Sie sind auf Seite 1von 50

Daftar Isi

I. Pengenalan ArcGIS ................................................................................................. 3


II. Georeferencing ........................................................................................................ 7
III. Digitasi Peta ........................................................................................................... 10
IV. Layout Peta ............................................................................................................ 13
V. Geoprocessing ...................................................................................................... 20
5.1 Overlay Analysis .................................................................................................... 20
1. Identity.............................................................................................................. 20
2. Intersect ........................................................................................................... 20
3. Union ................................................................................................................ 22
4. Update.............................................................................................................. 23
5.2 Symetrical Difference......................................................................................... 24
1. Erase ................................................................................................................ 24
2. Spatial Join ....................................................................................................... 25
3. Clip ................................................................................................................... 26
4. Split .................................................................................................................. 28
5.3 Proximity Analysis .................................................................................................. 29
1. Buffer................................................................................................................ 29
2. Point distance ................................................................................................... 30
3. Near ................................................................................................................. 30
4. Multiple Ring Buffer .......................................................................................... 30
5. Thiessen Polygon ............................................................................................. 31
VI. Pembuatan Peta Sebaran Spasial ........................................................................ 32
VII. Model Builder ......................................................................................................... 38
I. Pengenalan ArcGIS
Tujuan :
1. Dapat memahami interface dari ArcGis
2. Dapat memahami tools dasar dari ArcGis
3. Dapat menggunakan ArcCatalog

Pendahuluan :
Dalam ArcGis mencakup framework (sistem) untuk memudahkan penggunaannya dalam
prosesing data yaitu ArcMap, ArcCatalog, ArcToolbox, ArcGlobe, ArcReader dan
ModelBuilder berdasarkan beberapa tingkatan fungsionalnya. Tetapi yang paling sering
digunakan adalah ArcMap dan ArcCatalog.
ArcMap :
ArcMap merupakan aplikasi utama dalam sentral ArcGis dekstop yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berbasiskan peta digital seperti halnya kartografis,
analisis peta dan editing. Dalam pengoperasiannya, ArcMap terdapat 2 (dua) tipe map-
view yaitu :
1. View data geografis (spasial)
Digunakan untuk bekerja dengan layers geografis untuk diberi simbol, dianalisis,
dikompilasi ke dalam dataset SIG
2. View halaman layout
Digunakan untuk bekerja dengan halaman-halaman peta yang berisi elemen-elemen
peta (seperti hanya simbol skala, legendaa, simbol arah utara, dan peta referensi)

Untuk menampilkan ArcMap : Start > ArcGis > ArcMap

1. Pada saat ArcMap dijalankan, maka akan terlihat kotak dialog Startup yang akan
memberikan pilihan untuk memulai sebuah sesi pekerjaan. Kita dapat memilih antara
lain: membuka project baru (open new map), membuka format yang telah disediakan
(template), atau membuka sebuah Project document yang telah ada atau Project yang
telah dibuat sebelumnya.
2. Menu File

3. Menu Button

Adding/remove data ( ) : untuk memanggil data yang telah dibuat (layer spasial)

4. Menu Tools
Icon Nama Fungsi
Untuk memperbesar tampilan view dengan pada
Zoom In
daerah yang akan diperbesar
Untuk memperbesar tampilan view dengan pada
Zoom Out
daerah yang akan diperkecil
Untuk memperbesar tampilan view terhadap
Fixed Zoom In
pusat view
Untuk memperkecil tampilan view terhadap
Fixed Zoom Out
pusat view
Memindahkan dan menggeser peta atau
Pan-move
tampilan dengan tidak mengganti skala view
Memperbesar secara seluruh tampilan peta atau
Full Extents
view pada layar
Go to Previous/ Next Untuk kembali pada tampilan
Extents sebelumnya/sesudahnya
Untuk mengidentifikasi suatu data atribut dan
Identify
sekaligus komponen geografis pada setiap layer
Mencari atribut dari berbagai jenis data dan
Find
berbagai layer dan single layer

5. Layer content

Menunjukkan data layer yang digunakan, Judul map project yang sedang dikerjakan serta
keterangan-keterangan penting tentang layer. Display menunjukkan data layer apa
adanya sedangkan source menunjukkan sumber dan letak layer pada folder data
komputer. Perhatikan ada tanda setiap awal layer. Tanda berarti on/off bagian dari layer
seperti berikut :
ArcCatalog :
ArcCatalog merupakan aplikasi yang dapat membantu para pengguna untuk
mengorganisasikan dan mengelola semua informasi spasial ; peta, globe, dataset, model,
metadata, beserta layanan lainnya. Untuk mengaktifkan ArcCatalog pilih Start > ArcGis

> ArcCatalog atau bisa langsung klik icon ( ) sehingga muncul jendela seperti
berikut :

Langkah membuat Layer pada ArcCatalog :

