Sie sind auf Seite 1von 47

IDENTITAS NASIONAL DAN MASYARAKAT

MADANI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS LAMPUNG


2013
DAFTAR ISI

Pendahuluan
Kata Pengantar

BAB I : Pendahuluan
I.I Latar Belakang Masalah………………………………………………………………….
I.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………..
I.3 Tujuan Masalah………………………………………………………………………….

BAB II : Pembahasan
II.I
II.2
II.3

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan
makalah ini.
Dimana makalah ini merupakan salah satu dari kewajiban kami sebagai mahasiswa
sekaligus sebagai tugas mata kuliah umum PKn , tentang identitas nasional dan masyarakat
madani.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Semoga dengan adanya makalah ini bisa membantu pembaca untuk memahami kembali
arti dari iddentitas nasional serta masyarakat madani dinegara kita.
Semoga hasil makalah ini juga bermnafaat bagi yang membutuhkan serta mendapat
Ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.

Bandar Lampung, September 2013

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Negara-negara baru termasuk Indonesia pada saat ini sedang menghadapi dua masalah
pokok pada umumnya, meskipun memang banyak masalah lainnya. Motif dari masalah tersebut
berbeda dan seringkali bertentangan namun saling tergantung. Yang satu adalah usaha mencari
identitas, tuntutan agar identitas itu diakui secara umum sebagai sesuatu yang oepnting, suatu
penegasan sosial mengenai diri sendiri didunia ini. Sedang yang lainnya adalah tuntutan untuk
kemajuan, untuk standar hidup yang lebih tinggi, tuntutan politik yang lebih efektif, keadilan
sosial yang lebih besar yang sangat berperan pengaruhnya diantara bangsa-bangsa di dunia ini.

Bagi Indonesia ini berarti maslah bagaimana mempertahankan identitas tanpa


menghambat kemajuan dan bagaimana mencapai kemajuan tanpa mengorbankan identitas
nasional serta meningkatkan keberadaan masyarakat yang taat aturan atau sering kita sebut
masyarakat madani.

Identitas bukanlah sesuatu sekedar untuk dipertahankan akan tetapi merupakan sesuatu yang
harus dicari.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dan karakteristik dari identitas nasional?


2. Apa parameter identitas nasional?
3. Apa saja yang termasuk dari unsur-unsur pembentuk identitas nasional?
4. Apa keterkaitan pancasila sebagai hakikat identitas nasional?
5. Apa karakteristik dan ciri-ciri masyarakat madani?
6. Apa keterkaitan globalisasi dan identitas nasional?
7. Apa keterkaitan integritas dan identitas nasional?

4
1.3.Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis merumuskan tujuan sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik dari identitas nasional


2) Untuk mengetahui parameter identitas nasional
3) Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dari unsur-unsur pembentuk identitas nasional
4) Untuk menegtahui keterkaitan pancasila sebagai hakikat identitas nasional
5) Untuk mengetahui karakteristik dan ciri-ciri masyarakat madani
6) Untuk mengetahui keterkaitan globalisasi dan indentitas nasional
7) Untuk mengetahui keterkaitan integritas dan iddentitas nasional.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Identitas Nasional

I. Pengertian identitas nasional

Istilah natie (nation) mulai populer sekitar tahun 1835 dan sering diperdebatkan.

Teori Ernest Renan :


Pembahasan mengenai pengertian bangsa dikemukakan pertama kali oleh Ernest Renan
tanggal 11 Maret 1882, yang dimaksud dengan bangsa adalah jiwa, suatu asas kerohanian yang
timbul dari :
(1) Kemuliaan bersama di waktu lampau, yang merupakan aspek historis.
(2) Keinginan untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble) diwaktu sekarang yang
merupakan aspek solidaritas, dalam bentuk dan besarnya tetap mempergunakan warisan
masa lampau, baik untuk kini dan yang akan datang.

Lebih lanjut Ernest Renan mengatakan bahwa hal penting merupakan syarat mutlak
adanya bangsa adalah plebisit, yaitu suatu hal yang memerlukan persetujuan bersama pada waktu
sekarang, yang mengandung hasrat untuk mau hidup bersama dengan kesediaan memberikan
pengorbanan-pengorbanan. Bila warga bangsa bersedia memberikan pengorbanan bagi eksistensi
bangsanya, maka bangsa tersebut tetap bersatu dalam kelangsungan hidupnya (Rustam E.
Tamburaka, 1999 : 82). Titik pangkal dari teori Ernest Renan adalah pada kesadaran moral
(conscience morale), teori ini dapat digolongkan pada Teori Kehendak.

6
Pada tahun 1992 untuk pertama kalinya bendera Merah Putih berkibar di Olimpiade
Internasioan di Barcellona, Spanyol. Susi Susanti ( pemain bulutangkis putri yang mendapatkan
medali emas olimpiade pertama ) berdiri dipanggung, diiringi pengibaran bendera Merah Putih
dan lagu Indonesia Raya. Perasaan bangga dan haru menandai usaha keras menuju budaya
unggul telah membuahkan hasil. Kehormatan bangsa berkibar melalui bendera dan lagu
kebangsaan.

Bendera yang berkibar dan lagu kebangsaan yang etrdengar di Barcelona tersebut
merupakan salah satu ciri dari Bangsa Indonesia. Bangsa-bangsa lain mengenal Indonesia
dengan berbagsai ciri yang bersifatkhas, selain bendera dan lagu kebangsaan, ciri khas lain
seperti letak geografis Indonesia yang khas, pulau-pulaunya berjumlah ribuan, suku bangsanya
yang beragam, masyarakatnya yang religius dan beragama, dna kebudayaan baik yang terkait
dengan norma maupun teknologi.

Pengertian indentitas nasional pada hakikatnya adalah “manifestasi nilai-nilai budaya


yang tumbuh dan berkembang dalam ospek kehidupan suatu bangsa (nation) dengan ciri-ciri
khas, dna dengan ciri-ciri khas yang tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya” ( wibisono koento : 2005)

Identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Dlaam terminologi
antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri
pribadi sendriri, golongan, kelompok, komunitas atau negara sendiri.

Kata “nasional“ dalam identitas nasional emrupakan identitas yang melekat pada
kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti,
budaya, agama maupun nonfisik seprti keinginan, cita-cita, dna tujuan. Istilah isentitas nasional
atau identitas bangsa melahirkan tindakan kelompk (collective action) yangd iberi atribut
nasional.

Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu negara
tercermin didalam identitas nasional bukanlah barang ajdi yang sudah selessai kebekuan

7
normatif dan dogamatis, melainkan sesuatu yang terbuka yangc enderung terus menerus
berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya.
Implikasinya dalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat.

Istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitasi dari faktor-
faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkahlaku individu. Oleh karena itu,
menurut Ismaun (1981: 6 ) Kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku
seseorang dalam hubungan dengan manusia lain.

Berdasarkan uraian diatas , maka pengertian kepribadian sebagai suatu identitas nasional
suatu bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai unsur
yang membentuk bangsa tersebut.oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak
dapt dipisahkan dengan pengertian “ peoples character “, “ National character”, atau “ National
Identity “. Oleh karena itu, identitas nasional suatu bangsa termasuk identitas nasional
Indonesiajuga harus dipahami dalam konteks dinamis.
Bagi bangsa Indonesia dimensi dinamis identitas nasional bangsa Indonesia belum menunjukkan
perkembangan kearah sifat kreatif serta dinamis. Setelah bangsa Indonesia mengalami
kemerdekaan 17 Agustus 1945, berbagai perkembangan ke arah kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan mengalami kemerosotan dari segi identitas nasional.

Setelah dekrit presiden 5 Juli 1959 bangsa Indonesia kembali ke UUD 1945. Pada saat itu
dikenal periode orde lama dengan penekanan kepada kepemimpinan yang sifatnya sentralistik.
Berkembangnya partai komunis pada periode ini dipandang sebagai keagalan pemerintah untuk
mempertahankan Pancasila ideologi dan dasar negara kesatuan Republik Indonesia yang
berakibat jatuhnya kekuasaan orde lama.

Kekeliruan orde baru pada akhirnya mengakibatkan terjadinya krisis diberbagai bidang
kehidupan. Sudah banyak memang yang dilakukan pemerintah negara Indonesia dalam
melakukan reformasi, baik dibidang politik, hukum, ekonomi, militer, pendidikan serta bidang-
bidang lainnya. Namun demikian, sebagai bangsa yang kuat dari seluruh elemen masyarakat.

8
II. Karakteristik identitas nasional

Perkembangan Iptek dan arus globalisasi yang membuat masyarakat Indonesia harus
berhadapan dengan kebudayaan berbagai bangsa di dunia, sudah sepantasnya menyadarkan kita
semua, bahwa pelestarian berbagai bangsa di dunia, sudah sepantasnya menyadarkan kita semua,
bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan identitas kita semua. Dalam
upaya pengembangan identitas nasional, pelestarian budaya tidak berarti menutup diri terhadap
segala bentuk pengaruh kebudayaan bangsa Indonesia.

Sebagai komitmen konstitusional yang dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam
pembukaan, khususnya dalam pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasannya, yaitu : “ kebudayaan
bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia.

Kesadaran pentingnya mengembangkan dan memperkaya kebudayaan bangsa dengan


keterbukaan menerima kebudayaan asing yang bernilai positif semakin tegas diamanatkan dalam
pasal 32 UUD 1945 yang diamandemen :

1. Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia menjamin


kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya

2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional

III. Parameter Identitas Nasional

Parameter identitas nasional adlah suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk
menyatakan sesuatu adalah emnjadi ciri khas berharga suatu bangsa. Sesuatu yangd iukur adalah
unsur suatu identitas seperti kebudayaan yang menyangkut norma, bahasa, adat istiadat dan
teknologi, sesuatu yang dialami atau ciri yang sudah terbentuk seperti geografis.

Sesuatu yang terjadi dalam suatu masyarakat dan mrncari ciri atau identitass nasional
biasanya mempunyaki indikator sebagai berikut :

9
1. Indentias nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas
masyarakat sehari-harinya, Identitas ini menyangkut ada-istiadat , tata-kelakuan , dan
kebiasaan, Ramah tamah, hormat kepada orang tua , dan gotong royong merupakan salah
satu idetitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan tata kelakuan.
2. Lambang-lambang yang emrupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis menggambarkan
tujuan dan fungsi suatu bangsa, Lambang-lambang negara ini biasnaya dinyatakan dalam
undang-undang seperti Grauda Pancasila, bendera, bahsa , dan lagu ekbangsaan.
3. Alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan seperti bangunan ,
teknologi dan peralatan manusia . Identitas yang berasal dari alat perlengkapan ini seperti
bangungan yang emrupakan tempat ibadah ( borobudur, prambanan, masjid, dan gereja),
peralatan manusia (pakaian adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi (pesawat
terbang, kapal laut dan lain-lain)
4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat
dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu, sperti di
Indonesia dikenal dengan bulutangkis.

Bagi bangsa indonesia, pengertian parameter identitas nasional tidak merujuk hanya pada
individu (adat istiadat dan tata laku), tetapi berlaku pula pada suatau kelompok Indonesia
sebagai suatu bangsa yang majemuk, maka kemajemukan ini merupakan unsur-unsur
atau parameter pembentuk identitas yang melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan
yang terdapat pada segenap warganya. Unsur-unsur pembentuk identitas Indonesia
berdasarkan ukuran parameter sosiologis adalh suku bangsa , kebudayaan, dan bahsa
maupun fisik seperti kondisi geografis.

a) Suku Bangsa
Suku Bangsa adalah golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak
lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia
dikenal bangsa dengan banyak suku bangsa dan menurut statistik hampir mencapai
300 suku bangdsa. Setiap suku mempunyai adat istiadat, tata kelakuan dan norma
yang berbeda, namun demikian beragam suku ini mampu emngintegrasikan dalam

10
suatu negara Indonesia untuk mencapai tujuan yaitu masyarakat yang adil dan
makmur
b) Kebudayaan
Kebudayaan menurut ilmu sosiologis termasuk kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi
dan adat istiadat. Kebudayaan sebagai parameter identitas nasional bukanlah sesuatu
yang bersifat individual. Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanlah
suatu kebudayaan. Kebudayaan harus merupakan milik bersama dalam suatu
kelompok, artinya para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola berpikir dan
berkelakuan yang didapat dan dikembangkan melalui proses belajar. Hal –hal yang
dimilik bersama ini harus menjadi sesuatu yang khas dan unik yang akan tetap
memperlihatkan diri diantara berbagai kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sangat
variatif.
c) Bahasa
Bahasa adalh identitas nasioanl yang bersumber dari salah satu lambang suatu negara
. Bahasa adalah merupakan satu ekistimewaan manusia khususnya dalam kaitan
dengan hidup bersmaa dalam masyarakat adalah adanya bahasa. Bahasa manusia
memiliki simbol yang menjadikan suatu perkataan mampu melambangkan arti
apapun, seklaipun hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh suatu kata tidak
hadir disitu. Diindonesia terdapat beragam bahasa daerah yang emmiliki banyaknya
suku-suku bangsa atau etnis namun bahasa Melayu dahulu dikenal sebagai bahasa
penghubung beberapa etnis yang emndiami kepulauan nusantara, bahasa Melayujuga
menempati posisi bahasa transaksi perdagangan internasioan dikawasan kepulauan
nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia denga pelanggan
asing. Pada tahun 1928 Bahasa Melayu mengalami perkembanagan yang snagat
pesat. Pada tahun tersebut, bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Setelah ekmerdekaan, bahasa Indonesia
ditetapkan sebagai bahsa nasional.
d) Kondisi Geografis
Kondisi geografis merupakan identitas yang bersifat alamiah. Kedudukan geografis
wilayah negara menunjukan tentang lokasi negara dalam kerangka ruang, tempat dan
waktu, sehingga untuk waktu tertentu menjadi jelas batas-batas wilayahnya di atas

11
bumi. Letak geografis ini menjadi khas dimiliki oleh sebuah engara yang dapat
membedakannya dnegan negara lain.
IV. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional

Salah satu identitas bangsa Indonesia adalah dikenal sebagai sebuah bangsa yang majemuk.
Kemajemukan Indonesia dapat dilihat dari sisi sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama, dan
bahasa.

1. Sejarah

Menurut catatan sejarah, sebelum menjadi sebuah negara, bangsa Indonesia pernah
mengalami masa kejayaan yang gemilang. Dua kerajaan Nusantara, Majapahit dan Sriwijaya
misalnya, dikenal sebagi pusat-pusat kerajaan Nusantara yang pengaruhnya menembus batas-
batas teritorial di mana dua kerajaan itu berdiri. Juga termasuk kerajaan Aceh yang sempat
menjadi kerajaan terbesar di dunia yang menempati urutan kelima.

Kebesaran kerajaan Nusantara tersebut telah membekas pada semangat perjuangan


bangsa Indonesia pada abad-abad berikutnya ketika penjajahan asing menancapkan kuku
imperialismenya. Semangat juang bangsa Indonseia dalam mengusir penjajah, menurut banyak
ahli, telah terjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu
unsur pembentuk identitas nasional Indonesia.

2. Kebudayaan

Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur,
yaitu akal budi, peradaban, dan pengetahuan. Akal budi bangsa Indonesia dapat dilihat pada
sikap ramah dan santun kepada sesama. Sedangkan, unsur identitas peradabannya tercermin dari
keberadaan dasar negara Pancasila sebagai nilai-nilai bersama bangsa Indonesia yang majemuk.
Sebagai bangsa maritim, keandalan bangsa Indonesia dalam pembuatan kapal Pinisi di masa lalu
merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia lainnya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain
di dunia.

12
3. Suku Bangsa

Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian lebih dari
sekadar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup
bersama salam kemajemukan merupakan unsur lain yang tetap harus dikembangkan dan
dibudayakan. Kemajemukan alamiah bangsa indonesia dapat dilihat pada keberadaan lebih dari
ribuan kelompok suku, beragam bahasa, budaya, dan ribuan kepulauan.

4. Agama

Keanekaragaman agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah Indonesia.


Dengan kata lain, keragaman agama dan keyakinan di Indonesia tidak hanya dijamin oleh
konstitusi negara, tetapi juga merupakan suatu rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang tetap harus
dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia. Mensyukuri nikmat kemajemukan dapat dilakukan
dengan sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi, baik mayoritas
maupun minoritas, atas kelompok lainnya.

5. Bahasa

Bahasa indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting. Sekalipun
Indonesia memiliki bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan bangsa
Melayu) sebagai bahasa penghubung (lingva franca) berbagai kelompok etnis yang mendiami
kepulauan Nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928, yang menyatakan bahasa Indonesia sebagi peristiwa
bahasa persatuan bangsa Indonesia, telah memberikan nilai tersendiri bagi pembentukan identitas
nasional Indonesia. Lebih daei sekadar bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki nilai
tersendiri bagi bangsa Indonesia; ia telah memberikan sumbangan besar pada pembentukan
persatuan dan nasionalisme Indonesia.

13
B. PANCASILA SEBAGAI HAKIKAT IDENTITAS NASIONAL

Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar dapat
memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu arti Identitas Nasional Indonesia.
Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan
suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari kata nasion
yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu yang
memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama. Jadi, yang dimaksud dengan
Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.Uraiannya mencakup :

1. Identitas manusia

Manusia merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal dan monopluralistik.


Keadaan manusia yang multidimensional, paradoksal dan sekaligus monopluralistik tersebut
akan mempengaruhi eksistensinya. Eksistensi manusia selain dipengaruhi keadaan tersebut juga
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya atau pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang
menentukan identitas manusia baik secara individu maupun kolektif adalah perpaduan antara
keunikan-keunikan yang ada pada dirinya dengan implementasi nilai-nilai yang dianutnya.

2. Identitas nasional

Identitas nasional Indonesia bersifat pluralistik (ada keanekaragaman) baik menyangkut


sosiokultural atau religiositas. - Identitas fundamental/ ideal = Pancasila yang merupakan
falsafah bangsa.- Identitas instrumental = identitas sebagai alat untuk menciptakan Indonesia
yang dicita-citakan. Alatnya berupa UUD 1945, lambang negara, bahasa Indonesia, dan lagu
kebangsaan.- Identitas religiusitas = Indonesia pluralistik dalam agama dan kepercayaan.-
Identitas sosiokultural = Indonesia pluralistik dalam suku dan budaya.- Identitas alamiah =
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

14
3. Nasionalisme Indonesia

Nasionalime merupakan situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total


diabdikan langsung kepada negara bangsa. Nasionalisme sangat efektif sebagai alat merebut
kemerdekaan dari kolonial. Nasionalisme menurut Soekarno adalah bukan yang berwatak
chauvinisme, bersifat toleran, bercorak ketimuran, hendaknya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.

4. Integritas Nasional

Menurut Mahfud M.D integrasi nasional adalah pernyataan bagian-bagian yang berbeda
dari suatu masayarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih untuh , secara sederhana
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Untuk
mewujudkan integrasi nasional diperlukan keadilan, kebijaksanaan yang diterapkan oleh
pemerintah dengan tidak membersakan SAR. Ini perlu dikembangkan karena pada hakekatnya
integrasi nasional menunjukkan tingkat kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa.

Kesimpulan Identitas Nasional Indonesia adalah sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia terdiri dari berbagai macam
suku bangsa, agama dan pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan. Oleh karena itu, nilai-nilai
yang dianut masyarakatnya pun berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut kemudian disatupadukan dan
diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena merekalah yang mempengaruhi
identitas bangsa. Oleh sebab itu, nasionalisme dan integrasi nasional sangat penting untuk
ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa Indonesia tidak kehilangan identitas.

a. Hakekat Bangsa

Bangsa (nation) atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham
kebangsaan, semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-konsep
yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di bidang Politik, Sosiologi, dan Antropologi pun
sering tidak sependapat mengenai makna istilah-istilah tersebut. Selain istilah bangsa, dalam
bahasa Indonesia, kita juga menggunakan istilah nasional, nasionalisme yang diturunkan dari
kata asing “nation” yang bersinonim dengan kata bangsa. Tidak ada rumusan ilmiah yang bisa
dirancang untuk mendefinisikan istilah bangsa secara objektif, tetapi fenomena kebangsaan tetap
aktual hingga saat ini.

15
Dalam kamus ilmu Politik dijumpai istilah bangsa, yaitu “natie” dan “nation”, artinya
masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang memiliki unsur sebagai berikut :
1. Satu kesatuan bahasa ;
2. Satu kesatuan daerah ;
3. Satu kesatuan ekonomi ;
4. Satu Kesatuan hubungan ekonomi ;
5. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.

b. Sifat dan Hakekat Negara

Sifat Negara merupakan suatu keadaan dimana hal tersebut dimiliki agar dapat
menjadikannya suatu Negara yang bertujuan. Sifat-sifat tersebut umumnya mengikat bagi setiap
warga negaranya dan menjadi suatu identitas bagi Negara tersebut.
Sifat suatu Negara terkadang tidaklah sama dengan Negara lainnya, ini tergantung pada
landasan ideologi Negara masing-masing. Namun ada juga beberapa sifat Negara yang bersifat
umum dan dimiliki oleh semua Negara, yaitu:

a. Sifat memaksa
Negara merupakan suatu badan yang mempunyai kekuasaan terhadap warga negaranya,
hal ini bersifat mutlak dan memaksa.

b. Sifat monopoli
Negara dengan kekuasaannya tersebut mempunyai hak atas kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya, hal ini menjadi sesuatu yang menjadi landasan untuk menguasai
sepenuhnya kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara tersebut.

c. Sifat mencakup semua


Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga negaranya.
Tidak ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan suatu Negara. Tidak hanya
mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja, tetapi mengikat secara keseluruhan
masyarakat yang termasuk kedalam warga negaranya.

16
d. Sifat menentukan
Negara memiliki kekuasaan untuk menentukan sikap-sikap untuk menjaga stabilitas
Negara itu. Sifat menentukan juga membuat Negara dapat menentukan secara unilateral dan
dapat pula menuntut bahwa semua orang yang ada di dalam wilayah suatu Negara (kecuali orang
asing) menjadi anggota politik Negara.
Ada pula sifat-sifat yang hanya dimiliki suatu Negara berdasarkan pada landasan ideologi
Negara tersebut, misalnya Negara Indonesia memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan pancasila,
yakni:

1. Ketuhanan, ialah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat Tuhan
(yaitu kesesuaian dalam arti sebab dan akibat yang merupakan suatu nilai-nilai agama).
2. Kemanusiaan adalah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat manusia.
3. Persatuan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat satu, yang
berarti membuat menjadi satu rakyat, daerah dan keadaan negara Indonesia sehingga terwujud
satu kesatuan.
4. Kerakyatan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat rakyat
5. Keadilan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat adil

Pengertian sifat-sifat meliputi empat hal yaitu:


1. Sifat lahir
Yaitu sejumlah pengaruh yang datang dari luar dan sesuai dengan pandangan hidup bangsa
bangsa Indonesia.

2. Sifat batin atau sifat bawaan Negara Indonesia


Antara lain berupa unsur-unsur Negara, yang diantaranya:
• Kekuasaan Negara
• Pendukung kekuasaan Negara
• Rakyat
• Wilayah
• Adat istiadat
• Agama

17
3. Sifat yang berupa bentuk wujud dan susunan kenegaraan Indonesia
Yaitu bentuk Negara Indonesia, kesatuan organisasi Negara dan sistem kedaulatan rakyat.

4. Sifat yang berupa potensi, yaitu kekuatan dan daya dari Negara Indonesia antara lain:
a. Kekuasaan Negara yang berupa kedaulatan rakyat Kekuasaan tugas dan tujuan Negara
untuk memelihara keselamatan, keamanan dan perdamaian.
b. Kekuasaan Negara untuk membangun, memelihara serta mengembangkan kesejahteraan
dan kebahagiaan.
c. Kekuasaan Negara untuk menyusun dan mengadakan peraturan perundang-undangan
dan menjalankan pengadilan.
d. Kekuasaan Negara untuk menjalankan pemerintahan.

Hakikat Negara merupakan salah satu dari bentik perwujudan dari sifat-sifat Negara yang telah
dijelaskan di atas.
Ada beberapa teori tentang hakekat Negara, diantaranya:
a. Teori Sosiologis
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, kebutuhan antar individu
tersebut membentuk suatu masyarakat. Di dalam ruang lingkup masyarakat terdapat banyak
kepentingan individu yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak jarang pula saling
bertentangan. Maka manusia harus dapat beradaptasi dengan baik untuk menyesuaikan
kepentingan-kepentingannya agar dapat hidup dengan rukun.

b. Teori Yuridis
1. Patriarchaal
Teori yang menganut asas kekeluargaan, dimana terdapat satu orang yang bijaksana
dan kuat yang dijadikan sebagai kepala keluarga.
2. Patriamonial
Raja mempunyai hak sepenuhnya atas daerah kekuasaannya, dan setiap orang yang berada di
wilayah tersebut haru tunduj terhadap raja tersebut.
3. Perjanjian

18
Raja mengadakan perjanjian dengan masyarakatnya untuk melindungi hak-hak masyarakat itu,
dan jika hal tersebut tidak dilakukan maka masyarakat dapat meminta pertanggung jawaban raja.

c. Bangsa dan Negara Indonesia

Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi


masyarakat pada saat itu. Pada zaman Yunani kuno para ahli filsafat negara merumuskan
pengertian Negara secara beragam, Aristoteles merumuskan Negara dalam bukunya Politica,
yang disebutnya negara polis, yang pada saat itu masih dipahami negara masih dalam suatu
wilayah yang kecil. Negara disebut sebagai Negara hukum, yang didalamnya terdapat sejumlah
warga Negara yang ikut dalam permusyawarahan. Oleh karena itu menurut Aristoteles keadilan
merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya Negara yang baik, demi terwujudnya cita-cita
seluruh warganya.
Bangsa pada hakeketnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejarahnya,sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat
untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan
nasional.

C. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI

1. Pengertian Masyarakat Madani

Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil society pertama
kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan istilah societies civilis yang identik
dengan negara. Dalam perkembangannya istilah civil society dipahami sebagai organisasi-
organisasi masyarakat yang terutama bercirikan kesukarelaan dan kemandirian yang tinggi
berhadapan dengan negara serta keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum yang dipatuhi
masyarakat.

Bangsa Indonesia berusaha untuk mencari bentuk masyarakat madani yang pada dasarnya
adalah masyarakat sipil yang demokrasi dan agamis/religius. Dalam kaitannya pembentukan

19
masyarakat madani di Indonesia, maka warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk
menjadi warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak, kritis
argumentatif, dan kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima
semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab, memilih
calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media secara kritis dan objektif, berani tampil
dan kemasyarakatan secara profesionalis,berani dan mampu menjadi saksi, memiliki pengertian
kesejagatan, mampu dan mau silih asah-asih-asuh antara sejawat, memahami daerah Indonesia
saat ini, mengenal cita-cita Indonesia di masa mendatang dan sebagainya.
Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :

a. Free Public Sphere

Yang dimaksud dengan Free public sphere adalah adanya ruang publik yang
bebas sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat. Pada ruang publik yang bebaslah
individu dalam posisinya yang setara mampu melakukan transaksi-transaksi wacana dan
praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran. Aksentuasi prasyarat ini
dikemukakan oleh Arendt dan Habermas. Lebih lanjut dikatakan bahwa ruang publik
secara teoritis bias diartikan sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap
kegiatan publik.
Sebagai sebuah prasyarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan
masyarakat madani dalam sebuah tatanan masyarakat, maka free public sphere menjadi
salah satu bagian yang harus diperhatikan. Karena dengan madani, maka akan
memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga negara dalam menyalurkan
aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh penguasa yang tiranik dan
otoriter.

b. Demokratis

Demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat


madani, dimana dalam menjalani kehidupan, warga Negara memiliki kehidupan penuh

20
untuk menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Demokrasi berati masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan
interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku,ras,dan
agama.
Prasyart demokratis ini banyak dikemukakan oleh banyak pakar yang mengkaji
fenomena masyarakat madani. Bahkan demokrasi merupakan salah satu syarat mutlak
bagi penegakan masyarakat madani. Penekanan demokrasi (demokratis) disini dapat
mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan seperti politik, sosisl, budaya, pendidikan,
ekonomi dan sebagainya.

Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang meliputi :

(1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

(2) Pers yang bebas

(3) Supremasi hukum

(4) Perguruan Tinggi

(5) Partai politik

c. Toleran

Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk


menunjukan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh
orang lain. Toleransi ini memungkinkan adanya kesadaran masing-masing individu untuk
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat lain yang berbeda. Toleransi menurut Nurcholish Madjid yaitu merupakan
persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan
adanya tata cara pergaulan yang “enak” antara berbagai kelompok yang berbeda-beda,
maka hasil itu harus dipahami sebagai “hikmah” atau “mamfaat” dari pelaksanaan ajaran

21
yang benar.
Azyumardi Arza pun meyebutkan bahwa masyarakat madani (civil society) lebih
dari sekedar gerakan-gerakan pro demokrasi. Masyarakat madani juga mengacu ke
kehidupan yang berkualitas dan tamaddun (civility). Civilitas meniscayakan toleransi,
yakni kesediaan individu-individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan
sikap sosial yang berbeda.

d. Pluralisme

Sebagai sebuah prasyarat penegakan masyarakat madani, maka pluralisme harus


dipahami secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang
menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan
masyarakat yang majemuk, tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima
kenyataan pluralisme itu dengan bernilai positif, merupakan rahmat tuhan.

Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme ini merupakan prasyarat bagi


tegaknya masyarakat madani. Pluralisme menurutya adalah pertalian sejati kebhinekaan
dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of
civility).Bahkan Pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia
antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check and balance).
Lebih lanjut Nurcholish mengatakan bahwa sikap penuh pengertian kepada orang
lain itu diperlukan dalam masyarakat yang majemuk, yakni masyarakat yang tidak
monolitik. Apalagi sesungguhnya kemajemukan masyarakat itu sudah merupakan dekrit
Allah dan desigh-Nya untuk ummat manusia. Jadi tidak ada masyarakat yang tunggal,
monolitik, sama dengan sebangun dalam segala segi.

e. Keadilan Sosial (Sosial Justice)

Keadilan yang dimaksud untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang


proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh

22
aspek kehidupan. Hal ini memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah
satu aspek kehidupan padasatu kelompok masyarakat. Seara esensial, masyarakat
memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah (penguasa).

f. Pilar Penegak Masyarakat Madani

Pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian


dari social control yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang
diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Dalam
penegakan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi prasyarat mutlak bagi
terwujudnya kekuatan masyarakat madani. Pilar-pilar tersebut yaitu Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Pers, Supremasi Hukum, Perguruan Tinggi dan Partai Politik.

Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan.


Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan
perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani di
Indonesia diantaranya :

1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum merata
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang terbatas
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar
6. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi
a. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam
masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
b. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi
dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

23
c. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara
dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
d. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
e. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim
totaliter.
f. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
g. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial
dengan berbagai ragam perspektif.
h. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama,
yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan
yang mengatur kehidupan sosial.
i. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun
secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
j. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.
k. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan
oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas
pihak lain yang berbeda tersebut.
l. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
m. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan
terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk
umat manusia.
n. Berakhlak mulia.

24
D. Sejarah Perkembangan Masyarakat Madani

o Fase pertama, dikembangkan oleh:

· Aristoteles (384-322 SM)

Civil Society dipahami sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan istilah koinonia
politike, yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam berbagai
percaturan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan. Istilah koinonia politike digunakan
untuk menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis dimana warga negara di dalamnya
berkedudukan sama di depan hukum.

· Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)

Masyarakat sipil atau societies civilies ,yaitu sebuah komunitas yang mendominasi komunitas
yang lain. Istilah ini lebih menekankan pada konsep negara kota (city state), yakni untuk
menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainnya, sebagai kesatuan yang
terorganisasi.

· Thomas Hobbes (1588-1679 M)

Menurut Hobbes, masyarakat madani harus memiliki kekuasaan mutlak agar mampu sepenuhnya
mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pola interaksi (perilaku politik) setiap warga
negara.

· John Locke (1632-1704 M)

Kehadiran masyarakat madani dimaksudkan untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap
warga negara. Konsekuensinya adalah masyarakat madani tidak boleh absolut dan harus
membatasi perannya pada wilayah yang tidak bisa dikelola masyarakat dan memberikan ruang
yang manusiawi bagi warga negara untuk memperoleh haknya secara adil dan proporsional.

o Fase kedua, dikembangkan oleh:

· Adam Fergusson (1767)

Ia menekankan masyarakat madani pada sebuah visi etis dalam kehidupan bermasyarakat.
Pemahamannya ini digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial yang diakibatkan oleh
revolusi industri dan munculnya kapitalisme serta mencoloknya perbedaan antara publik dan
individu.

o Fase ketiga, dikembangkan oleh:

· Thomas Paine (1792)

25
Ia menggunakan istilah masyarakat madani sebagai kelompok masyarakat yang memiliki posisi
secara diametral dengan negara, bahkan dianggapnya sebagai anti tesis dari negara. Dengan
demikian, maka negara harus dibatasi sampai sekecil-kecilnya dan ia merupakan perwujudan
dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat demi terciptanya kesejahteraan umum.
Masyarakat madani menurut Paine adalah ruang dimana warga dapat mengembangkan
kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas dan tanpa
paksaan.

o Fase keempat, dikembangkan oleh:

· GWF Hegel (1770-1851 M)

Struktur sosial terbagi atas 3 entitas, yakni keluarga, masyarakat madani dan negara. Keluarga
merupakan ruang sosialisasi pribadi sebagai anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan.
Masyarakat madani merupakan lokasi atau tempat berlangsungnya percaturan berbagai
kepentingan pribadi dan golongan terutama kepentingan ekonomi. Sementara negara merupakan
representasi ide universal yang bertugas melindungi kepentingan politik warganya dan berhak
penuh untuk intervensi terhadap masyarakat madani.

· Karl Mark (1818-1883)

Masyarakat madani sebagai “ masyarakat borjuis” dalam konteks kehidupan produksi kapitalis,
keberadaannya merupakan kendala bagi pembebasan manusia dari penindasan. Karenanya, maka
ia harus dilenyapkan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas.

· Antonio Gramsci(1891-1837 M)

Ia tidak memahami masyarakat madani sebagai relasi produksi, tetapi lebih pada sisi ideologis.
Gramsci memandang adanya sifat kemandirian dan politis pada masyarakat sipil, sekalipun
keberadaannya juga amat dipengaruhi oleh basis material.

o Fase kelima, dikembangkan oleh:

· Alexis de Tocqueville (1805-1859)

Masyarakat madani sebagai entitas penyeimbang kekuatan negara. Bagi de’ Tocqueville,
kekuatan politik dan masyarakat madani-lah yang menjadikan demokrasi di Amerika mempunyai
daya tahan. Dengan tertwujudnya pluralitas, kemandirian dan kapasitas politik di dalam
masyarakat madani, maka warga negara akan mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan
negara.

Sumber : http://www.bisosial.com/2012/11/makalah-sejarah-perkembangan-civil.html

26
E. CIRI-CIRI MASYARAKAT MADANI

Adapun ciri-ciri dari masyarakat madani yaitu sebagai berikut:

1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam
masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan
program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan
organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap
keputusan-keputusan pemerintah.
5. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-
individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri
sendiri.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-
individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri
sendiri.

Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani
adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak
dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-
kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi
kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di
wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi,
yang hampa udara, taken for granted.

Masyarakat madani adalah konsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah
yang panjang dan perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-

27
negara maju yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya
democratic governance (pemerinthana demokratis yang dipilih dan berkuasa secara
demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup menjunjung nilai-
nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).
Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuah prasyarat masyarakat madani
adalah sebgai berikut :

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.


2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital) yang
kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan
terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok.
3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata
lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-
lembaga swadayauntuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan
bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan.
5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap
saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga
ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.
7. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan
kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar
mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.

28
F. KETERKAITAN GLOBALISASI DAN IDENTITAS NASIONAL

Secara umum globalisasi adalah suatu perubahan sosial dalam bentuk semakin bertambahnya
keterkaitan antara masyarakat dengan faktor-faktor yang terjadi akibat transkulturisasi dan
perkembangan teknologi modern. Istilah globalisasi dapat di terapkan dalam berbagai konteks
sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya memahami globalisasi adalah suatu kebutuhan,
mengingat majemuknya fenomena tersebut. Menurut Stiglitz sebagai mana dikutip sugeng
bahagijo dan darmawan triwinowo disatu sisi globalisasi menbawa potensi dan akselerasi
pertumbuhan ekonomi banyak Negara, peningkatan standar hidup serta perluasan akses atas
informasi dan teknologi, disisi lain telah membawa kesenjangan utara-selatan serta kemiskinan
global.
Globalisasi merupakan fenomena berwajah majemuk, seperti diuraikan scolte (2000),
sebagai mana dikutip Sugeng Bahagijo dan darmawan triwibowo, bahwa globalisasi sering
diidentikkan dengan:
1. Internasionalisasi yaitu hubungan antar Negara, meluasnya arus perdagangan dan penanaman
modal;
2. Liberalisasi yaitu pencabutanpembatasan-pembatasan pemeritah untuk membuka ekonomi
tanpa pagar (borderless world) dalam hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata
uang, kendali devisa dan ijin masuk suatu Negara (visa);
3. Universalisasi yaitu ragam hidup seoerti makanan Mc Donald, kendaraan, di seluruh pelosok
penjuru dunia;
4. Westernisasi atau Amerikanisasi yaitu ragam hidup dan budaya barat atau Amerika;
5. De-teroterialisasi, yaitu perubahan-perubahan geografi sehingga ruang sosial dalam
perbatasan, tempat dan distance menjadi berubah.
Istilah globalisasi telah menjadi istilah umum yang dibicarakan oleh setiap orang hingga
diskusi ilmiah dalam lingkungan akademik. Beberapa unsur penting yang terkait dengan
globalisasi adalah:
a. Global Space ( Dunia maya)
Globalisasi informasi ditunjukan dengan semakin pesatnya penggunaan media elektronik
dalam mengirim dan menerima informasi, surat kabar, radio dan televisi tidak lagi merupakan
sumber utama informasi; kehadiran internet telah memudahkan informasi dunia diterima oleh

29
siapapun dipenjuru pelosok dunia. Jika radio dan televisi masih dapat di awasi dan diatur oleh
kekuasan politik sebuah Negara, tidak demikian dengan media internet.
Dengan media internet, memungkinkan pengiriman informasi dalam jumlah yang tidak
terbatas, dalam waktu yang lebih cepat, dan dengan biaya lebih murah. Melalui media internet
siapapun dapat mengirim dan mengakses informasi tanpa persyaratan lisensi atau bukti
kompetensi apapun. Keadaan tersebut membawa beberapa akibat sosial dan budaya :
Pertama, mengecilnya ruang dan waktu yang mengakibatkan hampir tidak ada kelompok
orang atau bagian dunia yang hidup dalam isolasi. Informasi tentang keadaan di tempat lain atau
situasi orang lain dapat menciptakan suatu pengetahuan umum yang lebih luas dan aktual dari
ada yang ada sebelumnya, informasi ini pada giliranya dapat menimbulkan suatu solidaritas
global yang melintasi kelompok etnis, batas teritorial negara, atau kelompok agama. Pada saat
yang sama, informasi yang serba canggih ini dapat pula memberikan kemudahan bagi seseorang
atau suatu kelompok untuk bergabung dengan kelompok kejahatan lintas negara untuk
merancang kejahatan internasional yang terorganisir. jaringan terorisme internasional dapat
dimasukan ke dalam kelompok ini.
Kedua, dalam bidang politik, batas-batas teritorial suatu negara menjadi kurang berfungsi.
Batas negara tidak lagi menjadi batas informasi, karena seorang yang berada di sebuah kampung
di Jayapura, misalnya, dapat berhubungan langsung lewat internet dengan seseorang di New
York atu di kota Roma.
Ketiga, semua kategori dalam social space menjadi tidak relavan lagi. Perbedaan sosial
seperti umur, jenis kelamin, agama, status sosial, besarnya pendapatan, pejabat atau rakyat,
tingkat pendidikan menjadi tidak lagi menjadi penting dalam konteks infomasi melalui jalur
internet.
b. Tantangan Masa Depan Dalam Gelombang Globalisasi
Beberapa yang menjadi tantangan besar dan bersama, mengutip pendapat Tilaar, yang
diakibatkan gelombang globalisasi adalah sebagai berikut:
1. Program melawan kemiskinan. Globalisasi bukan hanya memberikan banyak nilai positf tetapi
juga dapat mengakibatkan semakin miskinnya negara-negara yang sumber daya
manusianya rendah, serta kurangnya sumber daya alam. Masalah kemiskinan bukan hanya milik
suatu masyarakat tetapi merupakan tanggung jawabintenasional. Kesenjangan antara Negara

30
kaya dan Negara miskin semakin melebar di dalam era globalisasi apabila tidak diambil langkah
untuk membantu yang lemah.
2. Memperjuangkan dan melaksanakan Hak Asasi Manusia. Gelombang globalisasi dapat saja
mengijak-injak hak asasi manusia apabila motif yang mendasari perubahan sosial dan ekonomi
semata-mata berdasarkan frofit. Hak Asasi Manusia perlu dijaga dan dikembangkan oleh karena
itu dengan menghormati Hak Asasi Manusia maka demokrasi akan semakin berkembang. Oleh
sebab itu, hak asasi manusia harus menjadi agenda internasional untuk menjadi bentang dari arus
globalisasi yang dapat bersifat dehomanisasi.
3. Menciptakan dan memelihara tatanan dunia yang aman. Perdangangan bebas, hak asasi tidak
dapat dilakukan di dalam negara yang kacau. Kini manusia berlomba-lomba untuk menciptakan
dunia yang lebih makmur dan kemakmuran itu hanya dapat diwujudkan di dalam kerja sama
internasional yang aman. Oleh sebab itu, berbagai upaya untuk meningkatkan kerjasama
multilateral haruslah dipacu.
4. Perlu diwujudkan tatanan ekonomi dankeuangan yang baru.Lembaga-lembaga ekonomi dan
keuangan lama yang dilahirkan pada masa perang dingin seta tatanan dunia yang lama, seperti
badan-badan IMF, World bank, WTO, perlu ditata kembali supaya lebih sesuai dengan tuntutan
hidup internasional yang baru.
5. Melindungi dan memelihara planet bumi sebagai satu-satunya tempat kehidupan bersama
manusia. Oleh kerena itu tanggung jawab ekosistem merupakan tanggung jawab bersama
masyarakat dunia.
6. Kerja sama regional perlu di kembangkan di dalam rangka kerja sama internasional. Bahkan
Alan Rugman di dalam bukunya The end of Globalization menyatakan bahwa sebenarnya kerja
sama internasional tertumpu pada kerja sama regional, bahkan kerja sama bilateral atau kerja
sama nasional dalam rangka kerja sama regional tersebut.
c. Glokalisasi
Salah satu konsep yang ikut berkembang bersama globalisasi adalah glokalisasi. Istilah
glokalisasi dipopulerkan oleh Roland Robertson pada tahun 1977 dalam konfrensi “Globalization
and Indigenous Culture”. Secara umum glokalisasi adalahpenyesuaian produk global dengan
karakter lokal. Ada juga yang berpendapat glokalisasi adalah berfikir global bertindak lokal.
Menurut Eko Budiarjo guru besarUniversitas Diponegoro glokalisasi adalah glokalisasi
dengan cita rasa lokal.

31
Dalam wilayah budaya , glokalisasi dimaknai dengan munculnya interpretasi produk-produk
global dalam konteks lokal yang dilakukan oleh masyarakat didalam berbagai wilayah budaya.
Interpretasi lokal masyarakat tersebut kemudian juga membuka kemungkinan adanya pergeseran
makna atas nilai budaya. Dalam proses glokalisasi medium bahasa juga di pergunakan.
Hal ini yang mengakibatkan banyak terjadi penyimpangan terhadap nilai-nilai yang dulunya
sangat dominan pada kalangan masyarakat dan dijalankan dengan sepenuh hati, sekarang sudah
menjadi barang yang aneh dan langka. Pengaruh globalisasi terhadap masyarakat yang
ditransformasikan ke dalam budaya Indonesia yang akhirnya akan mensinergikan budaya-budaya
“Timur” Indonesia terhadap budaya “Barat” yang cenderung kepada Liberalisme dalam usaha
pencapaian Glokalisasi yang meminimalisasi bahkan menghilangkan budaya-budaya Indonesia
yang terkenal dengan keramahtamahan dan kesopanan.
d. Antara Nasionalisme dan Globalisasi
Salah satu isu penting yang mengiringi gelombang demokrasi adalah munculnya wacana
multikulturisme. Multikulturisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai
kesatuan tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa maupun agama. Gerakan
multicultural muncul pertama kali di Kanada danAustralia sekitar 1950-an.
Multikultural menjadi semacam respon kebijakan baru dalam keragaman.dengan kata lain,
adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, karena yang terpenting adalah komunitas
tersebut diperlukan sama oleh warga Negara maupan Negara.
Menurut Achmad Fedyani Safiudin menyatakan ada tiga cara pandang atau pemahaman
orang tentang multikulturisme, yaitu Popular, Akademik, Politis.
Karakter masyarakat multikultur adalah toleran. Mereka hidup dalam semangat peacepul
co-existace, hidup berdampingan secara damai. Dalam perspektif multikulturisme, baik individu
maupun kelompok hidup dalam societal cohesion tanpa kehilangan identitas etnik dan kultur
mereka. Ini adalah harapan kita semua, bagaimana kita dapat mengadopsi nilai dan budaya dari
luar yang baik bagi bangsa ini serta adanya badan pengawasan serta pengembangan budaya asli
Indonesia dari Pemerintah, jangan sampai budaya tersebut menjadi terkikis dan hilang dari
masyarakatnya sendiri, akibat dari arus globalisasi yang begitu besar.

Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang


tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas.

32
Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan
kehidupannya. Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-
agama besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang
kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan
Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat
identitas asional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam
arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan,
nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif
diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional. Perlu
dikemukaikan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai Identitas Nasional tadi bukanlah
barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang
terbuka-cenderung terus menerus bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan yang dimiliki
oleh masyarakat pendukungnya.
Konsekuensi dan implikasinya adalah identitas nasional juga sesuatu yang terbuka,
dinamis, dan dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan funsional
dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
Krisis multidimensi yang kini sedang melanda masyarakat kita menyadarkan bahwa
pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan Identitas Nasional kita telah ditegaskan
sebagai komitmen konstitusional sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam
Pembukaan, khususnya dalam Pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasannya, yaitu :
“Pemerintah memajukan Kebudayan Nasional Indonesia “ yang diberi penjelasan : ”Kebudayan
bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia seluruhnya.
Kebudayaan lama dan asli terdapat ebagi puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah seluruh
Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah
kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan
asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia “. Kemudian dalam UUD 1945 yang
diamandemen dalam satu naskah disebutkan dalam Pasal 32 yaitu bahwa :

33
1. Negara memajukan kebudayan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memeliharra dan mengembangkan nilai-nilai budaya.
2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Dengan demikian secara konstitusional, pengembangan kebudayan untuk membina dan
mengembangkan identitas nasional kita telah diberi dasar dan arahnya, terlepas dari apa dan
bagaimana kebudayaan itu dipahami yang dalam khasanah ilmiah terdapat tidak kurang dari 166
definisi sebagaimana dinyatakan oleh Kroeber dan Klukhohn di tahun 1952.
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi
belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition),
sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu
proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan
negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau
kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat.
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk
diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut
oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa
yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila
disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah
kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh
dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal
bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa
Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20
dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik
sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi
antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan
globalisasi kebudayaan.

34
Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan yaitu :

1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.


2. Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses
suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
3. Berkembangnya turisme dan pariwisata.
4. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
5. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
6. Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.

Munculnya arus globalisme yang dalam hal ini bagi sebuah Negara yang sedang
berkembang akan mengancam eksistensinya sebagai sebuah bangsa. Sebagai bangsa yang masih
dalam tahap berkembang kita memang tidak suka dengan globalisasi tetapi kita tidak bisa
menghindarinya. Globalisasi harus kita jalani ibarat kita menaklukan seekor kuda liar kita yang
berhasil menunggangi kuda tersebut atau kuda tersebut yang malah menunggangi kita. Mampu
tidaknya kita menjawab tantangan globalisasi adalah bagaimana kita bisa memahami dan
malaksanakan Pancasila dalam setiap kita berpikir dan bertindak.
Persolan utama Indonesia dalam mengarungi lautan Global ini adalah masih banyaknya
kemiskinan, kebodohan dan kesenjangan sosial yang masih lebar. Dari beberapa persoalan diatas
apabila kita mampu memaknai kembali Pancasila dan kemudian dimulai dari diri kita masing-
masing untuk bisa menjalankan dalam kehidupan sehari-hari, maka globalisasi akan dapat kita
arungi dan keutuhan NKRI masih bisa terjaga.

Globalisasi,sebuah kata yang mengandung makna sangat luas dan akibatnya sangat
berpengaruh terhadap dunia global. Gelombang globalisasi memasuki dunia tanpa mampu
dibendung. Ia menjadi alat pengubah yang sangat cepat dan hebat bagi dunia. Semua negara di
dunia merasakan dampak globalisasi tanpa kecuali. Lalu bagaimana dampak yang dialami
Indonesia? Apa kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia?

Globalisasi telah menyerang Indonesia. Terdapat tiga aspek mendasar pengaruh


globalisasi ini meliputi pasar bebas (perdagangan), industrialisasi, dan pergeseran kebudayaan.

35
Pasar bebas merupakan ciri khas globalisasi. Pasar bebas dapat membinasakan siapa saja
yang tidak mampu bertahan. Ini mencirikan bahwa pasar bebas membawa aspek liberalis dalam
pelaksanaannya. Yang kaya semakin kaya, sementara yang miskin semakin miskin, terbentuk
suatu jurang kesenjangan ekonomi dan sosial yang dalam. Jelas ini berbeda dengan nilai-nilai
bangsa dan negara Indonesia. Seharusnya bangsa Indonesia membangun perekonomian
berdasarkan pada asas kekeluargaan sesuai yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945.
Pembangunan perekonomian harus berjalan seimbang bagi seluruh rakyat sehingga dapat
tercapai kemakmuran yang merata. Namun, dengan adanya desakan globalisasi dalam wujud
pasar bebas ini, asas kekeluargaan menjadi terabaikan. Swasta semakin egois mengikuti arus
pasar bebas, sementara mereka yang tidak dapat mengikuti terlindas dan semakin sengsara. Jika
demikian, dimanakah rasa persatuan dan kekeluargaan kita?

Indikator lain dari globalisasi adalah industrialisasi. Industri menjamur di Indonesia, di


setiap daerah, di setiap tempat, bahkan perumahan pun disita untuk pembangunan industri.
Industri telah menjadi senjata bagi para swasta untuk memajukan perekonomiannya sendiri tanpa
memperhatikan lingkungan sekitarnya. Mulai dari mengagung-agungkan modal asing,
mengeksploitasi para buruh, hingga tak peduli dengan pencemaran lingkungan akibat limbah
yang dihasilkannya. Apa yang akan terjadi dengan bangsa ini jika hal ini berlangsung terus?
Perlu adanya suatu perubahan besar dalam pembangunan industri Indonesia demi keutuhan
bangsa dan negara Indonesia.

Pergeseran budaya Indonesia menuju ke budaya barat juga merupakan dampak dari
globalisasi. Begitu banyak perubahan sikap dan perilaku bangsa yang semakin memperburuk
citra Indonesia. Sebut saja seks bebas dan perilaku masyarakat yang bangga jika bisa membeli
barang impor. Lunturnya warisan budaya dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia itulah yang
terjadi saat ini.

Tidak dapat dipungkiri. Indonesia harus mengikuti arus globalisasi. Namun, kita harus
mengambil sisi positifnya dan menekan sisi negatif globalisasi. Dengan memegang teguh nilai-
nilai berbangsa dan bernegara, kita pasti dapat mengikuti arus tanpa hanyut ke dasar yang dalam.

36
Apapun pasti punya dua sisi,negatif dan positif. Pengaruh Globalisasi terhadap identitas nasional
itu sendiri jika dipandang dari sisi :

Negatif :

- akulturasi yang berlebihan

- internasionalisme

- plagiat budaya oranglain

- kacang lupa kulitnya

Positif :

- Lebih cinta tanah air karena ternyata negara kita punya banyak potensi dan bisa dibanggakan
di mata dunia

- sosialisasi id nasional

- mengenalkan budaya sendiri

- ikut dalam pembangunan masyarakat dunia dan berandil dalam setiap pengambilan keputusan
sehingga kita tdk akan dirugikan

37
G. KETERKAITAN INTEGRITAS DAN IDENTITAS NASIONAL

• Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan
suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain
• Nasional berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas
sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama.

Jadi, Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia
yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia terdiri dari berbagai
macam suku, bangsa, agama dan pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan. Oleh karena itu, nilai-
nilai yang dianut masyarakatnyapun berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut kemudian disatupadukan
dan diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena merekalah yang mempengaruhi
identitas bangsa. Oleh karena itu nasionalisme dan integrasi nasional sangat penting untuk
ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa Indonesia tidak kehilangan Identitas.
Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi
nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar
di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang kemudian
dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila
dan roh Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat Identitas Nasional kita sebagai
bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya
dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik,
moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di
dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional.

38
Hak dan Kewajiban dalam UUD 1945 Pasal 30.

Di tegaskan bahwa tiap – tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara. Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan
melalui system pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia,sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung.
Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat –syarat keikutsertaan warga Negara dalam
usaha pertahanan dan keamanan Negara, serta hal – hal yang terkait dengan pertahanan dan
keamanan diatur dengan undang –undang.
Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 30 Ayat (1) menyebutkan tentang hak dan
kewajiban tiap warga negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Ayat (2)
menyebutkan usaha pertahanan dan keamanan rakyat, Ayat (3) menyebutkan tugas TNI sebagai
“mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara”. Ayat (4)
menyebut tugas Polri sebagai “melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, dan menegakkan
hukum”. Ayat (5) menggariskan, susunan dan kedudukan, hubungan kewenangan TNI dan Polri
dalam menjalankan tugas, serta hal-hal lain yang terkait dengan pertahanan dan keamanan, diatur
dengan undang-undang (UU). Dari pembacaan Pasal 30 secara utuh dapat disimpulkan, meski
TNI dan Polri berbeda dalam struktur organisasi, namun dalam menjalankan tugas dan fungsi
masing-masing keduanya bekerja sama dan saling mendukung dalam suatu “sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta”. Pengaturan tentang sinkronisasi tugas pertahanan negara
(hanneg) dan keamanan negara (kamneg) itulah yang seyogianya ditata ulang melalui undang-
undang yang membangun adanya “ke-sistem-an” yang baik dan benar.

39
Tanggal 8 Januari Tahun 2002 DPR melahirkan UU No 2 dan UU No 3 Tahun 2002,
masing-masing tentang Polri dan tentang Hanneg, hasil dari Ketetapan MPR No VI dan VII
Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri . Pada 18 Agustus 2000 Komisi Konstitusi
meresmikan Amandemen Kedua UUD 1945 yang menghasilkan Ayat (2) Pasal 30 UUD 1945
dengan rumusan sistem “han” dan “kam” serta “ra” dan “ta” . Pada Agustus 2003 Ketetapan I
MPR Tahun 2003 menggugurkan Ketetapan VI dan VII MPR Tahun 2000 setelah ada
perundang-undangan yang mengatur Polri dan tentang Hanneg. Pertengahan Oktober 2004 DPR
meluluskan UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI.
Dengan demikian, pada awal Maret 2005 telah ada UU tentang Hanneg, UU tentang
Polri, dan UU tentang TNI. Namun, hingga kini belum ada UU tentang “Keamanan Negara”
guna merangkai “Kamneg” dalam satu sistem dengan “Hannneg” (kata “dan” antara “han” dan
“kam” untuk membedakan dan memisahkan organisasi TNI dari Polri). Sayang, UU tentang
Polri, UU tentang Hanneg, dan UU tentang TNI sama sekali tidak menyebut “sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta” sebagai landasan pokok pemikiran bahwa ada kaitan sinergis
antara fungsi “pertahanan negara” dan “keamanan negara”.

Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia

1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku
di wilayah negara indonesia
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar
bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.

40
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara etimologis,


identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “nasional”. Kata identitas berasal dari bahasa
Inggris identity yaitu memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada
seseorang, kelompok, masyarakat bahkan suatu bangsa sehingga dengan identitas itu bisa
membedakannya dengan yang lain.

Unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa.
Suku bangsa, adalah golongan social yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang
sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Agama, bangsa Indonesia dikenal
sebagai masyarakat yang agamis.Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk
social yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model penetahuan yang secara
kolektif digunakan oleh pendukung-pendukung untuk menafsirkan bentuk kelakuan dan benda-
benda kebudayaan sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Bahasa, merupakan unsur
pendukung identitas nasional yang lain.

Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan
tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
informasi sehingga interaksi manusia nienjadi sempit, serta seolah-olah dunia tanpa ruang. Era
Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

Bangsa (nation) atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham
kebangsaan, semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-konsep
yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di bidang politik, sosiologi, dan antropologi pun
sering tidak sependapat mengenai makna istilah-istilah tersebut.

41
Bangsa pada hakekatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat
untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan
nasional.

Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanyakesejahteraan umat maka


kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu,
kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang
ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa
kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di
dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir
zaman. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan masyarakat madani
itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat madani tersebut, serta ciri-ciri apa
saja yang terdapat pada masyarakat madani sebelum kita yakni pada zaman Rasullullah.

Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi
manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri
manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar
potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik
pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam
membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita
berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-
praktek di masyarakat.

Adapun di dalam Islam mengenal yang namanya zakat, zakat memiliki dua fungsi baik
untuk yang menunaikan zakat maupun yang menerimanya. Dengan zakat ini kita dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat higga mencapai derajat yang disebut masyarakat madani.
Selain zakat, ada pula yang namanya wakaf. Wakaf selain untuk beribadah kepada Allah juga
dapat berfungsi sebagai pengikat jalinan antara seorang muslim dengan muslim lainnya. Jadi
wakaf mempunyai dua fungsi yakni fungsi ibadah dan fungsi sosial.

42
Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia. Yakni melalui
peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta
menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam
dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini
semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-katanya sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman di masa yang akan datang.

LAMPIRAN

43
DAFTAR PUSTAKA

http://rian-ardhie.blogspot.com/2011/10/hakikat-pancasila-sebagai-identitas.html (diakses
tanggal 21 September 2013 )

Srijanti, A.Rahman HI, Purwanto S.K . 2008. Etika Berwarga Negara Edisi 2 Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Salemba Empat : Jakarta

44
CONTOH MASYARAKAT TIDAK MADANI

Kabupaten Mesuji
Kabupaten Mesuji adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Mesuji
merupakan kabupaten dengan jarak terjauh dari Bandar Lampung, ibukota Lampung, serta
berbatasan langsung dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan
Kabupaten ini memisahkan diri dari Kabupaten Tulang Bawang dan diresmikan oleh
Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Luas wilayah kabupaten
ini adalah 2.184,00 km² sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 189.999 jiwa (2006).
Ibukota
Sesuai dengan amanah UU No.49 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji,
ditetapkan bahwa ibu kota Kabupaten Mesuji adalah kecamatan Mesuji, berdasarkan hasil
musyawarah tokoh-tokoh masyarakat ditetapkan bahwa ibukota terletak tepatnya di Kampung
Wiralaga Mulya Kecamatan Mesuji. Nama Wiralaga Mulya diambil dari penggabungan dua
Kampung Di Kecamatan Mesuji yaitu Kampung Wiralaga dan Kampung Sidomulya yang juga
berdasarkan hasil musyawarah tokoh masyarakat dan para tetua adat yang ada di Kabupaten
Mesuji.
Sedangkan Kecamatan Panca Jaya dan Kecamatan Tanjung Raya yang terdapat di
ditengah tengan segitiga emas tersebut dengan sendirinya dapat menikmati pembangunan secara
langsung dan/atau tidak langsung akibat dari bergeraknya roda pemerintahan, pertanian serta
perdagangan di Kabupaten Mesuji. Kabupaten Mesuji masih sangat jauh terbelakang di banding
kabupaten-kabupaten di lampung lainnya. listrik yang masih memakai tenaga diesel. Jalan
sebagian besar masih dari tanah sehingga waktu hujan aktivitas ekonomi agak tersendat karena
jalan rusak.
Tragedi Mesuji, yang begitu memilukan, konflik antara warga sekitar dengan perusahaan
pengelola perkebunan Sawit, sampai terjadi pembunuhan sadis serta pembantaian orang, hal
tersebut menjadi perhatian rakyat Indonesia saat ini. Pemerintah serta pihak pihak terkait harus
segera menyelesaikan pelanggaran HAM berat ini yang diduga pihak aparat kepolisian juga
terlibat. Apa sebenarnya pemicu konflik di Mesuji sampai terjadi pembunuhan sadis di Mesuji?
Banyak versi kronologis konflik Mesuji bahkan antara pihak kepolisian, pemerintah serta warga

45
sekitar memiliki versi yang berbeda terkait kronologis konflik dan pembantaian di Mesuji.
Berikut kronologis konflik Mesuji sampai terjadi pembunuhan dan pembantaian di Mesuji.
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) membeberkan penyebab insiden pembantaian petani di
Kabupaten Mesuji, Lampung, dan Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Kemuring Ilir (OKI),
Sumatera Selatan.

Pembantaian Mesuji adalah peristiwa pembantaian massal sejumlah petani yang


dilakukan aparat keamanan di kawasan Mesuji, Lampung. Berawal saat PT Silva membuka lahan
untuk menanam kelapa sawit dan karet pada 2003, yang selalu ditentang masyarakat setempat.
Akhirnya, PT Silva membentuk PAM Swakarsa yang juga didukung aparat kepolisian untuk
mengusir penduduk dengan membantai sejumlah warga.

Pasca adanya PAM Swakarsa terjadilah beberapa pembantaian sadis dari tahun 2009
hingga 2011. Akibatnya, puluhan warga Mesuji, Lampung, mengadu ke Komisi Hukum Dewan
Perwakilan Rakyat, melaporkan pembunuhan keji yang diduga dilakukan oleh aparat penegak
hukum pada awal tahun 2011.

46
Letak Tidak Madani Kabupaten Mesuji

Kabupaten Mesuji tidak disebut sebagai kabupaten madani karena tidak memenuhi ciri-
ciri sebagai masyarakat madani karena:
- tidak menjunjung tinggi nilai dan norma hukum
- tidak mengedepankan kesederajatan dan transparansi (keterbukaan)
- tidak adanya free public sphere (ruang publik yang bebas)

47

Das könnte Ihnen auch gefallen