Sie sind auf Seite 1von 12

Fenomena Saham Tidak ...

(Bety Farandani)413

FENOMENA SAHAM TIDAK AKTIF DAN SAHAM AKTIF DI BURSA


EFEK INDONESIA

THE PHENOMENON OF INACTIVE STOCK AND ACTIVE STOCK ON THE


INDONESIAN STOCK EXCHANGE

Oleh : Bety Farandani


Prodi Manajamen Universitas Negeri Yogyakarta
betyfarandani@gmail.com
Naning Margasari, M.Si., M.BA.
Dosen Jurusan Manajemen Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja perusahaan berdasarkan nilai Return
on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER) saham tidak aktif dan saham
aktif di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian komparatif. Subjek penelitian sebanyak
27 perusahaan saham tidak aktif dan 27 perusahaan saham aktif. Data diperoleh dari laporan tahunan
perusahaan, dan dianalisis menggunakan Mann Whitney U-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE),
dan Price Earning Ratio (PER) saham tidak aktif dan saham aktif selama 2010-2014.
Kata kunci: saham tidak aktif, saham aktif, Return On Assets (ROA), Return On Equity
(ROE), dan Price Earning Ratio (PER)

Abstract
This study aimed to analyze the difference in company performance among the values of
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), and Price Earning Ratio (PER) inactive
stock and active stock in Indonesia Stock Exchange. The study was a comparative study. The
unit observation were 27 inactive stock companies and 27 active stock companies. The data
were collected by annual report companies, and Mann Whitney U-test was applied as data analysis
technique. The result showed that were significant differences among the values of Return On Assets
(ROA), Return On Equity (ROE), and Price Earning Ratio (PER) inactive stock and active stock
during 2010-2014.
Keywords: inactive stock, active stock, Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE),
and Price Earning Ratio (PER)

PENDAHULUAN saham memiliki frekuensi perdagangan


Dalam perdagangan saham di Bursa dibawah standar tersebut, maka saham
Efek Indonesia, tidak semua saham yang tersebut dikategorikan sebagai saham yang
diperdagangkan bersifat likuid, ada saham- tidak aktif diperdagangkan atau saham
saham yang tergolong tidak likuid dan tidur. Faktor yang mempengaruhi saham
saham tersebut sangat jarang di suatu perusahaan menjadi saham yang aktif
transaksikan, atau lebih dikenal dengan atau tidak aktif antara lain kinerja
saham tidur. Menurut Surat Edaran Bursa perusahaan, jumlah saham beredar, harga
Efek Jakarta No. SE-03/BEJ/II-1/1994, saham, dan kapitalisasi pasar.
kriteria saham aktif yang diperdagangkan Penelitian yang dilakukan Maryani
adalah saham yang memiliki frekuensi (2012), menyatakan bahwa ada dua
perdagangan minimal 300 kali atau lebih kemungkinan penyebab saham menjadi
dalam setiap tahunnya. Apabila suatu tidak aktif diperdagangkan, pertama, saham
Fenomena Saham Tidak ... (Bety Farandani)414

tersebut cukup prospektif dan memberikan berpikir ulang untuk tetap mempertahankan
dividen yang teratur sehingga diminati oleh dananya.
investor jangka panjang, akibatnya PT Taisho Pharmaceutical Indonesia
pemegang saham tidak berminat untuk Tbk. merupakan perusahaan industri
melepas saham tersebut. Kedua, saham farmasi dan kesehatan yang tercatat di
tersebut tergolong saham yang tidak Bursa Efek Indonesia pada 29 maret 1983
menarik dan tidak diminati investor. dengan jumlah saham 10.240.000 lembar
Penelitian yang dilakukan Sihombing saham. Selama tahun 2010 hingga 2014,
(2014) menyatakan bahwa, saham tidur tercatat perdagangan saham yang terjadi
cenderung berkinerja buruk yaitu tidak sangat jarang, namun terjadi pergerakan
mengalami pertumbuhan kinerja, bahkan harga saham yang cukup signifikan.
beberapa perusahaan diantaranya memiliki Walaupun perusahaan ini tergolong sebagai
nilai rasio negatif dan mengalami saham tidak aktif, namun kinerja
penurunan kinerja tiap tahunnya. perusahaan tergolong dalam kategori baik
Dalam menganalisis laporan keuangan dan cenderung mengalami peningkatan.
dibutuhkan alat ukur berupa rasio keuangan
untuk menilai dan memprediksikan kondisi Tabel 1. Kinerja PT Taisho
dan kecenderungan kinerja perusahaan, Pharmaceutical Indonesia Tbk
antara lain Return On Assets (ROA), Return Variabel 2010 2011 2012 2013 2014
On Equity (ROE), dan Price Earning Ratio
Frekuensi 11 17 123 51 82
(PER). Rasio Return On Assets (ROA) (X)
menjadi informasi yang penting bagi
investor yang akan melakukan transaksi, ROA (%) 28,95 33,19 34.06 35.50 35.88
karena rasio ini menggambarkan laba bersih ROE (%) 34.43 39,69 41.57 43.08 44.68
yang bisa di dapat dari seluruh kekayaan
yang dimiliki perusahaan. PER (X) 11,88 8,47 20.48 20,19 18,57
Dalam berinvestasi, investor akan
menilai kinerja suatu perusahaan karena
kinerja perusahaan akan mempengaruhi Dalam sektor yang sama, PT Kalbe
tingkat likuiditas saham. Penelitian yang Farma Tbk yang merupakan salah satu
dilakukan oleh Fang (2007) dalam Wira perusahaan farmasi terbesar di Indonesia
(2012), menemukan bahwa adanya dan tergolong sebagai saham aktif dengan
hubungan yang positif antara likuiditas kapitalisasi pasar sebesar Rp85,78 triliun
saham dan kinerja perusahaan. Kinerja pada tahun 2014. Kegiatan usaha Kalbe
perusahaan akan tercermin dalam harga Farma meliputi produksi dan distribusi obat
saham, jika investor merespon harga saham serta produk-produk kesehatan. Kalbe
dengan baik, maka hal ini mengindikasikan Farma merupakan salah satu perusahaan
kinerja yang baik bagi perusahaan. Wira yang selalu konsisten bertumbuh, dan
(2012) juga menemukan bahwa likuiditas kinerja keuangan sangat stabil dan kuat.
saham berpengaruh kuat terhadap tingkat
profitabilitas operasional perusahaan. Tabel 2. Kinerja PT Kalbe Farma Tbk
Variabel 2010 2011 2012 2013 2014
Investor memiliki sejumlah harapan atas
sejumlah pengembalian atas investasinya Frekuensi 249 259 431 823 1.088
saat ini. Jika dari tahun ke tahun perusahaan ( ribuan
memiliki keuntungan yang cukup kali )
signifikan, tentu investor cenderung ROA (%) 19,14 18,61 18,82 17,71 17,14
memilki harapan yang cukup optimis atas
pengembalian dananya. Sementara jika ROE (%) 23,32 23,63 24,04 23,58 21,69
perusahaan pada tahun-tahun terakhir
PER (X) 24,52 22,43 30,38 29,23 40,29
mengalami kerugian, maka investor akan
Fenomena Saham Tidak ... (Bety Farandani)415

