BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kateter vena sentral memiliki peran penting pada pasien dengan penyakit kritis
maupun kronis. Kateterisasi diindikasikan untuk memantautekanan vena sentral terhadap
‘manajemen cairan pada hipovolemia dan syok, pemberian infus obat-obat dan nuttisi
total parenteral, aspirasi emboli udara, pemasukan lead transkutan, dan memperoleh
akses vena pada pasien dengan vena perifer yang kurang baik(Morgan, 2013).
Pasien di ICU(Intensive Care Unit) sangat rentan sekali tethadap CRBSI
(Catheter Related Blood Stream Infection)karena 48% pasien pasien di ICU biasanya
terpasang CVC. Di USA (United State of America) diperkirakan 5 juta CVC(Catheter
Vena Central) dipasangkan pada pasien tiap tahunnya.dan 80.000 orang diantaranya
terdiagnosa CRBSI, 28.000 orang dilaporkan meninggal. Selain lama rawat inap dari
pasien ini yang memanjang, biaya yang dikeluarkan untuk tiap pasien ini juga sangat
besar, sekitar 45 ribu dolar dan total 2.3 milyar dolar tiap tahunnya (Abad, 2011).
Komplikasi sepsis dari kateter vena sentral masih signifikan menjadi penyebab
morbiditas dan mortalitas bagi pasien baik yang di ICU atau di bangsal rumah sakit
secara umum. Kurang lebih 25% dari CVC yang dipasang telah dilaporkan terbentuk
koloni kuman, dan sekitar 11% diantaranya menyebabkan infeksi/sepsis berkaitan dengan
kateter CRBSI (Whalse, 2012).Pada studi analisis tentang biaya penanganan dan pencegahan infeksi, baik dari
segi peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya dan peralatan_ telah
dilakukan.Perencanaan dan aplikasi tindakan pencegahan sistematis sangat penting untuk
mengurangi tingkat infeksi terkait penggunaan kateter dan meningkatkan kualitas
kesehatanPengetahan tentang intervensi pencegahan dapat berkontribusi_ terhadap
pengurangan risiko infeksi, dan penelitian tentang epidemiologi dan patogenesis CRBSI
merupakan aspek yang fundamental untuk meningkatkan kualitas pasien (Hanafie, 2013).
fpaya untuk menurunkan kejadian infeksi yang berkaitan dengan kateter vena
sentral serta meningkatkan luaran pasien dan mengurangi biaya kesehatan, harus bersifat
multidisipliner, yang melibatkan para profesional kesehatan yang melakukan pemasangan
dan pelepasan kateter vena sentral, perawat medis yang merawat kateter intra vaskuler,
perawat medis yang berlugas dalam pengendalian infeksi, kepala instalasi_ yang
mengalokasikan sumber daya, dan akhimya mungkin dapat diberdayakan yakni pasien
‘mampu membantu dalam perawatan kateter mereka sendiri (Hanafie, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Harsha menunjukkan bahwa faktor risiko infeksi
berkaitan dengan pemasangan CVC diantaranya terjadi karena pemasangan kateter yang,
lebih dari 3 hari, pemasangan CVC yang dilakukan tidak oleh tenaga venipuncturist yang
terlatih, serta karena pemasangan CVC atas indikasi emergensi atau yang tidak dilakukan
secara elektif(Patil, 2011)
Telah diketahui beberapa faktor risiko CRBSI yang dimulai dengan risiko
kolonisasi adalah neutropenia, pemakaian imunosupressan, ICU admission, pasien syok,
penggunaan untuk Nutrisi Parenteral(NP), penggunaan jangka panjang untukhemodialisa, dan lokasi insersi di daerah femoral atau vena jugularis interna (Polderman,
2002),
Resistensi antimikroba saat ini dianggap menjadi krisis global, dan berlanjut
makin meluas.Organisme yang menyebabkan terbentuknya koloni kuman juga termasuk
diantaranya, Dalam dua dekade terakhir sebagian penyebab CRBSI- merupakan
organisme yang resisten antimikroba, Seperti Methicillin Resistant Staphylococcus
Aureus (MRSA), multidrug-resistance gram negative bacilli, dan fluconazole-resistant
Candida spescies telah mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan (Abad, C.L,
2011).
Meskipun angka kejadian koloni kuman yang berlanjut menjadi CRBSI tinggi,
namun hal itu bisa dicegah.Beberapa intervensi dapat mengurangi kejadiannya berikut
morbiditas maupun mortalitasnya Sebagai tambahan, The Center for Disease Control and
Prevention (CDC) telah terus menerus memperbaiki guidelines untuk mencegah CRBSL.
