Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
SKRIPSI
ERINA PURNAMASARI
B12.2010.01636
SEMARANG
2014
PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI
NIM : B12.2010.01636
Dosen Pembimbing
NIM : B12.2010.01636
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan apabila di kemudian
hari ditemukan adanya bukti plagiat, manipulasi dan / atau pemalsuan data maupun
bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi
Materai Rp
6000,-
(Erina Purnamasari)
PENGESAHAN SKRIPSI
NIM : B12.2010.01636
Semarang, ..........................
Mengetahui,
NIM : B12.2010.01636
Tim penguji *) :
*) Tim penguji diisi nama penguji dan tandatangan penguji setelah revisi
ABSTRAKSI
rahmat, taufik dan hidayahnya, sehingga tersusun Laporan Tugas Akhir ini dengan
judul “Penerapan Cost Volume Profit Analysis Pada PT FastFood Indonesia, Tbk”.
Tidak lupa tersusunnya tugas akhir ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibunda dan Bapak tercinta yang selalu memberikan dukungan material dan
2. Bapak Natalistyo TAH selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar selalu
3. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko M.Kom selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
Semarang.
5. Bapak Yulita Setiawanta, SE, Msi selaku Kepala Progran Studi Akuntansi.
9. Seluruh dosen dan staf pengajar jurusan akuntansi yang telah memberikan
selama ini.
11. Serta semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu yang
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna didunia, begitu juga laporan
Akhir kata penulis harapkan semoga laporan ini dapat diterima dan bermanfaat
Penulis
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan.
2. Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan hari ini.
3. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komimen bersama
untuk menyelesaikannya.
dikerjakan.
PERSEMBAHAN :
1. Bapak dan Ibu yang telah memberikan kasih sayang serta doa dan
3. Saudara –saudara dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan
5. Almamaterku.
DAFTAR ISI
Judul...............................................................................................................................i
Halaman Pengesahan....................................................................................................ii
Halaman Pengesahan Kelulusan Ujian........................................................................iii
Abstraksi......................................................................................................................iv
Kata Pengantar.............................................................................................................v
Daftar Tabel.................................................................................................................vi
Daftar Gambar............................................................................................................vii
Bab I Pendahuluan..........................................................................................1
I .1 Latar Belakang Masalah.................................................................1
I.2 Rumusan Masalah............................................................................6
I.3 Tujuan Penelitian.............................................................................7
I.4 Manfaat Penelitian...........................................................................7
Bab II Tinjauan Pustaka...................................................................................8
II.1 Pengertian Biaya............................................................................8
II.2 Pengertian Volume Penjualan......................................................13
II.3 Pengertian Laba............................................................................13
II.4 Analysis Cost-Volume-Profit.......................................................16
Tabel 4.7 Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya
Tabel 4.8 Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya
Tabel 4.9 Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya
Tabel 4.10 Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya
Tabel 4.11 Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya
Tabel 4.12 Estimasi Target Penjualan PT FastFood Indonesia, Tbk Tahun 2008-
2012.....................................................................................................54
BAB I
PENDAHULUAN
Semakin ketat pula persaingan antar perusahaan membuat para pengusaha terpacu
untuk mengelola perusahaan dengan lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, demi
Hal yang sering dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu perusahaan
adalah laba atau keuntungan. Sebagian besar perusahaan yang didirikan berorientasi
mencari laba atau keuntungan yang tinggi, perolehan laba harus memadai sesuai
dengan investasi yang diberikan oleh para investor untuk memperoleh pendapatan.
