perawatannya dan biaya penggantian pompa diesel. Berdasarkan (Jones, Odeh, Haddad, Mohammad, & Quinn, 2016) umumnya 2-4 kali lebih banyak dari pada SPATS. Hal ini memberikan tantangan tersendiri untuk melihat perbandingan kinerja pompa tersebut maupun secara ekonomi, sehingga dapat memberikan gambaran yang komprehensif Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan sinar matahari atau kondisi cuaca pada SPATS digunakan baterai sebagai penyimpan energi akan tetapi dapat menimbulkan peningkatan biaya SPATS tersebut. Hal ini tidak berlaku untuk pompa konvensional yang menggunakan listrik dari pembangkit berbasis diesel, gas dan batu bara yang tidak ramah lingkungan yang dapat menyebabkan hujan asam dan efek rumah kaca sebagai akibat peningkatan CO2 secara terus menerus dari dan permukaan suhu bumi rata-rata sekarang lebih tinggi 0.6 °C (Li, Jin, Akram, & Chen, 2017). Penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas masalah ini beberapa diantaranya (Kumolosari, Setiawan, & Suryopratomo, n.d.) mengemukakan bahwa dengan menggunakan pompa submersible Shimizu SP-413 BIT. Debit airnya 0,9 l/s dan pada head 40,4 m. Apabila menggunakan SPATS dengan jenis pompa Lorentz PS 1800 C-SJ5-12. Daya yang dibutuhkan pompa untuk memompa air dengan debit 3,8 m3/jam dan head 40 m adalah 800 Wp. Untuk harga air, harga yang diterapkan lebih tinggi AC lebih tinggi dibandingkan dengan SPATS. Penelitian oleh (Ariawan, Partha, & Wijaya, 2015) yang membandingkan penggunaan pompa DC dan AC dengan sumber sumber energi listrik tenaga surya pada kondisi cuaca cerah untuk pompa DC menaikkan air selama enam jam/hari, debit airnya 19 liter/menit. Pompa AC menaikkan air selama enam jam/hari, menghasilkan debit air 6,0 liter/menit dengan total head 2,3 meter. Selanjutnya oleh (Abdurohman, Setiawan, & Budiarto, 2013) Memperoleh hasil untuk sistem dengan tenaga diesel harus dengan dua buah pompa karena head maksimal pompa hanya 60 meter sedangkan head loss total mencapai 101,96 meter. Dari segi ekonomi perbedaan sistem pengangkatan air tenaga surya, diesel dan listrik yaitu $1.340, $9.771 dan $3.797. sedangkan untuk asumsi anggaran biaya sistem diesel mencapai Rp. 296.200.000,- untuk sistem listrik asumsi biaya yang dibutuhkan lebih besar yaitu sebesar Rp. 326.200.000,- .
Abdurohman, Setiawan, A. A., & Budiarto, R. (2013). Analisis Komparatif Sistem
Pengangkatan Air Tenaga Surya, Diesel dan Listrik di Dusun Banyumeneng, Panggang, Gunung Kidul. Yogyakarta. Retrieved from http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail &act=view&typ=html&buku_id=64841 Ariawan, A. T., Partha, T. I., & Wijaya, I. W. A. (2015). Perbandingan Penggunaan Motor DC Dengan AC Sebagai Penggerak Pompa Air Yang Disuplai Oleh Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PROSIDING CSGTEIS 2013; CSGTEIS 2013. Retrieved from https://ojs.unud.ac.id/index.php/prosidingcsgteis2013/article/view/7204 Jones, M. A., Odeh, I., Haddad, M., Mohammad, A. H., & Quinn, J. C. (2016). Economic analysis of photovoltaic (PV) powered water pumping and desalination without energy storage for agriculture. Desalination, 387. https://doi.org/10.1016/j.desal.2016.02.035 Kumolosari, E., Setiawan, A. A., & Suryopratomo, K. (n.d.). Evaluasi Komparatif Sistem Suplai Air Bersih Tenaga Listrik dengan Tenaga Surya di Daerah Terpencil (Studi Kasus di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul). Teknofisika, 2(3), 61–68. Li, G., Jin, Y., Akram, M. W., & Chen, X. (2017). Research and current status of the solar photovoltaic water pumping system – A review. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 79(Supplement C), 440–458. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.rser.2017.05.055