Sie sind auf Seite 1von 8

40

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN : 2338-3976

STUDI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR KUPING (Auricularia auricula)


PADA SUBSTRAT SERBUK GERGAJI KAYU DAN SERBUK SABUT KELAPA

THE STUDY OF GROWTH AND PRODUCTION OF WOOD EAR MUSHROOM


(Auricularia auricula) ON SAWDUST AND COCO PEAT SUBSTRATE
1*)
Neilla Nurilla , Lilik Setyobudi, Ellis Nihayati
*)
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jln. Veteran, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK ABSTRACT

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan The aim of the research was to get the
perbandingan persentase serbuk gergaji percentage ratio of sawdust and coco peat
kayu dan serbuk sabut kelapa sebagai as alternative substrate for the growth and
substrat tumbuh alternatif yang tepat bagi production of wood ear mushroom
pertumbuhan dan produksi jamur kuping (Auricularia auricula) which conducted at
(Auricularia auricula) telah dilaksanakan di Sengkaling Village, Subdistrict Dau, Malang
Desa Sengkaling, Kecamatan Dau, Malang from July until November 2012. The method
dari bulan Juli hingga November 2012. of research was using Completely
Metode penelitian menggunakan Rancangan Randomized Design (CRD) consisting of 9
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 9 treatment growth media combinations with 3
perlakuan kombinasi media tanam dengan 3 replications. The result of the research
kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan shows that the media composition which
bahwa komposisi media yang memberikan has the best effect for the growth and
pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan production of wood ear mushroom consisted
dan produksi jamur kuping adalah serbuk of 60% sawdust, 20% coco peat, 10% rice
gergaji kayu 60%, serbuk sabut kelapa 20%, bran, and 10% corn meal. It resulted the
bekatul 10%, dan tepung jagung 10%. percentage of full mycelium, harvest interval,
Komposisi ini menghasilkan persentase fruit body diameter, fresh weight average,
pertumbuhan miselium penuh, interval fresh weight total, dried weight average, and
panen, diameter badan buah, rata-rata bobot harvest frequency in sequence are 73,33%;
segar per baglog, total bobot segar per 33,02 days; 12,22 cm; 65,32 g; 567,70 g; 9,8
baglog, rata-rata bobot kering, dan frekuensi g; and 8,67 times. The result of growth
panen berturut-turut yaitu 73,33%, 33,02 parameter indicated that composition for the
hari, 12,22 cm, 65,32 g, 567,70 g, 9,8 g, dan percentage of full mycelium 36,36% bigger
8,67 kali panen. Hasil pertumbuhan pada than control treatment with the value of B/C
variabel persentase pertumbuhan miselium ratio is 1,12. Thus, It will be expected there is
memenuhi baglog lebih besar 36,36% dari further researches which will reduce
perlakuan kontrol dengan nilai B/C ratio 1,12. sawdust used.
Diharapkan adanya penelitian pemanfaatan
substrat alternatif lain yang mampu Keywords: wood ear mushroom, growth,
mengurangi penggunaan serbuk gergaji production, alternative substrate, and coco
kayu lebih besar. peat substrate

Kata kunci: jamur kuping, pertumbuhan, PENDAHULUAN


produksi, substrat alternatif, dan serbuk
sabut kelapa Jamur kuping (Auricularia auricula)
merupakan spesies jenis jamur kayu dari
kelas heterobasidiomycetesyang memiliki
41

Neilla Nurilla: Studi Pertumbuhan dan Produksi Jamur Kuping.......................................................

