Sie sind auf Seite 1von 18

Warisan

Cerpen Karangan: Muhammad Fathur J.

Cerpen ke-1

Lisa, seorang anak remaja yang masih duduk dibangku sekolah menengah atas. Dia anak
dari keluarga yang kurang mampu. Beda dengan teman-temannya yang memiliki materi
yang berkecukupan. Suatu hari, di kantin sekolah ramai anak-anak yang sedang membahas
barang-barang baru yang mereka miliki seolah sedang berlomba siapa yang paling kaya di
bangku itu.

“Eh, liat ini hape baruku, bagus kan? Dapat warisan dari keluargaku” kata arni. “Liat ini
laptop baruku canggih dapat warisan juga dari kakekku” kata yuli. “kalung baruku cantik
pacarku kasih dapat warisan juga kayaknya” kata mira. Mereka saling menyombongkan satu
sama lain membuat Lisa kesal dan pergi dari kantin tersebut.

Di rumah Lisa, ibunya tengah sakit. Lisa yang memendam kekesalan, dia melampiaskan
pada ibunya. “ibu kita kenapa miskin bu? Tidak adakah warisan dari keluarga kita bu?” kata
Lisa. Ibunya memberikan Baju Adat Bugis yang biasa dipakainya saat menari. Namun, Lisa
yang tidak mengerti maksud dari pemberian itu malah kembali marah “apa maksudnya bu!?
Apa Cuma ini warisanmu!? Warisan dari keluarga kita!? Saya tahu ibu dulu penari adat
bugis, tapi… (sambil terisak tangis)” kata Lisa sambil terisak tangis, lari menuju kamarnya.

Dalam kamarnya, Lisa mengenang masa lalunya ketika dia masih melihat ibunya sedang
menari. “Ibu, cantik sekali, pintar menari Lisa mau kayak ibu” kata Lisa kecil. “Lisa juga
cantik, ini adalah warisan kita anakku, warisan yang melebihi kekayaan manapun, karena
hanya di tanah ini warisan ini lahir dan di tanah inilah warisan ini harus selalu diwariskan
kepadamu dan anak-anak yang ada di tanah ini, jadi kita harus hargai dan menjaga warisan
kita agar selalu membudaya di tanah ini dan negeri seberang” Ibu Lisa. Kembali ke masa ini,
Lisa keluar dari kamarnya dan mengambil baju tersebut, mengenakannya, dan menari
seperti ibunya.
Ketika Si Tomboy Berkerudung

Cerpen Karangan: Alyaniza Nur Adelawina

Cerpen ke-2

Ratu Anggitha Jovintha namanya. Biasa dipanggil Anggi (sekolah, teman seperumahan)
atau Githa (keluarga). Dilihat dari namanya, kalian berpikir bahwa Anggi sosok yang
Feminin, bukan? Jika berpikiran seperti itu, kalian salah besar! Sebaliknya, dia saangaaat
tomboy. Rambut dipotong seperti laki-laki, di kamar bertebaran poster-poster nggak jelas, di
kamar serba robot atau karakter Marvel, ahh.. Pokoknya serba cowok, deh! Ia juga
berteman sama cowok. Tapi, ia tetap disegani guru karena ia sopan dan murid yang pintar.

Anggi mengayuh sepeda lipat hitamnya, menuju sekolah. Sesampai di parkiran, ia


menyetandarkan sepedanya. Ia menuju kelas seraya menggendong tas hitamnya. “Woy,
Nggi!” seru teman sekelas, sekaligus sohibnya, Hendri. “Napa, Ndri?” tanya Anggi seraya
meletakkan tasnya di rak tas, belakang kelas. Hendri menghampiri Anggi. “Loe udah
ngerjain pr Ipa?” tanyanya. “Dah, gue dah tau, kok. Loe mau nyontek, nih..,” jawab Anggi,
lalu mengulurkan buku Pr Ipa. “Thanks ya,” ucapnya. Dia menyalin jawaban Anggi.
Sesiapnya, dia mengembalikan bukunya pada pemiliknya.

Ding… Dong… Bell…!!!

Bunyi bell masuk. Seluruh murid masuk kekelas masing-masing. Anggi mengeluarkan buku
Pr Ipa, buku tulis Ipa, Buku Paket Ipa, LKS Prima, dan Alat Tulis. Usai berdoa menurut
kepercayaan masing-masing, Pak Eko, guru Ipa kelas Anggi masuk. “Baik anak-anak!
Kumpulkan Pr yang bapak berikan seminggu yang lalu,” ucap Pak Eko. Semua
mengumpulkan. Hanya 3 anak yang tidak mengumpulkan, yaitu Adzra, Isyah dan Qiqih.
Mereka kena hukuman Pak Eko.

Ding… Dong… Bell…!!!

Bunyi bell istirahat. Seluruh murid berhamburan ke luar kelas. Anggi bersama teman-teman
dekat cowoknya, bermain sepak bola.

Grup Anggi dengan grup lawan hanya beda 2 poin. Grup Anggi yang menang. Grup Anggi
iuran, dan makan bersama teman bermain sepak bolanya. Itulah aturannya. Jika tim yang
menang, akan mentraktir tim yang kalah. Persahabatan yang erat.

Ding… Dong… Bell…!!