1. Klik kanan pada folder penyimpanan data


2. New  Shapefile
3. Masukkan nama dan jenisnya, jenis yang dimaksud adalah apakah sebuah
polygon, titik atau garis  edit, untuk menentukan koordinat system WGS_1984

4. Feature type atau jenis feature merupakan representasi objek-objek dalam dunia nyata
ke dalam bentuk geometri yang lebih sederhana. Misalnya untuk objek yang
memanjang seperti jalan, sungai, pipa air, telkom, jaringan listrik, dan lain-lain
direpresentasikan dalam bentuk Polyline (garis). Sedangkan untuk objek-objek yang
berbentuk luasan seperti sawah, kolam, rumah, batas desa direpresentasikan dalam
bentuk Polygon. Untuk objek-objek yang berbentuk titik seperti tower, tiang listrik,
sumur bor, direpresentasikan dalam bentuk Point.
5. Setelah jadi layer  klik kanan  properties  field
Untuk menambahkan informasi yang akan dicantumkan dalam setiap objek yang telah
didigit pada layer ini. Tipe data dapat berupa teks ataupun tanggal. Informasi ini akan
berbeda pada setiap tempatnya.
II. Georeferencing
Tujuan :
1. Praktikan mampu memanggil dan memanggil data
2. Praktikan mampu mengedit data
3. Praktikan mampu menggeoreferensikan data
4. Praktikan memahami sistem koordinat peta

2.1 Memanggil Data


Apabila akan menjalankan salah satu fungsi penting dasarnya, aplikasi ArcMap dapat
menampilkan (menambahkan unsur-unsur spasial ke dalam data “view” atau “data-frame”
yang sudah ada) data spasialnya (format : shapefile atau .shp / JPG). Untuk memanggil
data spasial yang akan digunakan dapat dilakukan dengan menggunakan icon “add data”(
).

2.2 Georeferencing/Rektifikasi
Data raster yang biasanya diperoleh dari hasil scan peta, foto udara (goole earth atau
website resmi USGS) dan citra satelit belum berisi informasi yang menunjukkan referensi
spasial, baik yang tersimpan di dalam file atau yang disimpan sebagai suatu file yang
terpisah. Sehingga untuk menggunakan beberapa data raster secara bersama dengan
data spasial yang lain yang sudah ada, diperlukan proses georeferencing ke dalam
sebuah sistem koordinat yang disebut koreksi geometrik.

Dalam pekerjaan koreksi geometrik, terdapat satu tahap yang dikenal dengan nama
rektifikasi. Rektifikasi adalah suatu proses pekerjaan untuk memproyeksikan citra yang
ada ke bidang datar dan menjadikan bentuk konform (sebangun) dengan sistem proyeksi
peta yang digunakan, juga terkadang mengorientasikan citra sehingga mempunyai arah
yang benar (Erdas 1991 dalam Hartoyo dkk 2010).
Untuk keperluan rektifikasi citra satelit, dibutuhkan beberapa koordinat titik kontrol
lapangan sebagai bagian dari titik sekutu. Koordinat titik kontrol lapangan ini dapat
diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan dengan GPS atau interpolasi dari peta
dasar yang sudah ada. Langkah untuk melakukan georeferencing adalah :

1. Aktifkan aplikasi ArcMap, munculkan toolbar “Georeferencing”gunakan menu


“View” ”toolbar”  “Georeferencing”

2. Lalu lakukan georeferencing dengan menggunakan icon “add control point”  “Input
DMS Long and Lat”  masukkan koordinat yang ada dipojok peta  OK
3. Lakukan langkah yang sama untuk tiga koordinat selanjutnya ”Update
georeferencing”

Update Georeferencing Add control point

Sebelum melakukan “Georeferencing” atau Rektifikasi ditentukan koordinat sistem, hal ini
dilakukan agar gambar yang direktifikasi dapat terpetakan tepat pada koordinat bumi.
Langkah menentukan koordinat sistem “View” Data Frame Properties  Predifined 
Geographic Coordinat System (GCS) World  WGS_1984
III. Digitasi Peta

Tujuan :
1. Praktikan mampu membuat layer
2. Praktikan mampu melakukan digitasi

3.1 Membuat Layer/Shapefile


Dalam tahap digitasi, dibutuhkan layer terlebih dahulu. Layer ini mempunyai format *.shp
(sering juga disebut shp). Layer yang paling sering digunakan dalam ArcMap ada tiga
jenis layer, yaitu polygon, polyline, point. Untuk membuat layer-layer tersebut adalah buka
ArcCatalog  File  New  Shapefile  ganti “feature type” sesuai yg diinginkan
(misal ; name : Pulau, feature type : polygon)  “edit”  “Coordinat system” WGS_1984
 OK.

