Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh :
GRECCILIA YOVITA
14.I1.0065
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas penyertaan dan bimibinngan-Nya
laporan kerja praktek yang berjudul “Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
plan pada Proses Produksi Ikan Lemuru dalam Kaleng di CV. Pasific Harvest” dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis juga berterimakasih atas dukungan
moril dan kerjasama serta materi yang didapat dari berbagai pihak:
1. Tuhan Yesus Kristus yang memberikan kekuatan dan kelancaran dalam
penulisan laporan kerja praktek penulis.
2. Ibu Dr. Victoria Kristina Ananingsih, ST., MSc. Selaku Dekan Fakultas
Teknologi Pertanian yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan kerja praktek.
3. Bapak Dr. R. Probo Yulianto N., STP., MSc selaku dosen pembimbing dari
penulis dalam pelaksanaan kerja praktek dan telah membantu dan memberikan
pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kerja praktek.
4. Bapak Rony Fajar Laksana (Manager Produksi) selaku pembimbing lapangan
yang telah membantu dalam pelaksanaan kerja praktek lapangan di CV. Pasific
Harvest Muncar Banyuwangi
5. Ibu Dyah Anggraini (HRD) CV. Pasific Harvest Muncar Banyuwangi yang telah
menerima penulis dalam melaksanakan kerja Praktek di CV. Pasific Harvest
Muncar Banyuwangi
6. Ibu Johan selaku Manager Quality Control and Quality Assurance yang
menerima penulis untuk melaksanakan kerja praktek di CV. Pasific Harvest
Muncar Banyuwangi
7. Seluruh Staf dan Karyawan CV. Pasific Harvest Muncar Banyuwangi yang telah
membantu dan membimbing selama peulis melaksanakan kerja praktek di CV.
Pasific Harvest Muncar Banyuwangi
8. Orang tua, adik dan keluarga penulis yang mendukung dan membantu dalam
menyelesaikan kerja praktek
9. Priska Adina, Yosua Santoso, Nita Pratama, Klara Paskarena, Philipus Jordan,
Audrey Ardian, dan Elizabeth Gracia selaku rekan kerja praktek penulis yang
telah membantu dan mendukung selama penulis melaksanakan kerja praktek.
ii
Masih banyak upihak yang membantu dan mendukung penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Laporan ini diharapkan peulis dapat membantu dan menambah
wawasan kepada segeap pembaca da pihak lain yang membutuhkan. Terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2.Tujuan ..................................................................................................................... 2
2.2.1. Visi.............................................................................................................. 4
2.2.2. Misi.............................................................................................................. 4
2.5.Kebijakan Perusahaan............................................................................................. 7
3.1.Jenis Produk............................................................................................................ 8
iv
v
4.2.15. Pendinginan........................................................................................... 19
5.1.8. Penetapan Batas Kritis dari Critical Control Point (Prinsip 3 HACCP) .. 31
6.1.Kesimpulan ........................................................................................................... 33
6.2.Saran........ ............................................................................................................. 33
8. LAMPIRAN .......................................................................................................... 36
vii
DAFTAR TABEL
viii
1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu metode pembelajaran untuk lebih memahami tentang penerapan teori
terhadap lapangan kerja dapat dengan cara Kerja Praktek. Mahasiswa dituntut untuk
dapat memahami tentang penerapan ilmu pengetahuan di bidang pangan dalam
lingkungan kerja. Kerja praktek dilaksanakan di CV. Pasific Harvest Muncar,
Banyuwangi, selama 22 hari kerja mulai dari tanggal 16 Januari 2017 sampai 10 Febuari
2017. CV. Pasific Harvest telah memiliki beberapa lisensi yaitu EU Approval No.
538.13.B/C ; Canada Approval No. CND B/C 034-16 ; Sertifikat HACCP; Sertifikat
GMP; Sertifikat Halal ; Sertifikat FDA USA ; Setifikat NAFDAQ.
CV. Pasific Harvest sudah lama bergerak dalam bidang pengalengan ikan jenis sarden
dan sebagian besar produksi untuk diekspor yaitu sekitar 70% dan sebagian kecil untuk
pasar lokal sekitar 30%. CV. Pasific Harvest dipilih sebagai tempat Kerja Praktek
karena perusahaan ini merupakan salah satu industri pengalengan ikan terbesar di
Indonesia yang menghasilkan berbagai jenis ikan dalam kaleng, ikan beku (seafood),
tepung ikan serta minyak ikan. Perkembangan produk pangan berbasis seafood di
Indonesia tidak lepas dari perjuangan CV. Pasific Harvest untuk terus maju dan
berkembang. Selain itu, ketertarikan terhadap perkembangan teknologi hasil laut dan
bagaimana pengolahannya, membuat CV. Pasific Harvest sebagai tempat yang tepat
dalam mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari.