Bunyi bell pelajaran kedua. Semua siswa berdesak masuk kekelas. Anggi mengambil buku
paket PAI (PELAJARAN AGAMA ISLAM), Buku tulis PAI, LKS THAWAF, dan Buku Pr PAI.
Tak lupa alat tulis. Anggi menuju Ruang PI (Pelajaran Islam). Itu khusus yang beragama
muslim. Dan yang non-Muslim, ada ruang masing-masing. Anggi segera duduk di
bangkunya. Bu Aminah, selaku guru PAI, masuk ke ruang PI.
“Baik, buka halaman 54. Bab 4. Judulnya Tentang Kerudung,” perintah beliau. Anggi
membuka Buku Paket Halaman 54. “Baik, ibu terangkan sedikit. Kerudung identik dengan
wanita muslim. Itu suatu kewajiban bagi wanita muslim. Perlu diketahui, seorang wanita
yang sudah baligh, diwajibkan untuk menutupi aurat. Aurat wanita adalah seluruh tubuh,
kecuali wajah dan telapak tangan. Cara menutup auratnya ialah mengenakan pakaian
panjang, dan mengenakan kerudung. Banyak manfaat mengenakan kerudung bagi wanita
muslim. Menutupi rambut dari debu, mempercantik wajah, dan mendapat pahala. 1 Langkah
anak perempuan keluar rumah tanpa menutup aurat, 1 langkah ayahnya menuju neraka,”
terang Bu Aminah. Anggi pun terkesiap. “Baik, buka buku LKS Thawaf halaman 34, kerjakan
bagian A dan B. Bagian C dan D dijadikan Pr,” sambung Bu Aminah. Anggi mengerjakannya
secara teliti.

“Mah, Pah, kalo Githa pake kerudung pas jalan-jalan atau sekolah, boleh?” pinta Anggi pada
kedua orangtuanya, selepas pulang sekolah. “Tumben, Gith. Nggak biasanya,” sindir Mama.
“Kepengen aja,” tutur Anggi. “Yakin kamu, Gith?” tanya Papa. Anggi menganggukkan kepala
dengan semangat. “Maaf sayang,” ucap Mama, membuat Anggi menjadi hilang
semangatnya. “Maaf sayang, karena kami nggak bisa menolak keinginanmu,” sambung
Mama. “HORE!!” teriak Anggi. “Makasih Mah, Pah!!” seru Anggi. “Minggu depan, ya, mah!”
ucap Anggi. Mamah hanya mengacungkan jempolnya.

“Eh, kalo penampilan gue berhijaban gimana?” usul Anggi. Anggi bersama ke-3 sohibnya,
sedang makan di Kantin. “Ehm, gimana, ya?” ucap Rony. “Ya, kalau sesuai keinginan hati
loe, ya nggak papa,” tanggap Indra. “Pasti loe keliatan alim,” ucap Hendri.

“Bagus Mah, bajunya ama kerudungnya,” ucap Anggi. Ia melihat baju seragam panjangnya
dan rok panjangnya. Dan kerudungnya terdapat namanya. Ratu Anggitha J

Anggi menatap dirinya di cermin. Ia sungguh cantik dengan menggunakan kerudung. Inner
Beautynya keluar! Usai pamitan, ia bergegas menuju sekolah. Sesampainya, ia berjalan
menuju kelas. Ia ragu, saat menatap kelas. “Ehm, Assalamualaikum,” salam Anggi seraya
masuk kelas. Semua terbengong-bengong melihat Anggi. “Waalaikumsalam,” jawab semua
dengan nada heran. “Sejak kapan kamu berpenampilan seperti ini, Nggi?” tawa Erlina. “Hari
ini,” ucap Anggi. Semua pun tertawa. Begitu pula Anggi. Ia pun membiasakaan mengenakan
kerudung, mulai hari ini. Ia mulai merasakan makna mengenakan kerudung. Meskipun
mengenakan kerudung, sifat tomboynya masih melekat di dirinya.
Masa Kecil Dani

Cerpen Karangan: Naysha Alifa

Cerpen ke-3

Hari ini Dani akan pergi ke Samarinda menggunakan kereta untuk melanjutkan sekolahnya
ke jenjang yang lebih tinggi. Dani sedih sebab ini pertama kalinya ia pergi jauh dari
keluarganya.

Sepanjang perjalanan, Dani tersenyum sendiri. Ia mengingat masa kecilnya yang sungguh
lucu.

Pernah sewaktu ia berusia 6 tahun, keluarganya pergi ke mall. Dani bermain di Playland,
sementara orangtuanya berbelanja. Karena Dani bosan, ia bergegas memakai sepatunya
dan mencari Ayah serta Ibu. Setelah lama mencari dan tak kunjung bertemu, Dani
menangis. Untung Ayah menemukannya.

Dani tertawa kecil dan menggumam. Atau misalnya lagi, ia pernah tercebur sungai dan
terbawa arus. Eh, malah berhenti di depan rumahnya sendiri.

Juga ketika Ibu sedang menyiapkan sarapan, Dani tersandung batu dan kemudian
menangis. Akibatnya Ibu jadi tergopoh menghampiri dan ayam goreng jatuh ke lantai.

Ada pula ketika Dani bermain ice skating, karena belum terlalu mahir Dani terpeleset es.
Pelipisnya membiru kemudian Dani tidak masuk sekolah beberapa hari.

Dalam hati Dani berdoa, semoga anak-anak tidak menyia-nyiakan masa kecil yang begitu
indah.

Ting.. Tong..

Bel kereta berbunyi, waktunya Dani kembali sekolah.


Kebersihan Nyonya Barnie

Cerpen Karangan: Naysha Alifa

Cerpen ke-4

Nyonya Barnie adalah wanita paling bersih di desa Global. Ia sangat menyukai kebersihan.
Ketika ia melihat sedikit sampah atau daun berguguran, Nyonya Barnie akan langsung
marah-marah sambil membersihkannya. Tetangga-tetangga Nyonya Barnie seringkali kesal
padanya.

“Kita usir saja dia, dengan begitu tidak akan ada lagi keributan,” usul Nona Feny.

Namun Kepala Desa menolak, “Jangan, itu terlalu kejam. Lagipula jika ia pindah ke desa
lain, warga di sana juga akan terganggu.”

“Jadi bagaimana?,” tanya Tuan Raphen.