Pilih folder
untuk
simpan, Klik
kanan “New”

“Edit”  “Coordinat
system”  WGS_1984
3.2 Digitasi

Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam
format digital. Objek-objek tertentu seperti provinsi, kabupaten, jalan, sungai, rumah,
vegetasi (mangrove), pulau dan lain-lain yang sebelumnya dalam format raster. Pada
sebuah citra satelit resolusi tinggi dapat diubah kedalam format digital dengan proses
digitasi.

Proses digitasi secara umum dibagi dalam dua macam:


1. Digitasi menggunakan digitizer
Dalam proses digitasi ini memerlukan sebuah meja digitasi atau digitizer.
2. Digitasi onscreen di layar monitor
Digitasi onscreen paling sering dilakukan karena lebih mudah dilakukan, tidak
memerlukan tambahan peralatan lainnya, dan lebih mudah untuk dikoreksi apabila
terjadi kesalahan.

Memulai Digitasi :
1. Buka aplikasi ArcCatalog  buatlah shapefile dengan tiga jenis fitur yaitu kota.shp
(point), jalan.shp (polyline), dan wilayah.shp / pulau.shp (polygon)  gunakan sistem
koordinat WGS_1984
2. Kemudian buka ArcMap munculkan toolbar Editor pada area kerja, dengan membuka
menu View  Toolbar  Editor (atau klik kanan pada Toolbar  Editor)

3. Tambahkan gambar/citra yang akan di digitasi dengan menggunakan tools “Add Data”

atau icon
4. Untuk memulai digitasi, pada toolbar Editor  Start Editing (jangan lupa untuk target
diganti sesuai fitur yang akam di digitasi)  gunakan Sketch tools untuk melakukan
digitasi
Sketch tools

5. Setelah melakukan digitasi, Save Edit  Stop Editing (lakukan untuk semua jenis
fitur). Sehingga hasil digitasi seperti dibawah ini :
IV. Layout Peta
Ada beberapa unsur yang dimiliki oleh sebuah peta agar sesuai dengan kaidah
kartografi. Unsur ini merupakan alat bantu untuk mempermudah dalam membaca peta.
Untuk menambahkan unsur-unsur tersebut peta yang dibuat dalam ArcMap harus melalui
proses layout.

Untuk memulai proses layout pertama ubah view ArcMap menjadi layout view dengan
klik view pada toolbar > klik layout view.
Untuk memunculkan unsur-unsur tersebut digunakan menu Insert pada Toolbar Arcmap.
Berikut beberapa unsur yang sebaiknya terdapat dalam peta dan cara menggunakannya
dalam ArcMap.

1. Title
Untuk memberikan title pada peta klik insert pada main menu > pilih title > masukan
nama title > posisikan pada layout peta anda.

2. Data Source
Berisi sumber data peta yang digunakan dalam pembuatan peta, untuk memunculkan
unsur ini klik insert pada main menu > pilih text > isi box text yang tersedia dengan
sumber data peta > posisikan pada layout peta anda.

3. Legenda
Legenda merupakan unsur penting dalam sebuah peta, legenda dibuat untuk
mempermudah pembacaan peta. Untuk memunculkan unsur ini klik insert pada main
menu > pilih legenda maka akan muncul menu legenda wizard untuk mengatur layer
mana sajakah yang akan digunakan dalam legenda > klik next untuk membuka pilihan
judul legendaa serta font yang akan digunakan > klik next
4. Data Frame
Secara default tampil sesuai dengan data frame yang anda miliki, anda bisa
mengatur ukuran dan letaknya pada layout peta anda
Inset & locator map pada dasarnya inset dan locator map merupakan map frame
dengan ukuran yang berbeda, jadi jika anda ingin menambah inset/locator yang harus
dilakukan adalah:

1. Menambah data frame baru untuk peta inset dan lokator


2. Klik insert pada main menu
3. Pilih data frame
4. Data frame akan tampil di table of content
5. Aktivasi dataframe dangan klik kanan pada dataframe
6. Pilih activate
7. Add layer peta inset/locator
8. Posisikan pada layout peta anda
5. North Arrow (Arah Mata Angin
1. Klik insert pada main menu
2. Klik north arrow
3. Pilih north arrow sesuai yang dibuthkan
4. Klik ok
5. Posisikan pada layout peta anda

6. Scale bar & text


1. klik insert pada main menu
2. pilih scale bar atau scale text
3. pilih tipe skala yang anda butuhkan
4. posisikan pada peta anda
7. Graticule (Grid Lines)

Untuk membuat grid lines yang anda perlu lakukan adalah:

1. Membuka data frame properties


2. Pilih tab grid
3. Klik new
4. Pilih tipe koordinat yang ingin digunakan
5. Masukkan rentang koordinat yang dinginkan
6. Klik next hingga klik ok

note : anda bisa merubah preset setiap object diatas dengan cara klik kanan pada object
yang ingin diubah > pilih properties pada tab grid

8. Ekspor Layout

Setelah anda me-layout peta anda, langkah selanjutnya adalah pencetakan atau
penyimpanan baik dalam format GIS maupun format universal

Untuk penyimpanan dalam format GIS terdapat dua jenis penyimpanan yaitu
penyimpanan project (.mxd) dan penyimpanan template (.mxt). cara melakukannya
adalah klik file pada mainmenu > lalu pilih save agar tampil layar seperti dibawah ini :
Untuk penyimpanan jenis template, anda perlu menaruh file anda didalam folder
penginstall-an GIS yaitu didalam folder ArcGIS > BIN > Template, agar bisa diakses
langsung untuk digunakan pada layout project lain.

Untuk penyimpanan dalam format universal, anda bisa menyimpannya dalam beberapa
format seperti JPG, PDF, BMP, dsb. Cara untuk enyimpannya adalah sebagai berikut :

Klik kanan pada file di mainmenu > pilih export

Anda bisa memberi nama pada tempat yang disediakan (file name), Anda juga bisa
mengubah format penyimpanan dengan memilih save as type, lalu anda bisa juga
mengubah resolusi penyimpan. Jika anda sudah selesai mengatur setting penyimpanan
maka klik ok untuk menyimpan file.
V. Geoprocessing
Geoprocessing merupakan istilah umum yang digunakan untuk operasi pada data
spasial sehingga dapat menghasilkan informasi spasial yang baru. Untuk kebutuhan
perencanaan wilayah dan kota, terdapat beberapa operasi yang sering digunakan,
seperti overlay analysis, buffering, dissolve, merge, clip, union, intersect , spatial join dan
sebagainya. Berikut ini akan dibahas beberapa operasi dalam ArcGIS yang dapat
digunakan dalam melakukan analisis spasial. Geoprocessing dalam ArcGIS dilengkapi
dengan banyak sekali tools. Dalam modul ini, hanya akan dijelaskan beberapa tools
penting yang sering digunakan oleh para perencana dalam mengolah dan menganalisis
data spasial.

5.1 Overlay Analysis


Beberapa tools yang digunakan dalam melakukan analisis overlay pada GIS antara lain
adalah identity, intersect, union, erase, symmetrical difference, clip, spatial join dan
update.
1. Identity
Tool ini menggabungkan bagian fitur baru yang beririsan dengan fitur awal dan
menambahkannya ke dalam fitur awal sehingga membentuk pola fitur yang baru.

2. Intersect
1. Fungsi ini mirip dengan fungsi union tetapi bersifat lebih inklusif karena hanya
menggabungkan data yang saling beririsan saja.
2. Dari geoprocessing tools, pilih analysis toolsoverlayintersect
3. Setelah muncul jendela intersect, pilih data yang akan digabungkan dan atur lokasi
penyimpanan output data. Klik OK
Contoh output Intersect:

3. Union
1. Digunakan untuk menggabungkan dua dataset sehingga dihasilkan satu dataset
baru yang memiliki atribut gabungan dari kedua dataset awal.
2. Dari geoprocessing tools, pilih analysis toolsoverlayunion
3. Setelah muncul jendela union, pilih data yang akan digabungkan dan atur lokasi
penyimpanan output data. Klik OK
Contoh output Union:

4. Update
Merupakan salah satu tools yang digunakan dalam analisis spasial untuk data
vector. Tool ini berfungsi untuk mengupdate data atribut maupun geometri dari
dengan menggunakan data lain yang beririsan dengan data tersebut.
5.2 Symetrical Difference
Merupakan tool yang digunakan untuk mengupdate fitur data sehingga
menghasilkan penggabungan data yang tidak memuat fitur yang beririsan.

1. Erase
Tool ini digunakan untuk melakukan analisis overlay pada fitur data spasial. Tool ini
menghasilkan kelas fitur baru yang berupa area di luar kelas fitur yang berperan
sebagai fitur penghapus.
1. Digunakan untuk menghapus feature yang saling tumpang tindih.
2. Dari geoprocessing tools, pilih analysis toolsoverlayerase
3. Setelah muncul jendela erase, pilih data yang akan dihapus dan data yang akan
digunakan untuk menghapus. Klik OK

Selain tools yang telah dijelaskan tersebut, masih banyak berbagai geoprocessing
tools lainnya yang akan sering digunakan dalam menggunakan dan menganalisis
data spasial. Beberapa tools tersebut antara lain adalah identity, point distance,
split, update, frequency dan summary statistics.
2. Spatial Join
1. Digunakan untuk menggabungkan dua layer yang memiliki batasan spasial
berbeda, misalnya data poin dan poligon atau polyline dengan poligon sehingga
kedua atribut data tersebut dapat digabungkan dalam satu dataset.
2. Dari geoprocessing tools, pilih analysis toolsoverlayspatial join

3. Setelah muncul jendela spatial join, pilih data yang akan digabungkan dan atur
lokasi penyimpanan output data.. Klik OK.
Contoh output Spatial Join:

3. Clip
1. Digunakan ketika ingin mengurangi fitur geografis dari satu atau beberapa dataset
dengan menggunakan dataset lain sebagai batasan areanya.
2. Dari geoprocessing tools, pilih analysis toolsextractclip
3. Setelah muncul jendela clip, pilih data yang akan diklip dan pilih data yang
digunakan untuk mengklip. Klik OK
Contoh output Clip:

4. Split
Merupakan tool yang digunakan untuk membagi atau memecah suatu fitur data
spasial ke dalam kelas-kelas data yang lain.

