Sie sind auf Seite 1von 7

ASUMSI DASAR TENTANG MANUSIA

BAB II
PEMBAHASAN
A. ASUMSI DASAR TENTANG MANUSIA
Setiap orang termasuk didalamnya para ahli dibidang
psikologi kepribadian memilki anggapan atau asumsi dasar tentang
manusia. Asumsi ini diperoleh melalui hubungan pribadi atau
pengalaman pengalaman sosial secara nyata dan pada akhirnya
mempengaruhi perspektif dan tindakan individu terhadap
sesamanya.
Asumsi asumsi atau anggapan tentang manusia berdasarkan teori
teori kepribadian seperti yang dikemukakan oleh Koswara
(1991:26) antara lain :
1. Kebebasan-ketidakbebasan
Kebebasan dan ketidakbebsan merupakan dua anggapan yang saling
bertentangan dan berlawanan tentang manusia. Anggapan dasar yang
menyatakan manusia sebagai mahkluk yang bebas berkehendak, bebas
menentukan sikap dan bebas menentukan arah kehidupannya sendiri
adalah anggapan yang bercorak dan berdasar pada dasar aliran dan
pandangan filsafat eksistensial (maslow) dan humanistik (rogers
: psikologi humanistik).
Sedangkan dasara pandangan yang menyatakan bahwa manusia
adalah sosok yang tidak bebas yang didasari dari organisme yang
tingkah lakunya dideterminasi (ditentukan) oleh sejumlah faktor
penentu. Pandangan ini berada pada aliran psikoanalisa (freud)
dan behavioristik (skinner). Dalam hal ini freud beranggapan
bahwa faktor penentu tingkah laku manusia adalah dorongan dari
dalam dirinya berupa naluri dan dorongan dorongan yang lainnya,
sedangkan menurut skinnner, penentu tingkah laku manusia adalah
stimulus stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.
2. Rasionalitas-irrasionalitas
Rasionalitas dan irrasionalitas ini menyangkut seberapa besar
pengaruh akal terhadap tingkah laku manusia. Komitmen yang
menyatakan bahwa manusia adalah mahkluk yang rasional dianut
oleh teori kepribadian humanistik, sedangkan komitmen yang
menyatakan bahawa manusia adalah mahkluk yang tidak rasional
dianut oleh aliaran psikoanalisa yang menyatakan bahwa tingkah
laku manusia sebagian besar didorong oleh kekuatan kekuatan
irrasional yang tidak disadari (naluri naluri)
3. Holisme-Elementalisme
Prinsip holistik merupakan prinsip yang berasal dari psikologi
gestalt yang menekankan bahwa suatu fenomena harus dilihat dan
hanya bisa diterima sebagai suatu totalitas atau keseluruhan.
Sedangkan prinsip elementalistik menekankan bahwa suatu hal
hanya bisa dipelajari atau diterangkan dengan jalan menyelidiki
aspek aspek secara terpisah.
Prinsip holistik menjadi dasar dari teori kepribadian yang
dikemukakan freud dan maslow, sedangkan prinsip elementalisme
menjadi dasar dari teori kepribadian behavioristik yang
berpandangan bahwa kepribadian adalah sekumpulan tingkah laku
yang dipelajari sehingga penyelidikan tingkah laku dilakukan
secara bagian (per elemen).
4. Konstitusionalisme-enviromrntalisme
Pandangan konstitusional menyatakan bahwa pada hakikatnya
manusia sudah memilki sifat bawaan yang dibawa sejak lahir.
Sedangkan pandangan enviromentalisme menyatakan bahwa hakikatnya
sifat sifat manusia ditentukan oleh pengalaman pengalaman yang
diperoleh dari lingkungan. Teori kepribadian yang tergolong
memiliki pandangan konstitusionalisme tentang manusia antara
lain hippokrates, freud, maslow dll. Sedangkan teori kepribadian
yang berpola enviromentalisme adalah skinner, pavlov dan tokoh
tokoh aliran behaaviorisme.
5. Berubah-tak berubah
Yang dipersoalkan dari anggapan dasar ini adalah tentang
kemungkinan berubah-tak berubahnya kepribadian individu di
sepanjang hidupnya. Pandangan bahwa manusia merupakan individu
yang berubah berada pada aliran behaviorisme. Dalam
behaviorisme, tingkah laku dipusatkan pada bagaimana suatu
tingkah laku bisa diubah, dibentuk, atau dikendalikan. Selain
itu, maslow juga berpandangan yang sama dan menganggap bahwa
kepribadian selalu ada dalam perubahan menuju taraf yang lebih
tinggi, sehingga maslow berpandangan bahwa manusia adalah sosok
yang berubah.
Pandangan bahwa manusia merupakan individu yang tidak berubah
dianut oleh teori kepribadian psikoanalisa yang berpandangan
deterministik tentang pribadi manusia. Pandangan deterministik
manusia menyatakan bahwa manusia ditentukan oleh faktor faktor
tertentu yang dibawa sejak lahir berupa naluri dan dorongan
dorongan.
6. Subjektivitas-objektivitas
Pandangan yang menyatakan bhwa manusia merupakn individu yang
hidup dalam pengalaman yang subjektif yang dianut oleh aliran
humanistik yang menyatakan bahwa dunia batin atau dunia
subjektif manusia merupakan faktor penentu dasar manifestasi
perilaku manusia. Dalam hal ini tingkah laku terutama ditentukan
oleh pemahaman atas dunia subjektifnya.
Pandangan objektif dianut oleh aliran kepribadian yang
tergabung dalam teori behavioristik yang menentang gagasan bahwa
manusia mmerupakan individu yang hidup dalam pengalaman yang
subjektif. Gagasan tersebut tidaklah relevan dalam upaya ilmiah
mempelajari manusia. Sebab manusia hanya dapat diselidiki
tentang tingkah lakunya melalui pengukuran secara objektif.
7. Proaktif-reaktif
Pandangan proaktif manusia adalah berupa keyakinan bahwa sumber
penyebab dari seluruh tingkah laku manusia berada dalam diri
manusia itu sendiri. Pandangan proaktif tentang tingkah laku
manusia dianut oleh sigmund freud yang menyatakan bahwa seluruh
tingkah laku manusia didorong oleh penyebab dari dalam diri
manusia itu sendiri yang sebagian besar tidak disadari serta
dianut pula oleh pengikut aliran humanistik yang memandang bahwa
manusia adalah mahkluk yang sadar dan bebas betingkah laku.
Pandangan reaktif tentang tingkah laku manusia menyakini bahwa
tingkah laku manusia ditentukan oleh faktor yang berasal dari
luar yaitu dri lingkungan. Jadi, pandangan reaktif diyakini
sebagai respon atau reaksi terhadap stimulus eksternal.
Pandangan ini dianut oleh aliran behavioristik.
8. Homestatis-heterostatis
Konsep homestatis dan konsep heterostatis adalah dua konsep
yang berbeda tentang motivasi. Konsep homestatis adalah konsep
yang bersumber pada keseimbangan (equlibrium) yang menerangkan
bahwa tingkah laku manusia terutama digerakkan kearah
pengurangan ketegangan karna adanya ketidakseimbangan sampai
terjadi keseimbangan yang optimal. Konsep homeostatis (freud)
menyatakan bahwa seluruh tingkah laku manusia ditunjukkan untuk
mengurangi ketengangan karna memunjaknya energi naluriah. Konsep
ini berada pada aliran behaviorisme diantara tokohnya dollard
dan miller.
Konsep heterostatis menyatakan bahwa tingkah laku manusia
tidak digerakkan oleh kekuatan kekuatan internal seperti naluri
dengan tujuan untuk mencapai keseimbangan, melainkan sebagai
hasil atau pengaruh dari kekuatan eksternal. Konsep heterostatis
(maslow) menyatakan bahwa manusia digerakkan oleh kebutuhan
kebutuhan secara berjenjang terus menerus sampai mencapai
kebutuhan tertinggi, bukan untu mencapai keseimbangan optimal
pada titik tertentu.
9. Dapat diketahui-tidak dapat diketahui
Pandangan ini saling bertolak belakang dlam pandangannya
terhadap manusia. Pada kelompok yang mempercayai bahwa
pengetahuan tentang manusia dapat diketahui didasari atas
kepercayaan bahwa manusia dapat dengan mudah diketahui dan
dipahami karna pda dasarnya manusia bertingkah laku menurut
hukum hukum alam, sama halnya dengan mahkluk hidup lainnya.
Pandangan ini oleh aliran psikoanalisis dan behaviorisme.
Sedangkan konsep tidak dapat diketahui menyatakan bahwa
manusia sebagai pribadi yang tidak diketahui didasari oleh
keyakinan bahwa manusia tidak bisa diketahui sepenuhnya melalui
upaya ilmiah karna bagaimanapun, manusia adalah mahkluk yang
unik yang tidak dapat disamakan keberadaan dan tingkah lakunya
dengan mahkluk mahkluk lainnya. Pandangan ini dianut oleh maslow
dan teori humanistik.
B. FAKTOR PENENTU PRIBADI MANUSIA
Faktor penentu kepribadian menurut sujanto dkk (1999:3-4)
mengatakan bahwa tumbuh dari dua kekuatan, yaitu: 1. Kekuatan
dari dalam yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih, bibit
atau sering juga disebut kemampuan kemampuan dasar. Dan 2.
Kekuatan dari luar, faktor lingkungan.
Kekuatan dari dalam dapat berwujud fisik maupun psikis.
Secara fisik kepribadian dapat ditentukan berupa bukti bukti
fisik pada diri manusia berupa leher, susunan saraf, otot otot,
susunan dan keadaan tulang tulang. Sedangkan secara psikis,
kepribadian ditentukan oleh pikkiran, perasaan, kemauan,
fantasi, ingatan dan sebagainya. Kekuatan dari luar adalah
segala sesuatu yang ada diluar manusia, baik berupa benda hidup
atau benda mati. Semua kekuatan dari luar ini ikut serta
membentuk kepribadian seseorang yang berada di lingkungan
sekitarnya. Dengan demikian individu terpengaruh lingkungan, dan
sebaliknya lingkungan dipengaruhi atau diubah juga oleh
individu.
Hurlock (1990:2370 mengemukakan beberapa penentu
kepribadian yang mempunyai pengaruh terbesar pada inti pola
kepribadian. Adapun komponen dari inti kepribadian meliputi,
yaitu :
1. Konsep diri
Merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep
diri ini mejadi 2 yaitu 1) konsep diri sebenarnya dan 2) konsep
diri ideal. Konsep diri sebenarnya merupakan konsep seseorang
tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan
hubungannya degan orang lain serta persepsinya tentang penilaian
oranglain terhadap dirinya. Sedangkan konsep diri ideal
merupakan gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian
yang didambakan.
Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis.
Aspek fisik dari konsep yang dimiliki individu tentang
penampilannya. Kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya
dimata oranglain. Aspek psikologis terdiridari konsep individu
tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya, dan
hubungannya dengan orang lain.

2. Sifat
Sifat sifat adalah kualitas perilaku atau pola penyesuaian
spesifik, misalnya reaksi terhadap frustasi, cara menghadapi
masalah, perilaku agresif dan defensif, dan perilaku terbuka
atau tertutup dihadapan oranglain. Ciri tersebut terintegrasi
dengan dan dipengaruhi oleh konsep diri. Beberapa diantaranya
terpisah dan berdiri sendiri, sememntara yang lain bergabung
dalam sindroma atau pola perilaku yang berhubungan.
Sifat sifat mempunyai ciri yang menonjol yaitu 1)
individualitas yang memperlihatkan dalam variasi kuantitas ciri
tertentu, dan bukan dalam kekhasan ciri bagi oranglain serta 2)
konsistensi, yaitu kecenderungan seseorang untuk bersikap dengan
cara yang hampir sama dalam situasi dan kondisi serupa.
Hurlock (1990:248-257) mengemukakan penentu penentu kepribadian
yang berpengaruh terhadap inti pola kepribadian, bebebrapa hal
diantaranya adalah :
1. Pengalaman awal
Pentingnya pengalaman awal untuk perkembangan kepribadian
opertama tama ditekankan oleh freud yang menemukan bahwa
diantara pasien dewasa banyak yang memilki pengalamam yang tidak
membahagiakan pada masa anak anak. Trauma kelahiran atau kejutan
psikologis yang terjadi bila bayi dipisahkan dari ibunya
mempunyai pengaruh yang lama pada kepribadian dengan jalan
membuat individu merasa tidak aman.
2. Pengaruh Budaya
Pada budaya, seseorang mengalami tekanan untuk
mengembangkan suatu pola kepribadian yang sesuai dangan standar
yang ditentukan budayanya. Kelompok budaya menetapkan model
untuk pola kepribadian yang disetujui dan menekankan individu
individu yang tergabung didalamnya untuk berperilaku sesuai
dengan norma budaya yang bersangkutan. Karna tekanan tersebut,
individu akhirnya menyesuaikan diri mengikuti pola perilaku yang
telah ditetapkan kelompok budaya dan pada akhirnya perilaku
tersebut menetap menjadi kecenderungan pola perilaku individu.
Misalnya dalam budaya timur seseorang dilatih untuk
mengembangkan pola kepribadian yang bercirikan loyalitas,
kerjasama, pengorbanan diri dan peran seseorang dalam hidup yang
sering tidak realistis. Sedangkan budaya barat yang lebih
berorientasi ke individu. Seseorang akan menjadi lebih
egosentris, lebih memperhatikan kemandirian dan hak mereka serta
lebih mengutamakan kepentingan sendiri daripada oranglain.
