Sie sind auf Seite 1von 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada banyak perusahaan manufaktur, suatu proses produksi dihasilkan lebih dari satu
jenis produk. Di perusahaan industri minyak bumi misalnya, proses penyulingan minyak
mentah dapat menghasilkan bensin,minyak tanah, oli dan lain – lain. Di perusahaan yang
memproduksi (potong) daging hewan dapat menghasilkan daging, kulit, dan sebagainya.
Bila dalam suatu proses poduksi dihasilkan lebih dari satu produksi seperti contoh diatas
maka produk tersebut disebut produk bersama dan atau produk sampingan. Produk yang
dihasilkan akan dinamakan produk bersama atau produk sampingan akan tergantung pada
nilai relatif dari produk tersebut.
Persoalan yang timbul adalah akibat dari proses produksi yang sama dihasillkan lebih
dari satu jenis produk adalah biaya yang dikeluarkan / dikorbankan adalah untuk semua
produk tersebut, disebut biaya bersama (join cost) yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi produk – produk yang bersangkutan.
Alokasi dari biaya bersama penting untuk penetuan harga pokok produksi masing –
masing produk dan penentuan nilai persediaan produk jadi. Oleh sebab itu, dikemukakan
masalah perlakuan produk bersama, produk sampingan yag lebih terfokus pada alokasi biaya
bersama yang terjadi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dari pembahasan mengenai produk bersama dan produk
sampingan antara lain:
1.1.1 Apakah pengertian dari produk bersama dan produk sampingan?
1.1.2 Bagaimanakah perbedaan dari join cost dan common cost ?
1.1.3 Apa sajakah metode dari alokasi biaya bersama?
1.1.4 Bagaimanakah perlakuan terhadap produk sampingan ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Agar mahasiswa dapat mengetahui :
1.3.1 Pengertian dari produk bersama dan produk sampingan
1.3.2 Perbedaan dari join cost dan common cost
1.3.3 Metode dari alokasi biaya bersama
1.3.4 Perlakuan terhadap produk sampingan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Produk Bersama Dan Sampingan


2.1.1 Produk bersama (joint-product)
Produk Bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama-
sama atau serempak dengan menggunakan satu macam atau beberapa macam bahan

2
baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan masukkan (input) tersebut
tidak diikuti jejaknya pada setiap macam produk tertentu. Biaya produk bersama
bersifat homogen untuk seluruh produk sampai pada titik pisah. Nilai jual dari
masing-masing produk bersama relatif sama sehingga tidak ada produk yang
dianggap sebagi produk utama dan produk sampingan.
Contoh: Pabrik penyulingan minyak mentah (crude oil) menghasikan minyak siap
dikonsumsi berupa minyak gasolin, karosine, minyak diesel (solar), minyak bakar,
minyak tanah, dll.
2.1.2 Produk Sampingan (by-product)
Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total
relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih
besar. Produk yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama. Produk
sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama operasi
perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan
produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat pengolahan produk,
kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil dibandingkan dengan nilai
keseluruhan produk.
Pembedaan produk utama dan produk sampingan terletak pada nilai jualnya. Jika nilai
jual salah satu produk relatif lebih kecil dari yang lainnya maka dikategorikan sebagai
produk sampingan, sedangkan apabila produk-produk yang dihasilkan relatif sama maka
dikategorikan sebagai produk bersama. Contoh: pada pabrik penggergajian kayu, kayu lapis
dan papan kayu merupakan produk utama, sedangkan serbuk gergaji dan kayu bakar
merupakan produk sampingan.
 Karakteristik Produk Bersama, Produk Sampingan, dan Produk Sekutu
Produk bersama memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Produk bersama merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
b. Harga jual produk bersama relative tinggi bila dibandingkan dengan produk
sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
c. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindarkan diri
untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia ingin memproduksi hanya
salah satu di antara produk bersama tersebut. Dalam perusahaan daging kalengan
misalnya, setiap kali penyembelihan sapi, akan diperoleh daging, kulit, dan lemak.
Jadi kalau produsen hanya ingin mengolah daging saja, tidak bisa jika ia tidak

3
mengolah atau memanfaatkan kulitnya (seperti halnya dibuat makanan atau dijual
dalam bentuk olahan dari kulit).

Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut
dijual pada saat terpisah dari produk bersama dari produk utama :
a. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa
memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah
dari produk utama.
Contoh produk sampingan yang tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut
setelah terpisah dari produk utamanya terdapat dalam proses penggilingan gabah.
Produk sampingan berupa menir, katul, dedak, yang dapat langsung dijual setelah
terpisah dari beras.

2.2 Joint vs Common Cost


Biaya bersama (joint cost) adalah biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang
harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan
produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara
masa. Biaya produk bersama (joint products cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat
mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan
identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik. Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi
berbagai macam produk yang dapat berupa produk bersama (joint products), produk
sampingan (by-products), dan produk sekutu (co-products).
Biaya bergabung (common cost) adalah biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih
produk yang terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang
bersamaan. Dengan kata lain biaya bergabung adalah biaya tak langsung dalam
hubungannya dengan produk-produk yang dihasilkan. Sebagai contoh dalam perusahaan cor
besi yang menghasilkan berbagai macam barang-barng cor seperti kaki mesin jahit, suku
cadang mesin-mesin pabrik gula, timbangan, dan sebagainya, yang di cor pada saat yang
sama, bahan bakar(cokes), dan biaya-biaya overhead lainnya merupakan biaya bergabung
dalam pengolahan produk-produk tersebut.
Biaya bergabung dan biaya bersama mempunyai satu perbedaan pokok yaitu bahwa biaya
bergabung dapat diikuti jejak aliannya ke berbagai macam produk yang terpisah atas dasar

4
sebab akibat, atau dengan cara menelusuri jejak penggunaan fasilitas. Biaya bergabung tidak
meliputi biaya-biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja langsung. Di lain pihak biaya
bersama tidak dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai macam produk yang dihasilkan dan
meliputi biaya-biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Biaya bergabung dan biaya bersama dapat dibedakan ditinjau dari sudut alokasinya.
Dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya bergabung harus menggambarkan aliran
biaya tersebut dalam proses produksi atau kepada produk. Atau dengan kata lain dalam
alokasi biaya bergabung dianggap biaya tersebut dapat dipakai jejak alirannya, atau
diidentifikasikan kepada proses atau produk tertentu. Dalam alokasi biaya bersama, dasar
yang dipakai untuk alokasi tidak menggambarkan aliran biaya bersama tersebut ke dalam
produk.

2.3 Metode Alokasi Biaya Bersama


Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya mengahdapi masalah
pemasaran berbagai produknya, karena masing-masing produk tentu mempunyai masalah
pemasaran dan harga jual yang berbeda-beda. Manajemen biasanya ingin mengetahui
besarnya kontribusi masing-masing produk bersama terhadapa seluruh penghasilan
perusahaan, karena dengan demikian ia dapat mengetahui dari beberapa macam produk
bersama tersebut, jenis produk yang menguntungkan atau jenis yang perlu didorong
pemasarannya. Untuk ini, adalah perlu untuk mengetahui sendiri mungkin bagian dari
seluruh biaya produksi yang dibebankan kepada masing-masing produk bersama, sehingga
masalah pokok bersama adalah penentuna proporsi total biaya produksi (yang dikeluarkan
sejak bahan baku diolah sampai dengan saat produk-produk dapat dipisahkan identitasnya)
yang harus dibebankan kepada berbagai macam produk bersama .
Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama menggunakan salah satu
dari empat metode dibawah ini :
a. Metode Nilai Jual Relatif
Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada
produk bersama. Dasar pikiran metode ini bahwa harga jual suatu produk merupakan
perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut.
Contoh 1
Misalkan biaya bersama yang dikeluarkan oleh PT El Sari selama satu periode
akuntansi berjumlah Rp 750.000. jumlah dan harga per satuan produk yang dihasilkan
perusahaan tampak pada berikut ini.

5
Alokasi biaya bersama dengan metode nilai jual relatif
Nilai Jual Alokasi Harga
Relatif Biaya Pokok
Bersama Produk
Bersama
per Kg
Produk Jml. Produk Harga Nilai Jual (3) x (4) x 750.000 (5) : (1)
Ber- yg Dihasilkan Jual/Kg (1) x (2) 1.000.000
sama
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A 15.000 Kg Rp10,0 Rp 150.000 15% Rp112.500 Rp 7,5
B 20.000 17,5 350.000 35% 262.500 13,13
C 25.000 12,0 300.000 30% 225.000 9,0
D 10.000 20,0 200.000 20% 150.000 15,00
70.000 Kg Rp1.000.000 100% Rp750.000

Alokasi biaya bersama juga dapat dilakukan sebagai berikut: total biaya bersama
(750.000) dibagi dengan total nilai jual (1.000.000) dikalikan 100% akan didapat
presentase biaya dari nilai jualnya (75%). Jadi untuk tiap-tiap produk bersama,
presentase biaya dari nilai jualnya sebesar 75%. Maka biaya bersama dapat dialokasikan
seperti pada tabel diatas (produk A= 75% x 150.000 = Rp 112.000; dan seterusnya).
Pemakaian metode nilai jual relatif dalam mengalokasikan biaya bersama ini akan
menghasilkan presentase laba bruto dari hasil penjualan yang besarnya sama untuk tiap
jenis produk bersama tersebut.
Contoh 2
Dari data diatas , misalnya jumlah satuan produk yang dijual selama periode akuntansi
berjumlah seperti dibawah ini
Perhitungan Persentase Laba Bruto Tiap Produk

6
Variasi penggunaa metode nilai jual relative kita dapati bila satu atau beberapa produk
bersama memerlukan biaya pengolahan tambahan setelah saat terpisah (split-off). Nilai
jual produk bersama dapat diketahui setelah produk bersama tersebut mengalami
pengolahan lebih lanjut. Dengan demikian pada saat terpisah produk bersama tersebut
belum memiliki nilai jual. Untuk mengalokasikan biaya bersama perlu dihitung nilai
jual hipotetis yang dihitung dengan cara mengurangi nilai jual produk bersama setelah
diproses lebih lanjut dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan sejak saat
terpisah sampai saat produk tersebut siap untuk dijual.
Contoh 3
Misalkan biaya bersama dalam satu periode akuntansi berjumlah Rp 3.000.000. harga
jual per kg dan jumlah produk yang diproduksi selama periode akuntasi tampak dalam
gambar berikut. Produk A setelah terpisah dari produk B memerlukan biaya tambahan
(separable cost) sebesar Rp 100 per kg. alokasi biaya bersama dapat dilakukan seperti
tampak pada gambar berikut.
Alokasi Biaya Bersana dengan Mempertimbangkan Biaya-biaya yang Dikeluarkan Setelah Saat Produk
Bersama Terpisah

b. Metode unit kuantitatif / satuan fisik


Metode satuan fisik mencoba mennetukan harga pokok produk bersama sesuai
dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini
biaya bersama dialokasikan kepada produk atas dasar koefisien fisik yaitu kuantitas
bahan baku yang tersapat dalam masing-masing produk. Koefisien fisik ini dinyatakan

7
dalam satuan berat, volume atau dalam ukuran lain.dengan demikian metode ini
mengendaki bahwa produk bersama yang dihasilkan harus dapat diukur dengan satuan
ukuran pokok yang sama. Jika produk bersama mempunyai satuan ukuran yang
berbeda, harus ditentukan dulu koefisien ekuivalensi yang digunakna untuk mengubah
berbagai satuan tersebut menjadi satuan yang sama. Untuk menggambarkan pemkaian
metode ini , misalkan 10.000 barrels minyak mentah diolah dalam prose penyulingan.
Hasil produksi pengoolahan tersebut setelah dikurangi dengan kerugian sebanyak 200
barrels (akibat susut atau hilang dalam proses) sebagai berikut:

Hasil pengolahan tiap 10.000 barrel minyak mentah

Jika presentase di atas sama dalam setiap proses produksi, maka hal ini dapat
digunakan unruk mengaliokasikan biaya bahan baku yang dipakai. Upah langsung dapat
juga dialokasikan dengan memakai presentase tersebut, kecuali bila ada metode lain
yang lebih teliti.

8
Misalkan selama pengolahan 10.000 barrels minyak mentah tersebut, harga pokok
bahan baku yang dipakai berjumlah Rp 15.000.000. alokasi harga pokok bahan baku
terlihat sebagai berikut :

c. Metode rata-rata biaya per satuan


Metode ini digunakan jika dari satu proses produksi bersama dihasilkan beberapa
produk yang bisa diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan
oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama dari satu
proses yang sama tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini harga pokok masing-
masing produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi. Jalan pikiran
yang mendasari pemakaian metode ini adalah karena semua produk dihasilkan dari
proses yang sama, maka tidak mungkin biaya untuk memproduksi sau satuan produk
berbeda satu sama lain.
Contoh 4
Perusahaan pengerajian kayu menghasilkan berbagai macam mutu kayu. Data kegiatan
perusahaan selama satu periode akuntasi adalah sebgai berikut:
1. Jumlah produksi 762.000 m3
2. Biaya bersama Rp 22.860.000
3. Rata-rata biaya per 1.000 m3 = Rp30.000 = (Rp 22.860.000:762)
Rata-rata per 1000 m3 digunakan untuk menghitung harga berbagai macam kayu yang
mempunyai mutu berbeda-beda sesuai dengan proporsi kuantitasnya masing-masing
yaitu:

9
d. Metode rata-rata tertimbang
Jika dalam metode rata-rata biaya per satuan dasar yang dipakai dalam
mengalokasikan biaya bersama adalah kuantitas produksi, maka dalam metode ini
Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah
unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk
alokasi. Penentuan angka penimbangan untuk tiap-tiap produk didasarkan pada jumlah
bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi, dan
pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang dihasilkan. Jika
yang dipakai sebagai penimbang adalah harga jual produk maka metode alokasinya
disebut metode nilai jual relatif.
Contoh 5
Biaya bersama yang dikeluarkan selama satu periode akuntansi berjumlah Rp
64.500.000. jumlaah produk yang dihasilkan dan angka penimbang tiap produk adalah
sebagai berikut:

2.4 Perlakuan Produk Sampingan


Dalam uraian tentang produk bersama telah dibahas mengenai bagaimana
mengalokasikan biaya bersama ke berbagai produk bersama. Dalam produk sampingan titik
berat pembahasannya adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk

10
sampingan tersebut. Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan
pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk sampingan relative rendah nila
dibandingkan dengan produk utama. meskipun demikian ada beberapa metode untuk
mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan. Metode
akuntansi yang digunakan untuk memperlakukan produk sampingan dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu :
2.4.1 Metode Tanpa Harga Pokok
Metode-metode yang tidak mencoba menghitung harga pokok produk sampingan
atau persediaannya, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan
sebagai pendapatan atau pengurang biaya produksi. Metode ini bisa disebut metode
tanpa harga pokok (non-cost method).
Berikut ini diuraikan beberapa metode perlakuan terhadap pendapatan penjualan
produk sampingan.
1. Pendapatan penjualan produk sampingan diberlakukan sebagai pendapatan diluar
usaha. Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk
sampingan dikurangi dengan penjualan returnya dicatat dalam rekening
“Pendapatan Penjualan Produk Sampingan” dan pada akhir periode akuntansi
ditutup ke rekening laba rugi dalam kelompok penghasilan diluar usaha (other
income).
Metode ini tidak mencoba menentukan harga pokok produk sampingan. Metode
ini cocok digunakan dalam perusahaan yang :
a. Nilai produk sampingnya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan.
b. Penggunaan metode yang lebih teliti memerlukan biaya yang tidak sebanding
dengan manfaat yang diperoleh.
c. Saat terpisahnya produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan
pembebanan harga pokok produk sampingan kepada produk utama tidak
mengakibatkan perbedaan yang mencolok pada harga pokok produk utama.
Keberatan penggunaan metode ini adalah :
a. Apabila pada akhir periode akuntansi terdapat persediaan produk sampingan,
maka timbul masalah penilaian persediaan untuk tujuan pembuatan neraca
perusahaan. Pada umumnya terhadap persediaan akhir produk sampingan
tidak diadakan penilaian sehingga hal ini mengakibatkan harga pokok
persediaan produ utama lebih besar. Bila metode ini digunakan maka nilai

11
pasar persediaan produk sampingan tersebut harus dilaporkan dalam neraca
sebagai catatan kaki.
b. Dapat mengakibatkan penandingan pendapatan dengan biaya tidak dalam
periode yang tepat. Pada saat produk sampingan selesai diproduksi tidak
dibuat jurnal pencatatan dan pencatatan baru dilakukan pada saat dijual.
Apabila produksinya tidak dilakukan dalam periode akuntansi yang sama
dengan saat terjadinya penjualan, maka akan mengakibatkan perhitungan
penghasilan dan biaya yang tidak tepat.
c. Tidak adanya pengawasan terhadap persediaan produk sampingan, sehingga
hal ini membuka kesempatan untuk terjadinya penggelapan terhadap produk
sampingan tersebut.
d. Meskipun nilai jual produk sampingan kecil, tetapi kalau pendapatan
penjualannya dilaporkan sebagai penghasilan diluar usaha, maka hal ini akan
mengaburkan gambaran menyeluruh tentang hasil usaha perusahaan.

2. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan


pendapatan penjualan produk utama. metode ini merupakan variasi metode
pertama diatas. Semua biaya produksi dikurangkan dari pendapatan penjualan
semua produk (baik produk utama maupun sampingan) untuk mendapatkan laba
bruto. Dalam metode ini tidak diadakan alokasi biaya bersama seperti halnya
dengan metode pertama.
3. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang harga
pokok penjualan. Dalam metode ini pendapatan penjualan produk sampingan
dikurangkan dari harga pokok penjualan sehingga menghasilkan laba bruto. Laba
bersih sebelum pajak tetap sama.
4. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang total
biaya produksi. Pendapatan penjualan produk sampingan dikurangkan total biaya
produksi, sehingga biaya produksi turun. Hal ini menyebabkan biaya produksi
per satuan turun sehingga harga pokok persediaan produk akhir turun lagi.
5. Metode Nilai Pasar atau Reversal Cost Method. Metode perlakuan produk
sampingan ini pada dasarnya sama dengan metode terakhir yang telah
dibicarakan sebelumnya. Ada perbedaan sedikit antara keduanya, yaitu kalau
pada metode terakhir yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah
pendapatan penjualan sesungguhnya produk sampingan, sedangkan pada metode

12
inlai pasar ini yang dikurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan.
Metode ini mencoba menaksir biaya produk sampingan dengan titik tolak dari
nilai pasarnya. Taksiran biaya produk sampingan pada saat terpisah ini kemudian
dikurangkan dari biaya bersama untuk mendapatkan biaya produk utama.

2.4.2 Metode Harga Pokok


Metode-metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama kepada
produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk atas dasar biaya
yang dialokasikan tersebut. Metode ini dikenal dengan nama metode harga pokok
(cost methods. Metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan yang produk
sampingannya dipakai dalam pabrik sebagai bahan baku atau penolong. Harga pokok
yang diperhitungkan dalam produk sampingan adalah sebesar harga beli atau biaya
pengganti (replacement cost) yang berlaku dipasar. Jumlah ini kemudian dikreditkan
pada rekening Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku, sehingga mengurangi
biaya produksi produk utama. Pengurangan biaya produksi produk utama ini akan
mengakibatkan harga pokok per satuan persediaan produk utama menjadi lebih
rendah.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Alokasi dari biaya bersama penting untuk penetuan harga pokok produksi masing –
masing produk dan penentuan nilai persediaan produk jadi. Oleh sebab itu, dikemukakan
masalah perlakuan produk bersama, produk sampingan yang lebih terfokus pada alokasi
biaya bersama yang terjadi. Biaya bergabung dan biaya bersama dapat dibedakan ditinjau
dari sudut alokasinya. Dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya bergabung harus
menggambarkan aliran biaya tersebut dalam proses produksi atau kepada produk. Atau
dengan kata lain dalam alokasi biaya bergabung dianggap biaya tersebut dapat dipakai jejak
alirannya, atau diidentifikasikan kepada proses atau produk tertentu. Dalam alokasi biaya
bersama, dasar yang dipakai untuk alokasi tidak menggambarkan aliran biaya bersama
tersebut ke dalam produk. Ada empat metode alokasi biaya bersama ke produk bersama
antara lain metode nilai jual relatif, metode satuan fisik, metode rata-rata biaya per satuan,
dan metode rata-rata tertimbang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Akuntansi Biaya. Edisi ke-5. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, 2014

15

Das könnte Ihnen auch gefallen