Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kurang rasa tanggung jawab. Ciri tersebut sering terdapat pada usia remaja
sekitar usia 18-20 tahun. Ceroboh serta kurang mampu menghadapi bahaya.
b. Sifat ego sentries. Sifat yang lebih mementingkan diri sendiri dan kurang
memperhatikan dan atau kurang menghargai orang lain, sehingga dalam
berlalu lintas mudah menimbulkan kecelakaan, karena semua yang ada
disekitarnya dianggap hanya untuk kebutuhan dan kepentingannya sendiri.
Misalnya helm yang tidak ditalikan sehingga saat kendaraan dilarikan dalam
kecepatan tinggi, helm tersebut dapat terbang tertiup angina, hal ini sangat
membahayakan pengendara yang ada di belakangnya.
c. Rasa percaya yang berlebihan. Orang jenis ini merasa mampu mengatasi
semua rintangan dan cenderung mudah mengabaikan peraturan.
Pamungkas, NS (2011) dalam tulisannya menyatakan bahwa sebagian besar
kejadian kecelakaan di jalan tol Surabaya-Gempol disebabkan oleh faktor manusia
(63,09%). Adapun faktor kendaraan menyumbang sebesar 28,33% sedangkan
faktor jalan dan lingkungan menyumbang 8,58% sebagai penyebab terjadinya
kecelakaan di jalan tol Surabaya-Gempol.
3.1.2 Kualifikasi Luka Menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pada kecelakaan lalu lintas sering korban dibawa ke rumah sakit untuk
dimintakan visum et repertumnya oleh penyidik dalam hal ini perlu diketahui
beberapa batasan menyangkut korban kecelakaan lalu lintas terkait dengan
peraturan pemerintah nomer 43 tahun 1993 tentang prasarana dan lalu lintas, serta
undang undang RI nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
Korban kecelakaan lalu lintas dapat berupa (pasal 93 ayat 2 PP nomor 43 tahun
93) :
1. Korban mati, yaitu korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu
lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut
(pasal 93 ayat 3 PP nomor 43 tahun 93).
2. Korban luka berat, yaitu korban yang karena luka-lukanya menderita cacat
tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi
kecelakaan (pasal 93 ayat 4 PP nomor 43 tahun 93)
3. Korban luka ringan, yaitu korban yang tidak termasuk korban mati dan korban
luka berat (pasal 93 ayat 5 PP nomor 43 tahun 93).
Sedangkan menurut undang undang RI nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas
dan angkutan jalan, kecelakaan lalu lintas digolongkan menjadi :
1. Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan dan atau barang (pasal 229 ayat 2). Dan dalam
penjelasan ayat ini disebutkan luka ringan adalah luka yang mengakibatkan
korban sakit dan tidak memerlukan perawatan inap di rumah sakit atau selain
yang dikualifikasikan ke dalam luka berat.
2. Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka
ringan dan kerusakan kendaraan dan atau barang (pasal 229 ayat 3).
3. Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban
meninggal dunia atau luka berat (pasal 229 ayat 4). Sedang dalam penjelasan
ayat ini menyebutkan bahwa luka berat adalah luka yang mengakibatkan
korban salah satu di bawah ini :
a. Jatuh sakit dan tidak ada harapan sembuh sama sekali atau menimbulkan
bahaya maut
b. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan
c. Kehilangan salah satu panca indra
d. Menderita cacat berat atau lumpuh
e. Terganggu daya pikir selama empat minggu lebih
f. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
g. Luka yang membutuhkan perawatan di rumah sakit >30 hari
3.4.4 Aspek hukum yang mengatur santunan korban kecelakaan lalu lintas
Hukum yang mengatur santunan bagi korban kecelakaan lalu lintas adalah
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI no. 36 dan 37/PMK.010/2008 yang
disahkan pada 26 Februari 2008.
Pasal 2
(1) Korban kecelakaan alat angkutan lalu lintas jalan atau ahli warisnya berhak atas
santunan.
(2) Besar santunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan sebagai berikut
:
a) Ahli waris dari korban yang meninggal dunia berhak memperoleh santunan
sebesar Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah)
b) Korban yang mengalami cacat tetap berhak memperoleh santunan yang
besarnya dihitung berdasarkan angka prosentase sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 dari
besar santunan meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam huruf (a)
c) Korban yang memerlukan perawatan dan pengobatan berhak memperoleh
santunan berupa penggantian biaya perawatan dan pengobatan dokter
paling besar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Pasal 3
Dalam hal korban meninggal dunia akibat kecelakaan alat angkutan lalu lintas
jalan tidak mempunyai ahli waris, kepada pihak yang menyelenggarakan
penguburan diberikan penggantian biaya penguburan sebesar Rp 2.000.000,00
(dua juta rupiah). (UU Republik Indonesia, 2009)
Dalam hal terjadi suatu kecelakaan yang dijamin dalam pertanggungan ini, maka:
3.4.2 Definisi
Patah tulang panggul adalah gangguan struktur tulang dari
pelvis. Pada orang tua, penyebab paling umum adalah jatuh dari posisi
berdiri. Namun, fraktur yang berhubungan dengan morbiditas dan
mortalitas terbesar melibatkan pasukan yang signifikan misalnya dari
kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian.
3.4.3 Etiologi
Dengan makin meningkatnya kecelakaan lalu lintas
mengakibatkan dislokasi sendi panggul sering ditemukan. Dislokasi
panggul merupakan suatu trauma hebat. Patah tulang pelvis harus
dicurigai apabila ada riwayat trauma yang menekan tubuh bagian
bawah atau apabila terdapat luka serut, memar, atau hematom di
daerah pinggang, sacrum, pubis atau perineum.
2. Dislokasi anterior
Obturator
Iliaka
Pubik
Disertai fraktur kaput femur
-
Gambar 2.6 Lebam Mayat
12
2-3 6 18 24
Perubahan yang terjadi pada otot – otot orang meninggal adalah sebagai berikut :
1. Primary Flaccidity
Dalam fase ini otot – otot lemas, dan masih dapat dirangsang secara mekanik,
maupun elektrik. Fase ini terjadi dalam stadium somatic death. Primary flaccidity
berlangsung selama 2-3 jam.
2. Rigor Mortis
Dalam fase ini otot – otot tidak dapat berkontraksi meskipun dirangsang secara
mekanik maupun elektrik, terjadi dalam stadium cellular death. Fase rigor mortis
ini dibagi menjadi 3 bagian :
a. Kaku mayat belum lengkap
Kaku mayat terjadi serentak pada otot – otot seluruh tubuh. Akan tetapi
manifestasinya tidak bersamaan. Mula – mula kaku mayat terjadi pada Mm.
Orbicularis occuli, kemudian rahang bawah, otot – otot leher, extremitas atas,
thorax, abdomen dan extremitas bawah. Fase ini berlangsung 3 jam.
b. Kaku mayat lengkap
Fase kaku mayat lengkap dipertahankan selama 12 jam
c. Kaku mayat mulai menghilang
Urut – urtan hilangnya kaku mayat sama seperti pada waktu timbulnya,
terkecuali otot rahang bawah yang paling akhir menjadi lemas. Fase ini
berlangsung selama 6 jam.
3. Secondary Flacidity
Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadi rigor mortis :
1. Suhu sekitarnya
Bila suhu sekitarnya tinggi, rigor mortis akan cepat timbul dan hilang,
sebaliknya pada suhu rendah, rigor mortis lebih lama timbul serta lebih lama
hilang. Pada suhu dibawah 100ºC tidak akan terbentuk rigor mortis
2. Keadaan otot saat meninggal
Apabila korban meninggal dalam keadaan konvulsi atau lelah, rigor
mortis akan cepat timbul. Dan apabila korban meninggal secara mendadak
atau dalam keadaan relaks, timbulnya rigor mortis lebih lambat
3. Umur dan gizi
Pada anak – anak timbulnya rigor mortis relative cepat daripada orang
dewasa. Dan apabila keadaan gizi korban jelek, timbulnya rigor mortis juga
lebih cepat.
PEMBAHASAN
Korban datang dengan kesadaran penuh, mengaku bahwa korban telah tertabrak
fuso. Akibat kejadian tersebut korban mengalami luka pada kaki dan tangannya akibat
jatuh. Kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa, 10 Oktober 2017, pukul 06.30 WIB.
Kejadian tersebut terjadi di Jalan Putri Balau Gang Mangga Cempaka Putih tepat di
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Kesadaran nya sadar penuh, keadaan umum baik.
Sikap kooperatif
Pada lengan kanan sisi belakang dengan jarak 2 cm di bawah siku terdapat luka
sebagai luka ringan (luka derajat satu) karena tidak menimbulkan penyakit atau
lengan sisi belakang korban,luka memar tidak beraturan pada lutut kiri. Walaupun
Sesuai dengan pasal KUHP bunyi pasal 362 KUHP "Barang siapa mengambil suatu
benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk
penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah".Maka
pada kasus ini, hukuman bagi pelaku sesuai pasal ini adalah penjara paling lama 5
4.4 Kesimpulan
Pada perempuan berusia 27 tahun ini ditemukan luka lecet dan luka memar akibat
pasal 362 hukuman bagi pelaku sesuai pasal ini adalah penjara paling lama 5 tahun
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1997.
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. 2011. Simpson’s Forensic Medicine. 13th
ed. London: The English Language Book Society adn Edward Arnold
Moore KL & Dalley AF. 2002. Anatomi Beroreintasi Klinis edisi 5 jilid 1. Jakarta :
EGC.
Paulsen F & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: anatomi umum dan
muskuloskeletal. Jakarta: EGC