Sie sind auf Seite 1von 54

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN MALARIA

A. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan
gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran
limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa
organ misalnya otak, hati dan ginjal.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik,
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia,
dan splenomegali.

B. Etiologi
Penyebab malaria adalah dari genus plasmodium famili plasmodiidae dari
orde Coccdiiae penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini di golongkan
menjadi empat plasmodium, yaitu:
a. Plasmodium Falsiparum, penyebab penyakit malaria tropika
b. Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.
c. Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.
d. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di
Afrika.

C. Masa inkubasi.
Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari, gigitan
nyamuk dan munculnya gejala klinis masa inkubasi dapat dibedakan
berdasarkan penyebabnya:
a. Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.
b. Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.
c. Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.
d. Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.

1
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi, pengobatan
yang sudah pernah didapat sebelumnya dan derajat imunitas penjamu.
(Soegijanto,2004:6).
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa.
Terdapat empat spesies Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax
menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan). Plasmodium falcifarum
menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa dan
Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan malaria kuartana, dan
Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale.
Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya
dengan membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit
yang terdapat di dalam darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari skizon
yang terdapat di dal am sel parenkim hati.

D. Patofisiologi.
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:
a. Fase seksual.
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam
tubuh nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di
dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan
dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap
oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan
dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian
mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam
waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk
(Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163).
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit
membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit.
Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah
menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan
masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam

2
badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001, hal.
409).
b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi
parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “
sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di
sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami
pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari
kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di
dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah.
Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah
mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml
darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan
hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang
di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan
pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari sebagian
merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi
trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau
terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -
72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di lepaskan dapat
memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah,
penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit
dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis
Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh
manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.

3
E. Pathway

Gigitan nyamuk

Plasmodium vivax
Plasmodium kuartana
P;asmodium
falciparum
Plasmodium ovale

Menginfeksi eritrosit

Eritrosit pecah

Hb tubuh Suplai O2 ke Mual Adanya


berkurang seluruh tubuh muntah rasa panas
menurun dan lemas
Anoreksia
O2 dalam darah Kebutuhan O2
berkurang keseluruh tubuh Gangguan
tidak terpenuhi BB pergerakan
menurun
Gangguan
pertukaran gas Perubahan Gangguan
perfusi jaringan Intoleransi
perubahan
aktivitas
nutrisi

4
F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum
menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
1) Demam.
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang
(sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan
skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan
Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas
demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan
demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria
proxysm) secara berurutan :
1. Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil
sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat
sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15
menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2. Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap
tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri
retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun),
kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih
lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat.
3. Periode keringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering
tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.

5
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan mikroskopis malar.
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya
didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji
imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita.Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam
target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam
menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi
di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis
definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit
plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali
yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman
malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara
pemeriksaan satu hari.Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-
syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas
dan spesifisitas mencapai 100%).
a) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir
periode.
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah
trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan
cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
b) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler
(finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan
tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
c) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi
spesies plasmodium yang tepat.
d) Identifikasi spesies plasmodium.
e) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies
plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan
obat.

6
2. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat).
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang
dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit
terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan
menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi
acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies
plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
3. Pemeriksaan imunoserologis.
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi
spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik
plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus
dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan
enzim immunoassay.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung
dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai
berikut:
1. Malaria Tersiana/ Kuartana.
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di
tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg
selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg
/hari selama 14 hari).
2. Malaria Ovale.
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg
selama 6 hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10
mg/ kg dengan interval 4-6 jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis
tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan kinin (3
dd 600 mg selama 3 hari).
3. Malaria Falcifarum.
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet
dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari.

7
Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan
aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.

I. Intervensi dan Rasional


1. Resiko Ganguan Perfusi Jaringan Cerebral/Perifer b/d Penurunan Suplai
Oksigen Ke Otak / Perifer

intervensi rasional
1. awasi tanda vital, pengisian 1. indikator keadekauatan perfusi
kapiler, status membran mukosa, jarinan dan menentukan
dan dasar kuku kebutuhan intervensi
2. selidiki keluhan nyeri dada, 2. iskemia seluler mempengaruhi
palpitasi jaringan miokardial/ potensial
3. tinggikan tempat tidur sesuai infark
toleransi 3. meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi
kebutuhan seluler
4. anjurkan/ ajarkan klien untuk
4. mengurangi kebutuhan O2
megurangi aktivitas/ istirahat
terhadap jaringan
5. awasi pemeriksaan HB, HT,
5. megidentifikasi kebutahan
SDM, dan GDA
pengobatan dan respon terapi
6. berikan oksigen tambahan O2
6. memaksimalkan transpor O2 ke
jaringan

8
2. Resiko Kekurangan Volume Cairan b/d Output Berlebih Sekunder Terhadap
Muntah Dan Berkeringat Banyak

Intervensi rasional
1. awasi tanda vital, pengisian kapiler, 1. indikator keadekauatan volume
status membran mukosa, dan tugor sirkulasi dan cairan.
kulit 2. Untuk mengetahui jml intake dan jml

2. ukur haluran urune dengan akurat output

3. anjurkan klien minum air 1.500- 3. memenuhi kebutuhan cairan &

2000 cc/hari sesuai toleransi elektrolit

4. kaji hasil tes fungsi elektrolit / 4. gangguan vol cairan deapat

ginjal berikan cairan melalui IV menggangu fungsi ginjal dan

5. tambahan kalium, oral atau IV memerlukan intervensi tambahan


5. tindakan darurat untuk memperbaiki
sesuai indikasi
ketidak seimbangan ciran/elektrolit
6. mencegah disritmia

3. Pola napas tidak efektif b/d penurunan hb dalam darah

Intervensi Rasional
1. Pantau TTV Terutama Respiratori 1. Indikator Status Respiratori
2. Berikan Posisi Semi Powler 2. Meningkatkan Ekspansi Paru Dan
3. Anjurkan/ Ajarkan Klien Untuk Memaksimalkan Oksigenasi
Megurangi Aktivitas/ Istirahat Kebutuhan Seluler
4. Berikan O2 3. Mengurangi Kebutuhan Oksigen
5. Berikan Transfusi (HB) Terhadap Jaringan
4. Memaksimalkan Transpor O2 Ke
Jaringan
5. Memenuhi Jumlah HB Dalam
Darah Dan Meningkatkan
Transport O2 Ke Jaringan

9
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah

Intervensi rasional
1. timbang BB setiap hari 1. mengetahui perubahan nutrisi yang
2. berikan kebersihan oral terjadi dan memberi informasi
3. anjurkan klien istirahat sebelum kebutuhan diet
makan 2. meningkatkan rasa makan
4. berikan anti emetik 3. menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi unutk makan
4. mengurangi mual & muntah

10
BAB II

KONSEP DASAR TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DEWASA

A. Definisi
Tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa awal dimulai saat anak
pertama meninggalkan rumahnya. Lamanya taha ini bergantung pada jumlah anak
dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali untuk tetap
berperaan dalam melepas anak untuk hidup mandiri. Keluarga mempersiapkan
anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak
terakhir untuk hidup mandiri (Mubarak, 2011).

B. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga Usia Dewasa


Sebagaimana keluarga membantu anak tertua dalam melepaskan diri,
orangtua juga membantu anak mereka yang lebih kecil agar mandiri. Dan ketiga
anak laki-laki atau perempuan yang “dilepas” menikah, tugas keluarga adalah
memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga yang baru lewat
perkawinan dan menerima nilai-nilai dan gaya hidup dari pasangan itu sendiri.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang melepaskan anak usia dewasa muda
dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan :
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Keluarga melepas anak dewasa muda 1. Memperluas siklus keluarga dengan


memasukkan anggota keluarga baru
yang didapatkan melalui perkawinan
anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui
dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.

