Sie sind auf Seite 1von 9

JURNAL

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN INSOMNIA


PADAWANITA PREMENOPAUSE DI RT. 005RW. 19
PERUMAHANTAMAN SETIA MEKARBEKASI
TIMURTAHUN 2013

DIAN ANGGRAENI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2013
ABSTRACT

Dian Anggraeni

Premenopausal period is the physiological condition of the woman who has entered
aperiod of aging. Women who have 40-50 years old, characterized by decreased levels of the
estrogen hormone plays an important role in sexual reproduction.In addition there are any
physiological changesthat cause anxiety which can lead topsychosomatic disorders, the name
isInsomnia.Insomnia affects the health status of premenopausal women. This researchaims to
determine the Correlation between anxiety and insomnia on premenopausal women.This type of
research is aDescriptiveAnalyticCross Sectional approach. This researchpopulation is all women
who had 40 - 50 years old living at RT. 005 RW. 19 Taman Setia Housing Mekar - East Bekasi,
amounting to 50 people. Sampling technique used Total Populatiaon Sampling.The
results obtained used Chi Square test, where is the p value 0,001 <α value 0,05. Itcan be concluded
that the Correlation between anxiety and insomnia on premenopausal women.Family should
support for premenopausal women so that they feel their role is still needed in their family, so they
doesn‟t always think about the changes that occur in the body that eventually cause anxiety.

Keywords : Anxiety, Insomnia, The Premenopausal


References : 2007 - 2012

ABSTRAK

Dian Anggreani

Masa premenopause adalah kondisi fisiologis wanita yang telah memasuki masa penuaan
yaitu wanita yang berusia 40-50 tahun, yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen
yang sangat berperan dalam reproduksi seksualitas. Selain itu terj adi juga perubahan
psikologis yang menimbulkan kecemasan yang dapat memicu gangguan psikosomatik yaitu
insomnia.Insomnia berdampak pada status kesehatan wanita premenopause. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecemasan dengan insomnia pada
wanita premenopause. Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi penelitian ini adalah semua wanita yang berusia 40-50 tahun yang tinggal di RT. 005
RW. 19 Perumahan Taman Setia Mekar Bekasi Timur yang berjumlah 50 orang. Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Populatiaon Sampling. Hasil penelitian yang
didapat menggunakan Uji Chi Square adalah p Value 0,001< nilai α 0,05. Dapat disimpulkan
bahwa adanya hubungan antara kecemasan dengan insomnia pada wanita
premenopause.Hendaknya keluarga memberikan dukungan kepada wanita premenopause agar
mereka merasa perannya masih di butuhkan dalam keluarga sehingga tidak selalu memikirkan
perubahan yang terjadi di dalam tubuhnya yang akhirnya menimbulkan kecemasan.