Dengan tiga bagian gedung perusahaan yang dibangun, terdapat sekitar enam hektar
lahan yang dimiliki. CV. Pasific Havest telah memproduksi sekitar 200 ton olahan ikan
perhari. Perusahaan ini memiliki kebijakan dan komitmen yang tinggi dalam
memberikan kepercayaan dan kepuasan pada pelanggan, kualitas produk yang baik, dan
kelayakan harga serta pendistribusian yang tepat waktu.
Selain itu, keamanan produk yang akan dihasilkan juga menjadi ketentuan wajib yang
harus dilakukan demi menjaga kepercayaan konsumen terhadap produk. Keamanan
produk dijamin dengan adanya pembuatan dan penerapan HACCP dalam langkah
1
2
pembuatan ikan dalam kaleng karena ikan dalam kaleng merupakan produk yang renta
terhadap kerusakan yang dapat membahayakan konsumen terutama kerusakan selama
penyimpanan yang dapat disebabkan faktor fisik dan biologi.
1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan dilaksanakannya kerja praktek ini adalah mahasiswa diharapkan dapat:
a. Mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh selama di perkuliahan
b. Memperoleh pengalaman dalam bekerja di industri pangan
c. Mengetahui permasalahan dalam perusahaan yang dapat muncul dan berusaha
untuk memecahkan masalah tersebut
1.3.Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kerja praktek antara lain yaitu:
Tanggal : 16 Januari 2017 - 10 Febuari 2017
Masa Kerja : 22 hari kerja
Hari Kerja : Senin - Sabtu
Jam Kerja : 07.00-16.00
Pada tanggal 28 Desember 1995, CV. Pasific Harvest membangun cool storage yang
berfungsi untuk menyimpan hasil ikan yang berlebih sehingga dapat digunakan bila
dibutuhkan. Pada tahun 2004 CV. Pasific Harvest mendirikan Pabrik 2 dan Pabrik 3.
Pabrik 1 dikhususkan untuk produksi sarden dalam kaleng merk GAGA sedangkan
pabrik 2 untuk sarden dalam kaleng merk ABC dan pabrik 3 untuk sarden dalam kaleng
jenis kaleng clubcan dengan media pengisian berupa minyak dan umumnya untuk
diekspor ke luar negeri. Namun pabrik 2 yang digunakan untuk ABC tidak lagi
digunakan dan telah dijual, sehingga CV. Pasific Harvest saat ini memiliki 2 pabrik
yaitu pabrik 1 dan pabrik 3. Logo perusahaan dapat dilihat pada Gambar 1.
3
4
2.2.2. Misi
Mempertahankan standar mutu keamanan produk hasil laut
Menerapkan sistem manajemen mutu dan keamanan terpadu dari produk hasil laut
secara berkelanjutan, efektif dan konsisten yang dapat diterima oleh negara
pengimpor
Mengembangkan kapasitas produksi guna memenuhi permintaan pelanggan yang
selalu meningkat
Mengembangkan usaha untuk menciptakan daya saing dari perusahaan
5
2.3.Stuktur Organisasi
Struktur Organisasi dari CV. Pasific Harvest dapat dilihat pada gambar 3
2. Direktur Markerting
Bertugas dalam melakukan pemasaran produk. Direktur marketing juga mengikuti
kegiatan pameran untuk memperluas pasar dalam perdagangan ikan dalam kaleng.
6
3. Manager Logistik
Memantau stok bahan baku, merespon claim report, mengurusi bagian PPIC dan
Gudang.
4. Manager Pelaksanaan
Bertugas untuk membuat perencanaan operasional. Selain itu, juga melakukan
perhitungan, pengolahan, pemantauan serta, menyusun Stantard Operating
Procedure (SOP).
4.1. Manager Pembelian
Bertugas dalam analisa pembelian dan melakukan pembelian bahan baku dalam
pembuatan sarden.
4.2. Manager Quality Control dan Quality Assurance
Memastikan proses QC, menganalisa performa kualitas hasil produksi, memastikan
produk sesuai Sistem Manajemen Keamanan Pangan.
4.3. Manager Produksi
Mengawasi dan mengevaluasi pencapaian produksi, memeriksa hasil kerja,
melaporkan hasil produksi serta melakukan pemantauan mesin.
4.4. Manager Teknik dan Perbaikan
Mengevaluasi seputar pemeliharaan peralatan dan infrastruktur, verifikasi proses
produksi.
4.5. Manager HRD
Bertanggung jwawab dalam proses realisasi dari perencanaan dan pengembangan
SDM.
5. Manager Akuntan
Bertanggung jawab dalam mengelola keuangan.
2.4.Ketenagakerjaan Perusahaan
Dalam CV. Pasific Harvest terdapat karyawan bulanan dan karyawan harian. Selain itu,
pekerja dibagi menjadi pekerja tetap dan pekerja lepas. Karyawan bulanan terdiri dari
karyawan yang bekerja dengan mekanisme penerimaan gaji berdasarkan bulan,
sedangkan karyawan harian adalah pekerja yang digaji secara jumlah hari kerja.