3. Ciri ciri fisik
Ciri ciri fisik atau bentuk tubuh mempengaruhi kepribadian
secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung tubuh
menentukan apa yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan
manusia. Secara tidak langsung ciri ciri fisik menentukan
bagaimana seseorang merasa tentang tubuhnya. Semakin banyak
aktivitas dilakukan seseorang sesuai dangan ciri fisiknya akan
semakin meningkatkan konsep diri positifnya dan pada akhirnya
akan semakin mengembangkan kepribadian positif individu yang
bersangkutan. Disamping itu, semakin positif penilaian seseorang
terhadap ciri ciri fisiknya yang salah satunya ditentukan oleh
adanya penilaian positif dari orang lain juga akan semakin
meningkatkan konsep diripositif dan pada akhirnya memberi
sumbangan yang berharga pada perkembangan kepribadian yang
sehat.
4. Kondisi fisik
2 aspek kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian yaitu,
kesehatan umum dan cacat jasmani. Kesehatan yang baik
memungkinkan seseorang ikut serta dalam kegiatan kelompoknya
sehingga lebih diterima oleh kelompok dan pada akhirnya
menentukan konsep diri positif yaitu sebagai individu yang
diterima dengan baik oleh lingkungan.
Cacat jasmani menentukan kepribadian seseorang melalui cara
pandang seseorang terhadap kecacatannya dan aktifitas yang dapat
dilakukan dengan kecacatan tersebut. Semakin rendah penerimaan
lingkungan sosial terhadap kecacatan seseorang akan berpengaruh
negatif terhadap perkembangan kepribadian karna individu
mengembangkan konsep diri yang negatif tentang dirinya dalam
kaitannya dengan lingkungan sosialnya.
Semakin banyak aktivitas dapat dilakukan oleh individu yang
cacat akan semakin meningkatkan konsep diri positif yang pada
akhirnya berpengaruh pada pembentukan perkembangan kepribadian
yang sehat.
5. Keberhasilan dan kegagalan
Konsep diri sebagai inti kepribadian ditentukan pula oleh
anggapan seseorang mengenai dirinya, yaitu sebagai seseorang
yang sukses atau sebagai orang yang selalu gagal.
Keberhasilan menunjang konsep diri yang menguntungkan dan
selanjutnya menumbuhkan penyesuaian dan evaluasi sosial yang
baik dan pada akhirnya dapat menjadi dasar berkembangnya
kepribadian yang baik.
Sedangkan kegagalan tidak saja merusak konsep diri sesorang
akan tetapi juga mendorong perkembangan pola perilaku yang
membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial.
6. Penerimaan sosial
Penerimaan sosial mempengaruhi setiap keinginan individu
untuk mengembangkan sifat sifat yang disetujui secara sosial dan
selanjutnya mempengaruhi konsep diri individu. Penerimaan sosial
yang tinggi menimbulkan rasa percaya diri tinggi yang
berpengaruh pada peningkatan konsep diri positif. Sedangkan
penerimaan sosial yang rendah menajdikan seseorang merasa
inferior (rendah diri), menarik diri dari kontak sosial dan
pemgembangan sifat menutup diri yang pada akhirnya berpengaruh
pada peningkatan konsep diri negatif.
7. Pengaruh keluarga
Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan kepribadian seseorang karna 1) keluarga merupakan
kelompok sosial pertama dengan siapa seseorang
mengidentifikasikan diri, 2) keluarga merupakan tempat sesorang
menghabiskan waktunya paling banyak di bandingkan denga Kelompok
sosial lain.
Keluarga yang mengembangkan pola asuh yang menerima dan
menghargai individu akan meningkatkan konsep diri positif
individu dan selanjutnya berpengaruh positif terhadap
kepribadian, sedangkan keluarga yang mengembangkan konsep diri
negatif yang merendahkan siri seseorang akan mengembangkan
konsep diri negatif dan selanjutnya berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian negatif.
8. Tingkat penyesuaian
Istilah penyesuaian mengacu pada sejauh mana kepribadian
seseorang berfungsi secara efisien dalam masyarakat. Seseorang
yang berpenyesuaian baik memiliki hubungan yang harmoni dengan
lingkungan sosial di sekelilingnya dan memiliki semacam harmoni
dalam yang berarti bahwa mereka puas terhadap dirinya. Walaupun
sewaktu waktu mengalami kekecewaan mereka berusaha terus untuk
mencapai kemajuan. Jika tujuan tersebut mereka anggap terlalu
tinggi mereka bersedia memodifikasi tujuan sehingga cocok dengan
kemampuan mereka.
Tingkat penyesuaian diri yang tinggi memudahkan penerimaan
lingkungan sosial terhadap individu yang bersangkutan dan
selanjutnya berpengaru positif terhadap kepribadian. Sedangkan
tingkat penyesuaian sosial yang rendah menyulitkan penerimaan
sosial terhadap individu yang bersangkutan dan selanjutnya
berpengaruh negatif terhadap kepribadian.

Das könnte Ihnen auch gefallen