Kata Kunci : Kecemasan, Insomnia, Masa Premenopause


Daftar Acuan : 2007-2012
PENDAHULUAN Insomnia dapat mempengaruhi
Tidur adalah anugerah Tuhan yang pekerjaan, aktifitas sosial dan status
sangat berharga, dengan tidur kita bisa kesehatan penderitanya. Dampak pada
mengistirahatkan badan dan pikiran. Kondisi kesehatan diantaranya menyebabkan
sehat, fit, dan prima dapat kita peroleh setelah penambahan berat badan, daya tahan tubuh
kita bangun dari tidur. Tidur adalah aktivitas menjadi lemah sehingga mudah sakit, rentan
fisik yang tidak dapat digantikan oleh terserang kencing manis, stres meningkat,
aktivitas lainnya, tidur dapat menghilangkan meningkatkan rasa cemas dan gampang
segala penat, sedih dan beban pikiran (Susilo tersinggung, meningkatkan risiko kecelakaan
& Wulandari,2011). di tempat kerja, dapat mengganggu
Insomnia merupakan salah satu gangguan kewaspadaan, konsentrasi, penalaran,
tidur, dimana seseorang merasa sulit untuk pemecahan masalah dan pelupa, memicu
ingin tidur. Kurang lebih 1/3 dari orang terjadinya serangan jantung, detak jantung
dewasa di Amerika Serikat pernah menderita tidak teratur, tekanan darah tinggi dan stroke,
insomnia setiap tahunnya. SurveiAmerican menyebabkan depresi, mempengaruhi
Cancer Societypada 1,1 juta penduduk di kesehatan kulit, dan meningkatkan risiko
Amerika, menemukan mereka yang tidur kematian (Hediyani, 2012).
sekitar 7 jam setiap malam memiliki tingkat Dari sekian banyak penyebab dari
kematian terendah, sedangkan orang-orang insomnia salah satunya diantaranya adalah
yang tidur kurang dari 6 jam atau lebih dari 8 kecemasan, dimana seseorang merasa gelisah
jam lebih tinggi tingkat kematiannya. Tidur yang mendalam karena memikirkan masalah
selama 8,5 jam atau lebih setiap malam dapat yang sedang dihadapinya (Putra, 2011). Hal
meningkatkan angka kematian sebesar 15%. tersebut juga dikemukakan oleh Susilo dan
Pada insomniakronis tidur kurang dari 3,5 Wulandari (2011) bahwa orang yang mudah
jam (wanita) dan 4,5 jam (laki-laki) juga cemas sering mengalami keluhan insomnia. 2
dapat menyebabkan kenaikan sebesar 15% Kecemasan adalah kondisi emosional
tingkat kematian(Hediyani, 2012). yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh
Nurmiati Amir, dokter spesialis kejiwaan perasaan-perasaan subjektif seperti
dari Fakultas Kedokteran Universitas ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga
Indonesia Rumah Sakit Cipto ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat
Mangunkusumo, mengatakan bahwa (Post,1978). Freud (dalam Arndt, 1974)
insomnia menyerang 10% dari total penduduk menggambarkan dan mendefinisikan
di Indonesia atau sekitar 28 juta orang. Total kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak
angka kejadian insomnia tersebut 10-15% menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi
merupakan gejala insomnia kronis. Seseorang fisiologis tertentu seperti perubahan detak
dapat mengalami insomnia transien akibat jantung dan pernafasan (Sahara, 2007).
stres situasional seperti masalah keluarga, Kecemasan dapat terjadi pada wanita dan
kerja atau sekolah, jet lag, penyakit, atau sebagian besar terjadi pada wanita
kehilangan orang yang dicintai. Insomnia premenopause, ini terjadi karena adanya
temporer akibat situasi stres dapat perubahan fisik yang menjadi masalah yang
menyebabkan kesulitan kronik untuk dihadapi oleh sebagian besar wanita
mendapatkan tidur yang cukup, mungkin premenopause dan dapat memicu gangguan
disebabkan oleh kekhawatiran, stres, dan psikosomatik berupa gangguan tidur, jika
kecemasan (Hidayat, 2012). tidak di tangani akan berlanjut pada depresi
Pada saat ini, diperkirakan satu dari tiga (Puspita, 2012).
orang mengalami insomnia. Nilai ini cukup Di Indonesia lebih dari 25% perempuan
tinggi jika dibandingkan dengan jenis akan mengalami kecemasan jauh lebih tinggi
penyakit lainnya. Kesulitan tidur ini bisa daripada laki-laki. Kecemasan dapat menjadi
menyangkut lamanya waktu tidur (kuantitas) penyakit yang sangat menganggu,
atau kelelapan (kualitas) tidur. Sekitar 20- menghambat aktivitas sehari-hari. Selain itu,
40% masyarakat mengalami masalah kecemasan dapat menyebabkan depresi. Pada
insomnia. Wanita dikatakan lebih sering mood depresi muncul perasaan sedih,
menderita insomnia dibandingkan dengan menangis, rasa hampa, mudah marah, dan
laki-laki (Mukhlidah,2011). dapat muncul ide-ide bunuh diri bahkan usaha
4