7
1. Karyawan Bulanan
Karyawan bulanan bekerja di lokasikan di kantor perusahaan. Penerimaan gaji
dilakukan setiap satu bulan sekali. Memiliki waktu jam kerja yaitu 08.00-17.00 dan
waktu istirahat pukul 12.00-13.00.
2. Karyawan Harian
Karyawan haian bekerja di perusahaan dan berlokasikan di pabrik perusahaan.
Penerimaan gaji dilakukan setiap 15 hari sekali sehingga dalam satu bulan
menerima gaji dua kali. Karyawan yang termasuk karyawan harian yaitu pada
bagian pengawas ruang pemotongan ikan, pengawas ruang pengisian ikan,
pengawas saat penutupan kaleng, karyawan dalam proses retorting, pengawas
digudang. Jam kerja karyawan harian yaitu 07.00-16.00 dan waktu istirahat yaitu
pukul 11.00-12.00.
3. Karyawan Borongan
Karyawan yang bekerja berdasarkan waktu pabrik berproduksi. Penerimaan gaji
berdasarkan jumlah bahan baku atau produk jadi yang ditangani oleh tiap tim yang
terdiri dari 3 orang pertim. Karyawan ini dapat dijumpai pada bagian pemotongan
ikan, pengisian bahan baku ke kaleng, dan di gudang. Waktu kerja yang disediakan
yaitu pukul 07.00-16.00 dan waktu istirahat yaitu pukul 11.00-12.00.
2.5.Kebijakan Perusahaan
Fokus terhadap pelanggaran demi kepuasan pelanggan terhadap mutu dan
keamanan produk
Menghasilkan produk bermutu dan aman dikonsumsi
Tepat waktu pengiriman produk terhadap pelanggan
3. SPESIFIKASI PRODUK
3.1.Jenis Produk
Bahan baku yang digunakan meliputi ikan jenis Sardinella longiceps, Sardinella
fimbriata, Sardina pilchardus, Scomber australasicus, Scomber japonicas. Ikan didapat
dari perairan Selat Bali, Laut Jawa, Selat Madura, dan Samudra Hindia, sedangkan
produk yang diimpor berasal dari Cina, India, Pakistan, Yaman, Oman. Berdasarkan
ikan sarden yang didapat, kebanyakan ikan sarden yang digunakan adalah dari jenis
Sardinella lemuru yang banyak terdapat di laut Selat Bali dan dari impor. Selain
menggunakan Sardinella lemuru, terkadang digunakan juga ikan jenis Sardina
pilchardus karena memiliki kemiripan.
Produk yang dihasilkan berupa sarden dalam kaleng dengan penambahan media yang
bermacam-macam. Beberapa jenis produk sarden dalam kaleng yaitu:
a. Sarden dalam minyak
Ikan dalam kaleng jenis ini biasa diproduksi untuk diekspor dan berisi bermacam
jenis minyak. Minyak yang dapat digunakan sunflower oilr, olive oil, lemon oil,
pepper oil. Produk akan ditampilkan dalam kaleng jenis club can ukuran 125 gram.
b. Sarden dalam minyak dan cabai
Ikan dalam minyak dan cabai menggunakan kaleng jenis club can ukuran 125
gram. Minyak dan cabai berarti di dalam kaleng sarden akan terdapat cabai rawit di
dalam bersama minyak dan umumnya berupa vegetable oil.
c. Sarden dalam saus tomat
Ikan dalam saus tomat yang berasal dari pasta tomat menggunakan kaleng jenis
round can. Tersedia dalam ukuran 155 gram dan 425 gram.
d. Sarden dalam saus tomat dan cabai
Ikan dalam saus tomat dan cabai yaitu gabungan dari pasta tomat dan cabai yang
digabung sebelum pemasakan. Umumnya menggunakan kaleng round can dengan
ukuran 155 gram dan 425 gram.
8
9
(a) (b)
Gambar 4. Sarden dalam Minyak (a) ; Sarden dalam Saus (b)
(Sumber : http://www.pasificharvest.com/)
3.2.Pemasaran Produk
Produk yang dihasilkan dari CV. Pasific Harvest kebanyakan berasal dari permintaan
konsumen yaitu perusahaan lain. CV. Pasific Harvest memasarkan produknya sebanyak
70% untuk pasar luar negeri dan 30% untuk pasar lokal sehingga kebanyakan produk
yang dimiliki berupa produk dengan media dalam minyak. Dalam pasar lokal sebanyak
30%, CV. Pasific Harvest memproduksi ikan sarden dalam kaleng dalam beberapa merk
dan untuk PT. Jakarana Tama dengan produk keluaran berupa “GAGA” Sarden dalam
ukuran 155 gram dan 425 gram. Selain merk “GAGA” untuk PT. Jakarana Tama, CV.
