Sie sind auf Seite 1von 20

PANDUAN

KODE BIRU ATAU “CODE BLUE”

RS BAPTIS BATU TAHUN 2016


(Revisi Kedua)

RS. BAPTIS BATU

JL RAYA TLEKUNG NO 1

JUNREJO – BATU
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Lembar Pengesahan ............................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN DAN DEFINISI ...................................................................... 1
1.1. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
1.2. Definisi ................................................................................................................. 1
BAB II. RUANG LINGKUP .............................................................................................. 3
BAB III. TATA LAKSANA............................................................................................... 4
3.1. Organisasi Blue Team........................................................................................... 4
3.2. Uraian Tugas ......................................................................................................... 4
3.3. Perencanaan Sumber Daya Manusia .................................................................... 5
3.4. Perencanaan Komunikasi...................................................................................... 6
3.5. Sistem Dan Alur Kerja Tim “Code Blue” ............................................................ 7
3.6. Peralatan Tim “Code Blue”.................................................................................. 8
3.7. Pelatihan dan Pendidikan Tim “Code Blue” ........................................................ 9
3.8. Tata laksana kode biru................................................................................. 10
3.9. Algoritme kode biru..................................................................................... 12
BAB IV. DOKUMENTASI ................................................................................................ 13
LAMPIRAN ALUR “CODE BLUE” ................................................................................ 14

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RS. BAPTIS BATU

NAMA KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

Dr. Doly Irbantoro,MMRS. PembuatDokumen

Dr. ImanuelEkaTantaputra Authorized Person

Dr. ArhwindaPA,Sp.KFR.,MARS. Direktur RS. BaptisBatu

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN DAN DEFINISI

1.1. Pendahuluan.
Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bias lepas dari penyakit jantung dan pembuluh
darah,karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung koroner.WHO menerangkan
bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dankanker masih tetap mendominasi peringkat
teratas penyebabutama kematian di dunia.
Demikianhalnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasionaltahun 1986 dan 1991, penyakit
jantung koroner bersamadengan penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Cardiac
arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengancardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi
untukmengembalikan denyut jantung normal.
Kesempatan pasienuntuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persenpada tiap menit yang berjalan
tanpacardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi. Inti dari penanganan cardiac arrest adalah
kemampuanuntuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benaruntuk sesegera mungkin mengembalikan
denyut jantung kekondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian otakdan kematian permanen. Penanganan
secara cepat dapatdiwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuandalam melakukanchain of
survival saatcardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang selama ini menjadimasalah/pertanyaan
besar, bahkan di rumah sakit yangnotabene banyak terdapat tenaga medis dan paramedis.Tenaga medis dan
paramedis di Rumah Sakit sebenarnyasudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukanlifesaving, akan
tetapi belum semuanya dapatmengaplikasikannya secara maksimal. Dan seringkali belumterdapat pengorganisian
yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian memunculkan terbentuknyatim reaksi cepat
dalam penangananarrest segera,yangdisebutCode Blue.

1.2. Definisi
1. Code blue/kodebiru:
Kondisi gawat darurat yang terjadi di rumah sakit atau suatu institusi dimana terdapat
pasien yang mengalami cardiopulmonary arrest dan merupakan kata sandi yang
digunakan untuk menyatakan bahwa pasien dalam kondisi gawat darurat.

1
2. Tim code blue :
Tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai Code Blue Team,
yangsecara cepat ke pasien untuk melakukan tindakanpenyelamatan.
3. Pasiengawatdarurat.
Pasien yang berada dalam ancaman kematian danmemerlukan pertolongan RJP segera.
4. Pasiengawat.
Pasien yang terancam jiwanya tetapi belum memerlukanpertolongan RJP.
5. Triage.
Pemilahan kondisi pasien melalui penilaian klinis pasien.
6. Perawatterlatih.
Perawat yang telahmendapatkanpelatihan RJP / Code BlueTeam.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikanbahwa semua kondisi darurat medis
kritis tertangani denganresusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistemresponterbagidalam 2 tahap:
1. Responawal (responder pertama) berasalpetugasrumahsakityang berada di sekitarnya,
dimanaterdapatlayanan Basic LifeSupport (BLS).
2. Responkedua (responder kedua) merupakantimkhususdanterlatih yang berasaldaridepartemen
yang ditunjukolehpihakrumahsakit, yaitutimcode blue.
Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan olehrumah sakit. Untukmenunjanghaltersebut yang
dilakukanadalah :
1. Semuapersonil di rumahsakitharusdilatihdenganketerampilanBLS
untukmenunjangkecepatanresponuntuk BLS di lokasikejadian.
2. Peralatan BLS harusditempatkan di lokasi yang strategisdalamkawasanrumahsakit,
misalnyalobirumahsakit, ruangtunggupoliklinikdanruangrawatinap,
dimanaperalatandapatdipindahataudibawauntukmemungkinkanrespon yang cepat.

3
BAB III
TATALAKSANA

3.1. OrganisasiBlue Team.


Terdiridari :
 Koordinator Team
 PenanggungjawabMedis
 PerawatPelaksana
 KelompokPendukung.

Koordinator
Team

Penanggungjawab medis : Tim resusitasi : Perawat pelaksana :


1. Dokter jaga Perawat terlatih 1. Perawat IGD
2. Perawat IRI
3. Penata Anestesi

Garis Komando :
Garis Koordinasi :

3.2. Uraian Tugas.


a. Koordinator Team
Dijabat oleh dokter ICU
Bertugas :
i. Mengkoordinirsegenapanggotatim.
ii. Bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawatdaruratan yang
dibutuhkan oleh anggota tim.
b. Penanggungjawab Medis

4
Dijabat oleh Dokter Jaga
Bertugas :
i. Mengidentifikasiawal / triage pasien di ruangperawatan.
ii. Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan
iii. Memimpintimdalampelaksanaan RJP
iv. Menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
c. PerawatPelaksana.
Perawatbertugas :
i. Bersama dokter penanggungjawab medis mengidentifikasi/triage pasien di
ruang perawatan.
ii. Membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien gawat dan
gawat darurat di ruang perawatan.
iii. Aktifkan tim kode biru
iv. Memastikan persediaan obat dan alkes ditroli emergency tersedia
v. Membawa Troli emergency kelokasi kode biru
vi. Pasang papan dibawah punggung pasien
vii. Memulai Resusitasi jantung paru 2 orang
viii. Mengelola ventalisai O2 100% dengan Kantong/katup/masker
ix. Menyiapkan Elektro kardiogram
x. Memastikan akses Intra Venous (intra vena) berfungsi dengan baik
xi. Mempersiapkan suctioning/penghisapan
d. Tim Resusitasi.
Dijabat Perawat terlatih dan Dokter Jaga IGD.
Bertugas :
i. Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat / gawat darurat
diruang perawatan.
ii. Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat darurat diruang
perawatan
iii. Menjaga jalan napas/oksigenasi/ventilasi
iv. Melakukan monitoring tindakan resusitasi dan melakukan tindakan
defibrillator bila diperlukan

5
v. Memastikan akses Intravenous
vi. Pengelola obat-obatan
vii. Membantu prosedur intubasi

3.3. Perencanaan Sumber Daya Manusia.


Dalam satu shift harus ada 2 - 3 orang perawat terlatih yang bertugas.
Perencanaan SDM ditentukan berdasarkan kondisi kegawatdaruratan pasien, sebagai
berikut :
 Melakukan identifikasi awal / triage pasien di ruang perawatan :
◦ Dokterruangan /dokterjaga. Bila ada pasien yang membutuhkan ICU, dokter jaga
ruangan menghubungi DPJP, mengusulkan pasien dipindah ke ICU.
◦ PerawatPelaksana.
 Melakukan penanggulangan pasien gawat di ruang perawatan :
◦ DokterJaga.
◦ PerawatTerlatihminimal 2 orang (1 orang perawat IGD, satu orang perawat ICU
dan atau 1 orang perawat anestesi).
◦ Perawatpelaksana
 Melakukan RJP
◦ DokterJagaIGD dengan atau tanpa bantuan dokter jaga ruangan.
◦ PerawatTerlatih 2 - 3 orang(dari IGD dan ICU).
◦ Perawatpelaksana

3.4. PerencanaanKomunikasi.
Komunikasi dalam penanganan kegawatdaruratan di rumah sakit merupakan hal yang
sangat penting, untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
1. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar.
2. Menggunakan kata sandi Kode Biru atau “Code Blue” dan menyebutkan lokasi
ruangan dan nomor kamar pasien.
Alat – alat komunikasi yang dapat digunakan sebagai standar :
 Telponkodedarurat di 505

6
3.5. Sistem Dan Alur Kerja Tim “Code Blue”.
Setiap shift, saat mulai bertugas sehari hari perawat pelaksana diruangan berkeliling
mengunjungi pasien yang sedang dirawat.hai ini untuk mengetahui ada tidaknya perburukan
yang terjadi atau pasien dalam kondisi gawat darurat.Bilamana ditemukan pasien dalam keadaan
tidak sadar,dokter jaga ruangan / case manager bersama perawat melakukan tindakan
penanggulangan kegawatdaruratan sesuai kebutuhan pasien.bila tindakan berhasil dilakukan
penilaian untuk tindakan selanjutnya.Tetapi bila pasien mengalami perburukan kondisi atau henti
nafas dan henti jantung maka perawat segera menghubungi 505 untuk memangil Tim “code
blue” melalui telepon rumah sakit.

7
3.6. Peralatan Tim “Code Blue”.
Personal Kit:
• Stetoskope 1 bh
• Tensimeter 1 bh
• SenterGenggam 1 bh

Emergency Medical Kit :


 Airway and Breathing Management Support
◦ Laringoskop set lengkap (untukbayi, anak, dewasa) 1 set
◦ Suction 1 bh

8
◦ Ambubag (bayi, anak, dewasa)
◦ Endotracheal Tube 1 set (bayi, anak, dewasa)
◦ Orofaring tube

 Circulation Support
◦ Set infusmikro 1 bh
◦ Set infusmakro 1 bh
◦ Needle intraosseus 1 bh

 Minor Surgery Set


◦ 1 set lengkap

 Obat – obatan
◦ Adrenalin inj. 10 bh
3.7. Pelatihan Dan Pendidikan Tim “Code Blue”.
Perencanaan kegiatan Blue Tim meliputi :
1. Pelayanan Sehari – hari. Merupakan kegiatan sehari- hari dalam rangka
mengidentifikasi (Triage) pasien-pasien yang ada di ruangan perawatan. Sehingga
keadaan gawat / gawat darurat pasien dapat lebih dini diketahui dan ditanggulangi
sehingga mencegah kematian dan kecacatan yang tidak perlu terjadi.
2. Pelayanan Kegawatdaruratan Pasien Di Ruangan. Merupakan kegiatan pelayanan
dalam menangani pasien gawat darurat denganmemberikan pertolongan bantuan
hidup dasar dan resusitasi jantung, paru dan otak (RJP).
3. Pelatihan dan Peningkatan SDM. Guna menjaga dan meningkatkan kualitas
kemampuan anggota tim, maka dibuatkansuatu pendidikan dan pelatihan meliputi
teori dan praktek sesuai kebutuhan tim.
4. Evaluasi dan Kendali Mutu. Pelaksanaan kegiatan penanggulangan dan penanganan
pasien gawat / gawat darurat oleh Blue Team harus dapat dievaluasi dan kendali mutu
agarkesempurnaan kegiatan menjadi lebih baik.Oleh karena itulah Tim Pengendalian
Mutu rumah sakit diharapkan dapat turut berperan dalam hal evaluasi dan kendali
mutu Blue Team.

9
3.8 Tata laksana kode biru
1. Amankan
1) Pastikan bahwa korban dan penolong berada ditempat yang aman.
2. Respon
1) Cek respon atau kesadaran pasien
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penolong harus
melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban, dapat
dilakukan dengan cara menggoncangkan bahu korban, sambil memanggil
Pak !!! / Bu !!! / Mas !!! / Mbak !!!
3. Panggil bantuan
1) Panggil dari unit terdekat untuk melakukan pertolongan
2) Aktifkan prosedur code blue dengan telephone 505 ( sebutkan nama dan lokasi
code blue)
4. Circulation/sirkulasi
1) Cek denyut nadi karotis disamping batang tenggorok korban selama 5-10 detik
2) Jika tidak ada denyut nadi mulai kompresi dada
 Lakukan kompresi dada (dipertengahan dari sternum)
 Rasio kompresi : nafas 30:2
 Kedalaman kompresi minimal 5 cm/ 2 inci
 Frekuensi kompresi 100x/menit
 Minimalkan interupsi
 Evaluasi setiap 5 siklus
 Hindari pemberian bantuan nafas yang berlebihan
3) Jika denyut nadi mulai teraba
 Atur posisi yang aman dan stabil
 Berikan 1 pernafasan setiap 5-6 detik (10-12 napas per menit)
 Periksa denyutnnadi setiap 2 menit
5. Airway/bebaskan jalan nafas
1) Amankan jalan nafas korban, sehingga bebas dari sumbatan.
 Angkat kepala, angkat dagu (head tilt-chin lift)
 Dorong mandibula (jaw thrust)

10
 Tambahan jalan napas sederhana:

6. Breathing/berikan nafas bantuan


Berikan nafas bantuan dengan cara tutup hidung korban, hembuskan udara bantuan nafas
sampai dada mengembang, beri 2 hembusan nafas.
Bantuan nafas bisa dilakukan dengan :
1) Mulut ke mulut
2) Mulut ke hidung
3) Mulut ke sungkup
4) Dengan Kantung Pernafasan

7. Evaluasi
1) Memantau kualitas CPR
 Kedalaman kompresi (≥ 2 inci{5 cm}) dengan kecepatan (≥ 100/menit) dan
bila memungkinkan pasang papan atau bantalan keras dibawah punggung
pasien.
 Minimalkan interupsi pada saat kompresi
 Hindari ventilasi yang berlebihan
 Evaluasi setiap 5 siklus
 Rasio kompresi : ventilasi, 30:2 Pasang monitor/Defibrillator
 Memantau gangguan irama atau aritmia
2) Memberikan defibrillasi/Cardioversion
 Biphasic: Rekomendasi (misalnya, dosis awal 120-200 J); jika tidak
diketahui, gunakan maksimum yang tersedia. Dosis kedua dan selanjutnya
harus setara, dan dosis tertinggi dapat dipertimbangkan.
 Monophasic: 360 J
3) Pastikan akses IV/IO lancar
4) Berikan obat sesuai kebutuhan
 Dosis Epinephrine IV/IO: 1 mg setiap 3-5 menit

11
 Dosis Vasopressin IV/IO: 40 unit dapat menggantikan dosis pertama atau
kedua epinephrine
 Dosis Amiodarone IV/IO:
o Dosis pertama: 300 mg bolus
o Dosis kedua: 150 mg
5) Cek jalan nafas lanjutan
 Cek perlunya jalan nafas lanjutan seperti intubasi endotracheal
 8-10 nafas per menit dengan kompresi dada terus menerus

3.8.Algoritme code blue

12
BASIC LIFE SUPPORT
Ingat…AReP CAB
Pastikanbahwakorbandanpenolongberada
di TEMPAT YANG AMAN. Amankan
Goncangkanpundakkorban.Berire
Respon sponnyeri.

Panggildari unit terdekat :


- Bantuanuntukmelakukanper
tolongan.
- Aktifkanprosedur
BLUE.
CODE Panggilbantuan505
- Telepon 505

Cekdenyutnadi
Circulation disampingbatangtenggorokkorban
.

Ada 
Recovery Position Tidak Ada  Lakukan 30 kompresi di dada kira-
(posisipasienaman&stabil) Kompresi Dada kira 100 kompresi / menit.

Amankanjalannafaskorbansehingg
ULANGI 5 SIKLUS
1 siklus = 30 kompresi& 2 hembusannafas Airway abebasdarisumbatan.

Beribantuannafasdengancara :
Tutuphidungkorban.

Breathing Hembuskanudarabantuannafassa
mpai dada mengembang.
Beri 2 hembusannafas.

Cekdenyutnadi
Ceknadi disampingbatangtenggorokkorban
.

Ada  LanjutkanResusitasiJantungParu

STOP RJP, beri 2 Tidak Ada  (RJP) sampai :


1. Bantuanmedisdatang.
hembusannafas Lanjutkan RJP 2. Korbanbergerak.
3. Penolongkelelahan max 20
menit.

CATATAN :
Respon CODE BLUE selambat-lambatnya 5 menitdaripemanggilanbantuan.

SUMBER :American Health Association 2015

3.9. Algoritma Serangan Jantung ACLS

13
Serangan Jantung Dewasa
Berteriak minta tolong/Aktifkan Tanggap Darurat

1 Mulai CPR
 Beri oksigen
 Memantau
monitor/defibrillator
YaTidak

Irama
mengejutkan?
29
VF/VT Asystole/PEA

CPR 2 menit
4  IV/IO akses

Tidak
Irama
mengejutkan?
10

CPR 2 menit
 Epinephrine setiap 3-
6 5 menit
 Pertimbangkan jalan
CPR 2 menit napas lanjutan
 Epinephrine setiap 3-5
6Ya menit
 Pertimbangkan jalan
napas lanjutan Irama bisa
 mengejutkan?
TidakTidak

Irama
mengejutkan? CPR 2 menit
11  Mengobati
penyebab
Ya reversibel

TidakYa
Irama
 Jika tidak ada
mengejutkan?
8 CPR 2 menit 12 tanda-tanda
kembalinya
 Amiodarone
sirkulasi
 Mengobati spontan(ROSC), Menuju 5 atau 7
penyebab menuju 10-11
reversibel  Jika ROSC,pergi
ke Pos
Perawatan
serangan
jantung
14
BAB IV
DOKUMENTASI

Semuakegiatan“codeblue”dicatatdandidokumentasikandalamdokumenrekammedispasien
dandigunakansebagaibuktibilamana proses inidiperlukan.

LAMPIRAN ALUR “CODE BLUE”

15
Bila ada kondisi “code blue”
dengan henti nafas / henti
jantung)

Perawat ruangan
menghubungi 505,
menyatakan “code blue”,
ruangan...........

Perawat IGD :
1. 1 orang Dokter jaga IGD
berlari menuju ruangan
dimaksud.
2. 1 orang perawat IGD
/Ruangan berlari menuju
ruangan dimaksud.
3. 1 orang petugas IGD
Seluruh tim
lainnya menghubungi
melakukan
ICU, Anestesi dan studio
resusitasi →
menyatakan “code blue”,
berhasil → pasien
ruangan..............
dipindah ke ICU
dengan
pemberitahuan ke
Perawat ICU : Perawat Anestesi : DPJP.
1 orang perawat berlari 1. 1 orang perawat berlari
menuju ruangan yang menuju ruangan yang
dimaksud. dimaksud.
2. 1 orang dokter Spesialis
Anestesi berlari menuju
ruangan yang dimaksud.
Catatan :
1. Dokter jaga ruang bertugas :
a. Melakukan skrining terhadap pasien yang berpotensi “code blue”.
b. Memberitahu / mengusulkan kepada DPJP agar pasien yang berpotensi “code blue”
dipindahkan ke ICU.
c. Membantu resusitasi tim “code blue”.
2. Jika terjadi keadaan “code blue”, maka yang dihubungi pertama kali adalah tim “code
blue”, bukan dokter jaga ruangan.
3. Ruangan “code blue” adalah semua ruang rawat inap kecuali ICU, IGD, NICU dan IKO.

16

Das könnte Ihnen auch gefallen