untuk melakukan bunuh diri ditetapkan dan berperan sebagai pedoman


(Kusumawardhani, 2006) atau penuntun peneliti pada seluruh proses
Premenopause adalah suatu kondisi penelitian, yang digunakan pada penelitian ini
fisiologis wanita yang telah memasuki masa adalah deskriptif analitik. Dengan
penuaan (aging) yaitu wanita yang berusia menggunakan desain Cross Sectional, yaitu
40-50 tahun, yang ditandai dengan jenis penelitian yang menekankan waktu
menurunnya kadar hormonal estrogen pengukuran/observasi data variabel
ovarium yang sangat berperan dalam independen dan dependen secara simultan
reproduksi seksualitas, sering mengganggu hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,
aktifitas wanita bahkan mengancam 2009).
kebahagiaan berumah tangga. Masa
premenopause dengan berbagai perubahan Teknik Pengumpulan Data
fisiologis yang terjadi akan menjadi momok Data primer
atau rasa ketakutan bagi setiap wanita yang Untuk mendapatkan data primer yang
akan menjalaninya, kendati hal ini alamiah diperlukan, peneliti melakukan wawancara
terjadi pada semua wanita, namun efek langsung dan menggunakan alat
sampingnya banyak mempengaruhi pengumpulan data berupa kuesioner yaitu
keharmonisan rumah tangga bila tidak siap pengumpulan data secara normal yang
menghadapinya. Perubahan fisik dimana dilakukan oleh peneliti kepada subjek untuk
terdapat keriput, buah dada menjadi lembek, menjawab pertanyaan, pertanyaan yang
darah haid menjadi banyak atau sedikit sekali diajukan dapat berupa pertanyaan terstruktur,
dan perubahan psikologis lainnya akan terjadi tidak terstruktur, langsung dan tidak langsung
pada masa premenopause (Puspita, 2011). (Nursalam, 2009). Kuesioner tersebut telah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dibuat oleh peneliti dengan membaginya
oleh Aprilia dan Puspitasari (2007) di menjadi dua bagian yaitu pertanyaan
Surabaya terhadap 100 responden wanita mengenai kecemasan dan insomnia pada
premenopause ditemukan 53% responden wanita premenopause.
dengan tingkata kecemasan ringan, 22% Adapun skala pengukuran untuk
responden dengan tingkat kecemasan sedang, kuesioner kecemasan menggunakan HARS
dan 25% responden dengan tingkat (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang terdiri
kecemasan berat. Penelitian yang serupa juga dari 14 pertanyaan dengan pengkodean “1
dilakukan oleh Felix, dkk (2007) di Jakarta mengarah pada jawaban Tidak Pernah”, “2
menyebutkan dua orang (18,2%) dari 11 mengarah pada jawaban Kadang-kadang”, “3
orang wanita usia 40-55 tahun mengalami mengarah pada jawaban Sering” dan “4
psikokopatologi berupa kecemasan. mengarah pada jawaban Selalu”.
Berdasarkan dari survei awal melalui Setelah jawaban terkumpul, kemudian
wawancara di RT. 005 RW. 19 Perumahan dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu
Taman Setia Mekar Bekasi Timur bahwa dari sebagai berikut :
10 orang wanita premenopause terdapat a. Kategori Tidak ada kecemasan= jika skor 14-
empat orang yang mengalami insomnia, 24
karena memikirkan hal-hal yang akan terjadi b. Kategori Kecemasan ringan= jika skor 25-35
ketika mereka mengalami menopause. Dan c. Kategori Kecemasan sedang = jika skor 36-46
dilokasi tersebut belum pernah dilakukan d. Kategori Kecemasan berat= jika skor 47-56
penelitian mengenai hubungan kecemasan Sedangkan skala pengukuran untuk
dengan insomnia pada wanita premenopause. kuesioner insomnia terdiri dari 10 pertanyaan
Maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauh dengan pengkodean “1 mengarah pada
mana Hubungan Kecemasan dengan jawaban Tidak” dan “2 mengarah pada
Insomnia pada Wanita Premenopause di RT. jawaban Ya”. Setelah jawaban terkumpul,
005 RW. 19 Perumahan Taman Setia Mekar kemudian dikategorikan menjadi dua
Bekasi Timur tahun 2012. kategori, yaitu sebagai berikut :
a. Kategori Tidak Insomnia= jika skor 10-14
METODOLOGI PENELITIAN b. Kategori Insomnia= jika skor 15-20
Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi 2.
untuk mencapai tujuan penelitian yang telah 3.
4. Data Sekunder komputerisasi dengan proses program SPSS
Data sekunder diambil dengan 16.
menggunakan studi pustaka, yaitu mengambil
data yang diperoleh dari literatur dan jumlah 2. Analisa Bivariat
warga premenopause yang di peroleh dari Analisa bivariat adalah yang
ketua RT. 005 Taman Setia Mekar Bekasi digunakan terhadap dua variabel yang diduga
Timur. berhubungan atau berkorelasi
Tehnik Analisa Data (Notoatmodjo,2010). Dalam penelitian ini,
Analisa data adalah mengelompokan, analisa yang digunakan adalah uji chi square,
membuat suatu urutan, sehingga mudah untuk yaitu uji yang digunakan untuk menguji
di dibaca (Notoatmodjo,2010). Penelitian ini perbedaan proporsi atau persentase antara
menggunakan data secara univariat dan secara beberapa kelompok data dan untuk
bivariat. mengetahui hubungan antara variabel
1. Analisa Univariat kategorik. Karena data yang di dapat berupa
Analisa univariat adalah analisa yang data katagorik yaitu hubungan antara
dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil kecemasan dengan insomnia, Dengan nilai
penelitian yang akan menghasilkan distribusi mutlak α = 0,05 dengan program SPSS 16.
dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo,2010). Dalam penelitian ini Penyajian Data
analisa univariat di gunakan untuk Data yang disajikan dalam bentuk
menganalisa distribusi frekuensi terhadap tekstular, tabular atau menggunakan tabel-
variabelkecemasan dan distribusi frekuensi tabel dimana data yang diperoleh di
variabelinsomnia. Analisa ini dilakukan secara distribusikan ke dalam tabel.

