Sie sind auf Seite 1von 15

Audit Kecurangan

DAFTAR ISI

BAB II PEMBAHASAN………......................................................................................
2.1 Pengertian Fraud Auditing……………...………….…..….………...….
2.2 Gejala Adanya Kecurangan………………………….………………....
2.3 Faktor Pendorong Kecurangan………………….……………….………
2.4 Pencegahan Kecurangan : Faktor Individu…..……………..…………..
2.5 Kategori Kecurangan…..………………………………………………..
2.6 Ada 6 Bidang yang Beresiko Tinggi Terkena Fraud…..………………..
2.7 Jenis-jenis Kecurangan…..……………………………………………..
2.8 Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Kecurangan…..………………
2.9 Faktor-faktor Risoko untuk Kecurangan Dalam Laporan Keuangan…..
2.10 Faktor-faktor Risiko Penyalahgunaan Aset…..………………………...
2.11 Mengukur Resiko Kecurangan…..……………………………………..
2.12 Sumber-sumber Informasi untuk Mengukur Kecurangan…..…………..
2.13 Pencegahan Kecurangan…..……………………………………………..
2.14 Pengawasan Tata Kelola Perusahaan Untuk Mengurangi Resiko
Kecurangan……………………………………………………………….
2.15 Contoh Kasus…..………………………………………………………..

i
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FRAUD AUDITING


Kecurangan berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi
tidak benar, apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan
kecurangan (fraudulent).
Fraud Auditing hendaknya disebut dengan istilah Audit atas Kecurangan, yang dapat
didefinisikan sebagai Audit Khusus yang dimaksudkan untuk mendeteksi dan mencegah
terjadinya penyimpangan atau kecurangan atas transaksi keuangan. Fraud auditing termasuk
dalam audit khusus yang berbeda dengan audit umum terutama dalam hal tujuan yaitu fraud
auditing mempunyai tujuan yang lebih sempit (khusus) dan cenderung untuk mengungkap suatu
kecurangan yang diduga terjadi dalam pengelolaan asset/aktiva.
Unsur-unsur dari kecurangan (keseluruhan unsur harus ada, jika ada yang tidak ada maka
dianggap kecurangan tidak terjadi) adalah harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation),
dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present), fakta bersifat material (material fact),
dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly), dengan
maksud (intent), untuk menyebabkan suatu pihak beraksi. Pihak yang dirugikan harus beraksi
(acted) terhadap salah pernyataan tersebut (misrepresentation) yang merugikannya (detriment).
Kecurangan dalam tulisan ini termasuk (namun tidak terbatas pada) manipulasi, penyalahgunaan
jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh
seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi/perusahaan.

2.2 GEJALA ADANYA KECURANGAN


a. Gejala kecurangan manajemen
• Ketidakcocokan diantara manajemen puncak
• Moral dan motivasi karyawan rendah
• Departemen akuntansi kekurangan staf
• Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak
• konsumen, pemasok, atau badan otoritas

1
• Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
• Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningkat
• Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama
• Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
• Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku
b. Gejala kecurangan karyawan
• Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa perincian/penjelasan
pendukung
• Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
• Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
• Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran
• Kekurangan barang yang diterima
• Kemahalan harga barang yang dibeli
• Faktur ganda dan penggantian mutu barang

2.3 FAKTOR PENDORONG KECURANGAN


a. Greed (keserakahan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku
kecurangan (disebut juga faktor individual).
b. Opportunity (kesempatan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai
korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum). Kesempatan (opportunity)
untuk melakukan kecurangan tergantung pada kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan.
Kesempatan untuk melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada
yang mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu
organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan kecurangan
daripada karyawan.
c. Need (kebutuhan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan
(disebut juga faktor individual).
d. Exposure (pengungkapan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai
korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum). Pengungkapan (exposure)
suatu kecurangan belum menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku
yang sama maupun oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan

2
seharusnya dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.