11
3. Membantu orangtua lanjut usia dan
sakit-sakitan dari suami maupun
istri.
4. Membantu anak untuk mandiri di
masyarakat
5. Penataan kembali peran orang tua
dan kegiatan rumah tangga.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick, Duvall dan Miller

C. Perkembangan Sosial Fase Dewasa Awal


Valiant membagi fase dewasa menjadi tiga, yaitu masa pembentukan, masa
konsolidasi dan masa transisi. Masa pembentukan dimulai pada usia 20 sampai 30
tahun dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua,
membentuk keluarga dengan pernikahan, dan mengembangkan persahabatan. Masa
konsolidasi, usia 30 sampai 40 tahun merupakan masa konsolidasi karier dan
memperkuat ikatan perkawinan, sedangkan masa transisi sekitar usia 40 tahun
merupakan masa meninggalkan kesibukkan pekerjaan dan melakukan evaluasi
terhadap hal yang telah diperoleh.
Menurut teori perkembangan yang telah dikemukakan Friedman masa usia
menikah adalah usia dewasa awal yaitu antara 20 sampai 40 tahun. Hal ini dapat
diartikan sebagaimana fungsi perkembangan dewasa awal untuk memasuk dunia
pernikahan dan dapat membina bahtera rumah tangga. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Huvigurst yang menyatakan bahwa tugas perkembangan
yang menjadi karakteristik masa dewasa awal mulai memilih pasangan hidup dan
mulai bekerja.
Valiant mengatakan bahwa masa dewasa awal ini merupakan masa adaptasi
dengan kehidupa, sekitar usia 20-30 tahun individu dewasa awal mulai membangun
apa yang ada pada dirinya, mencapai kemandirian, menikah, mempunyai anka dan
membangun persahabatan.
Salah satu tugas perkembangan seseorang yang telah memasuki masa dewasa
awal adalah memasuki dnia kerja dan karier. Dalam proses perjalanan dalam fase
ini, seseorang dituntut dapat menentukan jenjang karier yang tepatbagi dirinya.

12
Seorang individu dalam menjalani hidupnya ditengah fase ini diharapkan sudah
memiliki pekerjaan yang layak dan menjamin.
Ketika orang dewasasudah memasuki dunia kerja, biasanya orang dewasa
cenderung merasa tertekan oleh tuntunan pekerjaan yang mereka jalani. Mereka
biasanya kurang setia atau memiliki loyalitasterhadap perusahaan yang rendah dan
cenderung mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih memuaskan dan lebih dapat
menjamin atas kelangsungan hidupnya.
Terdapat beberapa aspek-aspek kerja yang harus diperhatikan pada seseorang
yang telah memasuki dewasa awal, diantaranya adalah usia, peran jenis kelamin,
perilaku dan performance, dan bagaimana kecenderungan pekerjaan dalam
keluarga.
Perkembangan fisik dewasa muda awal :
1) Dewasa Muda sebagai Masa Transisi
a. Transisi fisik dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock diketahui bahwa
dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk
memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut
sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang
pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan
sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti
orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga
siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja,
menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung
jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala
tindakannya sudah dapat di-kenakan aturan-aturan hukum yang berlaku,
artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh
sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}.
Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh
bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.
b. Transisi Intelektual menurut anggapan Piaget kapasitas kognitif dewasa
muda tergolong masa operational formal, bahkan kadang-kadang mencapai
masa post-operasi formal . Taraf ini menyebabkan, dewasa muda mampu
memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak,

13
logis, dan rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah
lulus dari SMU dan masuk ke perguruan tinggi (uniiversitas/akademi).
Kemudian, setelah lulus tingkat universitas, mereka mengembangkan karier
untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya. Namun demikian,
dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak di antara mereka yang
bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya
pascasarjana. Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan
perkembangan zaman yang ditandai dengan masalah-masalah yang makin
kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya.
c. Transisi Peran Sosial pada masa ini, mereka akan menindaklanjuti
hubungan dengan pacarnya (dating),untuk segera menikah agar dapat
membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang baru, yakni
terpisah dari kedua orang tuanya. Di dalam kehidupan rumah tangga yang
baru inilah, masing-masing pihak baik laki-laki maupun wanita dewasa,
memiliki peran ganda, yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga
pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknya. Seorang laki-
laki sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang wanita sebagai ibu
rumah tangga, tanpa meninggalkan tugas karier tempat mereka bekerja.
Namun demikian,ntak sedikit seorang wanita mau meninggalkan kariernya
untuk menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai ibu rumah tangga, agar
dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagai anggota
masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial, misalnya
dalam kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus
RT/RW.
1. Aspek perkembangan fisik
a. Kekuatan dan Energi, selepas dari bangku pendidikan tinggi,
seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh
potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier.
Kehidupan karier, sering kali me-nyita perhatian dan energi
bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang
merintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-
benar mandiri dari orang tua. Selain itu, mereka yang

14
menikah hams rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga.
Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar
biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik
dengan pekerjaannya.
b. Ketekunan, untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis
seseorang harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai
ketekunan. Ketika menemukan posisi kerja yang sesuai
dengan minat, bakat, dan latar belakang pendidikannya,
mereka umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab
pekerjaannya dengan baik, Ketekunan merupakan salah satu
kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier pekerjaan.
Karier yang cemerlang akan mempengaruhi kehidupan
ekonomi keluarga yang baik pula; sebaliknya bila karier
yang suram (gagal), kehidupan ekonomi seseorang pun
suram. Namun, tak sediki seorang individu yang belum
cocok dengan pekerja. Dan dan penghasilan yang diperoleh,
tak segan-segan mereka segera pindah dan mencari
pekerjaan lain yang dianggap cocok. Hal ini biasanya
dilakukan mereka yang masih membujang atau belum
menikah. Kalau mereka telah menikah, umumnya akan
menekuni bidang kariernya walaupun hasil gajinya masih
pas-pasan, dengan alasan sulimya mencari jenis pekerjaan
yang baru dan takut dibayangi kegagalan.
c. Motivasi, maksud dari motivasi di sini ialah dorongan yang
berasal dari kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih
keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain,
motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi internal. Orang
yang merniliki motivasi Internal, biasanya ditandai dengan
usaha kerja keras tanpa dipengarahi lingkungan
eksternal, seseorang akan bekerja secara tekun sampai
benar-benar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa

15
putus asa walaupuri memperoleh hambatan atau rintangan
dari lingkungan eksternal.
2. Kesehatan Dewasa Muda
a. Pengertian Kesehatan, organisasi bangsa-bangsa yang
mengurusi masalah kesehatan dunia (WHO), memberi
definisi mengenai kesehatan. Menurut WHO yang dimaksud
dengan sehat(healthy) adalah kondisi sehat sejahtera baik
secara fisik, mental maupun sosial yang ditandai dengan
tidak adanya gangguan-gangguan atau simtom-simtom
penyakit, seperti keluhan sakit fisik, keluhan emosional.
Kondlsi kesehatan seseorang berhubungan erat dengan
beberapa kebiasaan perilaku individu yang bersangkutan.
Untuk mencapai kehidupan yang sehat, diperlukan
kebiasaan-kebiasaan perilaku yang sehat pula. Ada beberapa
perilaku sehat yang dapat menopang kesehatan seseorang, di
antaranya (1) makan secara teratur (tiga kali: sarapan, makan
siang, dan makan malam, tidak termasuksnack); (2) perlu
mengonsumsi makan-makanan yang sehat (mengandung
gizi, nutrisi, protein, vitamin, karbohidrat, mineral, zat besi),
misalnya empat sehat lima sempuma; (3) melakukan
aktivitas secara seimbang antara kegiatan bekerja/belajar
dengan kegiatan olahraga; (4) pola tidur yang sehat dan
normal selama 7-8 jam; (5) membiasakan diri untuk tidak
merokok; (6) membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi
narkoba (narkotik, alkohol, dan obat-obatan); (7) tidak
mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi
{daging sapi/kambing, fast-food/sea food (udang, cumi).
Individu yang secara tekun mengikuti kebiasaan-kebiasaan
tersebut, umumn ya akan memiliki taraf kondisi kesehatan
yang baik daripada individu yang tidak melakukannya.
b. Perilaku dan Status Kesehatan, status kesehatan seseorang
sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola kebiasaan

