Sie sind auf Seite 1von 12

IDENTIFIKASI TANDA DAN GEJALA

SERTA FAKTOR RISIKO KASUS DBD DI KOTA JAMBI


Ummi Kalsum* dan Raden Halim*
*
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
Kampus Unja Pondok Meja, Jl. Tri Brata Km. 11 Jambi, Indonesia
E-mail: ummi2103@gmail.com
Dikirim: 1 Maret 2017; direvisi: 15Maret 2017 ; disetujui: 29 April 2017

Abstract
Almost every year dengue in Jambi city leads to extraordinary condition. The study aims to explore
the characteristics of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) cases by variables of people, place, time as
well as identification of its sign and symptom of DHF cases and risk factors in Jambi city (January
to March 2016). This is a descriptive study with cross sectional design. Population and sample are
all cases recorded in Health Office of Jambi City in first quarter of 2016.All is 340 cases. Data
collected by questionnaire, environmental observation and larva survey. Data analyzed by using
statistical analysis software. Characteristics of DHF patients are averagely in the age of 14.5 years,
female, students and from middle income class. Signs and early symptoms are high fever without
sound cause, feeling weak, fatigue and lethargy, loss of appetite and feeling dizzy, nausea or
vomiting. Rash as a thypical symptom only come up around 32.2% at the beginning of the fever. The
presence of wiggler is around 29%. Larvae Free Index is only 71%, the knowledge about DHF is
considered low (57.8%). Behavior toward prevention action toward dengue that is known as PSN
and 3M Plus are: regularly drain the tub (92.5%), scrubbing the tub (89.5%), closed the water
reservoirs (88.4%). But the behavior to bury used goods is only 16.2%, using mosquito repellent
(16.2%), grow fish (16.9%), routinely using abate 29.7%, using mosquito net 22% and installing
wire mesh 50.4%. The Subdistrict areas with the high risk of DHF are in South Jambi, Kota Baru
and Telanaipura. The community is expected to do prevention and control efforts by doing PSN and
3M Plus movement.
Keywords: Dengue hemorrhagic fever, GIS, Mapping, Risk Factors

Abstrak
Hampir setiap tahun DBD di Kota Jambi selalu menimbulkan kejadian luar biasa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita DBD menurut variabel orang, tempat dan waktu
serta identifikasi tanda dan gejala kasus DBD juga faktor risiko DBD di Kota Jambi (Januari-Maret
2016). Jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Populasi dan sampel adalah
seluruh kasus DBD yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Jambi triwulan I 2016. Jumlah kasus yang
ditemukan dan diwawancarai adalah 340 orang. Data dikumpulkan dengan kuisioner, observasi
lingkungan dan survei jentik. Data diolah dengan software pengolah data statistik. Penderita DBD
rata-rata berumur 14,5 tahun, perempuan, pelajar dan dari kelompok ekonomi menengah. Tanda dan
gejala awal yang sering dialami : demam tinggi tanpa sebab yang jelas, lemah, letih dan lesu, hilang
nafsu makan dan pusing, adanya mual atau muntah. Gejala khas DBD yaitu timbul ruam pada kulit
hanya 32,2% dialami saat awal demam. Keberadaan jentik nyamuk (29 %). Angka Bebas Jentik
hanya 71%. Pengetahuan tentang DBD masih rendah (57,8%). Perilaku PSN DBD dan 3M Plus:
92,5% rutin menguras bak mandi, 89,5% menyikat bak mandi, 88,4% menutup tempat penampungan
air. Namun perilaku mengubur barang bekas hanya 16,2%. Memakai anti nyamuk (16,2%),
memelihara ikan (16,9%), rutin memakai abate 29,7%, 22% memakai kelambu serta 50,4%
memasang kawat kasa. Wilayah kecamatan dengan risiko tinggi DBD di Kecamatan Jambi Selatan,
Kota Baru dan Telanaipura. Masyarakat diharapkan melakukan upaya pencegahan dan pengendalian
dengan melakukan PSN dan gerakan 3M Plus.
Kata Kunci: DBD, GIS, Faktor risiko, Pemetaan

