Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Indonesia
Garuda adalah kendaraan dewa wisnu dalam mitologi pewayangan.Gambar garuda ini
muncul dalam relief di berbagai candi kuno di Indonesia, seperti Prambanan, Mendut, Sukuh
dan Cetho dalam bentuk relief atau patung arca.
Di komplek candi Prambanan terdapat sebuah candi Siwa yang terdapat relief episode
Ramayana yang menggambarkan keponakan Garuda yang juga bangsa dewa burung, Jatayu,
mencoba menyelamatkan Sinta dari cengkeraman Rahwana.
Arca anumerta Airlangga yang digambarkan sebagai Wishnu tengah mengendarai Garuda
dari Candi Belahan mungkin adalah arca Garuda Jawa Kuna paling terkenal, kini arca ini
disimpan di Museum Trowulan.
Garuda muncul dalam berbagai kisah, terutama di Jawa dan Bali. Dalam banyak kisah
Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan
disiplin. Sebagai kendaraan Wishnu, Garuda juga memiliki sifat Wishnu sebagai pemelihara
dan penjaga tatanan alam semesta.
Dalam tradisi Bali, Garuda dimuliakan sebagai “Tuan segala makhluk yang dapat terbang”
dan “Raja agung para burung”. Di Bali ia biasanya digambarkan sebagai makhluk yang
memiliki kepala, paruh, sayap, dan cakar elang, tetapi memiliki tubuh dan lengan manusia.
Biasanya digambarkan dalam ukiran yang halus dan rumit dengan warna cerah keemasan,
digambarkan dalam posisi sebagai kendaraan Wishnu, atau dalam adegan pertempuran
melawan Naga.
Posisi mulia Garuda dalam tradisi Indonesia sejak zaman kuna telah menjadikan Garuda
sebagai simbol nasional Indonesia, sebagai perwujudan ideologi Pancasila. Garuda juga
dipilih sebagai nama maskapai penerbangan nasional Indonesia Garuda Indonesia. Selain
Indonesia, Thailand juga menggunakan Garuda sebagai lambang negara.
Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di
bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan
panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh
Natsir, dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan
rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan
Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua
rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada
proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II.
Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari yang menampakkan
pengaruh Jepang.
jadi lambang gambar garuda yang sekarang ini menjadi lambang negara indonesia adalah
karya Sultan hamid II
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS
Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan
penyempurnaan rancangan itu. Mereka bertiga sepakat mengganti pita yang dicengkeram
Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan
semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan
Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan lambang negara tersebut mendapat
masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan
terhadap gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai
dan dianggap terlalu bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-
Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan
rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.
AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah
ABRI menyebutkan,akhirnya rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II diresmikan
pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950.
Saat itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan tidak
berjambul seperti bentuk sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk
pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada
15 Februari 1950.
Saat itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan tidak
berjambul seperti bentuk sekarang ini. Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila.
Pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis
kembali rancangan tersebut; setelah sebelumnya diperbaiki antara lain penambahan “jambul”
pada kepala Garuda Pancasila, serta mengubah posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari
semula di belakang pita menjadi di depan pita, atas masukan Presiden Soekarno. Dipercaya
bahwa alasan Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu
mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika Serikat.
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar
lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang
negara. Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan perunggu
berlapis emas yang disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan,
ditetapkan sebagai lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga
kini.
Jika kalian sudah tau gambar garuda sebagai lambang negara indonesia sekarang saya akan
bertanya apa arti lambang garuda tersebut?
Jika kalian belum tau akan saya jelaskan di bawah tentang arti lambang garuda yang
berbentuk burung garuda yang menoleh ke kanan.
Sudah tercantum dengan jelas di Dalam UUD 1945 .Dijelaskan bahwa Lambang Negara
Indonesia adalah Garuda Pancasila yang mencengkeram tulisan Bhinneka Tunggal Ika.
Pada tahap pertama rancangan lambang negara yang terbaik diusulkan oleh Sultan Hamid II dan
Muhamad Yamin. Namun usulan Muhamad Yamin ditolak. Tanggal 10 Februari 1950 Sulatan Hamid
II mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan usulan-
usulan yang berkembang. Tanggal 11 Februari 1950 lambang Garuda Pancasila ditetapkan oleh
Pemerintah/Kabinet RIS dan diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet
Lambang negara Burung Garuda berwarna kuning emas mengepakkan sayapnya menoleh ke kanan.
Warna kuning emas melambangkan bangsa yang besar dan berjiwa sejati. Kepala Burung Garuda
yang menoleh ke kanan mungkin karena pemikiran orang zaman dahulu yang ingin Indonesia
menjadi negara yang benar dan bermaksud agar Indonesia tidak menempuh jalan yang salah. Arah
ke kanan dianggap arah yang baik sehingga kepala Garuda dibuat menghadap ke kanan. Sayap yang
membentang adalah siap terbang ke angkasa.Burung Garuda dengan sayap yang mengembang siap
terbang ke angkasa, melambangkan dinamika dan semangat untuk menjunjung tinggi nama baik
bangsa dan negara.
Di tengah badan terdapat perisai yang bermakna benteng ketahanan. Masing-masing simbol di
dalam perisai melambangkan sila-sila dalam Pancasila, yaitu: Bintang melambangkan sila Ketuhanan
Yang Maha Esa [sila pertama]. Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab [sila
kedua]. Pohon Beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia [sila ketiga]. Kepala banteng
melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
dan Perwakilan [sila keempat]. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia [sila kelima]. Sedangkan Garis hitam tebal yang melintang di dalam perisai
melambangkan wilayah Indonesia yang dilintasi Garis Khatulistiwa, yang merupakan lambang
geografis lokasi Indonesia.
Pada bagian bawah Garuda Pancasila, terdapat pita putih yang dicengkeram, yang bertuliskan "
BHINNEKA TUNGGAL IKA " yang merupakan semboyan negara Indonesia. Kata “Bhineka” berarti
beraneka ragam atau berbeda-beda, Kata “Tunggal” berarti satu, dan Kata “Ika” berarti itu. Bhineka
Tunggal Ika berarti " berbeda-beda tetapi tetap satu jua ". Perkataan itu diambil dari Kitab Sutasoma
karangan Mpu Tantular, seorang pujangga dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Perkataan itu
menggambarkan persatuan dan kesatuan Nusa dan Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai
pulau, ras, suku, bangsa, adat, kebudayaan, bahasa, serta agama.
FILOSOFI PANCASILA
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia,pada
hakikatnya merupakan suatu nilai – nilai yang bersifat sistematis,fundamental dan
menyeluruh. Maka sila – sila merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh,hierarkis dan
sistematis. Dalam pengertian inilah maka sila – sila pancasila merupakan suatu sistem
filsafat. Dasar pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila, bahwa Pancasila
sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia mengandung arti dalam setiap aspek kehidupan
kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai – nilai
Ketuhanan,Kemanusiaan,Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
Burung garuda berwarna kuning emas mengepakkan sayapnya dengan gagah menoleh ke
kanan. Dalam tubuhnya mengemas kelima dasar dari Pancasila. Di tengah tameng yang
bermakna benteng ketahanan filosofis, terbentang garis tebal yang bermakna garis
khatulistiwa, yang merupakan lambang geografis lokasi Indonesia. Kedua kakinya yang
kokoh kekar mencengkeram kuat semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang
berarti “Berbeda-beda, Namun Tetap Satu“.
Garuda Pancasila sendiri adalah burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi
kuno dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai
burung elang rajawali. Garuda digunakan sebagai Lambang Negara untuk
menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.
Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.
Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan
tenaga pembangunan.
Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, antara lain:
o 17 helai bulu pada masing-masing sayap, melambangkan tanggal 17 hari
kemerdekaan indonesia.
o 8 helai bulu pada ekor,melambangkan bulan agustus.
o 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor dan 45 helai bulu di
leher, melambangkan tahun kemerdekaan indonesia yaitu tahun 1945.
Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban
Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan
perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis
khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu
negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan Indonesia "merah-
putih". Sedangkan pada bagian tengahnya berwarna dasar hitam.
Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila.
Pengaturan lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut:
Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Rantai yang disusun atas gelang-gelang
kecil ini menandakan hubungan manusia satu dengan yang lainnya yang saling membantu.
Gelang yang lingkaran menggambarkan wanita, gelang yang persegi menggambarkan pria.
Sila Ketiga: Persatuan Indonesia. Pohon beringin (Ficus benjamina) adalah sebuah pohon
Indonesia yang berakar tunjang - sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang
besar tersebut dengan bertumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Ini menggambarkan kesatuan
Indonesia. Pohon ini juga memiliki banyak akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya.
Hal ini menggambarkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai akar
budaya yang berbeda-beda.
Sila Keempat: : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Binatang banteng (Latin: Bos javanicus) atau lembu liar
adalah binatang sosial, sama halnya dengan manusia cetusan Presiden Soekarno dimana
pengambilan keputusan yang dilakukan bersama (musyawarah), gotong royong, dan
kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas bangsa Indonesia.
Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas (yang
menggambarkan sandang dan pangan) merupakan kebutuhan pokok setiap masyarakat
Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. Hal ini menggambarkan persamaan
sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial satu dengan yang lainnya, namun hal ini bukan
berarti bahwa negara Indonesia memakai ideologi komunisme.
http://rumah-ketikan.blogspot.co.id/2012/12/filosofi-pancasila.html
Arti Lambang Pancasila
Burung Garuda merupakan lambang negara Indonesia sejak negara ini berdiri. Akan tetapi
tidak semua orang tahu tentang arti dan makna garuda pancasila sebagai lambang negara.
Sebagai bangsa Indonesia paling tidak kita tahu dan mengerti arti lambang negara kita sediri
sebagai sikap penghargaan terhadap perjuangan para pendiri bangsa dan kelak dapat
menceritakan kepada anak cucu kita sebagai generasi penerus bangsa.
Burung Garuda Pancasila dalam cerita kuno tentang para dewa adalah kendaraan Dewa
Vishnu yang besar dan kuat.
Warna Burung Garuda adalah kuning emas yang menggambarkan sifat agung dan jaya.
Garuda adalah seekor burung gagah dengan paruh, sayap, ekor, dan cakar yang
menggambarkan kekuatan dan tenaga pembangunan
Jumlah bulu burung garuda pancasila memiliki melambangkan hari kemerdekaan Indonesia ,
17 Agustus 1945
o Bulu masing-masing sayah berjumlah 17 helai
o Bulu Ekor berjumlah 8 helai
o Bulu Leher berjumlah 45 helai
gambar pancasila
Di bagian dada burung garuda terdapat perisai yang dalam kebudayaan serta peradaban
bangsa Indonesia merupakan senjata untuk berjuang, bertahan, dan berlindung untuk meraih
tujuan. Perisai Garuda bergambar lima simbol yang memiliki arti masing-masing:
Warna dasar perisai adalah merah putih seperti warna bendera Indonesia
Filsafat Pancasila
Sebagai suatu paham filosofis, pemahaman terhadap Pancasila pada hakekatnya dapat
dikembalikan kepada dua pengertian pokok, yaitu pengertian Pancasila sebagai pandangan
hidup dan sebagai Dasar Negara.
Secara etimologis kata ”filsafat“ berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang berarti “cinta
kearifan” kata philosophia tersebut berasal dari kata“philos” (pilia, cinta) & “sophia”
(kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti juga cinta kearifan. Kata
kearifan bisa juga bermakna “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat dapat juga
bermakna cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat
berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa
menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir
disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos. Pengetahuan bijaksana
memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan bijaksana, karena itu yang
mencarinya adalah oreang yang mencintai kebenaran. Tentang mencintai kebenaran adalah
karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan
itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil
filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil
berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana atau setidak-
tidaknya mendekati kesempurnaan.
Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia yang berasal dari ajaran budha
dalam kitab tripitaka dua kata: panca yang berarti lima dan syila yang berarti dasar. Jadi
secara leksikal Pancasia bermakna lima aturan tingkah laku yang penting.
Pengertian Pancasila menurut Ir.Soekarno, Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia yang
turun-temurun sekian lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak hanya falsafah bangsa tetapi lebih luas lagi yakni falsafah bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang kemudian dituangkan dalam
suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan Notonagoro (Ruyadi, 2003:16) menyatakan,
Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari
Pancasila.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan
dasar aksiologis tersendiri, yang membedakannya dengan sistem filsafat lain.
Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakekat dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro (Ganeswara,
2007:7) menyatakan bahwa hakekat dasar ontologis Pancasila adalah manusia, sebab
manusia merupakan subjek hukum pokok dari Pancasila. Selanjutnya hakekat manusia itu
adalah semua kompleksitas makhluk hidup baik sebagai makhluk individu sekaligus sebagai
makhluk sosial.
Secara lebih lanjut hal ini bisa dijelaskan, bahwa yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang
berkeadilan sosial adalah manusia.
Kajian epistemologis filsafat Pancasila, dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakekat
Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Menurut Titus (Kaelan, 2007:15) terdapat tiga
persoalan mendasar dalam epistemologi yaitu :
Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana diketahui bahwa Pancasila digali dari
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sendiri serta dirumuskan secara bersama-sama oleh “The
Founding Fathers” kita. Jadi bangsa Indonesia merupakan Kausa Materialis-nya Pancasila.
Selanjutnya, Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki susunan yang bersifat
formal logis, baik dalam arti susunan sila-silanya maupun isi arti dari sila-silanya. Susunan
sila-sila Pancasila bersifat hierarkhis piramidal.
Selanjutnya, sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan
dasar aksiologinya yaitu nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakekatnya juga
merupakan suatu kesatuan.
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978, Pancasila
itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan sebagai
kesatuan yang bulat dan utuh, karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat
dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya.
Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan
mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila.
Ideologi Pancasila
Secara etimologis, istilah Ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, pemikiran, dan kata “logos” yang berarti ilmu. Kata “oida” berasal
dari bahasa Yunani yang berarti mengetahui, melihat, bentuk. Pengertian ideologi secara
umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan,
kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut dan mengatur
tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.
Idologi menurut Gunawan Setiardjo: Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau
aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-
aturan dalam kehidupan.Pada dasarnya ideologi terbagi dua bagian, yaitu Ideologi Tertutup
dan Ideologi Terbuka. Ideologi Tertutup merupakan suatu pemikiran tertutup. Sedangkan
Ideologi Terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka. Ideologi Terbuka memiliki ciri
khas yaitu nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan
diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri. Ideologi terbuka
diciptakan oleh Negara melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu, Ideologi terbuka merupakan milik semua masyarakat dalam menemukan ‘dirinya’
dan ‘kepribadiannya’ dalam Ideologi tersebut.
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat reformatif,
dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi pancasila besifat aktual, dinamis,
antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat.Keluwesan dan fleksibelitas serta keterbukaan yang dimiliki oleh ideologi
Pancasila menjadikan Pancasila tidak ketinggalan zaman dalam tatanan sosial, namun
sifatnya yang terbuka bukan berarti nilai-nilai dasar Pancasila dapat dirubah /diganti dengan
nilai dasar yang lain. Sebab jika nialai dasar tersebut dirubah berarti meniadakan Pancasila
bahkan membubarkan Negara RI. Yang dimaksud dengan ideologi Pancasila yang bersifat
terbuka adalah nilai-nilai dasar dari Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan bangsa
Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman.
Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara struktural Pancasila memiliki tiga
dimensi sebagai berikut:
Dimensi idealis. bahwa nilai-nilai dasar ideologis tersebut mengandung idealisme, bukan
angan-angan yang memberi hambatan tentang masa depan yang lebih baik melalui
perwujudan atau pengalamannya dalam praktek kehidupan bersama mereka sehari-hari
dengan berbagai dimensinya
Dimensi Fleksibilitas. Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan
Merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya,tanpa
menghilangkan hakikat (jati diri) yang terkandung dalam nilai dasar.
Dimensi realitas. adalah suatu Ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup &
berkembang dalam masyarakat. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi secara reel
berakar dan hidup dalam masyarakat/bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya. Oleh karena itu, selain memiliki dimensi
nilai-nilai ideal dan normative, pancasila juga harus mampu dijabarkan dalam kehidupan
bermasyarakat secara nyata, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
penyelenggaraan Negara.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai Ideologi terbuka, maka sifat
Ideologi pancasila tidak bersifat “utopis”, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang
jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata. Pancasila juga bukan merupakan Ideologi
“pragmatis” yang hanya menekankan segi praktisi belaka tanpa adanya aspek idealisme.
Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka hakikatnya nilai-nilai dasar yang bersifat unviversal
dan tetap. Adapun penjabaran dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara dinamis-
reformatif yang senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi
masyarakat.
Garuda
Garuda Pancasila merupakan burung yang sudah dikenal melalui mitologi kuno di
sejarah Nusantara (Indonesia), yaitu tunggangan Dewa Wishnu yang berwujud seperti
burung elang rajawali. Garuda dipakai sebagai Simbol Negara untuk menggambarkan
Negara Indonesia merupakan bangsa yang kuat dan besar.
Warna keemasan di burung Garuda mengambarkan kejayaan dan keagungan.
Garuda memiliki sayap, paruh, cakar dan ekor yang melambangkan tenaga
dan kekuatan pembangunan.
Jumlah bulu Garuda Pancasila mengambarkan hari / Tanggal proklamasi
kemerdekaan Bangsa Indonesia, yaitu tanggal 17-Agustus-1945, antara lain: Jumlah
bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17, Jumlah bulu pada ekor berjumlah
8, Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19, Jumlah bulu di leher
berjumlah 45.
Perisai
Perisai merupakan tameng yang telah lama dikenal dalam budaya dan peradaban
Nusantara sebagai senjata yang melambangkan perlindungan, pertahanan dan
perjuangan diri untuk mencapai tujuan.
Di tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang menggambarkan garis
khatulistiwa hal tersebut mencerminkan lokasi / Letak Indonesia, yaitu indonesia
sebagai negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa.
Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila.
Warna dasar pada ruang perisai merupakan warna bendera Indonesia (merah-putih).
dan pada bagian tengahnya memiliki warna dasar hitam.
Sehelai pita putih dengan tulisan "Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam
dicengkeram oleh Kedua cakar Garuda Pancasila.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan kutipan dari Kakawin Sutasoma karya
Mpu Tantular. Kata "bhinneka" memiliki arti beraneka ragam atau berbeda-beda,
sedang kata "tunggal" berarti satu, dan kata "ika" bermakna itu. Secara harfiah
Bhinneka Tunggal Ika diartikan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun
berbeda beda tapi pada hakikatnya tetap satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
melambangkan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka
ragam ras, budaya, bahasa daerah, agama, suku bangsa dan kepercayaan.
Letak Warna Pada Bagian-bagian Garuda Pancasila
Warna yang digunakan dalam lambang Garuda Pancasila tidak boleh diletakkan asal
asalan karena warna warna itu telah ditentukan untuk diletakkan pada bagian-bagian
yang ada pada lambang Garuda Pancasila.
Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat di lambang Garuda
Pancasila. Warna hitam digunakan juga untuk warna perisai tengah latar belakang
bintang, juga untuk mewarnai garis datar tengah perisai. dan Warna hitam juga
dipakai sebagai warna tulisan untuk semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".
Warna merah digunakan untuk warna perisai kiri atas dan kanan bawah yang terdapat
pada lambang Garuda Pancasila.
Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin.
Warna putih dipakai untuk warna perisai kiri bawah dan kanan atas. warna putih juga
diberi pada Pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila.
Sedangkan Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk warna
bintang, rantai, kapas, dan padi.