Pemakaian kateter vena sentral di ICU Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr
Sardjito Yogyakarta Indonesia diperkirakan mencapai 50-60% dari total pasien yang
dirawat tiap tahunnya,dan pasien yang dirawat juga sangat bervariasi. Penggunaan NP,
pasien sepsis, keganasan serta pasien terpasang CVC di berbagai lokasi seperti jugular,
femoral maupun subclavia, Hal ini merupakan beberapa hal yang menjadi penyebab
risiko tumbubnya kolonisasi kuman yang dapat berlanjut pada CRBSI.
Dari fakta diatas maka amat penting sekali untuk mengetahui angka kejadian
maupun faktor risiko kolonisasi kuman yang bisa berlanjut menjadi CRBSI yang terjadi
pada pemasangan CVC di ICU RSUP Dr Sardjito.Melalui metode mencari informasiterlebih dahulu dari angka kejadian maupun faktor risiko tumbuhnya kolonisasi kuman
pada ujung kateter CVC.
B. Rumusan Masalah
Kolonisasi kuman yang kemudian berlanjut menjadi CRBSI secara signifikan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien di ICU maupun di bangsal. Kurang lebih
25% dari CVC yang dipasang telah dilaporkan terbentuk koloni kuman, dan sekitar 11%
diantaranya menyebabkan infeksi/sepsis berkaitan dengan kateter,
Faktor risiko kolonisasi dan CRBSI pada ujung kateter vena sentral dari
penelitian terdahulu diantaranya adalah neutropenia, pemakaian imunosupressan, ICU
admission, pasien syok, penggunaan untuk Nutrisi Parenteral (NP), penggunaan jangka
panjang untuk hemodialisa, dan lokasi insersi di daerah femoral atau vena jugularis
interna, Selain itu bisa juga faktor penggunaan antiseptik 2./CU admission 3. Lama
perawatan. 4. CVC sequence insertion 5. Lokasi insersi 6.Durasi kateter.
Pemakaian Kateter vena sentral di ICU RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Indonesia
cukup tinggi, diperkirakan mencapai 50 - 60% dari total pasien yang dirawat di ICU tiap
tahunnya.Pasien yang dirawat juga sangat bervariasi. Penggunaan NP, pasien sepsis,
keganasan serta pasien terpasang CVC di berbagai lokasi seperti jugular, femoral maupun
subelvia, Hal ini merupakan beberapa hal yang menjadi penyebab risiko terjadinya
kolonisasi_ yang berlanjut menjadi CRBSIOleh karenanya penting untuk mengetahui
kolonisasi kuman pada kateter CVC di ICU RSUP dr Sardjito.
C, Pertanyaan PenelitianApakah usia, jenis kelamin, DM, syok, keganasan, skor APACHE II, lama perawatan,
durasi kateter, Nutrisi Parenteral (NP), lokasi pemasangan CVC, frekuensi puncture
merupakanfaktor-faktor risiko yang berpengaruh tethadap kejadian kolonisasi kuman
pada ujung kateter CVC di ICU RSUP dr Sardjito Yogyakarta
D. Tujuan Penelitian
‘Untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berpengaruh tethadap kejadian kolonisasi
kuman pada ujung kateter CVC di ICU RSUP dr Sardjito Yogyakarta
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1) Manfaat bagi Pasien
- Sarana untuk meningkatan kualitas pelayanan dan mengurangi morbiditas
terhadap pasien.
2) Manfaat bagi peneliti
- Agar peneliti mendapatkan tambahan keilmuan dan pengalaman dalam penelitian
ilmiah kedokteran
- Peneliti lebih mengenal faktor risiko kontaminasi kuman pada kateter CVC
3) Manfaat bagi institus
Manfaat penelitian ini bagi institusi, dalam hal ini bagian anc
siologi dan
reanimasi RSUP Dr Sardjito adalah :- Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi awal untuk kepentingan penelitian
berikutnya sehingga tindakan pencegahan terjadinya kolonisasi kuman yang berlanjut
menjadi CRBSI dapat lebih tepat sasaran,
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1 memuat data beberapa penelitian tentang faktor risiko kolonisasi bakteri,
diantara penelitian yang dilakukan oleh Patil dan kawan kawan (2011) meneliti faktor
faktor risiko terjadinya kolonisasi/CRBSI di India.Sepengetahuan peneliti belum ada
yang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari faktor risiko terjadinya
kolonisasi kuman pada ujung kateter CVC di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.