Identifikasi Tanda dan Gejala Serta Faktor Risiko Kasus DBD di Kota Jambi– Ummi Kalsum dan
Raden Halim| 13
PENDAHULUAN urbanisasi, mobilitas dan kepadatan penduduk
serta transportasi.
Penyakit Demam Berdarah Dengue Hasil pengamatan Ditjen P2PL Depkes
(DBD) masih menjadi salah satu masalah RI tahun 2009, pada daerah dengan indeks
kesehatan masyarakat utama di Indonesia, curah hujan (ICH) tinggi perlu kewaspadaan
demikian pula di Jambi. Hampir setiap tahun sepanjang tahun, sedangkan daerah yang
setiap awal musim penghujan jumlah kasus terdapat musim kemarau maka kewaspadaan
DBD selalu meningkat dan menimbulkan terhadap DBD dimulai saat masuk musim
kejadian luar biasa (KLB). KLB pada tahun hujan, namun hal ini jika faktor-faktor risiko
2013, menempatkan Jambi sebagai Provinsi lain telah dihilangkan atau tidak ada. Faktor
dengan angka kematian tertinggi akibat DBD risiko lain itu seperti perilaku dan faktor
di Indonesia dengan CFR = 2,82 (Kemenkes, epidemiologi lainnya.
2015). Setelah musim kemarau yang panjang
Diantara Kabupaten Kota yang ada di melanda Kota Jambi hingga mengakibatkan
Provinsi Jambi, Kota Jambi merupakan bencana kabut asap pada bulan Agustus s.d.
daerah dengan jumlah kasus DBD terbanyak November 2015, memasuki awal musim
setiap tahun. Kota Jambi merupakan kota penghujan selama bulan Desember 2015,
yang sedang mengalami pertumbuhan dan telah terjadi peningkatan kasus DBD yang
percepatan pembangunan di segala bidang. sangat signifikan selama bulan Januari hingga
Bertambahnya kepadatan penduduk dan Maret 2016. Hal ini diperparah pula dengan
terjadinya perubahan distribusi penduduk, ditemukannya virus zika yang juga ditularkan
tingginya mobilitas penduduk yang dibarengi oleh nyamuk yang sama yaitu Aides Aegypti
dengan perubahan iklim serta faktor di Jambi oleh Lembaga Biologi Molekuler
epidemiologi lainnya, dimungkinkan dapat Eijkman.
menyebabkan terjadinya peningkatan dan Gejala dan tanda penyakit DBD,
penyebaran kasus DBD (Depkes RI, 2009). infeksi virus Zika dan penyakit Chikungunya
Banyak penelitian yang telah (yang juga pernah mewabah di Provinsi
dilakukan, baik yang berhubungan dengan Jambi pada tahun 2010) memiliki kemiripan,
faktor penyebab, diagnostik dan prognostik. sehingga hal ini juga perlu diidentifikasi
Beberapa faktor penyebab yang ditemukan secara lebih lanjut. Ketiga penyakit ini juga
berhubungan dengan penyakit DBD adalah ditularkan oleh nyamuk yang sama. Namun
faktor host (umur, jenis kelamin, mobilitas), keganasan dan sifat akut DBD yang banyak
faktor lingkungan (kepadatan rumah, adanya menyerang kelompok anak-anak jika tidak
tempat perindukan nyamuk, tempat segera tertangani dengan tepat, masih
peristirahatan nyamuk, kepadatan nyamuk, merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan
angka bebas jentik (ABJ), curah hujan, iklim), masyarakat.
faktor perilaku (pola tidur, kegiatan Hingga saat ini vaksin dan obat
pemberantasan sarang nyamuk, menguras, terhadap Virus Dengue belum ditemukan,
membuang atau mengubur sarang nyamuk) sehingga salah satu strategi utama
(Wahyono, et al, 2009). pengendalian DBD adalah melakukan upaya
Penelitian Ariyadi (2012) menemukan preventif dengan pemutusan mata rantai
ada hubungan yang bermakna antara jumlah penularan melalui gerakan Pemberantasan
kontainer, kondisi sanitasi rumah dan Sarang Nyamuk (PSN), artinya pengendalian
keberadaan jentik dengan kejadian DBD di lingkungan masih menjadi upaya ampuh
Jambi. Menurut Sukowati, perubahan iklim dalam penanggulangan DBD (Nadesul,
dapat memperpanjang masa penularan 1995).
penyakit yang ditularkan melalui vektor dan Pemerintah Kota Jambi telah
mengubah luasnya geografis persebarannya, melakukan upaya untuk membatasi
dengan kemungkinan menyebar ke daerah penyebaran penyakit DBD seperti gerakan
yang kekebalan populasinya rendah dan atau Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang
dengan infrastruktur kesehatan masyarakat terus menerus, pengasapan (fogging) dan
yang kurang. Selain perubahan iklim, faktor larvasidasi dan kegiatan ABJ secara berkala,
risiko yang mungkin mempengaruhi namun kejadian DBD tetap meningkat
penularan DBD adalah faktor lingkungan, padahal ABJ menunjukkan angka yang baik
(>= 95%). Setiap musim penghujan tiba, tidak

14| Jurnal Khazanah Intelektual | Volume 1 Nomor 1 April 2017: 13 - 24


lama kemudian jumlah penderita DBD akan yang kurang lengkap atau adanya kesalahan
segera meningkat secara signifikan, dan hal diagnosa.
ini terjadi berulang setiap tahun. Kriteria inklusi pada penelitian ini
Kebiasaan masyarakat menampung air yaitu kasus dengan diagnosa positif DBD
dalam wadah-wadah penampung seperti terkonfirmasi laboratorium di Kota Jambi
ember, baskom, gentong, bak mandi dan lain- selama periode Januari s.d. Maret 2016 yang
lain juga menjadi penyumbang tingginya tercatat di Dinas kesehatan Kota Jambi,
angka DBD. Nyamuk Aedes menyukai air bersedia menjadi responden dengan
bersih yang ditampung lama dalam suatu menandatangani informed consent, tinggal
wadah terutama wadah penampung air yang atau berdomisili di Kota Jambi dan berhasil
tidak ditutup dan tidak pernah dibersihkan ditemukan selama masa pengumpulan data.
dengan baik, semakin banyak tempat Adapun yang menjadi kriteria eksklusi
penampungan semakin banyak pula jentik penelitian ini adalah saat penelitian
nyamuk yang berkembang biak. Selain itu responden sedang sakit parah atau pindah ke
banyak sampah berserakan dan menumpuk Kota atau daerah lainnya.
lebih dari seminggu terutama sampah yang Kerangka pikir penelitian
bisa menampung air seperti botol, gelas dikembangkan berdasarkan identifikasi faktor
plastik air mineral dan lain-lainnya, bila hujan risiko menurut karakteristik orang, tempat
turun dapat menampung air hujan yang dan waktu pada penderita DBD. Variabel
menjadi tempat nyamuk meletakkan telurnya yang diteliti adalah karakteristik internal
dan berkembang biak. (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
Ada kecenderungan perubahan tanda dan tingkat sosial ekonomi), tingkat
dan gejala penyakit DBD, sehingga pengetahuan DBD, identifikasi tanda dan
kemungkinan menyebabkan terlambatnya gejala, kondisi kesehatan lingkungan,
deteksi kasus yang berakibat pada kematian. keberadaan jentik, perilaku PSN DBD yang
Tujuan penelitian ini adalah melakukan dilaksanakan oleh kasus atau responden.
identifikasi faktor risiko menurut variabel Pengumpulan data dengan wawancara
epidemiologi (orang, tempat dan waktu) serta menggunakan kuesioner serta observasi jentik
tanda dan gejala DBD di Kota Jambi. dan kondisi lingkungan rumah responden.
Data diolah menggunakan sistem komputer
METODE PENELITIAN (software komputer). Pengolahan data
dilakukan untuk semua variabel yang ada
Jenis penelitian adalah deskriptif dalam kuesioner. Instrumen dalam penelitian
dengan desain cross sectional. Lokasi ini adalah naskah penjelasan dan informed
penelitian adalah seluruh kelurahan yang ada consent, kuesioner penelitian, lembar survei
di Kota Jambi. Waktu penelitian dilaksanakan jentik dan observasi lingkungan rumah.
selama bulan Maret s.d Oktober 2016. Kasus Analisis data secara univariate
DBD yang diteliti adalah penderita selama terhadap semua variabel yang diteliti yaitu
triwulan 1 yaitu bulan Januari sampai dengan umur, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi,
Maret 2016. tingkat pengetahuan, perilaku PSN DBD,
Populasi dalam penelitian ini adalah kondisi sanitasi lingkungan perumahan dan
seluruh kasus DBD di Kota Jambi yang keberadaan jentik di rumah kasus.
terjadi selama Januari-Maret 2016 yang telah
tercatat di Dinas Kesehatan Kota Jambi HASIL DAN PEMBAHASAN
berjumlah 455 kasus. Sampel adalah seluruh
kasus DBD di Kota Jambi selama periode Karakteristik kasus terlihat pada
Januari-Maret 2016 yang tercatat di Dinas Tabel 1 dimana distribusi jenis kelamin
Kesehatan Kota Jambi yang memenuhi kurang lebih sama, namun lebih banyak
kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel perempuan. Sebagaian besar pekerjaan
yang berhasil ditemukan kembali dan penderita DBD adalah pelajar/mahasiswa
bersedia menjadi responden adalah 340 atau ibu rumah tangga yang memang
orang. Respon rate pada penelitian ini adalah berisiko tinggi berdasarkan aktivitasnya yang
75%. Kebanyakan dari responden tidak kebanyakan di rumah. Pendidikan penderita
berhasil ditemukan kembali karena alamat DBD adalah tidak atau belum sekolah serta
belum tamat SD yaitu mencapai 51,2%,

