Sie sind auf Seite 1von 20

1

ANALISIS PERBAIKAN UNIT LAYANAN GANGGUAN JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK


MENGGUNAKAN METODE SIX-SIGMA OLEH VENDOR PT HALEYORA POWERINDO
PADA
PT PLN (PERSERO) RAYON GEDANGAN

Nike Arsita
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga

ABSTRACT
State Electricity Company (PLN) is the company that lobbies for supplying electric
power in Indonesia, the management system is used based on quality and customer
satisfaction oriented. While at PT PLN (Persero) Rayon Gedangan there are still
complaints from customers, such as outages disorder in which the report is submitted
through the call center 123 which indicates that the quality of electricity distribution PT
PLN is still unsatisfactory customers. PT Haleyora Powerindo is the subsidiary of PT PLN
(Persero) designated as the vendor of PT PLN (Persero) Rayon Gedangan in implementing
unit and networks.
The purpose of this study is to provide the proposed service improvements in the
electricity distribution network disturbances PT PLN (Persero) Rayon Gedangan using Six
Sigma DMAIC method. This study used descriptive qualitative approach with multiple
steps of data collection, both primary data and secondary data. The result showed that
inthe process of distribution of the electrical network, there are five types of interference
into key CTQ, the disruption of substation, the disruption of JTM, the disruption of
distribution substations, the disruption of JTR, and the disruption of APP. Performance of
PT PLN (Persero) Rayon Gedangan is above the industry average in Indonesia, which is
indicated by sigma value of 4.34. Based on the Pareto Chart known the most dominant
type of disorders. Using Cause and Effect Diagram can be found factors that cause the
defect and seek alternative priority improvements to reduce process failures by using
calculations FMEA (Failure Modes and Effects Analysis), so that after the plan of
improvements to the service improvement process applied to the electricity distribution
network disturbances expected to achieve zero defects.

Keywods: Six Sigma, defect, DMAIC, DPMO, sigma value, CTQ, Pareto Chart, Cause and
Effect Diagram, FMEA.
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Listrik merupakan salah satu komoditi strategis dalam perekonomian Indonesia,
karena selain digunakan secara luas oleh masyarakat terutama untuk keperluan
penerangan, listrik juga merupakan salah satu sumber energi utama bagi sektor industri.
Di dalam penyediaan tenaga listrik, dapat dibedakan secara jelas tiga proses
penyampaian tenaga listrik, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi yang dapat
dianggap sebagai produksi atau pembuatan, pengangkutan, dan penjualan eceran
tenaga listrik (Arismunandar, 1995).
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan perusahaan yang mengusahakan
pengadaan tenaga listrik di Indonesia, sistem manajemen digunakan berbasis mutu dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan. Sedangkan di PT PLN masih ada keluhan dari
pelanggan, seperti gangguan listrik dimana laporan disampaikan baik melalui loket
pengaduan maupun call center 123 bahwa kualitas kinerja perbaikan gangguan listrik PT
PLN masih kurang memuaskan pelanggannya.
PT Haleyora Powerindo merupakan anak perusahaan PT PLN (Persero) yang
ditunjuk sebagai vendor PT PLN (Persero) Rayon Gedangan dalam pelaksana unit
gangguan dan jaringan. Pelaksanaan outsourcing pelayanan teknik pada distribusi
tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan kinerja SAIDI dalam hal percepatan waktu
penanganan gangguan, kinerja SAIFI dalam hal memperkecil jumlah terjadinya
gangguan, dan Tingkat Mutu Pelayanan (TMP).
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Berkaitan
dengan konsep kualitas, yang akan dikemukakan pandangan Tjiptono (1996:21). Six
Sigma adalah proses terfokus dan metodologi data yang ditujukan untuk penghapusan
defect di semua proses yang penting untuk pelanggan (Antony et al., 2004). Metodologi
Six Sigma terkenal dengan patokan target minimum 3.4 Defects per Million Opportunities
(DPMO), Metode define, measure, analyze, improve, control (DMAIC) dalam Six Sigma
digunakan dalam perbaikan desain produk atau jasa yang membawa peningkatan
kesuskesan tersendiri bagi industri jasa (Linderman et al., 2003).
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini dilakukan dalam hal perbaikan
kualitas pelayanan perbaikan gangguan jaringan distribusi listrik di PT PLN (Persero)
Rayon Gedangan, menggunakan metode DMAIC Six Sigma dengan harapan dapat
meningkatkan kualitas perbaikan gangguan jaringan disitribusi listrik dengan mengurangi
terjadinya defect sehingga peningkatan kualitas kinerja dan pelayanan dapat tercapai.

1.2 RUMUSAN MASALAH


3

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam


penelitian ini adalah “Bagaimana analisis perbaikan pada unit gangguan jaringan
distribusi listrik menggunakan metode DMAIC Six Sigma?”

1.3TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan analisis perbaikan pada unit
gangguan jaringan distribusi listrik menggunakan metode DMAIC Six Sigma.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kualitas
2.1.1 Definisi Kualitas
Menurut American society for Quality Control, kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri
dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten (Lupiyoadi,
2001:144).

