Sie sind auf Seite 1von 6

Jurnal Keperawatan, Volume X, No.

1, April 2014 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
MUTU PELAYANAN FARMASI UNTUK KEPUASAN PASIEN
RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
SWASTA
Yulyuswarni*

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan
farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu
pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke
paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui mutu pelayanan farmasi yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat jalan di
rumah sakit swasta X di Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik (survey research
method) kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel diambil secara kuota sampling. Analisis data secara
univariat, bivariat dan multivariat menggunakan uji Chi Square pada tingkat kesalahan 5% dan logistik regresi
pada tingkat kesalahan 5%.Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara dimensi mutu pelayanan farmasi
dengan kepuasan pasien rawat jalan yaitu dimensi tangibles (bukti fisik) (p-value=0,001), reliability
(kehandalan) (p-value=0,004), responsiveness (daya tanggap) (p-value= 0,000), assurance (jaminan) (p-value=
0,005). Dimensi mutu bukti fisik paling dominan (OR=4,024) berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien
rawat jalan.

Kata Kunci: Pelayanan Farmasi, Kepuasan Pasien

LATAR BELAKANG Melalui penerapan pendekatan


jaminan mutu layanan kesehatan, kepuasan
Suatu hal yang menarik mengamati pasien menjadi bagian yang integral dan
ancaman pasar bebas di sektor kesehatan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu
yang sedang dan akan kita hadapi pada era layanan kesehatan. Artinya, pengukuran
global. Terbukanya pasar bebas berakibat tingkat kepuasan pasien harus menjadi
tingginya kompetisi di sektor kesehatan. kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
Persaingan antar rumah sakit baik pengukuran mutu layanan kesehatan
pemerintah, swasta, dan asing akan (Pohan, 2007)
semakin keras untuk merebut pasar yang Kepuasan pasien merupakan hal
semakin terbuka bebas. Selain itu yang sangat subyektif, sulit untuk diukur,
masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat berubah-rubah, serta banyak sekali
dapat memberikan pelayanan dengan faktor yang berpengaruh, sebanyak
konsep one stop quality services. Artinya, dimensi di dalam kehidupan manusia.
seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan Subyektifitas tersebut bisa berkurang dan
dan pelayanan yang terkait dengan bahkan bisa menjadi obyektif bila cukup
kebutuhan pasien harus dapat dilayani oleh banyak orang yang sama pendapatnya
rumah sakit secara mudah, cepat, akurat, terhadap sesuatu hal (Chriswardani, 2004).
bermutu, dengan biaya terjangkau. Tingkat kepuasan pasien yang akurat
Disamping itu, arus demokratisasi dan sangat dibutuhkan dalam upaya
peningkatan supremasi hukum dengan peningkatan mutu layanan kesehatan. Oleh
diberlakukannya Undang-undang sebab itu, pengukuran tingkat kepuasan
Perlindungan Konsumen menuntut pasien perlu dilakukan secara berkala,
pengelolaan rumah sakit lebih teratur, akurat dan berkesinambungan
bertanggungjawab, bermutu dengan (Pohan, 2007).
memperhatikan kepentingan pasien secara Layanan kesehatan yang bermutu
seksama dan hati-hati (Ilyas, 2011). adalah suatu layanan yang dibutuhkan,

