Sie sind auf Seite 1von 15

SISTEM MUSKULOSKOLETAL

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

“OSTEOARTRITIS”

Nama Kelompok 5:

 Azmi madidelfi  Putri sundari


 Jefri david  Rozi syafrima
 Luci anggela  Tiffany disthia leman
 Nisa aulia rahman  Widya Sri Rahma
 Novia suryani  Yulia sari

Dosen Pembimbing :

Ns.Lenny Sastra S.kep Msn

S1 KEPERAWATAN

STIKes MERCUBKTIJAYA PADANG

2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi),
adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan
ujung-ujung tulang penyusun sendi. Osteoartritis (OA) adalah bentuk dari arthritis yang
berhubungan dengan degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia lanjut.
Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif,
osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling
sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia lanjut maupun setengah baya.
Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab
tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari
sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang
bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan
dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya
dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi.
Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering
pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana
pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia. Pada sendi,
suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan nama kartilago biasanya menutup ujung-
ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan cairan yang disebut cairan sinovial terletak di antara
tulang-tulang tersebut dan bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah ujung-ujung tulang
tersebut bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.

2. Tujuan Asuhan Keperawatan


 Tujuan umum
1. Mengetahui Definisi dari Osteoartritis.
2. Mengetahui Etiologi dari Osteoartritis.
3. Mengetahui Patofiologi dari Osteoartritis.
4. Mengetahui Manifestasi dari Osteoartritis.
5. Mengetahui Penatalaksanaan dari Osteoartritis.
6. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Osteoartritis.

 Tujuan Khusus
BAB II
TUJUAN TEORITIS

A. Definisi Osteoastritis
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan
kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer, C Suzanne, 2002 hal .1087).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan
pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis
kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 2011, Solomon, 2009).
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (2008) osteoartritis merupakan
kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi
penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan
sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan
patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan sub kondrial dan jaringan tulang
yang membentuk persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,2005).
Osteoarthritis (OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat
beberapa factor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada
sendi-sendi tangan dan sendi besar yang mananggung beban dan secara klinis ditandai oleh
nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak.

B. Etiologi Osteoastritis
1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna
kuning.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua
mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
4. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya
nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak
aktif dan dapat menambah kegemukan.
5. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan
kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
6. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada
pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu
dari orang tuanya yang terkena.
7. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan
dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-
sel radang.
8. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat
proses degenerasi.
9. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan
pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo,
sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan
menurun.
10. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium
urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

C. Patofisiologi Osteoartritis
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur
penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu.
Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk
matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau
kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan
karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya perubahan
metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan
nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
PATHWAYS

Reaksi antibodi, faktor metabolik, infeksi dengan


kecenderungan virus

Reaksi peradangan

Kurangnya informasi Sinovial menebal Devormitas sendi


tentang penyakit

Defisiensi Nyeri akut Gangguan citra


pengetahuan tubuh tubuh

Kerusakan kartilago dan Mudah luksasi adhesi Infiltrasi kedalam os


tulang artikularis, tendon dan dan subluksasi subcondria,
ligament melemah hilangnya kekakuan sendi hambatan nutrisi
kekuatan otot pada cartilage,
terbatasnya
gerakan sendi

Resiko cedera Difisit perawatan Hambatan


mobilitas fisik
diri
D. Manifestasi Osteoartritis
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada
sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat
dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada
waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam
ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
E. Penatalaksanaan Osteoartritis
1. Tindakan preventif
a. Penurunan berat badan
b. Pencegahan cedera
c. Screening sendi paha
d. Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
2. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
3. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat
ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
4. Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
5. Pembedahan; artroplasti
6. Operasi, perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi,
7. Fisioterapi, berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
8. Dukungan psikososial, diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress
dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan
pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskur
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
factor-faktor hubungan social, keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan
bentuk anggota tubuh.
4. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan
adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
5. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri, ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetri.

7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada
sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ).
8. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan
dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap,
kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
9. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.

B. Diagnosa
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.
3. Difisit perawatan diri berhubungan dengan terbatasnya gerakan sendi
4. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.
6. Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
sehubungan dengan kurangnya informasi.

C. Intrvensi
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Pasien akan : Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 –
Menunjukkan tingkat 10).
kenyamanan. Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil.
Dapat mengendalikan nyeri Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan
Dapat melaporkan Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada
karakteristik nyeri. waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di
tempat tidur sesuai indikasi
Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien
untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit
di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak
Anjurkan pasien untuk mandi air hangat . Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
Berikan masase yang lembut
Kolaborasi
Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang
direncanakan sesuai petunjuk.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Pasien akan : berikan terapi latihan fisik : ambulasi, keseimbangan,
Melakukan aktifitas mobilitas sendi, pengendalian otot
kehidupan sehari-hari secara Bantu dan dorong perawatan diri
mandiri dengan alat bantu
Memperlihatkan mobilitas

3. Difisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan moskuluskeletal

Tujuan & kriteria hasil Intervensi


Pasien akan : Bantu perawatan diri pasien : mandi/higiene
Menunjukkan perawaan diri Bantu pemenuhan eliminasi pasien
dan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari

4. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang

Tujuan & kriteria hasil Intervensi


Pasien akan : Menejemen lingkungan: pantau lingkungan fisik untuk
Pasien dan keluarga dapat memfasilitasi keamanan.
mempersiapkan lingkungan Berikan bimbingan dan pengalaman belajar tentang
yang aman. kesehatan individu yang kondusif.
Pasien dan keluarga dapat Identifikasi faktor resiko potensial terjadinya cidera.
menghindari cidera fisik.
Dapat memodofikasi gaya
hidup untuk mengurangi
resiko

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.

Tujuan & kriteria hasil Intervensi


Pasien akan : Diskusikan persepsi pasien tentang keadaan tubuh
Menunjukkan adaptasi pasien
dengan ketunadayaan fisik, Dorong pasien untuk beradaptasi dengan persepsi
penyesuaian psikososial. stresor atau ancaman yang menghambat peran hidup.
Menunjukkan citra tubuh Diskusikan dengan pasien tentang faktor resiko
positif dan harga diri positif. potensial dan memprioritaskan strategi menurunkan
Menunjukkan kepuasan resiko.
terhadap penampilan dan Dorong pasien terhadap peningkatkan penilaian
fungsi tubuh. personal terhadap harga diri.
Menunjukkan keinginan Kolaborasi
untuk menyentuh bagian Rujuk pada konseling psikiatri
tubuh yang mengalami Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
gangguan

6. Difisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurang familiar dengan
sumber-sumber informasi
Tujuan & kriteria hasil intervensi
Pasien akan : Edukasi kesehatan : berikan bimbingan dan pengalaman
Memperlihatkan pengetahuan belajar tentang perilaku kesehatan yang kondusif
tentang penyakitnya Penyuluhan prosedur terapi : berikan pemahaman
Dapat mengidentifikasi kepada pasien secara mental tentang prosedur dan
kebutuhan terhadap penanganan
informasi tambahan tentang
program terapi
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry
Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC,
Jakarta, EGC
Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,
EGC, Jakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen