Sie sind auf Seite 1von 7

SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

Available online at SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal Website:


http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK
SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015, 31-37

MEWUJUDKAN MASYARAKAT BERKARAKTER PEDULI LINGKUNGAN


MELALUI PROGRAM ADIWIYATA

Mirza Desfandi
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Email: mirza_des@yahoo.com
Naskah diterima : 27 April 2015, direvisi : 7 Mei 2015, disetujui : 25 Mei 2015

Abstract
This article aims to provide an effort to educate and inform the public about environmental issues become more
critical. Develop community character can effectively care for the environment is possible through environmental education in
schools. As a place of learning, the school has a special role to play; schools can help students to understand the impact of
human behavior on Earth. Adiwiyata program implemented in order to realize the school community who are responsible
for the protection and management of the environment through good school governance to support sustainable development.
Adiwiyata program combines learning and action, so as to provide an effective method to change behavior. Adiwiyata school
is expected to be agents of change for the people in the neighborhood around the school. Schools should be a model in creating
a healthy and comfortable environment as well as being a model in creating a school community that cares and cultured
environment. School community then expected to be an example and transmit characters care about the environment to the
public.
Keywords: character concerned about the environment; Adiwiyata Program

Abstrak
Artikel ini bertujuan memberikan upaya untuk mendidik dan memberi informasi kepada masyarakat
mengenai masalah lingkungan yang semakin kritis. Mengembangkan masyarakat berkarakter peduli
lingkungan dimungkinkan dapat efektif melalui pendidikan lingkungan di sekolah. Sebagai tempat
belajar, sekolah memiliki peran khusus untuk bermain; sekolah dapat membantu siswa untuk memahami
dampak perilaku manusia di bumi ini. Program Adiwiyata dilaksanakan guna mewujudkan warga sekolah
yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola
sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Program Adiwiyata menggabungkan
pembelajaran dan tindakan, sehingga memberikan metode yang efektif untuk mengubah perilaku.
Sekolah Adiwiyata diharapkan dapat menjadi agen perubahan bagi masyarakat di lingkungan sekitar
sekolah. Sekolah harus menjadi model dalam mewujudkan lingkungan yang sehat dan nyaman serta
menjadi model dalam mewujudkan warga sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Warga sekolah
selanjutnya diharapkan dapat menjadi contoh dan menularkan karakter peduli lingkungan kepada
masyarakat.
Kata kunci: karakter peduli lingkungan; Program Adiwiyata

Pengutipan: Desfandi, M. (2015). Mewujudkan Masyarakat Berkarakter Peduli Lingkungan Melalui


Program Adiwiyata. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2(1), 2015, 31-37. doi:10.15408/
sd.v2i1.1661

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/sd.v2i1.1661

Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 31


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

A. Pendahuluan terhadap permasalahan lingkungan hidup yang


Pembangunan yang dilaksanakan saat ini ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya
di berbagai negara mengalami perkembangan masalah-masalah lingkungan hidup baru.3
pesat pada berbagai sektor. Namun, masyarakat Proses pembelajaran Pendidikan
dunia juga menghadapi berbagai bencana/ Lingkungan Hidup yang dilaksanakan hendaknya
permasalahan lingkungan, seperti banjir, tanah merupakan suatu proses mengorganisasi nilai dan
longsor, kekeringan dan kebakaran hutan yang memperjelas konsep-konsep untuk membina
menimbulkan kerugian materi maupun korban keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk
manusia. Masyarakat internasional saat ini telah memahami dan menghargai antar hubungan
menyepakati pentingnya menjaga bumi dari manusia, kebudayaan, dan lingkungan fisiknya.
pencemaran dan kerusakan, misalnya melalui Pengetahuan dan kesadaran tentang keberadaan
pembangunan berkelanjutan. Pembangunan dan ruang lingkup masalah lingkungan
berkelanjutan telah menjadi komitmen dan adalah penting karena dapat membangkitkan
tanggung jawab bersama masyarakat dunia kepedulian dan perhatian terhadap lingkungan.
untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan Penekanannya harus pada (i) pengetahuan
dan kehancuran akibat pembangunan yang tentang penyebab, (ii) pengetahuan tentang
tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. efek, dan (iii) pengetahuan tentang strategi
Pembangunan berkelanjutan berusaha untuk untuk berubah, ketika menghadapi masalah
memahami interaksi antara alam dan masyarakat lingkungan.4
dalam rangka untuk mempromosikan transisi Mengembangkan masyarakat berkarakter
menuju keberlanjutan. Inti dari pembangunan peduli lingkungan dimungkinkan dapat efektif
berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan melalui pendidikan lingkungan di sekolah.
dasar manusia sambil menjaga sistem pendukung Sebagai tempat belajar, sekolah memiliki peran
kehidupan planet bumi.1 khusus untuk bermain; sekolah dapat membantu
Dalam rangka menghadapi tantangan siswa untuk memahami dampak perilaku
lingkungan di bumi, ada kebutuhan untuk manusia di bumi ini, dan menjadi tempat di
mendidik dan memberi informasi kepada mana hidup yang berkelanjutan.5 Akan tetapi
masyarakat mengenai permasalahan berbagai masalah lingkungan yang semakin
lingkungan. Salah satu komitmen masyarakat tak terkendali menunjukkan bahwa Pendidikan
dan pemerintah internasional dalam menjaga Lingkungan Hidup belum berhasil membentuk
bumi dari pencemaran dan kerusakan adalah karakter manusia yang peduli terhadap
melalui pelaksanaan Pendidikan Lingkungan lingkungan. Kegagalan tersebut terjadi karena
Hidup (Environment Education), yang merupakan adanya sejumlah kelemahan dalam Pendidikan
kunci untuk mempersiapkan masyarakat Lingkungan Hidup. Kegagalan tersebut tidak
dengan pengetahuan, keahlian, nilai dan lepas dari hal-hal berikut:6
sikap peduli lingkungan sehingga dapat 1. Masih rendahnya partisipasi masyarakat
berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah untuk berperan dalam pendidikan
lingkungan.2 Pendidikan Lingkungan Hidup lingkungan hidup, karena kurangnya
menurut konvensi UNESCO di Tbilisi (1997) pemahaman terhadap permasalahan
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk pendidikan lingkungan, rendahnya tingkat
menciptakan suatu masyarakat dunia yang kemampuan atau keterampilan, dan
memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan rendahnya komitmen masyarakat dalam
peduli terhadap masalah-masalah yang terkait di menyelesaikan permasalahan tersebut.
dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi,
komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, 2. Pemahaman pelaku pendidikan terhadap
baik secara perorangan maupun kolektif 3 UNESCO. The UN Decade of Education for Sustainable Development. The
First Two Years. (Paris: UNESCO, 2007).
dalam mencari alternatif atau memberi solusi 4 F. Mogensen & M. Mayer (Eds.), Eco-School trends and divergences: A
comparative study of Eco School development process in 13 countries, (Vienna: Austrian Fed-
1 Salome Hallfreðsdóttir. Eco Schools – Are They Really Better? (Thesis: eral Ministry of Education, Science and Culture, Dept. Environmental Education
Lund University. Lund: Tidak diterbitkan, 2011). Affairs, 2005).
2 Sibel Ozsoy, Hamide Ertepinar, dan Necdet Saglam, “Can Eco-Schools 5 Op. cit., Sibel Ozsoy, Hamide Ertepinar, dan Necdet Saglam.
Improve Elementary School Students’ Environmental Literacy Levels?” dalam Jurnal: Asia- 6 Sungkowo, Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup Pada Jalur Pendidikan
Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Vol. 13 Issue 2/December 2012 Dasar dan Menengah, (Jakarta: Dikdasmen, 2005).

