Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi Aki dapat dibagi menjadi mikrovaskular dan komponen tubular seperti
yang terdapat didalam gambar (Bonventre, 2008) berikut ini:
Patofisiologi dari AKI dapat dibagi menjadi komponen mikrovaskular dan tubular,
bentuk lebih lanjutnya dapat dibagi menjadi proglomerular dan komponen pembuluh medulla
ginjal terluar. Pada AKI, terdapat peningkatan vasokonstriksi dan penurunan vasodilatasi
pada respon yang menunjukkan ginjal post iskemik. Dengan peningkatan endhotelial dan
kerusakan sel otot polos pembuluh, terdapat peningkatan adhesi leukosit endothelial yang
menyebabkan aktivasi system koagulasi dan obstruksi pembuluh dengan aktivasi leukosit dan
berpotensi terjadi inflamasi.
Pada tingkat tubuler, terdapat kerusakan dan hilangnya polaritas dengan diikuti oleh
apoptosis dan nekrosis, obstruksi intratubular, dan kembali terjadi kebocoran filtrate
glomerulus melalui membrane polos dasar.Sebagai tambahan, sel-sel tubulus menyebabkan
mediator vasoaktif inflamatori, sehingga mempengaruhi vascular untuk meningkatkan
AKI pascarenal dicurigai apabila terdapat nyeri sudut kostovertebra atau suprapubik
akibat distensi pelviokalises ginjal, kapsul ginjal, atau kandung kemih.Nyeri pinggang kolik
yang menjalar ke daerah inguinal menandakan obstruksi ureter akut.Keluhan terkait prostat,
baik gejala obstruksi maupun iritatif, dan pembesaran prostat pada pemeriksaan colok dubur
menyokong adanya obstruksi akibat pembesaran prostat.Kandung kemih neurogenik dapat
dikaitkan dengan pengunaan antikolinergik dan temuan disfungsi saraf otonom (Robert Sinto,
2010).
2. Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan urinalisis, dapat ditemukan berbagai penanda inflamasi glomerulus,
tubulus, infeksi saluran kemih, atau uropati kristal. Pada AKI prarenal, sedimen yang
didapatkan aselular dan mengandung cast hialin yang transparan. AKI pascarenal juga
menunjukkan gambaran sedimen inaktif, walaupun hematuria dan piuria dapat ditemukan
pada obstruksi intralumen atau penyakit prostat. AKI renal akan menunjukkan berbagai cast
yang dapat mengarahkan pada penyebab AKI, antara lain pigmented“muddy brown”
Pada awalnya, dapat diberikan furosemid i.v. bolus 40mg. Jika manfaat tidak terlihat,
dosis dapat digandakan atau diberikan tetesan cepat 100-250 mg/kali dalam 1-6 jam atau
tetesan lambat 10-20 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimum 1 gram/hari. Usaha tersebut
dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian cairan koloid untuk meningkatkan translokasi
cairan ke intravaskuler. Bila cara tersebut tidak berhasil (keberhasilan hanya pada 8-22%
kasus), harus dipikirkan terapi lain. Peningkatan dosis lebih lanjut tidak bermanfaat bahkan
dapat menyebabkan toksisitas (Robert, 2010).
Dopamin dosis rendah (0,5-3 μg/kgBB/menit) secara historis digunakan dalam tata
laksana AKI, melalui kerjanya pada reseptor dopamin DA1 dan DA2 di ginjal. Dopamin
dosis rendah dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah ginjal, menghambat Na+/K+-
ATPase dengan efek akhir peningkatan aliran darah ginjal, LFG dan natriuresis. Sebaliknya,
pada dosis tinggi dopamin dapat menimbulkan vasokonstriksi.