kandungan gizi dan nilai ekonomi yang jamur kayu, selain itu dianggap praktis dan
tinggi. Menurut Prihati (2011), kandungan sudah dikenal mengandung selulosa,
gizi jamur kuping yaitu protein, lemak, hemiselulosa, dan lignin yang berguna bagi
karbohidrat, riboflavin, niacin, Ca, K, P, Na, pertumbuhan jamur. Penggunaan serbuk
dan Fe. Jamur kuping dari segi organoleptik gergaji sebagai substrat tumbuh tidak selalu
(rasa, aroma dan penampilan), kurang tersedia di setiap tempat usaha budidaya
menarik bila dihidangkan sebagai bahan jamur, sehingga diperlukan alternatif substrat
makanan. Namun jamur kuping sudah yang berpotensi dapat menggantikan atau
dikenal sebagai bahan pengental makanan dengan kombinasi serbuk gergaji kayu dan
dan penetral racun. Lendir jamur kuping serbuk sabut kelapa dapat meningkatkan
dipercaya berkhasiat menetralkan senyawa pertumbuhan dan produksi jamur kuping.
berbahaya (racun) yang terdapat dalam Bahan yang dapat digunakan sebagai
makanan. Jamur kuping juga bermanfaat media tumbuh jamur kuping adalah serbuk
bagi pengobatan jantung koroner, sabut kelapa (coco peat). Komponen utama
menurunkan kekentalan darah dan serbuk sabut kelapa adalah lignin dan
menghindari penyumbatan pembuluh darah, selulosa yang merupakan senyawa penting
terutama di otak. Kekentalan darah ini dapat bagi pertumbuhan jamur. Serbuk sabut
diatasi dengan mengonsumsi jamur kuping kelapa juga merupakan sumber unsur K, N,
setiap hari sebanyak 5-10 gram. Selain P, Ca, dan Mg meskipun dalam jumlah
untuk konsumsi lokal, jamur kuping juga sangat kecil, namun unsur tersebut
banyak diekspor baik dalam bentuk segar dimanfaatkan sebagai nutrisi untuk
maupun kering. pertumbuhan jamur.
Jamur kuping yang memiliki nilai
ekonomi, potensial, dan prospektif sebagai BAHAN DAN METODE
pendapatan ini masih terkendala oleh
produktivitas yang masih rendah. Djuariah Percobaan dilaksanakan pada bulan
(2008) menyatakan bahwa produktivitas Juli 2012 hingga November 2012. di Desa
jamur kuping yaitu 200-300 g jamur kuping Sengkaling, Kecamatan Dau, Malang
segar yang dihasilkan dari 1 kg media dengan ketinggian tempat 550 m dpl, suhu
o o
produksi per bobot basah media, padahal minimum 18 C dan suhu maksimum 33 C,
potensi produksi bisa mencapai 400-500 g serta curah hujan rata-rata 2,71 mm. Alat
jamur kuping per 1 kg media produksi. yang digunakan ialah sekop, alat press,
Penyebab produktivitas yang rendah antara steamer, termometer,sprayer, mulsa hitam
lain, (1) substrat media produksi tidak perak, spatula, cincin baglog, kertas koran,
dimodifikasi/diperbaiki (formula substrat dan bunsen. Sedangkan bahan yang
selalu sama setiap waktu), (2) bibit diperoleh digunakan ialah bibit jamur kuping F3,
dari sumber dan strain yang sama dan serbuk gergaji kayu, sabut kelapa, bekatul,
kurang unggul, (3) bibit kadaluarsa, dan (4) tepung jagung, kapur, kantong plastik ukuran
tempat budidaya jamur kurang higienis, 1 kg, spiritus, dan alkohol 70%.
karena itu terjadi kontaminasi pada substrat Metode percobaan yang digunakan
berkisar antara 5-20% (Sumiati, 2004 dalam ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
Djuariah, 2008). terdiri atas 9 perlakuan kombinasi media
Permasalahan penyebab produktivitas tanam dengan 3 kali ulangandan tiap
jamur kuping yang rendah cukup kompleks, ulangan terdiri dari 5 baglog, sehingga total
namun pada penelitian ini akan membahas terdapat 135 baglog. Komposisi media
mengenai penerapan substrat alternatif tumbuh yaitu serbuk gergaji kayu, serbuk
selain serbuk gergaji. Formula media tumbuh sabut kelapa, bekatul, dan tepung jagung
jamur kuping yang digunakan petani selalu dengan total bobot per baglog 1000 gram.
sama setiap produksi yaitu serbuk kayu, Persentase bekatul dan tepung jagung
bekatul, tepung jagung, dan kapur. Serbuk masing-masing 10%, sedangkan serbuk
gergaji kayu didapat dari pabrik limbah gergaji kayu (SGK) dan serbuk sabut kelapa
pengolahan kayu dan umum digunakan (SSK) pada berbagai perbandingan
petani karena sesuai dengan tempat tumbuh persentase yaitu B1: SGK 0%, SSK 80%;
42

Neilla Nurilla: Studi Pertumbuhan dan Produksi Jamur Kuping.......................................................