16
perilaku orang tersebut Kebiasaan perilaku yang sehat akan
memberi pengaruh positif pada kesehatannya, sebaliknya
kebiasaan yang salah cenderung memberi dampak negatif.
Akibatnya, individu mudah terserang penyakit. Kasl & Cobb
mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk mengatasi
suatu penyakit dan menipertahankan taraf kesehatan, yakni
(1} health behavior; (2) illness behavior; (3) sick-role
behavior .
a) Health behavior adalah aktivitas-aktivitas yang
dilakukan individu yang diyakini akan dapat
membangun kesehatannya dengan cara mencegah
suatu penyakit atau menanggulangi gangguan
penyakitnya.
b) Illness behavior adalah aktivitas-aktivitas yang
dilakukan orang yang sakit, guna memperoleh
informasi, nasihat atau cara penyembuhannya agar
dirinya sehat kembali.
c) Sick role behavior adalah aktivitas yang dilakukan
individu untuk proses penyembuhan dari rasa
sakitnya.
3. Perkembangan Kognitif Dewasa Muda Awal
Masa perkembangan dewasa muda (young
adulthood] ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala
ide pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan
tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih
tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka
beriomba dan bersaing dengan orang lain guna mem-buktikan
kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk
mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab
dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat
hidup di mata orang lain.

17
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu
telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk
menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan
demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara
sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya
sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin
mematangkan kualitas mentalnya.

2) Masalah Kesehatan
a. Masalah Fisiologis
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan
utama minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan
mereka pada resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah
atau akhir. Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap
penyakit kronis tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia
keturunan. Penyakit crohn, radang kronis pada usus halus lebih umum
terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga meningkat pada masa
sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak klien
infertile merupakan dewasa awal.
b. Faktor Risiko, Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari
komunitas, gaya hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai
kategori sebagai berikut ;
 Kematian dan Cedera karena kekerasa, kekerasan adalah penyebab
terbesar mortalitas dan morbilitas pada populasi dewasa
awal. Kematian dan cedera dapat terjadi karena serangan fisik,
kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan lain dan usaha bunuh
diri. Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan yang
mengakibatkan cedera atau kematian, yaitu : kemiskinan, keretakan
keluarga, penganiayaan, pengabaian anak. Penting sekali bila
seseorang perawat melakukan pengkajian psikososial secara

18
keseluruhan termasuk faktor seperti : pola perilaku, riwayat
penganiayaan fisik dan peyalahgunaan zat, pendidikan, riwayat
pekerjaan dan system pendukung sosial untuk mengetahui faktor risiko
terhadap kekerasan personal dan lingkungan.
 Penyalahgunaan Zat, penyalahgunaan zat secara langsung maupun
tidak langsung berperan terhadap mortalitas dan morbilitas pada
dewasa awal. Intoksikasi pada dewasa awal dapat menyebabkan cedera
berat dalam kecelakaan kedaraan bermotor yang dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan permanen. Penyalahgunan pada obat stimulan
dan depresan yang dapat menekan system kardiovaskuler dan
persyarafan yang dapat meluas sehingga menyebabkan kematian.
Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya pada
tahap awal. Informasi yang penting mungkin diperoleh dengan
membuat pertanyaan yang spesifik tentang masalah medis di masa lalu,
perubahan masukan makanan, pola tidur atau masalah labilitas emosi.
Laporan penangkapan karena mengemudi saat intoksikasi,
penganiayaan istri dan anak atau perilaku yang melanggar peraturan
untuk memeriksa kemungkinan penyalahgunaan obat secara cermat.
 Kehamilan yang tidak diinginkan, kehamilan yang tidak direncanakan
meskipun lebih umum terjadi pada masa remaja, sebanyak 55%
kemamilan terjadi pada wanita dewasa awal dan tengah ( Alan
Guttmacher Institute). Kehamilan yang tidak direncanakan dapat
mempunyai efek fisik dan emosional jangka panjang pada masa awal
dewasa. Kehamilan yang tidak direncanakan adalah sumber stress yang
berkelanjutan. Sering kali dewasa awal yang mempunyai tujuan
pendidikan, karier dan mengutamakan perkembangan keluarganya.
Gangguan pada tujuan tersebut dapat mempengaruhi hubungan masa
depan dan hubungan orang tua-anak nantinya.
 Penyakit Menular Seksual (PMS), penyakit menular seksual yaitu
sifilis, klamidia, gonore, herpes genital dan AIDS. Penyakit sekual
menular mempunyai efek yang cepat seperti keluarnya rabas,
ketidaknyamanan dan infeksi. PMS juga memicu gangguan kronis

19
yang diakibatkan penyakit herpes genital, infertilitas yang diakibatkan
gonore atau bahkan kematian yang disebabkan AIDS. Penyakit ini
dapat terjadi pada orang yang aktif secara seksual dan diperkirakan
hampir dua pertiga kasus PMS terjadi pada individu berusia antara 15-
24 tahun.
 Faktor Lingkungan dan Pekerjaan, faktor lingkungan dan pekerjaan
yang umum yaitu : paparan terhadap partikel udara yang dapat
menyebabkan penyakit paru dan kanker. Penyakit paru yang termasuk
silikosis berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema
karena kanker disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat menyerang
paru, hati, otak, darah atau kulit. Pertanyaan tentang paparan pekerjaan
terhadap bahan-bahan berbahaya harus menjadi bagian rutin
pengkajian perawat.

c. Gaya hidup
 Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan higiene
personal yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa depan.
Riwayat penyakit dalam keluarga seperti kardiovaskular, ginjal,
endokrin atau neoplastik meningkatkan risiko penyakit juga. Peran
perawat dalam meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi faktor
yang meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.
 Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan vaskular yang
diketahui dengan baik pada perokok dan orang yang menghisap asap
rokok. Inhalasi polutan rokok meningkatkan risiko kanker paru-paru,
emfisema dan bronkhitis kronis. Nikotin pada tembakau adalah
vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner, darah meningkatkan
risiko penyakit angina, infark miokard dan arteri koroner. Nikotin juga
menyebabkan penyempitan vasokonstriksi perifer dan memicu masalah
vaskular.
 Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif tubuh.
Pola latihan dapat mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang
dilakukan terus-menerus meningkatkan frekuensi nadi selama 15

20
sampai 20 menit 3 kali seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal
dengan menurunkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain
itu latihan menurunkan kecenderungan mudah lelah insomnia,
ketegangan dan iritabilitas. Perawat harus melakukan pengkajian
muskuloskletal secara menyeluruh, termasuk mobilitas sendi dan tonus
otot, dan pengkajian psikososial untuk meningkatkan toleransi terhadap
stres dalam menentukan efek-efek latihan.
 Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada dewasa
awal dapat menjadi faktor risiko. Meminjamkan peralatan makan
dengan seseorang yang mempunyai penyakit yang mudah menular
meningkatkan risiko penyakit. Higiene gigi yang buruk meningkatkan
risiko penyakit periodontal.
 Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal pada
risiko berkembangnya penyakit pada masa dewasa tengah atau dewasa
akhir. Contohnya, seorang pria muda yang ayah dan kakek dari ayahnya
yang mempunyai infark miokard (serangan jantung), pada usia 50-an
mempunyai risiko infark miokard di masa depan. Adanya penyakit
kronik tertentu dalam keluarga meningkatkan risiko bagi anggota
keluarga terhadap perkembangan penyakit itu. Risiko penyakit keluarga
jelas merupakan penyakit herediter. Kurangnya kepatuhan untuk
pemeriksaan skrining rutin dapat menempatkan klien pada risiko
penyakit berat karena kegagalan deteksi dini.
d. Infertilitas
 Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada pria,
wanita atau pasangan. Masalah utama kesehatan meliputi masalah
komunikasi kaum dewasa muda dengan orangtua mereka ; masalah-
masalah transisi peran bagi suami istri, masalah orang yang memberikan
perawatan (bagi orangtua lanjut usia) dan munculnya kondisi kesehatan
tingkat kolesterol tinggi, obesitas dan tekanan darah tinggi, dan masalah
gaya hidup mendapatkan perhatian antara lain : kebiasaan minum,
merokok yang lama dan praktek diet semakin lebih jelas.

