Sie sind auf Seite 1von 6

Kenali dan Sadari Kanker Payudara

Nadya Marshalita

Universitas Lampung

Payudara terdiri atas lobus dan duktus. Masing-masing payudara terdiri atas 15-20 lobus.
Di dalam lobus terdapat bagian yang lebih kecil yang disebut lobulus. Pada ujung lobulus
terdapat kantung-kantung yang dapat menyekresi air susu. Lobus, lobulus, dan kantung-kantung
tersebut dihubungkan oleh sistem duktus. Payudara juga diperdarahi oleh banyak pembuluh
darah dan terdapat juga nodus limfatikus di dekat payudara yaitu pada bagian axilla.
(NIH.US.gov, 2017)

Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari
epitel duktus mammae maupun lobulus mammae. Menurut Pathological Based Registration,
kanker payudara menempati urutan pertama kejadian kanker terbanyak di Indonesia. Setiap
tahunnya, 12 dari 100.000 wanita di Indonesia mengidap kanker payudara. Lebih dari 80% kasus
kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut sehingga sulit ditangani. Oleh karena itu,
diagnosis dini kanker payudara penting untuk menurunkan angka mortalitas akibat kanker
payudara. (Kemenkes RI, 2014).

Kanker payudara merupakan penyakit Non-Communicable Disease yang memiliki


berbagai faktor risiko. Faktor-faktor risiko tersebut dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
kanker payudara. Diantaranya yaitu adanya riwayat penyakit non-cancer pada payudara, adanya
riwayat ductal carcinoma in situ (DCIS) dan lobular carcinoma in situ (LCIS), memiliki riwayat
keluarga yang pernah atau sedang menderita kanker payudara (terutama ibu, anak, atau saudara
kandung), terdapat riwayat keluarga yang memiliki mutasi genetik pada gen BRCA1 dan BRCA2,
menstruasi dini pada usia <12 tahun, usia kehamilan pertama pada usia >35 tahun, tidak
melahirkan anak, tidak menyusui, konsumsi alkohol, obesitas, dan adanya paparan radiasi pada
area dinding dada. (NIH.US.gov, 2017).

Faktor risiko lainnya yaitu wanita dengan usia diatas 50 tahun, gangguan hormonal, dan
adanya pengaruh lingkungan, juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Oleh
karena itu, perlu diadakan pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer
dapat berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko tersebut. Sedangkan pencegahan
sekunder dapat berupa skrining kanker payudara yang terdiri atas SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri), SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis), pemeriksaan oleh petugas terlatih,
dan screaning mammografi. (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP dr. Kariadi Semarang, wanita usia
subur dengan keadaan menstruasi dini pada usia <12 tahun berisiko terkena kanker payudara
sebesar 2,638 kali lebih tinggi, wanita usia subur dengan usia kehamilan pertama >35 tahun
berisiko 2,634 kali lebih tinggi, wanita usia subur dengan keadaan nulipara berisiko 4,353 kali
lebih tinggi, wanita subur dengan riwayat tidak menyusui berisiko 2,118 kali lebih tinggi, dan
wanita subur dengan riwayat keluarga terkena kanker payudara berisiko 6,938 kali lebih tinggi.
(Priyatin, dkk, 2013).

Usia menstruasi dini berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan
progesteron pada wanita yang berpengaruh pada proliferasi jaringan payudara sehingga dapat
merangsang epitel mammae dan meningkatkan kemungkinan abnormalitas jaringan payudara.
Selain itu, berhubungan dengan kehamilan pada usia muda, dapat mengurangi diferensiasi sel
mammae menuju ke arah keganasan, sedangkan usia kehamilan pertama >35 tahun atau tidak
pernah hamil dapat menjadi promotor tumor atas sel duktus payudara yang mungkin telah
bertransformasi menjadi ganas. Wanita yang menyusui memiliki kadar estrogen dan progesteron
yang lebih rendah sehingga dapat menjadi buffer bagi kedua hormon tersebut agar tetap stabil.
Hal ini dapat mengurangi risiko keganasan pada sel-sel payudara. Pada wanita yang memiliki
riwayat keluarga (terutama ibu, anak perempuan, atau saudara perempuan) yang terkena kanker
payudara, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara dikarenakan adanya mutasi gen
tertentu, yaitu adanya gen BRCA1. Wanita dengan gen BRCA1, memiliki probabilitas kanker
payudara sebesar 60% pada usia 50 tahun dan meningkat menjadi 85% pada usia 70 tahun
(Priyatin, dkk, 2013).

Diagnosis yang dapat dilakukan yaitu berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan
keluhan utama berupa adanya benjolan di payudara, retraksi puting susu, kelainan pada kulit di
sekitar payudara, peau d’orange, dan adanya benjolan di ketiak serta edema di lengan. Pada
stadium lebih lanjut, terdapat keluhan tambahan berupa nyeri tulang terutama os vertebrae dan
os femur serta rasa sesak napas. (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan hasil riset pada tahun 2012, terdapat 14.067.849 kasus baru kanker dan
8.201.575 kematian akibat kanker di dunia. Kanker payudara menempati urutan pertama untuk
jenis kanker dengan presentase kasus baru tertinggi di dunia yaitu sebesar 43,3%. Selain itu,
kanker paru dan kanker payudara merupakan penyebab tertinggi kematian akibat kanker di
dunia. Pada penduduk perempuan di dunia, kanker payudara menempati urutan pertama untuk
kasus baru kanker dan kasus kematian akibat kanker yaitu sebesar 43,3% dan 12,9%
(GLOBOCAN, 2012 (IARC) Section of Cancer Surveillance).

Tingginya kasus kanker di dunia dan di Indonesia dapat dikurangi dengan adanya
tindakan pencegahan dan deteksi dini kanker. Dengan adanya pencegahan dan deteksi dini
kanker, pengobatan yang cepat dan tepat dapat segera dilakukan. Sehingga dapat meningkatkan
angka kesembuhan dan meningkatkan angka harapan hidup bagi penderita kanker. Namun,
menurut data rutin Subdit Kanker Direktorat Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian Kesehatan RI sampai dengan
tahun 2013, hanya ada sedikit puskesmas yang menyelenggarakan program deteksi dini kanker
serviks dan kanker payudara di seluruh Indonesia yaitu sekitar 7,6%. Skrining kanker payudara
di puskesmas Penyelenggara Deteksi Dini dilakukan dengan Clinical Breast Examination (CBE)
(Kemenkes RI, 2015).

Oleh karena itu, sebagai mahasiswa kedokteran, kita harus bisa menjadi agent of health
bagi diri kita sendiri maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar kita. Bersama dengan ISMKI
melalui IMSHA, saya mengajak mahasiswa kedokteran di Indonesia, khususnya perempuan,
untuk lebih mengenali faktor-faktor risiko kanker payudara dan tanda serta gejala yang muncul
sebagai diagnosis untuk kanker payudara. Saya mengajak mahasiswa kedokteran untuk lebih
waspada apabila terdapat faktor-faktor risiko kanker payudara pada diri mereka. Saya juga
mengajak mereka untuk dapat memahami teknik-teknik SADARI (Pemeriksaan Payudara
Sendiri) dan melakukannya rutin setiap bulan. Setelah itu, bersama dengan ISMKI melalui
IMSHA dan bersama dengan mahasiswa kedokteran di Indonesia, saya mengajak masyarakat
sekitar, khususnya perempuan, untuk lebih mengenali faktor-faktor risiko kanker payudara dan
tanda serta gejala yang muncul sebagai diagnosis untuk kanker payudara, serta menghimbau
mereka untuk lebih waspada, dan mengajarkan mereka teknik-teknik SADARI agar kanker
payudara dapat dideteksi sedini mungkin. Saya juga mengajak mereka untuk menjadi agent
untuk menyebarkan informasi dan ilmu yang telah mereka dapatkan agar semakin banyak
perempuan yang lebih paham dan aware mengenai kanker payudara. Saya menyebutnya dengan
“Agent SADARI” yang turut melaksanakan online campaign maupun offline campaign yang
dibuktikan dengan foto.

Sasaran subject campaign saya yaitu mahasiswa kedokteran, khususnya perempuan, dan
masyarakat di lingkungan sekitar, khususnya perempuan. Rancangan media campaign yang akan
saya gunakan yaitu berupa poster yang akan saya publish di berbagai sosial media, seperti line,
instagram, facebook, twitter, whatsapp, path, dan BBM. Media lain yang saya gunakan yaitu
video berdurasi 3 menit yang akan saya publish juga di berbagai media sosial seperti line,
instagram, facebook, twitter, dan youtube. Selain online campaign, saya juga akan melaksanakan
offline campaign dengan mendatangi dan mengumpulkan subject campaign untuk diberikan
informasi dan edukasi mengenai faktor risiko dan teknik SADARI. Tujuan campaign saya yaitu
agar subject campaign mendapat informasi mengenai faktor risiko pada kanker payudara serta
mendapat informasi mengenai teknik-teknik SADARI dengan harapan mereka dapat melakukan
teknik SADARI tersebut secara mandiri di rumah. Indikator keberhasilan campaign saya yaitu
terdapat minimal 100 orang mahasiswa kedokteran yang dapat menjadi “Agent SADARI” dengan
cara melakukan online campaign pada media sosial mereka juga. Selain itu terdapat 50
perempuan di lingkungan sekitar yang juga dapat menjadi “Agent SADARI” dengan melakukan
online campaign maupun offline campaign.

Sebagai agent of health, mahasiswa kedokteran harus bisa mengedukasi, melakukan


persuasi, dan memberi contoh agar orang-orang di sekitar dapat meningkatkan dan memperbaiki
kondisi kesehatan mereka. Mahasiswa kedokteran sebagai agent of health juga harus dapat
mendukung program pemerintah untuk memperbaiki derajat kesehatan masyarakat di Indonesia.
Kanker payudara masih menjadi permasalahan kesehatan yang serius di Indonesia dan
menempati posisi tertinggi sebagai kanker penyebab kematian pada wanita. Hampir seluruh
kasus kanker payudara di Indonesia baru dideteksi saat sudah memasuki stadium lanjut. Oleh
karena itu, pentingnya deteksi dini kanker payudara untuk penanganan kanker payudara yang
lebih cepat dan tepat. Saya mengajak mahasiswa kedokteran Indonesia dan masyarakat sekitar
untuk menjadi “Agent SADARI” agar deteksi dini kanker payudara dengan teknik SADARI
dapat diterapkan oleh para wanita di Indonesia. Hal tersebut dapat mengurangi angka mortalitas
akibat kanker payudara di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.


Kanker.kemenkes.go.id. Diakses pada 2 Juli 2017.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Situasi Penyakit Kanker. Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan. www.depkes.go.id. Diakses pada 2 Juli 2017.

Priyatin, Cici, Elisa Ulfiana, dan Sri Sumarni. 2013. Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Kanker Payudara di RSUP dr. Kariadi Semarang. Jurnal Kebidanan Vol 2.(5).
Download.portalgaruda.org. Diakses pada 2 Juli 2017.

Das könnte Ihnen auch gefallen