Identifikasi Tanda dan Gejala Serta Faktor Risiko Kasus DBD di Kota Jambi– Ummi Kalsum dan
Raden Halim| 15
dimana hal ini menunjukkan bahwa jelas, lemah, letih dan lesu, hilang nafsu
kelompok usia sekolah adalah kelompok makan dan pusing, kemudian diikuti dengan
yang berisiko tinggi untuk terjadinya kasus adanya mual atau muntah (65%). Gejala
DBD. Selanjutnya berdasarkan simpulan awal yang menjadi khas kasus DBD yaitu
data numerik bahwa rata-rata umur penderita timbul bintik merah pada kulit, ternyata
DBD adalah 14,5 tahun, dimana rentang hanya dialami oleh 32,2% penderita saja.
umur penderita sangat bervariasi yaitu Selanjutnya tanda dan gejala yang
minimal berumur 1 tahun dan maksimal menunjukkan bahwa penderita terlambat
hingga berumur 72 tahun yang berarti bahwa mendapatkan penanganan adalah muntah
penyakit DBD dapat menyerang semua darah, mimisan dan tangan dingin sudah
kelompok umur. dialami oleh 15,2 % penderita. Tanda gejala
Pendidikan penderita DBD adalah awal lainnya seperti nyeri ulu hati, sakit
tidak atau belum sekolah serta belum tamat persendian, mata merah dan berair hanya
SD yaitu mencapai 51,2%, dimana hal ini dialami diantara 35-40% penderita saja.
menunjukkan bahwa kelompok usia sekolah Pada tabel 3 disajikan hasil analisis
adalah kelompok yang berisiko tinggi untuk terhadap kondisi perumahan dan sanitasi
terjadinya kasus DBD. Selanjutnya lingkungan perumahan penderita DBD
berdasarkan simpulan data numerik bahwa dimana sebagian besar jenis lantai, jenis
rata-rata umur penderita DBD adalah 14,5 dinding dan jenis atap adalah permanen,
tahun, dimana rentang umur penderita sangat berturut-turut 93,2%, 87,9% dan 75,4%.
bervariasi yaitu minimal berumur 1 tahun Lebih dari separuh sarana air bersih
dan maksimal hingga berumur 72 tahun yang menggunakan sumur gali mencapai 53,7%
berarti bahwa penyakit DBD dapat dan PDAM/perpipaan sebanyak 33,8%.
menyerang semua kelompok umur. Namun rumah penderita yang mempunyai
tempat penampungan sampah hanya 62,2%,
Tabel 1. Karakteristik Kasus DBD Kota Jambi artinya masih ada 37,5% yang tidak
Periode Januari-Maret Tahun 2016 (n=340) mempunyai tempat penampungan sampah.
Bentuk wadah sampah yang digunakan
Karakteristik Frekuensi %
seharusnya adalah tertutup untuk mencegah
(n)
Jenis Kelamin
penularan penyakit DBD, namun hanya
25,4% saja rumah penderita yang
Laki-laki 164 48,4 mempunyai wadah sampah tertutup. Adapun
Perempuan 175 51,6 cara penanganan sampah kebanyakan adalah
Umur diangkut petugas (43,6%) dan dibakar
Balita (<= 5 tahun) 61 18,2
(36,1%). Penderita yang mempunyai sarana
pembuangan air limbah sendiri sudah
Anak-anak (6-14 146 43,5 mencapai 72,6%. Hal ini cukup baik,
tahun)
meskipun masih ada 27,4% yang masih
Remaja (15-19 tahun) 59 17,6
membuang secara komunal (bersama).
Dewasa (>= 20 tahun) 70 20,8 Keberadaan jentik pada rumah
Pekerjaan penderita kasus, saat dilakukan survey adalah
Tidak bekerja 292 87,2 29,3% saja rumah yang mempunyai jentik.
Dimana Proporsi rumah yang bebas jentik
Tidak tetap 10 3
hanya 71%. Dan proporsi rumah yang
Tetap 33 9,9 memeriksa rutin jentik nyamuknya hanya
Pendidikan 38,3%. Hal ini menggambarkan bahwa
Rendah 259 77,5 angka bebas jentik masih rendah belum
75 22,5
mencapai target yang ditetapkan yaitu ABJ
Tinggi
>=95%.
Perilaku PSN DBD dan 3M Plus yang
dilakukan oleh kasus atau responden
Sedangkan tanda dan gejala awal yang sebagaimana terlihat pada Tabel 4 dimana
sebagian besar dialami oleh kasus DBD 92,5% menguras bak mandi secara rutin,
dapat dilihat pada Tabel 2 dimana gejalanya 89,5% menyikat bak mandi serta 88,4%
adalah : demam tinggi tanpa sebab yang menutup tempat penampungan air. Perilaku

