Sie sind auf Seite 1von 11

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

HUBUNGAN KONSUMSI AIR MINUM DENGAN


KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT TEKANAN PANAS
PADA PEKERJA PANDAI BESI DI DESA BANTARAN
PROBOLINGGO

Raga Aditya Hidayat 1


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga 1
Kutipan: Hidayat, R. A. (2016). Hubungan Konsumsi Air Minum Dengan Keluhan Subjektif
Akibat Tekanan Panas Pada Pekerja Pandai Besi Di Desa Bantaran Probolinggo. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 1 (2)

INFORMASI ABSTRACT

Korespodensi: Objective: to analyze the relationship between water consumtion


ragaaditya@live.com with subjective symptoms as an effect of heat stress among
blacksmith.

Methods:This study was an observational research with cross


sectional design. The respondent of this study was 16 blacksmith
workers in the Bantaran village, Bantaran District, Probolinggo. The
Keywords: Data of this study were collected using questionnaires and
Subjective symptoms, heat stress, observations. Variables that used in this study were drinking water
water consumption consumption, as independent variable, and subjective symptoms as
dependent variable. This study used Spearman correlation test to
determine the correlation between the consumption of drinking water
with subjective symptom due to heat stress.

Results: This study showed that 68.8% of respondents consumed


water with amount less than the recommendation, 87.5% of
respondents drank water with a frequency more than or equal to 16
times per day and the drinking water locations were in the affordable
place for the respondent. All of respondents consumed water during
work. The symptoms that always perceived was excessive sweating
and severe thirsty. The Spearman correlation test results indicated a
correlation between the quantity of drinking water with subjective
symptoms due to heat stress (r = −0.615, p=0.011). Furthermore,
there was also a relationship between the frequency of drinking with
subjective symptoms caused due to heat stress (r = −0.512,
p=0.043).

Conclusion: The conclusion of this study was there is a relationship


between the consumption of drinking water with subjective symptoms
due to heat stress, especially the quantity of drinking water and the
frequency of drinking. Therefore, it is recommended to blacksmith
workers in the village of Bantaran, District Bantaran, Probolinggo
to consumed drinking water with the amount of 250 ml every 30
minutes during work.

PENDAHULUAN akibat tekanan panas. Kelelahan akibat


Salah satu gangguan kesehatan tekanan panas adalah bentuk respon
yang diakibatkan oleh tekanan panas tubuh terhadap kehilangan banyak
adalah heat exhaustion atau kelelahan cairan dan garam elektrolit akibat
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