B2: SGK 10%, SSK70%; B3: SGK 20%, meliputi, interval panen (hari), jumlah badan
SSK60%; B4: SGK 30%, SSK 50%; B5: SGK buah (buah), rata-rata bobot segar badan
40%, SSK 40%; B6: SGK 50%, SSK 30%; buah per-baglog (g), rata-ratabobot kering
B7: SGK 60%, SSK 20%; B8: SGK 70%, badan buah per-baglog (g), frekuensi panen
SSK 10%, dan B9 (kontrol) : SGK 80%, SSK (kali), dan kadar air (%). Hasil pengamatan
0%. Variabel pengamatan meliputi masing-masing variabel pada berbagai
persentase pertumbuhan miselium penuh perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
(%), saat badan buah (pin head) muncul Perlakuan B7 memiliki persentase
pertama (HSI), interval panen (hari), jumlah miselium 100% memenuhi baglog tertinggi
badan buah (buah), diameter badan buah sebesar 73,33% dan perlakuan dengan
(cm), bobot segar badan buah (g), bobot persentase miselium penuh terendah adalah
kering badan buah (g), frekuensi panen B1 dan B2 yaitu 0% yang artinya tidak
(kali), dan kadar air (%). Data yang diperoleh terdapat baglog dengan miselium penuh
dianalisis menggunakan analisis sidik ragam 100%. Berhubungan dengan persentase
pengaruh perlakuan uji F pada taraf 5% pertumbuhan miselium, perlakuan dengan
(P=0,05), dan dilanjutkan dengan Beda waktu muncul pin head tercepat terjadi pada
Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%. perlakuan B5 yaitu 34,22 HSI, dan terlama
pada perlakuan B7 yaitu 44,89 HSI. Jumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN badan buah memiliki nilai yang tidak berbeda
nyata pada seluruh perlakuan, sedangkan
1. Hasil diameter badan buah terbesar terdapat pada
Variabel pengamatan dibagi menjadi dua perlakuan B7, B8, dan B9 dan diameter
yaitu karakter pertumbuhan yang meliputi terkecil pada perlakuan B1, B2, B4, dan B6.
persentase pertumbuhan miselium (%), saat Keseluruhan perlakuan tidak memberikan
muncul pin head (HSI), dan diameter badan pengaruh beda nyata terhadap persentase
buah (cm). Sedangkan karakter produksi kadar air badan buah.

Tabel 1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Karakter Pertumbuhan dan Produksi Jamur Kuping

Per- Persen- Saat Jumlah Diameter Kadar Interval Frekuensi Total Bobot
laku- tase muncul badan badan air panen panen Bobot kering
an miselium pin head buah buah (cm) badan (hari) (kali) segar (g) (g)
penuh (HSI) (buah) buah
(%) (%)
B1 0,00 40,83 bc 7,00 9,25 a 85,03 36,83 b 3,00 ab 34,18 a 5,43 a
B2 0,00 42,17 cd 4,83 8,62 a 84,03 35,44 b 2,67 a 32,39 a 5,17 a
B3 6,66 44,22 de 6,67 10,97 b 84,68 38,89 c 4,00 bc 50,26 b 7,02 b
B4 20,00 38,78 b 5,74 9,64 a 86,52 42,43 d 5,00 c 53,73 bc 7,07 b
B5 20,00 34,22 a 5,64 11,06 b 84,26 41,58 d 3,33 ab 49,90 b 7,20 b
B6 26,66 42,00 cd 6,90 8,93 a 87,90 41,97 d 4,67 c 60,30 cd 7,41 b
B7 73,33 44,89 e 6,97 12,22 bc 83,97 33,02 a 8,67 e 65,32 d 9,80 c
B8 46,66 40,78 bc 5,22 12,22 bc 87,26 35,96 b 7,33 d 61,79 cd 7,70 b
B9 46,66 44,56 de 5,98 12,68 c 84,89 32,84 a 9,33 e 64,98 d 9,39 c
BNT - 2,66 tn 1,33 tn 2,02 1,32 9,72 1,01
5%

Keterangan: HSI: Hari Setelah Inokulasi. Angka-angka didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. tn: tidak nyata pada uji BNT 5%.
43 43
Neilla Nurilla:
JURNAL Studi Pertumbuhan
PRODUKSI dan 1Produksi
TANAMAN Vol. No. 3 Jamur Kuping........................................................
JULI-2013 ISSN : 2338-3976