21
3) Peran Perwat dalam Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia
Dewasa
Masalah utama kesehatan meliputi masalah komunikasi kaum dewasa
muda dengan orangtua mereka ; masalah-masalah transisi peran bagi suami
istri, masalah orang yang memberikan perawatan (bagi orangtua lanjut usia)
dan munculnya kondisi kesehatan tingkat kolesterol tinggi, obesitas dan
tekanan darah tinggi. Keluarga berencana bagi remaja dan dewasa muda tetap
penting. Masalah-masalah manupouse dikalangan wanita umum terjadi. Efek-
efek yang dikaitkan dengan kebiasaan minum, merokok yang lama dan praktek
diet semakin lebih jelas. Terakhir, perlunya strategi promosi kesehatan dan
“gaya hidup sehat” menjadi lebih penting bagi anggota keluarga yang dewasa
menurut friedman :
a. Memberikan pendidikan konseling pada keluarga
b. Merawat orang tua lanjut usia dengan keluarga bermasalah lain
c. Menkaji kebutuhan permasalahan keluarga dan berupaya
menanggulanginya

22
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ANAK USIA DEWASA PADA KELUARGA TN . T
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari rabu tanggal 3 februari 2018 sampai dengan
hari kamis tanggal 5 februari 2018 di rumah keluarga Tn. T
A. DATA UMUM
1. Nama KK : Tn. T
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Agama : Kristen Protestan
4. Suku : Papua
5. Alamat : Kampung sabiab besar
6. Pekerjaan : Swasta
7. Pendidikan : SMA
8. RT/RW : RT 02/RW 01
9. Komposisi Keluarga :
No. Nama JK Hub Dg KK Umur Pendidikan Pekerjaan Status Imunisasi
1. Tn. T L KK 49 th SMA Swasta -
2. Ny.M p Istri 45 th SMA Guru -
3 Ny. P P Anak 25 th SMA Paud -
4. Ny. V P Anak 23 th SMA IRT -
5. An. M L Anak 20th SMP IRT -
10th
6. An. S L Anak SD - Lengkap
7th
7. An. R P Anak SD - Lengkap
-

23
10. Genogram :

Tn. T
Dengan
hipertensi
Ny. M
Dengan
hipertensi

Ny. A Ny. V An. M An. S An. R


(Malaria)

Keterangan:

: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Perkawinan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
: Pasien

11. Tipe Keluarga


Keluarga Tn. T meupakan Nuclear Family (keluarga inti) karena dalam
satu rumah terdiri dari bapak ibu dan anak.

12. Budaya / Suku Bangsa


a. Suku Bangsa
Keluarga TN. T berasal dari suku Papua
b. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan Keluarga Tn.T sehari-hari adalah bahasa
Sabiab dan bahasa Indonesia
c. Pantangan

24
Dalam keluarga tidak ada pantangan apapun yang berkaitan
dengan masalah kesehatan, menurut ajaran agama yang keluarga
anut, tidak ada jenis makanan yang bertentangan dengan
agamanya. Keluarga juga tidak ada yang alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
d. Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan
Keluarga Tn. T adalah penduduk Sabiab Asli, dan tidak ada adat
istiadat yang berpengaruh negatif terhadap masalah kesehatan
didalam keluarganya.
13. Agama
a. Kegiatan Keagamaan Rutin di Rumah
Semua anggota keluarga beragama Kristen protestan, keluarga
melakukan ibadah setiap hari minggu di greja,dan kadang
beribadah di rumah ataupun di tetangga terdekat jika ada ibadah
keluarga. Keluraga Tn.T mengatakan bahwa penyakit yang di
derita di dalam keluarga merupakan masalah hal biasa dan wajar
bagi orang yang sudah tua dan juga
b. Kegiatan Keagamaan Rutin di Masyarakat
Keluarga Tn.T ikut dalam kegiatan ibadah seperti PKB dan PW
bersama masyarakat sekitar dan anak-anak Tn. T juga ikut serta
dalam ibadah-ibadah yang diadakan dari greja dan sekolahnya.
14. Status Sosial Ekonomi Keluarga
a. Pekerjaan Anggota Keluarga
Tn T bekerja sebagai pekerja swasta dan sebelumnya Tn. T
pernah menjabat sebagai sekretaris desa di kampung sabiab besar
dan setiap hari duduk mengerjakan laporan di depan
laptop,sedangkan Ny M bekerja sebagai guru PAUD di kampung
sabiab besar dan juga merupakan seorang kader ibu-ibu di
kampung sabiab besar distrik kemtuk.Tn. T dan Ny. M memiliki
5 orang anak.Ny.A adalah anak pertama Tn. T yang bekerja
sebagai seorang Ibu Rumah tangga tetapi sudah tidak tinggal
bersama dengan keluarga Tn. Ny. V adalah anak kedua Tn. T dan

25
merupakan seorang Ibu Rumah tangga namun tidak tinggal
bersama dengan Tn. T, dan Ny. V sehat.An. M Adalah anak
ketiga dari Tn. T namun tidak tinggal bersama dengan keluarga
Tn. T karena An. M bersekolah dan tinggal sendiri di sentani,
sedangkan An. S dan An. R tinggal bersama Tn.T karena masih
duduk dibangku sekolah dasar.penghasilan Tn. T dan Ny.M
adalah Rp. 2.000.000 perbulannya Sehingga cukup untuk
memenuhi kebutuhan makan hidup sehari - harinya.
b. Tabungan / Asuransi
Keluarga Tn. T tidak memiliki tabungan di Bank ataupun
asuransi,dan keluarga Tn T mengatakan jaminan untuk kesehatan
keluarganya miliki adalah dana seperti dari Dana desa kampong
sabiab besar.
15. Aktifitas rekreasi keluarga
a. Rekreasi yang digunakan di dalam rumah
Keluarga Tn. T mengatakan biasa mengisi waktu luang dirumah
dengan menonton TV dan mengobrol bersama anak serta
mengobrol dengan tetangga sekitar tempat tinggalnya serta
mengerjakan laporan atau data-data dari kampung sabiab besar
apabila dibutuhkan dan juga Ny. M biasanya mengisi waktu
luangnya dengan membuat laporan dari sekolah karena
mengingat Ny. M adalah seorang guru dan harus mempersiapkan
materi ajar untuk Murid-muridnya di PAUD.
b. Rekreasi yang dilakukan di Luar Rumah
Keluarga Tn. T dan Ny.M mengatakan jarang sekali bepergian
ke tempat rekreasi. Sehari – harinya keluarga Tn. T hanya pergi
bekerja, mengikuti kegiatan di kampung sbiab besar dan
kemudian istirahat di rumah.Keluarga Tn. T sangat sibuk, oleh
sebab itu tidak ada waktu untuk rekreasi ke luar Rumah seperti ke
pantai dan lain-lain.