2.4 PENCEGAHAN KECURANGAN : FAKTOR INDIVIDU


1. Moral: Faktor ini berhubungan dengan keserakahan (greed).
a. Misi/tujuan organisasi/perusahaan, ditetapkan dan dicapai dengan melibatkan seluruh pihak
(manajemen dan karyawan)
b. Aturan perilaku pegawai, dikaitkan dengan lingkungan dan budaya organisasi/perusahaan
c. Gaya manajemen, memberikan contoh bekerja sesuai dengan misi dan aturan perilaku yang
ditetapkan organisasi/perusahaan
d. Praktik penerimaan pegawai, dicegah diterimanya karyawan yang bermoral tidak baik
2. Motivasi: Faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need).
a. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan, misalnya: memperlakukan pegawai secara
wajar, berkomunikasi secara terbuka, dan adanya mekanisme agar setiap keluhan dapat
didiskusikan dan diselesaikan
b. Sistem pengukuran kinerja dan penghargaan, yang wajar sehingga karyawan merasa
diperlakukan secara adil
c. Bantuan konsultasi pegawai, untuk mengetahui masalah secara dini
d. Proses penerimaan karyawan, untuk mengidentifikasi calon karyawan yang berisiko tinggi
dan sekaligus mendiskualifikasinya
e. Kehati-hatian, mengingat motivasi seseorang tidak dapat diamati mata telanjang, sebaliknya
produk motivasi tersebut tidak dapat disembunyikan

2.5 KATEGORI KECURANGAN


 Berdasarkan pencatatan
a. Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku
b. Pencurian aset yang tampak pada buku, namun tersembunyi diantara catatan akuntansi yang
valid
c. Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat dideteksi melalui
pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”
 Berdasarkan frekuensi
a. Tidak berulang (non-repeating fraud)

3
b. Berulang (repeating fraud)
 Berdasarkan konspirasi
 Berdasarkan keunikan
a. Kecurangan khusus (specialized fraud)
b. Kecurangan umum (garden varieties of fraud)

2.6 ADA 6 BIDANG YANG BERESIKO TINGGI TERKENA FRAUD


1. Purchasing and payroll
Fraud dalam purchasing biasanya dilakukan dengan cara:
- “Kickback” atau suap diberikan kepada pihak yang mengurus pembelian sebagai imbalan atas
diberikannya kontrak kepada supplier.
- “Invoice palsu” yang dibuat sendiri oleh pihak yang mengurus pembelian, kemudian ditagihkan
ke perusahaan dan dibayar.
- “Manipulasi data supplier” misalnya nomor rekening pembayaran ke supplier diubah ke
rekening orang lain. Sementara fraud dalam payroll misalnya jam overtime yang berlebih.
2. Sales and inventory
Fraud dalam jenis ini misalnya:
a. Pencurian inventory baik yang sedang disimpan atau dalam pengiriman.
b. Transaksi penjualan dengan sengaja tidak dicatat atau dikurangi pencatatannya dan uang yang
diterima atas penjualan tersebut masuk ke kantong pribadi
c. Mengurangi atau menghapuskan jumlah utang konsumen atas barang yang sudah dijual
secara kredit
d. Mencatat transaksi penjualan palsu untuk mendapatkan komisi atau bonus terkait dengan
penjualan
e. Memberikan diskon berlebihan kepada konsumen (biasanya dengan imbalan ‘kickbacks’)
3. Cash and check
Kas merupakan aset yang paling sensitif terhadap fraud karena ‘nature’ nya yang kelihatan
secara fisik dan relatif lebih mudah dipindahtangankan dibandingkan aset perusahaan yang lain.
Fraud atas cek biasanya terjadi ketika terdapat kelemahan dalam proses bank reconciliation dan
tidak ada segregation of duties.
4. Physical security

4
Kelemahan dalam physical security dapat menimbulkan asset misapropriation.
5. Hak kekayaan intelektual (HAKI) dan kerahasiaan informasi
Ini terkait dengan fraud dalam pembajakan dan pencurian informasi penting milik perusahaan.
6. Information Technology
IT fraud meliputi hacking, mail-bombing, spamming, domain name hijacking, server takeovers,
denial of service, internet money laundering, electronic eavesdropping, electronic vandalism and
terrorrism.