Pasific Harvest juga mengeluarkan produk dengan merk dagang sendiri yaitu merk
“ASAHI”
Produk yang dihasilkan oleh CV. Pasific Havest berupa sarden dalam minyak dan saus
tomat serta saus tomat dan cabai. Pasar untuk ikan dalam minyak yaitu untuk ekspor.
Untuk penjualan produk ikan sarden dalam saus minyak yaitu ke Arab Saudi. Dalam
memperluar pasar, CV. Pasific Harvest sering menghadiri berbagai pameran yang ada di
luar negeri. Sedangkan ikan dalam saus tomat maupun saus tomat dan cabai umumnya
dijual di wilayah Indonesia.
CV. Pasific Harvest terus berusaha mengembangkan pasar perdagangan dari dalam dan
luar negeri. Perdagangan luar negeri dapat terjadi dari pameran yang sering diikuti oleh
perusahaan. Umumnya para pembeli dari luar negeri membeli langsung produk saat
proses pameran berlangsung. Permintaan barang di luar negeri terhadap sarden dalam
saus tomat dan saus tomat dan cabai lebih sedikit dibandingkan dengan permintaan ikan
10
Ikan sarden jenis Sardinella lemuru dapat pula disebut juga dengan Bali sardinella
dengan wilayah tempat tinggal yaitu di perairan bagian selatan Jawa Timur, laut Selat
Bali, Thailand, Australia bagian barat, Laut Jawa, Filipina, Hongkong, Taiwan, Selatan
Jepang, Samudra Hindia.
Dalam 100 gram ikan lemuru terdapat beberapa kandungan antara lain yaitu
mengandung bagian yang dapat dikonsumdi sebesar 80%. Selain itu, dalam 100 gram
ikan lemuru terdapat kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh. Dalam 100 gram ikan
mengandung energi sebesar 112 kkal serta protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi,
vitamin A, vitamin B1.
11
12
CV. Pasific Harvest memilih untuk menggunakan ikan jenis Sardinella lemuru karena
di Indonesia jumlahnya yang cukup banyak. Namun kelangkaan bahan baku ikan sarden
yang terjadi mulai dari tahun 2011, maka CV. Pasific Harvest mendapatkan pasokan
bahan tidak dari perairan lokal Indonesia lagi. CV. Pasific Harvest mendapatkan ikan
dari pasokan luar negeri dan dikirim dalam keadaan ikan beku. Selain dari sekitar
perairan pulau Jawa, ikan Sardinella sp. dicari di luar Jawa seperti didaerah laut Papua.
Selain menggunakan Sardinella lemuru, CV. Pasific Harvest juga menggunakan jenis
Sardina pilchardus yang memiliki ciri menyerupai sarden, perbedaannya dapat dilihat
pada bagian tubuh ikan yang adanya bintik berwarna hitam. Ikan Sardina pilchardus
berukuran antara 7.5-25 cm (Ainsworth, 2010). Penggunaan ikan Sardina pilchardus
umumnya oleh permintaan pasar atau dapat karena tidak tersedianya ikan jenis
Sardinella lemuru. Ikan Sardina pilchardus biasanya terdapat pada perairan Mediterania
(Ainsworth, 2010). Sardina pilchaldus dapat dilihat pada gambar 7. Klasifikasi ikan
Sardina pilchardus antar lain yaitu:
Kingdom : Animal Ordo : Cluspeiformes
Filum : Chordata Famili : Cluspeidae
Sub Filum : Vertebrata Genus : Sardina
Kelas : Pisces Spesies : Sardina pilchardus
Sub Kelas : Actinopterygii
Berdasarkan gizi yang terkandung, dapat dilihat pada tabel 1 kandungan gizi ikan
Sardina pilchardus per 3 oz. Minimnya ikan lokal membuat CV. Pasific Harvest harus
menyediakan ikan yang berasal dari luar Indonesia sehingga menyebabkan adanya
pengiriman bahan baku dari laut. Saat bahan baku ikan sampai di pelabuhan Ketapang,
CV. Pasific Harvest tidak langsung dapat mengambil karena harus melewati masa
karantina uji histamin. Setelah lolos uji histamin, ikan akan diambil dengan
menggunakan trus kontainer.
4.2.1.2.Ikan Beku
Ikan beku didapat dari perairan luar dan umumnya berasal dari perairan di Timur
Tengah. Ikan sarden yang didapat umumnya berasal dari daerah Oman, dan Yaman.
Ikan yang didapat dari jenis Sardinella lemuru dengan ukuran size 8. Istilah size 8
berarti terdapat 8 ikan utuh dalam 1 kg berat ikan. Ikan dengan size 8 dapat dikatakan
ikan dalam ukuran tepat sehingga umumnya digunakan untuk sarden dalam kaleng
ukuran besar. Sesuai SNI 2712-2013 suhu sesuai untuk menangani ikan beku -18oC.