Faktanya teori itu tidak sesederhana yang diperkirakan karena dua alasan yaitu
terdapat perbedaan derajat respons tubuh terhadap pemberian dopamin, juga tidak terdapat
Dalam penelitian dan meta-analisis, penggunaan dopamin dosis rendah tidak terbukti
bermanfaat bahkan terkait dengan efek samping serius seperti iskemia miokard, takiaritmia,
iskemia mukosa saluran cerna, gangrene digiti, dan lain-lain. Jika tetap hendak digunakan,
pemberian dopamin dapat dicoba dengan pemantauan respons selama 6 jam.Jika tidak
terdapat perubahan klinis, dianjurkan agar menghentikan penggunaannya untuk menghindari
toksisitas.Dopamin tetap dapat digunakan untuk pengobatan penyakit dasar seperti syok,
sepsis (sesuai indikasi) untuk memperbaiki hemodinamik dan fungsi ginjal (Robert Sinto,
2010).
Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan eksresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrine, metabolik, cairan,
elektrolit dan asam basa.
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap (Doenges, 1999; 626) Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan
fungsi tidak dimulai.Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau
penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long,
1996; 368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
2.2.2 Etiologi
a. Penipisan volume
b. Hemoragi
c. Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretik, osmotik)
d. Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah, diare, selang nasogastrik)
a. Diabetus mellitus
b. Glumerulonefritis kronis
c. Pielonefritis
d. Hipertensi tak terkontrol
e. Obstruksi saluran kemih
f. Penyakit ginjal polikistik
g. Gangguan vaskuler
h. Lesi herediter
i. Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)
Perubahan berat
Penurunan aliran
jenis urine
darah glomerulus
Obstruksi Penurunan
tubulus ultrafiltrasi
Peningkatan glomerulus
pelepasan Nacl
ke mukosa denia
Kebocoran
filtrat
Penurunan
GFR
Penurunan
Ketidakseimbangan produksi energi
elektrolit metabolik
2. Gagal Ginjal
produksi
Reaksi tinggi
Penurunan
terhadap penurunan
pemasukan diet
curah
1. Periode Awal
2. Periode Oliguri
Pada periode ini volume urin kurang dari 400 ml/24 jam, disertai dengan peningkatan
konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin,
asam urat, kalium dan magnesium).Pada tahap ini untuk pertama kalinya gejala uremik
muncul, dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
3. Periode Diuresis
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urin secara bertahap, disertai tanda perbaikan
glumerulus.Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun.Tanda uremik
mungkin masih ada, sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan masih diperlukan.
Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini. Jika terjadi dehidrasi,
tanda uremik biasanya meningkat.
4. Periode Penyembuhan
Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3 - 12 bulan
Nilai laboratorium akan kembali normal
Namun terjadi penurunan GFR permanen 1% - 3%
1. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan
klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun,
kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh (BUN) juga akan meningkat.
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
2.2.4 Gejala
1. Tekanan darah meningkat karena overload cairan dan produksi hormon vasoaktif
diciptakan oleh ginjal melalui RAS (renin-angiotensin system), meningkatkan risiko
seseorang mengembangkan hipertensi dan atau penderitaan dari [gagal jantung
(kongestif)
2. Urea terakumulasi, yang mengarah keazotemiadan akhirnyauremia(gejala mulai dari
kelesuan ke perikarditis danensefalopati). Urea diekskresikan oleh keringat dan
mengkristal pada kulit ("frost uremic").
3. Kalium terakumulasi dalam darah (dikenal sebagai hiperkalemia dengan berbagai gejala
termasuk malaise dan berpotensi fatal aritmia jantung s)
4. Erythropoietin sintesis menurun (berpotensi menyebabkan anemia, yang menyebabkan
kelelahan)
5. Overload volume yang Fluida - gejala dapat berkisar dari ringan edema untuk
mengancam kehidupan edema paru
6. Hyperphosphatemia - karena ekskresi fosfat berkurang, terkait dengan hipokalsemia
(karena 1,25 hidroksivitamin D 3 ]] defisiensi), yang karena stimulasi faktor pertumbuhan
fibroblast -23-
2.2.5Manifestasi Klinik
a. Sistem kardiovaskuler
• Hipertensi
• Pitting edema
• Edema periorbital
• Pembesaran vena leher
• Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
• Krekel
• Nafas dangkal
• Kusmaull
• Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah
Perdarahan saluran GI
Ulserasi dan pardarahan mulut
Nafas berbau ammonia
d. Sistem muskuloskeletal
Kram otot
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang
f. Sistem Reproduksi
Amenore
Atrofi testis.
