Sie sind auf Seite 1von 3

Terapi Oksigen

Hari/tanggal : Rabu, 19 April 2017


Ruangan : ICU RSD Idaman Banjarbaru
Tindakan Keperawatan / prosedur : Terapi Oksigen
A. Latar Belakang
Tn. S usia 83 tahun dengan diagnosa medis Susp. Enselopati Hepatikum, PPOK + Pneumonia.
Saat pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran (GCS, E3V2M5, Somnolen), pola napas pasien
tidak efektif yaitu cepat dan dangkal. Berdasarkan hasil pemeriksaan TTV menunjukkan TD: 102/59
mmHg, RR: 35 x/menit, N: 103 x/menit T: 36,6oC, SpO2 : 99%, CRT : < 2 detik. Keluhan utama saat
pengkajian keluarga mengatakan pasien mengalami sesak napas dan penurunan kesadaran. Berdasarkan
hasil anamnesa, keluarga mengatakan riwayat penyakit sebelumnya pasien rutin menjalani pengobatan
paru-paru dalam 4 tahun terakhir, pasien tidak ada memiliki riwayat hipertensi dan penyakit jantung.
Selain itu berdasarkan riwayat penyakit keluarga tidak ada yang memiliki penyakit seperti pasien.
Riwayat penyakit sekarang keluarga mengatakan pada hari Rabu, 19 April 2017 pukul 08.00 pada saat
pagi hari setelah sarapan pasien langsung tidur dan beberapa jam kemudian pasien mengalami sesak dan
keluarga membangunkan pasien namun pasien tidak kunjung sadar. Keluarga pun memutuskan
membawa pasien ke IGD RSUD Ratu Zalecha Martapura dan di karenakan Ruang ICU di RSUD Ratu
Zalecha Martapura tersebut penuh maka pasien dirujuk ke RSD Idaman Banjarbaru.
B. Definisi
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan oksigen di atmosfer (lingkungan). Di atas permukaan laut, konsentrasi oksigen dalam udara
ruangan adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam
darah sambil menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stres pada miokardium (Muttaqin, 2008).
C. Indikasi

1. Pasien dengan kadar O2 yang diketahui melalui hasil AGD atau BGA.
2. Pasien dengan peningkatan kerja napas dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksia melalui
peningkatan laju dan dalamnya pernapasan, serta adanya kerja otot-otot tambahan pernapasan.
3. Pada pasien selama dan sesudah pembedahan.
D. Deskripsi tindakan
1. Identitas klien : Tn. S
2. Diagnosa Medis : Susp. Enselopati Hepatikum, PPOK + Pneumonia.
3. Tindakan keperawatan dan rasional : Terapi oksigen.
4. Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan hiperventilasi.
5. Data :
Tn. S usia 83 tahun dengan diagnosa medis Susp. Enselopati Hepatikum, PPOK + Pneumonia. Saat
pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran (GCS, E3V2M5, Somnolen), pola napas pasien
tidak efektif yaitu cepat dan dangkal. Berdasarkan hasil pemeriksaan TTV menunjukkan TD: 102/59
Faktor Predisposisi (asap Dinding
o bronkus Penyempitan
mmHg, RR: 35 x/menit, N: 103 x/menit T: 36,6 C, SpO2 : 99%, CRT : < 2 detik
tembakau dan polusi menebal saluran napas
6. Analisa sintesa (pathway)
udara)
Ketidakefetifan
pola napas Dyspnea Ventilasi terganggu Obstruksi
Terapi Oksigen

E. Tujuan tindakan

1. Mengatasi keadaan hipoksia.


2. Menurunkan kerja pernapasan.
3. Menurunkan beban kerja otot jantung (miokard).
F. Pelaksanaan
1. Tahap pra tindakan
a. Persiapan alat

1) Sentral oksigen, tabung O2, manometer set, flow meter, humidifier.


2) Catheter nasal / kanul nasal / sungkup muka sederhana / sungkup muka dengan kantong
udara/sungkup muka dengan parsial rebreathing.
b.
Persiapan pasien
1) Posisikan pasien semi fowler / fowler.
2. Tahap tindakan
a. Kateter nasal / Kanul nasal:
1) Cuci tangan
2) Memberi tahu pasien.
3) Isi tabung humufider dengan water for irigation batas yang tertera.
4) Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/sentral oksigen.
5) Cek fungsi flow meter dan humufider dengan memutar pangatur konsentrasi O2 dan amati
ada tidaknya gelembung udara dalam tabung flow meter.
6) Menghubungkan kateter nasal / kanul nasal dengan flow meter.
7) Alirkan oksigen ke:
a) Kateter nasal dengan aliran antara 1 – 6 lt/mnt.
b) Kanul nasal dengan aliran antara 1 – 6 lt/mnt.
8) Cek aliran kateter nasal / kanul nasal dengan menggunakan panggung tangan
untuk mengetahui ada tidaknya aliran oksigen.
9) Pasang alat kateter nasal / kanul nasal pada klien.
10) Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir sesuai yang diinginkan.
11) Cuci tangan.
12) Rapikan peralatan kembali.
13) Dokumentasikan pada status klien.
b. Sungkup muka partial rebreathing
1) Cuci tangan.
2) Memberi tahu pasien.
3) Isi tabung humidifier dengan water for irigation setinggi batas yang tertera.
4) Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/sentral oksigen.
5) Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar konsentrasi O2 dan amati ada
tidaknya gelembung udara dalam tabung flow meter.
6) Menghubungkan sungkup muka partial rebreathing dengan flow meter.
7) Alirkan oksigen ke sungkup muka partial rebreathing dengan aliran udara 8 – 12 lt/mnt.
8) Cek aliran oksigen ke sungkup dengan cara menutup sungkup dengan salah satu tangan
dan amati aliran oksigen yang masuk ke dalam kantong.
9) Pasang alat sungkup muka partial rebreathing pada klien.
Terapi Oksigen

10) Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir sesuai dengan yang diinginkan.
11) Cuci tangan.
12) Rapikan peralatan kembali.
13) Dokumentasikan pada status klien.
3. Evaluasi
a. Evaluasi pasien
Tampak sesak pasien berkurang, napas cepat dan dangkal
b. Evaluasi tindakan
SpO2 99%, RR: 38x/menit

Mengetahui Banjarbaru, 19 April 2017


Pembimbing Klinik Mahasiswa

.................................. Misbachul Munirul Ehwan

Daftar Pustaka :

Mutaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Das könnte Ihnen auch gefallen