Interval panen tertinggi terjadi pada Upadhyay, 1989 dalam Sumiati, 2005).
perlakuan B7 dan B9 dengan interval 33,02 Menurut Gunawan (1997) dalam Djuariah
dan 32,84 hari. Frekuensi panen tertinggi (2008), kisaran pH optimum untuk jamur
terdapat pada perlakuan B7 dan B9 8,67 kuping adalah 4,5-7,5 sedangkan untuk
dan 9,33 kali. Berhubungan dengan pertumbuhan badan buah jamur kuping pH
frekuensi panen, bobot segar naik seiring optimum 5,5. Nilai pH optimum tersebut
dengan tingginya frekuensi panen. Rata- mendekati nilai pH pada baglog perlakuan
rata bobot segar per baglog tertinggi yaitu B7 yaitu 5,47 sehingga mendukung
B6, B7, B8, dan B9. Bobot kering juga pertumbuhan miselium dengan baik.
dipengaruhi oleh bobot segar. Bobot kering
cenderung semakin tinggi seiring dengan Tabel 2 Hasil Pengukuran Kadar Air dan
tingginya bobot segar. Bobot kering tertinggi pH Baglog Berbagai Perlakuan
terjadi pada perlakuan B7 dan B9.
Perlakuan Kadar Air (%) pH
2. Pembahasan
B1 79,8 6,13
2.1 Persentase pertumbuhan miselium
penuh (%) B2 76,54 7,06
Tingginya persentase miselium B3 70,42 5,40
memenuhi baglog pada perlakuan B7 dan B4 72,8 6,54
rendahnya persentase miselium memenuhi B5 71,72 5,55
baglog pada perlakuan lain disebabkan B6 69,2 5,23
beberapa hal antara lain karakter serbuk
B7 67 5,47
sabut kelapa, kadar air baglog, pH, suhu
kumbung, kontaminasi dan serangan hama. B8 67,52 7,06
Masa pertumbuhan miselium jamur kuping B9 66,96 5,45
membutuhkan kelembaban udara 60-75%
dan miselium jamur kuping tumbuh optimal Sumber: BPTP (2013).
pada media tumbuh yang memiliki
kandungan (kadar) air sekitar 65% (Maryati, 2.2 Saat muncul pin head pertama (HSI)
2009). Suhu optimum untuk jamur kuping Lama hari yang dibutuhkan untuk
o
adalah 28 C, sedangkan untuk muncul pin head dipengaruhi beberapa
pertumbuhan badan buah jamur kuping faktor yaitu kandungan substrat, suhu, dan
o
suhu optimum 22-25 C (Gunawan, 1997 kelembaban. Perlakuan B5 merupakan
dalam Djuariah, 2008). media dengan persentase serbuk sabut
Kondisi kumbung penelitian saat kelapa 40%, serbuk gergaji kayu 40%,
siang hari memiliki suhu yang tinggi (hingga bekatul 10%, dan tepung jagung 10%.
o
30 C) menyebabkan kelembaban rendah. Komposisi media dengan persentase
Untuk mendapatkan suhu dan kelembaban perbandingan yang seimbang antara serbuk
yang ideal kembali penyiraman terkadang sabut kelapa dengan serbuk gergaji kayu
berlebih sehingga kadar air dalam baglog tersebut memberikan sumbangan selulosa,
menjadi lebih tinggi terutama pada lignin, hemiselulosa, serta unsur hara yang
beberapa perlakuan yang mengandung tepat bagi pembentukan calon badan buah
serbuk sabut kelapa lebih besar karena pertama dengan waktu yang paling cepat.
sabut kelapa memiliki kapasitas menahan Serbuk sabut kelapa mengandung
air lebih tinggi dibanding serbuk gergaji. Hal selulosa dan lignin yang relatif lebih besar
ini sesuai dengan hasil pengukuran kadar dari serbuk gergaji kayu serta mengandung
air dan pH baglog pada berbagai perlakuan unsur N, P, K, Mg, Ca, Na, Cu, Fe, dan Mn
(Tabel 2). yang dibutuhkan untuk membentuk energi
Jika kadar air dalam media >78%, (Ratoonmat, 2012). Energi yang didapat
maka substrat menjadi anaerobik dan dari selulosa, lignin, pektin, dan unsur hara
miselium jamur tidak dapat tumbuh dan dalam media digunakan untuk perambatan
berkembang, akhirnya miselium mati dan atau penyebaran miselium. Miselium yang
tubuh buah jamur tidak dihasilkan (Sohi dan menyebar berupa miselium primer yang
44