[110]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN 1907 - 0357

dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi dengan logistik regresi pada tingkat
layanan kesehatan, dan sekaligus kesalahan 5%.
diinginkan oleh pasien/konsumen ataupun
masyarakat serta terjangkau oleh daya beli HASIL
masyarakat (Pohan, 2007). Menurut
Parasuraman dalam Lupiyoadi (2006) Analisa Univariat
terdapat lima dimensi mutu
pelayanan/kualitas jasa yang dikenal Tabel 1: Distribusi Frekuensi Dimensi
dengan model Servqual (Service Quality) Mutu Pelayanan Farmasi
yang dikaitkan dengan kepuasan konsumen
yaitu berwujud/bukti fisik (tangibles), Dimensi Mutu Pelayanan f %
keandalan (reliability), ketanggapan Bukti Fisik (tangibles)
(responsiveness), kepastian (assurance), Baik 62 57,4
Tidak Baik 46 42,6
dan empati (empaty). Total 108 100
Rumah Sakit X adalah rumah sakit Keandalan (reliability)
Swasta tipe B yang sedang maju dan Baik 43 39,8
berkembang pesat di Bandar Lampung. Tidak Baik 65 60,2
Berdasarkan beberapa masukan pasien Total 108 100
melalui kotak saran terdapat masukan Ketanggapan (responsivenes)
Baik
untuk instalasi farmasi terkait waktu 49 45,4
tunggu pelayanan obat yang dinilai pasien Tidak Baik 39 54,6
cukup lama, harga obat mahal, jumlah Total 108 100
Keyakinan (Assurance)
petugas apotek kurang. Data pra survey Baik 39 36,1
menunjukkan tingginya resep pasien rawat Tidak Baik 69 63,9
jalan yang tidak terlayani oleh Instalasi Total 108 100
Farmasi yang dapat mengakibatkan Empati (Emphaty)
ketidakpuasan pasien. Penelitian ini Baik 39 36,1
bertujuan untuk mengetahui variabel mutu Tidak Baik 69 63,9
pelayanan farmasi yang paling dominan Total 108 100
Kepuasan Pasien
berpengaruh terhadap kepuasan pasien
Puas 46 42,6
rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit Tidak Puas 62 57,4
X di Bandar Lampung tahun 2011. Total 108 100

METODE
Dimensi mutu pelayanan farmasi
Metode penelitian ini adalah metode bukti fisik (tangibles) dirasakan responden
survey analitik (survey research method) baik adalah 57,4%. Responden dalam
kuantitatif dengan desain cross sectional. menilai keandalan (reliability) tidak baik
Populasi penelitian adalah semua pasien sebanyak 60.2 %, lebih banyak
dari unit rawat jalan dari poliklinik umum dibandingkan baik yaitu 39.8% sedangkan
dan spesialis rumah sakit swasta X ketanggapan tidak baik lebih banyak
dan/atau keluarganya yang mendapatkan daripada baik yaitu 54,6%, keyakinan
pelayanan farmasi di Instalasi Farmasi. tidak baik sebanyak 63,9 % dan empati
Sampel diambil dengan metode kuota (emphaty) tidak baik juga 63.9% lebih
sampling sebanyak 108 pasien. banyak dibandingkan baik. Responden
Pengumpulan data menggunakan lebih banyak menyatakan tidak puas
kuesioner, dengan pertanyaan tertutup. (57,4%) terhadap mutu pelayanan di
Data dianalisis secara univariat, bivariat Instalasi Farmasi dibandingkan dengan
dengan menggunakan uji Chi Square pada yang menyatakan puas (42,6%).
tingkat kesalahan 5% dan multivariate

