Sie sind auf Seite 1von 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.1.1. Pertumbuhan Penduduk dalam kaitannya pada Pemukiman di Perkotaan
Kota merupakan salah satu tempat yang dijadikan pilihan utama untuk
mencari nafkah. Kehidupan yang menjanjikan dengan segala macam
kemewahan dan lapagan kerja yang tersedia. Komposisi penduduk yang
heterogen, kemajuan teknologi dan pendidikan serta kemajuan bidang sosial
ekonomi menyebabkan kota bertambah besar dan semakin berkembang. Oleh
karena itu kota memiliki daya tarik yang kuat bagi kebanyakan penduduk
pedesaan untuk tinggal dan menetap di kota.
Pertumbuhan penduduk perkotaan menjadi salah satu permasalahan
permukiman di Indonesia. Kebutuhan tempat tinggal yang meningkat berjalan
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk perkotaan. Berdasarkan data
dari Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2005 menunjukan peningkatan
jumlah jumlah penduduk daerah perkotaan mencapai 55 juta jiwa yang
disebabkan oleh faktor migrasi penduduk (urbanisasi). Banyaknya jumlah
penduduk perkotaan menyebabkan semakin sempit dan terbatasnya lahan yang
tersedia di kota. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada tingginya nilai
jual tanah. Sehingga mulai muncul suatu permukiman baru yang menempati
area permukiman yang sudah ada dimana ini berdampak pada semakin padat
dan sesaknya permukiman di kota.
Dengan mayoritas penduduk yang berada di taraf ekonomi menengah
kebawah, menciptakan kesan permukiman kumuh dengan kualitas lingkungan
kurang memadai. Permasalahan tersebut masih terus berkembang meningkatnya
pertumbuhan penduduk di Indonesia tanpa adanya penanganan yang sesuai.
Hasil olah cepat Sensus Penduduk 2010 yang diselenggarakan pada bulan
Mei 2010 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.556.363 jiwa.
Bila dibandingkan dengan hasil sensus penduduk 2000 yang berjumlah
205.132.458jiwa, maka selama 10 tahun terakhir penduduk Indonesia bertambah
sekitar 32,5 juta orang atau meningkat dengan laju pertumbuhan per tahun
sebesar 1,49 persen.

1
Gambar 1. 1. Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Hasil Sensus.
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011

Dari masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa ternyata pemerintah kita


belum dapat menyelesaikan permasalahan pertumbuhan penduduk khususnya
dalam hal penyediaan tempat tinggal bagi warganya. Perlu adanya suatu
alternatif pembangunan yang dianggap sesuai dan dapat mengatasi masalah
kebutuhan rumah tinggal. Pembangunan vertikal merupakan salah satu solusi
yang dapat digunakan., dalam hal ini pembangunan Rumah Susun diharapkan
dapat mendorong pemanfaatan penyedian sarana dan prasarana umum yang
efektif dan efisien. Keunggulan dari pembangunan vertikal juga terdapat pada
penggunaan lahan secara tepat. Dapat dikatakan pembangunan vertikal dapat
memproduksi jumlah unit tempat tinggal lebih banyak dibanding rumah tinggal
biasa di atas luas lahan yang sama. Lebih jauh lagi nantinya hal ini akan
berdampak pada nilai sewa pada unit rumah susun.
Pembangunan rumah susun juga dapat mendukung rencana pemerintah
yang tertera pada Keppres No. 22/2006 yang mengeluarkan Program Nasional
“Rumah Susun 1.000 Tower”. Kepres ini mendukung pemenuhan kebutuhan
rumah susun layak huni sebanyak 1.000 menara atau sekitar 350.000 unit
dengan harga sewa atau jual yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah.
1.1.2. Kebutuhan Hunian bagi Buruh Pabrik di Kawasan Industri Cikarang,
Bekasi, Jawa barat
Cikarang merupakan salah satu pusat industri nasional dimana nilai
ekspornya mampu bersaing dengan Batam. Kawasan industri di Cikarang
merupakan kawasan industri yang potensial mengingat sekitar 2.125 unit

2
pabrik yang berasal dari 25 negara berlokasi di kawasan tersebut. Kawasan
tersebut mampu menyumbang sebesar 34,46 % PMA Nasional, serta 22-45 %
volume ekspor nasional. Pada tahun 2008 omset kawasan industri ini mencapai
$35 milyar dan 70% diantaranya untuk pasar ekspor.

Gambar 1. 2. Peta Kawasan industri di Cikarang, Bekasi.


Sumber : lippoCikarang.wordpress.com, 2010

Gambar 1. 3. Database Kawasan industri Kabupaten Bekasi.


Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bekasi, 2011

Jababeka merupakan salah satu kawasan industri terbesar yang ada di


Cikarang dengan luas sekitar 1040 hektar dan berisi lebih dari 1.400 perusahaan
lokal dan multinasional dari 29 negara, seperti Amerika Serikat, Jepang,

3
Perancis, Inggris, Belanda, Australia, Korea, Singapura, Taiwan, Malaysia, dan
masih banyak lagi. Diikuti dengan Tujuh kawasan industri lainnnya yang juga
sudah eksis di Cikarang a.l. MM2100, Delta SIlicon I, EJIP, BIIE, dan Delta
SIlicon II yang terdiri dari lebih 500 perusahaan dan lebih dari 250.000 pekerja.
Banyaknya jumlah pabrik yang muncul di kawasan industri Cikarang
secara otomatis menyerap banyak jumlah tenaga kerja. Para pekerja bukan
hanya berasal dari wilayah Cikarang atau kabupaten Bekasi saja, namun juga
dari kot- kota di Jabodetabek. Mereka rata–rata menempuh jarak yang cukup
jauh untuk mencapai lokasi industri yang terletak di daerah pinggir kota agar
polusinya tidak berdampak langsung pada kota, terutama daerah tempat tinggal.
Sedangkan jam kerja yang mereka jalani cukup tinggi sehingga tidak memiliki
cukup waktu untuk beristirahat. Jauhnya lokasi juga berakibat bertambahnya
biaya yang dikeluarkan pihak industri untuk penyediaan dana transportasi, baik
itu yang berupa pendapatan ataupun transportasi untuk antar jemput. Banyaknya
pekerja pabrik ini juga berakibat munculnya kemacetan pada saat jam–jam
mulai kerja maupun pulang kerja pada ruas jalan raya Cikarang-Cibarusah.
Dengan adanya permasalahan-permasalahan di atas maka akan
menimbulkan efek negatif terhadap perkembangan permukiman kota, karena
banyaknya para pekerja-pekerja dari sekitar kota yang umumnya berpenghasilan
rendah mencari pemukiman yang dekat dengan lokasi mereka bekerja dengan
biaya yang murah. Hal ini memungkinkan munculnya daerah permukiman
kumuh pada kota dan dikhawatirkan jumlahnya akan meluas.
Di sisi lain, pembangunan perumahan yang kian masif dikembangkan
sejumlah pengembang di Indonesia, seperti melupakan pangsa buruh dan
pekerja menengah bawah. Harga perumahan yang terus melambung akan sulit
terjangkau oleh kalangan pekerja kelas rendah. Alhasil, banyak buruh, terutama
buruh yang bekerja di kawasan industri, tinggal di bedeng-bedeng dekat lokasi
kerja mereka.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dibangun suatu hunian
layak huni yang dapat meningkatkan kesejahteraan para buruh pabrik di
kawasan industri melalui pembangunan dan penyediaan rumah susun di dalam
kawasan industri. Letaknya yang berdekatan dengan lokasi kerja serta dapat
dicapai dengan mudah memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.

4
Terutama untuk peningkatan kualitas buruh, dimana buruh tidak akan lagi
menghabiskan waktu mereka dalam perjalanan ataupun merasakan
ketidaknyamanan dalam hunian temporer yang timbul secara padat di lahan
yang bukan tempatnya. Sementara itu, dari segi ekonomi diharapkan
pembangunan rumah susun buruh pabrik di kawasan industri ini juga mampu
meminimalisir pengeluaran belanja pegawai dari pihak pabrik. Dengan kondisi
yang layak dan harga yang terjangkau, rumah susun yang diperuntukkan bagi
buruh pabrik dan keluarganya akan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka
dengan tinggal dalam hunian yang layak.
1.1.3. Peran Arsitektur Ekologis terhadap Lingkungan Kawasan Industri
Berkembang pesatnya kawasan industri merupakan faktor positif bagi
pertumbuhan ekonomi. Selain memberikan dampak-dampak positif,
pengembangan kawasan industri juga memiliki dampak-dampak negatif yang
kebanyakan berkaitan dengan aspek lingkungan. Keberadaan industri akan
menghasilkan produk sampingan dari aktivitasnya yang dapat mengakibatkan
perubahan kualitas udara, air dan tanah yang umumnya yang menerima dampak
negatif dari polusi ini adalah warga yang tinggal di kawasan industri. Misalnya
saja terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat polusi dan limbah
yang dihasilkan dari pabrik-pabrik di kawasan industri. Selain itu keberadaan
industri berpengaruh pada bertambahnya limbah sampah dimana dalam proses
produksinya akan menghasilkan produk sampingan/emisi baik dalam jumlah
kecil maupun besar.
Salah satu kawasan industri di Cikarang yang sudah menerapkan konsep
ekologis pada kawasan industrinya adalah Jababeka dengan cara menanam
aneka jenis tanaman dan menyediakan lahan yang digunakan sebagai Botanical
Garden dimana program ini sukses untuk menarik ekosistem baru dari aneka
jenis burung dan hewan. Selain itu Jababeka juga membangun fasilitas Water
Treatment Plant (WTP) yang memadai. Untuk kawasan industri dilayani dua
WTP, sementara kawasan hunian satu unit WTP. Selain itu juga terdapat sistem
pengolahan limbah industri. Fasilitas semacam ini membuat Jababeka menjadi
kawasan yang ramah lingkungan.
Kegiatan perencanaan dan perancangan bangunan di kawasan industri
diharapkan dapat mendukung pembangunan hunian yang memperhatikan
lingkungan. Salah satunya dengan pendekatan ekologi dalam upaya mengurangi
5
dampak industri. Arsitektur ekologis merupakan salah satu cabang ilmu
arsitektur yang berwawasan lingkungan. Arsitektur ekologis menerapkan konsep
hubungan timbal balik antara manusia sebagi pengguna dan bumi sebagai
wadahnya. Arsitektur ekologis diharapkan dapat diterapkan dalam perancangan
bangunan dan juga keberlangsungannya untuk dapat memberikan pengaruh
positif terhadap kualitas penggunanya.

1.2. Rumusan Permasalahan


1.2.1. Permasalahan Umum
Terdapat 7 (tujuh) kawasan industri dengan pengembang berbeda dan
ratusan buruh yang bekerja pada masing-masing perusahaan yang terletak di 7
(tujuh) kawasan industri tersebut. Letak masing-masing Kawasan industri dan
juga banyaknya buruh yang tercakup dalam satu kawasan industri Cikarang
menjadi faktor pendorong dibutuhkannya beberapa masa rumah susun berbeda
yang diletakkan pada beberapa titik lokasi berbeda. Hal ini didasarkan pada
studi kasus rumah susun di kawasan industri Batam. Pemerintah memutuskan
untuk membangun rusunawa untuk buruh pabrik dengan membagi ke dalam 3
(tiga) lokasi berbeda, dikarenakan banyaknya jumlah buruh pabrik dalam satu
cakupan kawasan industri Batam, serta tidak adanya lahan besar yang cukup
untuk mewadahi semua buruh.
Permasalahan yang didapat disini adalah :
a) Bagaimana merancang bangunan rumah susun sewa yang secara fisik,
fungsi dan estetika mampu mewadahi kebutuhan penghuni dengan
karakter masyarakat pekerja menengah ke bawah.
b) Bagaimana mengimplementasikan konsep arsitektur ekologid pada
bangunan rumah susun sewa yang terletak di kawasan industri.
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan Pembahasan
Diharapkan mampu menggali dan merumuskan dasar-dasar perencanaan
dan perancangan Rumah Susun sebagai salah satu hunian di kawasan industri
yang terkonsentrasi pada kebutuhan penyediaan hunian sehat yang layak untuk
para buruh di kawasan industri Cikarang dengan memperhatikan persyaratan
dan peraturan pemerintah.

6
1.3.2. Sasaran Pembahasan
1) Secara subjektif
Sebagai materi penyusunan laporan pra tugas akhir dengan judul
“Rumah Susun Sewa Buruh Pabrik di Kawasan industri Cikarang, Bekasi
dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis”.
2) Secara objektif
Menghasilkan rumusan konsep perancangan bangunan rumah susun
sewa yang ditujukan kepada buruh-buruh yang bekerja di kawasan industri
Cikarang, Bekasi.
1.4. Manfaat
1.4.1. Secara Subjektif
Untuk memenuhi salah satu persaratan dalam mengikuti Tugas Akhir
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dan sebagai
pegangan/acuan selanjutnya dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan
dan Perancangan Arsitektur (LP3A) yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari Tugas Akhir.
1.4.2. Secara Objektif
Memberikan wacana pengetahuan dan wawasan yang dapat digunakan
sebagai langkah awal dalam mendesain rumah susun yang dapat memenuhi
kebutuhan para pekerja buruh pabrik di kawasan industri.
1.5. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan meliputi pertimbangan pemilihan site lokasi perancangan
rumah susun sewa bagi buruh pabrik di kawasan industri Cikarang, merancang
bangunan rumah susun sewa bagi buruh pabrik yang bekerja di kawasan industri,
Cikarang sebagai bangunan vertikal bermassa banyak beserta tapak lingkungan sekitar
melalui pendekatan arsitektur ekologis untuk menciptakan hunian yang sehat, baik, dan
layak di tengah kawasan industri. Merancang tata ruang dan fasilitas bersama yang
dapat mengakomodasi interaksi sosial didalamnya.
1.6. Metode Pembahasan
1.6.1. Metode Pengumpulan Data
1) Pengumpulan data primer
Data primer merupakan data yang diusahakan atau didapat oleh
peneliti/penulis. Metode pengumpulan data primer dengan cara:
7
a) Wawancara, digunakan untuk memperoleh data maupun informasi secara
langsung dari narasumber dan pihak yang terkait. Wawancara pada studi
ini dilakukan kepada buruh pabrik di kawasan industri Cikarang kaitannya
sebagai calon penghuni.
b) Observasi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data berupa pengamatan
langsung di lapangan yang berkaitan dengan penentuan lokasi rumah
susun. Observasi lapangan disertai dengan dokumentasi foto sebagai
pelengkap data-data visual.
2) Pengumpulan data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur, yaitu
meliputi pengumpulan data berbentuk tulisan, gambar maupun peta baik
diperoleh dari kantor instansi pemerintah/perusahaan terkait maupun dari
browsing internet.
1.6.2. Metode Analisis
Melakukan analisa dari data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan
baik dari lokasi, wawancara maupun dari literatur.
1.7. Keaslian Penulisan
Penulisan Tugas Akhir dengan judul “Rumah Susun Sewa Buruh Pabrik Di
Kawasan industri Cikarang Bekasi Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis” merupakan
sebuah bangunan yang difungsikan untuk mewadahi buruh pabrik di kawasan industri
Cikarang, Bekasi yang membutuhkan tempat tinggal yang layak dengan pendekatan
arsitektur ekologis,sehubungan dengan kelayakan kualitas gaya hidup di kawasan
industri yang berpolusi serta untuk membantu menjawab isu lingkungan saat ini.
Selama penulis menyusun Tugas Akhir, penulis tidak menemukan judul yang serupa,
baik dalam media internet ataupun karya tercetak, namun penulis menggunakan laporan
beberapa contoh Laporan Pra Tugas Akhir sebagai acuan. Berikut adalah judul,
penjelasan, dan peredaan dari laporan yang penulis maksud :

Tabel 1. Judul, Penjelasan, dan Peredaan Keaslian Penulisan Pra Tugas Akhir
Judul Deskripsi Perbedaan
Vandilo Davin Sinaga. Pembangunan Rumah Susun di - Lokasi
2008. Rumah Susun Kawasan Jakarta yang berfokus pada - Penekanan
Penekanan Ecological permasalahan kepadatan penduduk Konsep
Design Menuju Hunian dan sempitnya lahan. Menyebutkan - Fokus Penghuni

8
Sehat. rumah susun sebagai ekosistem - Pendekatan
perkotaan, sehingga untuk
mendukung ekosistem tersebut
dibutuhkan penerapan ecological
design untuk mengurangi dampak
negative dari sebuah bangunan
sebagai bagian dari ekosistem
perkotaan. Fokus pembangunan
rumah susun menargetkan penduduk
Jakarta yang memiliki profesi
beragam dengan ekonomi rendah
sebagai penghuni. Sehingga dengan
ekonomi rendah penghuni bisa
mendapatkan ruang huni yang sehat
dan nyaman dan sesuai dengan pola
tinggal masyarakat perkotaan.
Ferastika Swandari. Pembangunan rumah susun sebagai - Lokasi
2012. Rusunawa Untuk fasilitas hunian buruh pabrik yang - Penekanan
Buruh Pabrik Industri dibutuhkan oleh Pt. Krakatau Steel Konsep
Pt.Krakatau Steel yang terletak di Cilegon.Isunya - Fokus Penghuni
Dengan Pendekatan Pt.Krakatau steel sedang
Ekologis. Yogyakarta : membutuhkan sebuah solusi hunian
bagi untuk buruh pabrik yang
bekerja di perusahannya. Rumah
suusn dibangun di dalam lingkungan
pabrik pt.krakatau steel dengan
pendekatan arsitektur ekologis guna
mengurangi produksi bahaya
kualitas hidup yang diciptakan oleh
lingkungan pabrik.
Rakhmawati, Shinta Menekankan pada pembangunan - Lokasi
Rumah Sususn kampung vertical di bantaran sungai - Penekanan
Serangan dengan winongo. Juga memfokuskan pada Konsep

9
Konsep Kampung konsep permukiman dengan ruang - Fokus Penghuni
Vertikal Ekologis. terbuka hijau. Kampung vertical - Pendekata
juga diharapkan dapat mengangkat
identitas kawasan dan potensi nilai
lokal kampung.
Krisnaningrum Menekankan kepada lokasi yaitu, - Lokasi
Wulandari. 2011. Sungai code yang merupakan salah - Penekanan
Rumah Susun Di sati icon kota Yogyakarta. Konsep
Sungai Code Perancangan hunian yang layak - Fokus Penghuni
Yogyakarta Dengan untuk mengatasi kepadatan
Pendekatan Ekologis. penduduk di bantaran sungai code
dengan memperhatikan pada solusi
ancaman bahaya banjir lahar dingin
dengan solusi pendekatan arsitektur
ekologis sebagai penyelesaian.
Sumber : Penulis, 2013
1.8. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, metode
pembahasan dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS RUMAH SUSUN DAN ARSITEKTUR
EKOLOGIS
Berisi pembahasan secara umum mengenai rumah susun dan arsitektur
ekologis. Dimana tinjauan teoritis rumah susun meliputi pengertian, fungsi,
sistem kepemilikan, klasifikasi rumah susun, fasilitas, standart, persyaratan
teknis pembangunan, preseden bangunan housing sebagai studi kasus, dan
hasil studi survey langsung rumah susun di Indonesia. Dilanjutkan dengan
pembahasan teori tentang arsitektur ekologis meliputi pengertian ekologis,
pengertian arsitektur ekologis, tujuan arsitektur ekologis, standar yang
diterapkan pada bangunan ekologis, arsitektur ekologis sebagai
pembangunan yang berkelanjutan, arsitektur ekologis terhadap efesiensi
energi, prinsip-prinsip desain rumah susun dengan arsitektur ekologis serta

10
preseden bangunan yang menerapkan ekologis dalam arsitektur
bangunannya.
BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI DAN KAWASAN INDUSTRI
CIKARANG
Berisi tinjauan Kota Bekasi meliputi kondisi geografis dan administratif,
penggunaan lahan, fungsi dan jenis kegiatan ruang kota serta kependudukan.
Juga membahas tentang keberadaan kawasan industri Cikarang sebagai
lokasi yang menajdi tempat buruh pabrik bekerja.
BAB IV PENDEKATAN KONSEP RUMAH SUSUN YANG MENERAPKAN
ARSITEKTUR EKOLOGIS
Terdiri dari pendekatan konsep, pertimbangan, serta alternative desain
ekologis sebagai konsep pendekatan dari pembangunan rumah susun buruh
di kawasan industri yang dapat meminimalisir dampak dari berdirinya
sebuah hunian di tengah kawasan industri.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN
SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS DI
KAWASAN INDUSTRI CIKARANG
Berisi konsep-konsep dasar perencanaan dan perancangan rumah susun sewa
buruh pabrik di kawasan industri Cikarang beserta penerapan arsitektur
ekologis terhadap bangunan rumah susun. Konsep perencanaan dan
perancangan rumah susun selanjutnya akan digunakan sebagai dasar acuan
untuk tahap transformasi desain.

11

Das könnte Ihnen auch gefallen