26
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahapan Perkembangan Keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak


Dewasa karena anak yang pertama berusia 25 tahun dan sudah
menikah dan juga meninggalkan Rumah.
2. Tugas Perkembangan Keluarga saat ini dengan anak usia dewasa :

a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga


baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.
c. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun
istri.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
a. Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan rumah
tangga.(Duvall dan Miller)
3. Riwayat Keluarga Inti

a. Riwayat Penyakit Dahulu


Didalam keluarga Tn. T dan Ny. M tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti darah tinggi.DM, dll
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Dalam 1 bulan terakhir ini didalam keluarga Tn. T, Hanya An. R
menderita penyakit malaria, batuk dan pilek setelah diperiksakan
kepelayanan kesehatan dapat sembuh. Sedangkan pada saat
pengkajian pada keluarga, Tn. T dan Ny.M Mengeluh sering sakit
kepala, pusing, kaku dan tegang di daerah leher.Tn. T dan Ny. M
mengatakan sering makan makanan yang asin.
Kesimpulan : Ny.M mempunyai masalah kesehatan (Hipertensi)
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dari keluarga Tn. T dan Ny. M tidak ada yang mempunyai penyakit
keturunan seperti Dm, hipertensi, dll

27
Kesimpulan : di keluarga Tn. T dan Ny. M tidak ada riwayat penyakit
keturunan.

C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah

b. Status Rumah
Status rumah merupakan rumah dengan status kepemilikan rumah
sendiri.
c. Perincian Denah Rumah
Jenis bangunan papan, berukuran 12 X 20 m2, yang terdiri dari : 1
ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, ada 1 kios di bagian depan dan
1 kamar mandi di luar rumah.
Lantai : Lantai terbuat dari papan .
Ruang tamu : Ruang tamu terletak di ruang depan,
keadaan bersih, peletakan perabotan rumah
dan pakaian kurang teratur. Ruang tamu
memiliki 1 jendela, dan sering dibuka di
pagi hari.
Kamar Mandi : Kamar mandi ada 1 yang berada di luar
rumah dan kamar mandi tersebut sering
digunakan bersama dengan tetangga Tn. T
Kamar Tidur : kamar berjumlah 2, tapi tidak ada kamar
yang memiliki ventilasi dan jendela, dan
untuk pencahayaanya tampak kurang.
Kesimpulan : ketidakmampuan keluarga mempertahankan suasana
rumah yang sehat
MCK : keluarga Tn M biasanya jika mandi dan
BAB diluar rumahnya karena MCK berada
diluar rumah.Denah Rumah :

28
12 M

1 2

3
4
20 M 6

Keterangan:
1. : Kamar tidur
2. : kama tidur
3. : Ruang tamu
4. : dapur
5. : kios
6. : Kamar mandi(MCK)
d. Keadaan Rumah
Keadaan rumah tampak kotor , dan lantainya terbuat dari papan.
ventilasi rumah kurang karena sinar tidak bisa masuk sampai kamar
dan juga kondisi ventilasinya Kecil.
e. Kebiasaan Keluarga Dalam Perawatan Rumah
Dalam perawatan rumah keluarga mengatakan melakukannya
sendiri. Menyapu rumah dilakukan setiap ada waktu baik pagi dan
sore oleh Ny. M karena Ny. M sibuk mengajar dan juga kuliah di
UT (Universitas terbuka).
f. Sistem Pembuangan Sampah
Keluarga biasanya mengelolah sampah dengan cara di sapu dan di
tempatkan di depan rumah lalu dibakar. Tetapi pada saat musim
hujan sekarang ini, sampah tidak bisa dibakar dan dibiarkan
menumpuk.

29
Kesimpulan : ketidakmampuan keluarga Tn. T mengenal masalah
kesehatan terhadap lingkungan mengenai penyakit malaria, ispa dan
diare.
g. Sistem Drainage Air/SPAL
Keluarga Tn. T tidak memiliki selokan untuk membuang
limbah,biasanya keluarga Tn. T membuang air cucian sayur, piring
dan lain-lain di sembarangan tempat dan tidak mengalir.
Kesimpulan : ketidakmampuan keluarga mempertahankan
lingkungan yang bersih dan sehat.
h. Penggunaan Jamban
Keluarga memiliki kamar mandi untuk MCK namun di luar dari
rumah dan biasanya MCK digunakan bersama dengan tetangga
terdekat.
i. Kondisi Air
Sumber air yang digunakan keluarga sehari-hari adalah dari mata
air. untuk air minum biasanya keluarga Tn. T memasak terlebih
dahulu kemudian di minum.
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

a. Adat dan Istiadat Komunitas Sekitar


Selama ini tetangga – tetangganya mempunyai kebiasaan mengikuti
kegiatan gerejawi dan kegiatan dari kampung , apabila ada salah
satu tetangganya yang sakit mereka saling menjenguk dan apabila
ada tetangga yang punya kerja atau ibadah syukuran mereka saling
bantu – membantu. Keluarga Tn. T mengatakan bahwa di
lingkungannya tidak ada adat istiadat yang mengganggu terhadap
kesehatan.
b. Pola pergaulan keluarga
Hubungan keluarga dengan tetangga tampak baik dan harmonis,
tampak keluarga menyapa tetangga yang kebetulan lewat depan
rumahnya. An. S dan An. R sering berkumpul dengan anak dari
tetangga yang ada di samping rumahnya.

30
c. Persepsi Keluarga terhadap komunitas
Keluarga merasa nyaman hidup ditengah – tengah masyarakat
karena keluarga merasa mereka saling bantu – membantu dan tidak
merugikan dalam berbagai hal.
d. Pengetahuan Keluarga mengenai Masalah kesehatan Yang
berkaitan Dengan Komunitas
Keluarga mengatakan masalah kesehatan yang muncul dalam
kehidupan ditengah masyarakat secara khusus saat ini adalah
malaria.
3. Mobilitas Geografis Keluarga

a. Alat Transportasi di Daerah


Alat transportasi yang ada di daerah adalah ojek namun ojek
tersebut dapat masuk sampai ke halaman rumahnya.
b. Alat Transportasi yang Biasa digunakan Oleh Keluarga
Keluarga Tn. T mengatakan biasa menggunakan motor pribadinya
sebagai sarana transportasi keluarga, khususnya Ny. M Sepeda
motor ini digunakan untuk Berangkat ke pasar besum dan ke waena
saat kuliah tetapi di antar oleh suaminya.
3. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

a. Peran Serta Keluarga Dalam Perkumpulan di Masyarakat


Keluarga Tn. T saat ini sebagai warga biasa di lingkungannya
namun sebelumnya Tn. T pernah menjabat sebagai sekdes dan
untuk Ny. M saat ini adalah seorang kader ibu-ibu di kampung
sabiab besar.namun walaupun demikian Tn. T biasanya ikut serta
dalam kegiatan warga di wilayah kampungnya yaitu seperti rapat
kepala-kepala kampung dan rapat ketua adat yang diadakan setiap
Minggu sehabis ibadah . Sedangkan Ny. M biasanya Megikuti
kegiatan ibadah keluarga dari gerejawi jika ada waktu luang.
b. Persepsi keluarga mengenai perkumpulan di masyarakat
Perkumpulan di masyarakat memang banyak manfaatnya selain
berkumpul bersama bisa menjalin iakatan keluarga yang lebih erat,

31
serta dapat digunakan sebagai forum dalam memecahkan masalah
yang ada di lingkungannya.
4. Sistim pendukung keluarga
Tn. T mengatakan jika ada keluarga yang sakit biasanya berobat ke
puskesmas yang ada di sabron.Namun jika hanya panas saja biasanya
di berikan obat yang di beli di warung.

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka,setiap
anggota keluarga bebas menyampaikan keluhan atau tanggapan hal ini
dapat terlihat saat mahasiwa berkunjung. Komunikasi yang digunakan
di dalam keluarga adalah komunikasi dua arah.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah
bersama, setiap anggota keluarga berperan sesuai dengan perannya, dan
dapat menyampaikan idenya jika ada masalah yang dirasakan, tapi
kadang Tn. T suka marah pada anaknya jika tidak patuh
3. Struktur Peran
Dalam keluarga, Tn T sebagai kepala keluarga dan Ny. M berperan
sebagai ibu rumah tangga Sekaligus pengajar di PAUD, sedangkan Ny.
A, Ny. V , An. M, An S, dan An R, berperan sebagai anak.
4. Nilai dan Norma Budaya
Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya sabiab dimana Ny. M
bertindak sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus anggota
keluarganya, Ny. M juga mengatakan berusaha menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya dan tata tertib dilingkungannnya seperti
kegiatan ibadah dari grejawi dan ibadah syukuran di tetangga jika ada
dan juga ikut kegiatan PKK kampung sabiab besar. Keluarga
mengatakan tidak ada nilai dan norma budaya yang bertentangan dengan
kesehatan.

32
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif

Tn. T dan Ny. M sangat menyayangi keluarganya, saling menjaga


antara anggota keluarga satu dengan anggota keluarga yang lain. Ny. M
Berusaha mendidik anaknya agar selalu menghormati orang tua dan
menyayangi sesama anggota keluarga dan teman sebaya serta berusaha
menanamkan kedisiplinan pada anaknya. Tn.T sering menegur anaknya
jika diperingatkan ibunya dan tidak mau untuk saling menghormati
antar anggota keluarga,
2. Fungsi Sosial
Keluarga Tn. T dan Ny. M mengatakan bahwa cara menanamkan
hubungan interaksi sosial pada anaknya dengan tetangga dan
masyarakat yaitu dengan membiarkan anaknya bermain dengan teman
sebayanya di kampung di dekat rumahnya serta selalu menyapa orang
yang ditemuinya dengan sopan, hal itu terbukti ketika mahasiswa
berkunjung ke rumah keluarga Ny.M, para tetangga juga ikut
menyambut dengan baik.
3. Fungsi Perawatan kesehatan
Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit dan Penanganannya
a. Mengenal Masalah
Saat dikaji Tn. T dan Ny. M mengatakan bahwa sebelumnya pernah
hipertensi, tetapi keluaga Tn. T tidak mengetahui tentang hipertensi
dan bagaimana cara perawatan terhadap orang yang terkena
hipertensi.
b. Mengambil Keputusan
Keluarga Tn. T dan Ny. M mengatakan tidak pernah mengontrolkan
dirinya ke puskesmas dan hanya minum obat jika merasa pusing dan
sakit kepala yang di beli di warung.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn. T dan Ny. M mengatakan tidak tahu bagaimana cara
perawatan terhadap orang yang terkena hipertensi dan juga malaria.
d. Memelihara/Memodifikasi Lingkungan

33
Tn. T dan Ny. M mengatakan tidak ada jendela dimasing – masing
kamar tidurnya. Keluarga Ny. M mengatakan cahaya matahari tidak
bisa sampai masuk sampai kamar karena ventilasi rumahnya kecil.
Pada saat pengkajian Jendela ruang tamu dan lantai agak kotor,
ventilasi dikamar dan ruang tamu kurang, ruangan menggunakan
penerangan listrik dan juga genset tapi tampak terang. Tampak
tumpukan pakaian-pakaian yang tidak teratur diruang tamu sebelah
kamar belakang. lantai rumah masih terbuat dari papan
e. Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada
Di kampung sabiab besar hanya ada satu pustu namun tidak ada
tenaga kesehatan yang bekerja di pustu tersebut.Keluarga Tn. T
juga tidak menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di desa
tersebut seperti pustu dan Puskesmas.
4. Fungsi Reproduksi
Keluarga Ny. S sudah memiliki 5 orang anak dan tidak ingin punya anak
lagi Ny. M ikut KB akan tetapi hubungan suami istri masih, Namun
jarang sekali.
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. T mengatakan penghasilannya dan Ny.M dirasa cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari–harinya.
6. Fungsi pendidikan
Tn. T dan Ny. M mengatakan tingkat pendidikannya hanya sampai pada
SMA.Namun Tn. T dan Ny. M berharap nantinya anak-anaknya bisa
sampai melanjutkan ke Perguruan tinggi.
7. Fungsi religus
Tn. T dan Ny. M mengatakan semua anggota keluarga beragama
Kristen protestan, Namun Tn. T dan Ny. M mengetahui banyak tentang
agama dari keluarga dan masyarakat, selain itu Tn. T dan Ny. M selalu
mengikuti acara kegiatan keagamaan seperti ibadah syukuran,ibadah
dari grejawi, dan ibadah keluarga.

34
F. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor
Keluarga mengatakan apabila ada masalah yang dirasa berat maka
mereka akan memecahkannya secara bersama-sama dengan jalan
musyawarah keluarga sampai menemukan solusinya dengan tidak saling
memaksakan dan menyakiti yang lain.
2. Strategi Koping Yang digunakan
Jika ada masalah,keluarga lebih suka berunding bersama atau konsultasi
dengan orang yang lebih tahu atau kepada kepala kampong.
3. Strategi adaptasi disfungsional
Bila keluarga sedang mengalami masalah kesehatan mereka cenderung
menanggapi biasa saja.

35
G. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaa
Tn.T Ny. M An.S An. R
n fisik
Tekanan 140/ 100 MmHg 110/70 MmHg - -
Darah
Nadi 79 x /menit 84 x/ menit 94 x/ menit 88 x /men it
Suhu 37,1 °C 36,8°C 36,4°C 36,7 °C
RR 20 x /menit 24 x /menit 19 x /menit 21 x /menit

Rambut putih, agak kotor,dan tidak Hitam, bersih, tidak Hitam, bersih Hitam, bersih
rontok rontok

Mata sklera tidak ikterik, sklera tidak ikterik, sklera tidak ikterik, sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemeis konjungtiva tidak anemeis konjungtiva tidak anemis konjungtiva tidak anemeis

Hidung Polip tidak ada, sekret Polip tidak ada, , sekret Polip tidak ada, sekret Polip tidak ada, sekret tidak
tidak ada tidak ada tidak ada ada
Telinga

36
Pendengaran baik, sekret Pendengaran baik, sekret Pendengaran baik, sekret Pendengaran baik, sekret
Mulut tidak ada, tidak tampak tidak ada,tidak tampak tidak ada, tidak tampak tidak ada, tidak tampak
adanya luka adanya luka adanya luka adanya luka
Gigi Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab,
sianosis tidak ada sianosis tidak ada, bibir sianosis tidak ada sianosis tidak ada
Tidak memakai gigi palsu tampak kotor Tidak ada gigi berlubang Tidak ada gigi berlubang
Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada gigi berlubang Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kelenjar tiroid, tidak ada
peningkatan JVP kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP peningkatan JVP
peningkatan JVP
Dada : Inspeksi : Simetris Inspeksi : Simetris Inspeksi : Simetris Inspeksi : Simetris
1.Paru Palpasi : taktil fremitus Palpasi : taktil fremitus Palpasi : taktil fremitus Palpasi : taktil fremitus tidak
tidak ada tidak ada, tidak ada ada,
Perkusi : sonor Auskultasi Perkusi : sonor Auskultasi Perkusi : sonor Auskultasi Perkusi : sonor
: suara napas tambahan : suara napas tambahan : suara napas tambahan Auskultasi : suara napas
tidak ada (wheezing, tidak ada (wheezing, tidak ada (wheezing, tambahan tidak ada
ronkhi) ronkhi) ronkhi) (wheezing, ronkhi)
2.Jantung Inspeksi : Tidak terlihat Inspeksi : Tidak terlihat Inspeksi : Tidak terlihat Inspeksi : Tidak terlihat iktus
iktus cordis iktus cordis iktus cordis cordis