[111]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN 1907 - 0357

Analisis Bivariat Berdasarkan data di atas diketahui


bahwa variabel dimensi fisik memiliki
Tabel 2: Hubungan Dimensi Mutu nilai OR yang tertinggi. Artinya bahwa
Pelayanan Farmasi dengan dari kelima variabel mutu pelayanan
Kepuasan Pasien Instalasi Farmasi di RS X Bandar
Lampung tahun 2011 variabel dimensi
Kepuasan Pasien fisik memiliki hubungan yang paling besar
Variabel
Tidak Puas Puas Total (OR = 4,024) terhadap kepuasan pasien.
Dimensi Bukti Fisik
Tidak Baik 35 (76,1%) 11 (23,9%) 46(100%)
Baik 27 (43.5%) 35(56.5%) 62(100%)
PEMBAHASAN
Total 62(57.4%) 46(42.6%) 108(100)
p value = 0,001 ; OR 95% CI =4,125 (1.775-9.585) Hubungan bukti fisik (tangibles) dengan
Dimensi Keandalan kepuasan pasien
Tidak Baik 45(69.2%) 20 (30,8%) 65(100%)
Baik 17(39.5%) 26 (60,5%) 43(100%) Hasil uji statistik hubungan bukti
Total 62(57.4%) 46(42.6%) 108(100%)
fisik dengan kepuasan pasien rawat jalan
p value =0,004; OR 95% CI =3.441(1.536-7.712)
Dimensi Ketanggapan diperoleh p-value 0,001 yang artinya ada
Tidak Baik 45(76.3%) 14(23.7%) 59(100%) hubungan yang signifikan antara dimensi
Baik 17(34.7%) 32(65.3%) 49(100%) fisik terhadap kepuasan pasien rawat jalan.
Total 62(57.4%) 46(42.6%) 108(100%) Hasil OR 4,125 yang artinya dengan
p value = 0,048 ; OR 95% CI =2.426(1.086-5.420) ketersediaan sarana fisik yang baik pasien
Dimensi jaminan/kepastian 4,125 kali lebih puas dibandingkan dengan
Tidak Baik 45(65,2%) 24(34.8%) 69(100%)
ketersediaan sarana fisik yang tidak baik.
Baik 17(43.6%) 22(56.4%) 39(100%)
Total 62(57.4%) 46(42.6%) 108(100%) Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
p value =0.048; OR 95% CI =2.426(1.086-5.420) Samosir (2009) bahwa dimensi fisik
Dimensi empati merupakan variabel yang paling dominan
Tidak Baik 47(68.1%) 22(31.9%) 69(100%) mempengaruhi pemanfaatan instalasi
Baik 15(38.5%) 24(61.5%) 39(100%) farmasi RSUD Pandaan Medan. Demikian
Total 62(57.4%) 46(42.6%) 108(100%) juga hasil penelitian Ifmaily (2006)
p value =0.005; OR 95% CI =3.418(1.505-7.761)
penampilan fisik berhubungan secara
Berdasarkan tabel di atas tampak bermakna terhadap minat beli obat ulang
dimensi mutu pelayanan farmasi yang di Instalasi Farmasi RS Ibnu Sina Padang.
berhubungan dengan kepuasan pasien Ekawati (2009) juga menyatakan bahwa
adalah bukti fisik (tangibles), keandalan dimensi fisik memberikan pengaruh yang
(reliability), ketanggapan (responsiveness), signifikan terhadap tingkat kepuasan
kepastian (assurance), dan empati pasien rawat jalan di Apotik Instalasi
(empaty) dimana p-value <0,05. Farmasi RSUD Sragen. Hasil penelitian
Chriswardani (2006) menyebutkan kondisi
Analisis Multivariat fasilitas fisik menjadi indikator dan
berpengaruh terhadap kepuasan pasien di
Tabel 3: Analisis Multivariat Regresi rumah sakit.
Logistik Hubungan Bukti Fisik, Secara keseluruhan responden
Keandalan, Ketanggapan, berpendapat ketersediaan sarana fisik di
Jaminan/Kepastian dan Empati instalasi farmasi RS X baik sebanyak
terhadap Kepuasan Pasien 57,4% lebih banyak dibandingkan
responden yang berpendapat tidak baik
Variabel p-value OR yaitu 42,6%. Artinya disini sarana fisik
Dimensi Fisik 0,014 4,024 yang tersedia meliputi lokasi instalasi
Dimensi Keandalan 0,009 1,727
farmasi yang strategis, kebersihan dan
Dimensi Ketanggapan 0,012 3,374
Dimensi Jaminan/Kepastian 0,011 3,989 kenyaman ruang tunggu, penampilan
Dimensi Empati 0,013 2,052 pegawai, jumlah kursi untuk pasien dan

[112]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN 1907 - 0357

keluarga yang menungu obat yang komputerisasi yang kurang optimal


memadai serta kelengkapan obat-obatan misalnya ada pasien yang mengalami
sudah memenuhi kepuasan sebagian besar harga obat sudah dibayar tetapi ternyata
responden. kemudian petugas apotik menyatakan
obatnya kosong.
Hubungan keandalan (reliability)
dengan kepuasan pasien Hubungan Ketanggapan (responsivenes)
dengan kepuasan pasien
Terdapat hubungan yang signifikan
(p-value=0,004 dan OR=3,441) antara Selanjutnya ada hubungan yang
dimensi mutu pelayanan keandalan signifikan (p-value=0,048 dan OR=2,426)
(reliability) terhadap kepuasan antara dimensi daya tanggap pegawai
pasien.Hasil penelitian ini diperkuat oleh terhadap kepuasan pasien rawat jalan. Hal
Purwastuti (2005) bahwa keandalan ini sesuai dengan hasil penelitian Samosir
petugas farmasi merupakan salah satu (2009) yang menyatakan daya tanggap
faktor yang memprediksi keputusan beli petugas berpengaruh terhadap pemanfaatan
obat ulang di unit rawat jalan RS. instalasi farmasi RSUD Pandan Medan.
Telogorejo Semarang. Samosir (2009) dan Dahlan (2006) dan Hermanto (2010),
Hermanto (2010) menyatakan keandalan dalam penelitiannya juga menyatakan
petugas berpengaruh secara bermakna bahwa terdapat hubungan yang signifikan
terhadap pemanfaatan instalasi farmasi antara variabel daya tanggap
serta kepuasan pasien di rumah sakit. (responsiveness) petugas terhadap
Adanya petugas farmasi yang memberikan kepuasan pasien di rumah sakit. Salah satu
informasi obat mengenai cara pakai, efek ukuran dari dimensi keandalan adalah
samping dan penyimpanan obat yang benar ketepatan waktu. Jika dilihat hasil masukan
sangat dibutuhkan pasien untuk mencapai dan saran pasien melalui kuesioner
tujuan terapi. Tidak adanya kesalahan kepuasan pasien poliklinik sebagian besar
dalam penyerahan obat dan system memberikan masukan terkait lamanya
administrasi farmasi sangat berpengaruh waktu tunggu. Obat yang diracik (puyer,
terhadap kepuasan pasien. Berdasarkan kapsul, salep/cream) membutuhkan waktu
penilaian responden terhadap mutu tunggu lebih lama daripada obat tunggal.
pelayanan instalasi farmasi dimensi Menurut (Depkes, 2011,
keandalan, ternyata 60,2% responden http://www.hukor.depkes.go.id ) , indikator
menyatakan tidak baik sedangkan 39,8% kinerja SPM rumah sakit , waktu tunggu
menyatakan baik. Pertanyaan kuesioner untuk obat racikan ≤ 60 menit sedangkan
yang menggali informasi mengenai untuk obat tunggal ≤ 30 menit), tetapi
dimensi mutu keandalan terdiri dari 5 butir sayangnya sampai saat ini belum ada data
pertanyaan yaitu tentang harga yang tentang berapa lama waktu tunggu yang
terjangkau oleh pasien, kemudahan telah dicapai oleh instalasi farmasi RS
prosedur, akurasi administrasi dokumen, “X”.
pelayanan yang cepat dan tepat serta
informasi obat yang mudah dimengerti. Hubungan dimensi jaminan/kepastian
Berdasarkan data masukan dan saran dengan kepuasan pasien
pasien melalui kuesioner kepuasan pasien
di poliklinik terdapat masukan mengenai Dari hasil uji statistik diperoleh p-
harga obat yang dianggap cukup mahal. value sebesar 0,048 yang artinya ada
Penerapan farmakoekonomi dan hubungan yang signifikan antara dimensi
penggunaan obat generik belum terlaksana jaminan/kepastian terhadap kepuasan
secara optimal. Dari hasil wawancara, pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan
didapat informasi kurangnya akurasi penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
dokumen pasien karena program Purwastuti (2005) Samosir (2009), dan

