Sie sind auf Seite 1von 4

EVIDENCE BASED MEDICINE

Pembimbing :

dr. Moch. Ma'roef , Sp.OG

Disusun Oleh:

Audia Starinda

201620401011112

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
Evidence-based Medicine (EBM) menurut Sackett et al. (2000) Evidence-based medicine
(EBM) adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan penderita. EBM menggunakan segala pertimbangan bukti ilmiah
(evidence) yang yang diketahui hingga kini untuk menentukan pengobatan pada penderita yang
sedang kita hadapi. Ini merupakan penjabaran bukti ilmiah lebih lanjut setelah obat dipasarkan dan
seiring dengan pengobatan rasional (FKUI, 2002). Definisi medis berdasarkan bukti (Evidence-
based medicine = EBM) adalah untuk membuat keputusan mengenai penatalaksanaan kesehatan
seseorang pasien; berhati-hati, tegas dan bijaksana menggunakan bukti baru terbaik. Dapat
disimpulkan pendekatan EBM sebagai satu proses lima langkah (Sackett et al 2000)

1. Minta pertanyaan klinik yang dapat dijawab


2. Mencari bukti penelitian terbaik
3. Menilai bukti secara kritis untuk kebenaran dan perlunya.
4. Menerapkan bukti kegrup atau perorangan
5. Menilai perlakuan pendidikan kita sendiri.
Tujuan utama dari EBM adalah membantu proses pengambilan keputusan klinik, baik untuk
kepentingan pencegahan, diagnosis, terapetik, maupun rehabilitatif yang didasarkan pada bukti-
bukti ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan demikian maka salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan keputusan
klinik yang evidence-based, adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang relevan dengan
masalah klinik yang dihadapi serta diutamakan yang berupa hasil meta-analisis, review sistematik,
dan randomised controlled trial (RCT). Praktek EBM itu sendiri banyak juga dicetuskan oleh
adanya pertanyaan pasien tentang efek pengobatan, kegunaan pemeriksaan penunjang, prognosis
penyakitnya, atau penyebab kelainan yang dideritanya.

Hambatan dalam praktek EBM adalah:


(1) Kurangnya akses terhadap bukti ilmiah,
(2) Kurangnya pengetahuan dalam telaah kritis dan metodologi penelitian,
(3) Tidak adanya dukungan organisasi, dan
(4) Tidak adanya dukungan dari para kolega.
Penerapan EBM di kesehatan

Untuk dapat menerapkan pola pengambilan keputusan klinik yang berbasis pada bukti ilmiah
terpercaya diperlukan upaya-upaya yang sistematik, terencana, dan melibatkan seluruh klinisi di
bidang masing-masing. Pelatihan Evidence-based medicine perlu didukung dengan perangkat
lunak dan perangkat keras yang memadai. Pada saat ini informasi-informasi ilmiah dapat diperoleh
secara mudah dari journal-journal biomedik melalui internet. Pertemuan-pertemuan yang
diselenggarakan untuk membahas masalah-masalah klinik hendaknya difasilitasi dengan sumber-
sumber informasi yang memadai. Informasi-informasi yang ada kemudian dapat digunakan untuk
mem-back-up keputusan-keputusan klinik agar dapat berbasis pada bukti ilmiah yang terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sackett, D. Evidence-based Medicine: How to Practice and Teach EBM. 2nd edition. Churchill
Livingtone, 2000.
2. Bordley DR. Evidence-based medicine: a powerful educational tool for clerkship education.
American Journal of Medicine. 102(5):427-32, May1997.
3. Covell, DG. Uman, CG. Manning, PR. Information needs in office practice: are they being met?
Annals of Internal Medicine 103(4):596-599, Oct 1995.
4. Osheroff JA. Forsythe DE. Buchanan BG. Bankowitz RA. Blumenfeld BH. Miller RA. Physicians’
information needs: analysis of questions posed during clinical teaching. Annals of Internal
Medicine.114(7):576-81, Apr 1991

Das könnte Ihnen auch gefallen