4.2.1.3.Pelepasan Karton
Pada tahap ini, hanya dilakukan terhadap bahan baku berupa ikan yang berasal tidak
dari perairan Indonesia dan datang dalam keadaan beku. Pelepasan karton dilakukan
sebelum tahapan produksi.
4.2.2.2.Pelelehan Basah
Pelelehan basah yaitu pelelehan dengan menggunakan air sehingga lebih cepat bila
dibandingkan dengan pelelehan kering yaitu dengan kurun waktu ± 2-2,5 jam. Proses
pelelehan basah diharapkan dapat menekan pertumbuhan bakteri karena hanya
memakan waktu singkat sehingga mencegah adanya penurunan suhu ikan yang drastis.
4.2.3. Pencucian I
Pencucian ini dilakukan khusus untuk ikan yang segar karena ikan segar yang berasal
dari sekitar Muncar lebih kotor dan banyak mengandung pengotor dibandingkan ikan
beku yang diimpor. Pada ikan beku tidak dilakukan pencucian karena ikan yang didapat
sudah dalam keadaan bersih dari pengotor sehingga dapat langsung dilakukan
pemotongan. Selama tahap ini suhu maksimal pada ikan yang dapat naik yaitu sebesar
4,4oC.
4.2.5. Pencucian II
Tahap ini dilakukan untuk membersihkan sisa kotoran dan darah akibat proses pada
tahap sebelumnya. Pencucian dilakukan dalam dua macam yaitu pencucian secara
manual dan pencucian secara mekanik. Secara manual yaitu dengan orang yang
menyiramkan air pada potongan ikan yang telah dibersihkan bagian badannya,
sedangkan mekanik yaitu menggunakan rotary drum washer. Penggunaannya
dibedakan yaitu untuk ikan utuh yang akan dimasukkan dalam kaleng 155 gram dan
17
ikan yang dipotong untuk dimasukkan dalam kaleng 155 gram menggunakan proses
pencucian secara manual dan ikan yang berukuran besar dan tidak dipotong untuk
dimasukkan dalam kaleng 425 gram menggunakan pencucian mekanik dengan rotary
drum washer. Tujuan pencucian setelah penghilangan bagian badan yang tidak
dibutuhkan adalah untuk menghilangkan sisik dan menghilangkan sisa darah.
memiliki tekstur yang lebih liat dan siap diberi media saus. Selain itu, tujuan pemasakan
pendahuluan yaitu mencegah adanya pertumbuhan bakteri akibat ikan sarden yang
belum matang. Namun umumnya pemasakan pendahuluan menggunakan suhu sebesar
98oC selama lebih dari 15 menit karena terkadang conveyor yang membawa ikan
diberhentikan sekitar 30 detik sampai 1 menit sebagai akibat adanya penumpukan pada
saat pengisian media.
4.2.14. Sterilisasi
Tahap ini dilakukan dengan suhu awal produk sebesar ± 40oC. Proses ini dilakukan
berbeda tergantung jenis kaleng yang digunakan. Pada kaleng jenis round can untuk
ukuran berat 425 gram dilakukan sterilisasi pada suhu 118oC selama 110 menit. Pada
kaleng ukuran berat 155 gram dilakukan sterilisasi pada suhu 118 oC selama 90 menit.
Standar sterilisasi dilakukan berdasarkan standar aman untuk mencegah pertumbuhan
bakteri Clostridium botulinum.
4.2.15. Pendinginan
Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu kaleng setelah sterilisasi. Pendinginan
dilakukan sebelum retort dibuka. Pendinginan dilakukan agar pada saat sebelum retort
terbuka suhu panas tidak terlalu banyak keluar. Selain itu, uap panas dari suhu tinggi
yang dikeluarkan sesaat setelah sterilisasi dapat membahayakan karena juga memiliki
tekanan yang tinggi, sehingga dilakukan pendinginan selama 10-30 menit sebelum
retort dibuka.
4.2.18. Pengkodean
Pada tahap ini, kaleng sarden yang bersih diberi kode sesuai kode yang telah ditentukan
dalam pembuatan sarden. Kode akan berbeda dari segi jenis produk dan tanggal
produksi sesuai kode Julian date. Julian date adalah jenis pengkodean dalam
perhitungan hari yaitu dalam satu tahun ada 365 hari. Angka dalam perhitungan Julian
date akan urut dari bulan Januari ke Febuari. Selain itu, penggunaan retort selama
pemanasan menentukan kode di kaleng sarden. Pengkodean dilakukan dengan
menggunakan mesin khusus yang dapat digunakan untuk mencetak kode.
4.2.19. Pelabelan
Tahap ini dilakukan bertujuan untuk memberikan label pada kaleng sarden yang
awalnya tidak diberi merk yaitu produk sarden lokal non merk GAGA. Pelabelan
menggunakan kertas yang telah cetakkan sesuai merk dagang yang dipesan. Produksi
sarden dengan label kertas sesuai dengan pesanan karena keterbatasan bahan baku.