Neilla Nurilla: Studi Pertumbuhan dan Produksi Jamur Kuping.......................................................

selanjutnya menjadi miselium sekunder tubuh buah jamur kuping dapat


dengan melakukan penebalan (primordia) menyebabkan bentuk morfologinya
sehingga membentuk kuncup (calon badan mengembang dan mengecil. Menurut
buah) dan terus berkembang menjadi Schenck and Dudley (1999) dalam Irianto
basidiokarp. (2008), ketika kondisi lingkungan kurang
lembab basidiokarp akan mengecil dan
2.3 Jumlah badan buah (buah) ketika kelembaban lingkungan cukup tinggi
Pada seluruh perlakuan persentase basidiokarp akan kembali ke bentuk
perbandingan serbuk sabut kelapa dengan semula.
serbuk gergaji kayu memberikan pengaruh
yang tidak nyata terhadap jumlah badan 2.6 Interval panen (hari)
buah jamur kuping. Jumlah badan buah Interval panen merupakan selisih hari
dalam satu rumpun pada setiap media mulai dari munculnya pin head pertama
perlakuan juga tidak memberikan pengaruh hingga badan buah telah siap dipanen.
nyata terhadap bobot segar jamur kuping Perlakuan dengan interval panen tercepat
atau tidak berbanding lurus antara sejak muncul pin head hingga siap panen
keduanya. Meskipun jumlah badan buah adalah B7 dan B9 dan keduanya tidak
dalam satu rumpun per-panen banyak berbeda nyata. Lama interval panen
namun bobot segar yang didapat juga tidak tercepat pada perlakuan B7 dan B9 sesuai
selalu tinggi. dengan Djuariah (2008), panen jamur
kuping dapat dilakukan jika badan buah
2.4 Diameter badan buah (cm) sudah maksimal yang ditandai dengan tepi
Rata-rata diameter badan buah jamur badan buah yang tidak rata, atau sekitar 3-4
kuping terbesar adalah perlakuan B9 minggu setelah pin head (calon badan
sebesar 12,68 cm dan tidak berbeda nyata buah) muncul.
dengan perlakuan B7 dan B8 yaitu sebesar Lama interval panen dari munculnya
12,22 cm. Ukuran diameter badan buah badan buah hingga badan buah siap panen
tersebut sesuai dengan ukuran jamur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kuping pada umumnya yaitu 10-15 cm kondisi media tumbuh, suhu dan
(Wikipedia, 2012). Rata-rata diameter kelembaban, tingkat kontaminasi, serta
terkecil badan buah dalam satu rumpun serangan hama. Media tumbuh dengan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda persentase serbuk sabut kelapa lebih besar
nyata akibat pengaruh persentase mengandung kadar air yang lebih tinggi.
perbandingan serbuk sabut kelapa dan Kondisi ini menyebabkan baglog menjadi
serbuk gergaji kayu. Hal ini menjelaskan anaerob sehingga menghambat proses
bahwa berapapun diameter terkecil badan pembentukan dan pertumbuhan badan
buah tidak mempengaruhi kriteria panen buah. Selain itu, suhu yang tinggi serta
badan buah. Badan buah yang memiliki kelembaban yang rendah juga dapat
diameter terkecil dalam satu rumpun tetap menyebabkan badan buah yang baru
dapat dipanen walaupun masih terdapat terbentuk menjadi kering dan mengkerut.
kemungkinan untuk badan buah tumbuh Kondisi badan buah demikian
lebih besar, karena yang menjadi kriteria mempengaruhi pertumbuhan badan buah
panen adalah jika kondisi badan buah menjadi tidak optimal sehingga masa panen
(basidiokarp) sudah menipis dibagian tepi menjadi lebih lama.
dan keriting (Departemen Pertanian, 2007). Kontaminasi juga menjadi faktor yang
mempengaruhi masa interval panen.
2.5 Kadar air badan buah (%) Kontaminasi adalah masuknya jamur asing
Kadar air didapat dari persentase yangmerugikan (Dewi, 2009). Kontaminasi
selisih bobot segar badan buah dengan berupa tumbuhnya cendawan atau miselium
bobot kering badan buah, dibagi bobot jamur lain yang mengganggu pertumbuhan
segar badan buah. Kadar air berpengaruh dari miselium jamur kuping dan proses
terhadap bentuk morfologi dari badan buah pembentukan badan buah karena
jamur kuping. Adanya sifat gelatinasi dari cendawan ini ikut menyerap nutrisi yang
45