HASIL PENELITIAN

1. Analisa Univariat
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Insomnia Pada Wanita Premenopause
di RT. 005 RW. 19 Perumahan Taman Setia Mekar Bekasi Timur
Tahun 2013

Insomnia Frekuensi Presentase


Tidak Insomnia 8 17,8
Insomnia 37 82,2
Total 45 100

Data pada tabel 1 diatas yaitu mengalami „insomnia’ sebanyak 37


menunjukkan bahwa responden terbanyak orang (82,2%).

Tabel. 2
Distribusi Frekuensi Kecemasan Pada Wanita Premenopause
di RT. 005 RW. 19 Perumahan Taman Setia Mekar Bekasi Timur
Tahun 2013

Kecemasan Frekuensi Presentase


Tidak Cemas 6 13,3
Cemas ringan 15 33,4
Cemas Sedang 18 40
Cemas Berat 6 13,3
Total 45 100
Data pada tabel 2 diatas yaitu mengalami „cemas sedang‟ sebanyak
menunjukkan bahwa responden terbanyak 18 orang (40%).

2. Analisa Bivariat
Tabel 3
Hubungan Kecemasan dengan Insomnia Pada Wanita Premenopause di RT.
005 RW. 19 Perumahan Taman Setia Mekar
Bekasi Timur Tahun 2013
Kecemasan Insomnia Total P
Tidak Insomnia Insomnia Value
N % N % N %
Tidak Cemas 4 8,9 2 4,5 6 13,3
Cemas Ringan 4 8,9 11 24,4 15 33,4
Cemas Sedang 0 0 18 40 18 40 0,001
Cemas Berat 0 0 6 13,3 6 13,3
Total 8 17,8 37 82,2 45 100

Data pada tabel 3 di atas menunjukkan Hasil uji statistik diperoleh p Value
bahwa responden terbanyak yaitu mengalami = 0,001 lebih kecil dari nilai alpa = 0,05
„insomnia’ sebesar 40% berada dalam maka dapat di simpulkan bahwa H0 ditolak
„kecemasan sedang‟ dan sebesar 24,4% dan H1 gagal ditolak, artinya ada hubungan
berada dalam „kecemasan ringan‟. yang sangat signifikan antara kecemasan
dengan insomnia pada wanita premenopause.
PEMBAHASAN jumlah jam tidur yang kurang dari 7-8 jam
Insomnia Pada Wanita Premenopause di karena mereka sering terbangun pada malam
RT. 005 RW. 19 Perumahan Taman Setia hari. Hal lain yang dapat mengganggu jumlah
Mekar jam tidur mereka adalah karena suatu
Berdasarkan hasil penelitian peneliti penyakit, kesibukan sebagai ibu rumah
menyatakan bahwa dari 45 responden, tangga dan beberapa dari wanita tersebut ada
terbanyak mengalami insomnia yaitu yang bekerja. Wanita yang bekerja harus
sebanyak 37 responden (82,2%) dan yang pintar-pintar membagi waktu antara pekerjaan
tidak mengalami insomnia sebanyak 8 rumah dan pekerjaan ditempat kerjanya.
responden (17,8%). Banyak dari wanita premenopause tersebut
Menurut Kozier, dkk (2012) yang bekerja jauh dari rumahnya, sehingga
menyebutkan, insomnia adalah ketika tiba dirumah sampai larut malam dan
ketidakmampuan untuk tidur dengan jumlah setelah itu dilanjutkan dengan tugasnya
atau kualitas yang cukup. Susilo dan sebagai ibu rumah tangga, saat pagi harinya
Wulandari mendefinisikan insomnia adalah mereka harus bangun pagi untuk berangkat
penyakit atau gejala kelainan tidur, berupa kerja, oleh karena itu jumlah jam tidur
sulit untuk merasa ingin tidur. Seseorang mereka berkurang karena digunakan untuk
yang mengalami sulit tidur akan pula menyelesaikan pekerjaan rumah.
mengalami gangguan kesehatan, cenderung
mudah stres dan depresi. Insomnia dapat Kecemasan Pada Wanita Premenopause di
berdampak terhadap kualitas tidur seseorang, RT. 005 RW. 19 Perumahan Taman Setia
akibat yang dapat dirasakan adalah Mekar
menurunnya kualitas hidup, produktivitas, Berdasarkan hasil penelitian peneliti
dan keselamatan kerja seseorang. Selain itu menyatakan bahwa dari 45 responden,
insomnia juga mempengaruhi kualitas kerja terbanyak mengalami cemas sedang yaitu
yang dihasilkan (Susilo dan Wulandari, sebanyak 18 responden (40%), yang
2011). mengalami cemas ringan sebanyak 15
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti responden (33,4%), yang mengalami cemas
menunjukkan bahwa wanita premenopause berat sebanyak 6 responden (13,3%), dan
banyak yang mengalami insomnia. Karena yang merasa tidak cemas sebanyak 6
sebagian besar responden menyatakan bahwa responden (13,3%).
Menurut Ayub (2012) kecemasan adalah kecemasan berat, dengan p value 0,001 yang
perasaan yang menetap berupa kekuatan yang menunjukkan adanya hubungan yang sangat
merupakan respon terhadap ancaman yang signifikan. 45
akan datang. Dianggap berbahaya atau hal Hasil penelitian diatas didukung oleh
tersebut dapat merupakan perasaan yang Kozier, dkk (2010) yang menyatakan bahwa
tertekan ke dalam alam bawah sadar bila kecemasan sering kali mengganggu tidur.
terjadi peningkatan akan adanya bahaya dari Seseorang yang yang pikirannya dipenuhi
dalam. Dalam bukunya yang lain Ayub juga dengan masalah pribadi mungkin tidak rileks
menyebutkan bahwa kecemasan adalah dengan cukup untuk dapat tidur. Kecemasan
sinyal yang menyadarkan seseorang untuk meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah
memperingatkan adanya bahaya yang melalui stimulus sistem syaraf simpatis.
mengancam dan memungkinkan seseorang Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya
mengambil tindakan guna mengatasi waktu tidur tahap IV NREM, dan tidur REM
ancaman. Dalami (2009) mendefinisikan serta lebih banyak perubahan dalam tahap
kecemasan adalah merupakan respon tidur lain dan lebih sering terbangun.
emosional terhadap penilaian individu yang Hal ini juga sesuai dengan penelitian
subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar yang dilakukan oleh Jumani, dengan judul
dan tidak diketahui secara khusus Hubungan Antara Kecemasan dengan
penyebabnya. Dalam perjalanannya Insomnia pada Lansia di Kampung Amposari
kecemasan dapat timbul sejak masa bayi Kelurahan Kedungmudu Kecamatan
(kecemasan perpisahan), dan dalam Tembalang Semarang Tahun 2011.
keseluruhannya, kecemasan berkembang Didapatkan hasil uji statistik dengan
sesuai dengan perkembangan seseorang menggunakan Rank Spearman didapatkan
(Ayub,2011). Seseorang yang mengalami nilai r hitung sebesar 0,363 dengan nilai
kecemasan gejala yang dikeluhkan penderita p=0,001. Artinya ada hubungan yang
didominasi oleh keluhan-keluhan psikis signifikan antara kecemasan dengan
(ketakutan dan kekhawatiran), tetapi dapat insomnia.
pula disertai keluhan-keluhan somatik (fisik) Berbeda dengan penelitian yang
(Hawari, 2007). dilakukan oleh Nita Ristia, dengan judul
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
menunjukkan bahwa wanita premenopause Kejadian Insomnia pada Ibu Menopause di
banyak yang mengalami kecemasan sedang. RW. 2 Desa Cimanggu Kecamatan Cimanggu
Hal tersebut dikarenakan sebagian besar Kabupaten Cilacap Tahun 2010. Didapatkan
responden menyatakan bahwa mereka sering hasil yang berbeda, yaitu nilai p hitung > p
merasa cemas dengan kehidupan dan masa tabel (0,678>0,05), artinya tidak terdapat
depan anak-anaknya, apalagi ketika anak- hubungan yang signifikan antara kecemasan
anak mereka sedang sekolah atau bekerja dengan insomnia.
tetapi belum pulang pada waktunya, selain Maharatih dkk, (2008) mengemukakan
dari hal tersebut banyak juga diantara wanita bahwa diantara sekian banyak tanda dan
tersebut cemas karena memikirkan ekonomi gejala cemas diantaranya adalah kewaspadaan
keluarganya dan cemas karena perubahan- berlebihan dan penangkapan berkurang
perubahan yang terjadi pada dirinya ketika termasuk insomnia. Ibrahim (2012) juga
memasuki masa premenopause. berpendapat, terdapat beberapa jenis
gangguan cemas, salah satunya adalah
Hubungan Kecemasan Dengan Insomnia kecemasan neurotik. Jenis gangguan cemas
Pada Wanita Premenopause di RT. 005 ini secara subyektif dapat disertai dengan
RW. 19 Perumahan Taman Setia Mekar beberapa (atau semua) dari gejala fisiologis
Berdasarkan hasil penelitian seperti ketegangan otot, kegelisahan (agitasi),
menunjukkan bahwa responden terbanyak gemetar (tremor), keringat yang berlebih
mengalami insomnia, sebanyak 2 responden (hyperhidrosis), pelebaran pupil dan detak
(4,5%) tidak mengalami kecemasan, nadi yang cepat. Disertai dengan gejala
sebanyak 11 responden (24,4%) mengalami tambahan, yang merupakan akibat sekunder,
kecemasan ringan, sebanyak 18 responden misalnya kelelahan, susah tidur (insomnia),
(40%) mengalami kecemasan sedang dan mudah tersinggung (iritabilitas), kesulitan
sebanyak 6 responden (13,3%) mengalami
mempertahankan perilaku dan berbagai RT. 005 RW. 19 Perumahan Taman Setia
gangguan lainnya. Mekar Bekasi Timur terbanyak disebabkan
Menurut Kasdu (2002) dalam Damayanti oleh kecemasan sedang.
dan Purnamasari (2011) adapun tanda-tanda
dari premenopause adalah terjadinya perubahan, SARAN
baik perubahan fisik maupun perubahan psikis Bagi Wanita Premenopause
yang disebabkan oleh penurunan produksi 1. Disarankan untuk mengurangi
hormon estrogen. Perubahan fisik meliputi kecemasandengan berpikir positif pada
ketidakteraturan siklus haid, perasaan panas (hot setiap perubahan yang dialami pada
flushes), kekeringan vagina, perubahan kulit, tubuh.
keringat di malam hari, sulit tidur (insomnia), 2. Disarankan untuk meningkatkan
perubahan pada mulut, kerapuhan tulang, badan aktifitas sehari-hari agar dapat
menjadi gemuk, dan munculnya gejala penyakit. mengalihkan stresor yang dapat
Sedangkan perubahan psikis meliputi adanya menyebabkan kecemasan.
kecemasan, ingatan menurun, mudah 3. Disarankan untuk menjalankan pola
tersinggung, stres dan depresi. hidup sehat dengan memperhatikan
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti asupan makanan yaitu banyak
menunjukkan bahwa wanita premenopause mengkonsumsi makanan yang
banyak yang mengalami insomnia dengan mengandung vitamin A, B kompleks,
kecemasan sedang. Peneliti dapat dan vitamin C, melakukan relaksasi dan
menganalisa bahwa insomnia yang terjadi olah raga teratur.
pada seseorang bukan hanya disebabkan oleh 4. Segera menghubungi dokter ketika
karena kecemasan saja dan banyak faktor mengalami insomnia, agar
penyebab. Didalam penelitian ini yang mendapatkan penanganan yang tepat.
dibahas adalah kecemasan yang dapat Bagi Keluarga Wanita Premenopause
menyebabkan insomnia. Kecemasan banyak 1. Disarankan untuk memberikan
sekali penyebabnya, khususnya pada wanita dukungan agar wanita premenopause
premenopause adalah yang berhubungan aktif mengikuti kegiatan yang di
dengan perubahan-perubahan fisik yang selenggarakan di lingkungan tempat
dialami. Mereka mengeluh perubahan- tinggalnya, seperti kegiatan senam yoga
perubahan fisik tersebut yang dapat dan penyuluhan kesehatan.
mengganggu kesehatan, oleh sebab itu dari 2. Disarankan untuk memberikan
kecemasan-kecemasan yang dialami tersebut dukungan yang baik kepada wanita
akan mengganggu pikiran mereka. Dari sisi premenopause agar mereka merasa
lain, ketika seseorang akan mulai tidur perannya masih di butuhkan dalam
dibutuhkan otak yang rileks dan sedang tidak keluarga sehingga tidak selalu
memikirkan sesuatu. Hal tersebut berlawanan memikirkan perubahan yang terjadi di
dengan wanita premenopause yang dalam tubuhnya yang akhirnya
mengalami kecemasan, ia akan susah untuk menimbulkan kecemasan.
tidur karena otak dipenuhi oleh stressor.
Sehingga dapat menmpengaruhi kualitas 1. Bagi Perangkat Desa
tidurnya, dan mengalami gangguan tidur 1. Disarankan untuk menggerakkan kader-
berupa insomnia. kader agar dapat melakukan program-
KESIMPULAN progam dan penyuluhan kesehatan bagi
1. Responden terbanyak mengalami insomnia wanita premenopause.
yaitu sebesar 82,2%. 2. Disarankan untuk mengadakan kegiatan
2. Responden terbanyak mengalami kecemasan yang dapat mendukung kesehatan
sedang yaitu sebesar 40%. wanita premeopause baik secara fisik
3. Hasil p value = 0,001 lebih kecil dari nilai α = maupun psikologis, dengan cara
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 mengadakan senam yoga secara rutin
ditolak dan H1 gagal ditolak, yang artinya ada seminggu satu kali.
hubungan yang sangat signifikan antara
kecemasan dengan insomnia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa wanita
premenopause yang mengalami insomnia di
SUMBER PUSTAKA

1. Aizid, R. 2011. Babat Ragam Penyakit


Paling Sering Menyerang Orang Kantoran.
Jakarta: Buku Kita.
2. Aprilia dan Puspitasari. 2007. Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Kecemasan pada
Wanita
Perimenopause.http://journal.lib.unair.ac.id/i
ndex.php/IJPH/article/view/470/471, diunduh
tanggal 04 Mei 2012
3. Dalami, E., dkk. 2009. Asuhan Keperawatan
Jiwa Dalam Masalah Psikososial. Jakarta:
TIM
4. Damayanti dan Purnamasari. 2011. Berfikir
Positif dan Harga Diri Pada Wanita yang
Mengalami Masa Premenopause.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FIKESS1
KEPERAWATAN/1010712051/BAB%20I.p
df , diunduh tanggal 05 Mei 2012
5. Felix, dkk. 2007. Skoring Psikopatologi dan
Faktor yang Berhubungan pada Perempuan
Usia
Perimenopausehttp://mki.idionline.org/index.
php?uPage=mki_dl&smod, diunduh
tanggal13 Juni 2012
6. G. Widya. 2010. Mengatasi Insomnia: Cara
Mudah Mendapatkan Kembali tidur.
Jogjakarta: Katahati.
7. Hawari, D. 2007. Sejahtera di Usia Lanjut
Dimensia Psikoreligi pada Lanjut Usia
(Lansia). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
8. Hediyani, N. 2012. Dampak Insomnia Bagi
kesehatan. http://www.dokterku-online.com
diunduh tanggal 28 Juni 2012
9. Hidayat, A. A. 2007. Metodologi Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
10. Hidayat. 2012. Hubungan Tingkat kecemasan
dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa
Pogram Studi Ilmu keperawatan Universitas
Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/331601/1/BAB_1.1p
df , diunduh tanggal 28 Juni 2012
11. Ibrahim, A.S. 2012. Panik Neurosis dan
Gangguan Cemas. Tangerang: Jelajah
Nusantara.
12. Jumani. 2011. Hubungan Antara Kecemasan
dengan Insomnia pada Lansia di Kampung
Amposari Kelurahan Kedungmudu
Kecamatan Tembalang Semarang. Kozier,
Barbara, et al. 2010. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik
Edisi 7. Jakarta: EGC.

Das könnte Ihnen auch gefallen