37
Palpasi : ictus cordis di Palpasi : ictus cordis di Palpasi : ictus cordis di Palpasi : ictus cordis di
midclavikula intercota V midclavikula intercota V midclavikula intercota V midclavikula intercota V
Perkusi : redup Perkusi : redup Perkusi : redup
Auskultasi : S1 dan S2 Auskultasi : S1 dan S2 Auskultasi : S1 dan S2
terdengar jelas terdengar jelas terdengar jelas
Inspeksi : supel tidak ada Inspeksi : supel tidak ada Inspeksi : supel tidak ada Inspeksi : supel tidak ada
3.Abdomen bekas luka bekas luka bekas luka bekas luka
Auskultasi : bising usus 18 Auskultasi : bising usus 20 Auskultasi : bising usus 18 Auskultasi : bising usus 16 x
x / menit / menit x / menit /menit
Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri tekan
tekan tekan tekan Perkusi : timpani
Perkusi : timpani Perkusi : timpani Perkusi : timpani
Ektermitas
atas Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Ektremitas
bawah Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Genetalia
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

38
H. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1 Data Subyektif : Ketidakmampuan Kurang pengetahuan
a. Tn.T mengatakan : keluarga merawat anggota pada keluarga Tn. T
Dalam 1 bulan terakhir ini keluarga yang sakit
didalam keluarga, An. R yang terutama pada An. R
selalu menderita penyakit dengan masalah penyakit
malaria. malaria.

b. Keluarga Tn. T dan Ny. M


mengatakan tidak tahu
bagaimana cara perawatan
terhadap orang yang malaria.
c. Bila keluarga sedang
mengalami masalah
kesehatan mereka cenderung
menanggapi biasa saja.
Data objektif :

 Tn. T dan Ny. M tampak tidak


tidak tahu tentang perawatan
malaria pada anggota
keluarganya ketika di Tanya
oleh petugas kesehatan

2 Data Subyektif : Ketidakmampuan Kurang pengetahuan


 Tn. T dan Ny.M Mengeluh keluarga mengambil pada keluarga Tn. T
sering sakit kepala, pusing, keputusan yang tepat
kaku dan tegang di daerah dalam mengatasi
leher.Ny. M mengatakan hipertensi

39
sering makan makanan yang
asin.
 Saat dikaji Tn. T dan Ny. M
mengatakan bahwa
sebelumnya pernah
mengalami hipertensi, tetapi
keluaga Tn. T tidak
mengetahui tentang hipertensi
dan bagaimana cara perawatan
terhadap orang yang terkena
hipertensi.
 Tn. T mengatakan jika ada
keluarga yang sakit biasanya
berobat ke puskesmas yang
ada di sabron.Namun jika
hanya panas saja biasanya di
berikan obat yang di beli di
warung.

 Keluarga Tn. T dan Ny. M


mengatakan tidak pernah
mengontrolkan dirinya ke
puskesmas dan hanya minum
obat jika merasa pusing dan
sakit kepala yang di beli di
warung.
 Keluarga Tn. T dan Ny. M
mengatakan tidak tahu
bagaimana cara perawatan

40
terhadap orang yang terkena
hipertensi .
 Bila keluarga sedang
mengalami masalah kesehatan
mereka cenderung menanggapi
biasa saja.
Data Obyektif :
 Tn. T dan Ny. M tidak tampak
merasa cemas terhadap
masalah kesehatan yang di
alami
 Keluarga Tn. T tampak
menanggapi masalah
hipertensi biasa-biasa saja

3. Data subjektif : Ketidakmampuan Kerusakan


1. Tn. T mengatakan luas keluarga mempertahankan penatalaksanaan
bangunan rumahnya 12x20m2 suasana rumah yang sehat pemeliharaan rumah
2. Tn. T dan Ny. M mengatakan (higyene rumah)
tidak ada jendela dimasing –
masing kamar tidurnya.
3. Keluarga mengatakan cahaya
matahari tidak bisa sampai
masuk sampai kamar karena
ventilasi rumahnya kecil.
4. Keluarga biasanya mengelolah
sampah dengan cara di sapu
dan di tempatkan di depan
rumah lalu dibakar. Tetapi
pada saat musim hujan

41
sekarang ini, sampah tidak
bisa dibakar dan dibiarkan
menumpuk.

Data objektif :
 Keadaan rumah tampak kotor ,
dan lantainya terbuat dari
papan. ventilasi rumah kurang
karena sinar tidak bisa masuk
sampai kamar dan juga
kondisi ventilasinya Kecil.
 Tampak tumpukan sampah di
depan rumah

II. PRIORITAS MASALAH :


1. Kurang pengetahuan pada keluarga Tn. T behubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit terutama pada An. R dengan
masalah penyakit malaria
2. Kurang pengetahuan pada keluarga Tn. T berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Anggota keluarga yang sakit
3. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (higyene rumah) berhubungan
dengan Ketidakmampuan keluarga mempertahankan suasana rumah yang sehat

42
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN SKORING
1. Kurang pengetahuan pada keluarga Tn. T behubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit terutama pada
An. R dengan masalah penyakit malaria

Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1 Masalah sudah nyata atau sedang terjadi
Tidak sehat
2. Kemungkinan masalah ½x 2 = 1 Masalah dapat diubah dengan cara menganjurkan
dapat diubah : kepada keluarga meminum obat malaria dengan
Sebagian teratur.
3. Potensi masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Masalah dapat dicegah dengan cara mengajarkan
dicegah : kepada keluarga merawat Anggota keluarga yang
Cukup sakit dan segera membawanya ke puskesmas
(fasilitas kesehatan).
4. Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 = 1 Keluarga merasakan ada masalah yang terjadi,
Mmasalah berat harus tetapi keluarga belum dapat merawat anggota
segera ditangani keluarga yang sakit malaria.

Total skor = 3 2/3

43
2. Kurang pengetahuan pada keluarga Tn. T berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Anggota keluarga yang sakit

Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 Masalah merupakan ancaman
Tidak sehat.
2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Masalah dapat diubah dengan cara menjaga
dapat diubah. pola makan seperti mengurangi makan
Mudah makanan yang asin serta rajin berolahraga
3. Potensi masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Masalah dapat dicegah dengan cara
dicegah. menjelaskan tanda, gejala dan penyebab
Tinggi hipertensi
4. Menonjolnya masalah : Keluarga merasakan ada masalah yang terjadi
Masalah berat, harus 2/2 x 1 = 1 tetapi keluarga belum mampu mengenal
segera ditangani masalah penyakit hipertensi dan
pencegahannya.
Total skor 4 2/3

44
3. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (higyene rumah)
berhubungan dengan Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah higyene
rumah atau Ketidakmauan keluarga mempertahankan suasana rumah yang
sehat

Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1 1. Masalah sedang terjadi
Tidak/kurang sehat
2. Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 2. Masalah dapat diubah dengan cara
dapat diubah : menganjurkan keluarga untuk menjaga
Sebagian kebersihan lingkungan
3. Potensi masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 3. Masalah dapat dicegah dengan cara
dicegah : memberikan penkes kepada keluarga
Cukup tentang syarat-syarat rumah yang sehat
4. Menonjolnya masalah : 4. Masalah tidak dirasakan karena keluarga
Masalah tidak dirasakan 0/2 x 1 = 0 tidak mengerti tentang kebersihan rumah

Total skor 2 2/3

IV. PRIORITAS MASALAH


1. Kurang pengetahuan pada keluarga Tn. T berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Anggota keluarga yang sakit
2. Kurang pengetahuan pada keluarga Tn. T behubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit terutama pada An. R dengan
masalah penyakit malaria
3. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (higyene rumah)
berhubungan dengan Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah higyene
rumah atau Ketidakmauan keluarga mempertahankan suasana rumah yang
sehat

45
V. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. T
Tujuan Kriteria evaluasi
No. Diagnose Intervensi
Umum Khusus Kriteria Hasil standar
1. Kurang Setelah dilakukan Setelah respon verbal 1. Keluarga dapat 1. Kaji tingkat
pengetahuan pada 3x kunjungan, dilakukan mengetahui definisi, pengetahuan
keluarga Tn. T hipertensi keluarga tindakan tanda dan gejala dan keluarga tentang
berhubungan Tn. T dan Ny. M keperawatan penyebab hipertensi hipertensi
dengan dapat 1x60 menit sikap 2. Keluarga dapat 2. Jelaskan
ketidakmampuan berkurang/teratasi keluarga mengambil pengertian, tanda
keluarga mengenal mampu keputusan yang tepat dan gejala serta
masalah Anggota mengenal tindakan/ 3. Keluarga dapat penyebab
keluarga yang sakit masalah psikomotor mengatasi penyakit hipertensi
anggota dengan tepat 3. Berikan
keluarga yang kesempatan
sakit keluarga untuk
bertanya
4. Anjurkan keluarga
untuk mengurangi
makan makanan
yang asin
5. Berikan pujian atas
keputusan dan
tindakan yang di

46
ambil oleh
keluarga

2. Kurang Setelah dilakukan Setelah respon verbal 1. Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan
pengetahuan pada 3x kunjungan, dilakukan menyebutkan cara keluarga tentang
Keluarga Tn. T malaria pada tindakan merawat anggota cara merawat
behubungan keluarga Tn. T keperawatan keluarga yang sakit anggota keluarga
dengan terkhusus pada An. 1x60 menit sikap 2. Keluarga dapat yang sakit
ketidakmampuan R dapat keluarga mengambil 2. Ajarkan keluarga
keluarga merawat berkurang/teratasi mampu keputusan/tindakan cara merawat anak
anggota keluarga memberi yang tepat yang sedang sakit
yang sakit terutama perawatan pada tindakan/ 3. Keluarga dapat malaria terutama
pada An. R dengan anggota psikomotor menggunakan dengan cara
masalah penyakit keluarga yang fasilitas pelayanan kompres air hangat
malaria sakit kesehatan apabila demam
berlangsun
3. Anjurkan keluarga
untuk melakukan
3M serta menjaga
lingkungan agar
tetap bersih
4. Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya

47
5. Anjurkan keluarga
untuk membawa
anak ke puskesmas
6. Berikan pujian atas
keputusan dan
tindakan yang di
ambil oleh
keluarga

3. Kerusakan Setelah dilakukan Setelah respon verbal 1. Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan
penatalaksanaan 3x kunjungan, dilakukan mengetahui syarat- keluarga tentang
pemeliharaan pemeliharaan tindakan syarat higyene higyene rumah
rumah (higyene rumah (higyene keperawatan rumah yang sehat 2. Jelaskan kepada
rumah) rumah) dapat 1x60 menit keluarga syarat-
berhubungan terlaksana/terpenuhi keluarga sikap 2. Keluarga dapat syarat higyene
dengan tahu/dapat mengambil rumah yang sehat
Ketidakmampuan mengenal keputusan yang 3. Berikan
keluarga masalah 3. Keluarga dapat kesempatan kepada
mempertahankan higyene rumah tindakan/ mempertahankan keluarga untuk
suasana rumah psikomotor suasana rumah yang bertanya
yang sehat sehat 4. Anjurkan kepada
keluarga untuk
selalu menjaga dan

48
memelihara
kebersihan serta
merapikan
perabotan rumah,
dan pakaian.
5. Berikan pujian atas
keputusan dan
tindakan yang di
ambil oleh
keluarga.

49
VI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Tanggal dan Jam Diagnose Implementasi Evaluasi
1. 11/02/2018 Kurang pengetahuan 1. Mengkaji tingkat Secara verbal :
16.00 pada keluarga Tn. T pengetahuan Keluarga sudah dapat
berhubungan dengan keluarga tentang mengetahui definisi, tanda
ketidakmampuan hipertensi dan gejala dan penyebab
keluarga mengenal menjelaskan hipertensi
masalah Anggota pengertian, tanda Secara sikap :
keluarga yang sakit dan gejala serta Keluarga sudah dapat
penyebab mengambil keputusan yang
hipertensi tepat terhadap keluarga
2. Memberikan yang sakit
kesempatan secara
keluarga untuk psikomotor/tindakan :
bertanya Keluarga sudah dapat
3. Menganjurkan mengatasi penyakit dengan
keluarga untuk tepat dengan cara menjaga
mengurangi pola makannya dengan
makan makanan mengurangi makan
yang asin makanan yang asin.

4. Memberikan
pujian atas
keputusan dan
tindakan yang di
ambil oleh
keluarga
2. 11/02/2018 Kurang pengetahuan 1. Mengkaji tingkat Secara verbal :
16.00 WIT pada keluarga Tn. T pengetahuan keluarga sudah dapat
behubungan dengan keluarga tentang menyebutkan pengertian
ketidakmampuan malaria malaria, tanda dan gejala
keluarga merawat menjelaskan malaria, serta penyebab
anggota keluarga pengertian, tanda malaria
yang sakit terutama

50
pada An. R dengan dan gejala serta Keluarga sudah dapat
masalah penyakit penyebab malaria menyebutkan cara merawat
malaria 2. Mengkaji anggota keluarga yang
pengetahuan sakit
keluarga tentang Secara sikap :
cara merawat Keluarga sudah dapat
anggota keluarga mengambil
yang sakit keputusan/tindakan yang
3. Mengajarkan tepat terhadap keluarganya
keluarga cara yang sakit malaria
merawat anak Secara
yang sedang sakit psikomotor/tindakan:
malaria terutama Keluarga sudah dapat
dengan cara menggunakan fasilitas
kompres air pelayanan kesehatan
hangat apabila seperti puskesmas
demam Keluarga sudah dapat
berlangsun melakukan pencegahan
4. Menganjurkan malaria dengan cara
keluarga untuk menguras bak
melakukan 3M mandi,mengubur sampah-
serta menjaga sampah bekas dan
lingkungan agar mengginakan kelambu
tetap bersih Keluarga patuh membawa
5. Memberi anaknya ke puskesmas saat
kesempatan sakit
keluarga untuk
bertanya
6. Menganjurkan
keluarga untuk
membawa anak
ke puskesmas
7. Memberikan
pujian atas
keputusan dan

51
tindakan yang di
ambil oleh
keluarga

3. 11/02/2018 Kerusakan 1. Mengkaji Secara verbal :


16.00 WIT penatalaksanaan pengetahuan Keluarga dapat mengetahui
pemeliharaan rumah keluarga tentang syarat-syarat higyene
(higyene rumah) higyene rumah rumah yang sehat
berhubungan dengan 2. Menjelaskan Secara sikap :
Ketidakmampuan kepada keluarga Keluarga dapat mengambil
keluarga syarat-syarat keputusan yang tepat
mempertahankan higyene rumah terhadap kesehatan anggota
suasana rumah yang yang sehat keluarganya yang sakit
sehat 3. Memberikan dan menjaga kebersihan
kesempatan (higiene) rumah
kepada keluarga Secara
untuk bertanya psikomotor/tindakan:
4. Menganjurkan Keluarga dapat
kepada keluarga mempertahankan suasana
untuk selalu rumah yang sehat dengan
menjaga dan cara membuang sampah
memelihara pada tempatnya, merapikan
kebersihan serta berabotan rumah serta
merapikan pakaian-pakaian.
perabotan rumah,
dan pakaian.
5. Memberikan
pujian atas
keputusan dan
tindakan yang di
ambil oleh
keluarga.

52
53
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, A. Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed 8 vol.3, EGC, Jakarta.
Mubarak, 2011.tahapan perkembangan usia dewasa awal, EGC, Jakarta.
Santosa, Budi, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi dan
Klasifikasi, EGC, Jakarta.
Setiadi, (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Surabaya: Graha Ilmu.

54

Das könnte Ihnen auch gefallen