Neilla Nurilla: Studi Pertumbuhan dan Produksi Jamur Kuping.......................................................

terkandung didalam baglog sehingga perlakuan B9 memiliki bobot segar lebih


pertumbuhan menjadi terhambat. Selain itu tinggi yaitu 604,77 gram dibandingkan B7
faktor serangan hama seperti ulat yang sebesar 567,70 gram dengan selisih hanya
memakan miselium bahkan badan buah 37,07 gram. Hal ini dipengaruhi oleh
jamur sehingga badan buah menjadi frekuensi panen B7 yang lebih sedikit
berlubang dan substrat menjadi busuk. dibandingkan B9. Frekuensi panen yang
Kondisi tersebut sangat mempengaruhi tinggi menyebabkan total bobot segar
lama waktu panen jamur kuping. badan buah jamur menjadi tinggi
(Febriansyah, 2009). Tabel rata-rata bobot
2.7 Frekuensi panen (kali) segar dan total bobot segar badan buah
Frekuensi panen merupakan dapat dilihat pada tabel 3.
banyaknya jumlah panen atau berapa kali
panen dilakukan selama periode produksi. Tabel 3 Bobot Segar Badan Buah
Banyaknya frekuensi panen masing-masing
perlakuan dalam penelitian ini dipengaruhi Rata-rata Total
kondisi baglog yang terkontaminasi dan Perlakuan bobot segar bobot
terserang hama. Kondisi baglog yang (g) segar (g)
terkontaminasi menghambat pertumbuhan B1 34,18 a 159,40 ab
tumbuhnya badan buah sehingga tidak B2 32,39 a 132,45 a
dapat tumbuh optimal. Begitu pula dengan B3 50,26 b 211,30 abc
serangan hama seperti ulat, tungau, dan B4 53,73 bc 280,90 c
laba-laba yang mengganggu proses B5 49,90 b 245,25 bc
pertumbuhan badan buah untuk sampai B6 60,30 cd 279,97 c
siap panen. Bahkan ulat sering kali
B7 65,32 d 567,70 e
memakan miselium dan badan buah
B8 61,79 cd 455,58 d
sehingga menjadi berlubang, bobot segar
B9 64,98 d 604,77 e
menurun, bahkan tidak dapat dipanen
BNT 5% 9,72 101,83
sehingga mengurangi frekuensi
pemanenan. Keterangan: Angka-angka didampingi huruf yang
Kondisi baglog yang terkontaminasi sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
dan terserang hama ulat dan tungau lebih berbeda nyata pada uji BNT 5%.
banyak menyerang pada baglog dengan
persentase serbuk sabut kelapa lebih besar Meskipun total bobot segar per
dari serbuk gergaji kayu. Selain karena baglog B9 lebih besar dibandingkan B7,
proses sterilisasi yang kurang maksimal namun dari segi efesiensi produksi
sehingga menyebabkan tingginya perlakuan B7 lebih menguntungkan
kontaminasi, juga karena serbuk sabut dibandingkan B9. Hal tersebut karena
kelapa yang memiliki kadar air lebih tinggi perlakuan B7 memiliki frekuensi panen yang
sehingga kondisi baglog lembab dan lebih sedikit tetapi sudah mampu mencapai
memicu terserangnya hama ulat dan total bobot segar per-baglog selama periode
tungau. Baglog yang terkontaminasi atau produksi sebesar 567,70 gram sehingga
terserang hama sebaiknya langsung waktu yang diperlukan lebih cepat untuk
dipisahkan dari baglog yang normal agar mendapatkan bobot panen sesuai yang
tidak menular kepada baglog lainnya. diharapkan.
Bobot segar berhubungan dengan
2.8 Bobot segar badan buah (g) persentase pertumbuhan miselium
Bobot segar menunjukkan besarnya memenuhi baglog (%). Semakin tinggi
kandungan air dalam jaringan atau organ persentase pertumbuhan miselium, semakin
selain bahan organik. Bobot segar tinggi pula bobot segar yang dihasilkan. Hal
merupakan hasil pertumbuhan yang ini ditunjukkan pada perlakuan B7 yang
dipengaruhi kondisi kelembaban dan suhu memiliki nilai persentase pertumbuhan
yang terjadi pada saat itu. Total bobot segar miselium yaitu 73,33% dan rata-rata bobot
badan buah meskipun tidak berbeda nyata, segar yaitu 65,32 gram. Grafik hubungan
46