Pelabelan dilakukan dengan menggunakan mesin khusus.
4.2.20. Inkubasi
Tahap ini dilakukan sebelum produk barang dapat dipasarkan. Kaleng sarden yang telah
diberi label dan dimasukkan dalam kardus selama satu minggu untuk mengetahui
kontaminasi yang dimungkinkan dapat terjadi pada kaleng ikan sarden. Selain
kontaminasi juga adanya kerusakan dan kesalahan selama proses pengolahan. Setelah
satu minggu, produk sarden dalam kaleng dicek kembali untuk melihat apakah terdapat
kecacatan pada produk. Proses cek dilakukan secara visual oleh pekerja dan di awasi
oleh pengawas gudang. Produk yang tidak lolos cek dipisah dari produk yang lolos.
Jumlah ketidaksesuaian maksimum 5% per pallet.
21
4.2.21. Pengepakan
Tahap ini dilakukan setelah tahap inkubasi. Kaleng yang telah bersih dan lolos
pengecekan dimasukkan dalam kardus. Kardus berisi kaleng sarden kemudian disusun
di atas pallet dan siap untuk proses selanjutnya.
4.2.22. Penyimpanan
Pallet yang telah berisi kardus sarden dipindah dengan menggunakan fork lift.
Penyusunan dilakukan disesuaikan menurut produk yang terbaru diproduksi. Barang
yang lebih baru diproduksi diletakkan dibelakang untuk memudahkan pengambilan
barang stok lama yaitu barang yang sudah lebih dulu diproduksi. Barang disimpan
sesuai jenis produk dan merk dagang.
4.2.23. Pengiriman
Pengiriman barang dilakukan terhadap barang yang telah disimpan lebih lama atau
mengunakan sistem FIFO (First In First Out). Pengiriman barang dilakukan sesuai
dengan pesanan dengan menggunakan peti kemas. Ukuran peti kemas biasanya
5. HACCP PLAN IKAN SARDEN DALAM KALENG
CV. Pasific Harvest yang bergerak dalam bidang pengalengan ikan sangat
memperhatikan keamanan pangan bagi konsumen. Keamanan terhadap konsumen
menjadi standar wajib dalam pengolahannya. HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Points) digunakan sebagai alat pengendali dalam menjamin mutu dari produk
olahan ikan dalam kaleng. Selain itu, saat ini HACCP juga dapat menjadi bagian dari
promosi yang menunjukkan bahwa produk dalam perusahaan adalah produk yang
terjamin kualitasnya. HACCP mengacu pada Codex Committee on Food Hygiene. CV.
Pasific Harvest selalu memperbaharui dan merevisi mutu baik dari segi manajemen
maupun produk. CV. Pasific Harvest melakukan pembaharuan setiap tahun sebanyak
satu kali.
CV. Pasific Harvest menggunakan CODEX rev. 4 tahun 2003 yang merupakan bagian
dari acuan dalam pembuatan manual HACCP. HACCP sendiri dapat diterapkan dalam
berbagai tahap dalam pertanian. HACCP meliputi SSOP (Standard Sanitation
Operation Procedure) dan GMP (Good Manufacturing Practices) (Thaheer, 2005 ;
Winarno dan Surono, 2004). HACCP adalah sistem yang bertugas untuk mengontrol
dalam meminimalkan bahaya terhadap kualitas bahan pangan selama dalam proses di
industri pangan. GMP adalah pedoman dalam memproduksi makanan yang bertujuan
agar produsen memenuhi syarat makanan yang bermutu sesuai tuntutan konsumen.
22
23
Pada CV. Pasific Harvest, Tim HACCP dipimpin oleh Manajer QA/QC atau Manajer
Produksi dan anggota yang dapat menjadi tim antara lain yaitu anggota QA, QC, HRD,
Manajer Perencanaan. Penyusunan dan pembuatan HACCP di CV. Pasific Harvest,
dilakukan 6 bulan sebelum masa berlaku manual HACCP yang terakhir habis. Tim
HACCP disusun secara bergantian setiap tahunnya.
yang jelas yaitu dengan memberikan gambaran label komposisi produk, nama produk,
dan bagaimana cara penyimpanan produk.
Pembuatan saus di CV. Pasific Harvest dilakukan secara terpisah dari pengolahan ikan
sehingga pada produk akhir akan dihasilkan bahan setengah jadi yang akan
digabungkan dalam kaleng. Bahan setengah jadi meliputi bahan padat yaitu ikan matang
dalam kaleng dan bahan liquid yaitu media berupa pasta saus tomat dan saus tomat
cabai. Di CV. Pacific Harvest terdapat bagian yang bertanggung jawab terhadap
ketersediaan material untuk produk mentah dan produk jadi yaitu pada bagian RMPM
(Raw Material & Product Material). RMPM bertugas melakukan cek terhadap bahan
baku maupun keperluan lain terkait pembuatan ikan dalam kaleng.
Pembuatan pasta untuk produk disesuaikan dengan kapasitas dalam satu kali produksi.
Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya kelebihan dalam pembuatan pasta. Pada CV.
Pasific Harvest pembuatan pasta akan dilakukan setengah jam lebih dahulu
dibandingkan dalam memulai proses pengolahan ikan. Hal ini dilakukan karena
pemasakan yang dilakukan akan memakan waktu lebih lama dibandingkan dalam proses
pengolahan ikan sebelum media dicampur dalam kaleng yang berisi ikan sarden.
Pembuatan pasta dilakukan di tempat terpisah yaitu pada lantai bagian kedua pada ruang
produksi. Tujuan pembuatan pasta di lantai 2 yaitu untuk memudahkan dalam
mengalirkan pasta yang akan diisikan dalam kaleng berisi ikan sarden karena pengisian
media mengandalkan sistem gravitasi.
Dalam pembuatan pasta saus untuk diisikan dalam kaleng, bahan yang digunakan
meliputi bumbu seperti bawang putih, garam, cabai, dll. Pada produk yang sasaran
pasarnya di luar negeri, umumnya berupa ikan dalam minyak, sehingga tidak
memerlukan waktu lama dalam persiapan media. Minyak sebagai media dalam sarden
dalam minyak didapatkan dalam ukuran yang besar yaitu drum. Media yang disiapkan
tergantung dari permintaan pasar. Umumnya pengiriman ke luar negeri berupa ikan
sarden yang direndam dalam minyak dan cabai dan dikirimkan ke wilayah timur tengah.
Beberapa permintaan pasar terhadap produk sarden memiliki spesifikasi tersendiri
dalam pemilihan media bagi sarden yang akan diproduksi.
25
Jenis ikan sarden yang digunakan dalam proses pengolahan yaitu Sardinella lemuru dan
dapat pula menggunakan Sardina pilchardus. Thawing ikan sarden yang keluar dari
gudang penyimpanan dingin dilakukan selama semalam untuk memudahkan
pengolahan. Namun, proses thawing juga harus terus diawasi agar bakteri tidak tumbuh
pada daging ikan. Bakteri yang dapat tumbuh pada daging ikan selama thawing seperti
bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. Pengujian sensori ikan sarden matang
dilakukan sebelum dilakukan pengolahan. Ikan diukur rasa asin kekerasan dan
ketebalan sisik ikan secara sensori. Tujuan uji sensori ikan yaitu untuk memudahkan
dalam proses pembuatan media untuk ikan sarden dalam kaleng. Rasa asin yang
disensorikan dilakukan bertujuan agar jumlah garam yang harus ditambahkan pada saat
pembuatan media sesuai.
Diagram alir di CV. Pasific Harvest yaitu diagram yang berjenis flow chart yang
menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam pembuatan ikan sarden dalam kaleng.
Diagram alir yang disusun menggunakan kata yang jelas sehingga mudah untuk dibaca
dan dijelaskan. Diagram alir yang dibuat oleh Tim HACCP CV. Pasific Harvest bersifat
sementara. Diagram alir yang sementara akan disahkan setelah melalui tahap verifikasi.
Penyusunan diagram hanya dilakukan oleh ketua dan anggota Tim HACCP.
bahaya yang dapat timbul. Di CV. Pasific Harvest, analisa bahaya sendiri dianalisa
dengan menggunakan matrik yang mengacu pada Codex.
Pengisian matrix dilakukan menjadi 3 macam bagian yaitu proses produksi, proses
persiapan media, dan proses persiapan bahan pengemas. Matrix diisi dengan tiap
tahapan dalam proses. Padaproses produksi tahapan diisi mulai dari penerimaan bahan
baku. Bahan baku yang diterima akan dianaliasa secara fisik, kimia, dan biologi.
Kemudian dari setiap bahaya yang dimungkinkan, dicari sumber bahaya dari tiap
analisa. Selanjutnya, tiap bahaya yang telah diketahui penyebabnya dianalisa apakah
GMP/SSOP dapat mengendalikan atau tidak.
Pada tahap berikutnya, bahaya akan dianalisa tentang peluang terjadi bahaya dan tingkat
keparahan bahaya. Peluang terjadi bahaya dan tingkat keparahan bahaya dianalisa
dengan tingkat rendah, menengah, dan tinggi. Matrix resiko 3x3 digunakan untuk
menentukan signifikansi bahaya. Setiap bahaya yang dimungkinkan muncul diberi
alasan. Apabila bahaya menjadi potensial maka bahaya tersebut perlu diberi tindakan
pencegahan yang juga akan ditulis pada matrix.
