Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
KAJIAN TEORI
4
Sedangkan dalam The Dictionary of Computers, Information Processing and
Telecommunications (dalam Hariyadi, 1993), teknologi informasi diberi batasan
sebagai teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai
jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi yang lahir
karena adanya dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang
dapat mengatasi kelambatan manusia mengolah informasi. Kelambatan itu terasa
sebab semakin banyaknya volume informasi yang menumpuk dan membengkak.
Pendit (dalam Hariyadi, 1993) menambahkan bahwa teknologi informasi
memungkinkan konsumsi informasi dalam jumlah besar dan kecepatan luar biasa.
Hal utama yang menyebabkan kemampuan tersebut adalah munculnya “ujung
tombak” teknologi informasi, yakni komputer.
Sehingga jika kita tarik benang merah diantara beberapa definisi diatas,
teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai seperangkat alat perangkat keras
maupun lunak yang dapat digunakan untuk mengadakan, mengolah, menyimpan,
dan menyebarkan informasi. Beberapa alat yang termasuk kedalam jenis teknologi
informasi misalnya smartphone, laptop, komputer, televisi, koran, dan masih
banyak lagi.
2.2. Akhlak
2.2.1. Etika, Moral, dan Akhlak
Sebelum berbicara lebih dalam mengenai akhlak, kita harus memahami
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan akhlak. Kebanyakan orang awam
hanya mendefinisikan akhlak sebagai perilaku yang dilakukan oleh manusia.
Namun jika kita hanya mendefinisikan akhlak seperti itu, lalu bagaimana kita
dapat membedakan antara etika, moral, dan akhlak yang mungkin menurut
sebagian orang memiliki arti yang sama.
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat
istiadat/kebiasaan yang baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata etika
memiliki arti ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan
kewajiban moral. Lebih lanjut, Tanyid (2014, hlm. 237) berpendapat bahwa etika
adalah sebuah kebiasaan yang baik dan sebuah kesepakatan yang diambil
berdasarkan suatu yang baik dan benar
5
Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan
istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Tanyid (2014, hlm. 237) berpendapat bahwa etika dan moral kurang lebih
memiliki definisi yang sama. Namun kita dapat melihat perbedaan dari kedua hal
tersebut ketika diimplementasikan kehidupan sehari-hari. Perbedaannya antara
lain moral atau moralitas digunakan ketika kita menilai suatu perbuatan yang
dilakukan, sedangkan etika digunakan ketika mengkaji sistem nilai-nilai atau
moral yang berlaku. Misalnya ketika seseorang mencuri, maka warga disekitarnya
menilai bahwa itu merupakan perbuatan buruk melalui moral yang dimilikinya.
Sedangkan etika berperan ketika menentukan aturan-aturan atau batasan dari
moral yang digunakan oleh seseorang.
Setelah mengetahui pengertian etika, moral, serta perbedaannya, sekarang
kita sudah dapat mengkaji pengertian akhlak dari berbagai pendapat. Seperti yang
kita ketahui, ujuan pokok dari ajaran Islam adalah membentuk Akhlak al-karimah
atau akhlak yang mulia. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu akhlaaqu
bentuk jamak dari kata khalaqa yang berarti “perangai” yang terbentuk melalui
suatu keyakinan atau ajaran tertentu (Syamsuddin, 2009, hlm. 225). Kata perangai
sendiri sering disebut sebagai “tabiat” atau “karakter” seseorang. Sedangkan
menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
Al-Ghazali (dalam Rohayati, 2011, hlm.103) memberikan kriteria terhadap
akhlak, yaitu akhlak harus menetap dalam jiwa dan perbuatan yang merupakan
cerminan dari akhlak tersebut muncul secara spontan. Melalui kriteria tersebut,
dapat terlihat bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang ia cenderung kepada salah
satu dari kebaikan dan bisa cenderung kepada kekejian.
Al-Ghazali (dalam Rohayati, 2011) juga berpendapat bahwa akhlak bukan
merupakan "perbuatan", bukan "kekuatan", bukan "ma'rifah" (mengetahui dengan
mendalam). Akhlak lebih sesuai jika diibaratkan keadaan jiwa atau segala sesuatu
yang berbentuk bathiniah. Di satu sisi, pendapat al-Ghazali ini mirip dengan apa
yang di kemukakan oleh Ibnu Maskawaih (320-421H/932-1030 M) dalam
6
Tahdzib al Akhlak. Tokoh filsafat etika yang hidup lebih dahulu ini menyatakan
bahwa akhlak adalah "Keadaan jiwa yang menyebabkan seseorang bertindak
tanpa dipikirkan terlebih dahulu." la tidak bersifat rasional, atau dorongan nafsu
(Maskawaih dalam Rohayati, 1985, hlm. 56).
Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada
diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.
Apabila perbuatan spontan itu baik menurut agama dan akal, maka tindakan itu
disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah. Sebaliknya apabila buruk disebut
akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah.
7
bentuk larangan. Hal-hal yang baik tentunya menjadi hal yang diperintahkan
dan sebaliknya hal-hal yang buruk menjadi suatu hal yang dilarang. Allah
SWT memerintahkan untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan baik mulai
dari bagaimana seorang hamba bertutur kata yang baik (QS. Al-Baqarah : 83)
hingga tata cara berbuat baik dalam membunuh orang kafir ketika dalam
peperangan pun menjadi suatu anjuran (QS. Muhammad : 4).
Jenis akhlak yang terakhir adalah akhlak terhadap ciptaan-Nya
khususnya terhadap lingkungannya. Lingkungan adalah segala sesuatu yang
berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-
benda tak bernyawa. Jangankan akhlak kepada Allah SWT dan manusia,
bahkan kepada makhluk lain selain manusia pun mendapatkan tempat dalam
Islam. Sebagai contoh Allah SWT memberi perhatian kepada alam sehingga
perusakan terhadap alam pun sangat dikecam. Allah berfirman dalam surah
Al-A’rāf ayat 56:
ب ممنن احلممححنسننيِنن ت ا
ان قننريِ ب طنمعَا ا إننن نرححنم ن
صلننحنها نواحدمعوهم نخحوفْا ا نو ن نولن تمحفنسمدوحا نفْيِ النحر ن
ض بنحعَند إن ح
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.
8
Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan”
B. Berdasarkan kualitasnya
Berdasarkan kualitasnya, akhak dapat dikategorikan menjadi akhlak
baik (hamidah) dan akhlak buruk (dzamimah). Secara sederhana, akhlak baik
(hamidah) dapat diartikan sebagai perbuatan yang memberikan pahala. Baik
itu besar atau kecil, semua perbuatan baik yang memberikan pahala termasuk
akhlak baik. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, akhlak yang dapat
kita jadikan panutan adalah akhlak Rasulullah SAW. Banyak contoh yang
telah disebutkan sebelumnya, seperti beribadah kepada Allah, takut kepada
Allah, hormat kepada orang tua, dan masih banyak lagi.
Sedangkan Akhlak buruk (dzamimah) secara sederhana dapat diartikan
sebagai perbuatan yang memberikan dosa. Perbuatan yang memberikan dosa
itu antara lain perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah, dan perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Allah. Misalnya larangan untuk
mengolok-olok orang lain terdapat dalam QS Al-Hujurat : 11 dan larangan
tentang membicarakan keburukan orang lain terdapat dalam QS Al-Hujurat :
12.
9
yang ada dalam) Al-Qur’an.” (HR. Muslim). Oleh karena itu, baik dan buruknya
akhlak didasarkan pada sumber nilai, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Sebagai
contoh, di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang beriman dan
memiliki akhlak mulia, misalnya :
Ayat 1
“Demi masa”. Mengandung makna bahwa waktu-waktu yang kita lalui
dalam hidup kita baik suka dan duka, naik dan turun, masa muda dan masa
tua.
Ayat 2
“Sesungguhnya manusia itu adalah di dalam kerugian”. Jelas dari
kelanjutan ayat 1 bahwa di dalam masa yang kita lalui itu manusia dalam
kerugian. Waktu muda merupakan masa yang paling produktif, namun hanya
sebagian manusia yang menggunakan waktunya dengan baik yaitu dengan
mendekat kepada Allah. Hamka (1982) di waktu badan masih muda dan
gagah perkasa harapan masih banyak. Tetapi bilamana usia mulai lanjut
barulah insaf bahwa tidaklah semua yang kita angankan di waktu muda telah
tercapai
Ayat 3
“Kecuali orang yang beriman”. Dari pangkal ayat 3 ini, dalam Hamka
(1982) yang tidak akan merasakan kerugian dalam masa hanyalah orang-orang
yang beriman. Orang-orang yang mempunyai kepercayaan bahwa hidupnya
ini adalah atas kehendak Yang Maha Kuasa. “Dan beramal yang shalih”.
Hamka (1982) maksudnya bekerja yang baik dan berfaedah. “Dan berpesan-
pesanan dengan kebenaran”. Hamka (1982) Karena nyatalah sudah bahwa
hidup yang bahagia itu adalah hidup bermasyarakat. Rugilah orang yang
10
menyendiri, yang menganganggap kebenaran hanya untuk dirinya seorang.
“dan berpesan-pesanan dengan kesabaran”. Hamka (1982) tidaklah cukup
kalau hanya pesan-memesan tentang nilai kebenaran. Sebab hidup didunia itu
bukanlah jalan datar saja. Banyaklah orang yang rugi karena dia tidak tahan
menempuh kesukaran dan halangan hidup.
11
satu yang termasuk mengolok-olok adalah menggunakan panggilan-panggilan
yang buruk kepada orang lain.
12
cara menyelidikinya serta janganlah kamu mempergunjingkan dia dengan
sesuatu yang tidak diakuinya, sekalipun hal itu benar.
Selanjutnya, Quthb (1992, hlm. 331) menambahkan bahwa Selain itu
juga terdapat larangan ghibah dalam ungkapan yang menakjubkan yang di
ciptakan di dalam quran “janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian
yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati?” maksudnya tentu saja hal ini tidak baik untuk
kita lakukan. Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. dalam
mempergunjingkan orang semasa hidupnya sama saja artinya dengan
memakan dagingnya sesudah ia mati. Kalian jelas tidak akan menyukainya,
oleh karena itu janganlah kalian melakukan hal ini. Dan bertakwalah kepada
Allah yakni takutlah akan azab-Nya bila kalian hendak mempergunjingkan
orang lain, maka dari itu bertobatlah kalian dari perbuatan ini, sesungguhnya
Allah Maha Penerima tobat serta selalu menerima tobat orang-orang yang
bertobat kepada mereka yang bertobat.
13
karena berita yang disebarkan oleh setiap individunya, lalu ia menodai
informasi. Pada intinya, orang muslim harus menjadi sumber berita yang
terpercaya dan dapat dijadikan pegangan.
Menghindari berita bohong atau berita yang bersumber dari orang
fasik dapat menjadikan kehidupan umat muslim yang stabil dan moderat.
Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya memiliki prinsip selektif dan
berhati-hati dalam menerima informasi dari orang fasik. Sedangkan berita
yang berasal dari orang shaleh dapat diterima karena merupakan pangkal
dalam kelompok mukmin. Pada jaman sekarang, kita sulit membedakan orang
fasik dan orang tidak fasik sehingga dalam menerima informasi sebaiknya
kita merujuk kepada sumbernya dan tidak menyebarkan berita yang tidak
diyakini kebenarannya karena dapat menimbulkan kekacauan dalam
kehidupan umat.
ضررببصنصاِرررهصن صوصيِبحصفبظصن فللروصجلهصن صوصل ليِببرديِصن رزيِصنصتلهصن إرصل صماِ صظصهصر رمبنصهاِ صوبلصيِ ب ضصن رمبن أصبب ص ض بت صيِبغ ل صوقلبل لربللمبؤرمصناِ ر
ربلخلمرررهصن صعصلى لجليِوربرهصن صوصل ليِببرديِصن رزيِصنصتلهصن إرصل لرلبلعوصلرترهصن أصبو آصصباِرئرهصن أصبو آصصباِرء لبلعوصلرترهصن أصبو أصببصناِرئرهصن أصبو أصببصناِرء لبلعولصرترهصن أصبو
ت أصبيِصماِلنلهصن أصرو اْلصتاِربرعيِصن صغبيِرر لأورليِ اْبلربرصبرة رمصن إربخصواْرنرهصن أصبو صبرنيِ إربخصواْرنرهصن أصبو صبرنيِ أصصخصواْرترهصن أصبو رنصساِرئرهصن أصبو صماِ صمصلصك ب
ْضررببصن برأ صبرلجلررهصن لرليِبعلصصم صماِ ليِبخرفيِصن رمبن رزيِصنرترهصن صولتولبوا ت اْلقنصساِرء صوصل صيِ ب اْلقرصجاِرل أصرو اْلقطبفرل اْلصرذيِصن لصبم صيِبظصهلرواْ صعصلى صعبوصراْ ر
ا صجرميِرعاِ أصييِصهاِ اْبللمبؤرملنوصن صلصعلصلكبم لتبفلرلحوصنإرصلى ص ر
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) Nampak dari padanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan
kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung”.
14
Dari ayat diatas jelas Allah memerintahkan kepada manusia baik laki-
laki maupun perempuan agar menundukkan pandangannya. Quthb (1992)
menundukkan pandangan dari pihak laki-laki merupakan adab pribadi. Juga
usaha menundukkan segala keinginan nafsu untuk melirik kecantikan dan
godaan wajah dan tubuh. Hal tersebut terdapat upaya mengunci pintu pertama
masuknya fitnah dan penyimpangan. Begitu juga dengan wanita, jangan
sampai wanita melepaskan pandangan yang kelaparan sehingga timbul nafsu
yang tersembunyi di dada lelaki.
15