Sie sind auf Seite 1von 5

Nama : Tri Wahyuningsih

NIM : 25417061
Mata Kuliah : Sumber Daya dan Lingkungan
Dosen : Ir. Teti Armiati Argo, MES, Ph.D.

KULIAH I
1. Apa perbedaan antara biocentrism and ecosentrism?
Pada dasarnya, ecosentrism merupakan pengembangan dari biocentrism, sehingga
keduanya tidak berkontradiksi satu sama lain. Kedua teori tersebut menentang
anthroposentrism (White, 2004:9). Teori biocentrism menjelaskan bahwa bukan
hanya manusia dan kepentingannya yang memiliki nilai tertinggi, tetapi terdapat
makhluk hidup lainnya yang memiliki nilai bagi dirinya sendiri (intrinsik) untuk tumbuh
dan berkembang terlepas dari ada atau tidaknya manfaat terhadap kepentingan
manusia. Sedangkan ecosentrism memusatkan perhatian pada keidupan
seluruhnya, bahwa pusat etika bukan hanya makhluk hidup (unsur biotik), tetapi juga
terdapat komponen abiotik seperti udara, air, tanah, cahaya, dan abiotik lainnya
dalam satu ekosistem yang turut berperan dalam keberlangsungan makhluk hidup
di alam. Dengan demikian, ecosentrism menilai adanya hubungan saling
ketergantungan antara unsur biotik dan abiotik dalam suatu ekosistem sehingga
dibutuhkan tanggung jawab moral yang sama untuk semua komponen ekosistem.

2. Apa perbedaan anthropocentrism dan technocentrism?


Anthropocentrism memosisikan manusia sebagai pusat dari segala sesuatu dan
alam semesta dianggap tidak mempunyai nilai intrinsik pada dirinya sendiri selain
nilai instrumental ekonomis bagi kepentingan manusia. Sebagai konsekuensinya,
terjadi eksploitasi terhadap alam sebagai komoditas ekonomi bagi manusia tanpa
mempertimbangkan keberlangsungan lingkungan. Seperti yang dijelaskan Keraf
(2004:8) bahwa akar dari krisis dan bencana lingkungan hidup yang terjadi
disebabkan karena adanya kesalahan paradigma pada anthropocentrism.
Berdasarkan penjelasan tersebut, permasalahan lingkungan tidak dipertimbangkan
dalam anthropocentrism. Hal tersebut berbeda dengan technocentrism. Menurut
O’Riordan dalam Pepper (1996:38), technocentrism menyadari adanya
permasalahan lingkungan yang timbul sebagai akibat eksploitasi alam dan percaya
bahwa manusia akan mampu mengatasi permasalahan tersebut melalui teknologi.
Dengan demikian, perbedaan antara anthropocentrism dan technocentrism bukan
hanya pada adanya unsur teknologi yang dijadikan sebagai media atau alat bagi
manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam tetapi juga dimaksudkan untuk
mengatasi permasalahan lingkungan yang timbul sebagai dampak eksploitasi
terhadap alam.

KULIAH II
1. Mengapa kita baru mempersoalkan lingkungan hidup sebagai dampak lingkungan
(after the fact)?
Persoalan lingkungan hidup mengemuka sebagai dampak lingkungan disebabkan
karena manusia menyadari bahwa permasalahan tersebut akan menjadi ancaman
bagi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Hal tersebut didukung oleh adanya
fakta bahwa beberapa permasalahan lingkungan dapat terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dan disebabkan salah satunya oleh aktivitas manusia. Sebagai contoh
yaitu adanya industrialisasi yang berdampak pada peningkatan polusi di kawasan
perkotaan. Polusi menimbulkan efek langsung dan efek tidak langsung terhadap
lingkungan hidup seperti berdampak langsung pada kesehatan manusia dan secara
tidak langsung dapat menyebabkan hujan asam. Menurut Capek dalam Hannigan
(2014:47), salah satu wacana lingkungan hidup yaitu environmental justice memiliki
empat komponen pokok yaitu: hak seseorang untuk mengetahui dan mendapat
informasi mengenai sesuatu yang dihadapinya; hak untuk menyuarakan pendapat
jika tingkat polusi naik; hak mendapat kompensasi dari pihak yang mengeluarkan
polusi; dan hak untuk keikutsertaan secara demokratis dalam menentukan nasib
komunitas yang telah tercemar. Adanya pembahasan mengenai wacana lingkungan
turut andil dalam menyadarkan manusia untuk menjaga kelangsungan lingkungan
hidup.

2. Apakah manusia dapat hidup tanpa dukungan lingkungan hidup? Berikan contoh!
Lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan kesatuan ruang
semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Unsur-unsur yang ada dalam
lingkungan hidup tersebut menjadi sumber pemenuhan kebutuhan manusia.
Kebutuhan dasar manusia seperti udara untuk bernafas, air untuk minum dan
keperluan lainnya, tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanan, serta tempat
tinggal untuk tumbuh dan berkembang menjadi bukti bahwa manusia tidak dapat
hidup tanpa adanya dukungan lingkungan hidup.

KULIAH III
1. Sejauh mana science dapat memberikan informasi terhadap kondisi lingkungan
hidup yang ada saat ini? Apakah semuanya dapat terjelaskan melalui science?
Science atau ilmu pengetahuan dapat memberikan informasi terhadap kondisi
lingkungan hidup sejauh science tersebut dapat dikembangkan oleh manusia
sebagai subjek dalam pengembangan science. Mengapa manusia? Karena
dibandingkan dengan komponen biotik lainnya, manusialah yang memiliki
kemampuan berpikir. Oleh karena itu, manusia menerapkan science untuk
memperoleh pemahaman ilmiah terkait kondisi dan permasalahan lingkungan hidup
termasuk penyebab dan dampak yang ditimbulkannya. Penerapan science tersebut
dilakukan melalui prosedur penelitian ilmiah yang terkadang menggunakan teknologi
sebagai tools agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dan
merepresentasikan kondisi yang sesungguhnya. Tidak hanya itu, manusia
berkewajiban mengembangkan science sebagai upaya dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Sebagai contoh, pada tahun 1958 terjadi masalah wabah penyakit
yang memiliki gejala kelumpuhan syaraf di Kota Minamata, Jepang. Kemudian para
ahli kesehatan meneliti untuk mencari tahu penyebab wabah tersebut. Berdasarkan
serangkaian tahapan penelitian disimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan
karena adanya logam merkuri yang terkontaminasi dengan air laut sebagai akibat
adanya aktivitas pabrik. Setelah 59 tahun, melalui pengembangan science, upaya
penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dilakukan di Kota Minamata yang
saat ini dimanfataatkan sebagai ecotourism (Yoshida, 2007).

KULIAH IV
1. Apa perbedaan antara valuation dan evaluation?
Perbedaan antara valuation dan evaluation terletak pada proses dan output yang
dihasilkan. Valuation merupakan serangkaian kegiatan menilai sesuatu berdasarkan
kriteria tertentu untuk memperoleh gambaran/informasi dari objek yang dinilai
sehingga output hanya sebatas nilai yang selanjutnya dapat dijadikan input pada
proses evaluation. Sedangkan evaluation merupakan suatu proses sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan/alternatif sampai sejauh mana pencapaian
tujuan dari suatu program atau kebijakan. Dalam konteks lingkungan, perbedaan
evaluation dan valuation dapat dilihat pada praktik penyusunan AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) misalnya AMDAL pembangunan industri. Dalam
penyusunan AMDAL tersebut, terdapat tahapan evaluasi dampak pembangunan
industri yang bertujuan untuk merumuskan kegiatan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sebagai upaya meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif yang ditimbulkan. Dalam proses evaluasi tersebut, dibutukan valuasi
ekonomi yang bertujuan untuk memberikan perhitungan nilai moneter terhadap
dampak lingkungan yang diperkirakan akan timbul dari kegiatan industri. Menurut
Askari (2001:13) hasil valuasi ekonomi berperan penting dalam memberikan
alasan/penjelasan pada saat dilakukan evaluasi dampak penting secara holistik.

2. Apakah yang disebut sebagai Total Economic Value (TEV)?


Total Economic Value adalah salah satu metode pendekatan valuasi ekonomi yang
bertujuan untuk menilai total kontribusi ekonomi dari sebuah ekosistem tertentu
kepada masyarakat. Secara matematis, nilai TEV menurut Turner dan Pearce (1993)
adalah hasil penjumlahan nilai sumber daya atas nilai manfaat (use value = UV) dan
nilai bukan manfaat (non use value = NUV). Nilai manfaat terbagi atas nilai manfaat
langsung (direct use value), nilai manfaat tidak langsung (indirect use value), dan
nilai pilihan (optional value). Sedangkan nilai bukan manfaat terbagi atas nilai
keberadaan (existence value) dan nilai warisan (bequest value). Perhitungan nilai
TEV suatu sumber daya alam bertujuan untuk menyusun kebijakan pengelolaan
sumber daya alam tersebut sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat
ditentukan secara benar dan tepat sasaran. Misalnya dalam konteks penentuan
alternatif penggunaan lahan dari ekosistem hutan mangrove. Berdasarkan hukum
biaya dan manfaat (a benefit-cost rule), keputusan untuk mengembangkan suatu
ekosistem hutan mangrove dapat dibenarkan jika manfaat bersih dari
pengembangan ekosistem tersebut lebih besar dari manfaat bersih konservasi. Jadi
dalam hal ini manfaat konservasi diukur dengan TEV dari ekosistem hutan mangrove
tersebut.
Referensi

Askari, Muhammad. 2001. Panduan Umum Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan untuk
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Penerapan AMDAL.
Pepper, David. 1996. Modern Environmentalism: an Introduction. London: Routledge.
Hannigan, John A. 2014. Environmental sociology.
http://public.eblib.com/choice/publicfullrecord.aspx?p=1659185
Indonesia, R. 2009. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Citra Umbara.
Keraf, Sonny. A., & Sinubyo. 2014. Filsafat Lingkungan Hidup: Alam Sebagai Sebuah
Sistem Kehidupan (Cet. 1.). Yogyakarta: Kanisius.
Pearce, David W.,et.al. 1993. Environmental Economics an Elementary Introduction.
Baltimore, Md: Johns Hopkins University Press.
Wackernagel, Mathis, and William E. Rees. 2007. Our Ecological Footprint: Reducing
Human Impact on The Earth. Gabriola Island, BC [u.a.]: New Society Publ.
White, Robert. 2004. Controversies in Environmental Sociology.
http://dx.doi.org/10.1017/CBO9780511804434.
Yoshida, F. 2007. Environmental Restoration of Minamata: New Thinking Brings New
Advances. Sustainability Science, 2(1), 85-93.
doi:http://dx.doi.org/10.1007/s11625-006-0017-2

Das könnte Ihnen auch gefallen