Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstrak
Pada saat pengoperasian transformator, permasalahan yang umum terjadi adalah timbulnya
kegagalan, baik kegagalan termal maupun kegagalan elektris. Isolasi minyak memiliki
peranan yang penting terhadap kinerja suatu transformator. Oleh karena itu, diperlukan suatu
pengontrolan terhadap kondisi minyak transformator agar keandalannya tetap terjaga.
Pengontrolan kondisi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pengujian minyak
transformator berdasarkan uji parameter utama, yaitu pengujian Dissolved Gas Analysis
(DGA), pengujian kandungan air (water content) dan pengujian tegangan tembus (breakdown
voltage).
Dari keenam sampel minyak yang diujikan, indikasi awal yang terjadi adalah fenomena
kegagalan dengan tingkat energi yang rendah, seperti korona, overheated cellulose dan
permasalahan yang melibatkan logam panas. Selain itu, dengan menggunakan metode
koefisien korelasi dapat disimpulkan bahwa parameter pengujian DGA merupakan parameter
uji yang berdiri sendiri atau tidak berkaitan dengan parameter uji lain. Sementara pengujian
tegangan tembus dan kandungan air memiliki korelasi yang tinggi yaitu berbanding terbalik,
sehingga hasil dari pengujian salah satu parameter, dapat diprediksi apabila nilai dari hasil
pengujian parameter lainnya telah diketahui. Hal ini terlihat dari hasil pengujian bahwa
sampel minyak ke-4 memiliki kandungan air tertinggi yaitu 14,525 ppm dan tegangan tembus
terendah sebesar 43,2 kV. Sebaliknya, sampel minyak ke-6 memiliki kandungan air terendah,
yaitu 6,332 ppm dan tegangan tembus tertinggi sebesar 71,9 kV.
Abstract
At the time operation of the transformer, a common problem that occur is the onset of failure,
both thermal and electrical failure. Insulating oil has an important role on the performance of
a transformer. Therefore, a control on the condition is needed in order to maintain its
reliability. The control condition can be done by testing transformer oil based on the main
parameters test, such as Dissolved Gas Analysis (DGA) test, water content test and
breakdown voltage test.
From the six oil samples that tested, initial indications are failure phenomenon that occurs
with low energy levels, such as corona, overheated cellulose and issues involving hot metal.
Moreover, by using the correlation coefficient method can be concluded that DGA is a stand-
alone test parameters or not related to the other test parameters. While the breakdown voltage
and water content test have a high correlation, which is inversely proportional, so that the
result of testing one of the parameters, can be predicted if the value of the other parameters of
the test result are known. This can be seen from the test results that the 4th oil samples has the
highest water content with the value 14,525 ppm and also the lowest breakdown voltage of
43,2 kV. In contrast, the 6th oil sample has the lowest water content, i.e 6,332 ppm and the
highest breakdown voltage of 71,9 kV.
Keywords: oil transformter; dissolved gas analysis, water content, breakdown voltage.
1 Universitas Indonesia
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan data PLN APD Jakarta[17], tercatat terdapat setidaknya 462 kali gangguan di
penyulang sepanjang tahun 2012. Jumlah gangguan tersebut disebabkan oleh banyak faktor
gangguan, termasuk didalamnya gangguan pada transformator. Gangguan yang terjadi pada
transformator umumnya dikarenakan pembebanan transformator yang berlebih dalam waktu
terus-menerus, sehingga berakibat buruk pada kondisi dan karakteristik transformator serta
isolasinya. Akibat pemakaian pada kondisi 100% secara terus-menerus, akan timbul titik-titik
panas pada daerah internal dari Transformator yang biasa disebut sebagai temperature hot-
spot, yang apabila dibiarkan akan menyebabkan degradasi pada isolasi transformator tersebut,
terutama isolasi cair berupa minyak yang biasa dikenal sebagai minyak transformator.
Keberadaan isolasi sangat penting karena selain berfungsi sebagai pemisah antara bagian
inti transformator, isolasi ini berfungsi juga sebagai pendingin transformator sehingga mampu
meminimalisir panas yang timbul pada transformator. Apabila minyak transformator berada
dalam keadaan panas selama beberapa waktu, maka minyak ini akan mendidih dan
menghasilkan uap-uap air pada bagian langit-langit dari transformator. Kemudian, uap-uap air
yang timbul akibat pemanasan minyak tersebut akan jatuh ke dalam minyak transformator dan
akan mengendap pada isolator inti dan juga pada bagian inti transformator itu sendiri. Hal ini
menyebabkan, ketidakmurnian pada minyak transformator karena terdapat gas-gas yang telah
terlarut pada minyak akibat peristiwa tersebut. Kenaikan temperatur yang terjadi, terdapatnya
kandungan air pada isolasi minyak, serta kemungkinan terjadinya peluruhan isolasi kertas
pada transformator akibat perubahan tingkat keasamannya, memengaruhi kinerja isolasi
minyak transformator. Ketiga faktor tersebut tentu saja dapat memengaruhi terjadinya
degradasi tegangan tembus dari minyak transformator, karena kemurnian dari minyak
transformator sudah berkurang. Dari ketiga faktor di atas, dapat dilihat pengaruhnya terhadap
kegagalan isolasi dan degradasi tegangan tembus dari minyak transformator.
Oleh karena itu, untuk menjaga keandalan kinerja dari suatu transformator perlu dilakukan
suatu pengujian untuk mengetahui keadaan dari transformator tersebut, yaitu dengan
menggunakan metode Analisis Gas Terlarut (Dissolved Gas Analysis), pengujian kandungan
air (Water Content Test) pada minyak transformator, dan pengujian tegangan tembus
(Breakdown Voltage). Dari keempat pengujian tersebut, akan didapatkan informasi-informasi
yang mengindikasikan ada atau tidaknya kegagalan-kegagalan termis maupun elektris dari
transformator. Selanjutnya, dari hasil pengujian-pengujian itu akan dianalisis apakah isolasi
minyak transformator yang diuji masih layak untuk digunakan, perlu dilakukan reklamasi,
purifikasi, atau tidak layak digunakan sehingga harus diganti, dsb.
2 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Pelepasan muatan (discharge) dari plasma dingin (corona) pada gelembung gas ataupun tipe
percikan.
• Discharges of Low Energy (D1)
PD tipe percikan/spark (menyebabkan karbonisasi pada isolasi kertas dalam skala yang lebih
besar). Arcing pada energi rendah memacu perforasi karbon pada permukaan isolasi kertas
sehingga muncul banyak partikel karbon pada minyak.
• Discharge of High Energy (D2)
Discharge yang mengakibatkan kerusakan dan karbonisasi yang meluas pada kertas minyak.
• Thermal Fault, T < 300 oC (T1) dan Thermal Fault, 300< T < 700 oC (T2)
Isolasi kertas berubah warna menjadi coklat pada temperatur > 200 oC (T1) dan pada
temperatur > 300 oC terjadi karbonisasi kertas munculnya formasi partikel karbon pada
minyak (T2).
• Thermal Fault, T > 700 oC (T3)
Munculnya formasi partikel karbon pada minyak secara meluas, pewarnaan pada metal (200
o
C) ataupun penggabungan metal (> 1000 oC).
Gambar 3.1 Struktur Kimia Minyak Isolator dan Gas-gas Terlarut pada Minyak Isolator [8]
4 Universitas Indonesia
Semakin banyak jumlah ikatan karbon (ikatan tunggal, ganda, rangkap tiga) maka semakin
banyak pula energi yang dibutuhkan untuk menghasilkannya.
5 Universitas Indonesia
Studi Literatur
Perencanaan Pengujian
Pelaksanaan Pengujian
6 Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Batas Konsentrasi Gas Terlarut dalam Satuan Part Per Million (ppm) Berdasarkan
IEEE std. C57-104.1991 [8]
Pada kondisi 1, transformator beroperasi normal. Namun, tetap perlu dilakukan pemantauan
kondisi gas-gas tersebut.
Pada kondisi 2, tingkat TDCG mulai tinggi. Ada kemungkinan timbul gejala-gejala
kegagalan yang harus mulai diwaspadai. Perlu dilakukan pengambilan sampel minyak yang
lebih rutin dan sering.
Pada kondisi 3, TDCG pada tingkat ini menunjukkan adanya dekomposisi dari isolasi kertas
dan/atau minyak transformator. Sebuah atau berbagai kegagalan mungkin saja sudah terjadi.
Pada kondisi ini transformator sudah harus diwaspadai dan perlu perawatan lebih lanjut.
Pada kondisi 4, TDCG pada tingkat ini menunjukkan adanya dekomposisi/kerusakan pada
isolator kertas dan/atau minyak trafo sudah meluas.
Selain menggunakan TDCG, juga dilakukan interpretasi data dengan metode key gas.
Tabel 4. 1 Tabel Jenis Kegagalan Menurut Analisis Key Gas [8]
7 Universitas Indonesia
Key gas didefinisikan oleh IEEE std.C57 – 104.1991 sebagai “gas-gas yang terbentuk
pada transformator pendingin minyak yang secara kualitatif dapat digunakan untuk
menentukan jenis kegagalan yang terjadi, berdasarkan jenis gas yang khas atau lebih dominan
terbentuk pada berbagai temperatur”, dengan tabel interpretasi seperti tabel 4.3 di atas.
2. Pengujian Kandungan Air (Water Content)
Pengukuran kadar air pada minyak trafo adalah untuk mengetahui jumlah kandungan air
pada minyak trafo. Ada dua sumber utama kenaikan air dalam isolasi transformator, yaitu
masuknya air dari atmosfer (udara luar) serta degradasi selulose dan minyak. Keberadaan
kandungan air dalam minyak bisa dapat terjadi dalam bentuk terlarut dan dapat pula hadir
dalam bentuk senyawa hidrat, yaitu zat padat yang mengikat beberapa molekul air sebagai
bagian dari strukturnya. Selama proses manufaktur/pembuatan, transformator dikeringkan
sampai pengukuran atau praktik standar akan menghasilkan kadar air dalam isolasi selulosa
kurang dari 0,5%-1,0% tergantung pada pembeli ataupun persyaratan produsen. Untuk
interpretasi data pengujian kandungan air berdasarkan standar IEC 60422 tahun 2005, yang
dapat dilihat seperti tabel 4.4.
Kondisi “Baik”, artinya minyak transformator dalam keadaan normal. Aksi yang
direkomendasikan adalah dilakukan pengujian sampel secara berkala secara normal agar
kondisi minyak transformator tetap berada dalam pengawasan.
Kondisi “Cukup Baik”, artinya kerusakan minyak transformator sudah terdeteksi;
dianjurkan untuk melakukan sampling yang lebih sering. Selain itu, perlu juga dilakukan
pengecekan terhadap parameter uji lainnya seperti tegangan tembus (breakdown voltage),
kandungan partikel, keasaman.
Kondisi “Buruk”, artinya kerusakan minyak transformator yang tidak normal; dianjurkan
segera diambil tindakan untuk mencegah kerusakan fatal yang bisa saja terjadi. Aksi yang
direkomendasikan adalah melakukan pengecekan sumber air berasal. Selain itu dianjurkan
juga dilakukan rekondisi minyak transformator untuk memperbaiki kinerja minyak. Cara lain
yang dapat dilakukan apabila sudah tidak dapat diperbaiki lagi adalah dengan mengganti
minyak trafo.
8 Universitas Indonesia
Tabel 4. 2 Tabel Aplikasi dan Interpretasi Uji Minyak Standar IEC 60422-2005 [14]
9 Universitas Indonesia
Minyak yang kering dan bersih biasanya menunjukkan nilai tegangan tembus yang tinggi.
Interpretasi data untuk pengujian tegangan tembus menggunakan IEC std. 60422.2005, yang
dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :
Tabel 4. 3 Tabel Aplikasi dan Interpretasi Uji Minyak Standar IEC 60422-2005 [14]
Penilaian Kualitatif Catatan
Parameter
Kategori Cukup Rekomendasi Aksi
Uji Baik Buruk
Baik
Baik: lanjutkan
pengambilan
O, A, D > 60 50-60 < 50
contoh secara
normal.
Cukup Baik:
Pengambilan
contoh yang lebih
sering. Periksa
parameter uji lain
B, E > 50 40-50 < 40
seperti warna,
kandungan
partikel,
Tegangan DDF/ketahanan
Tembus dan keasaman.
(kV) C > 40 30-40 < 30
Tap changer of neutral Buruk: Periksa
end tap changers on O, sumber air,
A, B, C transformers rekondisi minyak
< 25 (lihat 12.2) atau,
F
Single phase or alternatif, apabila
connected tap changers lebih ekonomis
on O, A, B karena parameter
transformers < 40 tes lain
mengindikasikan
kerusakan yang
G < 30
berat, ganti
minyak.
C. Metode Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi adalah suatu angka atau bilangan yang menunjukkan seberapa dekat
korelasi dari suatu variabel dengan variabel lainnya. Koefisien korelasi dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut :
(4.1)
10 Universitas Indonesia
Dengan:
KK(x,y) = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
xi = nilai variabel x ke I
x = rata-rata nilai variabel x
yi = nilai variabel y ke i
ӯ = rata-rata nilai variabel y
Tabel 4. 4 Tabel Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi
KK(x, y) Interpretasi
0 Tidak berkorelasi
0,01-0,20 Korelasi Sangat rendah
0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 Agak rendah
0,61-0,80 Cukup
0,81-0,99 Tinggi
1 Sangat tinggi
Rentang nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1 dan bernilai positif dan
negatif. Nilai positif dan negatif hanya menunjukkan arah (vektor). Jika koefisien korelasi
bernilai negatif, maka ada hubungan negatif antara kedua variabel tersebut. Artinya jika salah
satu variabel nilainya meningkat, maka dapat diprediksi bahwa nilai variabel lainnya akan
menurun. Jika koefisien korelasi bernilai positif, maka hubungan antara kedua variabel adalah
positif. Artinya jika salah satu variabel nilainya meningkat, maka dapat diprediksi bahwa nilai
variabel lainnya pun meningkat. Dan jika nilai salah satu variabel menurun, maka nilai
variabel lainnya pun menurun.
11 Universitas Indonesia
Dari data hasil percobaan tersebut, akan dianalisis indikasi kondisi transformator
berdasarkan nilai Total Dissolved Combustile Gas (TDCG) pengujian DGA. Selain itu,
dilakukan interpretasi data dari setiap sampel minyak yang telah diuji, sehingga dapat
disimpulkan kondisi transformator berdasarkan parameter-parameter tersebut. Dalam analisis
ini juga akan membahas korelasi antara parameter-parameter pengujian, hubungan antara nilai
TDCG dengan kandungan air (ppm), nilai TDCG dengan nilai pengujian tegangan tembus dan
nilai kandungan air dengan nilai pengujian tegangan tembus.
V. PEMBAHASAN
A. Indikasi Awal Kondisi Transformator Berdasarkan Pengujian DGA
1. Sampel Minyak Pertama
Parameter Key Gas gas : H2, CO.
H2 CH4 C2H2 C2H4 C2H6 CO TDCG
Gas Indikasi fault : Korona,
Nilai
262 29 0 3 91 103 488 overheating cellulose.
(ppm)
300
200
100
0
CO
H2
CH4
C2H6
C2H4
C2H2
Jenis Gas
Gambar 5.1 Tabel dan Grafik Nilai Masing-masing Gas yang Terlarut pada Sampel Minyak
Pertama
2. Sampel Minyak Kedua
Parameter Key Gas : H2, C2H6.
H2 CH4 C2H2 C2H4 C2H6 CO TDCG
Gas
Indikasi fault : Korona,
Nilai
(ppm)
372 53 0 4 187 99 715 Permasalahan melibatkan
logam panas.
12 Universitas Indonesia
Jenis Gas
Gambar 5.2 Tabel dan Grafik Nilai Gas Terlarut dari Setiap Jenis Gas dari Sampel Minyak
Kedua
3. Sampel Minyak Ketiga
Parameter
H2 CH4 C2H2 C2H4 C2H6 CO TDCG
Gas
Nilai
416 206 0 4 417 422 1.465
(ppm)
500
400
300
200
100
0
CO
H2
CH4
C2H6
C2H4
C2H2
Jenis Gas
Gambar 5.3 Tabel dan Grafik Nilai Gas Terlarut dari Setiap Jenis Gas dari Sampel Minyak
Ketiga
4. Sampel Minyak Keempat
Key Gas : H2, CO, C2H6.
Parameter
H2 CH4 C2H2 C2H4 C2H6 CO TDCG
Gas Indikasi fault : Permasalahan
Nilai melibatkan logam panas ,
215 83 0 5 318 111 732
(ppm)
Korona, overheating cellulose.
13 Universitas Indonesia
Jenis Gas
Gambar 5.4 Tabel dan Grafik Nilai Gas Terlarut dari Setiap Jenis Gas dari Sampel Minyak
Keempat
5. Sampel Minyak Kelima
Parameter
H2 CH4 C2H2 C2H4 C2H6 CO TDCG
Gas
Nilai
187 32 0 2 143 59 423
(ppm)
200
150
100
50
0
CO
H2
CH4
C2H6
C2H4
C2H2
Jenis Gas
Gambar 5.5 Tabel dan Grafik Nilai Gas Terlarut dari Setiap Jenis Gas dari Sampel Minyak
Kelima
6. Sampel Minyak Keenam
Parameter
H2 CH4 C2H2 C2H4 C2H6 CO TDCG Key Gas gas : H2, CO.
Gas
Nilai Indikasi fault : Korona,
315 10 0 2 48 130 505
(ppm) overheating cellulose.
14 Universitas Indonesia
(ppm)
200
100
0
CO
H2
CH4
C2H6
C2H4
C2H2
Jenis Gas
Gambar 5.6 Tabel dan Grafik Nilai Gas Terlarut dari Setiap Jenis Gas dari Sampel Minyak
Keenam
10
y
=
-‐0.0035x
+
13.243
8
R²
=
0.16077
6
4
2
0
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
TDCG
(ppm)
15 Universitas Indonesia
Koefisien korelasi yang didapat ialah -0,40096. Berdasarkan interpretasi data, dengan
nilai koefisien korelasi tersebut, maka korelasi di antara kedua variabel, yaitu nilai TDCG
dan H2O masih tergolong rendah. Artinya, kedua parameter tersebut bisa jadi saling
memengaruhi tapi dalam tingkatan yang rendah dan berbanding terbalik, karena hasil
koefisien korelasinya bernilai negatif.
2. Analisis Korelasi Pengujian Kandungan Air dengan Pengujian Tegangan Tembus
10
y
=
-‐0.1604x
+
20.677
8
R²
=
0.38061
6
4
2
0
0
20
40
60
80
100
Tegangan
Tembus
(kV)
Gambar 5. 2 Kurva Nilai Tegangan Tembus vs H2O
Berdasarkan hasil grafik di atas, dapat terlihat bahwa hasil penggambaran nilai
Tegangan Tembus vs H2O memberikan persebaran data secara acak. Nilai R2 cukup kecil,
bernilai 0,3806 menunjukkan data yang kurang baik untuk ditarik trendline secara linier.
Tabel 5. 3 Pengolahan Data Koefisien Korelasi Tegangan Tembus dan H2O
Sample
BDV H 2O xi-! yi-! (xi-!)(yi-!) (xi-!)2 (yi-!)2
Uji
1 52.9 11.451 -3.51667 0.764833 -2.689664 12.36694 0.58497
2 67.1 9.968 10.68333 -0.71817 -7.672414 114.1336 0.515763
3 58.4 7.515 1.983333 -3.17117 -6.289481 3.933611 10.0563
4 45 14.525 -11.4167 3.838833 -43.82668 130.3403 14.73664
5 43.2 14.326 -13.2167 3.639833 -48.10646 174.6803 13.24839
6 71.9 6.332 15.48333 -4.35417 -67.41701 239.7336 18.95877
TOTAL -176.0017 675.1883 58.10083
Koefisien korelasi yang didapat ialah -0.88861. Berdasarkan tabel 5.9, nilai tersebut
menggambarkan korelasi di antara kedua variabel yang tinggi. Berbeda dengan sebelumnya,
16 Universitas Indonesia
berdasarkan nilai koefisien korelasinya, dapat disimpulkan bahwa nilai tegangan tembus
berbanding terbalik terhadap nilai kandungan air pada minyak transformator. Artinya, untuk
minyak transformator yang memiliki kandungan H2O tinggi, maka nilai tegangan tembus-nya
akan rendah. Analisis Korelasi Pengujian Analisis Gas Terlarut dengan Pengujian Tegangan
Tembus
80
y
=
-‐0.0218x
+
76.248
60
R²
=
0.06408
40
20
0
0
100
200
300
400
500
600
700
800
TDCG
(ppm)
Untuk kedua parameter ini, nilai koefisien yang didapat ialah 0.120488. Berdasarkan
tabel 5.10, nilai ini tergolong kategori sangat rendah.
Tabel 5. 5 Hasil Data Percobaan, Jenis Minyak dan Interpretasi Penilaian Kualitatif
17 Universitas Indonesia
VI. KESIMPULAN
1. Dari keenam sampel minyak yang diuji, indikasi awal yang terjadi adalah fenomena
kegagalan dengan tingkat energi yang rendah, seperti korona, overheated cellulose dan
permasalahan yang melibatkan logam panas.
2. Pengujian DGA (analisis gas terlarut) ialah parameter uji yang berdiri sendiri atau tidak
berkaitan dengan parameter uji lain. Sementara pengujian tegangan tembus dan
kandungan air memiliki korelasi yang tinggi, yaitu berbanding terbalik.
3. Dengan mengetahui salah satu parameter pengujian (DGA ataupun Kandungan Air) dapat
diprediksi hasil uji parameter lainnya, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian terhadap
kedua parameter, cukup dilakukan pengujian pada salah satu parameter.
4. Kondisi sampel minyak pertama, kedua, kelima dan keenam berada dalam kondisi yang
baik. Kondisi sampel minyak ketiga dan keempat masih berada dalam kondisi yang cukup
baik, namun telah menunjukkan beberapa indikasi kegagalan.
18 Universitas Indonesia
VII. KEPUSTAKAAN
[1] Arumdina, Riry Rizky. Life Assessment Minyak Isolasi pada Transformator Utama di
PLTP PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang. Depok : Universitas Indonesia.
2012.
[2] Simamora, Jonathan Fritz. Analisis Pengaruh Kenaikan Temperatur dan Umur Minyak
Transformator Terhadap Degradasi Tegangan Tembus Minyak Transformator. Depok :
Universitas Indonesia. Juni 2012.
[3] Hardityo, Rahmat. Deteksi dan Analisis Indikasi Kegagalan Transformator Dengan
Metode Analisis Gas Terlarut. Depok : Universitas Indonesia. 2007/2008.
[4] Faishal, Muhammad. Analisis Indikasi Kegagalan Transformator Dengan Metode
Dissolved Gas Analysis. Semarang : Universitas Diponegoro. 2011
[5] Chumaidy, Adib. Analisis Kegagalan Minyak Isolasi pada Transformator Daya Berbasis
Kandungan Gas Terlarut. Jakarta : 2008.
[6] IEEE Standard C57-104.1991. IEEE Guide for the Interpretation of Gases Generated in
Oil-Immersed Transformers. 1991.
[7] IEC Standard 60422-2005. Mineral Insulating Oils in Electrical Equipment-Supervision
and Maintenance Guidance. 2005.
[8] Jhony. Pengaruh Busur Api Terhadap Kekuatan Dielektrik Gas SF6. Medan : Universitas
Sumatera Utara. 2011.
[9] Fery Citarsa, Ida Bagus. Pengaruh Sifat Kimia Terhadap Sifat Listrik dari Minyak Isolasi
Transformator. Nusa Tenggara Barat : Universitas Mataram. 2011.
[10] Arismunandar, A. Teknik Tegangan Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta, April 1994.
[11] Chapman, Stephen J. Electric Machinery and Power System Fundamentals. Mc Graw
Hill. New York, 2002.
[12] Ashkezari, Atefeh Dehghani. Evaluating the Accuracy of Different DGA Tehnique for
Improving the Transformers Oil Quality Interpretation. Penelitian.
19 Universitas Indonesia