tekanan panas, contohnya berkeringat merupakan salah satu industri informal


berlebihan (CDC, 2015). Seseorang yang memproduksi peralatan tajam
dikatakan terkena kelelahan akibat berbahan dasar logam besi baja, seperti
tekanan panas apabila terkena paparan pisau, celurit, cangkul, sekop, parang,
panas dengan suhu yang tinggi dan dan lain-lain. Industri ini tergolong
mengalami gejala-gejala seperti sebagai industri yang memiliki resiko
meningkatnya denyut nadi, keringat tekanan panas terhadap pekerja karena
berlebih, kelelahan berat, kebingungan, industri ini menggunakan suhu
mual dan suhu tubuh naik dengan pemanasan yang sangat tinggi hingga
drastis (NIOSH, 2010). Bekerja di ribuan derajat celcius dalam proses
tempat kerja yang memiliki iklim kerja produksinya. Proses produksi pada
panas dapat menyebabkan gangguan industri pandai besi terdiri atas
kesehatan dan keselamatan kerja. Suhu beberapa tahap, yaitu pemotongan besi
yang tinggi di tempat kerja dapat baja, pembentukan, penyepuhan,
mengakibatkan heat cramps, heat penghalusan atau penajaman,
exhaustion, heat stroke, dan miliria pengolahan kayu dan pemelituran.
(Suma’mur, 2009). Proses pemotongan, pembentukan dan
Penelitian Randell dan Waxler penyepuhan memerlukan panas yang
(2002) menemukan bahwa sekitar 6 juta tinggi untuk memotong dan mengolah
pekerja di Amerika Serikat mengalami logam besi baja sesuai dengan hasil
stress akibat tekanan panas dengan yang diinginkan. Panas tersebut berasal
kasus kematian yang banyak terjadi di dari tungku pembakar dan tungku
bidang pertanian, konstruksi, tempa dengan suhu rata-rata mencapai
kehutanan, perikanan dan manufaktur. 800 – 1100 ˚C (Telan, 2012).
Pada tahun 1999 hingga 2003, Suhu pembakaran yang sangat
Pemerintah Amerika Serikat mencatat tinggi di dalam proses produksi pandai
telah terjadi 3442 kematian akibat besi dapat berdampak pada tingginya
tekanan panas di tempat kerja (Luber et suhu lingkungan kerja di sekitarnya.
al, 2006). Penelitian yang dilakukan Tenaga kerja pada industri pandai besi
oleh Fefti dan Erwin (2013) pada unit memiliki resiko terpapar tekanan panas
Forming, Melting, dan Sortir di PT. yang tinggi sehingga dapat
IGLAS (Persero) Gresik menyatakan mempengaruhi kesehatannya yang
bahwa jenis keluhan dominan atau ditunjukkan dengan munculnya
paling sering dirasakan oleh pekerja keluhan-keluhan subjektif seperti mual,
adalah rasa sangat haus. Studi yang keringat berlebih dan lain-lain. Oleh
dilakukan oleh Tiara (2013) di PT. karena itu, penelitian ini bertujuan
United Tractors Tbk. menyatakan untuk mengetahui hubungan konsumsi
bahwa jenis keluhan yang sering air minum dengan keluhan subjektif
dirasakan oleh pekerja adalah keringat akibat tekanan panas pada tenaga kerja
berlebih dan cepat merasa haus. Selain sentra industri pandai besi di Desa
berdampak pada kesehatan tenaga kerja, Bantaran Kecamatan Bantaran
hasil penelitian Muflichatun (2006) Kabupaten Probolinggo Jawa Timur.
pada pekerja pandai besi menyatakan
bahwa tekanan panas di tempat kerja
dapat menurunkan produktivitas kerja METODE
hingga 57,30%. Penelitian ini merupakan penelitian
Salah satu tempat kerja yang analitik dengan studi observasional
memiliki resiko terhadap tekanan panas untuk mengetahui hubungan jumlah
adalah pandai besi. Pandai besi konsumsi air minum dengan keluhan
subjektif akibat tekanan panas pada
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

tenaga kerja industri pandai besi.