16| Jurnal Khazanah Intelektual | Volume 1 Nomor 1 April 2017: 13 - 24


PSN DBD dan 3M Plus yang dilakukan oleh bak mandi secara rutin, 89,5% menyikat bak
Kasus atau responden sebagaimana terlihat mandi serta 88,4% menutup tempat
pada tabel diatas dimana 92,5% menguras penampungan air.

Tabel 2. Tanda dan gejala awal yang dialami penderita DBD Triwulan 1 Tahun 2016
Gejala Awal Ya Tidak
N % n %
Demam tinggi tanpa sebab yang jelas 319 94,7 18 5,3
Lemah letih lesu 291 86,4 46 13,6
Hilang Nafsu makan 272 80,7 65 19,3
Pusing 282 83,9 54 16,1
Mual atau muntah 218 64,7 119 35,3
Timbul bintik merah 109 32,2 227 67,8
Nyeri Ulu hati 124 37,1 210 62,9
Sakit Persendian 134 39,8 203 60,2
Mata merah dan berair 118 35,2 217 64,8
Muntah darah, mimisan,tangan dingin 51 15,2 285 84,8

Tabel 3. Kondisi Sanitasi Lingkungan dan keberadaan Jentik di Rumah Kasus DBD Kota Jambi
Kondisi Perumahan dan Sanitasi N %
Jenis Lantai
Permanen 315 93,2
Non Permanen 22 6,5
Jenis Dinding
Permanen 297 87,9
Non Permanen 41 12,1
Jenis Atap
Permanen 255 75,4
Non Permanen 83 24,6
Sarana Air Bersih
SGL 181 53,7
PDAM/Perpipaan 114 33,8
Sumur Bor 34 10,1
PAH 1 0,3
Sungai/Danau 1 0,3
Lainnya 6 1,8
Tempat Penampungan sampah
Ada 209 62,2
Tidak 126 37,5
Bentuk Wadah Sampah
Tertutup 67 25,4
Terbuka 196 74,2
Cara Penanganan Sampah
Diangkut petugas 139 43,6

Identifikasi Tanda dan Gejala Serta Faktor Risiko Kasus DBD di Kota Jambi– Ummi Kalsum dan
Raden Halim| 17
Kondisi Perumahan dan Sanitasi N %
Ditimbun dalam tanah 2 ,6
Dibuat kompos 4 1,3
Dibakar 115 36,1
Langsung ke got/sungai 24 7,5
Sembarangan 6 1,9
Lainnya 29 9,1
Sarana pembuangan limbah
Sendiri/rumah tangga 244 72,6
Komunal (bersama) 92 27,4
Ada Jentik Nyamuk
Ya 98 29,3
Tidak 237 70,7
Periksa rutin jentik nyamuk
Ya 129 38,3
Tidak 208 61,7

Tabel 4. Perilaku PSN DBD Responden Kasus DBD di Kota Jambi (n=339)
Upaya n %
Kuras Bak mandi rutin
Ya 310 92,5
Tidak 25 7,5
Menyikat Bak
Ya 298 89,5
Tidak 35 10,5
Menutup TPA
Ya 298 88,4
Tidak 39 11,6
Mengubur Barang Bekas

Ya 54 16,2
Tidak 280 83,8
Memakai Anti Nyamuk
Ya 257 16,2
Tidak 80 83,8
Memelihara Ikan
Ya 57 16,9
Tidak 280 83,1
Abate Rutin
Ya 100 29,7
Tidak 237 70,3
Memakai Kelambu
Ya 74 22,0
Tidak 263 78,0

