Sie sind auf Seite 1von 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan

pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “TINEA

MANUS” yang diajukan sebagai persyaratan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Terima kasih

penulis ucapkan kepada dokter pembimbing yaitu dr. Michael Warouw, Sp.KK yang telah

bersedia membimbing penulis, sehingga laporan kasus ini dapat selesai pada waktunya.

Penulis memohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat kesalahan, dan

penulis memohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan laporan kasus ini. Atas

perhatian dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.

Tanggerang, 17 Mei 2016

Penulis

A. IDENTITAS PASIEN

No. RM :
0
Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Agama :

Suku :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Status :

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilaksanakan secara autoanamnesis pada tanggal 14 November 2016

pukul 10.00 WIB di poliklinik kulit dan kelamin RSUD Dr. Adhyatma Tugurejo

Semarang.

 Keluhan Utama :
Gatal pada kedua telapak tangan dan kedua tungkai kaki.

 Perjalanan Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Dr. Adhyatma Tugurejo Semarang

pada tanggal 14 November 2016 dengan keluhan gatal pada kedua telapak tangan dan

kedua tungkai kaki. Keluhan gatal dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien

hanya merasakan gatal pada sela-sela jari tangan dan kaki saja, namun lama kelamaan

muncul bercak kemerahan dan dirasakan semakin meluas. Pasien juga mengeluhkan rasa

gatal ini sangat mengganggu aktivitas dalam bekerja sehingga pasien sering

menggaruknya. Keluhan dirasakan semakin memberat terutama saat berkeringat. Pasien


1
sehari hari bekerja sebagai buruh angkut beras pasien menggunakan sarung tangan selama

7 jam dalam sehari. Pasien jarang mengganti dan mencuci sarung tangan. Keluhan gatal

ditempat lain, nyeri, panas, perih, rasa terbakar disangkal. Pasien mengaku telah memberi

obat salep di warung namun keluhan tidak berkurang.

Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal pasien. Riwayat asma dan

penyakit alergi disangkal. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga juga disangkal.

Pasien biasanya mandi 2x dalam sehari, mengganti pakaiannya 2x dalam sehari dan

menggunakan handuk sendiri. Pasien mencuci pakaian sendiri dengan sabun biasa dan

disetrika.

 Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat sakit seperti ini : disangkal
- Riwayat sakit kulit lain : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal

 Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat sakit seperti ini : disangkal
- Riwayat penyakit kulit : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Alergi : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
 Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
Pasien biasanya mandi 2x dalam sehari, mengganti pakaiannya 2x dalam sehari dan

menggunakan handuk sendiri. Pasien mencuci pakaian sendiri dengan sabun biasa dan

disetrika. Pasien juga tidak ada mengonsumsi obat-obatan rutin. Pasien tidak merokok

dan tidak minum alkohol maupun obat-obat terlarang. Lingkungan sekitar pasien tidak

ada yang memiliki keluhan serupa. Pasien menggunakan asuransi BPJS.

C. Pemeriksaan Fisik

2
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Senin, 14 November 2016, pukul 10.30 WIB

Keadaan umum Baik,

Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 E4M6V5

Tekanan darah : 110/90 mmHg

Nadi : 76x/menit, regular

Laju napas : 12x/menit

Suhu : afebris

Status Generalisata

Kepala : Normocephali, rambut hitam, tidak ditemukan kelainan


Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada madarosis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Telinga : Normal, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-)
Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada kelainan kulit

Thoraks : Bentuk dada normal, tidak ada pektum ekskavatum ataupun


pektum karinatum.

Pemeriksaan palpasi, perkusi dan auskultasi jantung dan paru


tidak dilakukan

Abdomen : Pada inspeksi tidak ditemukan adanya kelainan.

Pemeriksaan auskultasi, palpasi dan perkusi abdomen tidak


dilakukan

Ekstremitas atas : lesi (+) pada kedua telapak tangan, warna tidak sama dengan

warna kulit sekitar.


Ekstremitas bawah : lesi (+) pada kedua telapak tangan, warna tidak sama dengan

warna kulit sekitar.

3
 Status Dermatologis :

Inspeksi

1. Lokasi : regional ( manus et pedis dextra et sinitra )


2. Morofologi :
 UKK primer : plakat eritema, erosi
 UKK sekunder : skuama
3. Distribusi : regional
4. Konfigurasi : ukuran numular sampai plakat, bentuk tidak teratur

Palpasi : suhu sama dengan sekitar, teraba kasar dan berbatas tegas, nyeri tekan (-),
perih (-), panas (-), gatal (+).