Pendekatan penelitian adalah cross HASIL
sectional study karena data penelitian
diukur atau dikumpulkan dalam satu Pandai besi di Desa Bantaran,
kurun waktu tertentu atau satu kali Kecamatan Bantaran, Kabupaten
pengamatan. Populasi Penelitian adalah Probolinggo telah ada sejak awal abad
seluruh tenaga kerja industri pandai besi ke-20 dan kemudian diteruskan secara
yang berada di Desa Bantaran turun-temurun hingga saat ini. Pandai
Kecamatan Bantaran Kabupaten besi yang berada di Desa Bantaran,
Probolinggo Jawa Timur yang Kecamatan Bantaran, Kabupaten
berjumlah 16 orang. Penelitian ini Probolinggo berjumlah 6 pandai besi.
dilaksanakan pada pertengahan hingga Produk yang dihasilkan oleh pandai
akhir bulan Juli 2016. besi di Desa Bantaran, Kecamatan
Bantaran, Kabupaten Probolinggo
Teknik pengumpulan adalah berupa peralatan dapur dan
data pada penelitian ini adalah pertanian, seperti pisau, celurit, dan
menggunakan metode kuesioner dan parang. Selain peralatan dapur dan
observasi. Data mengenai iklim kerja pertanian, produk yang dihasilkan juga
meliputi nilai ISBB dan kelembaban berupa koleksi senjata tajam, seperti
relatif (RH). Pengukuran iklim kerja samurai dan pedang.
dilakukan pada setiap sentra pandai besi
di Desa Bantaran, Kecamatan Bantaran,
Kabupaten Probolinggo. Waktu yang Pandai besi merupakan
dibutuhkan dalam setiap pengukuran pekerjaan yang tidak bisa dilakukan
adalah 30 menit. Pengukuran iklim sendiri. Oleh karena itu, dalam proses
kerja menggunakan instrument Heat produksi pada pandai besi terdapat
Stress Apparatus Quest Temp 36. Data pembagian kerja untuk mempermudah
mengenai beban kerja didapat dari hasil jalannya proses produksi. Pembagian
penghitungan kalori yang dikeluarkan kerja pada pandai besi terdiri atas
pekerja berdasarkan aktivitas yang pembuat, pemompa dan pengasah.
dilakukan. Penilaian beban kerja Pembuat bertugas mengatur produksi
dilakukan menggunakan metode setiap peralatan yang dibuat. Pemompa
penghitungan yang terdapat pada SNI merupakan orang yang bertugas untuk
7269:2009. Data mengenai konsumsi memompa angin ke dalam tungku
air minum dan keluhan subjektif akibat pembakar agar arang dapat membara.
tekanan panas didapatkan dengan Pengasah bertugas untuk mengasah atau
metode kuesioner. Teknik analisis data mengikir bagian permukaan dan sisi
yang digunakan adalah analisis samping alat supaya tajam. Bahan baku
univariat dan bivariat. Analisis univariat yang digunakan dalam proses produksi
dilakukan untuk melihat distribusi di Pandai Besi Desa Bantaran adalah
frekuensi dan persentase pada variabel bahan logam besi dan baja. Logam besi
independen, yaitu iklim kerja, beban dan baja yang digunakan dalam proses
kerja dan konsumsi air minum. Analisis produksi merupakan sisa atau bekas
bivariat dilakukan untuk menjelaskan dari logam besi dan baja yang sudah
hubungan antara variabel independen, tidak digunakan dan cenderung
yaitu konsumsi air minum dengan berkarat, seperti besi baja bekas rel
variabel dependen, yaitu keluhan kereta api, besi baja bekas per mobil,
subjektif akibat tekanan panas. Analisis besi baja bekas plat kapal, dan lain-lain.
dilakukan menggunakan uji korelasi
Spearman.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Proses produksi pandai besi dalam bak berisi air atau oli. Proses
terdiri atas tahapan pemotongan besi penyepuhan cukup dilakukan satu kali
baja, peleburan logam besi dan baja, untuk mendapatkan produk yang
pembentukan, pengasahan, penyepuhan memiliki kualitas baik. Tahap terakhir
dan finishing. Pemotongan besi dan yaitu finishing yang meliputi kegiatan
baja dilakukan dengan cara pengasahan akhir dan pemasangan
memanaskan besi baja pada suhu pegangan tangan atau gagang.
1000OC. Logam besi dan baja yang Pengasahan akhir dilakukan untuk
telah dipotong selanjutnya akan dilebur menghaluskan permukaan besi baja
menjadi campuran logam besi baja. yang telah disepuh sehingga terlihat
Proses peleburan dilakukan dengan bersih dan mengkilat. Besi baja yang
suhu pembakaran mencapai 1500 - telah diasah kemudian diberi gagang
2000OC. Besi baja yang telah dilebur agar dapat digunakan dengan nyaman.
kemudian ditempa membentuk logam
menjadi hasil yang diinginkan. Proses
pembakaran dan penempaan besi baja Iklim Kerja Panas
dilakukan berulang-ulang hingga besi Pengukuran iklim kerja dilakukan di
baja memiliki bentuk sesuai dengan area produksi sentra pandai besi yang
produk yang akan dihasilkan. berada di Desa Bantaran, Kecamatan
Selanjutnya adalah proses pengasahan Bantaran, Kabupaten Probolinggo.
untuk menghaluskan dan menajamkan Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
permukaan produk. Terdapat dua sebagian besar responden (87.5%)
metode yang dilakukan dalam proses bekerja dengan iklim kerja melebihi
pengasahan, yaitu secara tradisional NAB dan hanya 6.3% responden yang
dengan menggunakan peralatan kikir bekerja dengan iklim kerja dibawah
tangan dan dengan menggunakan mesin NAB.
gerinda. Besi baja yang telah diasah
kemudian disepuh untuk mengeraskan
besi baja sehingga produk yang Beban Kerja Fisik
dihasilkan memiliki kekuatan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
baik. Penyepuhan dilakukan dengan sebagian besar responden (68.8%)
memanaskan kembali besi baja yang memiliki beban kerja sedang dan
telah diasah pada suhu sekitar 800 – terdapat 31.3% responden yang
900OC. Besi baja yang telah memiliki beban kerja ringan.
dipanaskan kemudian dicelupkan ke