2.2.6 Diagnosis
a. Laboratorium
1. LED: meninggi, yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia
normositer normokrom, dan jumlah retikulosi yang rendah.
2. Ureum dan kreatinin: meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin
kurang lebih 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran
cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang: ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein,
dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
3. Hiponatremi: umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia: biasanya terjadi pada
gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya dieresis.
b. Pemeriksaan lain
1. Foto polos abdomen: untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya
suatu obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
2. IVP (Intra Vena pielografi): untuk menilai system pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan
ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya usia lanjut,
diabetes mellitus, dan nefropati asam urat.
3. USG: untuk menilai besar dan bentuk ginajl, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih, dan prostat.
4. Renogram, untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vascular,
parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
5. EKG, untuk melihat kemungkina hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
2.2.7Penatalaksanaan/Terapi
2. Stage 3
Dalam CKD stage 3 ini nilai eGFR 30-60%: eGFR 45-59 (3A) atau 30-44 (3B).
Pengkajian awal CKD stage 3
a. Pengakajian klinis : khususnya untuk sepsis, gagl jantung, hipovolemi, memeriksa adanya
pembesaran kandung kemih
3. Stage 4+5
Tanda CKD stage4 adalah adanya penurunan fungsi ginjal yang parah, 15-30% (eGFR 15-
29ml/min/1.73m2).Tanda CKD stage 5 adalah adanya penurunan fungsi ginjal yang
sangat parah (endstage atau ESRF/ESRD), <15% (eGFR kurang dari 15 ml/min).
Pengkajian awal CKD stage 4
a. Pengakajian klinis : khususnya untuk sepsis, gagl jantung, hipovolemi, memeriksa adanya
pembesaran kandung kemih
b. Review ulang medikasi: periksa apakah diperlukan perubahan dosis obat ketika GFR
terjadi penurunan, untuk mencegah nephrotoxic drug.
Sumber Vitamin dan MineralHindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien
mengalamihiperkalemi. Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalahbayam, gambas,
daun singkong, leci, daun pepaya, kelapa muda,pisang, durian, dan nangka.Hindari/batasi
Bahan makanan yang mengandung semua asam amino disebut lengkap protein,
seperti telur, daging, ikan, susu, unggas, keju. Oleh karena itu, protein hewani biasa disebut
sebagai protein bernilai biologi tinggi.Bahan makanan nabati, misalnya beras dan kacang-
kacangan, mengandung asam amino esensial yang terbatas atau tidak lengkap.Oleh karena
itu, dikatakan mengandung protein bernilai biologi rendah.Kedelai dan hasil olahannya, yaitu
tempe, tahu dan susu kedelai, mengandung asam amino esensial walaupun ada 1 asam amino
yang kurang, terbatas fungsinya hanya untuk pemeliharaan, tidak untuk pertumbuhan
(LimitingAmino Acid) yaitu metionin. Demikian pula asam amino esensial lisin kurang pada
beras dan triptopan kurang pada jagung, akan tetapi apabila bahan makanan yang
mengandung asam amino terbatas dikonsumsi secara bersamaan dalam hidangan sehari-hari,
dapat saling melengkapi kekurangan dalam asam amino esensial. Sebagai contoh, nasi yang
terbatas lisin dimakan bersamaan dengan
tempe yang terbatas pada metionin didapatkan campuran yang memungkinkan saling
melengkapi dalam asam aminonya untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Cara Memasak :
Pada hipertensi yang disebabkan karena kelebihan cairan di ekstra selmaka terapi
yang diberikan adalah pemberian diuretika untuk menurunkan edema, serta dengan
memantau intake dan output cairan, mengukur lingkar perut setiaphari, dan penimbangan BB
untuk mendeteksi diniadanya edema.
Cara pengukuran GFR secara tidak langsung mengukur bahan tertentu.bahan bahan
tersebut adalah inulin dan kreatinin.yang paling baik adalah inulin,tapi yang paling mudah
adalah penghitungan berdasarkan berdasarkan kadar kreatinin.sejingga GFR diukur dari
clierance creatinin test (CCT)
Hemodialisis
Dialisis
Dialisis diperlukan apabila sudah sampai pada tahap akhir kerusakanginjal atau gagal
ginjal terminal (End Stage Renal Disease).Biasanya terjadi apabila kerusakan ginjal sudah
mencapai 85 – 90 persen.Seperti halnya ginjal sehat, tindakan dialisis juga menjaga agar
tubuh berada dalam keseimbangan. Tindakan dialisis dilakukan untuk membuang sisa–sisa
metabolisme, dan kelebihan cairan agar tidak menumpuk di dalam tubuh, menjaga level yang
aman dari unsur – unsur kimiawi dalam tubuh seperti potasium dan sodium. Selain itu
tindakan dialisis juga untuk membantu mengkontrol tekanan darah.Bila ginjal gagal
melakukan fungsinya, sehingga bermacam- macam produk sisa termasuk garam dan air
menumpuk dalam tubuh, perlu dilakukan dialisis untuk mengeluarkan produk-produk sisa
tersebut. Proses dialysis sesungguhnya menggunakan sifat-sifat dari membran
semipermeabel, di mana membran tersebut hanya dapat dilalui oleh zat-zat dengan berat
molekul yang kecil dan tidak dapat ditembus oleh zat-zat dengan berat molekul besar.
Melalui membran semipermeabel tersebut kelebihan air, macam-macam produk sisa yang
menumpuk dalam tubuh ataupun zat-zat toksik lainnya dapat dikeluarkan dari tubuh
penderita gagal ginjal ataupun untuk meningkatkan kerja ginjal pada terapi keracunan. Untuk
melangsungkan proses dialisis diperlukan suatu cairan yang mirip dengan cairan ekstraseluler
ideal. Cairan ini disebut cairan dialisis yang mengandung elektrolit dan dekstrosa.
Prinsip dialisis :
Bila 2 macam cairan dengan kepekatan yang berbeda dibatasi olehmembran
semipermeabel maka oleh karena proses konveksi dan difusi, kepekatan cairan akan berubah.
Cairan yang kurang pekat akan menjadi lebih pekat dan yang pekat menjadi kurang pekat.
Pada proses dialisis, cairan dialisis dialirkan pada salah satu sisi permukaan dari membran
semipermeabel, sedangkan darah pasien dialirkan dalam arah yang berlawanan terhadap
aliran cairan dialisis pada sisi lain dari membran tersebut. Dalam proses tersebut akan terjadi
pertukaran ion antara darah dan cairan dialisis. Dengan menaikkan osmolaritas, cairan dialisis
(menaikkan konsentrasi dekstrosa) dapat membantu mengeluarkan kelebihan air dari dalam
Ada dua macam pengobatan dengan dialisis, yaitu hemodialisis dan peritoneal dialisis.
Peritoneal dialisis
Peritoneal dialisis
Hemodialisis :
Hemodialisis adalah suatu cara untuk memisahkan darah dari sampahmetabolisme
dan racun tubuh bila ginjal sudah tak berfungsi. Disini digunakan ginjal buatan yang
berbentuk mesin hemodialisis.