“Kita diamkan saja, mungkin Nyonya Barnie akan kelelahan sendiri dan tak mengganggu
kita lagi,” sahut Kepala Desa.

“Huuh, sudah kubilang, buang sampah pada tempatnya…!! Pak Wodi, lekas bersihkan!,”
teriak Nyonya Barnie marah melihat daun berjatuhan.

Pak Wodi, si penebang kayu terperangah, “Toh hanya daun, Nyonya. Apa salahnya?,” sahut
Pak Wodi sabar, ia sudah tahu betul watak Nyonya Barnie. Nyonya Barnie terlihat marah,
akhirnya Pak Wodi mengalah.

Pada suatu hari desa Global mengikuti lomba kebersihan. Tentu Nyonya Barnie yang paling
rajin membersihkan setiap sudut desa. Bahkan tanpa diminta pun dia mau. Akhirnya desa
tersebut mendapat juara pertama berkat Nyonya Barnie.

“Terimakasih Nyonya,” teriak seluruh warga serentak.


Mengusir Harimau

Cerpen Karangan: Aisyah Clarisa Putri

Cerpen ke-5

Dahulu kala di sebuah hutan lebat terdapat seekor kancil dan tikus mereka bersahabat baik.

Suatu hari tikus berlari terbirit birit menemui kancil di rumah kancil “Kancil, kancil?” ucap
tikus tergesa gesa kancil segera membuka pintu dan ikut panik “ada apa tikus kenapa kamu
terlihat khawatir?” tanya kancil pada tikus, tikus pun bercerita “kan kan kancil” ucapnya
dengan nafas tersedak sedak kancil pun berkata “Tenang tikus tarik nafas panjang dulu lalu
buang setelah itu baru kamu cerita ya” ucap sang kancil.

Tikus menghirup nafas panjang lalu bercerita “begini cil keadaan hutan kita sekarang dalam
bahaya karena kini hutan kita dikuasai oleh keluarga harimau cil, hewan hewan lain kini
sudah berpindah entah ke mana mereka pergi, aku juga berniat untuk pindah ke hutan lain
apa kamu mau ikut aku kancil, ayolah!” pinta dan jelas tikus, kancil berpikir sejenak dan
memutuskan untuk tetap tinggal dan mencari cara agar dapat mengusir harimau.

Kancil pun menyuruh tikus mengumpulkan semua hewan hutan, tak lama kemudian para
hewan berkumpul dan saling protes kepada kancil, kancil pun melihat ayam dan ikan
kemudian kancil mendapat ide “aku tau, Wahai rakyat hutan aku punya sebuah ide tapi kita
semua harus bekerja sama, nanti…” Mereka sepakat untuk melakukannya.

Keesokan harinya, mereka semua berkumpul di depan goa tempat harimau itu tinggal,
kancil mengedipkan sebelah matanya lalu ayam sengaja berkokok sekeras mungkin di
depan goa tersebut, seperti dugaan mereka harimau keluar dan berniat menangkap ayam
untuk santapan, ketika harimau akan menerkam ayam, kerbau dan anjing membawa ayam
lari, tentu saja harimau mengejarnya, di dekat pohon besar kancil, ular dan tikus
menyiapkan tali dan jebakan bawah tanah dan berhasil, harimau itu tersandung dan jatuh ke
bawah tanah.

Setelah kejadian itu hutan menjadi aman kembali, Kancil dan hewan hutan kini tidak
khawatir lagi.
Nonton Bioskop

Cerpen Karangan: Hanania

Cerpen ke-6

Aku dan Aulia sudah lama bersahabat. Sebelumnya, orangtua kamilah yang bersahabat.
Entah karena kertertarikan antara kami berdua, membuat kami memiliki persahabatan yang
erat. Kami bersekolah di MI Tunas jaya kelas IV-A, di kelas kami duduk sebangku membuat
kami mudah berkomunikasi.

“Salsa!” aku menoleh ke belakang, ternyata Aulia memanggilku “Oh, Aulia. Kenapa?”
tanyaku, ia berlari mendekat dan merangkulku “Nggak, cuma ngetes. Telingamu masih
berfungsi atau nggak” canda Aulia, dengan kesal plus bercanda aku menoyor kepalanya
“Jail, jadi kamu cuma ngetes aku? Terus mau bawa aku ke mana?” balasku “Ke kantor
Ustadzah Maryam, ada yang aku nggak ngerti sama soal Bahasa Arab kemarin” jawab Aulia
“Ya udah, tapi aku tunggu di depan aja” ucapku, ia mengangguk.

Di madrasah ibtidaiyah Tunas jaya, guru dipanggil Ustadzah atau Ustadz. Kalau murid
dipanggil ibna atau ibnati, artinya anak perempuan atau anak laki-laki. Di MI ini, guru dan
murid diikatkan seperti anak dan orangtua.

Selang beberapa menit, Aulia keluar sambil membuka buku tulisnya “So, gimana kata
Ustadzah Maryam?” tanyaku “katanya ini bla… bla… bla…” sambil menuju kelas, ia
menjelaskan pengertian yang tadi diberitahu Ustadzah Maryam. Aku Mendengarkan dengan
baik “Jadi, ini diartikan semua” ucap Aulia setelah menjelaskan “Oh… thanks, ya! Nanti
kukerjakan seperti yang diberitahu Ustadzah Maryam” balasku. Kami tak sadar, bahwa kami
sudah di ambang pintu.

Sepulang sekolah “Salsa, besok kan libur. Gimana kalau kita ke bioskop?” tawar Aulia, kami
memang sudah sering jalan-jalan berdua “Boleh, besok aku ajak Alifia, ya?” ia mengangguk,
kami pulang bersama karena rumah kami bersebelahan.

“Salsa pulang!” rumah terlihat sepi, pasti hanya ada Via dan Nenek “Eh, Salsa sudah
pulang. Bagaimana sekolahnya?” tanya Nenek, Nenek sedang memasak di dapur. Via?
Sedang bermain dengan boneka kesayangannya “Baik, Nek. Besok Salsa pergi ya, Nek?”
ucapku “Boleh, hati-hati, ya” pesan Nenek “Oke, Nek! Salsa ganti baju dulu” Aku pergi
menaiki tangga menuju kamarku. Setelah selesai, aku bergegas keluar dari kamar dan
makan siang bersama Nenek juga Via.

Setelah makan “Kak, Via ada PR. Kakak bantuin Via, dong” pinta Via, aku mengangguk dan
menyuruh mengambil buku PR-nya. Via masih TK-B, jadi belum terlalu bisa ngerjain PR
sendiri. “Jadi, 2 tambah 3 sama dengan…” Aku menjelaskan PR-nya sebisa mungkin.

Tak lama, Via selesai mengerjakan PR “Terima kasih ya, kak!” aku mengangguk sambil
tersenyum.
Keesokan harinya “Nek, Salsa berangkat dulu. Assalamu’alaikum” pamitku sambil mencium
tangan nenek “Iya, hati-hati di jalan. Jangan mau di ajak pergi sama orang asing” pesan
Nenek “Iya, Nek” aku berjalan kaki ke rumah Aulia.

“Aulia! Aulia!” panggilku dari luar “Iya, sebentar” Krekk… seseorang membukakan pintu,
ternyata Kak Okta, perempuan lho “Eh, Kak Okta! Aulia ada, kak?” tanyaku sopan, karena
Kak Okta berumur 12 tahun “Ada, lagi di kamar mandi. Salsa masuk aja dulu” Kak Okta
mengantarku ke Ruang tamu.

15 menit kutunggu Aulia, akhirnya selesai juga “Lama, sih! Nanti kita terlambat! Alifia juga
yang omelin aku” omelku “Iya, deh. Udah yuk, ke Bioskop” kami diantar Pak Henry.

Di bioskop, Alifia menunggu kami. Kami beli tiket dan popcorn, lalu menonton ria. Ah! Good
day.
Akibat Nika

Cerpen Karangan: Squishy Lol

Cerpen ke-7

Hai semua, namaku Cyhnthia Alfreda Caantiqa atau sebut saja Tika. Aku berumur 10 tahun.
Aku anak yang paling besar dari dua bersaudara. Adikku bernama Syeilla Pretii Anikha atau
sebut saja Nika. Adikku baru berumur 8 tahun. Kami berdua bersekolah di sekolah yang
sama, yaitu “The Sun Academy” atau “TSA”, hanya saja aku kelas 5 SD, sedangkan adikku
kelas 3 SD.

Nah, belangkangan ini, Nika selalu membuat eksperimen yang aneh aneh. Sabun, lem, insto
dan pewarna pun berserakan di mana mana. Lalu, setelah selesai, pasti dia akan
memainkan hasil eksperimennya, cara mainnya, ya ditekan tekan saja. Pada akhirnya, aku
bertanya kepada Nika, “Nika, kamu mau buat apa sih? Soalnya, kakak lihat sabun, insto,
lem, dan pewarna berceceran di mana mana, dan kalau kamu selesai eksperimen, pasti
kamu memainkan hasil eksperimen itu.”

Lalu Nika menjawab pertanyaanku, “Ya ampun kak, ini bukan eksperimen kak, aku itu
membuat slime kak, bukan bereksperimen.” “Slime itu apa?”, tanyaku kepada adikku. “Slime
itu adalah mainan yang sedang ngetren di kelasku”, Nika menjawab pertanyaanku. “Lah,
fungsi slime itu apa?”, tanyaku balik. “Gak tahu kak”, jawab adikku. “Oh, tapi memangnya
cara main slime itu cuman ditekan tekan gitu apa? Memangnya gak ada cara lain?”,
tanyaku. “Nggak kok, slime juga bisa dibuat gelembung dan ditarik tarik”, jawab adikku,
dengan nada yang agak kesal.

Tapi, karena aku penasaran sekali (soalnya aku nggak pernah pegang slime sih), aku pun
mencari informasi tentang slime (mumpung lagi hari sabtu). Rupanya, slime itu teksturnya
agak kenyal, sedikit lengket, dan padat. Fungsi slime itu untuk membersihkan keyboard, dan
ternyata ada banyak cara utnuk membuat slime, ada yang menggunakan boraks, insto,
renu, dan banyak lagi.

Nah, kali ini aku mau membuat slime nih! Aku pun membuat slime dengan adikku. Ternyata,
membuat slime itu mengasyikan lho! Dan sekarang kalian tahu apa? Aku menjual slime.
Sekarang, ku mempunyai online shop di instagram bernama: @Slimetoys.ind Kini, jika aku
ingin membeli barang, pasti aku akan menggunakan uang dari hasil dari slime yang aku jual
itu. Orangtuaku pun merasa bangga kepadaku.
Bunga Matahari

Cerpen Karangan: Rifa Fitriani

Cerpen ke-8

Air keringat mengalir di kening gadis kecil bernama Raina. Sesudah bel istirahat berbunyi,
dia langsung berlari ke luar kelas. Dia berjongkok mengamati bunga matahari yang kemarin
ia tanam di taman —depan kelasnya. Tangannya menyentuh daun dan bunganya yang
menunduk seperti tidak bertenaga.

“Raina sedang apa?” Seorang wanita paruh baya berjalan mendekat menghampiri Raina.
Sosok yang kalem dan sabar dalam menghadapi kenakalan para muridnya itu duduk
berjongkok di samping Raina.

“Bu. lihat ini,” Raina berujar pada guru IPA-nya. Tangannya menunjuk bunga matahari yang
ada di depannya dengan sedih. “… bunga mataharinya mati.”