Efloresensi : tidak dilakukan

 Status Venereologi : tidak dilakukan

D. Resume dan Perjalanan Penyakit :

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Dr. Adhyatma Tugurejo Semarang

pada tanggal 14 November 2016 dengan keluhan gatal pada kedua telapak tangan dan kedua

tungkai kaki. Keluhan gatal dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien hanya

merasakan gatal pada sela-sela jari tangan dan kaki saja, namun lama kelamaan muncul

bercak kemerahan dan dirasakan semakin meluas. Pasien juga mengeluhkan rasa gatal ini

sangat mengganggu aktivitas dalam bekerja sehingga pasien sering menggaruknya. Keluhan

dirasakan semakin memberat terutama saat berkeringat. Pasien sehari hari bekerja sebagai

buruh angkut beras pasien menggunakan sarung tangan selama 7 jam dalam sehari. Pasien

jarang mengganti dan mencuci sarung tangan. Keluhan gatal ditempat lain, nyeri, panas,

perih, rasa terbakar disangkal. Pasien mengaku telah memberi obat salep di warung namun

keluhan tidak berkurang.

4
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal pasien. Riwayat asma dan

penyakit alergi disangkal. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga juga disangkal. Pasien

biasanya mandi 2x dalam sehari, mengganti pakaiannya 2x dalam sehari dan menggunakan

handuk sendiri. Pasien mencuci pakaian sendiri dengan sabun biasa dan disetrika.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status dermatologis lokasi lesi pada manus et

pedis dextra et sinistra, morfologi didapatkan UKK primer yaitu plakat eritema, erosi dan

UKK sekunder yaitu skuama. Distribusi lesi regional, konfigurasi yaitu ukuran numular

sampai plakat, bentuk tidak teratur. Pada palpasi suhu sama dengan sekitar,

teraba kasar dan berbatas tegas, nyeri tekan (-), perih (-), panas (-), gatal (+)

E. DIAGNOSIS BANDING :

- Tinea Manus et Pedis

- Dermatitis Kontak

- Psoriasis

- Kandidiasis

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
 Pemeriksaan Woodlamp : Tidak dilakukan.
 Diagnostik:

Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan mikroskopis adalah pemeriksaan utama dalam kasus tinea. Material yang

diperiksa diambil dari area lesi yang aktif yang diletakkan pada gelas objek yang

diberi KOH 10% lalu diperiksa di bawah miskroskop. Hasil pemeriksaan positif bila

5
pada gambaran dibawah miskroskop terlihat spora yang menandakan infeksi jamur

aktif dan pseudohifa atau yeast (2,3)


Pada pasien : tidak dilakukan
Pemeriksaan kultur : Tidak dilakukan.
Pemeriksaan kultur memiliki beberapa hambatan berupa biaya mahal serta waktu

yang lama sehingga tidak secara rutin dilakukan. Namun pemeriksaan kultur

dibutuhkan ketika terapi oral jangka panjang diberikan dan bila diagnosis meragukan.

Kultur sediaan yang biasa dilakukan pada media Sabourod’s Dextrose Agar (SDA).(3,4)
G. Diagnosis Kerja
- Tinea Manus et Pedis Desktra et Sinistra

H. PENATALAKSANAAN

1. UMUM

a. Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah

lesi selalu kering

b. Meningkatkan kebersihan dan menghindari pemakaian sarung tangan , sepatu

ataupun kaos kaki yang lembab

c. Jangan memakai peralatan pribadi secara bersama-sama(4,5)

2. KHUSUS

a. Topikal

Antijamur : Ketokonazol cream 2 kali sehari

b. Sistemik

Pada Pasien :

1. Itraconazole tablet 100mg 1xI

2. Cetirizine tablet 10 mg 1xI

3. Miconazole cream 10 gr + Hidrokortisone cream 10 gr 2x Apllic (Setelah

mandi)

I. PROGNOSIS
6
Quo Ad vitam : ad bonam
Quo Ad functionam : ad bonam
Quo Ad cosmeticam : ad bonam
Quo Ad sanationam : ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Dermatofitosis adalah Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofit


disebut " Dermatofitosis ". Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena
mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat
menyerang lapisanlapisan kulit mulai dari stratum korneurm sampai dengan stratum basalis.

2. Etiologi

Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari tiga genus
yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan Epidermofiton. Dari 41 spesies dermafito yang
sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan
binatang yang terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies
Epidermafiton.

3. Cara Penularan

Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari
manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang

7
dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air. Disamping cara penularan
tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor :

A. Faktor virulensi dari dermatofita

Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik,
Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda
pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-
bagian dari tubuh Misalnya : Trikofiton rubrum jarang menyerang rambut,
Epidermatofiton flokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.

B. Faktor trauma

Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.

C. Faktor-suhu dan kelembaban

Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada
lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari
paling sering terserang penyakit jamur ini.

D. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan

Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden
penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini
lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.

E. Faktor umur dan jenis kelamin

Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan


orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela
jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping
faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh
(topi, sepatu dan sebagainya), faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang
serba nilan, dapat mempermudah penyakit jamur ini.
8
4. Manifestasi Klinik

Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu bercak-
bercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga memberikan
kelainan-kelainan yang polimorf, dengan bagian tepi yang aktif serta berbatas tegas sedang
bagian tengah tampak tenang . Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila
kulit yang gatal ini digaruk maka papul-papul atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga
menimbulkan daerah yang erosi dan bila mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang
bentuknya menyerupai dermatitis (ekzema marginatum) , tetapi kadang-kadang hanya berupa
makula yang berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan bila ada infeksi sekunder menyerupai
gejala-gejala pioderma (impetigenisasi).

Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita dengan dibubuhi tempat
bagian tubuh yang terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian dermatofitosis sebagai
berikut :

 Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala dan rambut


 Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).

 Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas
sampai ke daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila

 Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama
telapak tangan dan kaki serta sela-selajari.

 Tinea Unguium : bila menyerang kuku

 Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.

 Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik
yang khas.

5. Pemeriksaan penunjang

 Kerokan kulit dengan KOH 10% : terlihat elemen-elemen jamur

 Sinar Wood : efloresensi positif


9
 Biakan skuama pada media sabouraud dalam 1-2 minggu menghasilkan
pertumbuhan koloni ragi

6. Diangnosa Banding

1. Dermatitis Kontak Alergi(DKA) à dermatitis yang disebabkan oleh


bahan/substansi yang menempel pada kulit, yang terjadi pada individu yang telah
mengalami sensitisasi terhadap suatu bahan/penyebab allergen.

Gejala klinis : Muncul setelah beberapa hari setelah pajanan, di tempat-tempat yang
terkena pajanan tersebut. Fase akut à papul pruritik dan vesikel dengan dasar eritem.
Plak pruritik yang telah mengalami likenifikasi dapat mengindikasikan DKA kronik.

2. Dermatitis Kontak Iritan (DKI) à Karena pajanan dengan bahan yang bersifat
iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk
kayu. Kelainan kulit yang terjadi sangat beragam bergantung pada sifat iritan.

Gejala klinis : DKI akut : kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, bula, mungkin juga
nekrosis, tepi kelainan berbatas tegas, dan pada umumnya asimetris, reaksi terbatas
hanya pada tempat kontak. DKI kronik kumulatif: kulit kering, disertai eritema,
skuama, yang lambat laun menjadi tebal(hyperkeratosis) dengan likenifikasi, yang
difus.

Diagnosis Banding Tinea Manus Dermatitis Kontak


Epidemiologi Semua orang dari golongan Semua golongan umur dan

umur, ras dan jenis kelamin jenis kelamin (wanita paling

sering). yang berhubungan

dengan pekerjaan, misal:

tukang cuci, juru masak,

tukang kebun dll.

10
Didaerah kulit telapak Tangan (paling sering),

tangan, punggung tangan, lengan, wajah, telinga, leher,

Predileksi jari-jari tangan serta daerah badan, genitalia, paha dan

interdigital tungkai bawah.

Akut :

Sedikit gatal, bercak

eritomatosa, batas tegas,

dapat diikuti dengan edema,

papulovesikel, vesikel atau


Sangat gatal, perih, berbatas
bula pecah menimbulkan
tegas, dengan pinggiran yang
Gejala Klinis erosi dan eksudasi (basah)
aktif.
Kronis :

Kulit kering, berskuama,

papul, likenifikasi dan

mungkin fisura, batas tidak

jelas.

7. Penatalaksanaan

 Pengobatan Pencegahan :

- Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika
faktor-faktor lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan
lambat. Daerah intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah mandi harus
dikeringkan betul dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur.

11
- Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air
panas.

 Terapi Topikal

Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot,
telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja.
Terapi topikal yang dapat diberikan adalah, asam slisilat, preparat triazol, atau
preparat holoprogin krim.

 Terapi sistemik

Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin. Griseofulvin


adalah suatu antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies penisillium.
Obat ini sangat manjur terhadap segala jamur dermatofitosis. Griseofulvin diserap
lebih cepat oleh saluran pencernaan apabila diberi bersama-sama dengan makanan
yang banyak mengandung lemak, tetapi absorpsi total setelah 24 jam tetap dan
tidak dipengaruhi apakah griseofulvin diminum bersamaan waktu makan atau
diantara waktu makan. Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian
pengobatan dilakukan 4 x sehari , 2 x sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak
dianjurkan 5 mg per kg berat badan dan lamanya pemberian adalah 10 hari. Salep
ketokonasol dapat diberikan 2 x sehari dalam waktu 14 hari

8. Prognosis

Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab


penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila
faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat
hilang sempurna.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Tinea Pedis et Manus, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima.

Jakarta. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2005, Hal : 148-150

2. Fitzpatrick Thomas B. Dermatology In General Medicine Seventh Edition. United

State Of America. McGraw-Hill inc, 2005, Page : 158-160

3. Pohan S. Tinea Pedis, Pedoman diagnosis Dan Terapi Bagian Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya Edisi III. Surabaya.

2005, Hal :9-10


13
4. Abdullah, Benny. Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit. Hal :

196-198

5. Harahap Marwali. Tinea Pedis et Manus, Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta,

2000, Hal :19-20

6. Andrianto P. Kapita Selekta Dermato-Venerologi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

EGC, 2005, Hal :52-63

14

Das könnte Ihnen auch gefallen