Berdasarkan data dari Bursa Efek yang digunakan sebagai sarana investasi
Indonesia pada tahun 2012 ada sekitar 100 publik. Jumlah saham beredar adalah
saham emiten masuk dalam kategori jumlah total saham perusahaan yang berada
saham yang tidak banyak ditransaksikan ditangan investor, dimana angka jumlah
atau saham tidur. Hingga Desember 2014 saham beredar tidak termasuk saham yang
perusahaan yang tercatat sahamnya di telah dibeli kembali oleh perusahaan.
Bursa Efek Indonesia sebanyak 507
perusahaan, dan terdapat 27 saham yang Kapitalisasi Pasar
memiliki total transaksi dibawah 300 kali Kapitalisasi pasar adalah total nilai surat
dalam setahun, dan tergolong saham tidur. berharga yang diterbitkan oleh berbagai
Peneliti menemukan beberapa perusahaan perusahaan di dalam satu pasar. Kapitalisasi
yang tergolong sebagai saham yang tidak pasar memberikan gambaran seberapa besar
aktif diperdagangkan memiliki kinerja harga suatu perusahaan ketika dijual di
perusahaan yang cukup baik apabila pasar. Kapitalisasi pasar Bursa Efek
dibandingkan dengan kinerja perusahaan Indonesia (BEI) dihitung dari jumlah saham
saham aktif. Maka dari itu, penulis tertarik yang tercatat di BEI dikalikan dengan harga
mengambil topik penelitian: “Fenomena saham masing-masing perusahaan.
Saham Tidak Aktif dan Saham Aktif di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – Kinerja Perusahaan
2014” Kinerja suatu perusahaan merupakan
hasil dari suatu proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya yang
Kajian Teori dimiliki. Saat mengukur kinerja perusahaan,
Saham aktif dan saham tidak aktif laporan keuangan sering kali dijadikan
Saham merupakan tanda penyertaan dasar pengukuran baik dan buruknya
atau kepemilikan seseorang terhadap suatu kinerja perusahaan. Menurut Sucipto
badan, dan merupakan instrumen (2003), Kinerja keuangan adalah penentuan
keuangan yang aktif diperdagangkan di ukuran-ukuran tertentu yang dapat
lantai bursa. Menurut Surat Edaran Bursa mengukur keberhasilan suatu perusahaan
Efek Jakarta No. SE-03/BEJ/II-1/1994, dalam menghasilkan laba.
kriteria saham aktif yang diperdagangkan Laporan keuangan adalah beberapa
adalah saham yang memiliki frekuensi lembar kertas dengan angka-angka yang
perdagangan minimal 300 kali atau lebih tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk
dalam setiap tahunnya. Apabila suatu memikirkan aset-aset nyata yang berada
saham memiliki frekuensi perdagangan dibalik angka tersebut (Brigham &
dibawah standar tersebut, maka saham Houston, 2012). Menurut Munawir (2002)
tersebut dikategorikan sebagai saham yang laporan keuangan merupakan alat yang
tidak aktif diperdagangkan atau saham sangat penting untuk memperoleh informasi
tidur. sehubungan dengan posisi keuangan dan
hasil-hasil yang telah dicapai oleh
Harga Saham perusahaan yang bersangkutan.
Harga saham merupakan harga yang Dalam menganalisis laporan keuangan,
digunakan dalam melakukan transaksi pasar rasio keuangan digunakan sebagai alat
modal yang terbentuk dari mekanisme untuk menilai kinerja perusahaan melalui
pasar, yaitu permintaan dan penawaran laporan keuangan perusahaan yang
pasar (Jogiyanto, 2008). bersangkutan. Rasio keuangan terdiri dari
beberapa rasio keuangan, namun peneliti
Jumlah Saham Beredar memilih menggunakan tiga rasio berikut
Saham beredar adalah sejumlah saham yang sebagai alat ukur terhadap kinerja
dikeluarkan/diterbitkan oleh perusahaan perusahaan, antara lain:
Fenomena Saham Tidak ... (Bety Farandani)416

