Sie sind auf Seite 1von 75

PENERAPAN COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS

UNTUK EVALUASI PENCAPAIAN LABA

PADA PT FASTFOOD INDONESIA,Tbk

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro
Disusun oleh :

ERINA PURNAMASARI

B12.2010.01636

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

2014
PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI

Nama : Erina Purnamasari

NIM : B12.2010.01636

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis untuk Evaluasi

Pencapaian Laba pada PT FASTFOOD INDONESIA, Tbk

Dosen Pembimbing : Natalistyo T.A.H, SE, M.SI

Semarang, 7 Februari 2014

Dosen Pembimbing

(Natalistyo T.A.H, SE, M.SI)


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Erina Purnamasari

NIM : B12.2010.01636

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis untuk Evaluasi

Pencapaian Laba pada PT FASTFOOD INDONESIA, Tbk

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan apabila di kemudian

hari ditemukan adanya bukti plagiat, manipulasi dan / atau pemalsuan data maupun

bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Semarang, 7 Februari 2014

Materai Rp
6000,-

(Erina Purnamasari)
PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Erina Purnamasari

NIM : B12.2010.01636

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis untuk Evaluasi

Pencapaian Laba pada PT FASTFOOD INDONESIA, Tbk

Dosen Pembimbing : Natalistyo T.A.H, SE, M.SI

Semarang, ..........................

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dosen Pembimbing

(Dr Agus Prayitno) (Natalistyo T.A.H, SE, M.SI)


PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Erina Purnamasari

NIM : B12.2010.01636

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis untuk Evaluasi

Pencapaian Laba pada PT FASTFOOD INDONESIA, Tbk

Telah dinyatakan lulus ujian skripsi pada tanggal :

Tim penguji *) :

1. Natalistyo T.A.H, SE, M.Si (..............................................................)

2. Juli Ratnawati, SE, M.Si (..............................................................)

3. Bambang Minarso, SE, M.Si (..............................................................)

*) Tim penguji diisi nama penguji dan tandatangan penguji setelah revisi
ABSTRAKSI

Cost-Volume-Profit Analysis merupakan salah satu dari alat analisis yang


dapat digunakan usaha untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan operasional
usaha. Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit
yang harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap
titik impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba.
Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis merupakan salah satu metode yang
dapat digunakan dalam hal perencanaan laba pada PT FastFood Indonesia, Tbk.
Penelitian Cost-Volume-Profit Analysis pada PT FastFood Indonesia, Tbk
menggunakan dasar-dasar analisis seperti contribution margin, analisis break even
poin serta pemanfaatan dalam perencanaan dengan analisis target laba.
Laba pada PT FastFood Indonesia Tbk meningkat dengan baik pada tahun
2008 sampai 2011 ,tetapi laba menurun pada tahun 2012 yang disebabkan karena
beberapa faktor, seperti kenaikan pada biaya operasional, kenaikan upah minimum
secara nasional, dan kenaikan harga bahan baku. Secara keseluruhan dapat ditarik
kesimpulan bahwa PT FastFood Indonesia selalu dapat merealisasikan jumlah
penjualan lebih besar daripada rencana penjualan setiap tahunnya, walaupun
mengalami penurunan laba pada tahun 2012. Dengan menggunakan analisis biaya,
volume, laba manager dapat dengan mudah mengetahui titik impas dan jumlah
penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Kata Kunci : Analisis, Cost, Volume, Profit
ABSTRACT
Cost - Volume - Profit Analysis is one of the analytical tools that can be used
to attempt to determine how the state of business operations . CVP analysis can also
tackle many other issues , such as the number of units that must be sold to achieve
break-even , the impact of the reduction of fixed costs to break even , and the impact
of price increases on earnings .
Application of Cost - Volume - Profit Analysis is one method that can be
used in planning profit at PT FastFood Indonesia, Tbk . Research Cost - Volume -
Profit Analysis in PT FastFood Indonesia , Tbk use the basics of analysis such as
contribution margin , break-even analysis points in the planning and utilization of the
profit target analysis .
Profit on FastFood Indonesia Tbk PT increased well in 2008 until 2011 , but
earnings declined in 2012 due to several factors , such as increases in operating costs
, the increase in the national minimum wage , and a rise in raw material prices .
Overall it can be concluded that PT FastFood Indonesia has always been able to
realize a greater number of sales than sales plan each year , although earnings
declined in 2012 . By using the cost analysis , volume , profit managers can easily
determine the breakeven point and the amount of sales that must be achieved to earn
profits that have been set by the company .

Keywords : Analysis , Cost , Volume , Profit


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat ALLAH SWT, atas limpahan

rahmat, taufik dan hidayahnya, sehingga tersusun Laporan Tugas Akhir ini dengan

judul “Penerapan Cost Volume Profit Analysis Pada PT FastFood Indonesia, Tbk”.

Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Pendidikan Strata pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Tidak lupa tersusunnya tugas akhir ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibunda dan Bapak tercinta yang selalu memberikan dukungan material dan

spiritual serta kakak-kakakku dan adikku tercinta, merekalah yangselalu

menjadi semangat dan harapan untuk meraih cita.

2. Bapak Natalistyo TAH selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar selalu

memberikan bimbingan dan bantuan serta pengarahan dalam menyusun

Tugas Akhir ini.

3. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko M.Kom selaku Rektor Universitas Dian

Nuswantoro Semarang.

4. Bapak Dr Agus Prayitno selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Semarang.

5. Bapak Yulita Setiawanta, SE, Msi selaku Kepala Progran Studi Akuntansi.

6. Ibu Retno Indah Hernawati, SE, M.Si selaku Dosen Wali.

7. Ibu Juli Ratnawati, SE, M.Si selaku Dosen Penguji I.


8. Bapak Bambang Minarso, SE, M.Si, Akt selaku Dosen Penguji II.

9. Seluruh dosen dan staf pengajar jurusan akuntansi yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

10. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan dukungan

selama ini.

11. Serta semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu yang

telah memberi dukungan material dan spiritual.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna didunia, begitu juga laporan

ini banyak kekurangan dan kelemahannya mengingat kemampuan dan pengalaman

penulis yang terbatas.

Akhir kata penulis harapkan semoga laporan ini dapat diterima dan bermanfaat

serta menambah wawasan juga pengetahuan bagi pembaca semua.

Semarang. Februari 2014

Penulis
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan.

2. Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan hari ini.

3. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komimen bersama

untuk menyelesaikannya.

4. Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi bernilai sesudah

dikerjakan.

5. Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas

kelengahan kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula.

PERSEMBAHAN :

1. Bapak dan Ibu yang telah memberikan kasih sayang serta doa dan

mengajarkan arti kehidupan yang sebenarnya.

2. Untuk kakak-kakaku dan adikku yang selalu memberiku motivasi.

3. Saudara –saudara dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan

doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai keinginan.

4. Sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan semangat dan motivasi

sehingga skripsi dapat terselesaikan sesuai harapan.

5. Almamaterku.
DAFTAR ISI

Judul...............................................................................................................................i
Halaman Pengesahan....................................................................................................ii
Halaman Pengesahan Kelulusan Ujian........................................................................iii
Abstraksi......................................................................................................................iv
Kata Pengantar.............................................................................................................v
Daftar Tabel.................................................................................................................vi
Daftar Gambar............................................................................................................vii
Bab I Pendahuluan..........................................................................................1
I .1 Latar Belakang Masalah.................................................................1
I.2 Rumusan Masalah............................................................................6
I.3 Tujuan Penelitian.............................................................................7
I.4 Manfaat Penelitian...........................................................................7
Bab II Tinjauan Pustaka...................................................................................8
II.1 Pengertian Biaya............................................................................8
II.2 Pengertian Volume Penjualan......................................................13
II.3 Pengertian Laba............................................................................13
II.4 Analysis Cost-Volume-Profit.......................................................16

II.5 Analisis Break Even Point................................................................20

II.6 Penelitian Terdahulu..........................................................................25


II.7 Kerangka Pemikiran.....................................................................27
Bab III Metode Penelitian...............................................................................28
III.1 Objek Penelitian .........................................................................28
III.2 Jenis Dan Sumber Data ..............................................................28
III.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................28
III.4 Metode Analisis......................................................................28
BAB IV Hasil dan Pembahasan........................................................................31
IV.1 Gambaran Umun Perusahaan.....................................................31
IV.2 Analisis Cost-Volume-Profit......................................................39
IV.3 Analisis Biaya.............................................................................41
IV.4 Analisis Break-Even-Point.........................................................46
IV.5 Contribution Margin...................................................................48
IV.6 Contribution Margin Ratio.........................................................50
IV.7 Estimasi Target Penjualan..........................................................51
IV.8 Pembahasan................................................................................54
BAB V PENUTUP..........................................................................................57
V.1 Kesimpulan..................................................................................57
V.2 Saran.............................................................................................57
V.3 Keterbatasan.................................................................................58

Daftar Pustaka .....................................................................................................................59


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian...............................................................27

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT FastFood Indonesia, Tbk...................................36


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu..........................................................................25

Tabel 4.1 Pemegang Saham PT FastFood Indonesia, Tbk................................37

Tabel 4.2 Dewan Komisaris PT FastFood Indonesia, Tbk.................................38

Tabel 4.3 Dewan Direksi PT FastFood Indonesia, Tbk......................................38

Tabel 4.4 Total Volume Penjualan PT Fastfood Indonesia, Tbk .......................39

Tabel 4.5 Biaya-biaya yang terjadi PT FastFood Indonesia, Tbk.......................40

Tabel 4.6 Perhitungan Laba PT FastFood Indonesia, Tbk..................................41

Tabel 4.7 Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya

Variabel PT FastFood Indonesia, Tbk Tahun 2008............................42

Tabel 4.8 Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya

Variabel PT FastFood Indonesia, Tbk Tahun 2009............................43

Tabel 4.9 Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya

Variabel PT FastFood Indonesia, Tbk Tahun 2010............................43

Tabel 4.10 Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya

Variabel PT FastFood Indonesia, Tbk Tahun 2011............................44

Tabel 4.11 Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya

Variabel PT FastFood Indonesia, Tbk Tahun 2012............................45

Tabel 4.12 Estimasi Target Penjualan PT FastFood Indonesia, Tbk Tahun 2008-
2012.....................................................................................................54
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah semakin melaju dengan cepat.

Semakin ketat pula persaingan antar perusahaan membuat para pengusaha terpacu

untuk mengelola perusahaan dengan lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, demi

kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis, manajemen

perusahaan perlu berupaya semaksimal mungkin agar tidak mengalami kerugian.