Beberapa tools yang juga digunakan untuk mendukung analisis statistic dalam
ArcGIS antara lain adalah tools summary statistics dan frequency yang dapat
ditemui dalam ArcToolbox.
5.3 Proximity Analysis
Beberapa tools yang tergabung dalam proximity analysis antara lain adalah buffer,
poligon Thiessen, Multiple Ring Buffer, Near dan Point Distance.
1. Buffer
Tool ini digunakan untuk membuat suatu area penyangga yang merupakan
perluasan ke arah luar dari suatu fitur terpilih yang dapat berupa poligon, titik
ataupun polyline dengan jarak perluasan yang ditentukan. Berikut ini adalah
tahapan dalam menggunakan tool buffer.
1. Aktifkan jendela ArcMap dan add data yang ingin di buffer.
2. Aktifkan jendela geoprocessing tools dan pilih analysis toolsproximitybuffer

3. Setelah muncul jendela buffer pilih features yang akan dibuffer, nama output
analisis dan linier unit buffer atau jarak buffer, misalnya 200 meter (seperti terlihat
pada gambar jendela buffer di bawah). Klik Ok.
Buffer merupakan operasi analisis spasial yang diaplikasikan pada data vector.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, data vector dapat memiliki tiga bentuk, yaitu
point, polygon dan polyline. Ketiga bentuk data vector tersebut dapat digunakan
dalam operasi buffer. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan buffer
denganmenggunakan ketiga bentuk data vector tersebut.

Buffer Titik Buffer Poligon Buffer Polyline

2. Point distance
Tool ini digunakan untuk mengukur jarak dari titik ke titik yang terdapat di satu fitur
dengan semua titik lain yang terdapat di fitur data lainnya. Input data harus berupa
titik. Output data berupa tabel *.dbf.

3. Near
Tool ini berguna untuk menghitung jarak dari satu titik ke feature lain yang memiliki
jarak terdekat terhadap titik tersebut. Output data berupa tabel *.dbf.
4. Multiple Ring Buffer
Seperti halnya tool buffer, multiple ring buffer juga digunakan untuk menghasilkan
area buffer tetapi digunakan untuk menghasilkan lebih dari satu lingkaran atau
tingkatan buffer.
5. Thiessen Polygon
Tool ini berfungsi untuk mengubah data dalam bentuk titik menjadi polygon
Thiessen. Poligon Thiessen memiliki keunikan, yaitu setiap area polygon hanya
akan memiliki satu input titik, dan semua area di dalam polygon yang melingkupi
titik tersebut hanya memiliki jarak paling dekat ke titik tersebut.
VI. Pembuatan Peta Sebaran Spasial
Analisis spasial adalah suatu teknik atau proses yang melibatkan sejumlah
hitungan dan evaluasi logika (matematis) yang dilakukan dalam rangka mencari atau
menemukan (potensi) hubungan (relationships) atau pola-pola yang (mungkin) terdapat di
antara unsur-unsur geografis (Prahasta 2009). Dalam bidang kelautan sendiri analisis
spasial dapat dilakukan misalnya untuk pencarian lokasi yang optimal, misalnya lokasi
yang tepat untuk wisata bahari ataupun budidaya laut.

Dalam praktikum kali ini studi kasus nya adalah penentuan lokasi yang tepat untuk
budidaya rumput laut di perairan Kepulauan Karimun Jawa. Data yang digunakan
merupakan pendekatan dengan nilai-nilai asli yang mungkin didapatkan dari data primer
ataupun data sekunder. Data tersebut akan digunakan untuk mendapatkan peta sebaran
parameter secara spasial yang nantinya dapat digunakan pada perhitungan Model Builder
yang memerlukan evaluasi logika (matematis).

1. Buka data parameter-parameter yang ingin dibuat peta sebaran spasial nya,
dalam praktikum kali ini berbentuk file Microsoft Excel (.xls)

Pastikan koordinat (longitude dan latitude) dalam bentuk Decimal Degree bukan
Degree Minutes Second agar nantinya dapat muncul di ArcGIS.