[113]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN 1907 - 0357

Hermanto (2010) yang menyatakan ketersediaan sarana fisik yang baik akan
terdapat hubungan yang signifikan antara mempengaruhi kepuasan pasien sebesar
jaminan/kepastian dengan kepuasan pasien 4,024 kali untuk puas terhadap pelayanan
di rumah sakit. Dari hasil penelitian 63,9 Instalasi Farmasi dibandingkan dengan
% responden menilai dimensi mutu kesediaan sarana fisik (tangibles) yang
jaminan/ kepastian tidak baik. Tampak tidak baik setelah dikontrol oleh faktor
disini pasien, membutuhkan petugas keandalan (reliability), daya tanggap
farmasi yang memiliki keterampilan yang pegawai (responsivenes),
tinggi, sopan, ramah, dan dapat jaminan/kepastian (assurance), dan empati
memberikan konseling pasien sehingga pegawai (empaty).
meningkatkan pengetahuan dan Hal senada disampaikan Ifmaily
pemahaman pasien dalam penggunaan obat (2006) yang menyatakan penampilan fisik
yang akhirnya akan meningkatkan IFRS ternyata berhubungan secara
kepatuhan pasien dalam menggunakan bermakna terhadap minat beli obat ulang di
obat. instalasi farmasi RS Ibnu Sina Padang.
Demikian juga Samosir (2009)
Hubungan dimensi empati dengan menyatakan bukti fisik merupakan variabel
kepuasan pasien mutu pelayanan yang paling dominan
mempengaruhi pemanfaatan instalasi
Empati (empathy) adalah kesediaan farmasi di RS. Pandan Medan. Dahlan
untuk peduli dan memberikan perhatian (2006) dalam penelitiannya menyebutkan
pribadi kepada pengguna jasa. Pelayanan terdapat hubungan yang positif dan
yang empatik sangat memerlukan signifikan antara kondisi lingkungan
sentuhan/perasaan pribadi. Dimensi empati dengan kepuasan pasien.
adalah dimensi yang memberikan peluang
besar untuk menciptakan pelayanan yang KESIMPULAN
“surprise” yaitu sesuatu yang tidak
diharapkan pengguna jasa tetapi ternyata Ada hubungan signifikan antara 5
diberikan oleh penyedia jasa. Hasil uji dimensi mutu yaitu sarana fisik (tangibles)
statistik diperoleh p-value sebesar 0,005 yang tidak baik setelah dikontrol oleh
yang artinya ada hubungan yang signifikan faktor keandalan (reliability), daya tanggap
antara dimensi empati pegawai terhadap pegawai (responsivines), jaminan/
kepuasan pasien. kepastian (assurance), dan empati pegawai
Hasil penelitian ini sesuai dengan (empaty) dengan kepuasan pasien rawat
penelitian Purwastuti (2005) dan Samosir jalan di rumah sakit swasta X di Bandar
(2009) yang menyatakan bahwa empati Lmapung tahun 2011
petugas farmasi memiliki hubungan yang Variabel dimensi bukti fisik paling
signifikan terhadap kepuasan pasien dan dominan (OR=4,024) berhubungan
akan meningkatkan pemanfaatan instalasi dengan kepuasan pasien rawat jalan yang
farmasi. Demikian juga Dahlan (2006) dan mendapatkan pelayanan farmasi di
Hermanto (2010) menyatakan bahwa instalasi farmasi Rumah Sakit.
empati petugas memiliki hubungan yang Disarankan bagi rumah sakit X hasil
signifikan terhadap kepuasan pasien di penelitian ini kiranya dapat menjadi
rumah sakit. masukan dalam merumuskan kebijakan
Hasil analisa multivariat dengan dan strategi peningkatan mutu pelayanan
menggunakan regresi logistik didapatkan farmasi terutama dimensi bukti fisik yang
variabel yang paling dominan merupakan variabel paling dominan
mempengaruhi kepuasan pasien rawat berhubungan dengan kepuasan pasien.
jalan adalah dimensi bukti fisik (tangibles). Peningkatan sarana fisik seperti kebersihan
Besarnya pengaruh tersebut adalah dan kenyamanan ruang tunggu,
sebesar 4,024 yang artinya peluang ketersediaan peralatan penunjang,

[114]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN 1907 - 0357

penampilan pegawai dan lain-lain. Pada Dahlan, Azwar., Hubungan Mutu


dimensi mutu keandalan, diharapkan dapat Pelayanan dengan Tingkat Kepuasan
memperbaiki mutu pelayanan terutama Pasien Non Askes di Instalasi Rawat
terkait akurasi dokumen, evaluasi terhadap Jalan Rumah Sakit Achmad Mochtar
harga obat /pemilihan obat sesuai kondisi Bukittingi, Tesis, Program Pasca
keuangan pasien (farmakoekonomi) serta Sarjana UGM, Yogyakarta, 2006
peningkatan pelayanan informasi obat. Depkes, Keputusan Menteri Kesehatan RI
Pada dimensi ketanggapan, diharapkan No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
dapat mengevaluasi dan memperbaiki Standar Pelayanan Minimal Rumah
waktu tunggu di instalasi farmasi. Pada Sakit
dimensi jaminan/kepastian, diharapkan (http://www.hukor.depkes.go.id)
dapat meningkatkan keramahan, ketelitian diakses tanggal 2 Maret 2011
dan kehati-hatian petugas, serta Ekawati, Meilina Dyah, Tingkat Kepuasan
peningkatan pengetahuan petugas terhadap Pasien Rawat Jalan Terhadap
informasi obat. Kualitas Pelayanan di Apotek
Bagi peneliti berikutnya, untuk Instalasi Farmasi RSUD Sragen,
melakukan penelitian dengan variabel Skripsi, Fakultas Farmasi Univ.
indikator kepuasan yang lebih spesifik Muhammadyah Surakarta, 2009
dan sampel yang lebih besar sehingga Hermanto, Dadang, Pengaruh Persepsi
dapat diketahui kebutuhan pasien yang Mutu Pelayanan Kebidanan
sesungguhnya dan rumah sakit dapat Terhadap Kepuasan Rawat Inap
menyusun langkah kebijakan dalam upaya Kebidanan di RSUD dr. H.
meningkatkankan mutu pelayanan dan Soemarno Sosroatmojo Bulungan,
kepuasan pasien Kalimantan Timur, Tesis, Program
Pasca Sarjana UNDIP, Semarang,
2010
* Dosen pada Jurusan Farmasi Poltekkes Ifmaily, Analisis Pengaruh Persepsi
Kemenkes Tanjung karang Layanan Farmasi Pasien Unit Rawat
Jalan Terhadap Minat Beli Obat
Ulang di Instalasi Farmasi RSI Ibnu
DAFTAR PUSTAKA Sina-YARSI Padang Tahun 2006,
Tesis, IKM- UNDIP, Semarang,
Chriswardani, S.. Kepuasan Pasien 2006
Rumah Sakit Tinjauan Teoritis dan Ilyas, Yaslis.,Perencanaan SDM Rumah
Penerapannya pada Penelitian, Sakit, , FKM UI, Depok, 2011
Jurnal Manajemen Pelayanan Pohan, Imbalo S., Jaminan Mutu Layanan
Kesehatan Vol. 07 Desember 2004, Kesehatan;dasar-dasar pengertian
Pusat Manajemen Pelayanan dan penerapan, EGC, 2007
Kesehatan, FK UGM, Yogyakarta, Samosir, Melva Advenia Veronica.,
2004 Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap
Chriswardani, S., Penyusunan Indikator Pemanfaatan Instalasi Farmasi
Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Rumah Sakit Umum Daerah
Sakit di Provinsi Jawa Tengah, (IFRSUD) Pandan Tahun 2008,
Jurnal Manajemen Pelayanan Tesis, Sekolah Pasca Sarjana
Kesehatan Vol. 09 Desember 2006, Universitas Sumatera Utara, 2009
Pusat Manajemen Pelayanan
Kesehatan, FK UGM, Yogyakarta,
2006

[115]

Das könnte Ihnen auch gefallen