18| Jurnal Khazanah Intelektual | Volume 1 Nomor 1 April 2017: 13 - 24


Memasang Kawat Kasa
Ya 170 50,4
Tidak 167 49,6

Tabel 5 berikut menunjukkan tingkat per 100.000 penduduk dan selanjutnya


pengetahuan responden atau kasus tentang wilayah Puskesmas Rawasari yang mencapai
penyakit DBD yang meliputi cara penyebab 79 per 100.000 penduduk. Sedangkan jumlah
penyakit DBD, cara penularan, ciri-ciri kasus terendah ditemukan di wilayah
nyamuk penular, siapa yang sering tertular Kecamatan Paal Merah II dengan Incidence
dan orang yang dapat ditulari, cara Rate adalah sebesar 5 per 100.000 penduduk.
pencegahan seperti 3M dan PSN yang terdiri Suatu daerah dikatakan berisiko tinggi
dari 12 item pertanyaan. Titik potong jika angka insidens atau IR > 55. Pada
digunakan dengan kriteria mempunyai triwulan 1 Tahun 2016 menunjukkan bahwa
pengetahuan baik atau tinggi jika >= 75% ada 6 wilayah Puskesmas yang berisiko
nilai skor benar dan sebaliknya. Diketahui tinggi yaitu Pakuan Baru, Paal X, Rawasari,
bahwa responden atau kasus yang Kenali Besar, Talang Bakung dan Kebun
mempunyai pengetahuan yang rendah masih Handil. Sedangkan dengan kriteria sedang
cukup tinggi yaitu mencapai 57,8%. Untuk jika insidence rate berada diantara 20-55
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. yaitu terdapat di Puskesmas Talang Banjar,
Tahtul Yaman, Simpang Kawat, Simpang IV
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan DBD Sipin, Selincah, Paal V, Olak Kemang, Koni
Responden DBDPeriode Januari-Maret di dan Kebun Kopi. Hanya 4 Puskesmas saja
Kota Jambi (n=339) yang mempunyai risiko rendah.
Tingkat n % Menurut wilayah kecamatan, daerah
Pengetahuan dengan risiko tinggi terdapat di tiga
Rendah 196 57,8 Kecamatan yaitu Jambi Selatan, Kota Baru
dan Telanaipura. Sedangkan daerah dengan
Tinggi 143 42,2
risiko sedang ada di enam wilayah
Kecamatan yaitu Jelutung, Danau Teluk,
Pelayangan, Alam Barajo, Jambi Timur dan
Gambaran Kejadian DBD selama Pasar Jambi. Daerah berisiko tinggi
Triwulan 1 Tahun 2016 di Kota Jambi merupakan daerah dengan jumlah penduduk
yang padat dan termasuk pusat kota, karena
Jumlah kasus yang ditemukan pada wilayah perkantoran terpusat di daerah
survey ini adalah 340 orang, berdasarkan tersebut. Komplek perkantoran Provinsi
insidence rate didapatkan penderita DBD berada di wilayah Kecamatan Telanaipura
terbanyak di wilayah kecamatan Jambi sedangkan komplek perkantoran Kota Jambi
Selatan dengan Insidence Rate 110 per berada di wilayah Kecamatan Kotabaru.
100.000 penduduk, kemudian diikuti dengan Ada kaitan antara breeding place
wilayah Kotabaru dengan Insidence Rate 108 (seperti bak mandi) dan pengelolaan sampah
per 100.000 penduduk dan wilayah Telanai dengan tingginya kejadian DBD di wilayah
Pura yang mencapai 56 per 100.000 tersebut, karena di komplek perkantoran
penduduk. Sedangkan jumlah kasus terendah sering sekali ditemukan positif jentik, karena
ditemukan di wilayah Kecamatan Paal tempat penampungan air sering tidak
Merah dengan Incidence Rate adalah sebesar dibersihkan secara rutin setiap minggu.
14 per 100.000 penduduk. Pengelolaan sampah sendiri juga sering
Berdasarkan distribusi tersebut terabaikan. Ini menyebabkan tempat hidup
ternyata penderita tertinggi berada di wilayah dan berkembang biak bagi nyamuk DBD
kerja Puskesmas Pakuan Baru dengan tersedia sehingga populasi semakin
Insidence Rate 100 per 100.000 penduduk, berkembang dan menimbulkan tingginya
kemudian diikuti dengan wilayah kerja angka kejadian DBD di daerah tersebut.
Puskesmas Paal V dengan Incidence Rate 84

Identifikasi Tanda dan Gejala Serta Faktor Risiko Kasus DBD di Kota Jambi– Ummi Kalsum dan
Raden Halim| 19
Karakteristik Penderita kulit, ternyata tidak dialami oleh setiap
penderita DBD. Hal ini perlu diwaspadai
Temuan pada studi ini adalah oleh masyarakat, bahwa tanpa menunggu
distribusi penderita DBD terbanyak pada adanya bintik merah (ruam kulit) timbul, jika
kelompok usia anak-anak (antara 6-14 tahun) mendapati gejala demam tanpa sebab yang
hal ini sejalan dengan banyak studi terdahulu jelas, lemah, letih, hilang nafsu makan serta
yang menemukan bahwa DBD memang pusing, maka harus segera dicek laboratium
banyak diderita oleh kelompok usia anak- tidak boleh lebih dari 2 hari sejak pertama
anak diantaranya yaitu Maria, et al (2013) kali demam. Untuk menghindari
dan Birgit et al (2004), namun hasil studi ini keterlambatan penanganan karena gejala dan
tidak sejalan dengan hasil studi Wahyono et tanda sudah mulai berubah. Klasifikasi kasus
al (2010) dan juga hasil penelitian Hasan dan yang disepakati saat ini adalah : 1) Dengue
Ayubi (2007) yang menemukan bahwa kasus tanpa tanda bahaya; 2) Dengue dengan tanda
DBD terbanyak terjadi pada golongan usia bahaya dan 3) Dengue berat. Sedangkan
15-49 tahun mencapai 77,34%. gambaran klinis penderita terdiri dari tiga
Menurut distribusi jenis kelamin hasil yaitu fase febris, fase kritis dan fase
studi ini merata diantara laki-laki dan pemulihan (Sudjana, 2010).
perempuan, meskipun sedikit lebih banyak Hasil studi ini juga menemukan bahwa
pada perempuan, pola ini sejalan dengan terdapat 15,2% penderita yang terlambat
hasil yang ditemukan oleh Wahyono et al mendapatkan penanganan karena sudah
(2010) namun sedikit berbeda dengan hasil mengalami tanda dan gejala awal seperti
studi Hasan dan Ayubi (2007) di Kota muntah darah, mimisan dan tangan dingin.
Bandar Lampung yang menemukan Hal ini dikarenakan tanda dan gejala khas
distribusi penderita DBD lebih banyak pada berupa ruam merah dikulit sudah tidak
perempuan dan distibusinya mencapai 67,5% muncul di awal demam. Untuk mengetahui
dan juga penelitian Maria et al (2013) yang adanya kecenderungan perdarahan dapat
menemukan lebih banyak pada jenis kelamin dilakukan dengan uji torniquet, walaupun
laki-laki. banyak faktor yang mempengaruhi uji ini
Menurut karakteristik pendidikan namun sangat membantu diagnosis agar
kasus jumlah terbanyak adalah tidak terjadi keterlambatan penderita
berpendidikan rendah atau masih berstatus ditangani.
sekolah dasar dan pra sekolah, hal ini sejalan Hasil studi ini juga menemukan bahwa
dengan hasil yang ditemukan oleh Wahyono gejala sakit yang sebagian besar dialami oleh
et al (2010) namun sedikit berbeda dengan penderita DBD adalah : demam tinggi tanpa
hasil studi Hasan dan Ayubi (2007) di Kota sebab yang jelas, lemah, letih dan lesu,
Bandar Lampung. hilang nafsu makan dan pusing, kemudian
Menurut karakteristik pekerjaan kasus diikuti dengan adanya mual atau muntah.
jumlah terbanyak adalah pada kelompok Mirip dengan gejala awal distribusinya.
pelajar/mahasiswa/tidak bekerja, hal ini Gejala khas kasus DBD yaitu timbul bintik
dikarenakan kelompok penderita terbanyak merah pada kulit, ternyata tidak dialami oleh
memang berumur pelajar yaitu antara 6-14 semua kasus. Hal ini yang perlu diwaspadai
tahun. Hal ini sejalan dengan studi yang oleh masyarakat, bahwa gejala khas bintik
Wahyono et al dan Hasan dan Ayubi di merah di kulit tidak perlu ditunggu muncul
Bandar Lampung. sebagai gejala khas DBD, penegakan
diagnosis dengan pemeriksaan darah sedini
Distribusi Tanda dan Gejala mungkin, harus dilakukan begitu mendapati
gejala awal berupa demam tinggi tanpa sebab
Hasil studi ini menemukan bahwa yang jelas, lemah, letih dan lesu, hilang nafsu
tanda dan gejala awal yang sebagian besar makan dan pusing, atau adanya
dialami oleh kasus DBD adalah : demam mual/muntah.
tinggi tanpa sebab yang jelas, lemah, letih
dan lesu, hilang nafsu makan dan pusing, Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga
kemudian diikuti dengan adanya mual atau
muntah. Gejala awal yang menjadi khas Hasil studi ini menemukan bahwa
kasus DBD yaitu timbul bintik merah pada tingkat sosial ekonomi berdasarkan tingkat