Walaupun demikian, protein dan sel-sel darah tidak dapat menembus melalui lubang-
lubang kecil dalam membran semi-permeabel tersebut.Bakteri dan virus yang mungkin
mengkontaminasi cairan hemodialisis juga tidak dapat masuk ke dalam aliran darah pasien
melalui membran tersebut karena
ukurannya lebih besar dari lubang-lubang
kecil tersebut.
Indikasi
Price dan Wilson (1995) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang
jelasberdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus dimulai.
Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatanpenderita yang terus
diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan.Pengobatan biasanya dimulai apabila
penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita neuropati perifer atau
memperlihatkan gejala klinis
lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100
ml pada pria , 4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4
ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus berbaring ditempat tidur atau sakit
berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan lagi.
Kontra Indikasi
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalahhipotensi
yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak
organik.Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak
mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas
hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah
penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan
ensefalopati dan keganasan lanjut (PERNEFRI, 2003).
Tujuan
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa
antara lain :
a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme
dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan
sebagai urin saat ginjal sehat.
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
Proses Hemodialisa
I. Pra Hemodialisa
II.
A. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menyiapkan mesin HD :
- Mesin diperiksa harus dalam keadaan siap pakai.
- Hubungkan mesin dengan aliran listrik.
- Hubungkan mesin dengan saluran air.
- Drain line ditempatkan di saluran pembuangan tidak dalam keadaan tersumbat.
- Jerigen tempat cairan dialisat terisi sesuai jumlah yang dibutuhkan untuk satu kali
dialisa.
B. Menyiapkan dialisat
Dialisat adalah cairan yang digunakan pada proses HD, terdiri dari camuran air dan
elektrolit yang mempunyai konsentrasi hampir sama dengan serum normal dan mempunyai
tekanan osmotic yang sama dengan darah.
Fungsi Dialisat :
- Mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa metabolisme dari tubuh.
- Mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa
Dialisat :
Dialisat konsentrat
Berisi larutan pekat, sebelum dipakai harus dicampur kontinyu dalam
perbandingan tertentu oleh mesin.
Mudah pemakaiannya.
Kesalahan pengenceran sangat kecil.
Sulit transport dan penyimpanan.
Bentuk kering atau puyer.
Mudah menyimpan.
Sulit mendapatkan komposisi yang benar.
C. Menyiapkan Air
Air untuk dialisat seharusnya tidak mengandung zat / elektrolit /mikroorganisme dan
benda asing lainnya karena itu untuk mendapatkan air yang ideal untuk dialysis maka
dilakukan tindakan pengolahan air / water treatment.
1. Peralatan kedokteran
2. Alat-alat khusus
- Dyalizer - Infus set
- Blood line - Spuit 1 cc, 3 cc, 20 cc.
- AV fistula - Conducturty meter
- Dialisat pekat
3. Obat-obatan
- Lidocain, Novocain - Sodium bikarbonat
- Alcohol, betadin - Obat-obatan penyelamat hidup
- Heparin, protamin
4. Lain-lain
- Surat izin dialysis
- Formulir hemodialisa
- Treveling hemodialisa
- Traveling dialysis
- Formulir-formulir : laboratorium, radiology dan lain-lain
E. Menjalankan Mesin HD
G. Menyiapkan pasien
1. Persiapan mental
- Memberitahu pada pasien bahwa akan dilakukan HD
- Memberi penjelasan dan motivasi mengenai proses HD dan komplikasi yang mungkin terjadi
selama HD.
2. Persiapan fisik
- Menimbang berat badan
- Observasi keadaan umum
- Observasi tanda-tanda vital
B. Antikoagulansia
Yaitu obat yang diperlukan untuk mencega pembekuan darah selama HD. Obat yang
digunakan adalah heparin.