32 Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

pendidikan lingkungan yang masih B. Pembahasan


terbatas. Dalam jalur pendidikan formal,
Satu hubungan yang sangat dinamis
masih ada anggapan bahwa pendidikan
antara manusia dan lingkungannya, dapat
lingkungan hidup tidak begitu penting.
dilihat dari bagaimana cara manusia hidup
3. Materi dan metode pelaksanaan bersama, berdampingan dengan semua
pendidikan lingkungan hidup dirasakan komponen di sekitarnya. Kemampuan yang
belum memadai, dan kurang aplikatif, dimiliki setiap individu untuk berperilaku baik
sehingga pemahaman kelompok sasaran dalam kesehariannya dengan menggunakan
mengenai pelestarian lingkungan hidup pemahamannya terhadap kondisi lingkungan
menjadi tidak utuh. itulah yang disebut dengan literasi lingkungan
4. Sarana dan prasarana dalam pendidikan atau environment literacy.7 Literasi lingkungan
lingkungan hidup belum mendapat bukanlah sebuah disiplin ilmu baru atau bahkan
perhatian yang cukup. Sarana dan sebuah konsep baru dalam mengkaji hubungan
prasarana untuk pendidikan lingkungan manusia terhadap lingkungannya. Ini merupakan
hidup sering kali disalahartikan sebagai pemikiran yang sederhana dan berangkat dari
sarana fisik yang berteknologi tinggi fisis determinisme, fisis possibilisme atau
sehingga menjadi faktor penghambat bahkan pandangan antroposentrisme.
tumbuhnya motivasi dalam pelaksanaan Fisis determinisme merupakan pandangan
Pendidikan Lingkungan Hidup. bahwa alam telah menyediakan semua yang
5. Kurangnya kemampuan pemerintah dibutuhkan manusia untuk hidup dan manusia
untuk mengalokasikan dan meningkatkan berusaha untuk sejalan dengan kondisi
anggaran pendidikan lingkungan, sehingga lingkungan yang ada. Dalam hal ini, manusia
pelaksanaan Pendidikan Lingkungan tidak mempunyai banyak alternatif untuk
Hidup di berbagai instansi tidak maksimal. menentukan perannya terhadap lingkungan
di mana dia tinggal. Lain halnya dengan fisis
6. Lemahnya koordinasi antar instansi terkait possibilisme, manusia mempunyai begitu
dan para pelaku pendidikan menyebabkan banyak kemungkinan, begitu banyak alternatif
kurang berkembangnya Pendidikan untuk meminimalisir kekurangan dari kondisi
Lingkungan Hidup. Hal ini terlihat pada lingkungan yang ada.8 Dengan kata lain,
gerakan Pendidikan Lingkungan Hidup manusia bisa berpikir dan berupaya keras
(formal dan nonformal/informal) yang bagaimana mengatasi keterbatasan yang alam
masih bersifat sporadis, tidak sinergis dan sediakan. Literasi lingkungan dapat berupa hal-
saling tumpang tindih. hal sederhana, misalnya:
Salah satu upaya untuk mengatasi kelemahan 1. Menyediakan 25% ruang terbuka
dalam Pendidikan Lingkungan Hidup ini, sekolah bervegetasi di rumah. Dengan adanya
harus memberikan praktek pembelajaran lahan terbuka bervegetasi, berarti telah
yang efektif untuk mengembangkan perilaku membiarkan air hujan bisa masuk meresap
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan ke dalam tanah, telah memberikan
lingkungan belajar yang diperlukan harus kelangsungan dalam siklus gas terutama
memberikan siswa kesempatan untuk belajar di oksigen dan karbon dioksida dengan baik.
luar kelas, mengamati alam, berlatih dan menguji
isu-isu belajar tentang lingkungan. Berdasarkan 2. Menyediakan fentilasi yang cukup. Dengan
hal ini, pada bagian selanjutnya dari tulisan ini adanya fentilasi, berarti selain terjadi siklus
penulis mencoba untuk menguraikan salah satu gas terutama oksigen dan karbon dioksida
upaya yang komprehensif dalam menanamkan dengan baik. Fentilasi berguna juga untuk
literasi lingkungan pada siswa guna mewujudkan mencegah rumah menjadi tempat yang
masyarakat berkarakter peduli lingkungan, yaitu kumuh dan lembab.
melalui program Adiwiyata.
7 Op. cit., Salome Hallfreðsdóttir.
8 A. Purwadi,  EFSD  in Indonesia at a Glance in EFSD Currents: Chang-
ing Perspective from The Asia-Facific, (Bangkok: UNESCO, 2009).

Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 33


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

3. Membiarkan cahaya matahari masuk bidang pendidikan. Seperti kita ketahui,


di pagi dan siang hari. Cahaya matahari pendidikan merupakan salah satu aspek yang
berfungsi untuk membunuh bakteri jahat dapat mempengaruhi dunia masa depan dan
di rumah. merupakan cara yang paling efektif dalam
4. Mendirikan rumah di tempat yang landai. membentuk masyarakat yang memiliki
Dengan demikian penghuni rumah bisa kemampuan untuk menghadapi tantangan di
terhindar dari resiko longsor jika terjadi masa depan. Pendidikan menjadi dasar bagi
hujan lebat. tindakan dan penting untuk dapat meningkatkan
kapasitas masyarakat, hal ini menekankan bahwa
Sejak kelahirannya, masalah literasi baik pendidikan formal dan non formal sangat
lingkungan telah menarik perhatian banyak diperlukan untuk mengubah sikap masyarakat.
peneliti pendidikan dan ilmuwan lingkungan. Selama ini pendidikan di seluruh dunia lebih
Meskipun istilah ini telah banyak didiskusikan, mengutamakan literasi dasar (matematika,
tetapi tidak ada definisi yang disepakati secara fisika, kimia, biologi  teknologi dan lain-
umum. Definisi awal literasi lingkungan lain) daripada  literasi lingkungan (konservasi
dikemukakan oleh Roth (1968) yang sumberdaya, multikulturalisme,  pembangunan
mendefinisikan orang yang melek lingkungan berkelanjutan, demokrasi, kepekaan sosial,
sebagai seseorang yang memiliki keterampilan budi pekerti dan lain-lain).10 Karena itu
dasar, pemahaman dan perasaan mengenai perlu dilakukan reorientasi pendidikan, yang
hubungan manusia-lingkungan. Kemudian berarti diintegrasikannya literasi lingkungan
Roth menambahkan bahwa orang melek dengan literasi dasar.
lingkungan memahami keterkaitan antara sistem
alam dan sosial, kesatuan manusia dengan Reorientasi pendidikan telah menjadi istilah
alam, bagaimana teknologi mempengaruhi yang sangat penting bagi pengelola sekolah
pengambilan keputusan masalah lingkungan dan pendidik pada semua tingkatan pendidikan
dan pembelajaran tentang lingkungan adalah untuk memahami perubahan yang dibutuhkan. 
suatu usaha seumur hidup.9 Reorientasi yang penting adalah lebih banyak
dimasukannya prinsip-prinsip, keterampilan,
Meskipun ada perbedaan definisi dan perspektif dan nilai-niai yang berkaitan
komponen literasi lingkungan, solusi untuk dengan pembangunan berkelanjutan dalam
mengatasi masalah lingkungan adalah dengan pendidikan, yang tepat dan relevan dengan
mengembangkan masyarakat yang melek satuan pendidikan.  Reorientasi pendidikan
lingkungan, berperilaku dengan cara yang juga dipandang sebagai upaya mengembangkan
lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. pendidikan/ pembelajaran yang membangkitkan
Sebuah perilaku dianggap yang bertanggung pengetahuan, keterampilan, perspektif, dan
jawab terhadap lingkungan ketika tindakan nilai yang akan membimbing dan memotivasi
individu atau kelompok menganjurkan manusia menuju kehidupan yang berkelanjutan,
penggunaan secara berkelanjutan atau efisien berpartisipasi dalam masyarakat yang
terhadap sumber daya alam. Salah satu wujud/ demokratis, dan hidup secara berkelanjutan. 
bentuk masyarakat yang memiliki literasi
lingkungan adalah masyarakat yang berkarakter Salah satu bentuk implementasi pendidikan
peduli lingkungan. Karakter merupakan nilai- untuk pembangunan berkelanjutan berbasis
nilai perilaku manusia yang berhubungan Pendidikan Lingkungan Hidup yang dilaksanakan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, secara terprogram di sekolah adalah program
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan Eco School. Program Eco School merupakan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, program internasional yang bertujuan untuk
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- meningkatkan literasi lingkungan pada siswa.
norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan Program Eco School dikembangkan oleh
adat istiadat. Foundation of Enviromental Education (FEE) pada
tahun 1994, yang dikembangkan atas dasar
Untuk membangun masyarakat berkarakter kebutuhan untuk melibatkan kaum muda dalam
peduli lingkungan, salah satunya melalui 10 Op. cit., UNESCO. The UN Decade of Education for Sustainable
Development. The First Two Years.
9 Op. cit., Sibel Ozsoy, Hamide Ertepinar, dan Necdet Saglam.