Bakteri yang berasal dari air antara lain bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. Menurut Nuraeni et al. (2000), suhu optimum bagi E. coli yaitu 37oC tetapi dapat
tumbuh pada suhu 10-45oC. Sedangkan Salmonela sp. mampu berkembang pada suhu
25-37oC (Saksono, 1986). Dalam proses produksi ikan sarden dalam kaleng, selain
mikroorganisme juga terdapat kontaminasi lain yaitu fisik dan kimia seperti kandungan
histamin, kandungan metal, dan adanya kemungkinan poor handling pada ikan sarden
(Martin, 1997).
media yang sudah disiapkan dimasukkan dalam keadaan panas dalam kemasan dengan
cepat dan saniter.
CV. Pasific Harvest selalu mengawasi setiap pembuatan sarden termasuk pembuatan
media dengan menggunakan pegawai RMPM sebagai pengawas sebelum bahan mentah
akan dicampurkan dan produk jadi berupa sarden dalam kaleng. Media pasta untuk
sarden sebelum masuk dan dikemas, diuji agar sesuai standar seperti sarden merk
GAGA yang selalu diuji yaitu pengujian viskositas dan pengujian pH. Standar
viskositas yang dimiliki CV. Pasific Harvest yaitu sebelum pemasakan 3 Pa.s dan
setelah pemasakkan menjadi 2 Pa.s. Selain itu, nilai pH yang dikehendari yaitu sebesar
pH 4 – pH 6.
Microbiologi Criteria for Food) dapat didefinisikan sebagai titik spesifik yang dapat
dimungkinkan hilangnya kendali dan menimbulkan resiko kesehatan yang besar.
Di CV. Pasific Harvest penentuan CCP sangat penting dilakukan dan menjadi bagian
yang cukup krusial karena CV. Pacific Harvest melakukan pengolahan terhadap ikan
sarden yang mudah mengalami kerusakan dan kontaminasi. Penentuan dilakukan
dengan menggunakan tabel yang sama dengan tabel analisa bahaya sehingga didapatkan
31
kemungkinan tahap yang merupakan CCP. Bagian yang diindikasi akan menjadi CCP
akan disusun dan diamati lebih lanjut oleh Tim HACCP di CV. Pasific Harvest.
5.1.8. Penetapan Batas Kritis dari Critical Control Point (Prinsip 3 HACCP)
Setiap CCP yang dapat dijadikan titik kritis diidentifikasi secara jelas dan memiliki
ukuran seperti waktu, temperatur, pH tertentu. Pertimbangan dalam penentuan batas
kritis dilakukan dengan sumber informasi yang jelas. Di CV. Pasific Harvest penetapan
yang dilakukan berdasarkan acuan dari Depkes, Codex, BRC. Hal ini juga berkaitan
dengan keputusan bersama yang diambil dari Tim HACCP dalam menentukan titik
CCP. Menurut Rauf (2013), batas kritis dapat diartikan sebagai nilai parameter yang
harus dikendalikan pada tiap CCP. Di CV. Pasific Harvest tiap CCP selalu diawasi lebih
dan dicek secara berkala selama proses produksi oleh Quality control.
6.2.Saran
Perlu adanya penambahan AC untuk menjamin lingkungan proses produksi tetap
terus sangat dingin.
CV. Pasific Harvest perlu meningkatkan perhatian terhadap kebersihan karyawan
dan lingkungan tempat produksi.
Kedisiplinan karyawan perlu lebih ditingkatkan kembali dan penambahan ruang
istirahat bagi karyawan.
33
7. DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Rabiatul. (2007). Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi aksara. Jakarta.
Ainsworth, Mark. (2010). The Kitchen Pro Series Fish and Seafood Philippine Edition.
MG Reprographics, Inc. Philippine.
http://ilmuikan.com/ikan-lemuru/
http://www.fao.org/input/download/standards/23/CXP_001e.pdf
http://www.fishbase.org/summary/Sardinella-lemuru.html
http://www.haccp-org.eu/food_safety/system.html
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=126421
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=272273
http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-ikan-lemuru-komposisi-nutrisi-
bahan-makanan.html
http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-ikan-lemuru-komposisi-nutrisi-
bahan-makanan.html
Martin, Roy ; Robert L. Collette ; Joseph W. Slavin. (1997). Fish Inspection, Quality
Control and HACP : A Global Focus – 1996 Proceedings. Technomic Publishing
Company, Inc.. Pennsylvania.
Nuraeni, K.Y., Wibisono, dan Idrial. (2000). Mikrobiologi Pangan dan Pengolahan.
Politeknik Pertanian Negeri Jember. Jember.
Rauf, Rusdin. (2013). Sanitasi Pangan & HACCP. Graha Ilmu. Yogyakarta.
34
35
Sofiah, Siti Lailyatus ; Ika Junia Ningsih. (2012). Penerapan HACCP Pada Proses
Pengaleman Ikan Lemuru. Samakia Vol. 3 No. 2. 38-46.
Winarno, F.G., dan Surono. (2004). HACCP dan Penerapannya dalam Industri Pangan.
M-Brio Press. Bogor.
8. LAMPIRAN
36