2.7 JENIS-JENIS KECURANGAN


Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap ketidakjujuran yang
disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak lain. Dalam konteks
audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan
keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori kecurangan adalah kecurangan
dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset.
 Kecurangan Dalam Laporan Keuangan Kecurangan dalam laporan keuangan adalah
salah saji atau penghapusan terhadap jumlah atau pun pengungkapan yang
sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para penggunanya. Sebagian
besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan dibandingkan
terhadap pengungkapan. Sebagai contoh Worldcom yang dilaporkan telah
mengapitalisasi jutaan dollar pengeluaran sebagai aset tetap, yang semestinya harus
dibebankan. Penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang
kurang umum ditemukan, namun sebuah perusahaan dapat melebihsajikan
pendapatan dengan menghapus hutang dagang dan liabilitas lainnya.
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan usaha untuk melebihsajikan pendapatan, apakah dengan cara
melebihsajikan aset dan pendapatan atau pun dengan menghapus liabilitas dan beban,
perusahaan juga dengan sengaja mengurangsajikan laba. Pada perusahaan-
perusahaan non publik hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi pajak penghasilan. Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja
mengurangi pendapatan ketika labanya tinggi untuk menciptakan cadangan laba
sebagai "celengan" yang dapat digunakan untuk menaikkan laba dikemudian hari.

5
Praktik semacam itu dikenal dengan "perataan laba" dan manajemen laba.
Manajemen laba (Earning management) melibatkan tindakan-tindakan
manajemen yang sengaja dilakukan untuk memenuhi target laba.
Perataan Laba (Income smoothing) merupakan salah satu bentuk manajemen laba
di mana pendapatan-pendapatan dan beban-beban dipindahkan di antara
beberapa periode untuk mengurangi fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk
memuluskan laba adalah dengan mengurangi nilai persediaan dan aset lainnya yang
diperoleh perusahaan pada saat akuisisinya, yang mengakibatkan laba yang lebih tinggi
ketika aset tersebut dijual di kemudian hari. Perusahaan-perusahaan juga dapat
dengan sengaja melebihsajikan cadangan keusangan persediaan dan penyisihan
piutang tak tertagih untuk mengurangi laba yang tinggi.
Dua jenis teknik yang paling umum digunakan oleh manajemen untuk melebihsajikan
informasi laporan keuangan adalah dengan mengakui pendapatan dengan tidak tepat dan
melebihsajikan aset.
 Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas asset
milik suatu entitas. Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu
pada pencurian yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di dalam
suatu organisasi. Menurut perkiraan Association of certified Fraud Examiners, rata-rata
perusahaan merugi 6% dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun
sebagian besar dari pencurian tersebut melibatkan pihak-pihak eksternal, seperti
pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan penipuan yang dilakukan oleh pemasok.
Suatu survey mengenai kecurangan yang diselenggarakan oleh Association of Certified
Fraud Examiners menemukan bahwa rata-rata jumlah kerugian yang disebabkan oleh
kasus-kasus kecurangan yang melibatkan manajemen puncak tiga kali lebih besar
daripada kecurangan yang melibatkan pegawai lainnya.

Segitiga Kecurangan (The Fraud Triangle)

6
2.8 KONDISI YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KECURANGAN
Terdapat 3 (tiga) kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316). Tiga
kondisi yang menyebabkan kecurangan yang dinamakan dengan segitiga kecurangan (fraud
triangle) yaitu:
1. Insentif/tekanan
Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan
2. Kesempatan
Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan
kecurangan.
3. Sikap/rasionalisasi
Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang memungkinkan
manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka
berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar
sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur
tersebut.