2.1.2 Perspektif Kualitas


Perspektif kualitas yaitu pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan kualitas
suatu produk atau jasa. Foster (2013) menyatakan kualitas memiliki banyak definisi yang
berbeda. Definisi kualitas yang paling menonjol menurut Garvin David, 1984 yaitu
transcendent, product-based, user-based, manufacturing-based, dan value-based.

2.1.3 Kualitas Layanan


Konsep kualitas pelayanan merupakan faktor penilaian yang merefleksikan
persepsi konsumen terhadap lima dimensi spesifik dari kinerja layanan. (Parasuraman,
et al, 1985, dalam Tjiptono, 2001:70) menyimpulkan bahwa ada lima dimensi ServQual
(Service Quality) yang dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan, yaitu tangibles,
reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty.

2.1.4 Perbaikan Kualitas


Terdapat berbagai macam jenis perbaikan yaitu (Besterfield, 2003):
1. Mendapatkan nilai tambah dari konsumen melalui produk atau jasa yang baru
maupun yang sudah ada
2. Mengurangi kesalahan, cacat, dan eliminasi
3. Memperbaiki kinerja
4. Memperbaiki produktivitas dan efektifitas dalam penggunaan daya
5. Memperbaiki kepemimpinan dalam memenuhi tanggung jawab publik
4

2.1.5 Defect
Brue (2002) meyatakan cacat (defect) ialah ciri yang dapat diukur dari suatu
proses atau output-nya yang tidak berada di dalam batas-batas yang dapat diterima
pelanggan, yakni tidak sesuai dengan spesifikasi. Sedangkan menurut Gryna (2001)
defect merupakan ketidakterpenuhinya kegunaan sesuai yang diisyaratkan.

2.1.6 Biaya Kualitas


Menurut Kaner (1996), Biaya kualitas merupakan biaya yang berkaitan dengan
mencegah, menemukan dan memperbaiki pekerjaan rusak. Biaya yang berkaitan dengan
kualitas dibagi menjadi dua kategori, yaitu biaya karena kualitas yang buruk dan biaya
yang terkait dengan peningkatan kualitas. Prevention cost dan Appraisal cost adalah
biaya yang terkait dengan peningkatan kualitas, sementara failure cost, dibagi menjadi
internal failure cost dan internal failure cost.

2.2 Metode Six Sigma


2.2.1 Definisi Six Sigma
Menurut Gasperz (2002:1) Six Sigma adalah suatu peningkatan kualitas menuju
target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk
(barang atau jasa) dan upaya giat menuju kesempurnaan atau zero defect.
Dari perspektif statistik, Six Sigma adalah metrik proses pengukuran
dilambangkan oleh σ huruf Yunani yang mewakili jumlah variasi dengan distribusi data
normal. Pada dasarnya, tingkat kualitas Six Sigma berkaitan 3.4 defect per million
opportunities (DPMO). Fokus dari Six Sigma adalah tidak menghitung defect dalam
proses, tetapi jumlah peluang dalam suatu proses yang dapat mengakibatkan defect
sehingga penyebab masalah kualitas dapat dihilangkan sebelum mereka berubah
menjadi defect (Antony, 2006). Dari perspektif bisnis, Six Sigma bisa digambarkan
sebagai suatu proses yang memungkinkan perusahaan untuk secara drastis fokus pada
perbaikan terus-menerus dan terobosan dalam kegiatan bisnis sehari-hari untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan (Andersson et al., 2006).
5

2.2.5 DMAIC Six Sigma


DMAIC berdiri untuk mendefinisikan, mengukur, menganalisis, meningkatkan, dan
mengontrol. Hal ini sangat mirip dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) yang
diusulkan oleh Shewhart dan Deming.

2.2.5.1 Tahap Define


Tahap define melibatkan menciptakan sebuah project charter, mengidentifikasi
proyek untuk pelanggan dan kebutuhan dan persyaratan mereka (CTQ) dan high-level
process map (Benbow dan Kubiak, 2010).
Project Charter
Pernyataan masalah, pernyataan misi, tujuan proyek, batas-batas proses, komposisi tim
proyek dan tonggak proyek ditetapkan sebagai bagian dari project charter.
Pernyataan masalah
Pernyataan masalah disusun dengan mempertimbangkan aspek dari periode waktu,
spesifisitas dan pengukuran (Snee, 2001).
Pernyataan misi
Aturan praktis adalah untuk memecahkan 50 persen dari masalah dalam waktu empat
sampai lima bulan waktu (Eckes, 2001).
High-level process map (SIPOC)
High-level process map atau SIPOC adalah gambar tingkat tinggi dari proses yang
menggambarkan bagaimana proses pelayanan pelanggan diberikan (Desai, 2006).

2.2.5.2 Tahap Measure


Tahap ini melibatkan pemetaan proses yang ada, identifikasi faktor CTQ, dan
perhitungan dari sigma dasar (tingkat sigma sekarang) (Benbow dan Kubiak, 2010).
Identifikasi Faktor CTQ
Konsep CTQ dalam Six Sigma memungkinkan untuk meningkatkan kualitas dari
perspektif pelanggan (Lucas James, 2002).
Base line sigma level
Tingkat sigma ini dihitung untuk atribut CTQ berdasarkan metode defect per million
opportunities (DPMO) (Benbow dan Kubiak, 2010).
2.2.5.3 Tahap Analyze
Selama tahap ini, tim proyek mengumpulkan pengukuran dalam tahap measure
dan mencari penjelasan untuk berbagai bacaan dengan menggunakan alat pengendalian
kualitas, antara lain brainstorming, cause and effect diagram, pareto analysis (Benbow
and Kubiak, 2010).

Cause and Effect Diagram


6

Tim proyek melakukan brainstorming untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab


kegagalan. Untuk mempersempit fokus, penyebab ini dikategorikan dalam kategori yang
berbeda dalam cause and effect diagram.
Pareto Analysis
Analisis Pareto digunakan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah yang
akan diselesaikan.

2.2.5.4 Tahap Improve


Tahap ini melibatkan identifikasi solusi yang mungkin, implementasi dan verifikasi
kemampuan kerja dari solusi ( Benbow dan Kubiak, 2010).
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah struktur, pendekatan bottom-up yang
dimulai dengan mode kegagalan potensial dikenal pada satu tingkat dan menyelidiki efek
pada tingkat subsistem berikutnya (Liu, et al., 2011; Yang, et al., 2011). Tujuan utamanya
adalah untuk memungkinkan analis untuk mengidentifikasi dan mencegah masalah
dikenal dan potensi dari konsumen (Liu et al., 2011; Sharma et al, 2005).

2.2.5.5 Tahap Control


Tahap kontrol melibatkan mengelola proses peningkatan menggunakan proses
grafik dan melaksanakan rencana kontrol. Untuk mempertahankan peningkatan tingkat
sigma dari proses, tindakan pengendalian direkomendasikan oleh tim proyek.
7

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan sebagai landasan atau acuan agar proses


penelitian berjalann secara sistematis, terstruktur, dan terarah. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan beberapa langkah pengumpulan
data, baik data primer maupun data sekunder. Proses penelitian ini dimulai dengan
survei pendahuluan, studi kepustakaan, observasi, wawancara, dokumentasi, dan
triangulasi. Penelitian ini memiliki tahapan penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.1
Tahapan Penelitian
8

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Obyek Penelitian


4.1.1 Profil PT PLN (Persero) Rayon Gedangan
PT PLN (Persero) merupakan BUMN yang bergerak dalam penyediaan Energi
Listrik dari Hulu ke Hilir, dimana PT. PLN (Persero) bertanggung jawab terhadap produksi,
penyaluran, hingga pemakaian dan pelayanan energi listrik oleh Pelanggan. Aktivitas PLN
disisi hilir yaitu Pemakaian energi dan pelayanan pelanggan merupakan aktivitas yang
terus berkembang dengan sangat cepat. Pertambahan jumlah pelanggan baru ataupun
pelanggan tambah daya menjadi beberapa hal yang berkembang dengan cepat disisi
hilir lingkup kerja PT. PLN (Persero) ini. PT PLN (Persero) Rayon Gedangan merupakan
salah satu unit dari 5 unit termuda yang dimiliki oleh PT PLN (Persero) Area Surabaya
Selatan karena unit perusahaan ini didirikan sekitar tahun 1995.

4.2 Gambaran Umum Perusahaan Vendor PT Haleyora Powerindo


4.2.1 Profil PT Haleyora Powerindo
Pada tahun 2013, PT Mitra Insan Utama diambil alih atau akuisisi saham
mayoritasnya oleh anak perusahaan PT PLN (Persero) yaitu PT Haleyora Power dan
berubah nama menjadi PT Haleyora Powerindo, berdasarkan Akta Risalah rapat
Nomor 17 tanggal 23 Januari 2013. Surat persetujuan anggaran dasar dari Kementrian
Hukum dan HAM RI diperoleh pada tanggal 15 Maret 2013 menjadi perusahaan
terkemuka penyedia layanan Operasi dan Pemeliharaan Transmisi dan Distribusi bidang
ketenagalistrikan yang memberikan layanan dengan standar mutu tinggi dan
menerapkan kesempurnaan keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja,
kesempurnaan operasional dan penyempurnaan berkesinambungan.

4.2.2 Motto, Visi dan Misi Perusahaan


Adapun motto, visi dan misi PT Haleyora Powerindo adalah :
a. Motto:
“Kompeten, Efektif, Responsif, Empati, Integritas”.
b. Visi:
“Menjadi persahaan terkemuka dalam penyediaan dan pengelolaan SDM
yang professional di bidang operasi dan pemeliharaan transmisi dan
distribusi teanga listrik dan bidang pendukung lainnya”.
9

c. Misi:
1. Berkomitmen kepada pelanggan untuk menyediakan pelayanan yang
tepat waktu dan handal.
2. Berkomitmen kepada karyawan untuk memberikan iklim kinerja yang
aman, nyaman, dan menghargai kontribusi.
3. Berkomitmen kepada pemegang saham untuk memberikan hasil usaha
yang menguntungkan dan terus bertumbuh.
4. Berkomitmen untuk memberikan kontribusi postif berperilaku
transparan dan terpercaya kepada seluruh pemangku kepentingan,
termasuk masyarakat.

4.2.3 Struktur Organisasi Perusahaan


Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT Haleyora Powerindo

Sumber: Data intern perusahaan yang telah diolah.

4.2.4 Proses Distribusi Listrik


Gambar 4.2
Proses Distribusi Jaringan Listrik

Sumber: Data intern perusahaan yang telah diolah.

Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi, maka sampailah


tenaga listrik di gardu induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator
10

penurun tegangan menjadi tegangan menengah. 20 kV. Setelah tenaga listrik disalurkan
melalui jaringan tegangan menengah, kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya
dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah dengan tegangan 380/220 Volt,
kemudian disalurkan melalui jaringan tegangan rendah untuk selanjutnya disalurkan ke
rumah-rumah pelanggan (konsumen) melalui sambungan rumah.

4.3 Hasil dan Pembahasan


Setelah dilakukan penelitian dan pengumpulan data, maka pada bab ini akan
dilakukan pengolahan dan analisa terhadap data tersebut. Pengolahan dan analisa data
dilakukan dengan mendefiniskan, mengukur, dan menganalisa masalah yang dihadapi
oleh PT PLN (Persero) Rayon Gedangan dengan metode DMAIC Six Sigma. Hasil dan
pembahasan dijabarkan sebagai berikut:

4.3.1 Tahap Define


Tahap define merupakan langkah awal dalam melakukan analisis Six Sigma.
Apabila dibentuk suatu tim Six Sigma, maka dalam penelitian ini yang bertindak sebagai
pihak Champion adalah manajer PT PLN (Persero) Rayon Gedangan, pihak Master Black
Belt adalah staf bagian teknik PT PLN (Persero) Rayon Gedangan, pihak Black Belt adalah
koordinator unit pelayanan gangguan dan jaringan oleh vendor PT Haleyora Powerindo,
serta sebagai pihak Green Belt adalah seluruh karyawan dan teknisi di vendor PT
Haleyora Powerindo.

4.3.1.1 Pernyataan masalah


Faktor kunci pemenuhan standar pelayanan yang sangat diprioritaskan
oleh pelanggan adalah pasokan tenaga listrik yang tidak pernah putus. Pelanggan
sangat menginginkan rumahnya tidak pernah padam dan apabila padam cepat
dilakukan penormalan. Sangat dibutuhkan program kerja untuk mengantisipasi
terjadinya gangguan penyulang demi pelayanan kepada masyarakat. Berikut ini
adalah data jumlah gangguan selama bulan September 2014 sampai dengan
bulan Agustus 2015. Data tersebut disajikan pada tabel 4.1 dibawah ini.
11

Tabel 4.1
Jumlah Gangguan Distribusi Listrik Bulan September 2014 – Agustus 2015
di PT PLN (Persero) Rayon Gedangan
Jumlah
Periode Jumlah Pelanggan
Gangguan
September 2014 97.104 882
Oktober 2014 97.799 1.152
November 2014 98.383 1.396
Desember 2014 98.846 1.355
Januari 2015 99.370 1.696
Februari 2015 99.693 1.206
Maret 2015 100.080 1.303
April 2015 100.527 1.087
Mei 2015 100.933 1.210
Juni 2015 101.331 725
Juli 2015 101.792 511
Agustus 2015 102.278 850
Total 13.373
Sumber: Data intern perusahaan yang telah diolah.

4.3.1.2 Pernyataan misi


Setiap proyek Six Sigma yang terpilih harus terdefinisi isu-isu, nilai-nilai,
dan sasaran dan/ atau tujuan dari proyek. Pernyataan tujuan proyek harus
ditetapkam untuk setiap proyek Six Sigma yang terpilih. Pernyataan tujuan proyek
Six Sigma PT PLN (Persero) Rayon Gedangan yang benar apabila mengikuti prinsip
SMART sebagai berikut:
1. Spesific. Melakukan rencana perbaikan proses perbaikan layanan
gangguan jaringan distribusi listrik untuk mengurangi gangguan yang
terjadi, sehingga proses distribusi jaringan listrik berjalan lancar.
2. Measurable. Penurunan jumlah defect yang terjadi selama proses distribusi
selanjutnya setelah adanya upaya perbaikan.
3. Achievable. Dalam upaya peningkatan kualitas, target yang hendak
dicapai sekiranya dapat terjangkau oleh tim.
4. Result Oriented. Tujuan penurunan jumlah defect sesuai dengan target
yang telah ditetapkan ditunjukkan dengan adanya penurunan DPMO.
5. Time-bound. Peningkatan kualitas pelayanan harus menetapkan batas-
batas waktu pencapaian tujuan itu dan harus dicapai secara tepat waktu.
12

4.3.1.3 High-level process map (SIPOC)


High-level process map atau SIPOC adalah gambar tingkat tinggi dari
proses yang menggambarkan bagaimana proses pelayanan pelanggan diberikan.
Diagram SIPOC PT PLN (Persero) Rayon Gedangan ditunjukan pada tabel 4.2
berikut ini:
Tabel 4.2
Diagram SIPOC Proses Distribusi Jaringan Listrik PLN Rayon Gedangan
Supplier Input Process Output Customers
PT Elpo Informasi 1. Proses penurunan tegangan Listrik Rumah
Indonesia Surat PK menggunakan gardu induk. Menyala tangga
PT Magna Peralatan 2. Proses penyaluran tenaga listrik Perusahaan
Karsa Mulya Tenaga melalui SUTM maupun SKTM. PJU
PT. Haleyora listrik dari 3. Proses penurunan tegangan
Powerindo gardu menggunakan gardu distribusi.
ICON + induk 4. Proses penyaluran tenaga listrik
melaui jaringan tegangan
menengah.
5. Proses penyaluran tenaga listrik
melalui jaringan pelanggan (APP).
Sumber: Data intern perusahaan yang telah diolah.

4.3.2 Tahap Measure


Tahap ini, dilakukan pengukuran kinerja atas proses distribusi jaringan listrik yang
dinyatakan dalam Defect per Million Opportunities (DPMO) dan dikonversikan dalam
ukuran sigma. Namun sebelum melakukan pengukuran, harus menentukan karakteristik
kualitas (CTQ) yang terkait dengan setiap proses tersebut.
4.3.2.2 Identifikasi CTQ
CTQ potensial pada penelitian ini ada 5, yaitu kondisi listrik padam karena
gangguan APP, kondisi listrik padam karena gangguan gardu distribusi, kondisi
listrik padam karena gangguan JTR, kondisi listrik padam karena gangguan JTM,
dan kondisi listrik padam karena gangguan gardu induk.
4.3.2.2 Base line sigma level
Tingkat sigma ini dihitung untuk atribut CTQ berdasarkan metode defect
per million opportunities (DPMO). Data jumlah gangguan distribusi jaringan listrik
pada tabel 4.1 digunakan untuk menetukan nilai DPMO dan nilai kapabilitas
Sigma pada tabel 4.3.

Tabel 4.3
Kapabilitas Sigma dan DPMO dari Proses Distribusi Jaringan Listrik
Periode Jumlah Jumlah CTQ DPO DPMO SIGMA
Pelangga Ganggua
n n
13

September 97.104 882 5 0,001816 1816,61 4,41


2014
Oktober 2014 97.799 1.152 5 0,002355 2355,85 4,33
November 98.383 1.396 5 0,002837 2836,89 4,27
2014
Desember 98.846 1.355 5 0,002741 2741,64 4,28
2014
Januari 2015 99370 1.696 5 0,003413 3413,51 4,21
Februari 2015 99.693 1.206 5 0,002419 2419,43 4,32
Maret 2015 100.080 1.303 5 0,002603 2603,92 4,29
April 2015 100.527 1.087 5 0,002162 2162,60 4,35
Mei 2015 100.933 1.210 5 0,002397 2397,63 4,32
Juni 2015 101.331 725 5 0,001430 1430,95 4,48
Juli 2015 101.792 511 5 0,001004 1004,01 4,59
Agustus 2015 102.278 850 5 0,001662 1662,14 4,44
Keterangan Perhitungan:
Bulan September 2014
- DPO = 882 / (97.104 x 5) = 0,001816
- DPMO = [882 / (97.104 x 5)] x 1.000.000 = 1.816
- Diketahui bahwa DPMO = 1.816,61 adalah paling dekat dengan DPMO = 1807,
yaitu nilai sigma sebesar 4,41.
Sumber: Data intern perusahaan yang telah diolah.

Tabel 4.4
Cara Memperkirakan Kapabilitas Proses Distribusi Jaringan Listrik
Langka Tindakan Persamaan Hasil
h Perhitungan
1. Proses apa yang Anda ingin ketahui? _____ Distribusi Listrik
2. Berapa banyak unit produk yang _____ 1.198.136
diperiksa?
3. Berapa banyak unit produk yang gagal _____ 13.373
atau cacat?
4. Hitung tingkat cacat (kegagalan) = (langkah 3) / 0,01116
berdasarkan pada tingkat 3 (langkah 2)
5. Tentukan banyaknya CTQ potensial = banyaknya 5
yang dapat mengakibatkan cacat karakteristik
(kegagalan) CTQ
6. Hitung peluang tingkat cacat per satu = (langkah 4) / 0,00223
juta kesempatan (DPMO) (langkah 5)
7. Hitung kemungkinan cacat (kegagalan) = (langkah 6) x 2230
per karakteristik CTQ 1.000.000
8. Konversi DPMO (langkah 7) ke dalam _____ 4,34
nilai sigma
9. Buat kesimpulan _____ Kapabilitas sigma
adalah 4,34.
Sumber: Data intern perusahaan yang telah diolah.
14

Pada tabel 4.4 terlihat bahwa DPMO pada proses distribusi listrik selama
bulan September 2014 – Agustus 2015, memiliki nilai DPMO sebesar 2.230 dan
nilai sigma sebesar 4,34. Nilai DPMO sebesar 2.230 dapat diinterpretasikan bahwa
dari satu juta kesempatan pada proses distribusi listrik terdapat 2.230
kemungkina terjadinya listrik padam, sedangkan nilai sigma memiliki rata-rata
sebesar 4,34 akan tetapi dari tabel perhitungan nilai sigma terlihat bahwa masih
banyak nilai sigma yang berada dibawah nilai sigma rata-rata. Apabila dilihat dari
pencapaian level sigma, dapat dikatakan bahwa tingkat pencapaian kualitas
distribusi jaringan listrik sudah cukup baik, akan tetapi untuk menjadi perusahaan
yang lebih kompetitif maka pencapaian level sigma tersebut harus ditingkatkan
hingga mendekati level kesempurnaan 6σ.

4.3.3 Tahap Analyze


4.3.3.1 Diagram Pareto
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa cacat pada proses distribusi listrik
digolongkan menjadi 5 jenis cacat, cacat yang paling banyak terjadi adalah
padamnya listrik karena gangguan JTM dengan jumlah 5.064 gangguan (37,9%
dari keseluruhan cacat yang terjadi). Selanjutnya jumlah cacat terbanyak kedua
adalah padamnya listrik karena gangguan APP dengan jumlah 4.969 gangguan
(37,2% dari keseluruhan cacat yang terjadi). kemudian jumlah cacat terbanyak
ketiga adalah padamnya listrik karena gangguan JTR dengan jumlah 2.379
gangguan (17,8% dari keseluruhan cacat yang terjadi). Sedangkan jumlah cacat
terbanyak keempat adalah padamnya listrik karena gangguan gardu distribusi
dengan jumlah 646 gangguan (4,8% dari keseluruhan cacat yang terjadi) dan
jumlah cacat paling sedikit adalah padamnya listrik karena gangguan gardu induk
dengan jumlah 315 gangguan (2,3% dari keseluruhan cacat yang terjadi).
Gambar 4.4
Diagram Pareto Cacat pada Distribusi Listrik

Sumber: Data intern perusahaan yang telah diolah.


4.3.3.2 Diagram Cause and Effect
4.3.3.2.1 Diagram Cause and Effect untuk cacat JTM
15

Jenis cacat karena gangguan JTM merupakan jenis cacat yang paling sering
terjadi pada proses distribusi listrik. Diagram Cause and Effect untuk jenis cacat
JTM dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Diagram Cause and Effect Penyebab Gangguan JTM

Sumber: Data intern perusahaan yang telah diolah.

4.3.3.2.2 Diagram Cause and Effect untuk cacat APP


Jenis cacat karena gangguan APP merupakan jenis cacat kedua yang paling
terjadi pada proses distribusi listrik. Diagram Cause and Effect untuk jenis cacat
APP dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Diagram Cause and Effect Penyebab Gangguan APP

Sumber: Data intern perusahaan yang telah diolah.


4.3.4 Tahap Improve
4.3.4.1 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
16

Setelah diketahui penyebab-penyebab dari gangguan JTM dan APP pada PT


PLN (Persero) Rayon Gedangan, maka selanjutnya dilakukan analisis FMEA untuk
menentukan prioritas penyelesaian dan perbaikan berdasarkan tingkat
kepentingan yaitu dengan mempertimbangkan tingkat keseriusan efek failure
mode yang ditimbulkan (severity), frekuensi terjadinya failure mode (occurence)
dan kemungkinan kontrol terhadap failure mode (efektiifitas). Analisis FMEA
dilakukan dengan menggunakan spreadsheet FMEA. Setiap penyebab dari
permasalahan dicari nilai RPN-nya, kemudian nilai RPN tersebut disusun dari nilai
yang paling besar sampai nilai terkecil. Penyebab yang memiliki nilai RPN paling
besar inilah yang merupakan penyebab utama dari permasalahan. Nilai RPN
merupakan hasil perkalian dari nilai severity, occurance, dan efektifitas. Pada
tabel 4.5 Telah disusun prioritas alternatif perbaikan dari nilai terbesar sampai
terkecil, yang kemudian dilakukan penyesuaian terhadap prioritas.

Tabel 4.5
Prioritas Alternatif Perbaikan oleh PT PLN (Persero) Rayon Gedangan
No RPN Rencana Tindakan Perbaikan
.
1. 189 Memberikan penerangan bahwa ada galian PLN.
2. 126 Memberitahu bahwa ada jaringan PLN agar pelanggan berhati-hati.
3. 45 Mengadakan diklat untuk para teknisi agar lebih handal.
4. 24 Memberikan selebaran pada saat pelanggan selesai melakukan proses
administrasi migrasi listrik.
Sumber: Data intern perusahaan yang telah diolah.