“Benarkah? Coba ibu lihat…” ujar sang guru seraya mengambil pot bunga yang ditunjuk
Raina. Ia mengamati dengan teliti.

“Bunganya sudah diberi pupuk?” tanya sang guru sambil menoleh ke arah Raina.

“Sudah… aku sudah memberinya pupuk yang banyak tapi bunganya tetap mati,” tutur Raina
seraya menghembuskan nafas pelan.

“Apa bunganya sudah diberi minum?” tanyanya lagi. Pertanyaan yang diajukan gurunya
mampu membuat alis Raina menyatu. Raut wajahnya berubah menjadi serius seolah
sedang memikirkan sesuatu.

“Minum? Bunga juga bisa minum? Bagaimana caranya?” ujar Raina polos. Gadis berusia 7
tahun itu menatap gurunya seolah meminta penjelasan.

“Air. Tumbuhan membutuhkan air untuk hidup, Raina. Tanpa adanya air, bunga matahari
yang kamu tanam tidak akan tumbuh besar. Bunga memerlukan air yang cukup untuk
bertahan hidup. Seperti kamu… yang setiap hari harus makan dan minum, bunga pun sama.
Jika semua tumbuhan kekurangan air, mereka akan layu. Dan akhirnya… mati.” Gurunya
menjelaskan dengan telaten dan penuh kasih sayang. Ia melihat Raina yang mengangguk-
angguk mendengar penjelasannya. “Jadi, kesimpulannya?” ucap gurunya menggantung
sengaja membiarkan Raina berpikir.

“Kesimpulannya… aku harus memberinya minum air setiap hari. Benar kan, Bu?” Raina
menjawabnya dengan bersemangat.

“Yap, benar sekali! Raina harus rutin menyiram bunganya dengan air, dua kali dalam sehari.
Supaya… bunga mataharinya bisa tumbuh besar dan cantik seperti Raina,” ujar gurunya
seraya melemparkan senyum hangat kepada Raina.
Liburan Sharmilla

Cerpen Karangan: Aisyah Clarisa Putri

Cerpen ke-9

Namaku Sharmilla aku tinggal di sebuah kota namanya kota Virvale dan aku bersekolah di
sebuah Sekolah Dasar yang terkenal favorit, aku punya 2 orang saudari, satu kakakku
namanya Rashel dan adikku namanya Lavecha.

Pagi ini sangat cerah burung burung berkicauan di jendela kamarku, dengan mata sedikit
menutup aku bangkit dari dari ranjangku, kurapikan tempat tidurku lalu aku mandi, selesai
aku mandi aku beranjak turun ke ruang keluarga, ya karena kamarku berada di lantai 2.

Di ruang keluarga seperti biasa papa membaca surat kabar, mama membuatkan minuman,
kak Rashel membaca komik horor kesukaannya, dan Lavecha menonton kartun favoritnya.
Aku pun pergi membantu mama di dapur, aku pun menyapa mama “Selamat pagi ma! ada
yang bisa milla bantu ma?” tanyaku mama menjawabku dengan senyum manisnya “Milla
mau bantu mama?” ucapnya aku pun membalas “tentu saja mama.” kemudian mama
berkata “berikan kopi ini kepada papa, lalu milkshake strawberri ini untuk kakakmu, dan 2
susu madu untukmu dan Lavecha oke?” ucap mama dengan lembut. Aku pun melakukan
apa yang mama minta, setelah itu mama memanggilku ia bilang kalau ia akan membuat kue
dan ingin aku membantunya, aku pun dengan senang hati mengatakan “ya” kami membuat
kue hingga pukul 09.30.

Selesai sudah pekerjaannya, ayah pun mengajak kami pergi menonton bioskop tapi
Lavecha menolak, akhirnya kami sepakat pergi ke rumah nenek, kebetulan semua sedang
libur panjang, rumah nenek cukup jauh dari kota kami. kami berangkat pukul 12.00 siang, di
perjalanan aku dan kak Rashel mendengarkan lagu favorit kami yaitu lagu korea sedangkan
seperti biasa Lavecha tidur.

Kami sampai di sana sekitar pukul 19.00 kakek dan nenek menyambut kedatangan kami
dengan suka cita kebetulan paman Bayu, Bibi Mishra dan putri mereka Sasmita juga ada di
sana.

Pagi telah tiba nenek sudah pergi ke pasar bersama Bibi Mishra dan Lavecha, sedangkan
aku dan Sasmita diajak kakek berkeliling desa. Sungguh indah pemandangan desa, ada
sawah yang padinya mulai menguning, ada sungai yang airnya begitu jernih, ada juga hutan
karet yang luas dan segar.

Setelah itu kami pulang dan makan bersama sama nenek memasak Sup, Ayam goreng,
Lalapan, dan tidak lupa sambalnya walau hanya sederhana tapi makan bersama ini menjadi
istimewa karena kebersamaan, keceriaan dan canda tawa keluarga ini.

Tak terasa seminggu telah berlalu kami pun berpamitan kepada kakek dan nenek, setelah
itu kami semua pulang dan keesokan harinya kami melakukan aktivitas seperti biasa, Ayah
pergi ke kantor, ibu memasak dan menyiapkan makanan, Kak Rashel Kuliah pagi, aku dan
Lavecna sekolah seperti biasa. Aku berharap suatu hari nanti kami akan berkunjung ke
rumah nenek lagi.
Generasi Kartini

Cerpen Karangan: Syafira Rengganis

Cerpen ke-10

Di sebuah desa kecil, di bawah kaki bukit, hiduplah 1 keluarga yang kurang mampu. Sang
ayah bekerja sebagai Petani, sang ibu hanya penjual makanan di pasar yang terletak jauh
dari desa. Mereka memiliki 3 anak. Si sulung bernama Bella, dia putus sekolah karena ingin
membantu ibu menjaga kedua adiknya. Si tengah bernama Kayla, dia bersekolah jauh dari
desa. Dan si bungsu bernama Sania, Sania masih belum sekolah.