1. Return On Asset ( ROA ) perusahaan memiliki laba per lembar


Return On Asset ( ROA ) digunakan saham yang rendah, dan
untuk mengukur efiktivitas mencerminkan tingginya harga
perusahaan di dalam menghasilkan perlembar saham suatu perusahaan.
keuntungan dengan memanfaatkan Menurut Fahmi (2012), Price Earning
aktiva yang dimilikinya. Semakin Ratio (PER) dirumuskan sebagai
besar nilai ROA semakin besar pula berikut:
tingkat keuntungan yang dicapai oleh
perusahaan dan semakin baik posisi Harga pasar per lembar saham
PER =
perusahaan tersebut dari segi Laba per lembar saham (EPS)
penggunaan aset, dan sebaliknya
apabila nilai ROA kecil, maka tingkat Kerangka Pikir
keuntungan yang dicapai oleh Kinerja perusahaan yang sahamnya
perusahaan akan kecil dan posisi tergolong saham tidak aktif masih menjadi
perusahaan dari segi penggunaan aset pertanyaan besar, apakah benar saham
kurang baik. Menurut Brigham & perusahaan tersebut tidak laku di lantai
Houston (2012), Return On Asset bursa karena buruknya kinerja perusahaan
(ROA) dapat dirumuskan sebagai tersebut. Pada penelitian sebelumnya
berikut: menemukan bahwa saham tidur cenderung
berkinerja buruk yaitu tidak mengalami
Laba bersih setelah pajak pertumbuhan kinerja, bahkan beberapa
ROA = perusahaan diantaranya memiliki nilai
Total Aktiva
rasio negatif dan mengalami penurunan
2. Return On Equity (ROE) kinerja tiap tahunnya. Peneliti menemukan
Return On Equity menurut Brigham & beberapa perusahaan yang tergolong
Houston (2012) adalah rasio laba sebagai saham tidur memiliki kinerja
bersih terhadap ekuitas biasa; perusahaan yang cukup baik, apabila
mengukur tingkat pengembalian atas dibanding dengan perusahaan sejenis yang
investasi pemegang saham biasa. tergolong saham aktif. Dalam menilai
Return On Equity (ROE) digunakan kinerja perusahaan, digunakan beberapa
untuk mengukur besarnya rasio keuangan, antara lain: Return on
pengembalian terhadap investasi para Assets (ROA), Return on Equity (ROE),
pemegang saham. Menurut Brigham dan Price Earning Ratio (PER).
& Houston (2012) ROE dapat Return on Assets (ROA) yang tinggi
dirumuskan sebagai berikut: menggambarkan kinerja perusahaan yang
bagus dan kemampuan menghasilkan laba
Laba bersih setelah pajak yang besar. Apabila ROA suatu
ROE =
Total ekuitas perusahaan mengalami kenaikan, maka
perusahaan tersebut dapat dikatakan
3. Price Earning Ratio (PER) berhasil dalam mengelola perusahaannya.
Menurut Husnan (2000), Price Hal tersebut dapat menarik investor untuk
Earning Ratio (PER) merupakan rasio membeli saham tersebut, sehingga
pasar yang mengindikasikan permintaan akan saham tersebut
penghargaan investor terhadap kinerja meningkat. Meningkatnya permintaan
perusahaan yang ditunjukkan dalam saham, berakibat pula pada meningkatnya
Earning Per Share (EPS), dengan kata frekuensi perdagangan saham, sehingga
lain Price Earning Ratio (PER) Return On Asset (ROA) berpengaruh
menggambarkan apresiasi pasar positif terhadap frekuensi perdagangan.
terhadap kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Nilai PER
yang tinggi menunjukkan bahwa
Fenomena Saham Tidak ... (Bety Farandani)417

Ha1: Return on Asset (ROA) tidak Ha3: Price Earnings Ratio (PER) tidak
berbeda antara saham tidak aktif berbeda antara saham tidak aktif
dan saham aktif. dan saham aktif.

Semakin tinggi Return On Equity


(ROE) menandakan perusahaan dapat METODOLOGI
beroperasi dengan efisien yang akan
menarik minat investor untuk berinvestasi. Jenis Penelitian
Return On Equity (ROE) berpengaruh Penelitian ini termasuk dalam kategori
positif terhadap frekuensi perdagangan penelitian komparatif dengan
saham, apabila Return On Equity (ROE) menggunakan pendekatan kuantitatif.
suatu perusahaan mengalami kenaikan Penelitian komparatif dalam penelitian ini
maka perusahaan tersebut dapat dikatakan dimaksudkan untuk mendapatkan
berhasil dalam mengelola perusahaannya gambaran tentang perbedaan kinerja saham
sehingga permintaan akan saham tersebut tidak aktif dan saham aktif di Bursa Efek
meningkat. Hal tersebut berdampak pada Indonesia periode 2010-2014 dengan
meningkatnya pula frekuensi perdagangan melihat pada nilai Return on Asset (ROA),
saham. Return on Equity (ROE), dan Price
Ha2: Return onEquity (ROE) tidak Earning Ratio (PER).
berbeda antara saham tidak aktif Data yang digunakan dalam penelitian
dan saham aktif. ini adalah data sekunder berupa laporan
keuangan tahunan (annual report)
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Price Earning Ratio (PER) Bursa Efek Indonesia, dan dipublikasikan
menunjukkan potensi pertumbuhan suatu di www.idx.co.id.
perusahaan dan evaluasi pasar terhadap
penerimaan perusahaan. Investor Definisi Operasional Variabel Penelitian
seringkali menggunakan nilai Price Variabel yang akan dianalisis dalam
Earning Ratio (PER) untuk penelitian ini adalah faktor-faktor yang
membandingkan peluang investasi. mempengaruhi suatu saham menjadi
Penelitian yang dilakukan Mahesa (2010), saham tidur, yaitu jumlah saham beredar,
menemukan bahwa saham aktif memiliki harga saham, kapitalisasi saham, dan
nilai Price Earning Ratio (PER) yang kinerja perusahaan yang meliputi ROA,
lebih kecil dibandingkan nilai Price ROE, dan PER.
Earning Ratio (PER) saham-saham pasif. 1. Return On Asset ( ROA )
Nilai PER yang kecil lebih menarik Digunakan untuk mengukur efiktivitas
dibandingkan dengan nilai PER yang perusahaan di dalam menghasilkan
tinggi, karena nilai PER yang rendah keuntungan dengan memanfaatkan
disebabkan oleh laba per saham yang aktiva yang dimilikinya. Menurut
relatif tinggi dibandingkan dengan harga Brigham & Houston (2012), Return
sahamnya, sehingga memberikan tingkat On Asset (ROA) dapat dirumuskan
return yang lebih besar. Ketika investor sebagai berikut:
tertarik untuk membeli saham aktif karena
memberikan return yang lebih tinggi, maka Laba bersih setelah pajak
permintaan akan saham tersebut meningkat ROA =
Total Aktiva
dan menyebabkan nilai frekuensi
perdagangan saham menjadi meningkat 2. Return On Equity (ROE)
pula. Return On Equity (ROE) digunakan
untuk mengukur besarnya
pengembalian terhadap investasi para
Fenomena Saham Tidak ... (Bety Farandani)418

pemegang saham. Angka tersebut 2. Uji Normalitas


menunjukkan seberapa baik Untuk mendeteksi normalitas data
manajemen memanfaatkan investasi dapat dilakukan dengan uji metode
para pemegang saham. Menurut kolmogorov-smirnov test, dengan
Brigham & Houston (2012), ROE tujuan untuk mengetahui apakah
dapat dirumuskan sebagai berikut: sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berdistribusi normal atau
Laba bersih setelah pajak tidak. Kriteria pengujian sebagai
ROE =
Total ekuitas berikut:
a. Jika Asymptotic sig > 0.05, maka
3. Price Earning Ratio (PER) distribusi data normal (Uji
Menurut Husnan (2000), Price Independent sample t-test).
Earning Ratio (PER) merupakan rasio b. Jika Asymptotic sig < 0.05, maka
pasar yang mengindikasikan distribusi data tidak normal (Uji
penghargaan investor terhadap kinerja Mann Whitney U-test).
perusahaan yang ditunjukkan dalam
Earning Per Share (EPS), dengan kata 3. Uji Hipotesis
lain Price Earning Ratio (PER) Uji hipotesis bertujuan untuk
menggambarkan apresiasi pasar mengetahui ada tidaknya perbedaan
terhadap kemampuan perusahaan perbedaan antara dua kelompok
dalam menghasilkan laba. Menurut sampel yang diukur menggunakan
Fahmi (2012), Price Earning Ratio variabel yang sama. Pengujian
(PER) dirumuskan sebagai berikut: hipotesis dilakukan dengan
menggunakan Mann Whitney U-test,
Harga pasar per lembar saham karena data tidak berdistribusi normal.
PER =
Laba per lembar saham (EPS) Dalam uji ini dilakukan perbandingan
kinerja perusahaan yang diproksikan
Subjek Penelitian dengan Return On Assets (ROA),
Pengambilan sampel penelitian ini Return On Equity (ROE), dan Price
menggunakan teknik purposive sampling, Earning Ratio (PER) saham tidak
dan diperoleh sebanyak 27 perusahaan aktif dan saham aktif di Bursa Efek
saham tidak aktif dan 27 perusahaan Indonesia, apakah kedua kelompok
saham aktif periode 2010-2014. sampel tersebut mempunyai rata-rata
yang berbeda atau tidak.
Teknik Analisis Data Dasar pengambilan keputusan
Teknik analisis yang digunakan dalam berdasarkan hasil dari Mann Whitney
penelitian ini adalah uji beda dua sampel U-test adalah sebagai berikut:
independen, yang merupakan teknis a. Jika Asymptotic sig < 0.05, maka
analisis yang membandingkan dua data dapat disimpulkan bahwa Ho
dari subjek yang berbeda. ditolak, dan Ha diterima.
1. Statistik Deskriptif b. Jika Asymptotic sig > 0.05, maka
Menurut Ghozali (2011), Analisis dapat disimpulkan bahwa Ho
deskriptif berfungsi untuk diterima, dan Ha ditolak.
mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti,
yang dilihat dari rata- rata (mean),
standar deviasi, nilai maksimum dan
nilai minimum.
Fenomena Saham Tidak ... (Bety Farandani)419