Hal yang sering dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu perusahaan

adalah laba atau keuntungan. Sebagian besar perusahaan yang didirikan berorientasi

mencari laba atau keuntungan yang tinggi, perolehan laba harus memadai sesuai

dengan investasi yang diberikan oleh para investor untuk memperoleh pendapatan.

Dengan banyaknya laba yang diperoleh suatu perusahaan maka perusahaan akan

mampu untuk tetap dapat mempertahankan kelangsungan perusahaannya bahkan

perusahaan akan mampu mengembangkan dirinya menjadi suatu usaha yang lebih

besar lagi, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba dan besar

kecilnya laba yang dapat dicapai merupakan ukuran kesuksesan manajemen dalam

mengelola perusahaannya. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk

yang dijual, harga jual produk, dan biaya. Biaya menetukan harga jual untuk

mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi penjualan,


sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume

produksi mempengaruhi biaya. Untuk selalu siap menghadapi persaingan dan

masalah-masalah yang terjadi maka suatu perusahaan dituntut agar benar-benar bisa

membuat perencanaan yang tepat dan cermat, apabila tetap ingin berkompetisi dan

bertahan di dalam bisnis yang mereka tekuni (Ressa, 2013). Pengaruh lingkungan

dan perkembangan suatu perusahaan yang semakin kompleks mengakibatkan tugas

manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan semakin sulit dan kompleks pula.

Untuk mengatasi hal tersebut maka perusahaan harus mendapatkan informasi yang

dibutuhkan untuk tujuan pengambilan keputusan (Selfinta, 2013).

Manajemen dalam pengambilan keputusan memerlukan suatu pedoman

berupa perencanaan yang berisikan langkah-langkah yang akan ditempuh oleh

perusahaan dalam mencapai tujuannya. Tujuan dari perusahaan adalah untuk

memperoleh laba yang optimal sehingga salah satu perencanaan yang dibuat pihak

manajemen adalah perencanaan laba. Perencanaan laba berisikan langkah-langkah

yang akan ditempuh perusahaan untuk mencapai besarnya target laba yang

diinginkan, karena laba merupakan selisih antara pendapatan yang diterima (dari

hasil penjualan) dengan biaya yang dikeluarkan, maka perencanaan laba dipengaruhi

oleh perencanaan penjualan dan perencanaan biaya (Rina, 2013).

Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menghubungkan

perubahan tiga variabel tersebut dalam satu kesatuan disebut analisis cost-volume-

profit (CVP). Analisis cost-volume-profit dapat membantu manajer dalam memahami

perilaku total biaya, total pendapatan dan laba operasi saat perubahan terjadi dalam

tingkat keluaran, harga jual, biaya variabel atau biaya tetap. Hal tersebut diperlukan
untuk membantu manajer dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam

menetukan laba yang optimal. Dalam pengimplementasiannya, analisis cost-volume-

profit terkait dengan break-even-point (titik impas). Sehubungan dengan itu, apabila

perusahaan tidak mencapai hasil penjualan yang lebih besar dari hasil penjualan pada

tingkat break-even-point atau tidak mencapai hasil penjualan yang telah ditetapkan,

maka pimpinan perusahaan harus dapat mengetahui penyebab dan berusaha untuk

mencapai hasil penjualan yang lebih besar sehingga dapat diperoleh laba yang

optimal (Riki, 2011).

Cost-Volume-Profit Analysis merupakan salah satu dari analisis yang dapat

digunakan suatu usaha untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan keuangan usaha

mereka. Dengan analisis ini, pemilik usaha akan dengan mudah memutuskan

mengenai harga jual yang pantas untuk suatu produk, produk apa saja yang perlu

diproduksi atau dijual, strategi pemasaran yang perlu dilakukan, tingkat laba yang

diinginkan dan seterusnya. Selain itu dengan analisis cost-volume-profit perusahaan

akan mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi pada biaya, volume, dan

harga jual dapat mempengaruhi laba usaha (Riki, 2010).

Menurut Hansen dan Mowen (2009), analisis biaya-volume-laba (cost-

volume-profit analysis-CVP analysis) merupakan suatu alat yang sangat berguna

untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis biaya-volume-laba

menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua

informasi keuangan perusahaan terkandung didalamnya. Analisis CVP dapat menjadi

suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan

ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya. Analisis
CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus dijual

untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan

dampak kenaikan harga terhadap laba.

Elemen analisis cost-volume-profit yang penting adalah analisis titik impas

(Break Even Point Analysis). Titik impas menurut Horngren (2008) adalah jumlah

penjualan output yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total, yaitu

jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi 0 (nol). Dengan

melakukan analisis break-even-point, manajemen akan memperoleh informasi

tingkat penjualan minimum yang harus dicapai, agar tidak mengalami kerugian. Dari

analisis tersebut, juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang

direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Oleh karena

itu, analisis break-even-point merupakan alat yang efektif dalam menyajikan

informasi manajemen untuk keperluan perencanaan laba sehingga manajer dapat

memilih berbagai usulan kegiatan yang akan memberikan kontribusi terbesar

terhadap pencapaian laba di masa yang akan datang.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan mempergunakan

analisis cost-volume-profit, penulis bermaksud untuk mengevaluasi target penjualan

pada laporan keuangan yang dimiliki oleh PT FastFood Indonesia Tbk yang berjalan

dalam waktu lima tahun berturut-turut, yaitu mulai dari tahun 2008-2012. PT

FastFood Indonesia Tbk merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak

dalam bidang makanan dan restoran.

Sebagai pemegang hak waralaba tunggal untuk merek KFC di Indonesia, PT

FastFood Indonesia Tbk didirikan oleh Keluarga Gelael pada tahun 1978. Pada tahun
1979, perseroan mendapatkan akuisisi waralaba dengan pembukaan gerai pertama

terbukti sukses dan diikuti dengan pembukaan gerai-gerai selanjutnya di Jakarta dan

ekspansi hingga ke sejumlah kota-kota besar lainnya di Indonesia antara lain

Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Manado. Sukses membangun

merek ini, menanamkan KFC dalam benak konsumen sebagai merek waralaba cepat

saji yang terkenal dan dominan di Indonesia.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Gilang (2013)

dan Munir (2013) sehingga faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi dalam

penelitian ini disesuaikan dengan yang digunakan dalam Gilang (2013) dan Munir

(2013). Faktor-faktor tersebut adalah : biaya tetap, biaya variabel, dan volume

penjualan. Perbedaan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti dengan

penelitian-penelitian terdahulu adalah tempat penelitian. Gilang (2013) melakukan

penelitian di sebuah hotel di Kota Semarang, sedangkan Munir (2013) melakukan

penelitiannya di sebuah perusahaan retail yaitu PT ACE Hardware Indonesia, Tbk.

Sedangkan penelitian yang akan di lakukan oleh penulis di PT FastFood Indonesia,

Tbk.

PT FastFood Indonesia, Tbk adalah salah satu perusahaan manufaktur yang

cukup besar di Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi penulis untuk

dijadikan sebagai objek penelitian, karena perusahaan tersebut belum melakukan

analisis CVP untuk membantu dalam evaluasi pencapaian laba jangka pendek

maupun panjang. Selain itu dalam kondisi ekonomi yang tak terduga dan tidak

adanya kepastian yang dipengaruhi oleh krisis global yang berkepanjangan, PT

FastFood Indonesia, Tbk tetap memperoleh profitabilitas dan pertumbuhan yang


konsisten. Berdasarkan laporan keuangan PT FastFood Indonesia, Tbk tahun 2008,

penjualan naik menjadi Rp. 2.022 triliun, dari Rp. 1.589 triliun pada tahun 2007.

Pada tahun 2010 penjualan naik menjadi Rp. 2.913 triliun, dari Rp. 2.454 triliun di

tahun 2009. Dan pada tahun 2012 naik menjadi Rp. 3.359 triliun ,dari Rp. 3.183

triliun pada tahun 2011. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penjualan pada PT

FastFood Indonesia, Tbk setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih jauh lagi

dengan mengadakan penelitian dengan judul “PENERAPAN COST-VOLUME-

PROFIT ANALYSIS UNTUK EVALUASI PENCAPAIAN LABA PADA PT

FASTFOOD INDONESIA, Tbk”.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, dari pengamatan penulis apabila dilihat

dari laporan keuangan PT FastFood Indonesia Tbk yang terus menerus mengalami

peningkatan dalam segi penjualan di setiap tahunnya, maka penulis tertarik untuk

mengevaluasi laporan keuangan PT FastFood Indonesia Tbk tersebut terkait dengan

perolehan laba dengan metode cost-volume-profit analysis. Dengan adanya hubungan

proses penjualan dengan cost-volume-profit analysis, maka masalah yang dapat

dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut :

“Bagaimana penggunaan metode cost-volume-profit analysis dalam

mengevaluasi pencapaian target penjualan pada PT FastFood Indonesia Tbk?”


I.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan cost-

volume-profit dalam rangka mengevaluasi target penjualan pada PT FastFood

Indonesia Tbk.

I.4 MANFAAT PENELITIAN

Berikut ini beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang

dilakukan oleh peneliti :

1. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang analisis cost-volume-profit untuk mengevaluasi

pencapaian laba.

2. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

referensi bagi peneliti lain dalam materi yang berhubungan dengan

penggunaan analisis cost-volume-profit yang berkaitan dengan target laba.

3. Bagi pembaca umum, sebagai tambahan pengetahuan terutama dalam bidang

perencanaan laba.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PENGERTIAN BIAYA

Dalam Horngren (2008), akuntan mendefinisikan biaya (cost) sebagai suatu

sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai

tujuan tertentu. Suatu biaya (seperti bahan baku dan iklan) biasanya diukur dalam

unit uang yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa. Biaya

aktual (actual cost) adalah biaya yang terjadi (historical cost), untuk dibedakan dari

biaya yang dianggarkan (budgeted) atau biaya yang diperkirakan (forecasted).

Sedangkan Bustami dan Nurlela (2006) mendefinisikan biaya sebagai pengorbanan

sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau

kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis

masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca.

Carter dan Usry (2006) mengemukakan konsep biaya telah berkembang

sesuai kebutuhan akuntan, ekonom, dan insinyur. Akuntan telah mendefinisikan

biaya sebagai “nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat.

Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi

diwakili oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentuk kas

atau aktiva lain”.


II.1.1 KLASIFIKASI BIAYA

Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya menurut Bustami dan Nurlela

(2006) adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atau keseluruhan

elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas

untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting. Klasifikasi biaya

yang umum digunakan adalah biaya dalam hubungan dengan :

1. Produk.

2. Volume produksi.

3. Departemen, proses, pusat biaya, atau subdivisi lain dari manufaktur.

4. Periode akuntansi.

5. Suatu keputusan, tindakan, atau evaluasi.

II.1.2 BIAYA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PRODUK

Carter (2009) menyatakan bahwa proses klasifikasi biaya dan beban dapat

dimulai dengan menghubungkan biaya ke tahapan berbeda dalam operasi suatu

bisnis. Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri atas dua elemen,

yaitu :

1. Biaya Manufaktur – juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik, biasanya

didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya : bahan baku langsung,

tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga

kerja langsung, keduanya disebut biaya utama. Tenaga kerja langsung dan

overhead pabrik, keduanya disebut biaya konversi.


a. Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian

integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam

perhitungan biaya produk.

b. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi

bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara

layak ke produk tertentu.

c. Overhead pabrik – juga disebut overhead manufaktur, beban manufaktur,

atau beban pabrik, terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak

ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya

memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan

tenaga kerja langsung.

d. Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk

penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan

baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari

produk.

e. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak secara

langsung ditelusuri ke setiap unit produk, tingkatan kemampuan

penelusuran lainnya juga berguna dalam memahami sifat dari biaya

produksi.

2. Beban Komersial terdiri atas dua klasifikasi umum : beban pemasaran dan

beban administratif. Beban pemasaran dimulai dari titik di mana biaya

manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap dijual. Beban

pemasaran mencakup beban promosi, penjualan, dan pengiriman. Beban


administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan

mengedalikan organisasi.

II.1.3 BIAYA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN VOLUME PRODUKSI

Beberapa jenis biaya bervariasi secara proporsional terhadap perubahan

dalam volume produksi atau output, sementara yang lainnya tetap relatif konstan

dalam jumlah. Kecenderungan biaya untuk bervariasi terhadap output harus

dipertimbangkan oleh manajemen jika manajemen ingin sukses dalam merencanakan

dan mengendalikan biaya.

1. Biaya Variabel, jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional

terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain,

biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif konstan dengan

berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya variabel biasanya

dapat dibebankan ke departemen operasi dengan cukup mudah dan akurat,

dan dapat dikendalikan oleh penyelia pada tingkat operasi tertentu. Biaya

variabel biasanya mencakup biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung.

2. Biaya Tetap, bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan.

Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengn

meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Tanggung jawab atas

pengendalian untuk biaya tetap biasanya berada pada tingkatan manajemen

menengah atau manajemen eksekutif dan bukannya pada penyelia operasi.

Biaya tetap dianggap sebagai biaya untuk tetap berada dalam bisnis,

sementara biaya variabel adalah biaya dari melakukan bisnis.


3. Biaya Semivariabel, beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan

biaya variabel. Jenis biaya ini disebut biaya semivariabel. Contoh , biaya

listrik. Listrik yang digunakan untuk pencahayaan cenderung menjadi biaya

tetap karena cahaya tetap diperlukan tanpa memperdulikan tingkat aktivitas,

sementara listrik yang digunakan sebagai tenaga untuk mengoperasikan

peralatan akan bervariasi bergantung pada penggunaan peralatan.

II.1.4 MEMISAHKAN BIAYA TETAP DAN BIAYA VARIABEL

Untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan, mengukur atau

mengevaluasi biaya dalam berbagai kegiatan, haruslah dilakukan pemisahan terhadap

biaya tetap dan variabel. Biaya-biaya yang sepenuhnya tetap atau sepenuhnya

variabel dalam rentang kegiatan yang diharapkan harus diketahui, dan unsur tetap

serta variabel dari biaya semivariabel haruslah dipisahkan. Pemisahan biaya tetap

dan variabel perlu dilakukan untuk tujuan-tujuan sebagai berikut :

1. Perhitungan tarif overhead pabrik yang ditentukan terlebih dahulu dan

analisis varians.

2. Penyusunan anggaran fleksibel dan analisis varians.

3. Kalkulasi biaya langsung dan analisis marjin kontribusi.

4. Analisis impas dan biaya-volume-laba.

5. Analisis biaya diferensial dan komparatif.

6. Analisis atas maksimisasi laba dan minimisasi biaya dalam waktu jangka

pendek.

7. Analisis penganggaran barang modal.

8. Analisis profitabilitas pemasaran per wilayah, produk dan pelanggan.


II.2 PENGERTIAN VOLUME PENJUALAN

Volume penjualan merupakan hasil total penjualan dan salah satu tugas

pokok bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan kebutuhan

konsumen baik produk berupa barang atau jasa, sehingga perusahaan perlu

memperlancar produk yang ditawarkan kepada konsumen. Salah satu faktor yang

sering digunakan perusahaan adalah dengan melakukan kegiatan promosi penjualan

dengan tujuan untuk menyampaikan informasi tentang produk dengan harapan dapat

meningkatkan penjualan.

II. 3 PENGERTIAN LABA

Belkaoui (2007), mendefinisikan laba sebagai hal yang mendasar dan penting

dari laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan di berbagai konteks, yaitu :

1. Laba adalah dasar untuk perpajakan dan reditribusi kekayaan di antara

individu-individu. Satu versi dari laba yang dikenal sebagai laba kena

pajak diperhitungkan menurut aturan-aturan yang ditentukan oleh

peraturan fiskal pemerintah.

2. Laba dipandang sebagai suatu panduan bagi kebijakan deviden dan retensi

perusahaan. Laba yang diakui adalah indikator dari jumlah maksimum

yang dapat didistribusikan sebagai deviden dan ditahan untuk ekspansi

atau diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan.

3. Laba dipandang sebagai panduan umum investasi dan pengambilan

keputusan. Secara umum dihipotesiskan bahwa para investor akan


berusaha untuk memaksimalkan pengembalian dari modal yang

diinvestasikan, yang sepadan dengan tingkat resiko yang dapat diterima.

Karakteristik yang terdapat dalam laba akuntansi menurut Belkaoui (2007) :

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh

perusahaan (terutama laba yang muncul dari penjualan barang atau jasa)

dikurangi biaya-biaya yang dibutuhkan untuk berhasil melakukan penjualan

tersebut.

2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periode dan mengacu pada kinerja

keuangan dari perusahaan selama satu periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip laba dan membutuhkan definisi,

pengukuran, dan pengakuan pendapatan.

4. Laba akuntansi meminta adanya pengukuran beban-beban dari segi biaya

historisnya terhadap perusahaan, yang menunjukkan ketaatan yang tinggi

pada prinsip biaya.

5. Laba akuntansi meminta penghasilan yang terealisasi di periode tersebut

dihubungkan dengan biaya-biaya relevan yang terkait.

Keunggulan-keunggulan laba akuntansi :

1. Laba akuntansi adalah suatu hal yang berguna dan ia merupakan penentu bagi

praktik-praktik dan pola pikir para pengambil keputusan.

2. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi-transaksi aktual dan faktual, maka

akan diukur dan dilaporkan secara objektif dan oleh sebab itu pada dasarnya

dapat diverifikasi.
3. Laba akuntansi memenuhi kriteria dari konservatisme, yaitu perlu ada

kewaspadaan dalam pengukuran dan pelaporan laba dengan mengabaikan

perubahan-perubahan nilai dan mengakui hanya keuntungan yang dapat

direalisasikan.

4. Laba akuntansi dianggap berguna untuk tujuan pengendalian, terutama dalam

melaporkan kepengurusan (penggunaan sumber daya yang dipercayakan

kepada manajemen).

Selain terdapat keunggulan-keunggulan dari laba akuntansi, ada pula kelemahan-

kelemahan laba akuntansi, yaitu :

1. Laba akuntansi tidak mampu mengakui kenaikan nilai yang belum terealisasi

dari aktiva yang dimiliki dalam satu periode tertentu akibat penerapan biaya

historis dan prinsip-prinsip realisasi.

2. Ketergantungan laba akuntansi pada prinsip biaya historis menjadikan

komparabilitas menjadi sulit untuk dilakukan, mengingat perbedaan metode

yang diakui dalam menghitung biaya dan perbedaan metode-metode alokasi

biaya yang diakui dan dianggap bersifat arbitrer dan tidak dapat diubah.

3. Ketergantungan laba akuntansi pada prinsip realisasi, prinsip biaya historis

dan koservatisme dapat menghasilkan data yang menyesatkan dan salah

dimengerti atau data yang tidak dapat diubah.

Menurut Hery (2009), laba operasional mengukur kinerja fundamental

operasi perusahaan dan dihitung sebagai selisih antara laba kotor dengan beban

operasional. Laba operasional menggambarkan bagaimana aktivitas operasi

perusahaan telah dijalankan dan dikelola secara baik dan efisien, terlepas dari
kebijakan pembiayaan dan pengelolaan pajak penghasilan. Menurut Stice (dalan

Hery 2007), ukuran laba operasional menungkinkan kita untuk mengevaluasi

kemampuan manajemen dalam memilih lokasi toko yang strategis, menetapkan

strategi harga, melakukan promosi, dan mengelola hubungan yang baik dengan

pelanggan dan supplier.

Dengan asumsi bahwa seluruh beban adalah merupakan beban operasional, di

luar beban bunga dan pajak, maka nama lain dari laba operasional adalah laba

sebelum bunga dan pajak. Laba operasional tidak memberitahu kita tentang berapa

besarnya beban bunga yang ditimbulkan dari aktivitas pembiayaan perusahaan dan

bagaimana perencanaan pajak telah dilakukan untuk memperkecil pajak penghasilan.

Menurut Kieso (dalam Hery 2007), pengungkapan laba operasional dalam laporan

laba rugi akan memperlihatkan perbedaan antara aktivitas utama dengan aktivitas

sekunder atau jarang terjadi (insidental). Pengungkapan ini membantu pembaca

menyadari bahwa aktivitas sekunder akan kecil kemungkinannya untuk dapat terus

berlanjut atau terjadi pada tingkat yang sama.

II.4 ANALYSIS COST-VOLUME-PROFIT

II.4.1 PENGERTIAN COST-VOLUME-PROFIT

Hansen dan Mowen (2009) menyatakan bahwa analisis biaya-volume-laba

(cost-volume-profit analysis-CVP analysis) merupakan suatu alat yang sangat

berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis biaya-

volume-laba menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga,

semua informasi keuangan perusahaan terkandung didalamnya. Analisis CVP dapat


menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya

kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.

Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang

harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik

impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba. Sedangkan menurut Horngren

(2008) analisis biaya-volume-laba menguji perilaku pendapatan total, biaya total, dan

laba operasi ketika terjadi perubahan dalam tingkat output, harga jual, biaya variabel

per unit, atau biaya tetap produk.

Menurut Carter (2009) analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit

analyisis-CVP) berkaitan dengan penentuan volume penjualan dan bauran produk

yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan. Analisis ini

merupakan alat yang menyediakan informasi bagi manajemen mengenai hubungan

antara biaya, laba, bauran produk, dan volume penjualan. CVP didasarkan pada

asumsi berikut : bahwa semua biaya dapat dipisahkan menjadi bagian variabel dan

bagian tetap, bahwa total biaya tetap adalah konstan sepanjang rentang analisis, dan

bahwa total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan volume

(biaya variabel per unit adalah konstan sepanjang rentang yang relevan).

II.4.2 ASUMSI-ASUMSI PADA ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT

Menurut Hansen dan Mowen (2009), berikut asumsi-asumsi pada analisis

cost-volume-profit antara lain :

1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linier.

Asumsi pertama, yaitu fungsi biaya dan pendapatan linier.


2. Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per unit

dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentang

yang relevan.

Asumsi kedua, yaitu menetapkan rentang operasi berjalan atau rentang yang

relevan (relevant range) yang menggambarkan hubungan biaya dan

pendapatan linear yang berlaku.

3. Analisis mengasumsikan apa yang diproduksi dapat dijual.

Asumsi ketiga, yaitu tidak ada perubahan persediaan selama periode tersebut.

Persediaan tidak berdampak terhadap analisis impas merupakan hal yang

dapat dimengerti. Analisis impas adalah teknik pengambilan keputusan

jangka pendek sehingga kita dapat menutup seluruh biaya pada periode waktu

tertentu. Persediaan mengandung biaya-biaya dari periode sebelumnya dan

tidak dipertimbangkan.

4. Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui.

Asumsi keempat, dalam analisis produk tunggal, bauran penjualannya tentu

saja konstan-100% dari penjualan adalah salah satu produk. Analisis impas

multiproduk mensyaratkan suatu bauran penjualan yang konstan. Namun,

tidak mungkin memprediksikan bauran penjualannya dengan pasti. Dalam

praktiknya, kendala ini biasanya ditangani dengan analisis sensitivitas.

Dengan menggunakan kemampuan analisis spreadsheet, sensitivitas variabel

pada berbagai bauran penjualan dapat dinilai secara tepat.

5. Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti.

Asumsi kelima, yaitu pada kenyataannya, perusahaan jarang mengetahui

harga, biaya variabel, dan biaya tetap secara pasti. Suatu perubahan pada satu
vaiabel biasanya memengaruhi nilai variabel lainnya. Kerap terdapat suatu

distribusi probabilitas untuk diatasi. Selain itu, terdapat cara-cara formal

untuk pengatuan ketidakpastian secara eksplisit ke dalam model CVP.

Sedangkan berikut ini adalah analisis CVP didasarkan pada sejumlah asumsi

menurut Horngren (2008), antara lain :

1. Perubahan tingkat pendapatan dan biaya hanya disebabkan oleh perubahan

jumlah unit produk (atau jasa) yang diproduksi dan dijual.

2. Biaya total dapat dipisahkan ke dalam komponen tetap yang tidak berubah

mengikuti perubahan tingkat output dan komponen variabel yang berubah

mengikuti tingkat output. Demikian juga, biaya tetap mencakup biaya tetap

langsung dan biaya tetap tidak langsung produk.

3. Ketika disajikan secara grafik, perilaku pendapatan total dan biaya total

bersifat linier (yaitu dapat digambarkan sebagai garis lurus) ketika

dihubungkan dengan tingkat output dalam rentang (dan periode waktu) yang

elevan.

4. Harga jual, biaya variabel per unit, serta biaya tetap total (dalam rentang dan

periode waktu yang relevan) telah diketahui dan konstan.

5. Analisis mencakup satu produk atau mengasumsikan bahwa proporsi produk

yang berbeda ketika perusahaan menjual beragam produk adalah tetap

konstan ketika tingkat unit yang terjual total berubah.

6. Seluruh pendapatan dan biaya dapat ditambahkan, dikurangkan, dan

dibandingkan tanpa memperhitungkan nilai waktu dari uang.


II.5 ANALISIS BREAK EVEN POINT

Titik impas (break even point) menurut Horngren (2008) adalah jumlah

penjualan output yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total yaitu,

jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi 0 (nol). Manajer

tertarik pada titik impas karena ingin menghindari rugi operasi (operating loss). Titik

impas menjelaskan berapa banyak output harus terjual agar tidak menanggung rugi

operasi. Sedangkan menurut Carter (2009) titik impas adalah titik di mana besarnya

biaya dan pendapatan adalah sama. Tidak ada laba maupun rugi pada titik impas.

Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran

produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama

periode tersebut. Oleh karena CVP menetukan tingkat penjualan dan bauran produk

yang diperlukan untuk mencapai target laba, maka analisis titik impas adalah kasus

khusus dari CVP. Untuk mencapai titik impas, target laba adalah nol.

Menurut Hansen dan Mowen (2009) analisis break-even-point adalah

ketertarikan untuk mengetahui pendapatan, beban dan laba berperilaku ketika

volume berubah adalah sesuatu yang lazim untuk memulai dengan menentukan titik

impas perusahaan dalam jumlah unit yang terjual. Titik impas (break-even-point)

adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama

dengan nol. Menurut Garrison (2000), titik impas adalah tingkat penjualan dengan

tingkat laba nol. Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan

(equation method) atau metode margin kontribusi (kontribution margin method).

Kedua metode tersebut equivalen.


1. Metode persamaan : metode persamaan memanfaatkan data-data dari

laporan laba rugi yang disusun dengan format laporan laba rugi yang

dapat disajikan dengan persamaan sebagai berikut :

Laba = Penjualan – (Biaya Variabel + Biaya Tetap)

Persamaan tersebut dapat diubah menjadi :

Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba

2. Metode margin kontribusi : pada dasarnya adalah metode singkat dari

metode persamaan. Pendekatan ini memusatkan pada ide bahwa setiap

unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat

digunakan untuk menutupi biaya tetap. Untuk menentukan berapa unit

yang harus dijual untuk mencapai titik impas, total biaya tetap dibagi

dengan margin kontribusi pe runit.

Titik impas (unit) = Biaya Tetap / Margin Kontribusi per unit

II.5.1 MARGIN KONTRIBUSI

Menurut Carter (2009) margin kontribusi (contribution margin), atau laba

marginal (marginal income) adalah selisih antara pendapatan penjualan dengan

semua biaya variabel. Margin kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya

variabel, baik untuk biaya produksi maupun nonproduksi, dari penjualan. Dalam

perhitungan biaya langsung, margin kontribusi dapat dihitung secara total untuk

perusahaan secara keseluruhan, atau terpisah untuk masing-masing lini produk,

teritori penjualan, divisi produk, dan seterusnya. Margin kontribsi dapat dihitung

untuk setiap unit. Total laba ditemukan dengan cara mengurangkan total biaya tetap
dari total margin kontribusi. Sedangkan menurut Garrison (2000) margin kontribusi

adalah jumlah yang tersisa dari penjualan dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah

tersebut akan digunakan untuk menutup biaya tetap dan laba untuk periode tersebut.

II.5.2 RASIO MARGIN KONTRIBUSI

Menurut Garrison (2000) rasio margin kontribusi sangat berguna karena

menunjukkan bagaimana margin kontribusi akan dipengaruhi oleh perubahan total

penjualan. Rasio margin kontribusi memiliki manfaat dalam situasi manajer harus

membuat trade off antara peningkatan penjualan satu produk dengan peningkatan

penjualan produk yang lain. Umunya, pada saat berusaha untuk meningkatkan

penjualan, produk yang menghasilkan margin kontribusi tertinggi harus diutamakan.

Rasio margin kontribusi = Margin kontribusi / Penjualan

II.5.3 MANFAAT MARGIN KONTRIBUSI DAN RASIO MARGIN

KONTRIBUSI

Manfaat mengetahui margin kontribusi dan rasio margin kontribusi divisi dan

lini produk perusahaan mencakup yang berikut :

1. Rasio margin kontribusi seringkali membantu manajemen

memutuskan produk mana yang perlu didorong dan produk mana

yang tidak perlu mendapat penekanan atau yang dipertahankan

semata-mata karena manfaat penjualannya bagi produk lainnya.


2. Margin kontribusi sangat penting untuk membantu manajemen

memutuskan apakah lini produk tertentu harus dihentikan. Dalam

jangka pendek, jika suatu produk mampu menutup lebih dari biaya

variabelnya, produk tersebut memberikan kontribusi pada laba secara

keseluruhan. Informasi ini secara cepat diperoleh dengan pendekatan

kontribusi. Dalam pendekatan tradisional, informasi yang relevan

tidak hanya sulit dikumpulkan tetapi ada bahaya bahwa manajemen

disesatkan oleh ketergantungan pada biaya per unit yang mengandung

elemen biaya tetap.

3. Margin kontribusi dapat digunakan untuk menilai alternatif

menyangkut penurunan harga, potongan harga khusus dan

penggunaan premi untuk mendorong volume penjualan. Keputusan-

keputusan semacam ini sesungguhnya ditentukan dengan

membandingkan biaya tambahan dengan tambahan pendapatan

penjualan yang diharapkan. Dalam keadaan normal, semakin tinggi

rasio margin kontribusi, semakin baik manfaat potensial bersih dari

promosi penjualan; semakin rendah rasio tersebut, semakin tinggi

kenaikan volume yang diperlukan untuk menutup biaya promosi

penjualan tambahan.

4. Apabila laba yang ditargetkan disepakati, dapat tidaknya laba tersebut

dicapai dengan segera dapat dinilai dengan menghitung jumlah unit

yang harus dijual untuk dapat meraihnya. Perhitungan tersebut dengan

mudah dapat dilakukan dengan membagi biaya tetap ditambah laba

yang ditargetkan dengan margin kontribusi per unit.


5. Keputusan serius harus diambil mengenai bagaimana

mendayagunakan sejumlah sumber daya tertentu (misalnya, mesin

atau bahan baku) secara paling menguntungkan. Pendekatan

kontribusi menyediakan data untuk keputusan yang tepat dengan

menentukan produk yang menghasilkan total kontribusi terbesar pada

laba.

6. Pendekatan kontribusi bermanfaat dalam industri di mana harga jual

ditetapkan secara tegas, karena masalah prinsipil bagi perusahaan

individual adalah berapa besarnya biaya variabel yang diperkenankan

(masalah yang sangat dipengaruhi oleh efisiensi dan rancangan

produk dalam banyak perusahaan) dan berapa besar volume yang

dapat diraih.

7. Para penganjur pendekatan kontribusi berpendapat bahwa

pengumpulan biaya unit untuk produk atas dasar kontribusi membantu

manajer memahami hubungan di antara biaya, volume, dan laba dan

dengan demikian dapat menuntun ke keputusan harga yang lebih

bijaksana. Pada akhirnya, harga maksimum ditentukan oleh

permintaan pelangan. Harga minimum jangka pendek kadangkala

ditentukan oleh biaya variabel untuk memproduksi dan menjual suatu

produk.
II.6 PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Alat Analisis

1 Gilang Mifta Fariz Analisis Cost-Volume-Profit BEP, Margin of Safety.

(2013) (Cvp) Sebagai Alat Bantu

Evaluasi Pencapaian Laba

Pada Hotel Grasia Semarang.

2 Ahmad Misbakhul Evaluasi Target Penjualan BEP, Margin of Safety,

Munir (2013) Dengan Metode Cost-Volume- contributian margin,

Profit Analysis (Studi Pustaka contribution margin

Pada PT Ace Hardware rasio.

Indonesia, Tbk).

3 Venny Wijaya Peranan Analisis Cost- BEP, Margin of Safety,

(2011) Volume-Profit Dalam Upaya contributian margin,

Merencanakan Laba contribution margin

Perusahaan. rasio, korelasi

sederhana

4 Selfinta B Analisis Biaya-Volume-Laba BEP, Margin of Safety.

Sihombing (2013) Sebagai Alat Bantu


Perencanaan Laba PT.Bangun

Wenang Beverages Company.

5 Ricky B Samahati Analisis Biaya,Volume,Laba BEP, Margin of Safety.

(2013) Sebagai Alat Bantu

Perencanaan Laba Pada Hotel

Seona Manado.

6 RR. Diva Amelia Penerapan Cost Volume Profit BEP, Margin of Safety,

Putri (2010) Analysis Sebagai Alat Bantu Analisis Operating

Dalam Perencanaan Penjualan Leverage

Atas Target Laba Yang

Ditetapkan (Studi Kasus Pada

Toko Mei Pastry).

7 Ressa Ismail Hubungan Biaya-Volume-Laba BEP, Margin of Safety.

(2013) Pada Perum Bulog Sub Divre

Wilayah 1 Ternate

8 Rina Lidia Assa Analisis Cost-Volume-Profit BEP, Margin of Safety,

(2013) (Cvp) Dalam Pengambilan Analisis Operating

Keputusan Perencanaan Laba Leverage

Pada Pt. Tropica Cocoprima

9 Sheila F Duyo Analisis Cost Volume Profit BEP, Margin of Safety.

(2013) Untuk Perencanaan Laba

Pada Hotel Sintesa Peninsula

Manado
II.7 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan antara biaya

tetap, biaya variabel, dan volume penjualan adalah sebagai berikut:

Laporan Keuangan PT FastFood Indonesia, Tbk.

Analisis Cost-Volume-Profit

HASIL

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 OBJEK PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan ini, penulis menentukan objek penelitian pada

perusahaan PT Fast Food Indonesia Tbk. yaitu sebuah perusahaan yang bergerak

dalam bidang makanan dan restoran.

III.2 JENIS DAN SUMBER DATA

Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini diperoleh dari laporan keuangan

perusahaan PT FastFood Indonesia Tbk. yaitu laporan keuangan tahun 2008-2012

yang telah di publikasikan dan tersedia di database pusat data Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UDINUS Semarang.

III.3 METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti metode pengumpulan data

yang dilakukan adalah metode dokumentasi.

III.4 METODE ANALISIS

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kerangka konseptual sebagai

acuan dalam menggunakan metode-metode yang akan digunakan dalam penyelesaian


penelitian. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan kerangka konseptual yang

pertama adalah:

III.4.1 METODE ANALISIS KUANTITATIF

Yaitu data yang diteliti dianalisa dalam bentuk angka-angka atau perhitungan

dan cara penyelesaiannya yaitu melalui:

1. Analisis pemisahan biaya semivariabel ke dalam komponen-komponen

tetap dan variabel.

2. Analisis break even point dapat dihitung dengan cara yaitu :

Perhitungan break event point atas dasar penjualan dalam rupiah

dapat dilakukan dengan rumus (Riyanto, 1999):

BEP(Rp) = FC/1 – (VC/S)

di mana:

FC = biaya tetap

VC = biaya variabel

S = volume penjualan

3. Menghitung contribution margin, perhitungannya dapat dihitung dengan

menggunakan rumus (Garrison, 2000) :

Cotribution Margin (nilai uang) = penjualan – biaya variabel


4. Menyatakan presentase dari pendapatan penjualan dengan menggunakan

rasio margin kontribusi (contribution margin ratio). Rumus contribution

margin ratio adalah (Garrison, 2000) :

Rasio margin kontribusi = Margin kontribusi/Penjualan

5. Analisis perencanaan penjualan digunakan untuk menentukan besarnya

penjualan minimal yang harus dicapai untuk memungkinkan diperolehnya

laba yang diinginkan, dengan menggunakan rumus (Garrison, 2000):

Penjualan(Rp) = (Biaya Tetap + Laba)


Contribution Margin Ratio
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sebagai pemegang hak waralaba tunggal untuk merek KFC di Indonesia, PT

Fast Food Indonesia Tbk didirikan oleh Keluarga Gelael pada 1978. Pada 1979,

Perseroan mendapatkan akuisisi waralaba dengan pembukaan gerai pertama pada

bulan Oktober di Jalan Melawai di Jakarta. Pembukaan gerai pertama terbukti sukses

dan diikuti dengan pembukaan gerai-gerai selanjutnya di Jakarta dan ekspansi hingga

ke sejumlah kota besar lainnya di Indonesia antara lain Bandung, Semarang,

Surabaya, Medan, Makasar, dan Manado. Sukses membangun merek ini,

menanamkan KFC dalam benak konsumennya sebagai merek waralaba cepat saji

yang terkenal dan dominan di Indonesia (www.kfcindonesia.com).

Dengan bergabungnya Salim Group pada 1990 sebagai salah satu pemegang

saham utama semakin mendorong inisiatif ekspansi bisnis Perseroan, dan pada 1993,

Perseroan terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek

Indonesia), satu langkah untuk meningkatkan pertumbuhannya. Kepemilikan saham

mayoritas 80% pada saat ini terdistribusi 43,84% kepada PT Gelael Pratama dari

Gelael Group dan 35,84% kepada PT Megah Eraraharja dari Salim Group; sementara

saham minoritas (20%) terbagi kepada Masyarakat dan Koperasi Karyawan

(www.kfcindonesia.com).
Pengalaman sukses dan peningkatan pertumbuhan yang berkelanjutan selama

lebih dari 30 tahun, tidak diragukan lagi telah menjadikan merek KFC sebagai

pemimpin pasar restoran cepat saji di negara ini. Ekspansi jaringan restoran terus

diupayakan supaya bisa hadir dekat dengan konsumen, baik di kota-kota

metropolitan yang sarat persaingan maupun di kota-kota di daerah tingkat II. Sejak

empat tahun terakhir, Perseroan lebih berfokus pada pembukaan gerai bertipe free-

standing (gerai yang berada di bangunan yang berdiri sendiri) yang memberikan

fleksibilitas yang lebih dalam jam operasi dengan fasilitas lengkap untuk memenuhi

kebutuhan dan selera konsumen. Sejumlah gerai yang sudah dibuka sebelumnya

direnovasi untuk memberikan tampilan baru yang lebih segar dan modern sesuai

dengan obyektif Perseroan. Pada akhir 2011, Perseroan mengoperasikan total 421

gerai, yang tersebar di 32 dari 33 propinsi, di lebih dari 95 kota-kota di seluruh

Indonesia, dan mempekerjakan sekitar 16.365 karyawan dengan hasil penjualan lebih

dari Rp3,317 triliun. Pada minggu pertama bulan Oktober di tahun ini, untuk pertama

kali sejak Perseroan terdaftar sebagai perusahaan publik, Obligasi diterbitkan tanpa

warkat berjangka waktu lima tahun dengan bunga Obligasi sebesar 9,5% per tahun

yang dibayarkan setiap tiga bulan, yang pada dasarnya akan digunakan untuk

membiayai pendirian gerai-gerai baru, renovasi atas gerai-gerai Perseroan yang

sudah ada, perluasan gudang-gudang produksi Perseroan yang sudah ada, serta

pembangunan gudang-gudang baru (www.kfcindonesia.com).

Perseroan selalu memonitor kondisi pasar dan citra merek KFC secara

keseluruhan dan mendapatkan respons dari konsumen tentang kualitas produk,

layanan, dan fasilitas melalui survei rutin yang disebut dengan Brand Image
Tracking Study (BITS), yang dilakukan oleh agensi survei independen. BITS adalah

survei untuk mengetahui persepsi konsumen dan citra merek KFC, diukur bersama

dengan merek utama lainnya dalam industri restoran cepat saji. Hasil dari BITS

menunjukkan KFC secara konsisten masih menempati posisi tertinggi “paling

diingat” oleh konsumen untuk Top of Mind Awareness. Pada tahun 2011, Perseroan

dengan konsisten memimpin dalam porsi kunjungan terbesar dibandingkan dengan

merek restoran cepat saji utama lainnya. Sebagai pelengkap survei ini untuk tujuan

perbandingan dan kalibrasi, dua jenis survei lainnya dilakukan, CHAMPS

Management System (CMS) dan CHAMPS Excellence Review (CER), masing-masing

oleh agensi survei independen lain dan Departemen QA. CMS adalah survei untuk

menilai langsung kualitas produk, layanan, dan fasilitas yang tersedia di KFC

dibandingkan dengan yang diharapkan, sementara CER adalah survei untuk

mengkalibrasi apa yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan prosedur standar

dan mulai tahun 2011, hasil-hasil CER dikirimkan secara elektronik kepada Pemilik

Waralaba (www.kfcindonesia.com).

Kinerja Perseroan dari segi pertumbuhan penjualan menjadikannya salah satu

yang terbaik di pasar regional KFC se Asia selama dua tahun berturut-turut, dengan

rata-rata 18,7% pada 2010 dan 13,8% pada 2011, dan Perseroan berharap akan terus

mempertahankan posisi ini. Pengembangan merek KFC secara terus menerus dengan

berbagai strategi pemasaran yang inovatif, keunggulan operasional, dan pertumbuhan

dua digit yang konsisten dalam penjualan dan pengembangan restoran, telah

menganugerahi Perseroan berbagai penghargaan untuk fungsi-fungsi tertentu dari


Yum! Asia Franchise Pte Ltd. Pada tahun 2011, Perseroan menerima penghargaan

Tiger untuk Customer Mania (www.kfcindonesia.com).

Komitmen Perseroan adalah mempertahankan visi sebagai pemimpin industri

restoran cepat saji dengan terus memberikan kepuasan “Yum! ” di wajah konsumen.

Dukungan pemegang saham, keahlian manajemen yang dikelola dengan baik,

dedikasi dan loyalitas karyawan, dan yang terpenting adalah, kontinuitas kunjungan

konsumen, pasti berhasil membawa Perseroan meraih visinya. Dengan visi yang

kokoh, misi dan obyektif jangka panjang, serta strategi-strategi dan nilai-nilai

korporasi yang jelas, niscaya akan terus menjadikan merek KFC yang terfavorit di

seluruh Indonesia, dan membangun PT Fast Food Indonesia Tbk menjadi sebuah

korporasi yang hebat (www.kfcindonesia.com).

IV.1.1 RIWAYAT SINGKAT PT FASTFOOD INDONESIA, Tbk

Perseroan berkedudukan di Jakarta Selatan dan didirikan dengan nama PT

Fast Food Indonesia sebagaimana termaktub dalam akta Perseroan Terbatas “PT Fast

Food Indonesia” No. 20 tanggal 19 Juni 1978, yang dibuat di hadapan Sri Rahayu,

S.H., pada waktu itu Notaris di Jakarta dan telah mendapatkan pengesahan dari

Menkumham sesuai dengan surat keputusannya No. Y.A.5/245/12 tanggal 22 Mei

1979, telah didaftarkan dalam buku register di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta di

bawah No. 4491 tanggal 1 Oktober 1979, serta telah diumumkan dalam Tambahan

No. 682 BNRI No. 90 tanggal 9 November 1979 (“Akta Pendirian”)

(www.kfcindonesia.com).
Anggaran dasar Perseroan sebagaimana dimuat dalam Akta Pendirian telah

beberapa kali diubah dan perubahan seluruh anggaran dasar Perseroan untuk

disesuaikan dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007 adalah

sebagaimana termaktub dalam akta Pernyataan Keputusan Rapat PT Fast Food

Indonesia Tbk No. 32 tanggal 8 Agustus 2008, yang dibuat di hadapan Poerbaningsih

Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta dan telah mendapatkan persetujuan dari

Menkumham sesuai dengan Surat Keputusannya No. AHU-76847.AH.01.02.Tahun

2008 tanggal 23 Oktober 2008, dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan di

bawah No. AHU-0099520.AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 23 Oktober 2008, serta

telah diumumkan dalam Tambahan No. 4186 BNRI No. 12 tanggal 10 Februari 2009

(www.kfcindonesia.com).

Perubahan anggaran dasar Perseroan yang terakhir adalah sebagaimana

termaktub dalam akta Pernyataan Keputusan Rapat PT Fast Food Indonesia Tbk No.

35 tanggal 18 Agustus 2011, yang dibuat di hadapan Ny. Poerbaningsih Adi Warsito,

S.H., Notaris di Jakarta dan telah mendapatkan persetujuan dari Menkumham sesuai

dengan Surat Keputusannya No. AHU-42808.AH.01.02.Tahun 2011 tanggal 23

Agustus 2011 serta telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan di bawah No. AHU-

0070249.AH.01.09.Tahun 2011 tanggal 23 Agustus 2011 (www.kfcindonesia.com).


IV.1.2 VISI DAN MISI PT FASTFOOD INDONESIA, Tbk

a. VISI

Mempertahankan KFC sebagai merek restoran cepat saji nomor satu,

termodern, dan terfavorit dalam setiap aspek di Indonesia (www.kfcindonesia.com).

b. MISI

Melanjutkan strategi
strategi-strategi dan ide-ide
ide yang inovatif dalam

mempromosikan citra merek, meningkatkan suasana


suasana santap yang tak terlupakan,

memberikan produk dan layanan serta fasilitas restoran yang selalu berkualitas,

sesuai kebutuhan dan selera


selera konsumen yang terus berubah (www.kfcindonesia.com).

VI.1.3 STRUKTUR ORGANISASI PT FASTFOOD INDONESIA,Tbk

Sumber www.kfcindonesia.com

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT FastFood Indonesia, Tbk


Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan berdasarkan Akta

Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan No. 72 tanggal 28

Juli 2011 yang dibuat di hadapan Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, SH, Notaris di

Jakarta, adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Pemegang Saham PT FastFood Indonesia, Tbk

PEMEGANG SAHAM JUMLAH PRESENTASE

SAHAM KEPEMILIKAN

1 Pt Gelael Pratama 874.668.855 43.84%

2 Pt Dyviacom Intrabumi Tbk 715.057.746 35.84%

3 HSBC Fund Service Client 202.223.728 10.14%

4 Masyarakat (Masing-Masing Dibawah 203.188.250 10.18%

5%)

TOTAL 1.995.138.579 100.00%

Sumber www.kfcindonesia.com
Tabel 4.2

Dewan Komisaris PT FastFood Indonesia, Tbk

1 Anthony Salim President Commisisoner

2 Elizabeth Gelael Vice Presedent Commisisoner

3 Rudi Tanudjaja Saputra Commissioner I

4 Beny S. Santoso Commissioner II

5 Ken Leksono Independent Commissioner

6 P.L Gunawan Solaiman Independent Commissioner

Sumber www.kfcindonesia.com

Tabel 4.3

Dewan Direksi PT FastFood Indonesia, Tbk

1 Dick Gelael President Director

2 Ferry Noviar Yosaputra Vice President Director

3 Ricardo Gelael Director I

4 Leonny Elimin Director II

5 Justinus D. Juwono Director III

6 Adhi Indrawan Director IV

7 Erundine Ros Rafales Non Affiliated Director

Sumber www.kfcindonesia.com
IV.2 ANALISIS COST VOLUME PROFIT

Analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit analysis-CVP analysis)

merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan

keputusan. Karena analisis biaya-volume-laba menekankan keterkaitan antara biaya,

kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung

didalamnya (Hansen dan Mowen 2009).

IV.2.1 VOLUME OPERASIONAL PENJUALAN

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, penjualan yang telah dilakukan

oleh PT FastFood Indonesia Tbk. terlihat bahwa total volume penjualan atas dasar

rupiah dapat dikelompokkan dari tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4

Total Volume Penjualan PT Fastfood Indonesia, Tbk

TAHUN TOTAL VOLUME PENJUALAN

2008 2.022.633.479

2009 2.454.359.779

2010 2.913.604.568

2011 3.316.799.653

2012 3.559.485.575

Sumber : Laporan Keuangan PT FastFood Indonesia Tbk


IV.2.2 BIAYA-BIAYA YANG TERJADI

Biaya-biaya yang terjadi selama tahun 2008-2012 pada PT FastFood

Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut :

Biaya – biaya = Beban pokok penjualan + Beban usaha

Tabel 4.5

Biaya-biaya yang terjadi PT FastFood Indonesia, Tbk

Tahun Biaya - Biaya

2008 1.881.934.631

2009 2.229.226.958

2010 2.710.049.721

2011 3.086.632.845

2012 3.339.041.352

Sumber : Laporan Keuangan PT FastFood Indonesia Tbk

IV.2.3 PERHITUNGAN LABA

Biaya-biaya dan pendapatan PT FastFood Indonesia, Tbk dapat dilihat

cenderung stabil di setiap tahunnya. Perhitungan labanya yaitu total penghasilan

selama satu tahun dikurangi biaya operasional selama satu tahun. Jadi, laba

yang didapat oleh PT FastFood Indonesia, Tbk, yaitu :


Laba = Total penghasilan – Biaya Operasional

Tabel 4.6

Perhitungan Laba PT FastFood Indonesia, Tbk

Tahun Laba

2008 167.903.622

2009 247.147.950

2010 261.589.812

2011 298.702.152

2012 269.216.864

Sumber : Laporan Keuangan PT FastFood Indonesia Tbk

IV.3 ANALISIS BIAYA

Analisis biaya, volume, laba menghendaki adanya pemisahan biaya

berdasarkan perilakunya. Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan harus

digolongkan sesuai perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan

kegiatan atau aktivitas perusahaan. Dalam analisis ini penulis menggunakan metode

Total Cost yang terdiri dari 2 golongan biaya, yaitu Biaya Tetap (Fixed Cost),

dan Biaya Variabel (Variable Cost).


Tabel 4.7

Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

PT FastFood Indonesia, Tbk Tahun 2008

Biaya-Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel


Gaji 278.545.562 -
Promosi dan beban penjualan - 171.241.554
Sewa 140.533.412 -
Fee Waralaba - 133.494.313
Listrik, telepon dan air - 116.557.707
Amortisasi beban sewa 49.121.928 -
Pengangkutan - 47.613.287
Amortisasi biaya yang ditangguhkan 23.289.276 -
Perjalanan - 33.833.007
Penyusutan aset tetap 22.106.129 -
Perbaikan dan perawatan gedung - 11.486.105
Perbaikan mesin dan peralatan - 16.004.012
Administrasi - 18.121.347
Asuransi 8.948.173 -
Imbalan kerja karyawan - 8.517.894
Perbaikan dan perawatan kendaraan - 3.254.976
Beban Pokok Penjualan - 781.627.389
Lain-lain - 17.638.560
Total biaya 522.544.480 1.359.390.151
Tabel 4.8

Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

PT FastFood Indonesia, Tbk Tahun 2009

Biaya-Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel


Gaji 335.578.104 -
Promosi dan beban penjualan - 202.036.336
Jasa Waralaba - 161.986.117
Sewa 158.868.553 -
Penyusutan dan amortisasi 111.853.614 -
Listrik, telepon dan air - 95.439.850
Pengangkutan - 45.259.683
Perbaikan dan perawatan - 36.362.594
Perjalanan - 35.246.030
Administrasi - 23.884.233
Imbalan kerja karyawan - 13.500.769
Beban Pokok Penjualan - 986.532.175
Lain-lain - 22.678.900
Total biaya 606.300.271 1.622.926.687

Tabel 4.9

Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

PT FastFood Indonesia, Tbk Tahun 2010

Biaya-Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel


Gaji 383.289.344 -
Promosi dan penjualan - 221.596.997
Jasa waralaba - 192.295.448
Sewa 181.038.203 -
Penyusutan dan amortisasi 130.783.687 -
Listrik, telepon dan air - 123.120.716
Pengangkutan - 53.771.746
Perbaikan dan perawatan - 41.916.560
Perjalanan - 41.826.244
Imbalan kerja karyawan - 19.399.123
Administrasi - 19.992.625
Beban Pokok Penjualan - 1.273.156.720
Lain-lain - 27.862.308
Total biaya 695.111.234 2.027.411.953

Tabel 4.10

Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

PT FastFood Indonesia, Tbk Tahun 2011

Biaya-Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel

Gaji 438.962.110 -

Promosi dan penjualan - 242.071.256

Jasa waralaba - 218.908.573

Sewa 199.245.873 -

Penyusutan dan amortisasi 165.796.726 -

Listrik, telepon dan air - 144.941.610

Pengangkutan - 59.103.170

Perbaikan dan perawatan - 45.638.140

Perjalanan - 44.566.293

Administrasi - 21.597.121

Imbalan kerja karyawan - 6.963.356

Lain-lain - 31.105.723
Kerugian penghapusan aset - 4.329.333

Rugi kurs operasi, neto - 114.890

Beban Pokok Penjualan - 1.461.949.013

Lain-lain - 1.339.658

Total biaya 804.004.709 2.282.628.136

Tabel 4.11

Biaya Operasional Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

PT FastFood Indonesia Tbk, Tahun 2012

Biaya-Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel

Gaji 519.635.589 -

Sewa 286.966.713 -

Jasa waralaba - 248.958.980

Promosi dan penjualan - 199.594.041

Listrik, telepon dan air - 153.113.706

Penyusutan dan amortisasi 116.404.775 -

Pengangkutan - 65.880.259

Perbaikan dan perawatan - 43.981.362

Perjalanan - 55.349.064

Imbalan kerja karyawan - 33.000.572

Administrasi - 27.041.121

Lain-lain - 104.521.810

Kerugian penghapusan aset - 7.083.026


Beban Pokok Penjualan - 1.557.777.357

Lain-lain - 809.928

Total biaya 923.007.077 2.416.034.275

IV.4 ANALISIS BREAK EVENT POINT

1. Besarnya Break Event Point pada PT FastFood Indonesia Tbk. Untuk

tahun 2008 adalah sebagai berikut :

Analisis Break Event Point atas dasar rupiah :

. . . .
BEP (Rupiah) = = . . . =
,
. . .

= Rp. 1.593.556.867

Jadi apabila PT FastFood Indonesia Tbk telah menerima pendapatan

penjualan sebesar Rp. 1.593.556.867, maka perusahaan sudah berada dalam

titik impas, yaitu tidak mendapatkan laba dan tidak pula mengalami kerugian.

2. Besarnya Break Event Point pada PT FastFood Indonesia Tbk. Untuk

tahun 2009 adalah sebagai berikut :

Analisis Break Event Point atas dasar rupiah :

. . . .
BEP (Rupiah) = = . . . =
,
. . .

= Rp. 1.789.776.007
Jadi apabila PT FastFood Indonesia Tbk telah menerima pendapatan

penjualan sebesar Rp. 1.789.776.007, maka perusahaan sudah berada dalam

titik impas, yaitu tidak mendapatkan laba dan tidak pula mengalami kerugian.

3. Besarnya Break Event Point pada PT FastFood Indonesia Tbk. Untuk

tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Analisis Break Event Point atas dasar rupiah :

. . . .
BEP (Rupiah) = = . . . =
,
. . .

= Rp. 2.285.371.411

Jadi apabila PT FastFood Indonesia Tbk telah menerima pendapatan

penjualan sebesar Rp. 2.285.371.411, maka perusahaan sudah berada dalam

titik impas, yaitu tidak mendapatkan laba dan tidak pula mengalami kerugian.

4. Besarnya Break Event Point pada PT FastFood Indonesia Tbk. Untuk

tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Analisis Break Event Point atas dasar rupiah :

. . . .
BEP (Rupiah) = = . . . =
,
. . .

= Rp. 2.578.607.606

Jadi apabila PT FastFood Indonesia Tbk telah menerima pendapatan

penjualan sebesar Rp. 2.578.607.606, maka perusahaan sudah berada dalam

titik impas, yaitu tidak mendapatkan laba dan tidak pula mengalami kerugian.
5. Besarnya Break Event Point pada PT FastFood Indonesia Tbk. Untuk

tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Analisis Break Event Point atas dasar rupiah :

. . . .
BEP (Rupiah) = = . . . =
,
. . .

= Rp. 2.873.257.808

Jadi apabila PT FastFood Indonesia Tbk telah menerima pendapatan

penjualan sebesar Rp. 2.873.257.808, maka perusahaan sudah berada dalam

titik impas, yaitu tidak mendapatkan laba dan tidak pula mengalami kerugian.

IV.5 CONTRIBUTION MARGIN (CM)

1. Contribution Margin pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2008

dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Contribution Margin = Penjualan – Biaya Variabel

= 2.022.633.479 – 1.359.390.151

= 663.243.328

Jadi Contribution Margin pada tahun 2008 sebesar Rp. 663.243.328

2. Contribution Margin pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2009

dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Contribution Margin = Penjualan – Biaya Variabel

= 2.454.359.779 – 1.622.926.687

= 831.433.092
Jadi Contribution Margin pada tahun 2009 sebesar Rp. 831.433.092

3. Contribution Margin pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2010

dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Contribution Margin = Penjualan – Biaya Variabel

= 2.913.604.568 – 2.027.411.953

= 886.192.615

Jadi Contribution Margin pada tahun 2010 sebesar Rp. 886.192.615

4. Contribution Margin pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2011

dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Contribution Margin = Penjualan – Biaya Variabel

= 3.316.799.653 – 2.282.628.136

= 1.034.171.517

Jadi Contribution Margin pada tahun 2011 sebesar Rp. 1.034.171.517

5. Contribution Margin pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2012

dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Contribution Margin = Penjualan – Biaya Variabel

= 3.559.485.575 – 2.416.034.275

= 1.143.451.300

Jadi Contribution Margin pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.143.451.300


IV.6 CONTRIBUTION MARGIN RATIO (CRM)

1. Contribution Margin Ratio untuk PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun

2008 adalah sebagai berikut :

Contribution Margin Ratio (%) =

. .
= = 32,79%
. . .

Jadi Contribution Margin Ratio pada tahun 2008 sebesar 32,79%

2. Contribution Margin Ratio untuk PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun

2009 adalah sebagai berikut :

Contribution Margin Ratio (%) =

. .
= = 33,87%
. . .

Jadi Contribution Margin Ratio pada tahun 2009 sebesar 33,87%

3. Contribution Margin Ratio untuk PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun

2010 adalah sebagai berikut :

Contribution Margin Ratio (%) =

. .
= = 30,41%
. . .

Jadi Contribution Margin Ratio pada tahun 2010 sebesar 30,41%


4. Contribution Margin Ratio untuk PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun

2011 adalah sebagai berikut :

Contribution Margin Ratio (%) =

. . .
= = 31,17%
. . .

Jadi Contribution Margin Ratio pada tahun 2011 sebesar 31,17%

5. Contribution Margin Ratio untuk PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun

2012 adalah sebagai berikut :

Contribution Margin Ratio (%) =

. . .
= = 32,12%
. . .

Jadi Contribution Margin Ratio pada tahun 2012 sebesar 32,12%

IV.7 ESTIMASI TARGET PENJUALAN

1. Estimasi target penjualan pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2009

dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Penjualan = (Biaya tetap + Laba) : Contribution Margin Ratio

= (522.544.480 + 167.903.622) : 32,79%

= 690.448.102 : 32,79%

= 2.105.666.673

Jadi untuk rencana penjualan tahun 2009 diperlukan penjualan sebesar


Rp. 2.105.666.673 untuk mendapatkan laba minimal sama seperti tahun

2008 sebesar Rp. 167.903.622.

2. Estimasi target penjualan pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2010

dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Penjualan = (Biaya tetap + Laba) : Contribution Margin Ratio

= (606.300.271 + 247.147.950) : 33,87%

= 853.448.221 : 33,87%

= 2.519.776.265

Jadi untuk rencana penjualan tahun 2010 diperlukan penjualan sebesar

Rp. 2.519.776.265 untuk mendapatkan laba minimal sama seperti tahun

2009 sebesar Rp. 247.147.950.

3. Estimasi target penjualan pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2011

dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Penjualan = (Biaya tetap + Laba) : Contribution Margin Ratio

= (695.111.234 + 261.589.812) : 30,41%

= 956.701.046 : 30,41%

= 3.146.008.043

Jadi untuk rencana penjualan tahun 2011 diperlukan penjualan sebesar

Rp. 3.146.008.043 untuk mendapatkan laba minimal sama seperti tahun

2010 sebesar Rp. 261.589.812.


4. Estimasi target penjualan pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2012

dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Penjualan = (Biaya tetap + Laba) : Contribution Margin Ratio

= (804.004.709 + 298.702.152) : 31,17%

= 1.102.706.861 : 31,17%

= 3.537.718.515

Jadi untuk rencana penjualan tahun 2012 diperlukan penjualan sebesar

Rp. 3.537.718.515 untuk mendapatkan laba minimal sama seperti tahun

2011 sebesar Rp. 298.702.152.

5. Estimasi target penjualan pada PT FastFood Indonesia Tbk, pada tahun 2013

dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Penjualan = (Biaya tetap + Laba) : Contribution Margin Ratio

= (923.007.077 + 269.216.864) : 32,12%

= 1.192.223.941 : 32,12%

= 3.711.780.638

Jadi untuk rencana penjualan tahun 2013 diperlukan penjualan sebesar

Rp. 3.711.780.638 untuk mendapatkan laba minimal sama seperti tahun

2012 sebesar Rp. 269.216.864.


IV.8 PEMBAHASAN

Dari seluruh hasil perhitungan yang dilakukan penulis, maka pembahasan

yang dapat di simpulkan dari penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 4.12
Estimasi Target Penjualan PT FastFood Indonesia, Tbk
Tahun 2008-2012
Tahun Laba Penjualan Rencana Penjualan

2008 167.903.622 2.022.633.479 -

2009 247.147.950 2.454.359.779 2.105.666.673

2010 261.589.812 2.913.604.568 2.519.776.265

2011 298.702.152 3.316.799.653 3.146.008.043

2012 269.216.864 3.559.485.575 3.537.718.515

2013 - - 3.711.780.638

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penjualan dan rencana penjualan PT

FastFood Indonesia Tbk selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Hal itu di

sebabkan karena beberapa hal antara lain permintaan produk yang meningkat dari

konsumen, gerai KFC yang tersebar di seluruh kota besar di Indonesia dengan

tampilan interior yang luas dengan fasilitas yang lengkap untuk lebih meningkatan

kenyamanan dan kepuasan konsumen, layanan KFC Drive Thru yang disediakan

untuk konsumen yang membutuhkan kecepatan layanan tanpa harus turun dari

kendaraan, layanan home delivery dengan hanya menelepon 14022 konsumen

langsung dapat memesan berbagai menu KFC sesuai selera tanpa harus keluar
rumah, selain melalui telepon KFC, KFC home delivery juga menyediakan layanan

pesan antar secara online.

Namun, mengalami penurunan laba pada tahun 2012 hal tersebut dikarenakan

beberapa faktor, antara lain adalah kenaikan upah minimum secara nasional, yang

pada tahun-tahun sebelumnya sekitar 10%-11% menjadi 14%-15% pada awal 2012

berdampak pada meningkatnya biaya operasional restoran, kenaikan harga komoditas

yang mempengaruhi daya beli konsumen dan berdampak pada kenaikan harga beli

bahan baku restoran, kenaikan ‘Financing Charge’ berakibat dari penerbitan obligasi

pada akhir 2011 menurunkan laba usaha perseroan tetapi menjadi ‘tax shield’ dalam

perhitungan beban pajak, perubahan dari kebijakan penyusutan untuk ‘Furniture &

Fixtures’ dan ‘Computers & Peripherals’ dari 10 tahun menjadi 4 tahun

mengakibatkan meningkatnya penyusutan dan amortisasi yang merupakan bagian

dari biaya operasional.

Pada tabel estimasi target penjualan diatas jumlah laba pada tahun 2008

merupakan langkah awal dalam penentuan pencapaian target penjualan untuk tahun-

tahun berikutnya. Terlihat bahwa laba pada tahun 2008 sebesar Rp. 167.903.622,

laba tersebut digunakan sebagai laba minimal yang akan dicapai untuk rencana

penjualan tahun berikutnya, yaitu rencana penjualan tahun 2009. Rencana penjualan

tahun 2009 sebesar Rp. 2.105.666.673 harus dicapai untuk mendapatkan laba

minimal seperti pada tahun 2008. Dan ternyata penjualan pada tahun 2009 sebesar

Rp. 2.454.359.779, hal ini berarti penjualan lebih besar dari pada rencana penjualan

dan tentu saja laba yang didapatkan juga lebih besar dari laba tahun sebelumnya.

Labanya yaitu sebesar Rp. 247.147.950. Laba tahun 2009 tersebut menjadi laba
minimal yang harus di peroleh oleh PT FastFood Indonesia Tbk pada tahun 2010

yang rencana penjualannya sebesar Rp. 2.519.776.265 dan ternyata realisasi

penjualannya sebesar Rp. 2.913.604.568. Jadi laba yang diperoleh pada tahun 2010

juga lebih besar daripada tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 261.589.812. Laba

pada tahun 2010 tersebut menjadi laba minimal yang harus dicapai pada tahun 2011

yang rencana penjualannya sebesar Rp. 3.146.008.043 dan realisasi penjualannya

sebesar Rp. 3.316.799.653, oleh karena itu mendapatkan laba lebih besar dari laba

minimal yaitu Rp. 298.702.152. Dan laba tahun 2011 menjadi laba minimal untuk

tahun 2012 yang rencana penjualannya sebesar Rp. 3.537.718.515 dan realisasi

penjualannya sebesar Rp. 3.559.485.575. Meskipun realisasi penjualan tahun 2012

lebih besar daripada rencana penjualannya PT FastFood Indonesia Tbk justru

mengalami penurunan laba karena di sebabkan oleh beberapa faktor yang telah

disebutkan diatas. Dengan analisis CVP dapat diketahui pula rencana penjualan

tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 3.711.780.638 untuk mendapatkan laba minimal seperti

tahun 2012 yaitu Rp. 269.216.864.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini penulis akan membagi dalam tiga bagian utama yaitu

kesimpulan serta bagian kedua yaitu saran dan bagian ketiga adalah keterbatasan

penulis.

V.1 KESIMPULAN

Dari keseluruhan data maupun informasi yang diperoleh penulis dan metode Cost

Volume Profit yang dipergunakan, maka penulis dapat memberikan kesimpulan

sebagai berikut :

1. Laba pada PT FastFood Indonesia Tbk meningkat dengan baik pada tahun

2008 sampai 2011 ,tetapi laba menurun pada tahun 2012 yang disebabkan

karena beberapa faktor, seperti kenaikan pada biaya operasional, kenaikan

upah minimum secara nasional, dan kenaikan harga bahan baku.

2. Dengan menggunakan analisis biaya, volume, laba manager dapat dengan

mudah mengetahui :

a. Titik impas, keadaan dimana perusahaan berada pada titik 0 yaitu tidak

mengalami kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan.

b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

3. Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa PT FastFood Indonesia

selalu dapat merealisasikan jumlah penjualan lebih besar daripada rencana


penjualan setiap tahunnya, walaupun mengalami penurunan laba pada tahun

2012.

V.2 SARAN

PT FastFood Indonesia Tbk telah mencapai penjualan yang cukup baik,

meskipun demikian perusahaan harus tetap meningkatkan penjualannya, baik

dengan cara terus memberikan inovasi produk terbaru, memperluas wilayah

penjualan, promosi untuk menarik minat konsumen agar penjualan dapat teru

meningkat sehingga dapat memperbesar keuntungan PT FastFood Indonesia Tbk.

Dan juga PT FastFood Indonesia Tbk harus memperhatikan besarnya biaya

opersional ,karena biaya operasional sangat mempengaruhi besarnya laba yang

didapatkan. Penurunan laba pada tahun 2012 sebaiknya bisa dijadikan motivasi

untuk tahun-tahun berikutnya supaya penurunan laba dapat di cegah atau tidak terjadi

lagi.

V.3 KETERBATASAN PENULIS

Dari penelitian yang telah dilakukan penulis, ada beberapa keterbatasan yang

dihadapi oleh penulis, diantaranya jika ada data yang kurang jelas dalam laporan

keuangan, penulis tidak dapat langsung mendapatkan jawaban yang di inginkan dari

perusahaan. Oleh karena itu , penulis menyampaikan kepada peneliti selanjutnya

sebaiknya peniliti selanjutnya melakukan survey secara langsung kepada perusahaan

sehingga data yang diperoleh lebih lengkap dan jelas.


DAFTAR PUSTAKA

Amelia Putri, Diva. (2010). Penerapan Cost Volume Profit Analysis Sebagai Alat
Bantu Dalam Perencanaan Penjualan Atas Target Laba Yang Ditetapkan
(Studi Kasus Pada Toko Mei Pastry). Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi No.3
Tahun ke-1 September-Desember 2010.

Assa, Rina Lidia. (2013). Analisis Cost-Volume-Profit (CVP) Dalam Pengambilan


Keputusan Perencanaan Laba pada PT.Tropica Cocoprima. Jurnal EMBA
Vol.1 No.3 September 2013, hal. 591-601.

Belkaoui, Ahmed Riahi.2007. Teori Akuntasi (penerjemah : Ali Akbar Yulianto dan
Krista). Salemba Empat. Jakarta.

Bustami, Bastian. Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi.
GrahaIlmu. Yogyakarta.

Carter, W. K., dan Usry. 2006. Akuntansi Biaya. Edisi Tigabelas. Salemba
Empat. Jakarta.

_______, dan Usry. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 2 Edisi Empatbelas. Salemba
Empat. Jakarta.

_______, dan Usry. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 1 Edisi Empatbelas. Salemba
Empat. Jakarta.

Duyo, Sheila F. (2013). Analisis Cost-Volume-Profit Untuk Perencanaan Laba Pada


Hotel Sintesa Peninsula Manado. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013,
hal. 603-610.

Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., Brewer, Peter C. 2000. Akuntansi
Manjerial (alihbahasa: A. Totok Budi Santoso). Buku I. Salemba Empat.
Jakarta.
Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M. 2009. Akuntansi Manajemen. Salemba
Empat. Jakarta.

Hery. 2009. Teori akuntansi. Edisi Pertama. Kencana.

Hongren, Charles T., Datar, Srikant M., Foster, George. 2008. Akuntansi
Biaya:Penekanan Manajerial . Jilid 1 Edisi Sebelas. Erlangga. Jakarta.

_______. 2009. Akuntansi Biaya:Penekanan Manajerial . Jilid 1 Edisi Duabelas.


Erlangga. Jakarta

Ismail, ressa. (2013). Hubungan Biaya-Volume-Laba Pada Perum Bulog Sub Divre
Wilayah 1 Ternate. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, hal.1149-
1156.

Mifta Fariz, Gilang. (2013). Analisis cost-volume-profit (cvp)Sebagai alat bantu


evaluasi Pencapaian laba pada Hotel grasia semarang.

Misbakhul Munir, Ahmad. (2013). Evaluasi Target Penjualan Dengan Metode Cost-
Volume-Profit Analysis (Studi Pustaka Pada PT Ace Hardware Indonesia,
Tbk).

Riyanto, B. 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Penerbit


BPFE.Yogyakarta.

Samahati, Ricky Budiman. (2013). Analisis Biaya,Volume,Laba Sebagai Alat Bantu


Perencanaan Laba Pada Hotel Seona Manado. Jurnal EMBA Vol.1 No.3
September 2013, hal. 1009-1018.

Sihombing, Selfinta B. (2013). Analisis Biaya-Volume-Laba Sebagai Alat Bantu


Perencanaan Laba PT.Bangun Wenang Beverages Company. Jurnal EMBA
Vol.1 No.3 September 2013, hal. 181-188.
Wijaya, Venny. (2011). Peranan Analisis Cost-Volume-Profit Dalam Upaya
Merencanakan Laba Perusahaan. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04
Tahun ke-2 Januari-April 2011.

Sondix.blogspot.com

Das könnte Ihnen auch gefallen