2. Buka ArcGIS lalu add data , panggil file .xls tersebut ke dalam lembar kerja.
Panggil juga shapefile Kepulauan Karimun Jawa yang sebelum nya sudah didigit
beserta garis pantai nya.
3. Setelah terpanggil pastikan lembar kerja memiliki coordinate system yang sama,
dalam hal ini kita memakai proyeksi Geografi dengan datum WGS 1984.
4. Klik kanan pada lembar kerja di layer dialog ArcGIS, lalu pilih “Display X,Y Data”
untuk memproyeksikan data yang ada ke dalam lembar kerja ArcGIS.

Lalu akan muncul kotak dialog seperti dibawah ini:

Pada kolom X dan Y Field pastikan table tersebut memiliki koordinat yang ingin
diproyeksikan. Kolom Z Field seperti yang terlihat parameter-parameter yang
ingin ditampilkan, pilih salah satu. Pastikan koordinat memakai proyeksi dan
datum yang sesuai, jika belum sesuai klik Edit  Geographic Projected System
 World  WGS 1984.
5. Data yang telah terproyeksi telah muncul dalam bentuk point berupa titik-titik
sampling yang mempunyai atribute table yang berisi nilai-nilai parameter yang
ingin dibuat sebaran spasial nya.

6. Ambil salah satu parameter untuk dijadikan peta sebaran spasial, contoh suhu.
Kita akan menginterpolasi data-data agar satu perairan mempunyai nilai. Untuk
menginterpolasi kita menggunakan tools “Spline With Barriers”, barriers
digunakan agar nilai yang ada tidak masuk ke dalam daratan.

Setelah itu akan muncul dialog box Spline With Barriers


Di kolom Input point features masukkan shp yang memiliki nilai-nilai parameter.
Di kolom Z value field masukkan parameter yang ingin di buat sebaran nya.
Sebagai contoh kita pilih parameter suhu. Di kolom Input barriers features
masukkan garis pantai yang berbentuk polyline. Di kolom output raster masukkan
nilai cell size nya, masukkan angka 0.02 (optional, tergantung size yang
dinginkan). Setelah itu tekan OK.

7. Akan tampil di lembar kerja hasil dari interpolasi dengan Spline With Barriers
dalam bentuk raster. Selanjutnya raster tersebut akan di konversi terlebih dahulu
dalam bentuk point yang sudah mempunyai nilai hasil interpolasi.
8. Buka kolom ArcToolbox  Conversion Tools  From Raster  Raster To Point

Setelah itu akan muncul dialog box Raster To Point, pada kolom Input Raster
masukkan raster yang ingin di konversi, pada kolom Output Point Features untuk
menyimpan hasil konversi.

9. Hasil konversi dari raster tersebut akan otomatis tampil dalam lembar kerja.
Setelah didapat nilai dari hasil interpolasi kita akan membuat peta sebaran secara
spasial nya dengan menggunakan IDW (Inverse Distance Weighted).
10. Kembali ke kolom ArcToolbox, klik 3D Analyst Tools  Raster Interpolation 
IDW lalu akan muncul dialog box IDW seperti di bawah ini:

Input features point yang ingin di interpolasi, pada kolom Z value field, rubah ke
“gridcode” karena di kolom gridcode merupakan kolom yang mempunyai nilai
hasil interpolasi. Di kolom output cell size biasanya sudah ada nilai otomatis dari
ArcGIS yang bisa kita ganti sesuai keinginan kita, untuk kali ini kita akan
menggunakan cell size sebesar 0.05. Klik OK untuk memproses IDW.
11. Hasil dari IDW akan muncul otomatis di lembar kerja. Lakukan langkah yang
sama untuk parameter lain nya (tergantung berapa banyak parameter yang
digunakan).
VII. Model Builder
Model Builder adalah suatu aplikasi yang ada di dalam software ArcGIS yang
berguna untuk membuat, mengubah dan memanage model. Model disini adalah layer-
layer dalam bentuk raster yang dapat dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan
tools geoprosesing (ESRI 2010).

Pada studi kasus kali ini kita akan mencoba mencari kesesuaian perairan untuk
lokasi budidaya yang sesuai. Untuk menentukan kesesuaian lokasi untuk budidaya dalam
studi kasus ini, Model Builder dapat digunakan dengan cara menggunakan rumus yang
terdiri dari perhitungan matriks kesesuaian parameter-parameter yang mempunyai bobot
dan skoring. Analisis matriks kesesuaian untuk kegiatan budidaya laut diawali dengan
penyusunan matriks kesesuaian. Data primer yang berupa data yang didapat dari
lapangan digunakan dalam analisis matriks ini (Septian 2014). Perhitungan matriks
kesesuaian dilakukan untuk pemberian skala penilaian. Skala penilaian adalah sebagai
berikut:
1. S1 (Sangat Layak), apabila lahan tidak mempunyai pembatas yang berarti untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang diterapkan.
2. S2 (Layak), apabila lahan mempunyai pembatas agak berarti untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
3. N (Kurang Layak), memiliki kelayakan yang rendah dimana perairan memiliki
faktor pembatas yang kuat untuk budidaya rumput laut sehingga sangat
berpengaruh terhadap kualitas perairan. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk
pengembangan budidaya rumput laut

Rumus untuk menghitung kesesuaian lokasi adalah:

Keterangan:

K = Tingkat ksesuaian lahan

Sij = Skor parameter ke-i kelas ke-j

Sijmax = Skor parameter ke-i kelas maksimum


B = Bobot parameter ke-i

Matriks kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut:

Parameter Kisaran Skor Bobot


(A) (B)
1 2 3 4
Suhu Perairan (°C) 27-30 2
20-27 dan 30-33 1 2
<20 dan >33 0
1--10 2
Kedalaman Perairan (m) 11--15 1 3
<1 dan >15 0
>3 2
Kecerahan Perairan (m) 1–3 1 3
<1 0
0,05 – 0,075 2
0,021-0,05 & 0,0755- 1 3
Fosfat (mgL-1)
0,1
<0,021 dan >0.1 0
1,5 – 2,5 2
Nitrat (mgL-1) 1,0-1,5 & 2,5-3,2 1 3
<1 dan >3,2 0

Interval kelas kesesuaian didapatkan dengan metode equal interval (Prahasta


2002 dalam Fatah 2012) dengan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:
I = Interval Kelas Kesesuaian
K = Jumlah Kelas Kesesuaian Yang Diinginkan

Untuk memulai proses pemodelan di Model Builder, pastikan seluruh parameter


sudah selesai dibuat sebaran spasial nya dalam bentuk raster dan sudah di reklasifikasi
nilai-nilai parameter sesuai dengan matriks kesesuaian.
1. Pastikan parameter-parameter sudah dalam bentuk raster lalu kita akan
reclassify nilai-nilai parameter yang telah didapat dari hasil interpolasi agar sesuai
dengan matriks kesesuaian nya dan dengan bobot nya.

Ambil contoh salah satu parameter untuk kita klasifikasi ulang, misalnya suhu.
Masuk ke ArcToolbox lalu 3D Analyst Tools  RasterReclass  Reclassify.
Akan keluar dialog box reclassifiy. Yang harus diperhatikan adalah nilai minimum
dan maksimum yang dimiliki oleh parameter tersebut lalu kita lihat matriks dan
masukkan sesuai bobot nya. Klik classify, akan muncul dialog box classify nilai
agar menjadi beberapa kelas.
Masukkan nilai yang sesuai dengan matriks kesesuaian, untuk range suhu 27-30
masuk ke dalam skor 2, range 20-27 dan 30 -33 masuk ke dalam skor 1 pada
kolom New Value masukkan skor sesuai dengan nilai nya. Klik OK untuk
memproses. Hasil dari klasifikasi ulang ini akan langsung otomatis muncul pada
lembar kerja.
Lakukan untuk setiap parameter hingga semua sesuai dengan matriks
kesesuaian dan skornya.
2. Setelah semua parameter sudah di klasifikasi ulang dan sesuai dengan matriks
kesesuaian dan skor nya masing-masing tahapan selanjutnya adalah
penggunaan rumus untuk mengetahui tingkat kelayakan perairan untuk budidaya

rumput laut menggunakan Model Builder. Pada toolbar klik gambar untuk
mengaktifkan fitur Model Builder.
3. Drag semua parameter yang sudah di klasifikasi ulang yang akan dimasukkan
dalam penghitungan ke dalam dialog box Model Builder.
4. Sekarang kita akan mengaplikasikan rumus tingkat kesesuaian perairan pada
Model Builder:

Pada rumus dapat dilihat ada dua dua bagian perhitungan, penyebut dan
pembilang. Kita akan melakukan penghitungan untuk pembilang nya terlebih
dahulu. Setiap parameter yang sudah kita klasifikasi ulang akan kita kalikan
dengan bobot yang kemudian akan kita jumlah.
5. Buka ArcToolbox  Spatial Analyst Tools  Math  Trigonometric. Pada tools
tersebut terdapat fungsi-fungsi sederhana perhitungan matematis

Karena kita akan mengkalikan nilai parameter dengan bobot maka kita akan
memakai tools “Times”. Drag tools Times ke dalam model, copy-paste sesuai
dengan jumlah parameter. Double-click pada tools time di dalam model sehingga
akan muncul dialog box dari Times. Pada input raster 1 masukkan file raster
parameter yang ingin dihitung, contoh kedalaman. Pada input raster 2 or value
masukkan nilai bobot dari parameter, untuk kedalaman bobotnya adalah 3. Beri
nama pada kolom output raster, usahakan namanya hasil dari yang akan kita
hitung misal bati_bo yang artinya hasil dari ini dalah “batimeri dikali bobot”. Lalu
klik OK, lakukan untuk setiap parameter yang ingin dikalikan dengan bobot.
Semua parameter telah dikalikan dengan bobot nya masing-masing, agar

tampilan model lebih teratur klik untuk pengaturan layout secara otomatis.
6. Setelah menghitung perkalian antara parameter dengan bobot nya sesuai
dengan matriks kesesuaian, kita akan menjumlahkan hasil perkalian tersebut.
Kembali ke ArcToolbox lalu drag “Plus” ke dalam model. Klik dua kali pada tools
plus, masukkan parameter hasil perkalian dengan bobot untuk ditambahkan
dengan parameter lainnya
Pada input raster 1 masukkan parameter misalnya kedalaman, pada input raster
2 masukan parameter lainnya seperti suhu. Save file hasil perkalian tersebut, lalu
lanjutkan penjumlahan dari hasil perkalian pertama ke parameter lainnya.
7. Setelah didapatkan hasil dari penjumlahan tersebut, selanjut nya kita akan
mengkalikan nya dengan 100 (bagian dari rumus), drag kembali Times dari
ArcToolbox ke dalam model, double-click, masukkan hasil penjumlahan pada
input raster 1 dan angka 100 pada input raster 2. Simpan file.
8. Sekarang kita akan membagi dengan bagian penyebut. Kita akan menjumlahkan
nilai dari hasil parameter dengan skor maksimum, misal nya untuk batimetri skor
maksimal nya adalah 2 dengan bobot 3, dikalikan lalu di jumlah kan dengan hasil
parameter lainnya. Pada studi kasus ini, kita memakai 5 parameter yang
mempunyai nilai skor dikali bobot maksimal senilai 28.
9. Tools yang akan kita gunakan adalah “Divide”. Drag tools “Divide” ke dalam
lembar kerja model, double-click masukkan hasil total yang didapat sebelum nya
pada input raster 1 dan angka 28 pada input raster 2 nya. Simpan file dengan
nama hasil akhir, lalu klik OK
10. Sekarang kita sudah mengaplikasikan rumus untuk mencari nilai kesesuaian
lahan tersebut, selanjut nya kita harus memverifikasi rumus tersebut terlebih

dahulu sebelum kita run model nya, klik . Sekarang kita akan run model

dengan cara mengklik pada toolbar, akan muncul dialog box executing files,
tunggu sampai selesai.
Model sudah selesai, save model dengan cara klik model  Save.
11. Tutup windows model, lalu kembali ke lembar kerja. Buka file yang merupakan
hasil akhir dari penghitungan model dengan cara add data lalu pilih file nya.

12. Sekarang kita akan mengklasifikasikan ulang kembali nilai-nilai yang terdapat
pada hasil akhir pemodelan dengan interval dan kelas yang kita inginkan (S1, S2
dan N) dengan menggunakan rumus
Berdasarkan perhitungan dengan metode equal interval maka didapatkan interval
kelas kesesuian seperti yang tercantum dalam tabel:

No Total Skor Tingkat Kesesuaian Evaluasi


1. 68 – 100 S1 Sangat Sesuai
2. 34 – 67 S2 Sesuai
3. 0 – 33 N Kurang Sesuai

13. Klasifikasikan ulang hasil akhir tersebut sesuai dengan interval tingkat
kesesuaian nya. Klik OK, hasil reclassify akan tampil otomatis dalam lembar kerja

14. Kita sudah mendapat kan nilai perairan yang sudah kita klasifikasikan dalam 2
kelas yaitu “Sesuai” dan “Sangat Sesuai” berdasarkan parameter oseanografinya.
Dalam gambar dapat dilihat bahwa nilai 1 merupakan perairan yang masuk
dalam kelas kesesuaian S2 yaitu “sesuai” dan nilai 2 merupakan perairan yang
masuk ke dalam kelas kesesuaian S1 yaitu “Sangat Sesuai”. Selanjutnya kita
bisa meng-overlay kan hasil ini dengan peraturan daerah dari masing-masing
daerah.
Daftar Pustaka

1. Lukman, dkk. 2011. DGA (Dekstop GIS For Starter With ArcGis). ComLabs IT Course.
Institut Teknologi Bandung : Bandung.

2. Prahasta, Eddy. 2011. Tutorial ArcGis Dekstop untuk Bidang Geodesi & Geomatika.
Penerbit INFORMATIKA : Bandung

3. Tim Asisten Pemetaan, 2011. Modul Pelatihan ArcGis Tingkat Dasar 1. Laboratorium
Teknologi dan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Padjadjaran. Jatinagor

4. Hartoyo, dkk. 2010. MODUL PELATIHAN Sistem Informasi Geografis (SIG) Tingkat
Dasar. Penerbit : Tropenbos International Indonesia Programme.

Das könnte Ihnen auch gefallen