Penjelasan mengenai alternatif perbaikan oleh PT PLN (Persero) Rayon Gedangan


pada tabel 4.5:
1. Alternatif perbaikan yang pertama yaitu memberikan penerangan bahwa ada
galian PLN. Dengan demikian proses distribusi jaringan listrik dapat berjalan
dengan lancar karena aman dari gangguan aktivitas pihak ke-3.
2. Alternatif perbaikan ketiga yaitu dengan memberitahu bahwa ada jaringan PLN
agar pelanggan berhati-hati. Sosialisasi bahaya bekerja atau membangun
bangunan dekat dengan jaringan SUTM 20 kV kepada masyarakat di wilayah kerja
PLN Rayon Gedangan dengan menempel safety sticker di rumah atau bangunan
warga. Memberikan surat pemberitahuan untuk melaksanakan pengamanan
jaringan kepada masyarakat dan melakukan koordinasi dengan Polsek setempat
terkait bekerja dekat dengan bangunan.
3. Alternatif perbaikan yang kelima yaitu dengan mengadakan diklat untuk para
teknisi agar lebih handal. Pelatihan untuk para teknisi dapat dilakukan melalui dua
cara, yang pertama dengan diklat resmi satu tahun sekali dimana pada akhir
diklat setiap peserta akan memperoleh sertifikat. Pelatihan kedua yaitu dengan
pelatihan secara tidak resmi yang diajarkan pihak koordinator kepada para
teknisi.
17

4. Alternatif perbaikan ketujuh yaitu dengan memberikan selebaran pada saat


pelanggan selesai melakukan proses administrasi migrasi listrik. Dengan demikian
diharapkan tidak ada pemblokiran pada listrik pintar yang mengakibatkan
gangguan padam, sehingga jumlah gangguan dapat ditekan.

Tabel 4.6
Prioritas Alternatif Perbaikan oleh Vendor PT Haleyora Powerindo
No RPN Rencana Tindakan Perbaikan
.
1. 189 Melakukan penggantian material JTM yang sudah usang.
2. 162 Melakukan penggantian material, dan pemilihan komponen SUTM dan
SKTM dengam mutu baik.
3. 63 Melakukan penebangan rutin dan pemasangan pemasangan recloser
untuk mengamankan sistem dari arus lebih karena petir
4. 27 Melakukan pengecekan secara rutin terhadap material SUTM dan SKTM
sehingga segera diketahui bila ada kerusakan.
5. 21 Melakukan penggantian material APP dan SR yang sudah usang.
6. 16 Melakukan pengecekan secara rutin terhadap material APP dan SR
sehingga segera diketahui bila ada kerusakan.
7. 7 Melakukan penggantian material, pemilihan komponen APP dan MCB yang
baik.
Sumber: Data intern perusahaan yang telah diolah.

Penjelasan mengenai alternatif perbaikan oleh vendor PT Haleyora Powerindo


pada tabel 4.12:
1. Alternatif perbaikan yang pertama yaitu melakukan penggantian material JTM
yang sudah usang. Dengan demikian proses distribusi jaringan listrik dapat
berjalan dengan lancar karena sudah terpenuhinya kesempurnaan konstruksi
jaringan.
2. Alternatif perbaikan yang kedua yaitu dengan melakukan penggantian material
dan pemilihan komponen SUTM dan SKTM dengan mutu baik. Dengan peralatan
yang berkualitas dapat meningkatkan kualitas distribusi jaringan listrik sehingga
dapat meningkatkan kinerja SAIDI dan SAIFI.
3. Alternatif perbaikan keempat yaitu dengan melakukan penebangan rutin dan
pemasangan pemasangan recloser untuk mengamankan sistem dari arus lebih
karena petir. Dengan demikian penyebab gangguan padam dari pihak eksternal
dapat ditekan.
4. Alternatif perbaikan keenam yaitu dengan melakukan pengecekan secara rutin
terhadap material SUTM dan SKTM sehingga segera diketahui bila ada kerusakan.
Pengecekan dilakukan menggunakan thermovision.
5. Alternatif perbaikan kedelapan yaitu dengan melakukan penggantian material APP
dan SR yang sudah usang sehingga proses distribusi listrik berjalan lancar.
6. Alternatif perbaikan kesembilan yaitu melakukan pengecekan secara rutin
terhadap komponen APP dan SR sehingga segera diketahui bila ada kerusakan.
Dengan pengecekan ini diharapkan dapat mengurangi jumlah gangguan padam.
18

7. Alternatif perbaikan kesepuluh yaitu melakukan penggantian material, pemilihan


komponen APP dan SR yang baik. Dengan kondisi material yang baik, proses
distribusi juga berjalan lancar.

4.3.5 Tahap Control


Setelah meyusun rencana perbaikan pada tahap improve menggunakan analisa
FMEA, maka pada tahap control untuk mempertahankan peningkatan tingkat sigma dari
proses, tindakan pengendalian yang diharapkan dapat mencegah masalah yang sama
agar tidak terulang kembali. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada tahap control
antara lain:
1. Melakukan pemeliharaan penyulang total dalam satu waktu pemadaman.
Penggantian arrester, penggantian CO, R2P (Rabas-Rabas Pohon), R2L (Rabas-
Rabas Layangan), BBG (Bersih bersih Gardu), Penggantian Isolator dalam waktu
yang bersamaan dalam section atau penyulang yang sama.
2. Melakukan kontrol terhadap pengendalian material, konstruksi jaringan listrik
melalui inspeksi ROW dan konstruksi untuk mencapai mutu listrik yang lebih
baik.
3. Mengadakan diklat untuk para teknisi agar lebih handal. Diklat untuk para
teknisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu diklat resmi dan diklat tidak
resmi. Dengan pengadaan diklat diharapkan kualitas pemeliharaan dan
perbaikan gangguan jaringan distribusi listrik semakin baik.
19