Neilla Nurilla: Studi Pertumbuhan dan Produksi Jamur Kuping.......................................................

persentase pertumbuhan miselium dengan BEP volume produksi yaitu


bobot segar dapat dilihat pada Gambar 1. perhitungan untuk mengetahui pada titik
produksi berapa modal akan kembali atau
impas. Hasil perhitungan BEP volume
produksi diketahui bahwa untuk mencapai
70,00 modal kembali dengan 1200 baglog, hasil
60,00
Bobot segar (g)

panen harus mencapai 367,5 kg jamur


50,00 kuping segar dan 73,5 kg jamur kuping
40,00 kering selama satu masa periode produksi.
30,00 y = -0,0089x2 + 1,0335x + 3) Break Event Point (BEP) Harga
20,00 36,092 Produksi
10,00 R² = 0,9116 BEP harga produksi yaitu
perhitungan untuk mengetahui pada harga
0,00
berapa hasil produksi akan dijual sehingga
0 20 40 60 80 mencapai titik impas. Dari BEP harga
Persentase Pertumbuhan produksi dapat diketahui bahwa usaha
Miselium (%) budidaya jamur kuping dengan 1200 baglog
akan mencapai titik impas jika hasil
Gambar 1 Grafik hubungan persentase produksi atau hasil panen jamur kuping
pertumbuhan miselium dengan bobot segar segar dijual dengan harga Rp.5.993 dan
jamur kuping kering Rp.30.058.
2.9 Bobot kering badan buah (g) 4) Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
Bobot kering merupakan hasil dari R/C ratiomerupakan ukuran
proses pertumbuhan setelah dihilangkan perbandingan antara hasil penjualan
kandungan airnya untuk mengetahui bobot selama 3 kali masa produksi dengan total
sebenarnya. Bobot kering dipandang biaya untuk mengetahui suatau kelayakan
sebagai akumulasi senyawa organik yang usaha untuk dijalankan. Dari nilai R/C ratio
dihasilkan di dalam metabolisme sel usaha budidaya jamur kuping dengan 1200
(Sitompul dan Guritno, 1995 dalam Irianto, baglog baik jamur kuping dalam bentuk
2008). Rata-rata bobot kering tertinggi segar maupung kering adalah 2,12
didapat pada perlakuan B7 sebesar 9,8 sehingga usaha budidaya tersebut layak
gram dan tidak berbeda nyata dengan untuk dilaksanakan.
perlakuan B9 yaitu 9,39 gram.Satu kali 5) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
masa tanam per-polibag jamur dapat B/C ratio merupakan perbandingan
menghasilkan jamur kuping kering keuntungan selama 3 kali masa produksi
sebanyak 65 gram (Maryati, 2009). dengan total biaya produksi. Nilai B/C ratio
> 0 yaitu 1,12 artinya layak untuk
2.10 Analisis Kelayakan Usaha diusahakan, yang berarti keuntungan yang
1) Net Present Value (NPV) diperoleh lebih besar dari biaya yang
NPV merupakan total nilai dikeluarkan.
keuntungan bersih selama satu tahun atau 6) Return of Infestment (ROI)
3 kali masa produksi pada saat itu. NPV ROImemperlihatkan perbandingan
yaitu selisih antara total biaya produksi satu antara keuntungan dan total biaya yang
tahun dengan total penerimaan (hasil digunakan untuk mengetahui efisiensi
penjualan) selama 3 kali masa produksi. penggunaan modal. Suatu usaha dikatakan
Hasil perhitungan NPV sebesar 9.718.480 efisien secara ekonomis dari usaha lainnya
yang berarti NPV > 0 sehingga usaha apabila rasio output terhadap inputnya
budidaya jamur kuping menguntungkan dan menguntungkan.ROI jamur kuping segar
layak untuk diusahakan. maupung jamur kuping kering sebesar 112
% menunjukkan bahwa setiap modal yang
2) Break Event Point (BEP) Volume dikeluarkan sebesar Rp.1 untuk usaha
Produksi budidaya jamur kuping dengan 1200 baglog
akan menghasilkan keuntungan Rp.1,12.
47

Neilla Nurilla: Studi Pertumbuhan dan Produksi Jamur Kuping.......................................................