Suara ayam membangunkan si sulung. Dia segera mandi lalu shalat subuh. Dia membantu
ibu memasak makanan untuk kedua adiknya dan ayah yang akan berdegas pergi ke sawah.

“ibu, ada yang bisa aku bantu?” tanya Bella

“tidak usah sayang… kamu bangunkan adikmu dan menyuruh Kayla mandi saja” balas ibu

“baik bu” jawab Bella singkat

Bella berlari ke kamar Kayla, dia membangunkan Kayla.

“kay! Bangun! Ayo dong, sekarang hari pertama kamu sekolah” teriak Bella mengoyang
tubuh Kayla

“uhmmm… apa sih kak? Masih jam segini kali” bantah Kayla

“Kayla, jarak rumah ke sekolah itu jauh, sudahlah nanti kakak antar kamu mengunakan
sepeda saja. Cepat mandi!” suruh Bella

Setelah membangunkan Kayla. Bella membantu ibu menyiapkan sarapan dan bekal untuk
Kayla dan ayah. Setelah sarapan pagi, ayah dan ibu berangkat bekerja, ayah mengantar ibu
ke pasar mengunakan motor, lalu ayah berdegas ke ladang. bella pun segera mengambil
sepeda dan membonceng adiknya ke sekolah, di desa seberang. Di perjalanan, Bella
bercerita tentang R.A Kartini, pahlawan wanita yang memperjuangkan nasib wanita, hingga
dapat bersekolah seperti adiknya sekarang ini.

“Kay! Harusnya kamu bersyukur bisa sekolah dengan mudah. Biaya ditangung pemerintah,
tiada perang perang. Jadi… kamu harus rajin ya di sekolah” ucap Bella “memangnya? Saat
zaman peperangan tidak ada sekolah kak?” tanya Kayla “bukannya tidak ada, tapi wanita
seperti kita tidak diperbolehkan bersekolah. Bersekolah yah Cuma sampai kelas 6 SD,
setelah kelas 6 para wanita dipingit. Akhirnya Kartini bertanya kepada ayahnya, namun sang
ayah hanya diam. Dan Kartini pun membuat sekolah gratis untung rakyat Indonesia. Kartini
pun sering membuat buku buku novel yang memotivitas rakyat Indonesia” cerita Bella
panjang lebar “lalu apa hubungannya sama Kayla?” tanya Kayla “harusnya kamu bersyukur
bisa bersekolah. Kartini bersekolah SD saja membayar dengan biaya mahal, kamu sekolah
sekarang kan ditangung pemerintah. Sedangkan kakak yang ingin bersekolah malah tidak
bisa. Ya sudah, sudah sampai di sekolahmu, belajar yang rajin ya Kay! Nanti kakak jemput
jam 12 siang ya!” teriak Bella melambaikan tangan ke adiknya “byee kak!” teriak Kayla balik
Setelah sampai di rumah, Bella mengelar tikar di depan rumahnya. Bella pun mengajar anak
anak yang tak mampu bersekolah, dia membuat sekolah kecil kecilan, sedangkan Sania
dititipkan ke tetangga Bella

“kak Bella, mari belajar. Sudah tak sabar nih” teriak salah satu anak laki laki

“iya iya, semua duduk dengan tertib ya! Kakak akan mengajari kalian menghitung” teriak
Bella menenangkan anak anak yang berlari sana sini

“asikkk!!!” teriak semua anak

“Aldo, coba kamu hitung. Misalnya, kak Bella memberi kamu 20 permen, lalu adikmu
memintanya 5, lalu kakak memberimu 10 permen lagi, jadinya?” tanya Bella kepada Aldo

“saya menjawabnya… terima kasih kak Bella, hehehe” canda Aldo. Semua murid pun
tertawa, Bella hanya bisa tersenyum ke Aldo, “okey okey, tadi kan ada 20 – 5 + 10 jadinya
25 kak Bel” jawab Aldo dengan tersenyum malu. Bella bangga akan anak anak itu. Mereka
yang kurang mampu saja mau belajar, sedangkan adiknya sendiri yang cukup mampu
malas malasan sekolah. Sekolah ini dipulangkan pukul 10.

Jam menunjukan pukul 11.00. Saatnya Bella menjemput Kayla dari sekolahnya, dan
mengantarkan bekal untuk kedua orangtuanya yang bekerja. Bella pun mengambil 2
rantang makanan yang telah disiapkannya tadi. Bella mengambil sepedanya dan segera
mengayuh sepedanya ke ladang ayah, lalu ke pasar ibu, setelah itu, barulah Bella
menjemput adiknya.

“kak Bella, sekolahku tadi asik lo kak! Aku perkenalan ke depan, lalu aku diceritain
kehidupan Kartini dimasa lalu. Ceritanya mirip banget sama cerita kakak! Kak, aku
meminjam buku ‘Kehidupan Kartini’ di perpustakaan sekolah, aku janji, aku bakal rajin
sekolah” kata Kayla bersemangat. Bella hanya menangapi dengan senyuman manisnya.

Jadi… Kartini adalah pahlawan yang memperjuangkan pendidikan wanita. Dahulu memang
Belanda melarang wanita bersekolah. Setelah melalui pendidikan SD, Kartini dipingit, dia
hanya terdiam di kamar sambil membaca buku pendidikan. Akhirnya dia membuat sekolah
kecil kecilan, untuk membantu Rakyat indonesia menjadi maju dan pandai.

Jasa Kartini masih dikenang hingga sekarang, novel novelnya pun masih ada. Dia juga
sering dijadikan nama jalan, dan… setiap hari kelahirannya, dirayakan sebagai hari Kartini.
Kisah Si Raja Usil

Cerpen Karangan: Melin Meilin

Cerpen ke-11

Namanya Gagah pratama. seperti namanya, badanya terlihat gagah, tinggi dan berisi.
Namun teman temannya lebih suka menjuluki dengan sebutan Gagah si raja usil. Tak heran
bila teman teman gagah memberikan gelar seperti itu, tak lain karena sikapnya yang sering
membuat teman temannya merasa tak nyaman bila berada di dekatnya.

Hampir setiap hari ada saja yang menjadi korban keusilannya. kemarin Luna yang dibuat
marah karena tanpa disadarinya, luna duduk di bangku yang sebelumnya telah ditaruh sisa
permen karet oleh gagah. Tak ayal sisa permen karet pun menempel di rok panjangnya.

Hari ini giliran akbar yang dibuat jengkel. karena gagah diam diam menempelkan secarik
kertas yang bertuliskan “Aku badut” di belakang punggungnya. Awalnya akbar merasa heran
karena setiap anak memandangnya kemudian menertawakannya. Untunglah anisa berbaik
hati mau memberitahu penyebabnya.

Entah apalagi keusilan yang akan dilakukan gagah. entah siapa lagi yang akan jadi
korbannya, semoga Alloh memberikan kesadaran kepadanya. Demikian do’a teman teman
gagah.

Hari ini ibu guru tengah menerangkan pelajaran, semua murid tampak bersemangat
mengikutinya. Tiba tiba seekor cicak terjatuh dari langit langit kelas tepat di depan gagah.
secara spontan gagah melompat ketakutan ke atas bangkunya seraya bertiak kencang
“Tolong, ada cicak…”

Teman teman yang menyaksikan kejadian tersebut serentak tertawa terbahak bahak, “Ha ha
ha si Raja usil ternyata takut dengan cicak…”.

Muka gagah merah padam menahan rasa malu, baru sekarang gagah menyadari begitu
tidak menyenangkan menjadi bahan tertawaan orang.

Usai kejadian itu sikap gagah mulai berubah. Ia meminta maaf kepada semua teman
temannya dan berjanji akan bersikap baik kepada semua orang. “Boleh bercanda tapi
jangan kelewatan”, demikian pesan ibu guru…
Si Dokter Cilik

Cerpen Karangan: Aurellia Shalom Salman

Cerpen ke-12

Vanka Shashabila, itulah namaku, aku biasa dipanggil Vanka atau Bila, tetapi sahabatku,
Binka memanggilku Shasha atau Bila. Aku, tinggal di LA (Los Angel) tepatnya di Amerika
Serikat. Aku, memanggil orangtuaku, mom and dad. Dad, kerja di London, Inggris, dad bisa
sebulan 5 kali ke Amerika. Okee.. mau tau ceritanya? Baca terus yaa…

“Bila, bangun sayang.. berdoa berterima kasih pada Tuhan Yesus..” Ucap, mom lembut, dan
membuatku terbangun dan segera berdoa.

“Ya, mom.” Jawabku. Kulirik, jam dinding di kamarku sekarang jam, 05.00 aku masuk jam,
06.30 aku segera mandi, lalu sarapan, menunya roti selai, NUTELLA kesukaanku, dan
SUSU VANILLA kesukaanku juga.

Telolet… Telolet… (jangan anggap klakson bus ya..) ya mobil jemputanku datang lalu aku
pamit dan segera berangkat. Ohh.., ya aku umur 10 tahun, kelas 5, dan sekolah di
INTERNATIONAL GIRLS SCHOOL American, tentunya semua perempuan, bahkan OB
(Office Boy) diganti dengan OG (Office Girl).

Di sekolah…

“Sha!” Panggil, seseorang. Aku langsung menoleh ternyata itu, Binka.

“Hi, Bin ada apa?” Tanyaku.

“Tidak, ada apa-apa kok.” Jawab, Binka dengan senyumnya yang manis.

“Ohh..” Jawabku, sembari manggut-manggut. Kulihat, ada papan besar bertuliskan

“PAPAN MADING”

Extrakurikuler Terbaru:

1. Latihan Dokter oleh: Ms. Lala

2. Latihan Guru oleh: Ms. Lyly

3. Bahasa Prancis oleh: Ms. Jessy

4. Bahasa Jepang oleh: Ms. Kimchi

5. Bahasa China oleh: Ms. Lingling

“Yess” Gumamku.Aku, segera berlari ke Ms. Lala, guru dokter.


Sesampainya di meja Ms. Lala..

“Miss, aku mau…” Ucapanku, terpotong, padahal aku hanya ingin, daftar ekskul Dokter..

“Pasti, kamu mau daftar ekskul Dokter ya kan?” Tanyanya.

“Yupp!” Seruku, riang.

Aku, melihat jam tanganku, sekarang jam 06.15.

“Bel, 15 menit lagi.” Gumamku. Lalu, aku mengeluarkan skatch-bookku lalu menggambar,
bunga mawar kesukaanku.

15 menit kemudian..

Kringg.. Tongg..

Bel, berbunyi aku memasukkan skatch-bookku lalu siap berdoa karena aku ketua kelas, dan
langsung berdoa. Ms. Lyly masuk dan mengajar soal, guru. Aku, bisa mengerjakannya,
karena tidak terlalu susah.

3 tahun kemudian..

“Mom, sekarang jam berapa?” Kataku, dengan mata, mengantuk.

“Jam 04.00 kamu tidur lagi aja..” Ucap, mama lembut. Oh.., ya aku sekarang umur 13 tahun,
kelas VIII (2 SMP), sekolah di International Mix School American. Binka, di sebelahnya
sekolahku International Extracurricular School American.

Sekarang, aku sudah menjadi “SI DOKTER CILIK” Aku, menjadi dokter di sekolahku dan
aku akan bekerja di “HOSPITAL ROOM’S AMERICAN”

Begitu, juga dengan Binka…


Hidup Saling Bersaudara Tanpa Bully

Cerpen Karangan: Steven Tjahjadi Sanjaya

Cerpen ke-13

Langkah kaki terasa berat. Pulang terasa sedih. Itulah yang dirasakan oleh Rita. Setiap hari
ia mengadu pulang dalam keadaan sedih dan menangis. Rita bergumul dalam hatinya
“Tuhan kenapa setiap hari selalu datang cobaan yang berat bagiku” hatinya bercampur
marah dan sedih ia tidak tahu harus buat apa. (Rita anaknya pintar di kelas).

Akhirnya Rita pulang ke rumah. Tanpa memberi salam ia langsung ke kamar dengan
memalingkan muka ibunya. Ibu Rita merasa kaget apa yang dilakukan anaknya. Ibunya
berkata “Kenapa kamu sedih Rita, sayang?”. Ibu Rita sebenarnya tahu tetapi ibunya sengaja
tidak tahu untuk menceritakan kejujuran hati Rita. “Ibuuuuuu” tangis Rita. “Itu ibu aku lagi-
lagi dibully oleh si Wishnu dari gank Tio, gimana gak mau marah bu? Dia bilang kita ini
miskin, rumah kumuh di dekat bantaran kali terus dibilang liat dong aku kaya punya
segalanya memangnya kamu orang miskin Cuma bisa buat makan doang kadang numpang
sama orang” tangis Rita sambil menceritakan semua kepada Ibunya.

“Sabar ya nak ini ujian dari Allah, Kita sabar sebagai manusia lemah ciptaan Allah, niscaya
Allah akan menyelamatkan orang-orang yang sholeh! Perbanyaklah sholat 5 waktu, malam,
dan beristiqfhar. Allah akan memberikan ujian kepada kita bedasarkan kemampuan kita dan
tidak ujian di luar kemampuan kita dan ingat Rita setiap masalah ada jalan keluarnya” jawab
Ibu sambil menitihkan air Mata, Rita selain pintar rajin shalat 5 waktu, rajin sholat malah, dan
suka bersedakah walaupun dia juga lebih membutuhkan.

Hari demi hari berlalu, Bulan demi bulan berlalu, Tahun demi Tahun berlalu sekarang Rita
sudah memasuki bangku kelas 6 SD, Tetapi Rita tetap mendapat perlakuan yang keras dari
Genk Tio ia selalu sabar dan tidak menghadapinya dengan kejahatan melainkan kebaikan.
Akhirnya, suatu istirahat (waktu itu tidak ada Pak Rino) tanpa sepengatahuan Rita, jam
Wishnu diambil untuk dimasukkan ke laci meja Rita (sudah mendapat persetujuan dari
Wishnu) jadi mereka mengerjai Rita dengan berpura-pura jam tanganya dicuri oleh Rita.
Selepas bel sekolah usai Wishnu berkata “Di mana jam tanganku?” tanya Wishnu, akhirnya
tidak ada yang mengaku akhirnya Pak Guru yang memutuskan “Buka Tas kalian dan laci
kalian”, ternyata ada di laci Rita, “pak Guru jam tanganku ada meja Rita” akhirnya Pak Guru
menghukum Rita dengan membersihkan toilet. Mereka berharap Pak Guru selalu
menyalahkan Rita atas perbuatanya. Mereka berpikir rencana pertamanya berhasil.

Akhirnya pada suatu hari (pak guru sedang berada di kelas dalam keadaaam pura pura
tidur), mereka menjalankan aksinya dengan mencuri jam tangan milik Wishu lagi. Akhirnya
Pak Guru terbangun dan tiba-tiba berkata “Oh sepertinya kalian ya saat istirahat menuduh
Rita sebagai maling”, pak guru sengaja memperhatikan dengan berpura-pura tidur agar bisa
monitoring kalian.. Kalian tau kan di sekolah dilarang membuat gank sejenisnya. Oleh
karena itu Wishnu sebagai provokatornya dilaporkan oleh kepala sekolah dan mereka
dihukum diskorsing 2 minggu.
Akhirnya Rita pulang dengan hati gembira dan riang dan berkata “Ibu, akhirnya bu Wishnu
dihukum 2 minggu diskorsing aku senang banget walaupun aku juga iba sama Wishnu
kasihan dihukum pak guru”. Ibu menjawab “Wah Rita walaupun kamu sudah disakiti
beberapa kali kamu masih saja baik kepada teman, ibu bangga sama kamu.”

Akhirnya tiba perpisahan dan penguguman kelulusan SD, ternyata Rita mendapatkan nilai
tertinggi dalam Ujian akhirnya oleh Kepala Sekolah untuk memberikan sepatah dua patah
dan Rita berkata “Teman-teman walaupun aku sudah disakiti, tapi aku selalu memafkaanmu
terutama Wishnu, teman-teman ingatlah walaupun sudah berbeda sekolah tetaplah kalian
berkomunikasi dengan sesama teman kalian” akhirnya setelah Rita berbicara panjang lebar
akhirnya Wishnu dan bekas genk tio merintihkan airmata karena sedih. Akhirnya Wishnu
berkata “Aku ingin satu sekolah SMP bersamamu” jawab Rita “Baiklah tetapi jangan kamu
menyakiti hatiku lagi”

Akhirnya mereka berdua pun satu sekolah bersama Rita dan Wishnu bisa berubah ke arah
lebih baik dan sama pintarnya dengan Rita bahkan mereka jika mereka sakit/tidak masuk
mereka saling mendoakan. Rita dan Wishnu mendapatkan peringkat tertinggi setiap tahun.
Tetapi Wishnu peringkat 2 dan Rita peringkat 1, wishnu suka mengajari teman-temanya
yang cowok sementara, Rita suka mengajari teman-temanya yang perempuan.

Das könnte Ihnen auch gefallen