Sie sind auf Seite 1von 3

Proses Tender dan Formasi Kontrak

kontrak konstruksi diatur oleh hukum umum kontrak, dengan sebagian besar para
kontraktor akan menjadi familiar ( terbiasa ). Disamping beberapa aturan hukum ,
pembayaran dan penyelesaian sengketa, yang hanya berlaku untuk kontrak konstruksi.
Dalam bab ini, akan dibahas tentang pengertian dari kontrak konstruksi dari beberapa
aspek hukum dan memeriksa prinsip-prinsip umum dari kontrak yang berlaku dari
konteks konstruksi.

9.1 Pengertian Dari Kontrak Konstruksi


Sampai saat ini, hukum tidak memperlakukan kontrak konstruksi sebagai kasus
yang special, tetapi hanya sebagian besar kategori diketahui sebagai kontrak untuk
pekerjaan dan bahan baku. Tetapi, hal ini telah diubah oleh bagian II pada hibah
perumahan, konstruksi dan regenarasi berlaku pada tahun 1996, yang menetapkan aturan-
aturan tertentu yang berlaku hanya untuk kontrak konstruksi. Aturan ini menekankan
pada system pembayaran dan proses mekanisme penyelesaian suatu permasalahan yang
disebut adjudication.

Poin pertama yang harus diperhatikan bahwa pengertian hukum adalah sangat luas.
Itu termasuk perjanjian secara tertulis, atau dibuktikan secara tertulis . berikut poin yang
dibahas dalam pembuatan kontrak konstruksi :

1. Penyelesain pekerjaan konstruksi


2. Mengatur untuk penyelesaian pekerjaan konstruksi yang lainnya
3. Menyediakn tenaga kerja untuk proses penyelesaian pekerjaan konstruksi

Oleh karena itu, pengertian dari kontrak konstruksi adalah sebuah perjanjian yang
mengatur kesepakatan antara pemilik proyek dan kontraktor dalam hal mekanisme
proses penyelesaian pekerjaan , pembagian ruang lingkup kerja dan pemasokan
sumber daya manusia untuk penyelesaian pekerjaan.

9.2 Penyusunan Kontrak Berdasarkan Perjanjian


Kontrak adalah sebuah perjanjian yang mempunyai kekuatan hukum, perjanjian
biasanya didefinisikan sebagai sebuah tawaran yang dibuat oleh seseorang atau beberapa
orang dan penerimaan dari penawaran yang dibuat oleh seseorang atau beberapa orang.
Berikut terdapat beberapa komponen yang harus terdapat dalam sebuah penyusunan
kontrak berdasarkan perjanjian .

1. Penawaran
2. Penerimaan dari sebuah penawaran
3. Kesalahan
4. Bahan Pertimbangan
5. Perjanjian
6. Bentuk

9.2.1 Penawaran
Proses penawaran adalah sebuah dokumen yang berisikan berbagai komponen
yang diajukan oleh kontraktor atau penyedia jasa kepada pemilik pekerjaan. Komponen
tersebut terdiri dari : nama lembaga penyedia jasa, struktur organisasi dari lembaga
penyedia jasa, pengalaman kerja dari lembaga penyedia jasa, serta penjabaran kemampuan
SDM yang dimiliki dari lembaga dari penyedia jasa. Dalam proses penyusunan kontrak
konstruksi , proses penawaran harus dibuat secara cermat dan tepat oleh calon penyedia
jasa / kontraktor agar peluang diterimanya dari penawaran oleh pemilik proyek adalah
besar.

9.2.2 Penerimaan
Tahap penerimaan dimaksudkan sebagai setelah proses pengiriman , pihak pemilik
proyek akan melaksanakan proses verifikasi dan validasi dari dokumen-dokumen yang
telah dikirim oleh calon penyedia jasa / kontraktor. Tahap verifikasi dan validasi sangat
dibutuhkan untuk proses penyaringan dari para calon penyedia jasa / kontrak yang benar
– benar layak untuk diundang oleh pemilik proyek untuk melaksanakan proses paparan
tentang rencana atau metode yang akan digukan oleh calon penyedia jasa. Dalam proses
paparan, sang pemilik proyek berhak melakukan proses Tanya jawab kepada pihak calon
kontraktor baik yang berkaitan tentang teknis penyelesaian proses pekerjaan, maupun
dalam mekanisme proses penyelesaian pembayaran. Syarat-syarat penerimaan yang baik
dari pemilik proyek kepada penyedia jasa / kontraktor adalah sebagai berikut :

1. Acceptance must be certain and unambiguous


Syarat persetujuan harus jelas dan tidak ambigu. Jelas dalam hal ini bisa dikatakan
sebagai dalam proses pembagian tanggung jawab dari masing-masing pihak.
Sedangkan tidak ambigu pengertiannya adalah dalam penyusunan artikel yang
tertuang dalam kontrak harus dimengerti oleh kedua pihak. hal ini harus benar-
benar diperhatikan agar ketika proses pelaksanaan pekerjaan terjadi kesalah
pahaman atau perbedaan pendapat maka proses penyelesaiannya tidak berlarut-
larut.
2. Acceptance must be unconditional
Syarat persetujuan harus tidak kondisional. Tidak kondisional disini bersifat mutlak.
Dalam pekerjaan konstruksi ada beberapa hal yang tidak bisa ditolerir. Misalnya
adalah kualitas dari hasil pengerjaan konstruksi, jika hasil pengerjaan tidak sesuai
dengan kualitas standar maka dikhawatirkan akan menurunkan fungsi dari hasil
pekerjaan tersebut. Sedangkan ada beberapa hal yang bisa bersifat tidak
kondisional seperti waktu penyelesaian pekerjaan, harga jasa dan kuantitas SDM
yang harus disediakan pemberi jasa
3. Acceptance by Conduct
4. Acceptance Restropective

9.2.3 Kesalahan
Istilah kesalahan dalam hal ini menjelaskan bahwa jika ada dari salah 1 pihak lalai
melaksanakan tanggung jawabnya maka akan diatur proses mekanisme untuk
menyelesaikan masalah ini.

9.2.4 Pertimbangan
Dalam hal ini pertimbangan yang dimaksudkan adalah penyusunan formulasi
masalah yang akan timbul ketika proses pelaksanaan pekerjaan. Dalam hal ini pihak calon
kontraktor dan pemilik proyek harus membuat formulasi yang tepat agar jika masalah
yang kemungkinan terjadi muncul akan mampu diselesaikan dengan cepat tanpa
merugikan kedua belah pihak

9.2.5 Perjanjian
Jika 4 langkah diatas telah dilaksanakan dengan baik, maka akan disusun perjanjian
yang akan disepakati oleh kedua belah pihak sebagai landasan untuk menunjukkan
komitmen dari masing-masing pihak.

Das könnte Ihnen auch gefallen