Komposisi media dengan persentase DAFTAR PUSTAKA


serbuk gergaji kayu 60%, serbuk sabut
kelapa 20%, bekatul 10%, dan tepung Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
jagung 10% layak untuk diaplikasikan dalam (BPTP). 2013. Laboratorium Tanah.
usaha budidaya jamur kuping. Diharapkan Karang Ploso. Malang.
adanya penelitian pemafaatan substrat Departemen Pertanian. 2007. Budidaya
alternatif lain yang mampu mengurangi jamur kuping (Auricularia sp.). Dirjen
penggunaan serbuk gergaji kayu lebih Hortikultura, Direktorat Budidaya
besar. Dalam proses budidaya jamur kuping Tanaman Sayuran dan Biofarmaka.
perlu adanya perhatian khusus mengenai Dewi, Ika Kusuma. 2009. Efektivitas
faktor-faktor lingkungan seperti suhu, Pemberian Blotong Kering
kelembaban, kadar air, pH, serta kesterilan TerhadapPertumbuhan Jamur Tiram
alat dan bahan yang digunakan untuk Putih (Pleurotus ostreatus) pada
menekan kerugian akibat kontaminasi, Media Serbuk Kayu. Universitas
serangan hama, serta kematian jamur Muhamadiyah. Surakarta.
kuping. Djuariah, D dan E. Sumiati. 2008.
Penampilan Fenotipik Tujuh Spesies
KESIMPULAN Jamur Kuping ( Auricularia spp.) di
Dataran Tinggi Lembang. J. Hort.
Komposisi media pada berbagai 18(3):255-260.
persentase serbuk gergaji kayu dan serbuk Febriansyah, Ahmad Rudi. 2009. Kajian
sabut kelapa sebagai substrat tumbuh C/N Rasio Kayu Sengon (Albasia
alternatif memberikan hasil yang berbeda falcata) Terhadap Hasil Jamur Tiram
bagi pertumbuhan dan produksi jamur Putih (Pleurotus florida). UB. Malang.
kuping. Komposisi media yang memberikan Irianto, Yuli, A. Susilowati, dan
pengaruh paling baik terhadap Wiryanto. 2004. Pertumbuhan,
pertumbuhan dan produksi jamur kuping Kandungan Protein, dan Sianida
adalah serbuk gergaji kayu 60%, serbuk Jamur Kuping (Auricularia polytricha)
sabut kelapa 20%, bekatul 10%, dan tepung pada Medium Tumbuh Serbuk
jagung 10%, menghasilkan persentase Gergaji dan Ampas Tapioka dengan
pertumbuhan miselium penuh, interval Penambahan Pupuk Urea.
panen, diameter badan buah, rata-rata Bioteknologi 5 (2): 43-50.
bobot segar per baglog, total bobot segar Maryati, Sri. 2009. Laporan Magang
per baglog, rata-rata bobot kering, dan Budidaya Jamur Kuping (Auricularia
frekuensi panen berturut-turut yaitu 73,33%, auriculajudae(Linn.) Schroter). UPTD.
33,02 hari, 12,22 cm, 65,32 g, 567,70 g, 9,8 Balai Pengembangan dan Promosi
g, dan 8,67 kali panen. Hasil pertumbuhan Tanaman Pangan Hortikultura.
pada variabel persentase pertumbuhan Surakarta.
miselium memenuhi baglog lebih besar Sumiati, E. 2008. Jenis Suplemen Substrat
36,36% dari perlakuan kontrol. Bobot segar Untuk Meningkatkan Produksi Tiga
yang dihasilkan meskipun tidak berbeda Strain Jamur Kuping. J. Hort.
nyata dengan kontrol, namun lebih efisien 19(1):75-88.
karena dengan frekuensi panen yang lebih Ratoonmat PVT LTD. __. Chemical
sedikit telah mampu mencapai total bobot Composition of Cocopeat, Analysis
segar yang diharapkan yaitu 567,70 g, Report. Sri Lanka.
dengan nilai B/C ratio 1,12, dan mampu http://www.ratoonmat.c
mengurangi penggunaan serbuk gergaji om.au/pdf/technical_details2.pdf.
kayu sebesar 20%. Diakses pada 5 September 2012.
Wikipedia. 2012. Karakteristik Jamur
Kuping. http:
//id.wikipedia.org/wiki/Jamur_kuping.
Diakses pada 19 Januari.

Das könnte Ihnen auch gefallen