HASIL PENELITIAN DAN tahun berturut-turut. Nilai


PEMBAHASAN maksimum harga saham tidak
aktif sebesar Rp189.000,00 yang
Analisis Deskriptif dimiliki PT Merck Tbk pada
1. Statistik deskriptif saham tidak aktif tahun 2013.
Hasil stastistik deskriptif saham e. Nilai rata-rata Return On Assets
tidak aktif di Bursa Efek Indonesia (ROA) saham tidak aktif di Bursa
periode 2010-2014 adalah sebagai Efek Indonesia periode 2010-
berikut: 2014 sebesar 5,23% dengan
a. Nilai rata-rata frekuensi standar deviasi 13,65%. Nilai
perdagangan saham tidak aktif di rata-rata yang lebih rendah dari
Bursa Efek Indonesia sebesar nilai standar deviasi menunjukkan
57,4963 kali dengan standar bahwa sebaran nilai Return On
deviasi 73,14 kali. Nilai minimum Assets (ROA) buruk. Nilai rata-
sebesar nol, yang berarti tidak ada rata Return On Assets (ROA)
transaksi perdagangan saham menunjukkan bahwa rata-rata
yang terjadi. Nilai maksimum efektivitas perusahaan dalam
saham tidak aktif sebesar 292 menghasilkan keuntungan dengan
kali. memanfaatkan aktiva yang
b. Nilai rata-rata kapitalisasi pasar dimiliki adalah sebesar 5,23%,
saham tidak aktif di Bursa Efek sedangkan masing-masing nilai
Indonesia sebesar 813.522 juta minimum dan maksimum adalah -
rupiah dengan standar deviasi 75,58% dan 43,42%. Perusahaan
sebesar 1.248.741 juta rupiah. dengan nilai Return On Assets
Nilai minimum kapitalisasi pasar (ROA) terendah terdapat pada PT
saham tidak aktif sebesar 9.275 Majapahit Securities Tbk pada
juta rupiah, dan nilai kapitalisasi tahun 2011 yaitu sebesar -
pasar maksimum sebesar 75.58%, sedangkan untuk nilai
6.608.250 juta rupiah. Return On Assets (ROA) tertinggi
c. Nilai rata-rata jumlah saham terdapat pada PT Merck Tbk pada
beredar saham-saham tidak aktif tahun 2010 yaitu sebesar 43,42%.
di Bursa Efek Indonesia sebesar f. Nilai rata-rata Return On Equity
1.736 juta lembar saham dengan (ROE) saham tidak aktif di Bursa
nilai standar deviasi sebesar 5.266 Efek Indonesia periode 2010-
juta lembar. Jumlah lembar saham 2014 sebesar 8,33% dengan
beredar minimum sebesar 3,5 juta standar deviasi 32,99%. Nilai
lembar yang dimiliki oleh PT rata-rata yang lebih rendah dari
Century Textile Industry Tbk. nilai standar deviasi menunjukkan
Jumlah lembar saham beredar bahwa sebaran nilai Return On
maksimum sebesar 28.067 juta Equity (ROE) buruk. Nilai rata-
lembar, dan dimiliki oleh PT rata Return On Equity (ROE)
Bank Jtrust Indonesia Tbk. menunjukkan bahwa rata-rata
d. Nilai rata-rata harga saham tidak efektivitas perusahaan dalam
aktif di Bursa Efek Indonesia menghasilkan keuntungan bagi
sebesar Rp7.499,57 dengan para pemegang saham adalah
standar deviasi sebesar sebesar 8,33%, sedangkan
Rp28.068,91. Nilai minimum masing-masing nilai minimum
harga saham tidak aktif sebesar dan maksimum adalah -153,82%
Rp50,- yang dimiliki PT Bank dan 161.46%. Perusahaan dengan
Jtrust Indonesia Tbk selama lima nilai Return On Equity (ROE)
Fenomena Saham Tidak ... (Bety Farandani)420

