Sie sind auf Seite 1von 42

Gelombang

Pengertian Gelombang
Konsep gelombang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Gelombang bunyi, gelombang
cahaya, gelombang radio, dan gelombang air merupakan beberapa contoh bentuk gelombang. Ketika
kita melihat fenomena gelombang laut, ternyata, air gelombang tidak bergerak maju, melainkan
melingkar. Sehingga air hanya bergerak naik-turun begitu gelombang melintas. Tepi pantai menahan
dasar gelombang, sehingga puncak gelombang bergerak lebih cepat untuk memecah di tepi pantai.
Dengan demikian, terjadinya gerak gelombang laut dapat dirumuskan sebagai berikut. Pertama, air
mencapai dasar lingkaran pada lembah gelombang. Kemudian, air mencapai bagian atas lingkaran
pada puncak gelombang. Lalu, puncak gelombang memecah di tepi pantai. Gelombang air bergerak
dengan kecepatan yang bisa diketahui. Tetapi, setiap partikel pada air itu sendiri, hanya berosilasi
terhadap titik setimbang.

Gelombang bergerak melintasi jarak yang jauh, tetapi medium (cair, padat, atau gas) hanya bisa
bergerak terbatas. Dengan demikian, walaupun gelombang bukan merupakan materi, pola
gelombang dapat merambat pada materi. Sebuah gelombang terdiri dari osilasi yang bergerak tanpa
membawa materi bersamanya. Gelombang membawa energi dari satu tempat ke tempat lain. Pada
kasus gelombang laut, energi diberikan ke gelombang air, misalnya oleh angin di laut lepas.
Kemudian energi dibawa oleh gelombang ke pantai.
Gelombang periodik merupakan gerak gelombang secara teratur dan berulang-ulang yang
mempunyai sumber berupa gangguan yang kontinu dan berosilasi, berupa getaran atau osilasi.
Gelombang air bisa dihasilkan oleh benda penggetar apapun yang diletakkan di permukaan, seperti
tangan, atau air itu sendiri dibuat bergetar ketika angin bertiup melintasinya, dan bisa juga karena
sebuah batu yang dilempar ke dalamnya.

Jenis-Jenis Gelombang
Di alam ini banyak sekali terjadi gelombang. Contohnya ada gelombang air, gelombang tali, cahaya,
bunyi, dan gelombang radio. Apakah semua gelombang itu sama? Ternyata semua gelombang itu
dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sesuai sifat kemiripannya contohnya dapat dibagi
dengan dasar berikut.

Gelombang Berdasarkan Arah Rambat Dan Arah Getar

Berdasarkan arah rambat dan arah getarnya, gelombang dapat dibagi menjadi dua.

1. Pertama, gelombang transversal yaitu gelombang yang arah rambat tegak lurus pada arah
getarnya. Contohnya gelombang air, tali dan cahaya.
2. Kedua, gelombang longitudinal yaitu gelombang yang arah rambat dan arah getarnya
sejajar. Contohnya gelombang pegas dan bunyi.

Gelombang Berdasarkan Media Perambatannya

Berdasarkan mediumnya, gelombang juga dapat dibagi menjadi dua.

1. Gelombang mekanik, yaitu gelombang yang membutuhkan media dalam merambat.


Contohnya gelombang tali dan bunyi. Apa yang terjadi jika ada dua orang astronot yang
bercakap-cakap diruang hampa? Jawabnya tentu tidak bisa secara langsung dari percakapan
antar bunyi dari mulutnya.
2. Gelombang Elektromagnetik, yaitu gelombang yang tidak membutuhkan media dalam
merambat. Gelombang ini dinamakan gelombang elektromagnetik. Contohnya
cahaya, gelombang radio dan sinar-X.

Gelombang Berdasarkan Amplitudonya

Berdasarkan amplitudonya, gelombang dapat dibedakan menjadi dua jenis juga.

1. Gelombang Berjalan, yaitu gelombang yang amplitudonya tetap. berjalan.


2. Gelombang Stasioner, yaitu gelombang yang amplitudonya berubah sesuai posisinya.

Besaran-Besaran Pada Gelombang

Gelombang sebagai rambatan energi getaran memiliki besaran-besaran yang sama dan ada
beberapa tambahan. Diantaranya adalah frekuensi dan periode.

Frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi tiap detik. Sedangkan periode
gelombang adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu gelombang.
f = N/t f = 1/t

Keterangan :

f = frekuensi (Hz)
N = banyaknya gelombang
t = waktu (s)

Untuk gelombang transversal satu gelombang sama dengan dari puncak ke puncak terdekat atau dari
lembah ke lembah terdekat. Sedangkan untuk gelombang longitudinal satu gelombang sama dengan
dari regangan ke regangan terdekat atau dari rapatan ke rapatan terdekat.

Berikutnya adalah besaran cepat rambat (v). Gelombang merupakan bentuk rambatan berarti
memiliki kecepatan rambat. Sesuai dengan pengertian dasarnya maka cepat rambat ini dapat
dirumuskan seperti berikut.
v = s/t

Untuk satu gelombang dapat di tentukan besaran berikutnya yang perlu diketahui adalah panjang
gelombang dan cepat rambat gelombang. Panjang gelombang yang disimbulkan λ merupakan
panjang satu gelombang atau jarak yang ditempuh untuk satu kali gelombang.

v = λ/t
Gelombang Mekanik

Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang mekanik adalah gelombang yang
memerlukan media untuk merambat. Gelombang yang terjadi pada slinky atau tali merupakan
contoh gelombang mekanik. Gejala gelombang pada slinky atau tali tersebut terjadi karena getaran
yang merambat pada slinky atau tali.

Jenis – Jenis Gelombang Mekanik


Berdasarkan arah rambat dan arah getarnya, gelombang dibedakan atas gelombang transversal dan
longitudinal.
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarnya.
Contoh gelombang jenis ini adalah gelombang pada tali.
Sedangkan gelombang longitudinal adalah gelombang yang memiliki arah rambat sejajar dengan
arah getarnya. Contoh gelombang longitudinal adalah gelombang pada slinky.

Karakteristik Gelombang
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang konsep gelombang mekanik, akan lebih baik bila kita
mengetahui karakteristik-karakteristik yang berhubungan dengan gelombang sebagai berikut.
1. Panjang Gelombang

Untuk memahami pengertian panjang gelombang, perhatikan gambar berikut.

Gambar Panjang Gelombang

abc, efg adalah bukit gelombang cde, ghi adalah lembah gelombang titik b, f adalah puncak
gelombang titik d, h adalah dasar gelombang abcde, bcdef, cdefg, dan seterusnya adalah satu
gelombang. Panjang a–e, b–f, c–g, d–h, dan seterusnya adalah panjang satu gelombang atau sering
disebut panjang gelombang (λ = dibaca lamda). Pada gambar di atas maka λ = l .
Untuk gelombang longitudinal, panjang satu gelombang adalah panjang satu rapatan dan satu
regangan atau jarak antardua rapatan yang berurutan atau jarak antara dua regangan yang berurutan
seperti pada gambar gelombang longitudinal pada slinky berikut.

2. Periode Gelombang

Periode gelombang (T), yaitu waktu yang diperlukan untuk menempuh satu gelombang. Pada gambar
panjang gelombang diatas yang dimaksud T adalah waktu yang diperlukan gelombang untuk
membentuk satu gelombang dari titik a – e (l).

3. Frekuensi Gelombang

Frekuensi gelombang (f), yaitu jumlah gelombang tiap sekon. Yaitu berapa banyak satu siklus
gelombang penuh (dari titik a-f) yang terbentuk dalam 1 detik.

4. Cepat Rambat Gelombang

Cepat rambat gelombang (v), yaitu jarak yang ditempuh gelombang tiap sekon. Secara matematis,
cepat rambat gelombang dirumuskan:

Jika s = λ maka persamaan cepat rambat gelombang diatas menjadi:

atau dapat juga dituliskan sebagai berikut :

v=λ.f

Keterangan:

s : jarak yang ditempuh dalam t sekon


t : periode (t = T)

Berdasarkan pembahasan di atas kita dapat mengetahui tentang gelombang secara umum dan istilah
yang berkaitan dengan gelombang serta pengertian gelombang mekanik.

Gelombang Transversal Dan Longitudinal

Pada gelombang yang merambat di atas permukaan air, air bergerak naik dan turun pada saat
gelombang merambat, tetapi partikel air pada umumnya tidak bergerak maju bersama dengan
gelombang. Gelombang seperti ini disebut gelombang transversal, karena gangguannya tegak lurus
terhadap arah rambat, seperti yang diperlihatkan pada gambar dibawah, gelombang elektro magnetik
termasuk jenis gelombang ini, karena medan listrik dan medan magnet berubah secara periodik
dengan arah tegak lurus satu sama lain. Dan juga tegak lurus terhadap arah rambat.

Pada gelombang bunyi, udara secara bergantian mengalami perapatan dan perenggangan karena
adanya pergeseran pada arah gerak. Gelombang seperti ini disebut gelombang longitudinal.
Rapatan adalah daerah sepanjang gelombang longitudinal yang memiliki tekanan dan kerapatan
molekul-molekulnya lebih tinggi dibandingkan saat tidak ada gelombang yang melewati daerah
tersebut. Sementara itu, daerah dengan tekanan dan kerapatan molekul-molekulnya lebih rendah
dibandingkan saat tidak ada gelombang yang melewatinya disebut renggangan. Gelombang
longitudinal ini ditunjukkan oleh gambar berikut.

Contoh Gelombang Longitudinal Pada Slinki

Semua gelombang memindahkan energinya tidak secara permanen melainkan melalui medium
perambatan gelombang tersebut. Gelombang disebut juga dengan gelombang berjalan atau
gelombang merambat disebabkan adanya perpindahan energi dari satu tempat ke tempat lain
karena getaran. Pada gelombang transversal, misalnya gelombang tali, seperti yang ditunjukkan
gambar dibawah, memperlihatkan gelombang merambat ke kanan sepanjang tali. Tiap partikel tali
berosilasi bolak-balik pada permukaan meja.

Tangan yang berosilasi memindahkan energi ke tali, yang kemudian membawanya sepanjang
tali dan dipindahkan ke ujung lain. Grafik perpindahan gelombang tali tersebut dapat diamati pada
gambar berikut.

Gambar Simpangan Terhadap Kedudukan

Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang berlaku pada gelombang transversal, berdasarkan pada
gambar diatas.
1. Puncak gelombang, yaitu titik-titik tertinggi pada gelombang (misalnya titik a dan e).
2. Dasar gelombang, yaitu titik-titik terendah pada gelombang (misalnya titik c dan g).
3. Bukit gelombang, yaitu lengkungan o-a-b atau d-e-f.
4. Lembah gelombang, yaitu lengkungan b-c-d atau f-g-h.
5. Amplitudo (A), yaitu perpindahan maksimum (misal nya: a’a dan c’c).
6. Panjang gelombang (λ ), yaitu jarak antara dua puncak berurutan (misalnya a-e) atau jarak
dua dasar berurutan (c-g).
7. Periode (T ) yaitu waktu yang diperlukan untuk menempuh a-e atau c-g.

Panjang Gelombang Pada Gelombang Longitudinal

Panjang gelombang, frekuensi, dan kecepatan gelombang merupakan besaran-besaran yang


berlaku dalam gelombang longitudinal. Panjang gelombang menunjukkan jarak antara rapatan yang
berurutan atau renggangan yang berurutan. Sementara itu, frekuensi adalah jumlah tekanan yang
melewati satu titik tertentu per sekon. Kecepatan dimana setiap rapatan tampak bergerak
menyatakan kecepatan gelombang, yang mempunyai bentuk hampir sama dengan kecepatan
gelombang transversal pada tali pada persamaan berikut ini :

Untuk perambatan gelombang longitudinal pada batang padat, berlaku:

dengan E adalah modulus elastis materi, dan ρ adalah kerapatannya. Sementara itu, untuk
perambatan gelombang longitudinal dalam zat cair atau gas adalah:

dengan B menyatakan Modulus Bulk.

Sifat-Sifat Gelombang

Setiap gelombang baik mekanik maupun elektromekanik memiliki sifat-sifat tertentu karena pada
prinsipnya gelombang adalah rambatan dari energi getaran. Semua gelombang mekanik maupun
gelombang elektromagnetik mempunyai sifat-sifat gelombang yang sama yaitu dapat dipantulkan
(refleksi), dapat dibiaskan (refraksi), dapat saling berinterferensi(memadukan), dan
mengalami difraksi (pelenturan), dispersi, dan polarisasi.

Sifat-Sifat Gelombang
Untuk mempelajari sifat pada gelombang dapat dilakukan kegiatan percobaan mengamati
gelombang yang terjadi di permukaan air dengan menggunakan tangki riak atau tangki gelombang
(ripple tank). Pada dasarnya tangki riak terdiri atas tangki air yang dasarnya terbuat dari kaca, motor
listrik sebagai sumber getar yang diletakkan di atas papan penggetar dan akan menggetarkan papan
penggetar yang berupa plat/keping untuk pembangkit gelombang lurus dan pembangkit berbentuk
bola kecil untuk membangkitkan gelombang lingkaran. Sebuah lampu diletakkan di atas tangki riak
untuk menyinari permukaan logam. Di bawah tangki riak diletakkan kertas putih untuk mengamati
bentuk gelombang pada permukaan air. Puncak dan dasar gelombang akan terlihat pada kertas putih
(layar) berupa garis gelap dan terang.

Sebelum membicarakan sifat gelombang, akan kita bahas mengenai pengertian front
gelombang atau muka gelombang dan sinar gelombang. Apabila kita menggunakan keping getar,
maka pada permukaan air akan kita lihat garis lurus yang bergerak ke tepi dan jika kita menggunakan
bola sebagai penggetarnya, maka pada permukaan timbul lingkaran-lingkaran yang bergerak ke tepi.
Sekumpulan garis-garis atau lingkaranlingkaran itu yang dinamakan front gelombang atau muka
gelombang. Jadi muka gelombang didefinisikan sebagai tempat sekumpulan titik yang mempunyai
fase yang sama pada gelombang. Muka gelombang dapat berbentuk garis lurus atau lingkaran.

Tempat kedudukkan titik yang mempunyai fase yang sama mempunyai jarak 1λ, 2λ, 3λ …, dan
seterusnya, sehingga jarak antar front gelombang yang saling berdekatan sebesar 1λ gambar diatas.
Muka gelombang lurus seperti ditunjukkan dalam gambar. Setiap gelombang merambat menurut arah
tertentu. Arah rambatan gelombang disebut sinar gelombang. Sinar gelombang arahnya selalu tegak
lurus muka gelombang.
1. Pemantulan Gelombang (Refleksi)

Untuk mengamati pemantulan gelombang dapat dilakukan dengan menempatkan balok kaca atau
logam pada tangki riak sebagai penghalang gelombang yang mempunyai muka gelombang lurus.
Sinar gelombang tersebut akan dipantulkan pada saat mengenai dinding penghalang tersebut. Dalam
pemantulan gelombang tersebut berlaku hukum pemantulan gelombang yaitu :

 sudut datang gelombang sama dengan sudut pantul gelombang, dan


 gelombang datang, gelombang pantul, dan garis normal terletak dalam satu bidang datar.

2. Pembiasan Gelombang (Refraksi)

Untuk mempelajari pembiasan gelombang dapat dilakukan dengan menempatkan balok kaca/logam
pada tangki riak yang seluruhnya berada di dalam air, sehingga akan membedakan kedalaman
permukaan air dalam tangki riak. Hal ini untuk menggambarkan adanya dua medium rambatan
gelombang, permukaan dalam menggambarkan medium yang rapat dan permukaan air yang dangkal
menggambarkan medium yang kurang rapat. Sinar gelombang yang melewati bidang batas antara
kedalaman air terlihat dibelokkan/dibiaskan di mana front gelombangnya menjadi lebih rapat. Hal ini
menunjukkan adanya perubahan panjang gelombang, akan tetapi frekuensinya tetap yaitu sama
dengan frekuensi sumber getarnya. Dalam pembiasan gelombang berlaku hukum pembiasan yang
menyatakan :

“Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap”
Secara umum sering dituliskan :

dengan :

i = sudut datang gelombang (derajat atau radian)


r = sudut bias gelombang (derajat atau radian)
λ1 = panjang gelombang pada medium 1 (m)
λ2 = panjang gelombang pada medium 2 (m)
v1 = cepat rambat gelombang pada medium 1 (m/s)
v2 = cepat rambat gelombang pada medium 2 (m/s)
n1 = indeks bias medium 1
n2 = indeks bias medium 2
n2.1 = indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1

3. Interferensi Pada Gelombang


Untuk menunjukkan gejala interferensi gelombang dapat dipergunakan dua sumber getar
berbentuk bola atau sumber getar berupa keping/plat yang diberi dua lubang/celah di mana celah
tersebut dapat dianggap sebagai sumber getaran (gelombang). Untuk mengamati gejala interferensi
gelombang agar teramati dengan jelas, maka kedua gelombang yang berinterferensi tersebut harus
merupakan dua gelombang yang koheren. Dua gelombang disebut koheren apabila kedua
gelombang tersebut memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama serta memiliki selisih fase yang
tetap/konstan.

Ada dua sifat hasil interferensi gelombang, yaitu interferensi bersifat konstruktif dan destruktif.
Interferensi bersifat konstruktif artinya saling memperkuat, yaitu saat kedua gelombang bertemu
(berinterferensi) memiliki fase yang sama. Sedang interferensi bersifat destruktif atau saling
melemahkan jika kedua gelombang bertemu dalam fase yang berlawanan.Gambar diatas
menunjukkan pola interferensi yang ditunjukkan tangki riak, di mana garis tebal/tidak terputus adalah
hasil interferensi yang bersifat konstruktif, sedangkan garis putusputus menunjukkan interferensi yang
bersifat destruktif.

4. Difraksi Gelombang
Untuk menunjukkan adanya difraksi gelombang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang
pada tangki riak dengan penghalang yang mempunyai celah, yang lebar celahnya dapat diatur.
Difraksi gelombang adalah peristiwa pembelokan/penyebaran (lenturan) gelombang jika gelombang
tersebut melalui celah. Gejala difraksi akan semakin tampak jelas apabila lebar celah semakin
sempit. Dengan sifat inilah ruangan dalam rumah kita menjadi terang pada siang hari dikarenakan
ada lubang kecil pada genting. Serta suara alunan musik dari tape recorder dapat sampai ke ruangan
lain, meskipun kamar tempat tape tersebut pintunya tertutup rapat.

Gelombang Berjalan

Semua gelombang akan merambat dari sumber ke tujuannya. Gelombang inilah yang
dinamakan gelombang berjalan. Pada gelombang berjalan ini perlu dipelajari simpangan dan
fasenya. Perhatikan pada penjelasan berikut.

Untuk lebih memahami tentang gelombang berjalan dapat dilihat pada gambar diatas. Seutas tali AB
yang kita bentangkan mendatar. Ujung B diikatkan pada tiang, sedangkan ujung A kita pegang.
Apabila ujung A kita getarkan naik turun terusmenerus, maka pada tali tersebut akan terjadi rambatan
gelombang dari ujung A ke ujung B. Misalkan amplitudo getarannya A dan gelombang merambat
dengan kecepatan v dan periode getarannya T.

Misalkan titik P terletak pada tali AB berjarak x dari ujung A dan apabila titik A telah bergetar selama t
sekon, maka :

titik P telah bergetar selama

dimana adalah waktu yang diperlukan gelombang merambat dari A ke P.

Persamaan simpangan titik P pada saat itu dapat dinyatakan sebagai berikut :

di mana maka persamaan tersebut dapat ditulis menjadi :


Jika , di mana k didefinisikan sebagai bilangan gelombang maka persamaan simpangan
dapat dituliskan menjadi :

Persamaan tersebut yang disebut sebagai persamaan gelombang berjalan yang secara umum
dapat dituliskan :

Dalam persamaan di atas dipakai nilai negatif (-) jika gelombang berasal dari sebelah kiri titik P atau
gelombang merambat ke kanan dan dipakai positif (+) jika gelombang berasal dari sebelah kanan titik
P atau gelombang merambat ke kiri.

Sudut Fase, Fase, dan Beda Fase Pada Gelombang


Besaran yang juga penting untuk dipelajari adalah fase gelombang. Fase gelombang dapat
didefinisikan sebagai bagian atau tahapan gelombang. Seperti halnya pada getaran, pada gelombang
berjalan pun dikenal pengertian sudut fase, fase, dan beda fase. Oleh karena itu perhatikan
lagi persamaan gelombang berjalan berikut ini!

di mana θ disebut sudut fase sehingga :

Mengingat hubungan antara sudut fase (θ) dengan fase (φ) adalah θ = 2πφ maka fase titik P adalah :

Apabila pada tali tersebut terdapat dua buah titik, titik P yang berjarak x1 dari titik asal getaran dan titik
Q yang berjarak x2 dari titik asal getaran, maka besarnya beda fase antara titik P dan Q adalah :

Gelombang Stasioner

Gelombang stasioner disebut juga gelombang berdiri atau gelombang tegak, merupakan jenis
gelombang yang bentuk gelombangnya tidak bergerak melalui medium, namun tetap
diam. Gelombang stasioner ini berlawanan dengan gelombang berjalan atau gelombang merambat,
yang bentuk gelombangnya bergerak melalui medium dengan kelajuan gelombang. Gelombang diam
dihasilkan bila suatu gelombang berjalan dipantulkan kembali sepanjang lintasannya sendiri. Pada
dua deret gelombang dengan frekuensi sama, memiliki kelajuan dan amplitudo yang sama, berjalan
di dalam arah-arah yang berlawanan sepanjang sebuah tali, maka persamaan untuk menyatakan dua
gelombang tersebut adalah :

y1 = A sin (kx −ωt )


y2 = A sin (kx +ωt )
Resultan kedua persamaan tersebut adalah :

y = y1 + y2 = A sin(kx −ωt )+ A sin (kx +ωt )

Dengan menggunakan hubungan trigonometrik, resultannya menjadi :

y = 2A sin kx cos ωt
Persamaan diatas adalah persamaan sebuah gelombang tegak (standing wave). Ciri
sebuah gelombang tegak adalah kenyataan bahwa amplitudo tidaklah sama untuk partikel-partikel
yang berbeda-beda tetapi berubah dengan kedudukan x dari partikel tersebut. Amplitudo persamaan
diatas adalah 2 ym sin kx, yang memiliki nilai maksimum 2 ym di kedudukan-kedudukan di mana :

kx = , dan seterusnya

atau x = , dan seterusnya

Titik tersebut disebut titik perut, yaitu titik-titik dengan pergeseran maksimum. Sementara itu, nilai
minimum amplitudo sebesar nol di kedudukan-kedudukan di mana :

kx = π , 2π , 3π, dan seterusnya

atau x = , dan seterusnya

Titik-titik tersebut disebut titik simpul, yaitu titik-titik yang pergeserannya nol. Jarak antara satu titik
simpul dan titik perut berikutnya yaitu seperempat panjang gelombang.

Gelombang Stasioner Pada Tali


Gelombang Stasioner Pada Tali Dengan Ujung Tetap

Gambar disamping menunjukkan refleksi sebuah pulsa gelombang pada tali dengan ujung tetap.
Ketika sebuah pulsa sampai di ujung, maka pulsa tersebut mengarahkan semua gaya yang arahnya
ke atas pada penopang, maka penopang memberikan gaya yang sama tapi berlawanan arahnya
pada tali tersebut (menurut Hukum III Newton). Gaya reaksi ini menghasilkan sebuah pulsa di
penopang, yang berjalan kembali sepanjang tali dengan arah berlawanan dengan arah pulsa masuk.
Dapat dikatakan bahwa pulsa masuk direfleksikan di titik ujung tetap tali, di mana pulsa direfleksikan
kembali dengan arah pergeseran transversal yang dibalik. Pergeseran di setiap titik merupakan
jumlah pergeseran yang disebabkan oleh gelombang masuk dan gelombang yang direfleksikan.
Karena titik ujung tetap, maka kedua gelombang harus berinterferensi secara destruktif di titik
tersebut sehingga akan memberikan pergeseran sebesar nol di titik tersebut. Maka, gelombang yang
o
direfleksikan selalu memiliki beda fase 180 dengan gelombang masuk di batas yang tetap. Dapat
disimpulkan, bahwa ketika terjadi refleksi di sebuah ujung tetap, maka sebuah gelombang mengalami
o
perubahan fase sebesar 180 . Hasil superposisi gelombang datang (y1), dan gelombang pantul (y2),
pada ujung tetap, berdasarkan persamaan sebelumnya adalah :

y = 2A sin kx cos ωt
y = Ap cos ωt
Ap = 2A sin kx

Gelombang Stasioner Pada Tali Dengan Ujung Bebas

Refleksi sebuah pulsa di ujung bebas pada sebuah tali yang diregangkan terlihat pada gambar
disamping. Pada saat pulsa tiba di ujung bebas, maka pulsa memberikan gaya pada elemen tali
tersebut. Elemen ini dipercepat dan inersianya mengangkut gaya tersebut melewati titik
kesetimbangan. Di sisi lain, gaya itu juga memberikan sebuah gaya reaksi pada tali. Gaya reaksi ini
menghasilkan sebuah pulsa yang berjalan kembali sepanjang tali dengan arah berlawanan dengan
arah pulsa yang masuk. Dalam hal ini refleksi yang terjadi adalah di sebuah ujung bebas. Pergeseran
maksimum partikel-partikel tali akan terjadi pada ujung bebas tersebut, di mana gelombang yang
masuk dan gelombang yang direfleksikan harus berinterferensi secara konstruktif. Maka, gelombang
yang direfleksikan tersebut selalu sefase dengan gelombang yang masuk di titik tersebut. Dapat
dikatakan, bahwa pada sebuah ujung bebas, maka sebuah gelombang direfleksikan tanpa perubahan
fase.
Jadi, sebuah gelombang tegak yang terjadi di dalam sebuah tali, maka akan terdapat titik simpul di
ujung tetap, dan titik perut di ujung bebas. Hasil superposisi gelombang datang dan gelombang
pantul pada ujung bebas adalah :

y = y1 + y2

dengan :

y1 = A sin (kx –ωt) dan y2 = -A sin (kx +ωt)

maka:

y = [A sin (kx −ωt )− sin (kx +ωt )]


y = 2A cos kx sin ωt
y = Ap sin ωt
Ap = 2A cos k x

Percobaan Melde

Percobaan Melde bertujuan untuk mengukur cepat rambat gelombang. Untuk mengetahui faktor-
faktor yang memengaruhi cepat rambat gelombang dapat dilakukan dengan mengubah-ubah panjang
tali, massa tali, dan tegangan tali (berat beban yang digantungkan). Orang yang pertama kali
melakukan percobaan mengukur cepat rambat gelombang adalah Melde, sehingga percobaan seperti
di atas dikenal dengan sebutan Percobaan Melde.

Percobaan Melde

Alat Percobaan Melde

Gambar di atas menunjukkan peralatan yang digunakan untuk mengukur cepat rambat gelombang
transversal pada sebuah dawai (senar). Apabila vibrator dihidupkan maka tali akan bergetar sehingga
pada tali akan merambat gelombang transversal. Kemudian vibrator digeser menjauhi atau mendekati
katrol secara perlahan-lahan sehingga pada tali timbul gelombang stasioner. Setelah terbentuk
gelombang stasioner, kita dapat mengukur panjang gelombang yang terjadi (λ) dan jika frekuensi
vibrator sama dengan f maka cepat rambat gelombang dapat dicari dengan v = f.λ.
Hasil Percobaan Melde
Berdasarkan percobaan melde tersebut diperoleh hasil bahwa kecepatan merambat gelombang
transversal pada dawai :
a. berbanding lurus dengan akar panjang dawai,
b. berbanding terbalik dengan akar massa dawai,
c. berbanding lurus dengan akar gaya tegangan dawai,
d. berbanding terbalik dengan akar massa per satuan panjang dawai,
e. berbanding terbalik dengan akar massa jenis dawai,
f. berbanding terbalik dengan akar luas penampang dawai.
Pernyataan tersebut jika dinyatakan dalam persamaan adalah sebagai berikut.

dengan

v = cepat rambat gelombang (m/s, cm/s)


F = gaya tegangan dawai (N, dyne)
l = panjang dawai (m, cm)
m = massa dawai (kg, gr)
μ = massa persatuan panjang dawai ( kg/m, gr/cm)
3 3
ρ = massa jenis dawai (kg/m , gr/cm )
2 2
A = luas penampang dawai (m , cm )

Contoh Soal Percobaan Melde

Percobaan Melde menggunakan tali yang panjangnya 2 meter dan massanya 2,5 gr serta diberi gaya
tegangan sebesar 50 N. Tentukan berapa m/s cepat rambat gelombang pada tali tersebut!

Penyelesaian :

Diketahui :

l=2m
-3
m = 2,5 × 10 kg
F = 50 N
Ditanyakan : v = … ?

Jawab :

v= = 200 m/s
Jadi, cepat rambat gelombang pada tali berdasarkan percobaan melde adalah 200 m/s.

Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi merupakan salah satu contoh dari gelombang mekanik, yaitu gelombang
merambat memerlukan zat perantara (medium perantara).Gelombang bunyi adalah gelombang
mekanik yang berbentuk gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang arah rambatannya sejajar
dengan arah getarannya. Gelombang bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar, benda yang
bergetar disebut sumber bunyi. Karena bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar, maka kuat
kerasnya bunyi tergantung pada amplitudo getarannya. Makin besar amplitudo getarannya, makin
keras bunyi terdengar dan sebaliknya makin kecil amplitudonya, makin lemah bunyi yang terdengar.
Di samping itu, keras lemahnya bunyi juga tergantung pada jarak terhadap sumber bunyi, makin
dekat dengan sumber bunyi, bunyi terdengar makin keras dan sebaliknya makin jauh dari sumber
bunyi, makin lemah bunyi yang kita dengar.
Batas Dengar Manusia Terhadap Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi berdasarkan daya pendengaran manusia dibedakan menjadi menjadi tiga, yaitu
audio/bunyi, infrasonik dan ultrasonik. Audio yaitu daerah gelombang bunyi yang dapat didengar oleh
telinga manusia yang memiliki frekuensi berkisar antara 20 hingga 20.000 Hz. Infrasonik yaitu
gelombang bunyi yang memiliki frekuensi di bawah 20 Hz. Sedangkan ultrasonik yaitu gelombang
bunyi yang memiliki frekuensi di atas 20.000 Hz. Baik gelombang infrasonik maupun ultrasonik tidak
dapat didengar oleh telinga manusia.

Sifat Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang terdiri atas partikel-
partikel yang berosilasi searah dengan gerak gelombang tersebut, membentuk daerah bertekanan
tinggi dan rendah (rapatan dan renggangan). Partikel yang saling berdesakan akan menghasilkan
gelombang bertekanan tinggi, sedangkan molekul yang meregang akan menghasilkan gelombang
bertekanan rendah. Kedua jenis gelombang ini menyebar dari sumber bunyi dan bergerak secara
bergantian pada medium.

Representasi Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi dapat bergerak melalui zat padat, zat cair, dan gas, tetapi tidak bisa melalui vakum,
karena di tempat vakum tidak ada partikel zat yang akan mentransmisikan getaran. Kemampuan
gelombang bunyi untuk menempuh jarak tertentu dalam satu waktu disebut kecepatan bunyi.
Kecepatan bunyi di udara bervariasi, tergantung temperatur udara dan kerapatannya. Apabila
temperatur udara meningkat, maka kecepatan bunyi akan bertambah. Semakin tinggi kerapatan
udara, maka bunyi semakin cepat merambat. Kecepatan bunyi dalam zat cair lebih besar daripada
cepat rambat bunyi di udara. Sementara itu, kecepatan bunyi pada zat padat lebih besar daripada
cepat rambat bunyi dalam zat cair dan udara.

o
Laju bunyi pada berbagai materi pada 20 C dan 1 atm
Pada umumnya, bunyi memiliki tiga sifat, yaitu tinggi rendah bunyi, kuat lemah bunyi, dan warna
bunyi. Tinggi rendah bunyi adalah kondisi gelombang bunyi yang diterima oleh telinga manusia
berdasarkan frekuensi (jumlah getaran per detik). Tinggi suara ( pitch) menunjukkan sifat bunyi yang
mencirikan ketinggian atau kerendahannya terhadap seorang pengamat. Sifat ini berhubungan
dengan frekuensi, namun tidak sama. Kekerasan bunyi juga memengaruhi titi nada. Hingga 1.000 Hz,
meningkatnya kekerasan mengakibatkan turunnya titi nada.

Gelombang bunyi dibatasi oleh jangkauan frekuensi yang dapat merangsang telinga dan otak
manusia kepada sensasi pendengaran. Jangkauan ini adalah 20 Hz sampai 20.000 Hz, di mana
telinga manusia normal mampu mendengar suatu bunyi. Jangkauan frekuensi ini disebut audiosonik.
Sebuah gelombang bunyi yang memiliki frekuensi di bawah 20 Hz dinamakan sebuah gelombang
infrasonik. Sementara itu, bunyi yang memiliki frekuensi di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik.

Tinggi rendah bunyi dipengaruhi frekuensi bunyi

Banyak hewan yang dapat mendengar bunyi yang frekuensinya di atas 20.000 Hz. Misalnya,
kelelawar dapat mendeteksi bunyi yang frekuensinya sampai 100.000 Hz, dan anjing dapat
mendengar bunyi setinggi 50.000 Hz. Kelelawar menggunakan ultrasonik sebagai alat penyuara
gema untuk terbang dan berburu. Kelelawar mengeluarkan decitan yang sangat tinggi dan
menggunakan telinganya yang besar untuk menangkap mangsanya. Gema itu memberitahu
kelelawar mengenai lokasi mangsanya atau rintangan di depannya (misalnya pohon atau dinding
gua).

Kuat lemah bunyi dipengaruhi oleh amplitudo gelombang bunyi


Kuat lemah atau intensitas bunyi adalah kondisi gelombang bunyi yang diterima oleh telinga manusia
berdasarkan amplitudo dari gelombang tersebut. Amplitudo adalah simpangan maksimum, yaitu
simpangan terjauh gelombang dari titik setimbangnya. Intensitas menunjukkan sejauh mana bunyi
dapat terdengar. Jika intensitasnya kecil, bunyi akan melemah dan tidak dapat terdengar. Namun,
apabila intensitasnya besar, bunyi menjadi semakin kuat, sehingga berbahaya bagi alat
pendengaran.

Untuk mengetahui hubungan antara amplitudo dan kuat nada, dapat diketahui dengan melakukan
percobaan menggunakan garputala. Garputala dipukulkan ke meja dengan dua pukulan yang
berbeda, akan dihasilkan yaitu pukulan yang keras menghasilkan bunyi yang lebih kuat. Hal ini
menunjukkan bahwa amplitudo getaran yang terjadi lebih besar. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa kuat lemahnya nada atau bunyi bergantung pada besar kecilnya amplitudo. Semakin besar
amplitudo getaran, maka semakin kuat pula bunyi yang dihasilkan.

Warna bunyi adalah bunyi yang diterima oleh alat pendengaran berdasarkan sumber getarannya.
Sumber getaran yang berbeda akan menghasilkan bentuk gelombang bunyi yang berbeda pula. Hal
ini menyebabkan nada yang sama dari dua sumber getaran yang berbeda pada telinga manusia
terhadap gelombang bunyi.

Sumber Bunyi

Sumber bunyi adalah sesuatu yang bergetar. Untuk meyakinkan hal ini tempelkan jari pada
tenggorokan selama kita berbicara, maka terasalah suatu getaran. Bunyi termasuk gelombang
longitudinal. Alat-alat musik seperti gitar, biola, harmonika, seruling termasuk sumber bunyi. Pada
dasarnya sumber getaran semua alat-alat musik itu adalah dawai dan kolom udara. Pada bab ini kita
akan mempelajari nada-nada yang dihasilkan oleh sumber bunyi tersebut.

Garputala bergetar, menimbulkan pemampatan dan perenggangan berganti-ganti yang konsentris


sebagai sumber bunyi

Sumber Bunyi Dawai


Sebuah gitar merupakan suatu alat musik yang menggunakan dawai/senar sebagai sumber
bunyinya. Gitar dapat menghasilkan nada-nada yang berbeda dengan jalan menekan bagian tertentu
pada senar itu, saat dipetik. Getaran pada senar gitar yang dipetik itu akan menghasilkan gelombang
stasioner pada ujung terikat. Satu senar pada gitar akan menghasilkan berbagai frekuensi resonansi
dari pola gelombang paling sederhana sampai majemuk. Nada yang dihasilkan dengan pola paling
sederhana disebut nada dasar, kemudian secara berturut-turut pola gelombang yang terbentuk
menghasilkan nada atas ke-1, nada atas ke-2, nada atas ke-3 … dan seterusnya.
Pola gelombang nada-nada yang dihasilkan petikan dawai

Gambar di samping menggambarkan pola-pola yang terjadi pada sebuah dawai yang kedua ujungnya
terikat jika dipetik akan bergetar menghasilkan nada-nada sebagai berikut :

1) Nada Dasar

Jika sepanjang dawai terbentuk gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada
dasar. l atau λ0 = 2l bila frekuensi nada dasardilambangkan f0 maka besarnya :

2) Nada Atas 1
Jika sepanjang dawai terbentuk 1 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 1. l = λ1
atau λ1 = l bila frekuensi nada atas 1 dilambangkan f1 maka besarnya :

3) Nada Atas 2
Jika sepanjang dawai terbentuk 1,5 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas

2. l = atau λ2 = bila frekuensi nada atas 2 dilambangkan f2 maka besarnya :

4) Nada Atas 3
Jika sepanjang dawai terbentuk 2 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 3. l =
2λ3 atau λ3 = ½l bila frekuensi nada atas 3 dilambangkan f3 maka besarnya :
dan seterusnya

Berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa perbandingan frekuensi nada-nada yang
dihasilkan oleh sumber bunyi berupa dawai dengan frekuensi nada dasarnya merupakan
perbandingan bilangan bulat.

Sumber Bunyi Kolom Udara


Seruling dan terompet merupakan contoh sumber bunyi berupa kolom udara. Sumber bunyi yang
menggunakan kolom udara sebagai sumber getarnya disebut juga pipa organa. Pipa organa
dibedakan menjadi dua, yaitu pipa organa terbuka dan pipa organa tertutup.
1) Pipa Organa Terbuka

Salah satu alat musik tiup. Gelombang naik turun udara bergetar melalui lubang seruling
menghasilkan suara yang merdu

Sebuah pipa organa jika ditiup juga akan menghasilkan frekuensi nada dengan pola-pola gelombang
yang dapat dilihat pada gambar diatas

a. Nada dasar

Jika sepanjang pipa organa terbentuk gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada

dasar. l = λ0 atau λ0 = 2 l bila frekuensi nada dasar dilambangkan f0 maka besarnya :

b. Nada atas 1
Jika sepanjang pipa organa terbentuk 1 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas
1. l = λ1 atau λ1 = l bila frekuensi nada atas 1 dilambangkan f0 maka besarnya :
c. Nada atas 2
Jika sepanjang pipa organa terbentuk gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 2.

l= l2 atau l2 = l bila frekuensi nada atas 2 dilambangkan f2 maka besarnya :

d. Nada atas 3
Jika sepanjang dawai terbentuk 2 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 3.

l = 2λ3 atau λ3 = l bila frekuensi nada atas 3 dilambangkan f3 maka besarnya :

dan seterusnya

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa perbandingan frekuensi nada-nada yang
dihasilkan oleh pipa organa terbuka dengan frekuensi nada dasarnya merupakan perbandingan
bilangan bulat.

2) Pipa Organa Tertutup

Sebuah pipa organa tertutup jika ditiup juga akan menghasilkan frekuensi nada dengan pola-pola
gelombang yang dapat dilihat pada gambar berikut.

Pola gelombang nada-nada pada pipa organa tertutup


a. Nada dasar

Jika sepanjang pipa organa terbentuk gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada

dasar. l = λ0 atau λ0 = 4 l bila frekuensi nada dasar dilambangkan f0 maka besarnya :


b. Nada atas 1

Jika sepanjang pipa organa terbentuk gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas

1. l = λ1 atau λ1= l bila frekuensi nada dasar dilambangkan f1 maka besarnya :

c. Nada atas 2

Jika sepanjang pipa organa terbentuk gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas

2. l = λ2 atau λ2 = l bila frekuensi nada dasar dilambangkan f2 maka besarnya :

d. Nada atas 3

Jika sepanjang pipa organa terbentuk gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas

3. l = λ3 atau λ3 = l bila frekuensi nada atas 3 dilambangkan f3 maka besarnya :

dan seterusnya.

Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa perbandingan frekuensi nada-nada yang dihasilkan oleh
pipa organa tertutup dengan frekuensi nada dasarnya merupakan perbandingan bilangan ganjil.

Intensitas Bunyi

Intensitas Bunyi

Apabila suatu sumber bunyi mempunyai daya sebesar P watt, maka besarnya intensitas bunyi di
suatu tempat yang berjarak r dari sumber bunyi dapat dinyatakan :

dengan :
2
I = intensitas bunyi (watt/m )
P = daya sumber bunyi (watt, joule/s)
2
A = luas permukaan yang ditembus gelombang bunyi (m )
r = jarak tempat dari sumber bunyi (m)

Berdasarkan persamaan di atas terlihat bahwa intensitas bunyi di suatu tempat berbanding terbalik
dengan kuadrat jaraknya, makin jauh dari sumber bunyi, maka intensitasnya semakin kecil. Jika titik A
berjarak r1 dan titik B berjarak r2 dari sumber bunyi, maka perbandingan intensitas bunyi antara titik A
dan B dapat dinyatakan dalam persamaan :

Dikarenakan pendengaran telinga manusia mempunyai keterbatasan, maka para ahli menggunakan
istilah dalam intensitas bunyi dengan menggunakan ambang pendengaran dan ambang perasaan.
Intensitas ambang pendengaran (Io) yaitu intensitas bunyi terkecil yang masih mampu didengar oleh
telinga, sedangkan intensitas ambang perasaan yaitu intensitas bunyi yang terbesar yang masih
dapat didengar telinga tanpa menimbulkan rasa sakit. Besarnya ambang pendengaran berkisar pada
-12 2 2
10 watt/m dan besarnya ambang perasaan berkisar pada 1 watt/m .

Taraf Intensitas Bunyi


Berdasarkan hasil penelitian para ahli ternyata bahwa daya pendengaran telinga manusia terhadap
gelombang bunyi bersifat logaritmis, sehingga para ilmuwan menyatakan mengukur intensitas bunyi
2
tidak dalam watt/m melainkan dalam satuan dB (desi bell) yang menyatakan Taraf Intensitas bunyi
(TI). Taraf intensitas didefinisikan sebagai sepuluh kali logaritma perbandingan intensitas dengan
intensitas ambang pendengaran. Taraf intensitas bunyi merupakan perbandingan nilai logaritma
antara intensitas bunyi yang diukur dengan intensitas ambang pendengaran (Io) yang dituliskan
dalam persamaan :

dengan :

TI = taraf intensitas bunyi (dB = desi bell)


-2
I = intesitas bunyi (watt.m )
-12 -2
Io = intensitas ambang pendengaran (Io = 10 watt.m )

Taraf Intensitas bunyti dari berbagai sumber bunyi


Layangan Bunyi

Layangan bunyi atau pelayangan bunyi adalah terjadinya pengerasan bunyi dan pelemahan bunyi
tersebut adalah efek dari interferensi gelombang bunyi. Bunyi termasuk sebagai gelombang dan
sebagai salah satu sifat gelombang yaitu dapat berinterferensi, demikian juga pada bunyi juga
mengalami interferensi. Peristiwa interferensi dapat terjadi bila dua buah gelombang bunyi memiliki
frekuensi yang sama atau berbeda sedikit dan berada dalam satu ruang dengan arah yang
berlawanan. Interferensi semacam ini sering disebut interferensi ruang. Interferensi dapat juga terjadi
jika dua gelombang bunyi yang mempunyai frekuensi sama atau berbeda sedikit yang merambat
dalam arah yang sama, interferensi yang terjadi disebut interferensi waktu.

Layangan Bunyi Atau Pelayangan Bunyi

Pelayangan adalah peristiwa perubahan frekuensi bunyi yang berubah ubah dengan tajam karena
ada dua sumber bunyi dengan perbedaan frekuensi yang kecil. Berarti pelayangan terjadi jika
perbedaan frekuensi kedua sumbernya kecil.

Pelayangan (beats) merupakan fenomena yang menerapkan prinsip interferensi gelombang.


Pelayangan akan terjadi jika dua sumber bunyi menghasilkan frekuensi gelombang yang mempunyai
beda frekuensi yang kecil. Kedua gelombang bunyi akan saling berinterferensi dan tingkat suara pada
posisi tertentu naik dan turun secara bergantian. Peristiwa menurun atau meningkatnya kenyaringan
secara berkala yang terdengar ketika dua nada dengan frekuensi yang sedikit berbeda dibunyikan
pada saat yang bersamaan disebut pelayangan. Gelombang akan saling memperkuat dan
memperlemah satu sama lain bergerak di dalam atau di luar dari fasenya.

Bentuk Gelombang Layangan Bunyi Atau Pelayangan Bunyi

Fenomena pelayangan terjadi sebagai akibat superposisi dua gelombang bungi dengan beda
frekuensi yang kecil

Gambar (a) menunjukkan pergeseran yang dihasilkan sebuah titik di dalam ruang di mana rambatan
gelombang terjadi, dengan dua gelombang secara terpisah sebagai sebuah fungsi dari waktu. Kita
anggap kedua gelombang tersebut mempunyai amplitudo sama. Pada gambar (b) menunjukkan
resultan getaran di titik tersebut sebagai fungsi dari waktu.

Dalam peristiwa interferensi gelombang bunyi yang berasal dari dua sumber bunyi yang memiliki
frekuensi yang berbeda sedikit, misalnya frekuensinya f1dan f2, maka akibat dari interferensi
gelombang bunyi tersebut akan kita dengar bunyi keras dan lemah yang berulang secara periodik.
Terjadinya pengerasan bunyi dan pelemahan bunyi tersebut adalah efek dari interferensi gelombang
bunyi yang disebut dengan istilah layangan bunyi atau pelayangan bunyi. Kuat dan lemahnya bunyi
yang terdengar tergantung pada besar kecil amplitudo gelombang bunyi. Demikian juga kuat dan
lemahnya pelayangan bunyi bergantung pada amplitudo gelombang bunyi yang berinterferensi.
Banyaknya pelemahan dan penguatan bunyi yang terjadi dalam satu detik disebut frekuensi
layangan bunyi yang besarnya sama dengan selisih antara dua gelombang bunyi yang berinterferensi
tersebut. Besarnya frekuensi layangan bunyi dapat dinyatakan dalam persamaan :

fn = N = | f1 – f2 |

dengan :

N = banyaknya layangan bunyi tiap detiknya


f1 dan f2 = frekuensi gelombang bunyi yang berinterferensi
fn = frekuensi layangan bunyi

Efek Doppler

Efek Doppler adalah perubahan frekuensi yang diterima pendengar dibanding dengan frekuensi
sumbernya akibat gerak relatif pendengar dan sumber. Gejala perubahan frekuensi inilah yang
dikenal sebagai efek Doppler. Istilah ini diambil dari nama seorang fisikawan Austria, Christian
Johanm Doppler (1803-1855).

Peristiwa Efek Doppler


Gejala ini dapat digambarkan seperti pada gambar dibawah pada bagian (a) sumber mampu
menerima A dan B diam atau relatif diam maka frekuensi bunyi yang diterima A dan B akan sama
dengan yang dipancarkan oleh sumber. Bagaimana dengan bagian (b), sumber bunyi bergerak ke
arah B dengan kecepatan vs. Saat sumber dan penerima relatif bergerak ke arah B maka penerima
akan mendapat frekuensi bunyi lebih besar dari sumber, sedangkan penerima A lebih kecil.

Menurut Doppler, perubahan frekuensi bunyi itu memenuhi hubungan : kecepatan relatifnya
sebanding dengan frekuensi.
Δvp adalah kecepatan relatif bunyi terhadap pandangan. Nilainya dapat dituliskan juga Δvp = v ± vp.
Berarti berlaku juga Δvs = v ± vs. Dengan substitusi nilai Δvp dan Δvs dapat diperoleh persamaan efek
Doppler seperti berikut.

dengan :

fp = frekuensi bunyi yang diterima pendengar (Hz)


fs = frekuensi bunyi sumber (Hz)
v = cepat rambat bunyi di udara (m/s)
vs = kecepatan sumber bunyi (m/s)
vp = kecepatan pendengar (m/s)
(±) = operasi kecepatan relatif, (+) untuk kecepatan berlawanan arah dan (−) untuk kecepatan searah

Contoh Efek Doppler Dalam Kehidupan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai bunyi yang kita dengar akan terdengar berbeda
apabila antara sumber bunyi dan pendengar terjadi gerakan relatif. Misalnya pada saat kita menaiki
sepeda motor di jalan raya berpapasan dengan mobil ambulan atau mobil patroli yang membunyikan
sirine. Bunyi sirine yang terdengar akan makin keras saat kita bergerak saling mendekati dan akan
semakin lemah pada saat kita bergerak saling menjauhinya. Peristiwa ini disebut efek Doppler yaitu
peristiwa terjadinya perubahan frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar akan berubah jika
terjadi gerakan relatif antara sumber bunyi dan pendengar.

Sebagai contoh sumber bunyi mengeluarkan bunyi dengan frekuensi fs dan bergerak dengan
kecepatan vs dan pendengar bergerak dengan kecepatan vp dan kecepatan rambat gelombang bunyi
adalah v maka frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar apabila terjadi gerakan relatif antara
sumber bunyi dengan pendengar dapat dirumuskan :

dengan :

fp = frekuensi bunyi yang diterima pendengar (Hz)


fs = frekuensi sumber bunyi (Hz)
v = cepat rambat bunyi di udara (ms1)
vp = kecepatan pendengar (ms1)
vs = kecepatan sumber bunyi (ms1)
Contoh efek Doppler dalam keseharian

Cepat Rambat Bunyi

Cepat rambat bunyi dapat diukur dengan metode resonansi. Mengukur cepat rambat gelombang
bunyi dapat dilakukan dengan metode resonansi pada tabung resonator (kolom udara). Pengukuran
menggunakan peralatan yang terdiri atas tabung kaca yang panjangnya 1 meter, sebuah slang
karet/plastik, jerigen (tempat air) dan garputala.

Mengukur Cepat Rambat Bunyi

Percobaan resonansi untuk mengukur cepat rambat bunyi

Resonansi I jika :

L1 = atau λ = 4 L1
Resonansi II jika :

L2 = atau λ = L2

Resonansi ke III jika :

L3 = λ atau λ = L3
Atau λ dapat dicari dengan
λ= 2 (L2 – L1) = (L3 – L1)

Bagaimana prinsip kerja alat ini? Mula-mula diatur sedemikian, permukaan air tepat memenuhi pipa
dengan jalan menurunkan jerigen. Sebuah garputala digetarkan dengan cara dipukul menggunakan
pemukul dari karet dan diletakkan di atas bibir tabung kaca, tetapi tidak menyentuh bibir tabung dan
secara perlahan-lahan tempat air kita turunkan. Lama-kelamaan akan terdengar bunyi yang makin
lama makin keras dan akhirnya terdengar paling keras yang pertama. Jika jerigen terus kita turunkan
perlahan-lahan (dengan garputala masih bergetar dengan jalan setiap berhenti dipukul lagi), maka
bunyi akan melemah dan tak terdengar, tetapi semakin lama akan terdengar makin keras kembali.
Apa yang menyebabkan terdengar bunyi keras tersebut?

Gelombang yang dihasilkan garputala tersebut merambat pada kolom udara dalam tabung dan
mengenai permukaan air dalam tabung, kemudian dipantulkan kembali ke atas. Kedua gelombang ini
akan saling berinterferensi. Apabila kedua gelombang bertemu pada fase yang sama akan terjadi
interferensi yang saling memperkuat, sehingga pada saat itu pada kolom udara timbul gelombang
stasioner dan frekuensi getaran udara sama dengan frekuensi garputala. Peristiwa inilah yang
disebut resonansi. Sebagai akibat resonansi inilah terdengar bunyi yang keras. Resonansi pertama

terjadi jika panjang kolom udara sebesar , peristiwa resonansi kedua terjadi jika panjang kolom

udara , ketiga jika dan seterusnya. Dengan mengukur panjang kolom udara saat terjadi
resonansi, maka panjang gelombang bunyi dapat dihitung.

Persamaan Matematis Cepat Rambat Bunyi


Oleh karena itu, cepat rambat gelombang bunyi dapat dicari dengan persamaan :

v=f×λ

dengan :

λ = panjang gelombang bunyi (m)


f = frekuensi garputala (Hz)
v = cepat rambat gelombang bunyi (m/s)

Penerapan Gelombang Bunyi Dalam Teknologi

Penerapan gelombang bunyi dalam teknologi dapat dimanfaatkan dalam berbagai keperluan
penelitian. Di bidang kelautan misalnya untuk mengukur kedalaman laut, di bidang industri misalnya
untuk mengetahui cacat yang terjadi pada benda-benda hasil produksinya, di bidang pertanian untuk
meningkatkan kualitas hasil pertanian, dan di bidang kedokteran dapat digunakan untuk terapi
adanya penyakit dalam organ tubuh.

Penerapan Gelombang Bunyi Dalam Teknologi Kelautan

Untuk keperluan tersebut digunakan suatu alat yang bekerja berdasarkan prinsip pemantulan
gelombang bunyi yang disebut SONAR (Sound Navigation Ranging).
Sonar digunakan untuk mengukur kedalaman laut.

Prinsip kerja SONAR berdasarkan prinsip pemantulan gelombang ultrasonik. Alat ini diperkenalkan
pertama kali oleh Paul Langenvin, seorang ilmuwan dari Prancis pada tahun 1914. Pada saat itu Paul
dan pembantunya membuat alat yang dapat mengirim pancaran kuat gelombang bunyi berfrekuensi
tinggi (ultrasonik) melalui air. Pada dasarnya SONAR memiliki dua bagian alat yang memancarkan
gelombang ultrasonik yang disebut transmiter (emiter) dan alat yang dapat mendeteksi datangnya
gelombang pantul (gema) yang disebut sensor (reciver).

Gelombang ultrasonik dipancarkan oleh transmiter (pemancar) yang diarahkan ke sasaran, kemudian
akan dipantulkan kembali dan ditangkap oleh pesawat penerima (reciver). Dengan mengukur waktu
yang diperlukan dari gelombang dipancarkan sampai gelombang diterima lagi, maka dapat diketahui
jarak yang ditentukan. Untuk mengukur kedalaman laut, SONAR diletakkan di bawah kapal.

Dengan pancaran ultrasonik diarahkan lurus ke dasar laut, dalamnya air dapat dihitung dari panjang
waktu antara pancaran yang turun dan naik setelah digemakan. Apabila cepat rambat gelombang
bunyi di udara v, selang waktu antara gelombang dipancarkan dengan gelombang pantul datang
adalah Δt, indeks bias air n, dan kedalaman laut adalah d maka kedalaman laut tersebut dapat dicari
dengan persamaan :

dengan :

d = jarak yang diukur (m)


Δt = waktu yang diperlukan gelombang dari dipancarkan sampai diterima kembali (s)
v = kecepatan rambat gelombang ultrasonik (m/s)
n = indeks bias medium

Penerapan Gelombang Bunyi Dalam Teknologi Kedokteran

Dalam bidang kedokteran, getaran gelombang ultrasonik yang berenergi rendah dapat digunakan
untuk mendeteksi/menemukan penyakit yang berbahaya di dalam organ tubuh, misalnya di jantung,
payudara, hati, otak, ginjal, dan beberapa organ lain. Pengamatan ultrasonik pada wanita hamil untuk
melihat perkembangan janin dalam uterus dengan menggunakan ultrasonografi. Dengan
menggunakan ultrasonik yang berenergi tinggi dapat digunakan sebagai pisau bedah, yang pada
umumnya untuk melakukan pembedahan dalam neurologi dan otologi.
Penerapan Gelombang Bunyi Dalam Kehidupan

Di bidang pertanian, ultrasonik berenergi rendah digunakan untuk meningkatkan hasil pertanian,
misalnya penyinaran biji atau benih dengan menggunakan ultrasonik dapat menghasilkan
pertumbuhan yang lebih cepat dari biasanya, tanaman kentang yang dirawat dengan radiasi
ultrasonik dapat meningkat produksi panennya.

Selanjutnya dalam perkembangannya, penggunaan gelombang ultrasonik dalam pelayaran


digunakan sebagai navigator. Pada mesin cuci, getaran utrasonik yang kuat dapat menggugurkan
ikatan antarpartikel kotoran dan menggetarkan debu yang melekat pada pakaian sehingga lepas. Di
sekitar lapangan udara (bkitara), getaran gelombang ultrasonik yang kuat dapat membuyarkan kabut
dengan teknologi gelombang bunyi.

Sudut Deviasi Pembiasan Cahaya Pada Prisma

Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang pada
salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan
mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan
menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar
datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada
bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke
zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati
sebuah prismaakan mengalami pembelokan arah dari arah semula. Marilah kita mempelajari
fenomena yang terjadi jika seberkas cahaya melewati sebuah prisma seperti halnya terjadinya sudut
deviasi dan dispersi cahaya.

Sudut Deviasi Pembiasan Cahaya Pada Prisma

Gambar diatas menggambarkan seberkas cahaya yang melewati sebuah prisma. Gambar tersebut
memperlihatkan bahwa berkas sinar tersebut dalam prisma mengalami dua kali pembiasan sehingga
antara berkas sinar masuk ke prisma dan berkas sinar keluar dari prisma tidak lagi sejajar. Sudut
yang dibentuk antara arah sinar datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma disebut sudut
deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar.
o
Untuk segiempat AFBE, maka : β + ∠AFB = 180

o
Pada segitiga AFB, r1 + i2 + ∠AFB = 180 , sehingga diperoleh

β + ∠AFB = r1 + i2 + ∠ AFB

β = r1 + i2

o
Pada segitiga ABC, terdapat hubungan ∠ABC + ∠BCA +∠CAB = 180 ,

di mana ∠ABC = r2 – i2 dan ∠CAB = i1 – r1,

o
sehingga ∠BCA + (r2 – i2) + (i1 – r1) = 180

o
∠BCA = 180 + (r1 + i2) – (i1 + r2)

Besarnya sudut deviasi dapat dicari sebagai berikut.

o
D = 180 – ∠BCA

o o
= 180 – {(180 + (r1 + i2) – (i1 + r2)}
= (i1 + r2) – (i2 + r1)
D = i1 + r2 – β

Keterangan :

D = sudut deviasi
i1 = sudut datang pada prisma
r2 = sudut bias sinar meninggalkan prisma

β = sudut pembias prisma

Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya cahaya ke prisma. Apabila sudut
datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil. Sudut deviasi akan
mencapai minimum (Dm) jika sudut datang cahaya ke prisma sama dengan sudut bias cahaya
meninggalkan prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk ke prisma akan memotong
prisma itu menjadi segitiga sama kaki,
sehingga berlaku i1 = r2 = i (dengan i = sudut datang cahaya ke prisma) dan i2= r1 = r (dengan r =

sudut bias cahaya memasuki prisma). Karena β = i2 + r1 = 2r atau r = β dengan demikian besarnya
sudut deviasi minimum dapat dinyatakan:

D = i1 + r2 – β = 2i – β atau i = (Dm + β)

Menurut hukum Snellius tentang pembiasan berlaku

dengan :

n1 = indeks bias medium di sekitar prisma


n2 = indeks bias prisma

β = sudut pembias prisma

Dm = sudut deviasi minimum prisma

o
Untuk sudut pembias prisma kecil (β≤ 15 ), maka berlaku sin ( β + Dm) = ( β + Dm) dan sin β= β.
Sehingga besarnya sudut deviasi minimumnya dapat dinyatakan :

Apabila medium di sekitar prisma berupa udara maka n1 = 1 dan indeks bias prisma dinyatakan
dengan n, maka berlaku :
Dm = (n – 1) β

Interferensi Cahaya

Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya. Agar interferensi
cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang cahaya itu harus bersifat koheren. Dua
gelombang cahaya dikatakan koheren apabila kedua gelombang cahaya tersebut mempunyai
amplitudo, frekuensi yang sama dan pada fasenya tetap. Ada dua hasil interferensi cahaya yang
dapat teramati dengan jelas jika kedua gelombang tersebut berinterferensi. Apabila kedua gelombang
cahaya berinteferensi saling memperkuat (bersifat konstruktif), maka akan menghasilkan garis terang
yang teramati pada layar. Apabila kedua gelombang cahaya berinterferensi saling memperlemah
(bersifat destruktif), maka akan menghasilkan garis gelap yang teramati pada layar. Marilah sekarang
kita mempelajari peristiwa interferensi cahaya yang telah dilakukan percobaan/eksperimen oleh para
ilmuwan terdahulu, seperti halnya Thomas Young dan Fresnell.

Interferensi Cahaya pada Celah Ganda

Percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young dan Fresnel pada dasarnya adalah sama, yang
membedakan adalah dalam hal mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren. Thomas Young
mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren dengan menjatuhkan cahaya dari sumber
cahaya pada dua buah celah sempit yang saling berdekatan, sehingga sinar cahaya yang keluar dari
celah tersebut merupakan cahaya yang koheren. Sebaliknya Fresnel mendapatkan dua gelombang
cahaya yang koheren dengan memantulkan cahaya dari suatu sumber ke arah dua buah cermin
datar yang disusun hampir membentuk sudut 180o, sehingga akan diperoleh dua bayangan sumber
cahaya. Sinar yang dipantulkan oleh cermin I dan II dapat dianggap sebagai dua gelombang cahaya
yang koheren.

Skema percobaan Young

Interferensi celah ganda percobaan Young

Untuk menunjukkan hasil interferensi cahaya, di depan celah tersebut diletakkan layar pada jarak L
maka akan terlihat pada layar berupa garis gelap dan terang. Garis terang merupakan hasil
interferensi yang saling memperkuat dan garis gelap adalah hasil interferensi yang saling
memperlemah. Hasil interferensi bergantung pada selisih jarak tempuh/lintasan cahaya dari celah ke
layar. Akan terjadi garis terang jika selisih lintasan merupakan kelipatan bilangan genap

kali atau (2n) λ atau kelipatan bilangan bulat kali λ atau (nλ).
Sebaliknya akan terjadi garis gelap jika selisih lintasan merupakan kelipatan bilangan ganjil

kali atau (2n + 1) λ.

Misalkan jarak antara dua celah d, jarak layar ke celah L, di titik O pada layar akan terjadi garis terang
yang disebut garis terang pusat, karena jarak S1O dan S2O adalah sama sehingga gelombang
cahaya sampai di O akan terjadi interferensi maksimum. Di titik P yang berjarak p dari terang pusat
akan terjadi interferensi maksimum atau minimum tergantung pada selisih lintasan S2P – S1P.

Interferensi celah ganda

Di P terjadi interferensi maksimum jika :


S2P – S1P = d sin θ = n λ
Perhatikan segitiga S1QS2 dan segitiga POR , untuk nilai θ < berlaku sin θ = tg θ = , sehingga

: atau

dengan :

d = jarak antara dua celah (m)


p = jarak garis terang ke terang pusat (m)
L = jarak celah ke layar
λ = panjang gelombang cahaya
n = orde interferensi ( n = 0, 1, 2, 3, …)

Di P akan terjadi interferensi minimum/garis gelap jika :

dengan :

d = jarak antara dua celah (m)


p = jarak garis gelap ke terang pusat (m)
L = jarak celah ke layar (m)
λ = panjang gelombang cahaya (m)
n = orde interferensi (n = 1, 2, 3, …)

Interferensi Cahaya Pada Selaput Tipis

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita melihat adanya warna-warna pelangi yang terjadi pada
gelembung air sabun atau adanya lapisan minyak di permukaan air jika terkena cahaya matahari. Hal
ini menunjukkan adanya interferensi cahaya matahari pada selaput tipis air sabun atau selaput tipis
minyak di atas permukaan air. Interferensi cahaya terjadi dari cahaya yang dipantulkan oleh lapisan
permukaan atas dan bawah dari selaput tipis tersebut.

Interferensi pada selaput tipis


Gambar tersebut melukiskan seberkas sinar monokromatik jatuh pada selaput tipis setebal d, pada
lapisan atas selaput cahaya dipantulkan (menempuh lintasan AE) dan sebagian dibiaskan yang
kemudian dipantulkan lagi oleh lapisan bawah menempuh lintasan ABC. Antara sinar yang
menempuh lintasan AE dan ABC akan saling berinterferensi di titik P tergantung pada selisih jarak
lintasan optik. Di titik P akan terjadi interferensi maksimum atau garis terang apabila :

dan terjadi garis gelap atau interferensi minimum jika

dengan :

n = indeks bias lapisan tipis


d = tebal lapisan
r = sudut bias sinar
λ = panjang gelombang sinar
m = orde interferensi

Cincin Newton

Cincin Newton merupakan pola interferensi pada selaput tipis udara yang berupa lingkaran-lingkaran
garis gelap dan terang yang sepusat. Cincin Newton terletak antara permukaan optik. Cincin Newton
dapat terjadi pada selaput tipis udara antara kaca plan paralel dan lensa plan-konveks yang disinari
cahaya sejajar monokromatik secara tegak lurus dari atas kaca plan-paralel. Cincin Newton ini terjadi
karena interferensi cahaya yang dipantulkan oleh permukaan cembung lensa dengan sinar yang telah
menembus lapisan udara, yang kemudian dipantulkan oleh permukaan bagian atas kaca plan-paralel.

Cincin Newton

Perhatikan gambar di diatas, apabila r menyatakan jari-jari orde lingkaran, R jari-jari kelengkungan
permukaan lensa, n merupakan orde lingkaran, dan λ menyatakan panjang gelombang cahaya yang
digunakan, maka hubungan antara jari-jari orde interferensi dengan panjang gelombang cahaya yang
digunakan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini.
Difraksi Cahaya

Difraksi cahaya dapat didefinisikan sebagai pelenturan cahaya yaitu saat suatu cahaya melalui celah
maka cahaya dapat terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memiliki sifat seperti
cahaya baru. Sifat-sifat difraksi pada cahaya ini dapat dibuktikan dengan melihat pola interferensi
yang terjadi pada layar saat dipasang dibelakang celah. Ada beberapa peristiwa difraksi yang dapat
kita pelajari.

Difraksi Cahaya Pada Celah Tunggal


Difraksi/lenturan cahaya pada celah tunggal akan menghasilkan garis terang/interferensi maksimum
pada layar yang berjarak L dari celah apabila selisih lintasan antara cahaya yang datang

dari A dan B adalah (2n + 1) λ, kemudian akan terjadi garis gelap atau interferensi minimum jika

selisih lintasannya adalah (2n) λ.

Difraksi Cahaya Pada Celah Tunggal

Gambar diatas, menggambarkan sebuah celah sempit yang mempunyai lebard, disinari dengan
cahaya sejajar monokromatik secara tegak lurus pada celah. Apabila di belakang celah ditaruh layar
pada jarak L dari celah maka akan tampak pada layar berupa garis terang dan gelap yang berada di
sekitar terang pusat. Celah sempit tersebut kita bagi menjadi 2 bagian yang masing-masing

lebarnya d. Kelompok cahaya dari bagian atas dan bawah akan berinterferensi di titik P yang
terletak pada layar tergantung pada selisih lintasannya. Di titik O yang berada pada layar yang juga
merupakan titik tengah-tengah celah, maka semua cahaya yang berasal dari celah bagian atas dan
bagian bawah sampai ke titik O mempunyai jarak lintasan yang sama, sehingga di titik O terjadi
interferensi maksimum atau sering juga disebut dengan terang pusat. Sedangkan hasil interferensi di
titik P tergantung pada selisih lintasan yang ditempuh oleh cahaya tersebut.
Apabila celah kita bagi dua maka cahaya dari tepi celah cahaya 1 dan 5 akan berinterferensi di

titik P akan menghasilkan garis gelap jika selisih lintasannya λ.

Persamaannya dapat dituliskan : d sin θ = λ atau d sin θ= λ.


Apabila celah dibagi empat, maka garis gelap akan terjadi bila d sin θ = λ atau d sin θ = 2λ.

Apabila celah dibagi 6, maka garis gelap akan terjadi bila d sin θ = λ ataud sin θ = 3λ.
Jadi untuk garis gelap ke-n pada layar akan terbentuk jika d sin θ = n λ; n = 1, 2, 3, … dan
seterusnya.

Untuk sudut θ kecil berlaku bahwa sin , maka

dengan :

d = lebar celah (m)


p = jarak garis gelap ke terang pusat (m)
L = jarak layar ke celah (m)
λ = panjang gelombang cahaya yang digunakan (m)
n = orde interferensi/ menyatakan garis gelap dari terang pusat

Dengan cara yang sama di titik P akan terjadi garis terang jika :

Difraksi Cahaya pada Kisi


Kisi adalah celah sangat sempit yang dibuat dengan menggores sebuah lempengan kaca dengan
intan. Sebuah kisi dapat dibuat 300 sampai 700 celah setiap 1 mm. Pada kisi, setiap goresan
merupakan celah. Sebuah kisi memiliki konstanta yang menyatakan banyaknya goresan tiap satu
satuan panjang, yang dilambangkan dengan d, yang juga sering dikatakan menjadi lebar celah.
Dalam sebuah kisi, lebar celah dengan jarak antara dua celah sama apabila banyaknya goresan tiap

satuan panjang dinyatakan dengan N, maka d = . Misalnya sebuah kisi memiliki 500 garis/mm

maka lebar celah kisi tersebut adalah .

Pada sebuah kisi yang disinari cahaya yang sejajar dan tegak lurus kisi, dan di belakang kisi
ditempatkan sebuah layar, maka pada layar tersebut akan terdapat garis terang dan gelap, jika
cahaya yang dipakai adalah monokromatik. Kemudian akan terbentuk deretan spektrum warna, jika
cahaya yang digunakan sinar putih (polikromatik). Garis gelap dan terang atau pembentukan
spektrum akan lebih jelas dan tajam jika celabar celahnya semakin sempit atau konstanta kisinya
semakin banyak/besar. Garis gelap dan terang dan spektrum tersebut merupakan hasil interferensi
dari cahaya yang berasal dari kisi tersebut yang jatuh pada layar titik/tempat tertentu.
Difraksi pada kisi

Gambar diatas menggambarkan cahaya monokromatik sejajar yang datang tegak lurus bidang kisi,
cahaya yang melalui kisi dilenturkan dan memiliki fase yang sama. Semua cahaya yang melalui celah
kisi akan dikumpulkan menjadi satu oleh lensa positif dan diproyeksikan pada layar menjadi garis
terang dan gelap.

Misalkan semua cahaya yang melalui celah kisi dilenturkan/didifraksikan dengan sudut θ dan
dikumpulkan pada satu titik P yang berjarak p dari terang pusat (O) pada layar yang berjarak L dari
kisi. Hasil interferensi cahaya di titikP tergantung pada selisih lintasan yang ditempuh cahaya dari
celah yang berdekatan yaitu d sin θ. Di titik P akan terjadi garis terang jika d sin θ sama dengan
kelipatan bilangan bulat kali panjang gelombang atau kelipatan bilangan genap kali setengah
gelombang. Sebaliknya akan terjadi garis gelap jika d sin θ sama dengan kelipatan bilangan ganjil kali
setengah panjang gelombang. Secara matematik dapat dinyatakan :

Di P terjadi garis terang jika :

d sin θ = n λ atau

Di P akan terjadi garis gelap jika :

d sin θ = (2n+1) λ atau

dengan :

d = lebar celah kisi (m)


θ = sudut difraksi (derajat)
λ = panjang gelombang cahaya (m)
n = orde difraksi
p = jarak garis gelap/terang ke terang pusat (m)
L = jarak layar ke kisi (m)

Polarisasi Cahaya

Polarisasi cahaya dapat didefinisikan sebagai pengurangan intensitas karena berkurangnya


komponen-komponen gelombangnya. Cahaya termasuk gelombang transversal yang memiliki
komponen-komponen yang saling tegak lurus. Komponen-komponen inilah yang dapat hilang saat
terjadi polarisasi. Polarisasi cahaya ini dapat disebabkan oleh beberapa macam diantaranya seperti
penjelasan berikut.

Penyebab Terjadinya Polarisasi Cahaya


Polarisasi Cahaya Karena Pemantulan

Perhatikan gambar diatas menggambarkan peristiwa polarisasi yang terjadi pada cahaya yang
disebabkan oleh peristiwa pemantulan. Cahaya yang datang ke cermin dengan sudut datang sebesar
o
57 , maka sinar yang terpantul akan merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari
cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke cermin. Apabila cermin II diputar sehingga
arah bidang getar antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang
dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut
polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak
terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut
merupakan sinar terpolarisasi atau tidak.

Polarisasi Cahaya Karena Pemantulan Dan Pembiasan


Cahaya datang dan mengenai batas medium akan mengalami pemantulan dan pembiasan seperti
gambar (a). Perubahan sudut datang akan merubah sudut pantul ip dan sudut bias r. Pada suatu saat
sinar pantul dan sinar bias akan saling tegak lurus. Saat terjadi keadaan seperti inilah akan terjadi
pembagian intensitas pada kedua sinar itu, I untuk sinar bias dan I untuk sinar pantul sehingga
sinarnya mengalami polarisasi, lihat gambar (b).

Pada polarisasi linier ini akan berlaku hubungan-hubungan seperti di bawah.


o
ip + r = 90

tg ip =

Persamaan inilah yang dikenal sebagai hukum Brewster sesuai nama ilmuwan yang pertama kali
mempelajarinya, Daved Brewter (1781-1868).
Polarisasi Cahaya Karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)

Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai
indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada kristal kalsit.

Perhatikan gambar diatas, seberkas cahaya yang jatuh tegak lurus pada permukaan kristal kalsit,
maka cahaya yang keluar akan terurai menjadi dua berkas cahaya, yaitu satu berkas cahaya yang
tetap lurus dan berkas cahaya yang dibelokkan. Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa, yang
memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak terpolarisasi. Sedangkan cahaya yang dibelokkan
disebut cahaya istimewa karena tidak memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang
terpolarisasi.

Polarisasi Cahaya Karena Hamburan

Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa terhamburnya cahaya
matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya matahari yang
terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari yang cerah langit
kelihatan berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru dihamburkan paling efektif
dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.

Polarisasi Cahaya Karena Pemutaran Bidang Polarisasi

Perhatikan gambar diatas, seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga
cahaya yang diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan
gula pasir, maka arah polarisasinya dapat berputar. Besarnya sudut perubahan arah polarisasi
cahaya θ tergantung pada konsentrasi larutan c, panjang larutan l dan sudut putar larutan β.
Hubungan ini dapat ditulis secara matematik sebagai:
θ = c.β. l
Polarisasi Cahaya Karena Absorbsi Selektif

Absorbsi selektif adalah penyerapan intensitas cahaya karena penyerapan yang terseleksi yaitu
penyerapan komponen-komponen cahaya tertentu. Bahan yang dapat menyerap secara selektif ini
dinamakan polarisator.

Cahaya yang terpolarisasi intensitasnya menjadi I = I0. Bagaimana jika cahaya terpolarisasi
tersebut dilewatkan pada bahan polarisator lain dengan membentuk sudut α terhadap polarisator
pertama? Secara eksperimen dapat diperoleh hubungan seperti persamaan berikut.

2 2
I’ = I cos α atau I’ = I0 cos α

dengan :

I0 = Intensitas cahaya awal


I = Intensitas cahaya terpolarisasi
I’ = Intensitas cahaya setelah melalui dua bahan polarisator
α = sudut antara kedua polarisator

Persamaan inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum Mallus dalam polarisasi cahaya.

Teori Maxwell

Teori maxwell dikemukakan pada 1864, oleh fisikawan Inggris, James Clerk Maxwell, yaitu teori
yang menyebutkan bahwa cahaya adalah rambatan gelombang yang dihasilkan oleh kombinasi
medan listrik dan medan magnetik. Gelombang yang dihasilkan oleh medan listrik dan medan
magnetik ini disebut gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang
transversal yang dapat merambat dalam ruang hampa. Hal inilah yang menyebabkan radiasi cahaya
matahari dapat mencapai permukaan bumi.

Teori Maxwell

Percobaan yang dilakukan oleh Hans Christian Oersted (1777 – 1851), menunjukkan bahwa arus
listrik dapat membuat jarum kompas berubah arah. Hal ini membuktikan bahwa di sekitar arus listrik
terdapat medan magnet. Kemudian, ilmuwan Prancis Andre Marie Ampere (1775 – 1836),
menemukan bahwa dua kawat yang bermuatan arus listrik dapat dibuat tarik-menarik atau tolak-
menolak, persis seperti magnet. Pada tahun 1865, ilmuwan Skotlandia, James Clerk Maxwell (1831 –
1879), menyatakan bahwa medan listrik dan medan magnet berhubungan erat. Maxwell menyadari
bahwa jika suatu arus listrik dialirkan maju-mundur, arus itu dapat menimbulkan gelombang
elektromagnetik yang berubah-ubah yang memancar keluar dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Perhitungan-perhitungannya menunjukkan bahwa gelombang elektromagnetik itu memancar pada
kecepatan cahaya. Berdasarkan hal ini, Maxwell menyimpulkan bahwa cahaya itu sendiri adalah
bentuk gelombang elektromagnetik.

Medan listrik dan medan magnetik selalu saling tegak lurus, dan keduanya tegak lurus terhadap arah
perambatan gelombang. Jadi, gelombang elektromagnetik merupakan gelombang transversal. Cepat
rambat gelombang elektromagnetik tergantung pada permeabilitas vakum ( μ0 ) dan permitivitas
vakum ( ε0 ) sesuai dengan hubungan :
Persamaan Teori Maxwell

-7 -
Permeabilitas vakum diketahui sebesar 4π × 10 Wb/A.m dan permitivitas vakum adalah 8,85 × 10
12 2 8
C/Nm , sehingga diperoleh nilai c = 3 × 10 m/s.

Medan listrik tegak lurus dengan medan magnetik dan tegak lurus terhadap arah gelombang,
penyataan tersebut merupakan inti dari teori maxwell tentang cahaya adalah gelombang
elektromagnetik.

Das könnte Ihnen auch gefallen