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada bab IV telah dilakukan perancangan perbaikan kualitas layanan perbaikan
gangguan distribusi jaringan listrik pada PT PLN (Persero) Rayon Gedangan dengan
menggunakan metode DMAIC Six Sigma, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada tahap define dilakukan pernyataan masalah, pernyataan tujuan, dan
menidentifikasi proses distribusi listrik dan pihak-pihak internal-eksternal yang
terlibat dalam SIPOC.
2. Pada tahap measure dilakukan identifikasi CTQ, dimana telah ditentukan 5 CTQ
pada penelitian ini yang sangat berpengaruh pada proses distribusi jaringan
listrik, yaitu gangguan gardu induk, gangguan JTM, gangguan gardu distribusi,
gangguan JTR, dan gangguan APP. Pada tahap ini juga dilakukan pengukuran
baseline kinerja dari proses distribusi jaringan listrik pada bulan September 2014
– Agustus 2015 dengan menghitung nilai DPMO dan nilai sigma, serta dilakukan
analisis kapabilitas sigma yang merupakan rata-rata DPMO proses distribusi
jaringan listrik pada bulan September 2014 sampai bulan Agustus 2015 yaitu
2.230 DPMO dengan nilai 4,34 sigma.
3. Pada tahap analyze dilakukan pemilihan CTQ dominan penyebab masalah
menggunakan diagram pareto dan pengidentifikasian akar penyebab masalah
dengan menggunakan diagram cause and effect.
4. Pada tahap improve dilakukan pengidentifikasian alternatif perbaikan
menggunakan FMEA yang disusun berdasarkan nilai RPN tertinggi.
5. Pada tahap control dilakukan pengontrolan aktivitas untuk mencegah kesalahan
yang lama terulang kembali, yaitu dengan pengendalian material yang lebih baik,
inspeksi ROW dan konstruksi serta proses pemeliharaan yang lebih baik.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan
saran kepada perusahaan dan peneliti lain yang akan melakukan penelitian dibidang
yang sama:
1. PT PLN Rayon Gedangan dapat memberikan pengarahan dan pengetahuan
kepada PT Haleyora Powerindo mengenai manfaat dan keuntungan penggunaan
metode DMAIC Six Sigma dalam upaya peningkatan kualitas kinerja unit
perbaikan layanan gangguan dan jaringan.
2. Penyebab gangguan jaringan distribusi listrik sebaiknya dapat diketahui tindakan
korektif yang paling tepat penanganannya sehingga tidak terlalu banyak
merugikan pelanggan atau PLN.
3. PT PLN (Persero) Rayon Gedangan dapat melaksanakan usulan perbaikan yang
telah diajukan secara berkala dan berkelanjutan, yaitu dengan pemeriksaan
20

peralatan jaringan distribusi secara terjadwal untuk mengantisipasi kerusakan,


penggantian SUTM ke SKTM, program pemeliharaan preventif, pengadaan alat
thermovision yang untuk mengamati dan mendeteksi kerusakan jaringan
distribusi lebih cepat dan tepat, pemasangan jaringan harus sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
4. Melakukan pemecahan regu ketika terjadi banyak gangguan listrik, sehingga
durasi padam lebih singkat dan kinerja vendor tidak melebihi SLA.

DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, W. 1995. Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Brue G. 2002. Six Sigma for Managers. Cetakan ke-3. Jakarta : Penerbit Canary.
Besterfield. 2003. Total Quality Management. 3rd edition. United States of America:
Pearson-Prentice Hall.
Foster, S. Thomas. 2013. Managing Quality: Integrating The Supply Chain. Fifth Edition.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Gasperz. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma-Terintegrasi dengan ISO
9001:2000, MBQNA, dan HACCP. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Gijo, E.V., Antony, J., Hernandez, J., and Scaria, J. 2013. Reducing patient waiting time in a
pathology department using the Six Sigma methodology, Leadership in Health
Services. Vol. 26 No. 4, pp. 253-267.
Gyrna, Frank M. 2001. Quality Planning and Analysis. Fourth Edition. New York: McGraw-
Hill.
Kaner C. 1996. Quality cost analysis: Benefits and risks. Software QA, 3, 1.
Prashar, A. 2014. Adoption of Six Sigma DMAIC to reduce cost of poor quality,
International Journal of Productivity and Performance Management. Vol. 63 No. 1,
pp. 103-126.
Rambat Lupiyoadi, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa (Teori dan Praktik), Jakarta:
Salemba Empat.
Rohmah, Nike Nikmatur. 2013. Analisis Kualitas Proses Produksi Botol Aquash Freiss 600
ML dengan Metode DMAIC Six Sigma pada PT IGLAS (Persero) Gresik. Skripsi.
Surabaya: Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Sundari, Siti Nuraini. 2010. Evaluasi Penggunaan Metode Six Sigma Untuk Mereduksi
Tingkat Defect Produk Pupuk ZA (Ammonium Sulphate) Pada PT Pertokimia Gresik.
Skripsi. Surabaya: Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Tjiptono, F. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Andi
Yogyakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen