Sie sind auf Seite 1von 3

Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat

Rudapaksa (Traumatic Hyphaema)


dr. Admadi Soeroso
Bagian llmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSU Mangkubumen
Surakarta

PENDAHULUAN • Hyphaema tingkat II: bila perdarahan antara 1/3


Salah satu di antara sekian banyak penyebab kebutaan, sampai 1/2 bilik depan mata.
yang sering dijumpai adalah persentuhan mata dengan benda • Hyphaema Tingkat III bila perdarahan lebih dari 1/2
tumpul, misalnya traumatic hyphaema. bilik depan mata.
WaIaupun rudapaksa yang mengenai mata tidak selalu merupa- Rakusin membaginya menurut (4) :
kan penyebab utama dari kebutaan, namun merupakan faktor • Hyphaema tk I: perdarahan mengisi 1/4 bagian bi-
yang cukup sering mengakibatkan hilangnya penglihatan lik depan mata.
unilateral. Maka dari itu, masalah rudapaksa pada mata masih • Hyphaema tk II : perdarahan mengisi 1/2 bagian bi-
menjadi satu - masalah yang perlu mendapat perhatian dan lik depan mata.
Gombos menganggapnya sebagai salah satu ocular emergen- • Hyphaema tk III: perdarahan mengisi 3/4 bagian bi-
cies (1). HaI ini disebabkan karena masih seringnya timbul lik depan mata.
komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan di samping cara • Hyphaema tk IV : perdarahan mengisi penuh biIik
perawatan yang terbaik masih di perdebatkan oleh para sar- depan mata.
jana.
Dalam tuIisan singkat ini penulis berusaha menyajikan cara Sedang gambaran klinik dari penderita dengan traumatic hy-
perawatan penderita dengan perdarahan bilik depan bola phaema adalah :
mata karena rudapaksa, sehingga kasus-kasus tersebut sege- • adanya anamnesa trauma, terutama mengenai matanya.
ra dapat ditangguIangi guna menghindari timbulnya kompli- • ditemukan perdarahan pada bilik depan bola mata (di-
kasi yang mungkin terjadi. periksa dengan flashlight)
• kadang-kadang ditemukan gangguan tajam penglihatan.
DEFINISI • ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva
dan pericorneal.
Hyphaema adalah terkumpulnya darah dalam bilik de-
• penderita mengeluh nyeri pada mata, fotofobia (ti-
pan boIa mata ( camera oculi anterior ) (2). Perdarahan bilik
dak tahan terhadap sinar),sering disertai blepharo-
depan bola mata akibat rudapaksa ini merupakan akibat yang
spasme.
paling sering dijumpai karena persentuhan mata dengan benda
• kemungkinan disertai gangguan umum yaitu lethargia,
tumpul. Berat ringannya traumatic hyphaema ini selain ter-
disorientasi, somnolent
gantung pada tingginya perdarahan juga tergantung pada ada
tidaknya komplikasi yang menyertainya.
Perdarahan bilik depan bola mata ini terutama berasal PERAWATAN
dari pembuluh darah corpus ciliare dan sebagian kecil dari
Walaupun perawatan penderita Traumatic hyphaema ini
pembuluh darah iris (3,4). Sedang penyerapan darahnya, me-
nurut Cahn dan Rakusin (3,4), sebagian besar akan diserap masih banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya adalah :
melalui trabecular meshwork dan selanjutnya ke kanal (3,6)
SchIemm, sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. 1. Menghentikan perdarahan.
2. Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.
KLASIFIKASI 3. Meng-eliminasi darah dari bilik depan boIa mata dengan
mempercepat absorbsi:
Tingkatan dari hyphaema ditentukan oleh banyaknya 4. Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari kom-
perdarahan dalam bilik depan bola mata: Pembagian mengenai plikasi yang lain.
tingginya hyphaema sangat berbeda-beda dari berbagai pe- 5. Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.
ngarang: Tetapi pembagian yang cukup berguna dan paling Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan
sering digunakan adalah pembagian menurut : penderita dengan traumatic hyphaema pada prinsipnya di-
Edward & Layden (5) : bagi dalam 2 golongan besar yaitu (A) Perawatan dengan cara
• Hyphaema tmgkat 1: bila perdarahan kurang dari konservatif/tanpa operasi, dan (B) Perawatan yang disertai
1/3 bilik depan mata. dengan tindakan operasi.

44 Cermin Dunia Kedokteran No: 19, 1980


A. PERAWATAN KONSERVATIF/TANPA OPERASI tol dan gliserin untuk menurunkan tekanan intraokuler, wa-
laupun ditegaskan bahwa cara ini tidak rutin.
1. Tirah baring sempurna ( bed rest total): - Penderita
ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepaIa di- (d) Kortikosteroid dan Antibiotika
angkat (diberi aIas bantal) kurang dari 60° (1), Hal ini akan Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi
ngurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta me- komplikasi iritis dan perdarahan sekunder dibanding dengan
mudahkan kita meng-evaluasi jumlah perdarahannya. antibiotika (4). Yasuna (8) menganjurkan pemberian predni-
Ada persesuaian-pendapat dari banyak sarjana mengenai tirah son 40 mg/hari secara oral segera setelah terjadinya traumatic
baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus di- hyphaema guna mengurangi perdarahan sekunder.
kerjakan bila menemui kasus traumatic hyphaema.Bahkan (e) Obat-obat lain
Darr (6) dan Rakusin (4) menunjukkan bahwa dengan tirah ba-
Sedativa diberikan bilamana penderita gelisah. Diberikan anal-
ring sempurna absorbsi dari hyphaema dipercepat dan sangat
getika bilamana timbul rasa nyeri.
mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder.
2. Bebat mata. - Mengenai pemakian bebat mata, ma- B. PERAWATAN OPERASI
sih beIum ada persesuaian pendapat di antara para sarjana. Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan :
Edward- Layden (7) lebih condong untuk menggunakan be- • Glaukoma sekunder yang berkurang/menghilang dengan
bat mata pada mata yang terkena trauma saja, untuk mengu- pengobatan konservatif (1 ,2,10):
rangi pergerakan bola mata yang sakit. Selanjutnya dikata- • Kemungkinan timbulnya hemosiderosis cornea dan tidak
kan bahwa pemakaian bebat pada kedua mata akan menyebab- ada pengurangan dari tingginya hyphaema dengan perawat-
kan penderita gelisah, cemas dan merasa tak enak, dengan an non-operasi selama 3 - 5 hari (1,9):
akibat penderita. (matanya) tidak istirahat (8) Akhirnya Ra- Atas dasar di atas Darr menentukan cara pengobatan trau-
kusin (4) mengatakan bahwa dalam pengamatannya tidak di- matic hyphaema (6), sedang Rakusin menganjurkan tindakan
temukan adanya pengaruh yang menonjol dari pemakaian
operasi setelah hari kedua bila ditemukan hyphaema dengan
bebat atau tidak terhadap absorbsi, timbuInya komplikasi
tinggi perdarahannya 3/4 bilik depan bola mata (4). Tindakan
maupun prognosa bagi tajam penglihatannya: operasi yang dikerjakan adala h (4,10) :
3. Pemakaian obat-obatan: - Pemberian obat-obatan 1. Paracentesa : mengeluarkan cairan/darah dari bilik depan
pada penderita dengan traumatic hyphaema tidaklah mutlak, bola mata melalui lubang yang keciI di limbus.
tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mem- 2. Melakukan irigasi bilik depan bola mata dengan larut-
percepat absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. an fisiologik:
Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti ; 3 Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan
membuka corneoscleralnya sebesar 120°
(a) Koagulansia
Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral ma- KOMPLIKASI
upun parenteraI, berguna untuk menekan/menghentikan per-
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada trau-
darahan (9), Misalnya : Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Tran-
matic hyphaema adalah ; perdarahan sekunder, glaukoma
samin, vit K dan vit C:
sekunder dan hemosiderosis di samping komplikasi dari
(b) Midriatika & Miotika traumanya sendiri berupa : dislokasi dari lensa, ablatio re-
Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat go- tina, katarak dan irido dialysis: Besarnya komplikasi juga
longan midriatika atau miotika, karena masing-masing obat sangat tergantung pada tingginya hyphaema.
mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri: Miotika 1. Perdarahan sekunder: - Komplikasi ini sering terjadi
memang akan mempercepat absorbsi (3), tapi meningkatkan pada hari ke 3 sampai ke 6(3,5,7,8,10,11), sedangkan insiden-
kongesti dan midriatika akan mengistirahatkan perdarahan: sinya sangat bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder
Gombos (1) menganjurkan pemberian midriatika b'ila didapat- ini timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya (8), atau
kan komplikasi iridiocyclitis: Akhirnya Rakusin (4) membukti- merupakan lanjutan dari perdarahan primernya (3):
kan bahwa pemberian midriatika dan miotika bersama-sama
dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari akan me- 2. Glaukoma sekunder: - Timbulnya glaukoma se-
ngurangi perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah kunder pada traumatic hyphaema disebabkan oleh tersumbat-
satu obat saja: Darr (6) menentangnya dengan tanpa menggu nya trabecular meshwork oleh butir-butir/gumpalan darah (3).
nakan kedua golongan obat tersebut pada pengobatan trauma- rnsidensinya 20% (11), sedang di R:S: Dr: Soetomo sebesar
tic hyphaema: 17,5% (9):
3. Hemosiderosis comea: - Hemosiderosis ini akan tim-
(c) Ocular Hypotensive Drug bul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaik-
Semua sarjana menganjurkan pemberian acetazolamide (Dia- an tekanan intraokuler (3).
mox) secara oral sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan ada- Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen,
nya kenaikan tekanan intraokuler: Bahkan Gombos dan Ya- tetapi kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu
suna (1,8) menganjurkan juga pemakaian intravena urea, mani - yang lama (2 tahun). Insidensinya ± 10% (9).

Cermin Dunia Kedokteran No. 19, 1980 45


PROGNOSA • Tirah baring sempurna.
• Bebat mata yang terkena trauma saja.
Prognosa dari traumatic hyphaema sangat tergantung
• Obat-obatan — Koagulansia.
pada : tingginya hyphaema, ada/tidaknya komplikasi dari
Ocular hypotensive drug, bila ada
perdarahan/traumanya, cara perawatan dan keadaan dari
glaukoma sekunder.
penderitanya sendiri.
Kortikosteroid untuk menghindari
KESIMPULAN DAN RINGKASAN perdarahan sekunder.
Sedative, bila penderita gelisah.
Traumatic hyphaema akibat rudapaksa yang mengenai Analgetika untuk menghilangkan rasa
mata merupakan salah satu ocular emergencies yang perlu nyeri.
mendapat perhatian tersendiri untuk menghindari timbulnya
kebutaan. Banyak cara yang dianjurkan beberapa sarjana, 2. Perawatan Operasi : perawatan ini dikerjakan bilamana
walaupun sebagian masih merupakan bahan perdebatan. perawatan konservative tidak berhasil. Tahap tindakan
Untuk itu cara perawatan serta pengobatan penderita dengan operasinya ialah :
traumatic hyphaema menurut penulis adalah : • Paracentesa.
• lrigasi bilik depan bola mata dengan larutan fisiologik.
1. Perawatan Konservative : perawatan ini dilaksanakan ter- • Membuka corneo-scleral sepanjang 120°
lebih dahulu.

KEPUSTAKAAN

1:Goinbos GM: Hyphema; Handbook of ophthalmologie emergeneies. 7:Edward WC: Layden WE: Monoeular versus binoeular patching in
2 ed: Tokyo: Toppan Co, 1977: trauinatie hyphema: Am J Ophth I973; 76: 359-362.
2:Vaughan D: General ophthalmology: 6 th ed: Tokyo : Lange Med 8: Yasuna E: Management of traumatie hyphema. Areh OphthaImol
Pub:, Maruzen Asian Edition, 1971: 206-226: 1974; 91: 190-191:
3:Cahn PH: Factors of iinportance in traumatic hypheina: Am J 9:Admadi Soeroso. Perdarahan biIik depan bola mata karena ruda-
Ophth 1963; 55: 591-596: paksa di R:S: Dr.Soetomo, Surabaya : Bagian Ilinu Penyakit Mata
4:Rakusin W: Traumatic hyphema. Am J Ophth 1972; 74: 284-292: FK Unair, 1977:
5:Edward WC, Layden WE: Traumatie hyphema: Am J Ophth 1973; 10:CaIlahan A, Zubero J: Hyphema surgery. Am J Ophth 1962; 53 :
75: 1I0-1I6: 522-523.
6:Daar JL, Passmore JW: Management of traumatic hyphema. Am J 11: Henry MM: Nonperforating eye injuries with hyphema: Am J
Ophth 1976; 63: 134-136: Ophth 1960; 49: 1298-1300:

KEAMANAN DI TEMPAT KERJA PROGNOSIS YANG BAIK UNTUK BEKAS PEN-


DERITA PENYAKIT JANTUNG.
Jumlah insinyur penyehatan, dokter perusahaan dan
pejabat keamanan (security-officers) di Jerman Barat Para penderita yang telah dapat mengatasi fase akut
bertambah dengan pesat sejak undang-undang keamanan infark jantung memiliki prognosis yang cukup baik.
kerja disahkan. Beberapa tahun ylI. hanya ada 2000 ah- Dari mereka yang dapat meninggalkan rumah sakit,
li keamanan (safety specialist) dan I500 dokter peru- 15% meninggal dalam tahun pertama. Setelah itu ang-
sahaan. Kini ada lebih dari 50.000 safety specialist dan ka kematian dalam setahun menurun menjadi setinggi
80:000 dokter perusahaan yang aktif dalam perlindung- lk. 5%.
an kesehatan dan keamanan kerja. Hasil-hasil yang Dengan kata-kata lain angka kematian dari bekas pen-
segera terlihat yaitu : kecelakaan di tempat kerja turun derita yang telah dapat mengatasi infark jantung lk.
dengan 25% dibandingkan dengan angka tahun 1970. 30 Iebih besar dalam tahun pertama dibanding dengan
Kecelakaan fataI bahkan berkurang dengan 35%. Mes- seorang sehat dengan usia yang sama. Akan tetapi risi-
kipun demikian, masih ada 4500 pekerja kehilangan ko yang besar ini menurun dengan berIalunya waktu.
nyawa akibat pekerjaan mereka pada tahun 1977. Setelah 10 tahun para bekas penderita mempunyai
Jumlah kecelakaan jabatan (kecelakaan pada tempat angka kematian yang sama besar dengan kawan-kawan
kerja, penyakit-penyakit jabatan, dan kecelakaan waktu sebaya yang sehat.
menuju & meninggalkan tempat kerja) — yang jumlah-
Br Med J 1979 ;2: 1311
nya sekitar 2 juta — juga telah berkurang. Kecende-
rungan yang cukup memuaskan ini telah berjalan selama Seorang Cina berusia 26 tahun mendapat transfusi 404
delapan tahun ini. Mengenai penyakit-penyakit jabatan, unit darah selama hidupnya karena menderita beta-
hanya gangguan kesehatan akibat polusi suara yang talasemia. Akibatnya jumlah total besi dalam badannya
meningkat. Hampir separuh dari semua penyakit-penya- demikian banyak sehingga mampu membunyikan tanda-
kit jabatan dapat ditelusur kembali pada kebisingan. bahaya di tempat pemeriksaan di pelabuhan udara.-
( Seala 1980 ; 3) Lancet 1980 ;ii:1028.

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 19, 1980

Das könnte Ihnen auch gefallen