terendah terdapat pada PT Alam pada PT Alumindo Light Metal


Karya Unggul Tbk pada tahun Inds Tbk pada tahun 2013. Nilai
2014 yaitu sebesar -153,82%, maksimum saham aktif sebesar
sedangkan untuk nilai Return On 1.087.832 kali, dan terdapat pada
Equity (ROE) tertinggi terdapat PT Kalbe Farma Tbk tahun 2014.
pada PT Century Textile Industry b. Nilai rata-rata kapitalisasi pasar
Tbk pada tahun 2012 yaitu saham aktif di Bursa Efek
sebesar 161.46%. Indonesia sebesar 37.987.156 juta
g. Nilai rata-rata Price Earning rupiah dengan standar deviasi
Ratio (PER) saham tidak aktif di sebesar 72.041.784 juta rupiah.
Bursa Efek Indonesia periode Nilai minimum kapitalisasi pasar
2010-2014 sebesar 15,52x dengan saham aktif sebesar 60.300 juta
standar deviasi 57,93x. Nilai rata- rupiah, yang dimiliki PT
rata yang lebih rendah dari nilai Betonjaya Manunggal Tbk pada
standar deviasi menunjukkan tahun 2011, dan dilihat dari nilai
bahwa sebaran nilai Price kapitalisasi pasar, maka saham
Earning Ratio (PER) cenderung tersebut termasuk dalam jenis
heterogen. Data heterogen saham lapis ketiga, namun saham
menunjukkan bahwa ada variasi ini tidak termasuk sebagai saham
kelompok data nilai-nilai variabel tidur. Nilai kapitalisasi pasar
Price Earning Ratio (PER). Hal maksimum sebesar 331.796.858
ini menunjukkan bahwa saham juta rupiah yang dimiliki PT Bank
yang menjadi sampel dalam Mandiri (Persero) Tbk yang
penelitian ini memiliki presentase termasuk dalam jenis saham lapis
Price Earning Ratio (PER) yang pertama, dan disebut sebagai
cenderung berbeda jauh. Masing- saham blue chip.
masing nilai rata-rata Price c. Nilai rata-rata jumlah saham
Earning Ratio (PER) nilai beredar saham-saham aktif di
minimum dan maksimum adalah - Bursa Efek Indonesia sebesar
171,09x dan 469,35x. Perusahaan 8.898 juta lembar saham dengan
dengan nilai Price Earning Ratio nilai standar deviasi sebesar
(PER) terendah terdapat pada PT 11.147 juta lembar. Jumlah
Grahamas Citrawisata Tbk pada lembar saham beredar minimum
tahun 2013 yaitu sebesar - sebesar 40 juta lembar yang
171,09x, sedangkan untuk nilai dimiliki oleh PT Indofood Sukses
Price Earning Ratio (PER) Makmur Tbk pada tahun 2011.
tertinggi terdapat pada PT Panasia Jumlah lembar saham beredar
Indo Resources Tbk pada tahun maksimum sebesar 50.780 juta
2012 yaitu sebesar 469,35x. lembar, dan dimiliki oleh PT
Kalbe Farma Tbk pada tahun
2. Statistik deskriptif saham aktif 2012.
Hasil stastistik deskriptif saham d. Nilai rata-rata harga saham aktif
aktif di Bursa Efek Indonesia periode di Bursa Efek Indonesia sebesar
2010-2014 sebagai berikut: Rp3.708,43 dengan standar
a. Nilai rata-rata frekuensi deviasi sebesar Rp4.830,43. Nilai
perdagangan saham aktif di Bursa minimum harga saham aktif
Efek Indonesia sebesar 21.385,39 sebesar Rp65,- yang dimiliki PT
kali dengan standar deviasi Asiaplast Industries Tbk tahun
242.064,88 kali. Nilai minimum 2013, sedangkan nilai maksimum
sebesar 1.254 kali yang terdapat harga saham aktif sebesar
Fenomena Saham Tidak ... (Bety Farandani)421

Rp26.350,00 yang dimiliki PT pada tahun 2014 yaitu sebesar


United Tractors Tbk pada tahun 0,30%, sedangkan untuk nilai
2011. Return On Equity (ROE) tertinggi
e. Nilai rata-rata Return On Assets terdapat pada PT Bank Negara
(ROA) saham aktif di Bursa Efek Indonesia (Persero) Tbk pada
Indonesia periode 2010-2014 tahun 2014 yaitu sebesar 81,78%.
sebesar 7,75% dengan standar g. Nilai rata-rata Price Earning
deviasi 5,70%. Nilai rata-rata Ratio (PER) saham aktif di Bursa
yang lebih tinggi dari nilai standar Efek Indonesia periode 2010-
deviasi menunjukkan bahwa 2014 sebesar 15,04x dengan
sebaran nilai Return On Assets standar deviasi 13,09x. Nilai rata-
(ROA) baik. Nilai rata-rata rata yang lebih tinggi dari nilai
Return On Assets (ROA) standar deviasi menunjukkan
menunjukkan bahwa rata-rata bahwa sebaran nilai Price
efektivitas perusahaan dalam Earning Ratio (PER)
menghasilkan keuntungan dengan menunjukkan bahwa saham yang
memanfaatkan aktiva yang menjadi sampel dalam penelitian
dimiliki adalah sebesar 7,75%, ini memiliki presentase Price
sedangkan masing-masing nilai Earning Ratio (PER) yang tidak
minimum dan maksimum adalah berbeda jauh. Nilai minimum
0,06% dan 27,90%. Perusahaan Price Earning Ratio (PER) saham
dengan nilai Return On Assets aktif sebesar 0,04 kali, dan
(ROA) terendah terdapat pada PT terdapat pada PT Indofood Sukses
Alumindo Light Metal Inds Tbk Makmur Tbk. Nilai maksimum
pada tahun 2014 yaitu sebesar Price Earning Ratio (PER) saham
0,06%, sedangkan untuk nilai aktif sebesar 84,70 kali, dan
Return On Assets (ROA) tertinggi terdapat pada pada PT Alumindo
terdapat pada PT AKR Light Metal Inds Tbk tahun 2014.
Corporindo Tbk pada tahun 2011
yaitu sebesar 27,90%. Uji Normalitas
f. Nilai rata-rata Return On Equity Hasil uji normalitas dapat dilihat dari
(ROE) saham aktif di Bursa Efek tabel berikut:
Indonesia periode 2010-2014
sebesar 17,07% dengan standar Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
deviasi 12,30%. Nilai rata-rata Jenis Var. Sig. Taraf Kesimpulan
saham Sig.
yang lebih tinggi dari nilai standar Saham ROA 0,00 0,05 tidak normal
deviasi menunjukkan bahwa tidak
sebaran nilai Return On Equity aktif
(ROE) baik. Nilai rata-rata Return ROE 0,00 0,05 tidak normal
On Equity (ROE) menunjukkan
PER 0,00 0,05 tidak normal
bahwa rata-rata efektivitas
perusahaan dalam menghasilkan Saham ROA 0,00 0,05 tidak normal
keuntungan bagi para pemegang aktif
saham adalah sebesar 17,07%, ROE 0,01 0,05 tidak normal
sedangkan masing-masing nilai PER 0,00 0,05 tidak normal
minimum dan maksimum adalah
0,30% dan 81,78%. Perusahaan
dengan nilai Return On Equity
(ROE) terendah terdapat pada PT Berdasarkan hasil uji normalitas di
Alumindo Light Metal Inds Tbk atas, dapat diketahui bahwa seluruh data
Fenomena Saham Tidak ... (Bety Farandani)422

berdistribusi tidak normal, sehingga untuk tahun, diperoleh nilai signifikansi 0,00
melakukan teknik analisis data digunakan karena nilai signifikansi hitung lebih
alat analisis non parametrik yaitu Mann kecil dari nilai signifikansi yang
Whitney U-test. ditentukan (0,00<0,05), maka dapat
disimpulkan bahwaHo ditolak dan Ha
diterima. Hasil uji Mann Whitney U-
test menunjukkan bahwa terdapat
Uji Hipotesis
perbedaan Return On Assets (ROA)
Dalam melakukan uji hipotesis, teknik yang signifikan antara saham tidak
analisis data yang digunakan adalah Mann aktif dan saham aktif.2
Whitney U-test. Hasil Mann Whitney U- 2. Perbedaan Return onEquity (ROE)
test saham tidak aktif dan saham aktif, antara saham tidak aktif dan saham
sebagai berikut: aktif.
Hasil analisis data pada Return On
Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney U-test Equity (ROE), dengan
Variabel Sig Taraf Kesimpulan
Sig.
membandingkan kinerja saham tidak
ROA 0,00 0,05 signifikan aktif dan saham aktif selama lima
ROE 0,01 0,05 signifikan tahun, diperoleh nilai signifikansi 0,01
PER 0,028 0,05 signifikan karena nilai signifikansi hitung lebih
Pengujian hipotesis dilakukan untuk kecil dari nilai signifikansi yang
mengetahui apakah terdapat perbedaan ditentukan (0,00< 0,05), maka dapat
antara kinerja perusahaan yang disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diproksikan dengan Return on Asset diterima. Hasil uji Mann Whitney U-
(ROA), Return on Equity (ROE), dan test menunjukkan bahwa terdapat
Price Earnings Ratio (PER) antara saham perbedaan Return On Equity (ROE)
tidak aktif dan saham aktif di Bursa Efek yang signifikan antara saham tidak
Indonesia. Hasil Mann Whitney U-test aktif dan saham aktif.
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan 3. Perbedaan Price Earnings Ratio
yang signifikan variabel Return on Asset (PER) antara saham tidak aktif dan
(ROA), Return on Equity (ROE), dan saham aktif.
Price Earnings Ratio (PER) antara saham Hasil analisis data pada Price
tidak aktif dan saham aktif. Earning Ratio (PER), dengan
membandingkan kinerja saham tidak
aktif dan saham aktif selama lima
tahun, diperoleh nilai signifikansi
Pembahasan
0,028 karena nilai signifikansi hitung
Penelitian ini bertujuan untuk
lebih kecil dari nilai signifikansi yang
mengetahui perbedaan kinerja perusahaan
ditentukan (0,028< 0,05), maka dapat
saham tidak aktif dan saham aktif yang
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diukur menggunakan Return On Assets
diterima. Hasil uji Mann Whitney U-
(ROA), Return On Equity (ROE), dan
test menunjukkan bahwa terdapat
Price Earning Ratio (PER). Pengujian
perbedaan Price Earning Ratio (PER)
hipotesis menggunakan Mann Whitney U-
yang signifikan antara saham tidak
test memperoleh hasil sebagai berikut:
aktif dan saham aktif.
1. Perbedaan Return on Asset (ROA)
antara saham tidak aktif dan saham
aktif.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil analisis data pada Return On
Simpulan
Assets (ROA), dengan
Berdasarkan hasil penelitian dan
membandingkan kinerja saham tidak
pembahasan, maka dapat ditarik
aktif dan saham aktif selama lima
Fenomena Saham Tidak ... (Bety Farandani)423