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Iklim Kerja Panas


Iklim Kerja n %
< NAB 1 6.3
= NAB 1 6.3
> NAB 14 87.5

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Beban Kerja Fisik


Beban Kerja n %
Sedang 11 68.8
Ringan 5 31.3
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Konsumsi Air Minum Kondisi suhu lingkungan kerja yang


Hasil penelitian menunjukkan panas dapat menyebabkan munculnya
bahwa sebagian besar responden berbagai keluhan subjektif akibat
(75.0%) mengkonsumsi air minum tekanan panas. Keluhan akibat tekanan
dengan jumlah yang kurang dari panas yang dirasakan secara subjektif
anjuran dan terdapat 56.3% responden oleh responden pada sentra pandai besi
yang meminum air dengan frekuensi < di Desa Bantaran, Kecamatan Bantaran,
16 kali/hari. Seluruh responden Kabupaten Probolinggo dapat dilihat
mengkonsumsi air putih selama bekerja. pada tabel berikut ini.
Sebagian besar lokasi air minum Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(87.5%) para pekerja berada pada sebagian besar responden mengalami
tempat yang terjangkau oleh para keluhan sedang dengan frekuensi yaitu
pekerja. 50.0%. Terdapat 6 responden (37.5%)
yang mengalami keluhan subjektif berat
dan 2 responden (12.5%) yang
Keluhan Subjektif akibat Tekanan mengalami keluhan subjektif ringan.
Panas

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Air Minum


Konsumsi Air Minum hasil
n %
Kuantitas air minum
< anjuran 12 75.0

= anjuran 2 12.5

> anjuran 2 12.5

Frekuensi air minum

< 16 kali/hari 9 56.3

≥ 16 kali/hari 7 43.8

Jenis air minum

Air putih 16 100.0

Bukan air putih 0 0.0

Lokasi air minum

Terjangkau 14 87.5

Kurang terjangkau 2 12.5


Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Keluhan Subjektif Akibat Tekanan Panas Yang


Dirasakan Oleh Responden
Ya Tidak
No Keluhan
n % n (%)

1 Kulit kemerahan 5 31.3 11 68.8

2 Tubuh terasa panas 12 75.0 4 25.0

3 Cepat haus 14 87.5 2 12.5

4 Keringat berlebih 100 100.0 0 0.0

5 Cepat lelah 13 81.3 3 18.8

6 Pusing 4 25.0 12 75.0

7 Mual 3 18.8 13 81.3

8 Muntah 1 6.3 15 93.8

9 Kulit kering 1 6.3 15 93.8

10 Kejang otot 5 31.3 11 68.8

11 Hilang kesadaran 0 0.0 16 100.0

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tingkat Keluhan Subjektif Akibat Tekanan


Panas Yang Dialami Responden
Tingkat Keluhan Subjektif n %
Keluhan berat 6 37.5
Keluhan sedang 8 50.0
Keluhan ringan 2 12.5
Total 16 100.0

Hubungan Antara Kuantitas Air koefisien korelasi sebesar -0.615


Minum dengan Keluhan Subjektif memiliki arti bahwa ada hubungan kuat
Akibat Tekanan Panas antara kuantitas air minum dengan
Berdasarkan hasil analisis korelasi keluhan subjektif akibat tekanan panas
Spearman diperoleh nilai Sig. = 0.011 yang dialami oleh responden.
dan koefisien korelasi sebesar -0,615. Hubungan yang ada bersifat negatif.
Dengan nilai α = 0,05, maka nilai Sig = Hal ini berarti bahwa semakin sedikit
0.011 < 0.05. Hal ini berarti Ho ditolak atau kurang air minum yang
sehingga berarti bahwa terdapat dikonsumsi, maka risiko mengalami
hubungan antara kuantitas air minum keluhan subjektif akibat tekanan panas
dengan keluhan subjektif akibat tekanan semakin tinggi.
panas. Terkait kuat hubungan, nilai
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Hubungan Antara Frekuensi Minum Hasil penelitian menunjukkan bahwa


dengan Keluhan Subjek Subjektif sebagian besar responden memiliki
Akibat Tekanan Panas pengaturan waktu kerja 75%-100%
Hasil analisis korelasi Spearman (68.8%) dan beban kerja sedang
memperoleh nilai Sig.=0.043 dengan (68.8%). Berdasarkan hasil pengukuran
koefisien korelasi sebesar -0.512. ISBB yang diperoleh, maka dengan
Dengan nilai α = 0.05, maka nilai kondisi pengaturan waktu kerja dan
Sig.=0.043 < 0.05. Hal ini berarti Ho beban kerja yang terjadi, maka sebagian
ditolak yang berarti terdapat hubungan besar responden (87.5%) bekerja pada
antara frekuensi minum dengan keluhan kondisi tekanan panas melebihi NAB.
subjektif akibat tekanan panas. Nilai Kondisi ini dapat meningkatkan resiko
koefisien korelasi sebesar -0.512 berarti pekerja untuk mengalami keluhan
bahwa terdapat hubungan yang sedang subjektif akibat tekanan panas. Oleh
antara frekuensi minum dengan keluhan karena itu, perlu dilakukan
subjektif akibat tekanan panas yang pengendalian terhadap tekanan panas
dirasakan responden. Hubungan yang agar pekerja tidak mudah mengalami
ada bersifat negatif. Hal ini berarti keluhan subjektif akibat tekanan panas.
bahwa semakin sering frekuensi minum
yang dilakukan, maka risiko untuk Pekerja yang bekerja pada lingkungan
mengalami keluhan subjektif akibat kerja panas dapat mengalami tekanan
tekanan panas semakin kecil. panas sehingga tubuh akan melakukan
adaptasi dengan lingkungan. Suhu
lingkungan kerja yang panas dapat
Hubungan Lokasi Air Minum menyebabkan meningkatnya suhu tubuh
dengan Keluhan Subjektif Akibat sehingga kelenjar hipotalamus akan
Tekanan Panas mengaktifkan mekanisme regulasi
panas tubuh. Mekanisme ini bertujuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
untuk menyeimbangkan panas yang
terdapat 14 responden dengan lokasi air
diterima tubuh dan panas yang keluar
minum yang terjangkau dan mengalami
dari dalam tubuh melalui proses
keluhan subjektif, yaitu 3 responden
penguapan yaitu pernapasan dan
(21.4%) mengalami keluhan subjektif
berkeringat (Baker dkk, 2010).
ringan, 7 responden (50.0%) mengalami
keluhan subjektif sedang, dan 4
responden (28.6%) mengalami keluhan Beban Kerja Fisik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
subjektif berat. Hasil uji korelasi antara
sebagian besar responden mengalami
variabel lokasi air minum dengan
beban kerja sedang, yaitu sebesar
variabel keluhan subjektif akibat
68.8%. Berdasarkan Peraturan Menteri
tekanan panas dilakukan dengan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
menggunakan uji koefisien kontingensi.
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Berdasarkan hasil uji statistik, didapat
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor
nilai Sig. = 0.710. Dengan α = 0.05,
Kimia di Tempat Kerja, beban kerja
maka Sig. = 0,710 > 0.05. Hal ini
yang dialami pekerja menentukan NAB
berarti Ho diterima sehingga tidak ada
iklim kerja yang diperkenankan.
hubungan antara lokasi air minum
Pekerja yang bekerja dengan
dengan tingkat keluhan subjektif akibat
pengaturan waktu kerja antara 75%-
tekanan panas.
100% dan mengalami beban kerja
sedang, NAB iklim kerja yang
PEMBAHASAN diperkenankan adalah 28.0OC
Iklim Kerja Panas
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

sedangkan pekerja dengan beban kerja bekerja pada lingkungan kerja panas
ringan adalah 31OC. untuk mengkonsumsi air minum setiap
20 – 30 menit, baik ketika merasa haus
Konsumsi Air Minum maupun tidak. Apabila pekerja
Hasil penelitian pada 16 responden di mengkonsumsi air minum pada saat
sentra pandai besi Desa Bantaran, merasa haus saja, hal ini dapat
Kecamatan Bantaran, Kabupaten menyebabkan tidak seimbangnya cairan
Probolinggo, terdapat 12 responden di dalam tubuh. Cairan yang keluar
(75.0%) yang mengkonsumsi air minum melalui keringat akan lebih banyak
dengan jumlah yang kurang dari daripada cairan yang masuk ke dalam
anjuran, 2 responden (12.5%) yang tubuh.
mengkonsumsi air minum dengan
jumlah yang sesuai dengan anjuran, dan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
2 responden (12.5%) yang 14 responden (87.5%) dari 16
mengkonsumsi air minum lebih dari responden dengan lokasi air minum
anjuran. Hasil penelitian ini selaras yang terjangkau dan hanya terdapat 2
dengan penelitian yang dilakukan oleh responden (12.5%) dengan lokasi air
Huda (2016) pada pekerja di Pabrik minum kurang terjangkau. Menurut
Tahu UD Sumber Kencana bahwa Soeripto (2008), sebaiknya air minum
sebagian besar pekerja mengkonsumsi ditempatkan pada lokasi yang mudah
air minum dengan jumlah yang kurang, dijangkau oleh pekerja sehingga pekerja
yaitu sebesar 64.29%. dapat mengambil air minum tanpa harus
meninggalkan tempat kerja.
Menurut NIOSH (2010), seseorang Terjangkaunya lokasi air minum dapat
yang bekerja pada lingkungan kerja meningkatkan frekuensi minum pekerja
panas dianjurkan untuk minum 1 gelas sehingga dapat tetap menjaga
air (250 ml) setiap 30 menit. Asupan air keseimbangan cairan di dalam tubuh.
minum pada saat bekerja dengan Apabila lokasi air minum ditempatkan
lingkungan kerja yang panas diberikan jauh dari pekerja, maka dapat
tidak hanya pada saat merasa haus saja, menimbulkan rasa malas pada pekerja
akan tetapi ketika tidak merasa haus untuk mengambil air minum sehingga
pun tetap dianjurkan untuk dapat berdampak pada menurunnya
mengkonsumsi air minum dengan frekuensi minum pada saat bekerja.
jumlah 1 gelas (250 ml) setiap 30 menit.
Hal ini bertujuan untuk menjaga tubuh Keluhan Subjektif Akibat Tekanan
dari dehidrasi akibat banyaknya cairan Panas
tubuh yang hilang akibat aktivitas fisik Keluhan yang paling sering dirasakan
yang dilakukan dan paparan panas yang oleh responden yaitu keringat berlebih
dihadapi. (100.0%) dan cepat haus (87.5%).
Keluhan yang paling sedikit dirasakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa oleh responden adalah muntah dan kulit
sebagian besar responden (56.3%) kering dengan frekuensi yang sama,
meminum air sebanyak < 16 kali/hari yaitu 6.3%. Keluhan yang tidak pernah
dan hanya terdapat 7 responden (43.8%) dialami oleh responden adalah hilang
yang mengkonsumsi air minum setiap ≥ kesadaran. Hal ini selaras dengan
16 kali/hari. Hal ini menunjukkan penelitian yang dilakukan oleh Puspita
bahwa para pekerja pandai besi jarang (2012) pada pekerja di area produksi
mengkonsumsi air minum ketika pelumas Jakarta PT. Pertamina
bekerja. OHSCO (2007) dan OSHA (Persero) menunjukkan bahwa keluhan
(2014) menganjurkan pekerja yang yang sering dirasakan oleh responden
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

adalah banyak mengeluarkan keringat dehidrasi dan sistem termoregulasi


(92.6%) dan merasa cepat haus tubuh dapat berfungsi dengan baik.
(85.2%). Berdasarkan hasil uji statistic terhadap
lokasi air minum dan keluhan subjektif
Hubungan Konsumsi Air Minum akibat tekanan panas, diketahui bahwa
dengan Keluhan Subjektif nilai Sig.=0.710, hal ini berarti tidak
Berdasarkan uji korelasi Spearman yang terdapat hubungan antara lokasi air
dilakukan terhadap variabel kuantitas minum dengan tingkat keluhan subjektif
air minum dengan keluhan subjektif akibat tekanan panas. Tidak adanya
akibat tekanan panas, didapatkan nilai hubungan antara kedua variabel
Sig. = 0.011 dengan koefisien korelasi disebabkan oleh faktor kuantitas air
sebesar -0,615. Dengan nilai α = 0.05, minum dan frekuensi minum memiliki
maka nilai Sig. = 0.011 < 0.05. Hal ini hubungan yang lebih kuat terhadap
berarti bahwa terdapat hubungan yang munculnya keluhan subjektif akibat
kuat antara kuantitas air minum dengan tekanan panas pada pekerja pandai besi
keluhan subjektif akibat tekanan panas. di Desa Bantaran, Kecamatan Bantaran,
Hasil penelitian ini sejalan dengan Kabupaten Probolinggo. Hasil observasi
penelitian yang dilakukan oleh Fajrin juga menunjukkan bahwa sebagian
dkk. (2014) pada pekerja instalasi besar lokasi air minum memiliki jarak
laundry rumah sakit di Kota Makassar yang dekat dengan responden sehingga
yang menyatakan bahwa terdapat responden tidak mengalami hambatan
hubungan antara jumlah konsumsi air dalam menjangkau air minum.
minum dengan keluhan subjektif akibat
tekanan panas (p=0.000). KESIMPULAN
Sebagian besar responden
Hasil uji korelasi Spearman terhadap (75.0%) mengkonsumsi air minum
frekuensi minum dan keluhan subjektif dengan jumlah < anjuran. Sebagian
akibat tekanan panas memperoleh nilai besar responden (56.3%) memilki
Sig.=0.043 dengan koefisien korelasi frekuensi minum < 16 kali/hari. Seluruh
sebesar -0.512. Hal ini berarti bahwa responden mengkonsumsi air putih pada
terdapat hubungan antara frekuensi saat bekerja dan sebagian besar lokasi
minum dengan keluhan subjektif akibat air minum (87.5%) berada di tempat
tekanan panas. Hasil penelitian ini yang terjangkau oleh responden.
sejalan dengan penelitian yang Keseluruhan responden pernah
dilakukan Firdaus (2012) pada pekerja mengalami keluhan subjektif akibat
di home industry tahu Jembar Manah tekanan panas. Keluhan yang selalu
Sumedang menunjukkan bahwa dirasakan oleh semua responden adalah
sebagian besar pekerja mengkonsumsi keringat berlebih. Keluhan yang sering
air minum sebanyak 4-8 kali/hari. Hal dirasakan oleh responden adalah cepat
ini berarti para pekerja memiliki haus (87.5%). Keluhan yang paling
frekuensi minum > 30 menit. Hal ini sedikit dirasakan adalah kulit kering
tidak sesuai dengan anjuran yang dan muntah dengan frekuensi 6.3%.
dikeluarkan oleh NIOSH (2010) bahwa Sebagian besar responden (50.0%)
setiap pekerja yang bekerja pada mengalami keluhan sedang dan terdapat
lingkungan kerja panas disarankan 6 responden (37.5%) yang mengalami
untuk mengkonsumsi air minum setiap keluhan berat. Hasil uji statistik
30 menit. Tujuannya adalah untuk menunjukkan adanya hubungan antara
menjaga keseimbangan cairan tubuh kuantitas air minum dengan keluhan
sehingga tubuh tidak mengalami subjektif akibat tekanan panas
(p=0.011). Selain itu, terdapat
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

hubungan antara frekuensi minum Huda, A. I. 2016. Hubungan Beban


dengan keluhan akibat subjektif akibat Kerja Fisik dan Jumlah Konsumsi
tekanan panas (p=0.043). Air Minum dengan Tingkat
Dehidrasi (Studi pada Pekerja di
Pabrik Tahu UD Sumber Kencana
SARAN Surabaya). Skripsi. Universitas
Perlu adanya sosialisasi dan edukasi Airlangga.
mengenai upaya keselamatan dan Luber, G.E., C.A. Sanchez , L.M.
kesehatan kerja kepada pekerja pandai Conklin. 2006. Heat-related
besi di Desa Bantaran, Kecamatan deaths—United States, 1999–
Bantaran, Kabupaten Probolinggo untuk 2003. MMWR Morb Mort
meningkatkan kesadaran akan Weekly Rep. 55:796–798.
keselamatan dan kesehatan kerja.
Seluruh pekerja pandai besi di Desa Muflichatun. 2006. Hubungan Antara
Bantaran, Kecamatan Bantaran, Tekanan Panas, Denyut Nadi, dan
Kabupaten Probolinggo dianjurkan Produktivitas Kerja Pada Pekerja
untuk mengkonsumi air minum dengan Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji
jumlah 250 mL setiap 30 menit untuk Donorejo Batang. Skripsi.
menjaga keseimbangan cairan dalam Universitas Negeri Semarang.
tubuh dan meminimalisir munculnya OHSCO. 2007. Heat Stress Awareness
keluhan subjektif akibat tekanan panas. Guide. Canada: Occupational
Health and Safety Council of
Ontario (OHSCO).
DAFTAR PUSTAKA
OSHA. 2014. OSHA QUICK CARD:
Bruce Baker, John Ladue. 2010. How Protecting Workers from Heat
Heat Stress Affects Performance. Stress. Occupational Safety and
Sumber: Health Administration. United
http://ehstoday.com/health/news/h States
eat-stress-affects-performance-
7791 [Diakses 15 Juli 2016] Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia
CDC. 2015. Heat Stress. Sumber: Nomor: PER.13/MEN/X/2011
http://www.cdc.gov/niosh/topics/ Tentang Nilai Ambang Batas
heatstress/ Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
[Diakses 26 Oktober 2015]. Tempat Kerja.
Fefti HI, dan Erwin N. 2013. Faktor NIOSH. 2010. NIOSH Fast Facts:
Dominan yang Berpengaruh Protecting Yourself from Heat
terhadap Munculnya Keluhan Stress. United States
Subjektif Akibat Tekanan Panas NIOSH. 2016. Criteria for a
pada Tenaga Kerja di PT. IGLAS Recommend Standard:
(Persero) Tahun 2013. The Occupational Exposure to Heat
Indonesian Journal of and Hot Environments. Revised
Occupational Safety and Health. Criteria 2016. United States
Vol.2, No.2, 175-184.
Randell, K. dan M.D. Wexler. 2002.
Firdaus, Apriyadi. 2007. Proses Evaluation and Treatment of
Pembuatan Semen Pada PT. Heat-Related Illnesses. American
Holcim Indonesia Tbk. Tugas Family Physician Journal.
Akhir. Universitas Sultan Ageng Sumber:
Tirtayasa http://www.aafp.org/afp/2002/060
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

1/p2307.html [Diakses 27 Tiara, R. P. 2013. Analisis Tekanan


Oktober 2015]. Panas dan Keluhan Subjektif
Soeripto. 2008. Higiene Industri. Akibat Pajanan Tekanan Panas
Jakarta. Balai Penerbit FKUI Pada Pekerja Di Area PT United
Tractors Tbk Tahun 2013.
Suma’mur. 2009. Higene Perusahaan Skripsi. Universitas Indonesia
dan Kesehatan Kerja
(HIPERKES). Jakarta. Sagung
Seto.
Telan, Albina Bare. 2012. Pengaruh ACKNOWLEDGEMENT
Tekanan Panas Terhadap Peneliti mengucapkan
Perubahan Tekanan Darah dan terimakasih banyak kepada para
Denyut Nadi pada Tenaga Kerja responden yang bersedia berpartisipasi
Industri Pandai Besi Di Desa pada penelitian ini dan beberapa pihak
Hadipolo Kecamatan Jekulo terkait yang juga terlibat dalam
Kabupaten Kudus Jawa Tengah. pelaksanaan penelitian ini.
Tesis. Universitas Diponegoro.

Das könnte Ihnen auch gefallen