34 Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

mencari solusi terhadap tantangan lingkungan mereka (lokal). Program Eco School bertujuan
hidup dan pembangunan berkelanjutan di pada penghargaan lingkungan internasional
tingkat lokal.11 Munculnya Eco School, berangkat bergengsi yaitu Green Flag. Penghargaan ini
dari keprihatinan bersama untuk memperbaiki diberikan sebagai pengakuan bahwa sekolah
kualitas lingkungan. Cukup banyak strategi yang berkomitmen untuk standar tertinggi dalam
telah ditempuh untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan pengelolaan lingkungan. 14
lingkungan, mulai dari penyuluhan, penataran, Program Eco School memilki fokus yang
bimbingan, proyek percontohan dan perbaikan kuat pada masalah-masalah sumber daya, energi
komponen yang menyebabkan rusaknya dan limbah sebagai bidang utama tindakan.15
lingkungan seperti reboisasi, kali bersih, jumat Meskipun program ini dikoordinasikan melalui
bersih dan gerakan sadar kebersihan. Program- kerangka kerja umum di tingkat internasional,
program tersebut sudah lama dilakukan tetapi negara-negara anggota yang melaksanakan
tidak memberikan hasil yang signifikan, karena program Eco School memiliki fleksibilitas dalam
yang dirasakan hanya kerusakan yang terus menyesuaikan program dengan kebutuhan
berlanjut dan semakin parah.12 mereka. Umumnya sekolah yang berpartisipasi
Program Eco School dikembangkan sebagai menerapkan proses tujuh langkah untuk
sarana penyampaian komitmen Agenda 21. menuju sertifikasi Green Flag, meskipun variasi
Fokus Agenda 21 pada program Eco School ada dalam isi dan fokus dari langkah-langkah.
adalah mempromosikan tindakan lokal Umumnya Langkah-langkah yang dilakukan
yang bertujuan untuk memecahkan masalah adalah untuk:16
lingkungan global melalui pendidikan. Program 1. Memperbaiki lingkungan sekolah,
Eco School menawarkan kesempatan bagi sekolah
untuk menghubungkan dengan komunitas 2. Mengurangi sampah dan limbah,
mereka dan bekerja sama untuk memecahkan 3. Mengurangi penggunaan energi dan air,
dan mencegah masalah lingkungan di tingkat 4. Menemukan cara-cara yang efisien
lokal. Tujuan utama dari program Eco School perjalanan ke dan dari sekolah,
adalah mempersiapkan anak-anak untuk hidup 5. Mempromosikan gaya hidup sehat,
berkelanjutan dan untuk menunjukkan bahwa 6. Mendorong kewarganegaraan aktif,
hidup yang berkelanjutan adalah bagaimana
menemukan solusi terhadap masalah yang 7. Membangun kemitraan yang kuat dengan
kita hadapi dan meningkatkan kualitas hidup berbagai kelompok masyarakat.
masyarakat tanpa merusak lingkungan.13 Di Indonesia, dalam upaya mempercepat
pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup
Program Eco School menggabungkan khususnya jalur pendidikan formal pada
pembelajaran dan tindakan, sehingga jenjang pendidikan dasar dan menengah, maka
memberikan metode yang efektif untuk pada tanggal 21 Februari 2006 Kementerian
mengubah perilaku. Munculnya program Eco Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan
School telah menarik perhatian di seluruh dunia. dan Kebudayaan telah mencanangkan Program
Program Eco School merupakan program yang Adiwiyata, dengan tujuan mendorong dan
demokratis dan partisipatif serta memberikan membentuk sekolah Peduli dan Berbudaya
kesempatan kepada orang-orang muda untuk Lingkungan yang mampu berpartisipasi dan
terlibat di sekolah dan di masyarakat untuk melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan
mempromosikan keberlanjutan sebagai warga pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan
negara aktif. Negara-negara yang menerapkan generasi sekarang maupun yang akan datang.
program Eco School dapat menyesuaikan Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna
program untuk memenuhi kebutuhan dan sebagai tempat yang baik dan ideal di mana
prioritas mereka dalam konteks wilayah dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan
11 Foundation of Environment Education, Eco-Schools Programme,
dalam http://www.eco-schools.org/brochure_eco.pdf, 2009 Diakses pada [11 berbagai norma serta etika yang dapat menjadi
Desember 2014] 14 Yu Ping, Global Thinking, Local Action: A Case Study of the Green School
12 Darsiharjo, “Eco-School” Sebagai Media Pedidikan Lingkungan Di Seko- Programme in China. Thesis: Lund University, (Lund: Tidak diterbitkan, 2003).
lah, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional “Peran Pendidikan di Perseko- 15 Op. cit., Salome Hallfreðsdóttir.
lahan dalam Mempersiapkan Generasi Peduli Lingkungan” di Auditorium JICA 16 Carly R Ackley, Leadership in Green Schools: School Principals as Agents
FPMIPA UPI Bandung pada tanggal 1 Desember 2005. of Social Responsibility, Dissertasi: The Pennsylvania State University, (Pennsylvania:
13 Op. cit., Sibel Ozsoy, Hamide Ertepinar, dan Necdet Saglam. Tidak diterbitkan, 2009).

Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 35


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan Standar Nasional Pendidikan (standar


hidup kita dan menuju kepada cita-cita isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik
pembangunan berkelanjutan.17 dan tenaga kependidikan, sarana dan
Program Adiwiyata dilaksanakan guna prasarana, pengelolaan pembiayaan, dan
mewujudkan warga sekolah yang bertanggung penilaian) sebagaimana diatur dalam
jawab dalam upaya perlindungan dan PP No. 19 tahun 2006 tentang Standar
pengelolaan lingkungan hidup melalui tata Nasional Pendidikan.
kelola sekolah yang baik untuk mendukung 2. Meningkatkan efisiensi penggunaan dana
pembangunan berkelanjutan. Kegiatan yang operasional sekolah melalui penghematan
dilakukan misalnya pengolahan limbah, pramuka dan pengurangan konsumsi dari berbagai
Saka Taruna Bumi, penanggulangan banjir, sumber daya dan energi.
kantin dan sekolah sehat dan sebagainya.18 3. Menciptakan kebersamaan warga sekolah
Dengan melaksanakan program Adiwiyata akan dan kondisi belajar mengajar yang lebih
menciptakan warga sekolah, khususnya peserta nyaman dan kondusif.
didik yang peduli dan berbudaya lingkungan, 4. Menjadi tempat pembelajaran tentang
sekaligus mendukung dan mewujudkan nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan
sumberdaya manusia yang memiliki karakter lingkungan hidup yang baik dan benar
bangsa terhadap perkembangan ekonomi, bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar.
sosial, dan lingkungannya dalam mencapai 5. Meningkatkan upaya perlindungan dan
pembangunan berkelanjutan di daerah. pengelolaan lingkungan hidup meIalui
Pelaksanaan Program Adiwiyata diletakkan kegiatan pengendalian pencemaran,
pada dua prinsip dasar berikut ini:19 pengendalian kerusakan dan pelestarian
1. Partisipatif: Komunitas sekolah terlibat fungsi lingkungan di sekolah.
dalam manajemen sekolah yang meliputi Sekolah yang telah melaksanakan kegiatan-
keseluruhan proses perencanaan, kegiatan dengan baik sesuai dengan program Eco
pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung School, akan memperoleh pengharagaan “Sekolah
jawab dan peran. Adiwiyata” dari Kementerian Lingkungan
2. Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus Hidup. Sekolah yang telah melaksanakan
dilakukan secara terencana dan terus Program Adiwiyata selain diharapkan dapat
menerus secara komprehensif. mewujudkan lingkungan sekolah sehat, bersih,
Melalui program Adiwiyata diharapkan indah dan nyaman, sehingga dapat membentuk
setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan warga sekolah yang peduli dan berbudaya
sekolah menuju lingkungan yang sehat dan lingkungan, sekolah Adiwiyata juga diharapkan
menghindari dampak lingkungan yang negatif. dapat menjadi agen perubahan bagi masyarakat
Program Adiwiyata dikembangkan berdasarkan di sekitar sekolah. Sekolah harus menjadi model
norma-norma dalam perikehidupan yang bagi masyarakat dalam mewujudkan lingkungan
antara lain meliputi: kebersamaan, keterbukaan, yang sehat, bersih, indah dan nyaman. Sikap
kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian peduli dan berbudaya lingkungan dari warga
fungsi lingkungan hidup dan sumber daya sekolah diharapkan dapat ditularkan/berimbas
alam.20 Sangat banyak manfaat yang diperoleh kepada masyarakat sekitar sekolah, guna
sekolah maupun warga sekolah dengan mewujudkan masyarakat yang berkarakter
mengikuti program Adiwiyata. Setidaknya ada 5 peduli lingkungan.
manfaat mengikuti Program Adiwiyata, yaitu:21
1. Mendukung percepatan pencapaian 8 C. Penutup
17 Op. cit., Sungkowo. Tujuan program Adiwiyata adalah
18 Santa, Saatnya Reorientasi Pendidikan Menuju EFSD Digalakkan dalam mendorong dan membentuk sekolah Peduli
http://vedca.org/artikel 2012 Diakses pada [11 Desember 2014].
19 Op. cit., Sungkowo. dan Berbudaya Lingkungan yang mampu
20 Ellen Landriany, “Implementasi Kebijakan Adiwiyata Dalam Upaya
Mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Kota Malang” dalam Jurnal berpartisipasi dan melaksanakan upaya
Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Volume 2, Nomor 1, Januari 2014; hal. pelestarian lingkungan dan pembangunan
82-88.
21 Op. cit., Sungkowo. berkelanjutan bagi kepentingan generasi
36 Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430
SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

sekarang maupun yang akan datang. Melalui comparative study of Eco School development
program Adiwiyata diharapkan setiap warga process in 13 countries. Vienna: Austrian
sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah Federal Ministry of Education, Science
menuju lingkungan yang sehat dan menghindari and Culture, Dept. Environmental
dampak lingkungan yang negatif. Warga sekolah Education Affairs.
selanjutnya harus dapat menjadi model/contoh Ozsoy, Sibel., Ertepinar, Hamide., dan Saglam,
bagi masyarakat guna mewujudkan masyarakat Necdet. (2012). Can Eco-Schools Improve
yang berkarakter peduli lingkungan. Guna Elementary School Students’ Environmental
mencapai tujuan program Adiwiyata, diperlukan Literacy Levels? Jurnal: Asia-Pacific
partisipasi semua pihak, mulai dari pemerintah Forum on Science Learning and
dari tingkat pusat hingga daerah, seluruh warga Teaching, Vol. 13 Issue 2/December
sekolah, serta masyarakat, baik orang tua siswa 2012.
maupun tokoh masyarakat.
Purwadi, A. (2009). EFSD in Indonesia at a Glance
in EFSD Currents:Changing Perspective from
D. Daftar Pustaka The Asia-Facific. Bangkok: UNESCO.
Darsiharjo. (2005). “Eco-School” Sebagai Media R. Ackley, Carly. (2009). Leadership in Green
Pedidikan Lingkungan Di Sekolah. Maka- Schools: School Principals as Agents
lah disampaikan pada Seminar Nasi- of Social Responsibility. Dissertasi:
onal “Peran Pendidikan di Persekolahan The Pennsylvania State University.
dalam Mempersiapkan Generasi Peduli Pennsylvania: Tidak diterbitkan.
Lingkungan” di Auditorium JICA FP- Salome Hallfreðsdóttir, Salome. (2011). Eco
MIPA UPI Bandung pada tanggal 1 De- Schools – Are They Really Better? Thesis:
sember 2005. Lund University. Lund: Tidak diterbit-
Foundation of Environment Education. (2009). kan.
Eco-Schools Programme. Dalam http:// Santa. (2012). Saatnya Reorientasi Pendidikan
www.eco-schools.org/brochure_eco. Menuju EFSD Digalakkan, dalam
pdf, 2009 Diakses pada [11 Desember http://vedca.org/artikel. Diakses pada
2014]. [11 Desember 2014].
Kementerian Lingkungan Hidup. (2012). Pan- Sungkowo. (2005). Konsep Pendidikan Lingkungan
duan Adiwiyata. Jakarta: Kementerian Hidup Pada Jalur Pendidikan Dasar dan
Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Menengah. Jakarta: Dikdasmen.
Landriany, Ellen. (2014). Implementasi Kebijakan UNESCO. (2007). The UN Decade of Education
Adiwiyata Dalam Upaya Mewujudkan Pen- for Sustainable Development. The First Two
didikan Lingkungan Hidup di SMA Kota Years. Paris: UNESCO.
Malang. Jurnal Kebijakan dan Pengem-
bangan Pendidikan Volume 2, Nomor Yu Ping, (2003). Global Thinking, Local Action: A
1, Januari 2014. Case Study of the Green School Programme
in China. Thesis: Lund University. Lund:
Mogensen, F., & Mayer, M. (Eds.). (2005). Tidak diterbitkan.
Eco-School trends and divergences: A

Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 37

Das könnte Ihnen auch gefallen