Pemakaian heparin :
- Intermiten : diberikan selama 1 jam
- Continous : terus-terusan selama HD berjalan
- Minimal : diberikan pada waktu menyiapkan sirkulasi darah
- Regional : pada ABL diberikan heparin pada BL diberikan protamin
- Dosis heparin : 1000 unit / jam
Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa dan suatusaringan sebagai
ginjal tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untuk menyaring dan membersihkan darah
dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh.Untuk
Suatu mesin ginjal buatan atau hemodializer terdiri dari membrane semipermeabel yang
terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lainuntuk dialisat. Darah mengalir dari
arah yang berlawanan dengan arah darah ataupun dalam arah yang sama dengan arah aliran
darah. Dializer merupakan sebuah hollow fiber atau capillary dializer yang terdiri dari ribuan
serabut kapiler halus yang tersusun pararel. Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung
kecil ini, dan cairan dialisat membasahi bagian luarnya. Dializer ini sangat kecildan kompak
karena memiliki permukaan yang luas akibat adanya banyak tabung kapiler (Price & Wilson,
1995).
Air kran difiltrasi dan dihangatkan sampai sesuai dengan suhu tubuh, kemudian dicampur
dengan konsentrat dengan perantaraan pompa pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak
cairan dialisa.Dialisat kemudian dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan akan mengalir di
luar serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah dan dialisat
terjadi sepanjang membran semipermeabel dari hemodializer melalui proses difusi, osmosis, dan
ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat perbedaan tekanan hidrostatik antara
darah dengan dialisat.Perbedaaan tekanan hidrostatik dapat dicapai dengan meningkatkan
tekanan positif di dalam kompartemen darah dializer yaitu dengan meningkatkan resistensi
Komplikasi Hemodialisa
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selamatindakan
hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:
a. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannyahemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa.Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi
(penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
b. Hipotensi
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, jelaslah bahwa ginjal merupakan organ terpenting di dalam
tubuh manusia. Akan tetapi, pengetahuan manusia akan pentingnya fungsi ginjal sangatlah
rendah.Gagal ginjal akut adalah gagalnya fungsi ginjal yang berlangsung dalam waktu relatif
singkat (beberapa hari atau beberapa minggu). Sedangkan gagal ginjal kronik adalah penyakit
gagal ginjal yang prosesnya bertahap dan memakan waktu relatif lama.Penyebab utamanya
adalah penyakit gula, glomerulonefritis, infeksi, kelainan bawaan, dan sumbatan oleh batu
saluran kemih.Jika kondisi ginjal sangat parah, pekerjaannya perlu dibantu dengan mesin cuci
darah (dialisis) untuk membersihkan sampah yang berbahaya di dalam tubuh.
AKIN mendefinisikan AKI sebagai penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba (dalam 48
jam) ditandai dengan peningkatan serum kreatinin (SCr) >0.3 mg/dL (>25 μmol/L) atau
meningkat sekitar 50% dan adanya penurunan output urin < 0.5 mL/kg/hr selama >6 jam
(Molitoris et al, 2007). Suatu kondisi penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan hilangnya
kemampuan ginjal untuk mengekskresikan sisa metabolisme, menjaga keseimbangan elektrolit
dan cairan (Eric Scott, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Astiawanti, Prima. 2008. Perbedaan Pola Gangguan Hemostasis Antara Penyakit Ginjal Kronik
Prehemodialisis Dengan Diabetes Mellitus dan Non Diabetes Mellitus. Diakses dari
http://www.pernefri.org/1-kamus-ginjal.php pada tanggal 12 Mei 2012.
Bonventre, Joseph, MD, PhD. Pathophysiology of Acute Kidney Injury. Nephrology rounds
(2007), Volume 6 Issue 7.
Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,
Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor.Harrison’s principle of internal medicine.
Ed 16. New York: McGraw-Hill, Inc; 2005.p.1644-53.
Darusalam,Dany.2010.Penetapan Diagnosa, Penanganan serta Pengobatan Penyakit Gagal
Ginjal.diakses pada 30 Maret 2012. 07:00.http:// Penetapan- diagnosa- penanganan-
serta - pengobatan- penyakit- gagal- ginjal.html