2.9 FAKTOR-FAKTOR RISIKO UNTUK KECURANGAN DALAM LAPORAN


KEUANGAN
Sebuah pertimbangan penting auditor dalam membongkar kecurangan adalah
mengidentifikasikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kecurangan. Contoh faktor-
faktor risiko untuk kecurangan dalam laporan keuangan

7
Tiga Kondisi Kecurangan
Insentif/Tekanan Kesempatan Sikap/Rasionalisasi
Manajemen atau pegawai Kondisi yang memberikan Adanya suatu sikap, karakter,
lainnya memiliki insentif atau kesempatan bagi manajemen atau seperangkat nili-nilai
tekanan untuk atau pegawai untuk etika yg memungkinkan
menyalahsajikan laporan menyalahsajikan laporan manajemen atau pegawai
keuangan secara material keuangan untuk melakukan tindakan yg
tidak jujur, atau mereka
berada dalam suatu
lingkungan yg memberikan
mereka tekanan yg cukup
besar sehingga menyebabkan
mereka membenarkan
melakukan perilaku yg tidak
jujur tersebut.
Contoh faktor-faktor risiko Contoh faktor-faktor risiko Contoh faktor-faktor risiko
Stabilitas atau profitabilitas Estimasi akuntansi yg Komunikasi dan dukungan
keuangan terancam oleh signifikan yg melibatkan terhadap nilai-nilai entitas yg
kondisi ekonomi, industri atau penilaian subjektif atau tidak memadai atau tidak
kegiatan operasional suatu ketidakpastian yg sangat sulit efektif
entitas, Contohnya termasuk diverifikasi
penurunan yang signifikan Adanya sejarah pelanggaran
dlm permintaan pelanggan dan Dewan direksi atau komite terhadap peraturan bursa
meningkatnya kegagalan audit yg tidak efektif dlm saham atau peraturan dan
bisnis dari segi industri mengawasi pelaporan hukum lainnya
maupun dari segi keuangan
perekonomian secara Praktik manajemen dalam
keseluruhan perputaran staf yang tinggi melakukan proyeksi yg sangat
atau staf akuntansi, audit agresif atau tidak realistis
Tekanan yang berlebihan pada internal, atau teknologi untuk memenuhi perkiraan
manajemen untuk memenuhi informasi yg tidak efektif dari analisa pasar, kreditor dan

8
persyaratan pelunasan utang pihak-pihak ketiga lainnya.
atau persetujuan pinjaman
lainnya.

Kekayaan pribadi manajemen


atau dewan direksi secara
signifikan terancam oleh
kinerja keuangan entitas

2.10 FAKTOR-FAKTOR RISIKO UNTUK PENYALAHGUNAAN ASET


 Insentif/Tekanan
Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yg menyalahgunakan aset.
Pegawai yg memiliki utang yg sangat banyak, mereka yg terlibat dalam masalah
kecanduan narkotika dan perjudian,dll.

 Kesempatan
kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua perusahaan. Kelemahan dalam
pengendalian internal menciptakan kesempatan terjadinya pencurian. Pemisahan
tugas yang tidak memadai hampir dipastikan menjadi lisensi bagi para pegawai untuk
melakukan pencurian.

 Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik dapat menyebabkan para
karyawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap aset.

2.11 MENGUKUR RISIKO KECURANGAN


PSA 70 memberikan panduan bagi para auditor dalam mengukur risiko kecurangan.
Auditor harus menjaga suatu tingkat skeptisme profesional ketika mereka
mempertimbangkan informasi yg luas, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk
mengidentifikasi dan menghadapi risiko kecurangan.

9
Skeptisme Profesional
PSA 04 (SA 230) menyatakan bahwa dalam melaksanakan skeptisme profesional seorang
auditor "tidak menganggap bahwa manajemen tidak jujur maupun tidak menganggap
kejujuran manajemen dipertanyakan".
Berpikir kritis PSA 07 menekankan pertimbangan atas kecenderungan klien untuk
melakukan kecurangan, tanpa mempertimbangkan keyakinan auditor mengenai
kemungkinan terjadinya kecurangan serta kejujuran dan intergritas manajemen. Selama
merencanakan audit dalam setiap pengauditan, tim kerja harus membahas kebutuhan untuk
menjaga pikiran kritis di sepanjang pengauditan untuk mengidentifikasikan risiko- risiko
kecurangan dan secara kritis mengevaluasi bukti-bukti audit.
Evaluasi kritis atas bukti audit terhadap informasi yg ditemukan atau kondisi-kondisi lainnya
yang mengidentifikasikan adanya salah saji material disebabkan oleh kecurangan mungkin telah
terjadi, auditor harus menginvestigasikan masalah-masalah yang ada secara menyeluruh,
mendapatkan bukti tambahan jika diperlukan dan berkonsultasi dengan anggota tim
lainnya.

2.12 SUMBER-SUMBER INFORMASI UNTUK MENGUKUR KECURANGAN


Ada 5 (lima) sumber informasi yang digunakan untuk mengukur risiko kecurangan yaitu:
1. Komunikasi antara sesama tim audit
PSA 70 mengharuskan tim audit untuk melakukan diskusi untuk berbagi pemahaman dari
anggota tim audit yang telah berpengalaman dan untuk "urun rembug".
2. Tanya jawab dengan Manajemen
Psa 70 mengharuskan auditor untuk membuat tanya jawab spesifik seputar
kecurangan dalam setiap pengauditan. Tanya jawab dengan manajemen dan pihak
lainnya dalam perusahaan memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk
memberitahukan informasi yang mungkin tidak dapat dikomunikasikan dengan pihak
lain. Tanya jawab auditor terhadap manajemen harus menanyakan apakah manajemen
mengetahui setiap kecurangan atau kecurigaan terhadap terjadinya kecurangan di dalam
perusahaan.
3. Faktor-faktor Risiko
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko

10
kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan, atau sikap/rasionalisasi
digunakan untuk membenarkan tindakan kecurangan.
4. Prosedur analitis
Auditor harus melakukan prosedur analitis di sepanjang fase perencanaan dan
penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasikan transaksi-transaksi atau
kejadian-kejadian yang tidak biasa yang dapat mengidentifikasikan adanya salah saji
yang material dalam laporan keuangan.
5. Informasi lainnya
Auditor harus mempertimbangkan informasi yang telah mereka dapatkan dalam setiap fase
atau bagian pengauditan ketika mereka mengukur risiko kecurangan.

2.13 PENCEGAHAN KECURANGAN


Kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah antara lain dengan cara –cara berikut :
a) Membangun struktur pengendalian intern yang baik
Pengendalian intern terdiri atas 5 ( lima ) komponen yang saling terkait yaitu :
1. Lingkungan pengendalian ( control environment ) menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian
merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan
struktur.
2. Penaksiran risiko ( risk assessment ) adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko
yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menenetukan
bagaimana risiko harus dikelola.
3. Standar Pengendalian ( control activities ) adalah kebijakan dari prosedur yang membantu
menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
4. Informasi dan komunikasi ( information and communication ) adalah pengidentifikasian,
penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan
orang melaksanakan tanggungjawab mereka.
5. Pemantauan ( monitoring ) adalah proses menentukan mutu kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang
tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.

11
b) Mengefektifkan aktivitas pengendalian
1. Review Kinerja
2. Pengolahan informasi
3. Pengendalian fisik
4. Pemisahan tugas
c) Meningkatkan kultur organisasi
1. Keadilan ( Fairness )
2. Transparansi
3. Akuntabilitas ( Accountability )
4. Tanggung jawab ( Responsibility )
5. Moralitas
6. Kehandalan ( Reliability )
7. Komitmen
d) Mengefektifkan fungsi internal audit
(1) Internal audit departemen harus mempunyai kedudukan yang independen dalam
organisasi perusahaan
(2) Internal audit departemen harus mempunyai uraian tugas secara tertulis
(3) Internal audit harus mempunyai internal audit manual yang berguna untuk :
- mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas
- menentukan standar yang berguna untuk mengukur dan meningkatkan performance
- memberi keyakinan bahwa hasil akhir internal audit departemen sesuai dengan
requirement dari internal audit director
(4) Harus ada dukungan yang kuat dari top manajemen kepada internal audit departemen
(5) Internal audit departemen harus memiliki sumber daya yang profesional, capable, bisa
bersikap objective dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi
(6) Internal auditor harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik
e) Menciptakan struktur penggajian yang wajar dan pantas
f) Mengadakan Rotasi dan kewajiban bagi pegawai untuk mengambil hak cuti
g) Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan dan berikan
penghargaan kepada mereka yang berprestasi
h) Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan baik dalam hal

12
keuangan maupun non keuangan
i) Menetapkan kebijakan perusahaan terhadap pemberian-pemberian dari luar harus
diinformasikan dan dijelaskan pada orang-orang yang dianggap perlu agar jelas mana
yang hadiah dan mana yang berupa sogokan dan mana yang resmi
j) Menyediakan sumber-sumber tertentu dalam rangka mendeteksi kecurangan karena
kecurangan sulit ditemukan dalam pemeriksaan yang biasa-biasa saja
k) Menyediakan saluran saluran untuk melaporkan telah terjadinya kecurangan hendaknya
diketahui oleh staf agar dapat diproses pada jalur yang benar

2.14 PENGAWASAN TATA KELOLA PERUSAHAAN UNTUK MENGURANGI


RISIKO KECURANGAN
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan tata kelola perusahaan dan prosedur
pengendalian untuk meminimalisasikan risiko kecurangan, yang dapat dikurangi melalui
kombinasi antara tindakan pencegahan, antisipasi dan pendeteksian.
Untuk membantu manajemen dan dewan direksi dalam menjalankan usaha-usaha
antikecurangan, AICPA bekerjasama dengan beberapa organisasi profesi terkait
menerbitkan Program dan Pengendalian Antikecurangan bagi Manajemen: Panduan untuk
Membantu mencegah, Mengantisipasi, dan Mendeteksi Kecurangan. Panduan tersebut
mengidentifikasikan 3 (tiga) elemen berikut untuk mencegah, mengantisipasi dan
mendeteksi kecurangan:
- Budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi
- Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko-risiko kecurangan
- Pengawasan dari komite audit.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ulancha, 2009, Audit Kecurangan, www. ulancha.blogspot.com


Rafliandre, 2009, Audit Kecurangan Audit Fraud, www. rafliandre.blogspot.com
Amrizal, Ak, MM, CFE. 2004. PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN
OLEH INTERNAL AUDITOR. Jakarta
Agoes, Sukrisno. 1996. Auditing: Pemeriksaaan Akuntan. Jilid II. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Courtemanche, Gil. 1997. Pandangan Baru Internal Auditing. Editor: Hiro Tugiman.
Yogyakarta: Kanisius.
Hamilton, Alexander. 1986. Manajemen Audit: meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
Surabaya: Usaha Nasional.
IBK. Bayangkara. 2008. Audit Manajemen: Prosedur dan Implementasi. Jakarta: Salemba
Empat.
Jung, ST. Dian. 2001. Audit Manajemen: Efektifitas dan Efisiensi Perusahaan Anda. Jakarta:
PT.Bumi Aksara
Siagian, P. Sondang. 2001. Audit Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 2000. Audit Manajemen
Kontemporer. Cetakan kedua. Jakarta: Harvarindo.

14

Das könnte Ihnen auch gefallen