20| Jurnal Khazanah Intelektual | Volume 1 Nomor 1 April 2017: 13 - 24


pendapatan keluarga kebanyakan kasus Keberadaan Jentik
adalah pada sosial ekonomi menengah Hasil studi ini menemukan bahwa
keatas. Distribusi proposi pendapatan keberadaan jentik pada rumah penderita
keluarga kasu berkisar antara Rp. 1 juta kasus, masih ditemukan cukup banyak.
hingga Rp. 2 juta/bulan diikuti Rp. 3-4 Dimana Proporsi rumah yang bebas jentik
juta/bulan namun merata proporsinya hingga hanya 71% (ABJ). Hal ini jauh lebih rendah
pendapatan > Rp. 5 juta/bulan. Hal ini dibandingkan target yang ditetapkan yaitu
menunjukkan bahwa penyakit DBD tidak ABJ >=95%, supaya terhindar dari penularan
mengenal batasan apapun. Tidak ada kaitan DBD. Hasil studi ini mengindikasikan bahwa
antara tingkat sosial ekonomi karena yang keberadaan jentik nyamuk pada rumah
mungkin berpengaruh adalah perilaku penderita responden kemungkinan menjadi
pemberantasan sarang nyamuk. Namun di faktor risiko kejadian DBD. Hal ini sejalan
Kota Jambi karakteristik penderita berasal dengan hasil studi Maria et al (2013) di Kota
kebanyakan dari sosial ekonomi menengah. Makassar yang menemukan bahwa densitas
Perlu pengkajian lebih dalam dengan larva yang tinggi pada kelompok kasus
melakukan penelitian lanjutan terhadap meningkatkan risiko kejadian DBD
determinan kejadian DBD di Kota Jambi dibandingkan densitas larva yang rendah.
menggunakan metode observasional analitik Hasil studi ini juga menemukan bahwa
sehingga mampu ditegakkan kausal proporsi rumah yang memeriksa rutin jentik
inferensial terhadap kejadian DBD tersebut. nyamuknya hanya 38,3%. Hal ini masih jauh
dari yang diharapkan. Program yang
Sanitasi Lingkungan diluncurkan di Kota Jambi yang melibatkan
Hasil studi ini tentang kondisi juru pemantau jentik pada satu keluarga satu
perumahan dan sanitasi lingkungan orang sudah mulai diluncurkan agar
perumahan penderita DBD menemukan masyarakat dapat melakukan kewaspadaan
bahwa sebagian besar jenis lantai, jenis dini terhadap kejadian DBD.
dinding dan jenis atap adalah permanen.
Lebih dari separuh sarana air bersih Perilaku PSN dan 3M
menggunakan sumur gali mencapai dan
PDAM/perpipaan. Namun rumah penderita Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
yang mempunyai tempat penampungan dengan gerakan 3M Plus yaitu mengubur
sampah hanya 62,2%, artinya masih ada barang-barang bekas yang tidak terpakai,
37,5% yang tidak mempunyai tempat menutup tempat-tempat penampungan air
penampungan sampah. Bentuk wadah serta menguras bak mandi serta menyikat
sampah yang digunakan seharusnya adalah minimal seminggu sekali merupakan gerakan
tertutup untuk mencegah penularan penyakit yang sangat efektif untuk mencegah
DBD, namun hanya 25,4% saja rumah penularan serta meningkatnya kejadian
penderita yang mempunyai wadah sampah penyakit DBD.
tertutup. Adapun cara penanganan sampah Hasil studi ini terhadap gambaran
kebanyakan adalah diangkut petugas dan perilaku PSN DBD dan 3M Plus yang
dibakar. dilakukan oleh kasus atau responden sudah
Penderita yang mempunyai sarana cukup banyak yang melakukan menguras
pembuangan air limbah sendiri sudah dan menyikat bak mandi secara rutin serta
mencapai 72,6%, namun masih cukup menutup tempat penampungan air (2M),
banyak yang membuang secara komunal meskipun masih cukup banyak juga yang
(bersama). Wilayah penelitian adalah Kota tidak melakukannya.
Jambi, dimana mempunyai kepadatan Namun perilaku mengubur barang
penduduk yang cukup padat. Gambaran bekas masih sangat sedikit yang
sanitasi lingkungan sebagian sudah melakukannya (< 20%). Padahal gerakan
membaik, namun perilaku dalam mengelola mengubur barang bekas ini yang menjadi
sanitasi lingkungan tersebut yang faktor penting karena berkaitan dengan
kemungkinan menjadi pemicu timbulnya breeding place nyamuk untuk hidup dan
kasus DBD yang tinggi, disamping adanya berkembang biak secara subur. Hal ini
faktor-faktor lainnya. diperkuat dengan hasil studi Hasyimi dan
Wiku (1997) dimana melaksanakan 3M

Identifikasi Tanda dan Gejala Serta Faktor Risiko Kasus DBD di Kota Jambi– Ummi Kalsum dan
Raden Halim| 21
(PSN) merupakan faktor yang dapat kesehatan sudah dekat dan mudah, demikian
mencegah terjadinya penularan penyakit pula paparan media sudah cukup banyak.
DBD. Hasil studi Anupong et al (2005) juga Hasil studi ini juga menemukan bahwa
menemukan bahwa keberadaan kontainer masyarakat masih belum mendapatkan upaya
(tempat hidup nyamuk Aides Aegypthy) atau tindakan oleh Puskesmas yang sesuai
merupakan saah satu faktor risiko kejadian dengan Protap atau SOP pada kasus DBD
DBD. yang ditemukan yaitu harus mendapatkan
Hasil studi ini menemukan bahwa penyelidikan kasus dan identifikasi kasus
perilaku memakai anti nyamuk, memelihara demam pada radius 200 m dari rumah
ikan, memakai abate secara rutin, memakai penderita serta identifikasi jentik nyamuk di
kelambu masih sedikit dilakukan oleh rumah kasus. Demikian pula masih banyak
responden. Perilaku Plus untuk mencegah kasus DBD yang mengaku tidak
gigitan nyamuk DBD perlu dilakukan mendapatkan tindakan Fogging
dikarenakan hasil studi Hasan (20017) serta (pengasapan) sebagai upaya pemberantasan
Hasyimi dan Wiku (1997) menyatakan nyamuk dewasa agar memutus mata rantai
bahwa menghindari gigitan nyamuk atau penularan penyakit oleh Dinas Kesehatan
melakukan gerakan 3M (PSN) sangat Kota Jambi. Hasil studi ini membuktikan
berhubungan dengan kejadian DBD. bahwa tidak adanya tindakan Investigasi
Hasil studi ini juga menemukan lebih (Penyelidikan Epidemiologi) serta masih
dari setengah rumah penderita DBD sudah banyaknya kasus yang tidak mendapatkan
memasang kawat kasa pada ventilasi fogging kemungkinan merupakan salah satu
rumahnya. Namun masih banyak yang belum faktor meluasnya kasus secara signifikan
melakukan pemasangan kawat kasa untuk selama tiga bulan pertama tahun 2016 hingga
menghindari masuknya nyamuk ke dalam mencapai jumlah yang melewati dua kali
rumah. Hasil studi ini mendukung hasil lipat dari tahun sebelumnya.
penelitian Birgit et al (2004) yang Perlu dilakukan upaya untuk
menemukan bahwa tidak memakai kawat mengidentifikasi faktor risiko setiap kasus
kasa menjadi faktor risiko terjadinya DBD. positif DBD sesegera mungkin, dalam masa
inkubasi dan melakukan pengasapan untuk
Tingkat Pengetahuan DBD membunuh nyamuk dewasa, walaupun hasil
studi membuktikan ada beberapa insektisida
Tingkat pengetahuan responden atau yang saat ini sudah mengalami resistensi,
kasus tentang penyakit DBD yang meliputi yang artinya sudah banyak nyamuk yang
cara penyebab penyakit DBD, cara resisten terhadap insektisida seperti
penularan, ciri-ciri nyamuk penular, siapa Malathion yang juga digunakan oleh banyak
yang sering tertular dan orang yang dapat instansi Kabupaten/Kota.
ditulari, cara pencegahan seperti 3M dan
PSN yang terdiri dari 12 item pertanyaan. SIMPULAN DAN SARAN
Titik potong digunakan dengan kriteria Simpulan
mempunyai pengetahuan baik atau tinggi 1. Pada triwulan 1 tahun 2016 ada enam
jika >= 75% nilai skor benar dan sebaliknya. wilayah Puskesmas yang berisiko tinggi
Hasil studi ini menemukan bahwa responden yaitu Pakuan Baru, Paal X, Rawasari,
atau kasus yang mempunyai pengetahuan Kenali Besar, Talang Bakung dan Kebun
yang rendah masih tinggi (lebih dari Handil yang memiliki Insidence Rate>
setengah). 55/100.000 penduduk. Risiko sedang jika
Meskipun tinggal di wilayah insidence rate berada 20-55 per 100.00
perkotaan, namun masih banyak masyarakat yaitu terdapat di Puskesmas Talang
yang belum tahu tentang penyakit DBD, apa Banjar, Tahtul Yaman, Simpang Kawat,
penyebabnya, bagaimana cara penularannya Simpang IV Sipin, Selincah, Paal V, Olak
serta ciri-ciri nyamuk penular penyakit DBD Kemang, Koni dan Kebun Kopi, dan
yang berwarna hitam putih bergelang atau hanya 4 Puskesmas saja yang mempunyai
berbintik-bintik pada abdomen atau badan risiko rendah.
serta kakinya. Hal ini sangat disayangkan 2. Menurut wilayah kecamatan daerah
mengingat bahwa akses terhadap fasilitas dengan risiko tinggi terdapat di 3
Kecamatan yaitu Jambi Selatan, Kota

22| Jurnal Khazanah Intelektual | Volume 1 Nomor 1 April 2017: 13 - 24


Baru dan Telanaipura. Sedangkan daerah lingkungan perkantoran khususnya pada
dengan risiko sedang ada di 6 wilayah pengelolaan sampah dan barang bekas dan
Kecamatan yaitu Jelutung, Danau Teluk, kebersihan bak mandi secara rutin harus
Pelayangan, Alam Barajo, Jambi Timur dilakukan dan diperhatikan. Meningkatkan
dan Pasar Jambi. penyuluhan dan pendidikan kesehatan
3. Karakteristik internal penderita masyarakat khususnya tentang penyakit
kebanyakan adalah berumur antar 6-14 DBD, cara penularan, bagaimana mencegah
tahun (kelompok anak-anak), rata-rata serta mengkampanyekan perilaku PSN dan
berumur 14,5 tahun, perempuan serta saat 3M Plus.
ini berstatus pelajar, dari tingkat sosial Menggalakkan program satu rumah
ekonomi menengah ke atas. satu jumantik mandiri demikian pula pada
4. Tanda dan gejala awal yang dialami oleh komplek perkantoran harus memiliki juru
kasus DBD adalah : demam tinggi tanpa pemantau jentik mandiri yang rutin
sebab yang jelas, lemah, letih dan lesu, melakukan tugasnya.
hilang nafsu makan dan pusing, kemudian Memfasilitasi sarana dan prasarana
diikuti dengan adanya mual atau muntah penyampaian informasi kesehatan
(65%). Gejala awal yang menjadi khas diantaranya tentang DBD, cara penularan,
kasus DBD yaitu timbul bintik merah tanda dan gejala, cara penularan, ciri nyamuk
pada kulit hanya dialami oleh 32,2% penular, serta penyebarluasan informasi
penderita. dengan mendistribusikan poster atau banner
5. Keberadaan jentik nyamuk masih cukup (spanduk) berisikan informasi DBD di
tinggi yaitu mencapai 29 %. Angka Bebas lokasi-lokasi strategis kemudian
Jentik hanya 71%. disebarluaskan ke sekolah dan perkantoran.
6. Sanitasi lingkungan khususnya tentang Mengupayakan saluran khusus
pengelolaan sampah masih kurang baik, (telepon atau SMS atau WA) untuk layanan
37,5% tidak mempunyai tempat penderita DBD, agar dapat diverifikasi
penampungan sampah, jika punya tempat tindakan pencegahan penularan dan
sampah bentuk wadah sampah yang pemutusan mata rantai penyakit DBD secara
tertutup hanya 25,4% saja. cepat dan tepat.
7. Perilaku PSN DBD dan 3M Plus yang Petugas kesehatan khususnya
dilakukan oleh kasus atau responden: pengelola program pemberantasan penyakit
92,5% menguras bak mandi secara rutin, agar dapat melakukan inovasi untuk
89,5% menyikat bak mandi serta 88,4% melakukan program kampanye gerakan PSN
menutup tempat penampungan air. dan 3M Plus di wilayahnya secara lebih
Namun perilaku mengubur barang bekas menarik dengan menggunakan sosial media
hanya 16,2%. Memakai anti nyamuk atau kegiatan-kegiatan inovasi lainnya.
(16,2%), memelihara ikan (16,9%), Peneliti Selanjutnya agar melakukan
memakai abate secara rutin (29,7%), 22% penelitian tentang faktor risiko DBD dengan
responden memakai kelambu serta 50,4% metode penelitian analitik yang lebih baik
responden memasang kawat kasa. seperti studi kohort atau kasus kontrol baik
8. Tingkat pengetahuan responden rendah itu hospital based maupun community based.
mencapai 57,8%.
DAFTAR PUSTAKA
Saran
Agar Pemerintah dapat Ariyadi, Bambang. 2012. Hubungan
memprioritaskan penambahan anggaran Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes SP
untuk kegiatan penyuluhan atau penyebaran dan Kondisi Sanitasi Lingkugan
informasi melalui media massa dan baliho terhadap Kejadian Demam Berdarah
serta spanduk-spanduk yang memberikan Dengue (DBD) di Kota Jambi. Tesis.
informasi tentang penyakit DBD, bagaimana UGM. Jogjakarta.
cara penularan, serta bagaimana tindakan Kemenkes RI. (2013). Pedoman Pengendalian
pencegahan yang efektif kepada masyarakat Demam Berdarah Dengue di
luas. Indonesia. Ditjen P2PL. Jakarta.
Pemerintah sebaiknya membuat
edaran dan kebijakan tentang kebersihan

Identifikasi Tanda dan Gejala Serta Faktor Risiko Kasus DBD di Kota Jambi– Ummi Kalsum dan
Raden Halim| 23
Nadesul, Hendrawan. (1996) Penyebab, Pemerintah Kota Jambi. (2014). Profil dan
pencegahan, dan pengobatan Demam Potensi Kota Jambi 2014, BAPPEDA
Berdarah. Puspa Swara. Jakarta. Kota Jambi. Jambi

24| Jurnal Khazanah Intelektual | Volume 1 Nomor 1 April 2017: 13 - 24

Das könnte Ihnen auch gefallen