Dengan banyaknya laba yang diperoleh suatu perusahaan maka perusahaan akan
perusahaan akan mampu mengembangkan dirinya menjadi suatu usaha yang lebih
Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba dan besar
kecilnya laba yang dapat dicapai merupakan ukuran kesuksesan manajemen dalam
mengelola perusahaannya. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk
yang dijual, harga jual produk, dan biaya. Biaya menetukan harga jual untuk
masalah-masalah yang terjadi maka suatu perusahaan dituntut agar benar-benar bisa
membuat perencanaan yang tepat dan cermat, apabila tetap ingin berkompetisi dan
bertahan di dalam bisnis yang mereka tekuni (Ressa, 2013). Pengaruh lingkungan
manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan semakin sulit dan kompleks pula.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perusahaan harus mendapatkan informasi yang
memperoleh laba yang optimal sehingga salah satu perencanaan yang dibuat pihak
yang akan ditempuh perusahaan untuk mencapai besarnya target laba yang
diinginkan, karena laba merupakan selisih antara pendapatan yang diterima (dari
hasil penjualan) dengan biaya yang dikeluarkan, maka perencanaan laba dipengaruhi
perubahan tiga variabel tersebut dalam satu kesatuan disebut analisis cost-volume-
perilaku total biaya, total pendapatan dan laba operasi saat perubahan terjadi dalam
tingkat keluaran, harga jual, biaya variabel atau biaya tetap. Hal tersebut diperlukan
untuk membantu manajer dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam
profit terkait dengan break-even-point (titik impas). Sehubungan dengan itu, apabila
perusahaan tidak mencapai hasil penjualan yang lebih besar dari hasil penjualan pada
tingkat break-even-point atau tidak mencapai hasil penjualan yang telah ditetapkan,
maka pimpinan perusahaan harus dapat mengetahui penyebab dan berusaha untuk
mencapai hasil penjualan yang lebih besar sehingga dapat diperoleh laba yang
digunakan suatu usaha untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan keuangan usaha
mereka. Dengan analisis ini, pemilik usaha akan dengan mudah memutuskan
mengenai harga jual yang pantas untuk suatu produk, produk apa saja yang perlu
diproduksi atau dijual, strategi pemasaran yang perlu dilakukan, tingkat laba yang
akan mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi pada biaya, volume, dan
menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua
suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan
ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya. Analisis
CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus dijual
untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan
(Break Even Point Analysis). Titik impas menurut Horngren (2008) adalah jumlah
penjualan output yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total, yaitu
jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi 0 (nol). Dengan
tingkat penjualan minimum yang harus dicapai, agar tidak mengalami kerugian. Dari
analisis tersebut, juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang
direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Oleh karena
pada laporan keuangan yang dimiliki oleh PT FastFood Indonesia Tbk yang berjalan
dalam waktu lima tahun berturut-turut, yaitu mulai dari tahun 2008-2012. PT
FastFood Indonesia Tbk didirikan oleh Keluarga Gelael pada tahun 1978. Pada tahun
1979, perseroan mendapatkan akuisisi waralaba dengan pembukaan gerai pertama
terbukti sukses dan diikuti dengan pembukaan gerai-gerai selanjutnya di Jakarta dan
merek ini, menanamkan KFC dalam benak konsumen sebagai merek waralaba cepat
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Gilang (2013)
penelitian ini disesuaikan dengan yang digunakan dalam Gilang (2013) dan Munir
(2013). Faktor-faktor tersebut adalah : biaya tetap, biaya variabel, dan volume
Tbk.
cukup besar di Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi penulis untuk
analisis CVP untuk membantu dalam evaluasi pencapaian laba jangka pendek
maupun panjang. Selain itu dalam kondisi ekonomi yang tak terduga dan tidak
penjualan naik menjadi Rp. 2.022 triliun, dari Rp. 1.589 triliun pada tahun 2007.
Pada tahun 2010 penjualan naik menjadi Rp. 2.913 triliun, dari Rp. 2.454 triliun di
tahun 2009. Dan pada tahun 2012 naik menjadi Rp. 3.359 triliun ,dari Rp. 3.183
triliun pada tahun 2011. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penjualan pada PT
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih jauh lagi
dari laporan keuangan PT FastFood Indonesia Tbk yang terus menerus mengalami
peningkatan dalam segi penjualan di setiap tahunnya, maka penulis tertarik untuk
Indonesia Tbk.
Berikut ini beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang
pencapaian laba.
perencanaan laba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai
tujuan tertentu. Suatu biaya (seperti bahan baku dan iklan) biasanya diukur dalam
unit uang yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa. Biaya
aktual (actual cost) adalah biaya yang terjadi (historical cost), untuk dibedakan dari
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis
masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca.
diwakili oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentuk kas
(2006) adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atau keseluruhan
elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas
untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting. Klasifikasi biaya
1. Produk.
2. Volume produksi.
4. Periode akuntansi.
Carter (2009) menyatakan bahwa proses klasifikasi biaya dan beban dapat
bisnis. Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri atas dua elemen,
yaitu :
1. Biaya Manufaktur – juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik, biasanya
didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya : bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga
kerja langsung, keduanya disebut biaya utama. Tenaga kerja langsung dan
bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara
atau beban pabrik, terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak
d. Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk
baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari
produk.
e. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak secara
produksi.
2. Beban Komersial terdiri atas dua klasifikasi umum : beban pemasaran dan
manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap dijual. Beban
mengedalikan organisasi.
dalam volume produksi atau output, sementara yang lainnya tetap relatif konstan
terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain,
biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif konstan dengan
dan dapat dikendalikan oleh penyelia pada tingkat operasi tertentu. Biaya
variabel biasanya mencakup biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
2. Biaya Tetap, bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan.
Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengn
Biaya tetap dianggap sebagai biaya untuk tetap berada dalam bisnis,
biaya variabel. Jenis biaya ini disebut biaya semivariabel. Contoh , biaya
biaya tetap dan variabel. Biaya-biaya yang sepenuhnya tetap atau sepenuhnya
variabel dalam rentang kegiatan yang diharapkan harus diketahui, dan unsur tetap
serta variabel dari biaya semivariabel haruslah dipisahkan. Pemisahan biaya tetap
analisis varians.
6. Analisis atas maksimisasi laba dan minimisasi biaya dalam waktu jangka
pendek.
Volume penjualan merupakan hasil total penjualan dan salah satu tugas
konsumen baik produk berupa barang atau jasa, sehingga perusahaan perlu
memperlancar produk yang ditawarkan kepada konsumen. Salah satu faktor yang
dengan tujuan untuk menyampaikan informasi tentang produk dengan harapan dapat
meningkatkan penjualan.
Belkaoui (2007), mendefinisikan laba sebagai hal yang mendasar dan penting
dari laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan di berbagai konteks, yaitu :
individu-individu. Satu versi dari laba yang dikenal sebagai laba kena
2. Laba dipandang sebagai suatu panduan bagi kebijakan deviden dan retensi
perusahaan (terutama laba yang muncul dari penjualan barang atau jasa)
tersebut.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periode dan mengacu pada kinerja
1. Laba akuntansi adalah suatu hal yang berguna dan ia merupakan penentu bagi
akan diukur dan dilaporkan secara objektif dan oleh sebab itu pada dasarnya
dapat diverifikasi.
3. Laba akuntansi memenuhi kriteria dari konservatisme, yaitu perlu ada
direalisasikan.
kepada manajemen).
1. Laba akuntansi tidak mampu mengakui kenaikan nilai yang belum terealisasi
dari aktiva yang dimiliki dalam satu periode tertentu akibat penerapan biaya
biaya yang diakui dan dianggap bersifat arbitrer dan tidak dapat diubah.
operasi perusahaan dan dihitung sebagai selisih antara laba kotor dengan beban
perusahaan telah dijalankan dan dikelola secara baik dan efisien, terlepas dari
kebijakan pembiayaan dan pengelolaan pajak penghasilan. Menurut Stice (dalan
strategi harga, melakukan promosi, dan mengelola hubungan yang baik dengan
luar beban bunga dan pajak, maka nama lain dari laba operasional adalah laba
sebelum bunga dan pajak. Laba operasional tidak memberitahu kita tentang berapa
besarnya beban bunga yang ditimbulkan dari aktivitas pembiayaan perusahaan dan
Menurut Kieso (dalam Hery 2007), pengungkapan laba operasional dalam laporan
laba rugi akan memperlihatkan perbedaan antara aktivitas utama dengan aktivitas
menyadari bahwa aktivitas sekunder akan kecil kemungkinannya untuk dapat terus
volume-laba menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga,
kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.
Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang
harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik
impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba. Sedangkan menurut Horngren
(2008) analisis biaya-volume-laba menguji perilaku pendapatan total, biaya total, dan
laba operasi ketika terjadi perubahan dalam tingkat output, harga jual, biaya variabel
yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan. Analisis ini
antara biaya, laba, bauran produk, dan volume penjualan. CVP didasarkan pada
asumsi berikut : bahwa semua biaya dapat dipisahkan menjadi bagian variabel dan
bagian tetap, bahwa total biaya tetap adalah konstan sepanjang rentang analisis, dan
bahwa total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan volume
(biaya variabel per unit adalah konstan sepanjang rentang yang relevan).
yang relevan.
Asumsi kedua, yaitu menetapkan rentang operasi berjalan atau rentang yang
Asumsi ketiga, yaitu tidak ada perubahan persediaan selama periode tersebut.
jangka pendek sehingga kita dapat menutup seluruh biaya pada periode waktu
tidak dipertimbangkan.
saja konstan-100% dari penjualan adalah salah satu produk. Analisis impas
harga, biaya variabel, dan biaya tetap secara pasti. Suatu perubahan pada satu
vaiabel biasanya memengaruhi nilai variabel lainnya. Kerap terdapat suatu
Sedangkan berikut ini adalah analisis CVP didasarkan pada sejumlah asumsi
2. Biaya total dapat dipisahkan ke dalam komponen tetap yang tidak berubah
mengikuti tingkat output. Demikian juga, biaya tetap mencakup biaya tetap
3. Ketika disajikan secara grafik, perilaku pendapatan total dan biaya total
dihubungkan dengan tingkat output dalam rentang (dan periode waktu) yang
elevan.
4. Harga jual, biaya variabel per unit, serta biaya tetap total (dalam rentang dan
Titik impas (break even point) menurut Horngren (2008) adalah jumlah
penjualan output yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total yaitu,
jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi 0 (nol). Manajer
tertarik pada titik impas karena ingin menghindari rugi operasi (operating loss). Titik
impas menjelaskan berapa banyak output harus terjual agar tidak menanggung rugi
operasi. Sedangkan menurut Carter (2009) titik impas adalah titik di mana besarnya
biaya dan pendapatan adalah sama. Tidak ada laba maupun rugi pada titik impas.
Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran
produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama
periode tersebut. Oleh karena CVP menetukan tingkat penjualan dan bauran produk
yang diperlukan untuk mencapai target laba, maka analisis titik impas adalah kasus
khusus dari CVP. Untuk mencapai titik impas, target laba adalah nol.
volume berubah adalah sesuatu yang lazim untuk memulai dengan menentukan titik
impas perusahaan dalam jumlah unit yang terjual. Titik impas (break-even-point)
adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama
dengan nol. Menurut Garrison (2000), titik impas adalah tingkat penjualan dengan
tingkat laba nol. Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan
laporan laba rugi yang disusun dengan format laporan laba rugi yang
yang harus dijual untuk mencapai titik impas, total biaya tetap dibagi
semua biaya variabel. Margin kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya
variabel, baik untuk biaya produksi maupun nonproduksi, dari penjualan. Dalam
perhitungan biaya langsung, margin kontribusi dapat dihitung secara total untuk
teritori penjualan, divisi produk, dan seterusnya. Margin kontribsi dapat dihitung
untuk setiap unit. Total laba ditemukan dengan cara mengurangkan total biaya tetap
dari total margin kontribusi. Sedangkan menurut Garrison (2000) margin kontribusi
adalah jumlah yang tersisa dari penjualan dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah
tersebut akan digunakan untuk menutup biaya tetap dan laba untuk periode tersebut.
penjualan. Rasio margin kontribusi memiliki manfaat dalam situasi manajer harus
membuat trade off antara peningkatan penjualan satu produk dengan peningkatan
penjualan produk yang lain. Umunya, pada saat berusaha untuk meningkatkan
KONTRIBUSI
Manfaat mengetahui margin kontribusi dan rasio margin kontribusi divisi dan
jangka pendek, jika suatu produk mampu menutup lebih dari biaya
penjualan tambahan.
laba.
dapat diraih.
produk.
II.6 PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Indonesia, Tbk).
sederhana
Seona Manado.
6 RR. Diva Amelia Penerapan Cost Volume Profit BEP, Margin of Safety,
Wilayah 1 Ternate
Manado
II.7 KERANGKA PEMIKIRAN
Analisis Cost-Volume-Profit
HASIL
Gambar 2.1
METODE PENELITIAN
Penelitian yang akan dilakukan ini, penulis menentukan objek penelitian pada
perusahaan PT Fast Food Indonesia Tbk. yaitu sebuah perusahaan yang bergerak
Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini diperoleh dari laporan keuangan
yang telah di publikasikan dan tersedia di database pusat data Fakultas Ekonomi dan
pertama adalah:
Yaitu data yang diteliti dianalisa dalam bentuk angka-angka atau perhitungan
di mana:
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel
S = volume penjualan
Fast Food Indonesia Tbk didirikan oleh Keluarga Gelael pada 1978. Pada 1979,
bulan Oktober di Jalan Melawai di Jakarta. Pembukaan gerai pertama terbukti sukses
dan diikuti dengan pembukaan gerai-gerai selanjutnya di Jakarta dan ekspansi hingga
menanamkan KFC dalam benak konsumennya sebagai merek waralaba cepat saji
Dengan bergabungnya Salim Group pada 1990 sebagai salah satu pemegang
saham utama semakin mendorong inisiatif ekspansi bisnis Perseroan, dan pada 1993,
Perseroan terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek
mayoritas 80% pada saat ini terdistribusi 43,84% kepada PT Gelael Pratama dari
Gelael Group dan 35,84% kepada PT Megah Eraraharja dari Salim Group; sementara
(www.kfcindonesia.com).
Pengalaman sukses dan peningkatan pertumbuhan yang berkelanjutan selama
lebih dari 30 tahun, tidak diragukan lagi telah menjadikan merek KFC sebagai
pemimpin pasar restoran cepat saji di negara ini. Ekspansi jaringan restoran terus
metropolitan yang sarat persaingan maupun di kota-kota di daerah tingkat II. Sejak
empat tahun terakhir, Perseroan lebih berfokus pada pembukaan gerai bertipe free-
standing (gerai yang berada di bangunan yang berdiri sendiri) yang memberikan
fleksibilitas yang lebih dalam jam operasi dengan fasilitas lengkap untuk memenuhi
kebutuhan dan selera konsumen. Sejumlah gerai yang sudah dibuka sebelumnya
direnovasi untuk memberikan tampilan baru yang lebih segar dan modern sesuai
dengan obyektif Perseroan. Pada akhir 2011, Perseroan mengoperasikan total 421
Indonesia, dan mempekerjakan sekitar 16.365 karyawan dengan hasil penjualan lebih
dari Rp3,317 triliun. Pada minggu pertama bulan Oktober di tahun ini, untuk pertama
kali sejak Perseroan terdaftar sebagai perusahaan publik, Obligasi diterbitkan tanpa
warkat berjangka waktu lima tahun dengan bunga Obligasi sebesar 9,5% per tahun
yang dibayarkan setiap tiga bulan, yang pada dasarnya akan digunakan untuk
sudah ada, perluasan gudang-gudang produksi Perseroan yang sudah ada, serta
Perseroan selalu memonitor kondisi pasar dan citra merek KFC secara
layanan, dan fasilitas melalui survei rutin yang disebut dengan Brand Image
Tracking Study (BITS), yang dilakukan oleh agensi survei independen. BITS adalah
survei untuk mengetahui persepsi konsumen dan citra merek KFC, diukur bersama
dengan merek utama lainnya dalam industri restoran cepat saji. Hasil dari BITS
diingat” oleh konsumen untuk Top of Mind Awareness. Pada tahun 2011, Perseroan
merek restoran cepat saji utama lainnya. Sebagai pelengkap survei ini untuk tujuan
oleh agensi survei independen lain dan Departemen QA. CMS adalah survei untuk
menilai langsung kualitas produk, layanan, dan fasilitas yang tersedia di KFC
mengkalibrasi apa yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan prosedur standar
dan mulai tahun 2011, hasil-hasil CER dikirimkan secara elektronik kepada Pemilik
Waralaba (www.kfcindonesia.com).
yang terbaik di pasar regional KFC se Asia selama dua tahun berturut-turut, dengan
rata-rata 18,7% pada 2010 dan 13,8% pada 2011, dan Perseroan berharap akan terus
mempertahankan posisi ini. Pengembangan merek KFC secara terus menerus dengan
dua digit yang konsisten dalam penjualan dan pengembangan restoran, telah
restoran cepat saji dengan terus memberikan kepuasan “Yum! ” di wajah konsumen.
dedikasi dan loyalitas karyawan, dan yang terpenting adalah, kontinuitas kunjungan
konsumen, pasti berhasil membawa Perseroan meraih visinya. Dengan visi yang
kokoh, misi dan obyektif jangka panjang, serta strategi-strategi dan nilai-nilai
korporasi yang jelas, niscaya akan terus menjadikan merek KFC yang terfavorit di
seluruh Indonesia, dan membangun PT Fast Food Indonesia Tbk menjadi sebuah
Fast Food Indonesia sebagaimana termaktub dalam akta Perseroan Terbatas “PT Fast
Food Indonesia” No. 20 tanggal 19 Juni 1978, yang dibuat di hadapan Sri Rahayu,
S.H., pada waktu itu Notaris di Jakarta dan telah mendapatkan pengesahan dari
1979, telah didaftarkan dalam buku register di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta di
bawah No. 4491 tanggal 1 Oktober 1979, serta telah diumumkan dalam Tambahan
(www.kfcindonesia.com).
Anggaran dasar Perseroan sebagaimana dimuat dalam Akta Pendirian telah
beberapa kali diubah dan perubahan seluruh anggaran dasar Perseroan untuk
Indonesia Tbk No. 32 tanggal 8 Agustus 2008, yang dibuat di hadapan Poerbaningsih
Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta dan telah mendapatkan persetujuan dari
2008 tanggal 23 Oktober 2008, dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan di
telah diumumkan dalam Tambahan No. 4186 BNRI No. 12 tanggal 10 Februari 2009
(www.kfcindonesia.com).
termaktub dalam akta Pernyataan Keputusan Rapat PT Fast Food Indonesia Tbk No.
35 tanggal 18 Agustus 2011, yang dibuat di hadapan Ny. Poerbaningsih Adi Warsito,
S.H., Notaris di Jakarta dan telah mendapatkan persetujuan dari Menkumham sesuai
Agustus 2011 serta telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan di bawah No. AHU-
a. VISI
b. MISI
Melanjutkan strategi
strategi-strategi dan ide-ide
ide yang inovatif dalam
memberikan produk dan layanan serta fasilitas restoran yang selalu berkualitas,
Sumber www.kfcindonesia.com
Gambar 4.1
Juli 2011 yang dibuat di hadapan Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, SH, Notaris di
Tabel 4.1
SAHAM KEPEMILIKAN
5%)
Sumber www.kfcindonesia.com
Tabel 4.2
Sumber www.kfcindonesia.com
Tabel 4.3
Sumber www.kfcindonesia.com
IV.2 ANALISIS COST VOLUME PROFIT
merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan
kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung
oleh PT FastFood Indonesia Tbk. terlihat bahwa total volume penjualan atas dasar
Tabel 4.4
2008 2.022.633.479
2009 2.454.359.779
2010 2.913.604.568
2011 3.316.799.653
2012 3.559.485.575
Tabel 4.5
2008 1.881.934.631
2009 2.229.226.958
2010 2.710.049.721
2011 3.086.632.845
2012 3.339.041.352
selama satu tahun dikurangi biaya operasional selama satu tahun. Jadi, laba
Tabel 4.6
Tahun Laba
2008 167.903.622
2009 247.147.950
2010 261.589.812
2011 298.702.152
2012 269.216.864
kegiatan atau aktivitas perusahaan. Dalam analisis ini penulis menggunakan metode
Total Cost yang terdiri dari 2 golongan biaya, yaitu Biaya Tetap (Fixed Cost),
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Gaji 438.962.110 -
Sewa 199.245.873 -
Pengangkutan - 59.103.170
Perjalanan - 44.566.293
Administrasi - 21.597.121
Lain-lain - 31.105.723
Kerugian penghapusan aset - 4.329.333
Lain-lain - 1.339.658
Tabel 4.11
Gaji 519.635.589 -
Sewa 286.966.713 -
Pengangkutan - 65.880.259
Perjalanan - 55.349.064
Administrasi - 27.041.121
Lain-lain - 104.521.810
Lain-lain - 809.928
. . . .
BEP (Rupiah) = = . . . =
,
. . .
= Rp. 1.593.556.867
titik impas, yaitu tidak mendapatkan laba dan tidak pula mengalami kerugian.
. . . .
BEP (Rupiah) = = . . . =
,
. . .
= Rp. 1.789.776.007
Jadi apabila PT FastFood Indonesia Tbk telah menerima pendapatan
titik impas, yaitu tidak mendapatkan laba dan tidak pula mengalami kerugian.
. . . .
BEP (Rupiah) = = . . . =
,
. . .
= Rp. 2.285.371.411
titik impas, yaitu tidak mendapatkan laba dan tidak pula mengalami kerugian.
. . . .
BEP (Rupiah) = = . . . =
,
. . .
= Rp. 2.578.607.606
titik impas, yaitu tidak mendapatkan laba dan tidak pula mengalami kerugian.
5. Besarnya Break Event Point pada PT FastFood Indonesia Tbk. Untuk
. . . .
BEP (Rupiah) = = . . . =
,
. . .
= Rp. 2.873.257.808
titik impas, yaitu tidak mendapatkan laba dan tidak pula mengalami kerugian.
= 2.022.633.479 – 1.359.390.151
= 663.243.328
= 2.454.359.779 – 1.622.926.687
= 831.433.092
Jadi Contribution Margin pada tahun 2009 sebesar Rp. 831.433.092
= 2.913.604.568 – 2.027.411.953
= 886.192.615
= 3.316.799.653 – 2.282.628.136
= 1.034.171.517
= 3.559.485.575 – 2.416.034.275
= 1.143.451.300
. .
= = 32,79%
. . .
. .
= = 33,87%
. . .
. .
= = 30,41%
. . .
. . .
= = 31,17%
. . .
. . .
= = 32,12%
. . .
1. Estimasi target penjualan pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2009
= 690.448.102 : 32,79%
= 2.105.666.673
2. Estimasi target penjualan pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2010
= 853.448.221 : 33,87%
= 2.519.776.265
3. Estimasi target penjualan pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2011
= 956.701.046 : 30,41%
= 3.146.008.043
= 1.102.706.861 : 31,17%
= 3.537.718.515
5. Estimasi target penjualan pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2013
= 1.192.223.941 : 32,12%
= 3.711.780.638
Tabel 4.12
Estimasi Target Penjualan PT FastFood Indonesia, Tbk
Tahun 2008-2012
Tahun Laba Penjualan Rencana Penjualan
2013 - - 3.711.780.638
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penjualan dan rencana penjualan PT
FastFood Indonesia Tbk selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Hal itu di
sebabkan karena beberapa hal antara lain permintaan produk yang meningkat dari
konsumen, gerai KFC yang tersebar di seluruh kota besar di Indonesia dengan
tampilan interior yang luas dengan fasilitas yang lengkap untuk lebih meningkatan
kenyamanan dan kepuasan konsumen, layanan KFC Drive Thru yang disediakan
untuk konsumen yang membutuhkan kecepatan layanan tanpa harus turun dari
langsung dapat memesan berbagai menu KFC sesuai selera tanpa harus keluar
rumah, selain melalui telepon KFC, KFC home delivery juga menyediakan layanan
Namun, mengalami penurunan laba pada tahun 2012 hal tersebut dikarenakan
beberapa faktor, antara lain adalah kenaikan upah minimum secara nasional, yang
pada tahun-tahun sebelumnya sekitar 10%-11% menjadi 14%-15% pada awal 2012
yang mempengaruhi daya beli konsumen dan berdampak pada kenaikan harga beli
bahan baku restoran, kenaikan ‘Financing Charge’ berakibat dari penerbitan obligasi
pada akhir 2011 menurunkan laba usaha perseroan tetapi menjadi ‘tax shield’ dalam
perhitungan beban pajak, perubahan dari kebijakan penyusutan untuk ‘Furniture &
Pada tabel estimasi target penjualan diatas jumlah laba pada tahun 2008
merupakan langkah awal dalam penentuan pencapaian target penjualan untuk tahun-
tahun berikutnya. Terlihat bahwa laba pada tahun 2008 sebesar Rp. 167.903.622,
laba tersebut digunakan sebagai laba minimal yang akan dicapai untuk rencana
penjualan tahun berikutnya, yaitu rencana penjualan tahun 2009. Rencana penjualan
tahun 2009 sebesar Rp. 2.105.666.673 harus dicapai untuk mendapatkan laba
minimal seperti pada tahun 2008. Dan ternyata penjualan pada tahun 2009 sebesar
Rp. 2.454.359.779, hal ini berarti penjualan lebih besar dari pada rencana penjualan
dan tentu saja laba yang didapatkan juga lebih besar dari laba tahun sebelumnya.
Labanya yaitu sebesar Rp. 247.147.950. Laba tahun 2009 tersebut menjadi laba
minimal yang harus di peroleh oleh PT FastFood Indonesia Tbk pada tahun 2010
penjualannya sebesar Rp. 2.913.604.568. Jadi laba yang diperoleh pada tahun 2010
juga lebih besar daripada tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 261.589.812. Laba
pada tahun 2010 tersebut menjadi laba minimal yang harus dicapai pada tahun 2011
sebesar Rp. 3.316.799.653, oleh karena itu mendapatkan laba lebih besar dari laba
minimal yaitu Rp. 298.702.152. Dan laba tahun 2011 menjadi laba minimal untuk
tahun 2012 yang rencana penjualannya sebesar Rp. 3.537.718.515 dan realisasi
mengalami penurunan laba karena di sebabkan oleh beberapa faktor yang telah
disebutkan diatas. Dengan analisis CVP dapat diketahui pula rencana penjualan
tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 3.711.780.638 untuk mendapatkan laba minimal seperti
Pada bab terakhir ini penulis akan membagi dalam tiga bagian utama yaitu
kesimpulan serta bagian kedua yaitu saran dan bagian ketiga adalah keterbatasan
penulis.
V.1 KESIMPULAN
Dari keseluruhan data maupun informasi yang diperoleh penulis dan metode Cost
sebagai berikut :
1. Laba pada PT FastFood Indonesia Tbk meningkat dengan baik pada tahun
2008 sampai 2011 ,tetapi laba menurun pada tahun 2012 yang disebabkan
mudah mengetahui :
a. Titik impas, keadaan dimana perusahaan berada pada titik 0 yaitu tidak
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba yang telah
2012.
V.2 SARAN
penjualan, promosi untuk menarik minat konsumen agar penjualan dapat teru
didapatkan. Penurunan laba pada tahun 2012 sebaiknya bisa dijadikan motivasi
untuk tahun-tahun berikutnya supaya penurunan laba dapat di cegah atau tidak terjadi
lagi.
Dari penelitian yang telah dilakukan penulis, ada beberapa keterbatasan yang
dihadapi oleh penulis, diantaranya jika ada data yang kurang jelas dalam laporan
keuangan, penulis tidak dapat langsung mendapatkan jawaban yang di inginkan dari
Amelia Putri, Diva. (2010). Penerapan Cost Volume Profit Analysis Sebagai Alat
Bantu Dalam Perencanaan Penjualan Atas Target Laba Yang Ditetapkan
(Studi Kasus Pada Toko Mei Pastry). Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi No.3
Tahun ke-1 September-Desember 2010.
Belkaoui, Ahmed Riahi.2007. Teori Akuntasi (penerjemah : Ali Akbar Yulianto dan
Krista). Salemba Empat. Jakarta.
Bustami, Bastian. Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi.
GrahaIlmu. Yogyakarta.
Carter, W. K., dan Usry. 2006. Akuntansi Biaya. Edisi Tigabelas. Salemba
Empat. Jakarta.
_______, dan Usry. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 2 Edisi Empatbelas. Salemba
Empat. Jakarta.
_______, dan Usry. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 1 Edisi Empatbelas. Salemba
Empat. Jakarta.
Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., Brewer, Peter C. 2000. Akuntansi
Manjerial (alihbahasa: A. Totok Budi Santoso). Buku I. Salemba Empat.
Jakarta.
Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M. 2009. Akuntansi Manajemen. Salemba
Empat. Jakarta.
Hongren, Charles T., Datar, Srikant M., Foster, George. 2008. Akuntansi
Biaya:Penekanan Manajerial . Jilid 1 Edisi Sebelas. Erlangga. Jakarta.
Ismail, ressa. (2013). Hubungan Biaya-Volume-Laba Pada Perum Bulog Sub Divre
Wilayah 1 Ternate. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, hal.1149-
1156.
Misbakhul Munir, Ahmad. (2013). Evaluasi Target Penjualan Dengan Metode Cost-
Volume-Profit Analysis (Studi Pustaka Pada PT Ace Hardware Indonesia,
Tbk).
Sondix.blogspot.com