 Bantu keluarga dalam
diri : makan b.d dilakukan kunjungan selama mengetahui tanda mengenal masalah Tn. S
ketidakmampuan intervensi 3x60menit diharapkan gejala asam urat jika dengan memberikan
klien dalam sebanyak 3 kali Tn. S dan keluarga kambuh. informasi yang
memutuskan kunjungan, mampu mengatasi dibutuhkan.
asupan makanan Tn. S mengerti dan masalah ditandai dengan 1.1.2 Bantu Tn. S
yang tepat. memahami tentang cara : mengidentifikasi
diet yang benar. 1.1 Mengenal masalah kemungkinan yang dapat
untuk mengetahui terjadi.
tanda gejala asam 1.1.3 Jelaskan tujuan
urat memburuk. danmanfaat keputusan
yang akan dilakukan.

1.2 Mengambil Respon Afektif Keluarga dan Tn. S 1.2.1 Mampu menyediakan
tindakan yang tepat mau mengambil menu diet untuk asam
untuk melakukan tindakan untuk urat.
diet makanan. memperbaiki 1.2.2 Anjurkan klien

50
konsumsi makanan mengikuti diet asam urat
dengan diet asam urat dalam kehidupan sehari-
: hari.
 Makanan yang 1.2.3 Anjurkan pasien untuk
sebaiknya dihindari. menghindari
 Makanan yang menghindari makanan
sebaiknya dibatasi. yang dilarang dan
mengkonsumsi makanan
yang dianjurkan untuk
penderita asam urat.
2. Gangguan berjalan Setelah 1. Setelah dilakukan Respon Verbal Menyebutkan dari 1.2.1 Diskusikan dengan
kunjungan selama
b.d dilakukan penyebab dan tanda keluarga penyebab
3x60menit diharapkan
ketidakmampuan intervensi Tn. S dan keluarga gangguan berjalan : gangguan berjalan.
mampu mengatasi
klien dalam sebanyak 3 kali a. Nyeri 1.2.2 Tanyakan kembali
masalah ditandai dengan :
memodifikasi kunjungan, 1.1 Mengenal masalah b. Kekakuan otot tentang penyebab
lingkungan. Tn. S mengerti dan untuk mengetahui c. Bengkak gangguan berjalan.
memahami masalah penyebab gangguan d. Keterbatasan 1.2.3 Berikan reinforcement
gangguan berjalan. berjalan. rentang positif terhadap usaha
pergerakan sendi keluarga dalam
e. Perubahan cara menjawab.

51
berjalan
f. Ketidakstabilan
posisi
g. Pergerakan lambat

1.2 Melakukan latihan Respon Afektif Keluarga dapat 1.2.1 Berikan contoh vidio
pergerakan sendi mendemonstrasikan dan demonstrasikan
(ROM). cara melakukan kepada keluarga
latihan pergerakan khusunya Tn. S cara
sendi melakukan ROM.
1.2.2 Berikan kesempatan
kepada keluarga
khususnya Tn. S untuk
mencoba latihan
pergerakan sendi
(ROM).
1.2.3 Berikan reinforcement

52
positif terhadap usaha
keluarga khususnya
Tn.S dalam melakukan
latihan pergerakan
sendi (ROM).
1.2.4 Pastikan Tn. S akan
melakukan tindakan
yang di ajarkan jika
diperlukan.
1.3 Melaksanakan Respon Keluarga mampu 1.2.1 Diskusikan kegiatan
perawatan non Psikomotor melakukan perawatan harian Tn. S
farmakologi kepada kepada Tn. S untuk 1.2.2 Anjurkan Tn. S
Tn. S. mengatasi bengkak beristirahat cukup dan
agar tidak terjadi teratur.
gangguan berjalan. 1.2.3 Keluarga khusunya Tn.
S melakukan kompres
hangat dingin saat
bengkak terjadi.
1.4 Memodifikasi Respon Menyebutkan cara 1.2.1 Observasi lingkungan
lingkungan Psikomotor memodifikasi rumah pada kunjungan

53
lingkungan untuk dengan terencana.
gangguan berjalan dan 1.2.2 Diskusikan dengan
melakukan tindakan keluarga tentang
modifikasi lingkungan. pemberian pegangan
kayu atau kursi kayu
yang kuat untuk
pegangan Tn. S ketika
sulit berjalan.

54
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gout arthitis adalah gangguan metabolisme asam urat yang ditandai
dengan hiperurisemia dan deposit kristal urat dalam jaringan sendi,
menyebabkan serangan akut. (Aru W.Sudoyo. 2009).
Gout terjadi sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama
(asam urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau
eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Purin adalah zat alami yang
merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA.
Ada dua sumber utama purin, yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh
dan purin yang didapatkan dari asupan makanan. Zat purin yang diproduksi
oleh tubuh jumlahnya mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia
hanya memerlukan asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%.
Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan terjadi
penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini
menimbulka risiko penyakit asam urat. (Noviyanti, 2015).
Masalah asam uratyang terjadi pada keluarga Tn. S dikarenakan
faktorketidakefektifan Tn. S sendiri dalam pengontrolan konsumsi makanan.
Keluarga mengatakan Tn. S sering memakan makanan yang dilarang untuk
dikonsumsi karena bisa membuat kadar purin meningkat
Mengatasi masalah asam urat Tn. S maka diperlukan asuhan keperawatan
yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut. Asuhan keperawatan yang
dilakukan untuk mengatasi asam uratini adalah dengan mengenali pentingnya
menjaga asupan makanan yang di konsumsi dan mengajarkan latihan gerak
sendi (ROM) aktivitas harian dalam mengisi waktu luang Tn. S.

4.2 Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga
melalui penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan perkembangan
keluarga sesuai jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna
mencapai kebutuhan kesehatan keluarga yang optimal. Upaya ini perlu

55
dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu perlu dukungan oleh pihak-pihak
yang peduli terhadap kesehatan keluarga.

56
DAFTAR PUSTAKA

Krisnatuti. 2007. Perencanaan Menu untuk Penderita Gangguan Asam Urat.


Jakarta: Penebar swadaya.

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.

Noviyanti. 2015. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Yogyakarta: Notebook.

57

Das könnte Ihnen auch gefallen