kesimpulan dari penelitian ini adalah Saran


sebagai berikut: Berdasarkan kesimpulan, dan
1. Terdapat perbedaan yang signifikan keterbatasan penelitian ini, maka peneliti
antara nilai Return On Assets (ROA) menyampaikan beberapa saran sebagai
saham tidak aktif dengan Return On berikut:
Assets (ROA) saham aktif di Bursa 1. Pada penelitian selanjutnya disarankan
Efek Indonesia periode 2010-2014. untuk menambah variabel lain yang
Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji dapat mempengaruhi kinerja
Mann Whitney U-test sebesar 0,00 perusahaan, meneliti lebih lanjut
dengan tingkat signifikansi (α=0,05). faktor-faktor yang menyebabkan suatu
2. Terdapat perbedaan yang signifikan saham menjadi saham aktif atau tidak
antara nilai Return On Equity (ROE) aktif, serta memilih sampel saham
saham tidak aktif dengan Return On aktif yang lebih dapat mewakili
Equity (ROE) saham aktif di Bursa kinerja perusahaan saham aktif,
Efek Indonesia periode 2010-2014. misalnya saham yang termasuk dalam
Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji Indeks LQ45.
Mann Whitney U-test sebesar 0,01 2. Bagi investor, disarankan untuk
dengan tingkat signifikansi (α=0,05). menghindari saham tidak aktif, karena
3. Terdapat perbedaan yang signifikan saham tidak aktif memiliki kinerja
antara nilai Price Earning Ratio yang kurang baik. Investor juga perlu
(PER) saham tidak aktif dengan Price memperhatikan frekuensi perdagangan
Earning Ratio (PER) saham aktif di saham suatu saham supaya tidak salah
Bursa Efek Indonesia periode 2010- berinvestasi pada saham yang
2014. Hal ini ditunjukkan dengan hasil berpontensi menjadi saham tidur.
uji Mann Whitney U-test sebesar 0,028
dengan tingkat signifikansi (α=0,05).

Keterbatasan Penelitian DAFTAR PUSTAKA


Penelitian ini masih mempunyai Alwi, Iskandar. (2003). Pasar Modal:
beberapa keterbatasan, diantaranya sebagai Teori dan Aplikasi. Jakarta:
berikut: Nasindo Internusa.
1. Penentuan jumlah sampel saham aktif
yang dilakukan berdasarkan kriteria Brigham, Eugine F. and Joel F. Houston
tertentu (purposive sampling) dalam diterjemahkan oleh Ali Akbar
penelitian ini belum ada mewakili Yulianto. (2006). Dasar-Dasar
kinerja perusahaan saham aktif secara Manajemen Keuangan buku 1
keseluruhan, karena banyaknya saham edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
yang termasuk dalam kategori saham
Fahmi, Irham. (2012). Analisis kinerja
aktif.
keuangan. Bandung: Alfabeta.
2. Variabel dalam penelitian ini terbatas
hanya pada Return On Assets (ROA), Fahmi, Irham & Hadi, Yovi. (2012). Teori
Return On Equity (ROE), dan Price portofolio dan analisis investasi.
Earning Ratio (PER) sebagai proksi Bandung: Alfabeta.
yang dipilih untuk menilai kinerja
perusahaan, padahal masih banyak Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis
rasio keuangan lain yang dapat Multivariate Dengan Program SPSS.
digunakan untuk menilai kinerja Semarang: Badan Penerbit
perusahaan. Universitas Diponegoro.
Fenomena Saham Tidak ... (Bety Farandani)424

Hadi, Nor. (2013). Pasar modal: acuan Tjiptono Darmadji dan Hendy M.
teoritis dan praktis investasi di Fakhruddin. (2006). Pasar Modal Di
Instrumen keuangan pasar modal. Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Yogyakarta: graha ilmu.
Wira, Variyetmi, dan Elfitri Santi. (2012).
Hartono, Jogiyanto. (2008). Teori Analisis kinerja keuangan
Portofolio dan Analisis Investasi. perusahaan terhadap likuiditas
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. saham pada perusahaan yang listing
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Kasmir. (2010). Analisis laporan akuntansi dan manajemen, Volume 7
keuangan. Jakarta: rajawali pers. Nomor 2 Desember 2012.
Mahesa, Lucky. (2010). Pengaruh www.idx.co.id
Aktivitas Perdagangan Saham
Terhadap Nilai PER dan Tingkat
Pengembalian Saham Pada Industri
Manufaktur yang Terdaftar di BEI.
Jurnal Manajemen dan Bisnis
Fakultas Ekonomi Universitas
Andalas.
Maryani. (2012). Analisis Likuiditas
Saham Sebelum dan Sesudah
Pelaksanaan Reserve Stock Split di
Bursa Efek Indonesia (periode 2001-
2007). Skripsi: Pendidikan
Akuntansi Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung.

Sihombing, Erpina DC. (2014). Fenomena


Saham Tidur dan Kinerjanya. Jurnal
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana,
Volume XVII No.2, Agustus 2014.

Slamet, Munawir. (2002). Analisa laporan


keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Sucipto. (2003). Penilaian Kinerja
Keuangan. Jurnal Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatra Utara Medan.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Bisnis : Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tandelilin, Eduardus. (2007). Analisis
investasi dan manajemen portofolio.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen