Sie sind auf Seite 1von 12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.

1 Maret 2009

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN ASUPAN CAIRAN


PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS DI RSUD Prof. Dr.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Ridlwan Kamaluddin1, Eva Rahayu2


1, 2 Staf Pengajar Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

ABSTRACT
Chronic Renal Failure (CRF) patient who had routine Haemodialisis (HD) usually
experiencing the over volume extracellular fluid because degradation of kidney`s ability to
excreting fluid. Patient obidience to intake less fluid is the top priority for Nursing diagnosis on
HD nurse to give the best medical servise. dominant factor that influencing patien`s obedience
is not positively understandable yet. It might influenced by any other factors.
The aim of this study is to analyze influencing patient compliance factors toward fluid
intake for chronic renal failure patients who undergo hemodialisis at Margono Soekardjo
Hospital of Purwokerto Analytic descriptive with cross-sectional design was used in this study.
Data collected by closed ended questioners to the target subjects (routine HD patient) at
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto on September-October 2008.
The result show that age, length of hemodialisis, education, nurses involvement,
family patient involvement, self concept, knowledge level have significant level at, p= 0,100,
0,074, 0,000, , 0,000, 0,000, 0,016 and 0.001 respectively. There are five factors (education,
nurses involvement, family patient involvement, and knowledge level) that have significant
factor toward fluid intake. Meanwhile, two factors have no significant factor toward fluid intake
as age, and length of f hemodialisis

Keywords: Liquid intake, Cronic Renal Failure, Hemodialisis.

PENDAHULUAN kualitas hidup pada penderita gagal ginjal


Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kronik.
merupakan menurunnya fungsi ginjal yang Pasien Hemodialisa (HD) rutin
berlangsung lama dan bertahap, sifatnya diartikan sebagai pasien gagal ginjal
progresif dengan kreatinin klirens kronik yang menjalani tindakan hemodialisi
(Sidabutar, 1983). Penurunan atau dengan 2 atau 3 kali seminggu, sekurang-
kegagalan fungsi ginjal berupa fungsi kurangnya sudah berlangsung selama 3
ekskresi, fungsi pengaturan, dan fungsi bulan secara continue (Susalit, E, 2003).
hormonal dari ginjal. Sebagai kegagalan Pada pasien GGK yang menjalani HD rutin
sistem sekresi menyebabkan sering mengalami kelebihan volume cairan
menumpuknya zat-zat toksik dalam tubuh dalam tubuh, hal ini disebabkan
yang kemudian menyebabkan sindroma penurunan fungsi ginjal dalam
uremia. Terapi pengganti pada pasien mengekresikan cairan. Meskipun pasien
GGK dapat mempertahankan hidup GGK pada awal menjalani HD sudah
sampai beberapa tahun. Salah satu terapi diberikan penyuluhan kesehatan untuk
pengganti adalah Hemodialisis (HD) yang mengurangi asupan cairan selama sehari,
bertujuan menggantikan fungsi ginjal akan tetapi pada terapi HD berikutnya
sehingga dapat memperpanjang masih sering terjadi pasien datang dengan
kelangsungan hidup dan memperbaiki keluhan sesak napas akibat kelebihan
volume cairan tubuh yaitu kenaikan

20
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Maret 2009

melebihi dari 5 % dari berat badan kering


pasien (Kresnawan, T, 2001). Faktor METODE PENELITIAN
dominan yang mempengaruhi kepatuhan Yang menjadi subjek pada
dalam mengurangi asupan cairan belum penelitian adalah penderita GGK yang
diketahui dengan pasti, hal ini dipengaruhi menjalani terapi hemodialisis. Total
oleh multi faktor yang berperan penting. responden sebanyak 51 orang dengan
Kondisi yang ada pada RS Prof. menggunakan total sampling. Tujuan dari
Dr. Margono Soekarjo bulan September penelitian ini adalah untuk mengetahui
2007 adalah jumlah pasien yang menjalani faktor-faktor karakteristik pasien yang
terapi hemodialisis rutin adalah 50 orang mempengaruhi kepatuhan dalam
orang terdiri dari laki-laki 33 orang dan mengurangi asupan cairan dan faktor
perempuan 17 orang. Dilihat dari segi keterlibatan orang lain yang
pembiayaan terdiri dari dua bagian yaitu mempengaruhi kepatuhan dalam
peserta Asuransi Kesehatan (ASKES) mengurangi asupan cairan pada penderita
sebanyak 46 orang, non ASKES (umum) gagal ginjal kronnik yang menjalani
sebanyak 4 orang. Berdasarkan usia, hemodialisis di RSUD. Prof. Dr. Margono
pasien dengan usia < 30 tahun sebanyak Soekarjo Purwokerto.
2 orang, usia 31 – 40 tahun sebanyak 5 Penelitian ini merupakan jenis
orang, usia 41 – 50 tahun sebanyak 15 penelitian non eksperimen dengan metode
orang, usia 51 – 60 tahun sebanyak 12 deskriptif analitik dengan rancangan cross
orang, usia > 60 tahun sebanyak 16 orang. sectional. Pengumpulan data selain
Kepatuhan pasien dalam menggunakan instrumen kuesioner yang
mengurangi asupan cairan dirasakan dibagikan langsung kepada responden,
masih kurang oleh kebanyakan perawat peneliti juga menggunakan lembar angket
ruangan hemodialisa, merupakan salah untuk menganalisa kepatuhan dalam
satu prioritas utama diagnosa mengurangi asupan cairan selama 3 hari
keperawatan yang ditegakkan dalam berturut-turut yaitu dengan menghitung BB
memberikan pelayanan keperawatan, post hemodialisis dengan BB pre
pasien GGK yang menjalani HD rutin di hemodialisis berikutnya
rumah sakit panti rapih 64,29 % penderita
GGK tidak patuh dalam mengurangi HASIL DAN BAHASAN
asupan cairan (Ikaristi, S, 2003) . Dari 51 responden peneliti
Berdasarkan latar belakang di atas, maka mendapatkan 67,3% penderita yang patuh
peneliti tertarik meneliti faktor-faktor yang dan 32,7% penderita yang tidak patuh
mempengaruhi kepatuhan dalam dalam mengurangi asupan cairan pada
mengurangi asupan cairan yang mungkin RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo
timbul antara orang dengan latar belakang Purwokerto, angka ini lebih rendah dari
atau karekteristik fisiologis yang berbeda, penelitiannya Siwi ikaristi yang
sebagai sumbangan alternatif pemecahan mengatakan 64,29% penderita GGK tidak
masalah pada pasien. patuh dalam mengurangi asupan cairan
pada rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta.
1. Faktor usia
Tabel 5: Kepatuhan responden dalam asupan cairan berdasrkan tingkat usia.
Kategori Usia Patuh Tidak patuh
Jumlah % Jumlah %
Produktif (21 – 50 thn) 16 45,7 12 75
Non Produktif (> 50 thn) 19 54,3 4 25
T otal 35 100 16 100

21
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Nopember 2009

Pada penelitian ini didapat hasil uji sementara pada penderita yang tidak
analisis bivariate menggunakan Chi- patuh dipandang sebagai seorang yang
Square antara usia yang patuh dengan lalai lebih mengalami depresi, ansietas,
usia yang tidak patuh dengan nilai (sig) sangat memperhatikan kecemasannya ,
atau þ= 0,100 berarti tidak ada pengaruh dan memiliki keyakinan ego yang lebih
antara usia pasien dengan kepatuhan lemah ditandai dengan kekurangan dalam
dalam mengurangi asupan cairan. Hal ini hal pengendalian diri sendiri dan
dikarenakan baik pada penderita yang kurangnya penguasaan terhadap
patuh maupun yang tidak patuh memiliki lingkungan, dan bukan hanya karena
faktor yang lebih dominan dalam pengaruh tingkat usia penderita.
mempengaruhi kepatuhan asupan cairan. Hasil ini didukung oleh pendapat
Ketaatan merupakan suatu hal yang Dunbar & Waszak (1990) yang
menetap dan bersifat problematis, usia menunjukkan bahwa ketaatan terhadap
merupakan lamanya individu menjalani aturan pengobatan pada anak-anak dan
kehidupan. Pada usia yang lebih tua remaja merupakan persoalan yang sama
belum tentu akan lebih mengetahui bila dengan ketaatan pada pasien dewasa
tidak ditunjang dengan pengetahuan dan (Niven, N, 2002).
pengalaman yang pernah dialami,

2. Faktor Pendidikan
Tabel 6: Kepatuhan responden berdasarkan tingkat pendidikan.
Pendidikan Patuh Tidak patuh
N % N %
Dasar 1 3 16 100
Lanjut 34 97 0 0
T otal 35 100 16 100
Sumber: Data Primer.
Hasil uji analisis antara yang mudah mengerti tentang apa yang
patuh dengan yang tidak patuh dengan dianjurkan oleh petugas kesehatan, akan
nilai ( sig) atau þ= 0,000 berarti ada dapat mengurangi kecemasan sehingga
pengaruh antara pendidikan pada pasien dapat membantu individu tersebut dalam
dengan kepatuhan. Pada penderita yang membuat keputusan. Hasil penelitian ini
memiliki pendidikan lebih tinggi akan didukung dengan teori dimana
mempunyai pengetahuan yang lebih luas pengetahuan atau kognitif merupakan
juga memungkinkan pasien itu dapat domain yang sangat penting untuk
mengontrol dirinya dalam mengatasi terbentuknya suatu tindakan, perilaku
masalah yang di hadapi, mempunyai rasa yang didasari pengetahuan akan lebih
percaya diri yang tinggi, berpengalaman, langgeng daripada yang tidak didasari
dan mempunyai perkiraan yang tepat pengetahuan (Notoatmodjo, S. 1985).
bagaimana mengatasi kejadian serta
3. Faktor lama menjalani HD
Tabel 7: Kepatuhan responden berdasarkan tingkat lama menjalani HD.
Lama HD Patuh Tidak patuh
N % N %
<6 11 31,4 10 62,5
>6 24 68,6 6 37,5
T otal 35 100 16 100
Sumber: Data Primer.
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Nopember 2009

Hasil uji analisis antara besar dari 0,05 yang berarti tidak ada
yang patuh dengan yang tidak patuh pengaruh antara lama menjalani HD
dengan nilai ( sig) atau þ= 0,074 lebih dengan kepatuhan.

4. Faktor Keterlibatan tenaga kesehatan.


Tabel 8: Kepatuhan responden berdasarkan tingkat keterlibatan tenaga Kesehatan
Patuh Tidak patuh
No Kriteria
N % N %
1 Baik 34 97 1 7
2 Kurang 1 3 15 93
Total 35 100 17 100
Sumber: Data Primer.
Didapat hasil uji analisis Chi tenaga kesehatan dengan pasien misalnya
Square antara keterlibatan tenaga informasi dengan pengawasan yang
kesehatan pada penderita yang patuh kurang, ketidakpuasan terhadap aspek
dengan penderita yang tidak patuh hubungan emosional dan ketidakpuasan
berdasarkan kategori diatas dengan nilai ( terhadap pelayanan yang diberikan akan
sig) atau þ= 0,000 lebih kecil dari 0,05 mempengaruhi ketaatan pada pasien.
yang berarti ada pengaruh antara Hasil ini sesuai dengan pendapat bahwa
keterlibatan tenaga kesehatan dengan kualitas interaksi antara profisional
kepatuhan pasien dalam mengurangi kesehatan dengan pasien merupakan
asupan cairan. bagian penting dalam menentukan derajat
Keterlibatan tenaga kesehatan kepatuhan, orang-orang yang merasa
sangat diperlukan oleh pasien dalam hal menerima perhatian dari seseorang atau
sebagai pemberi pelayanan kesehatan, kelompok biasanya cenderung lebih
penerimaan informasi bagi pasien dan mudah mengikuti nasehat medis daripada
keluarga, serta rencana pengobatan pasien yang kurang (merasa) mendapat
selanjutnya. Berbagai aspek keterlibatan dukungan social (Niven, N, 2002).

5. Faktor keterlibatan keluarga pasien


Tabel 9: Kepatuhan responden berdasarkan tingkat keterlibatan keluarga.
No Kriteria Patuh Tidak patuh
N % N %
1 Baik 32 91,4 3 18
2 Kurang 3 8,2 13 82
Total 35 100 16 100
Sumber: Data Primer.
Perbedaan antara mengendalikan aspek permasalahan
keterlibatan keluarga pada penderita yang sedang dialami, ini dikarenakan
yang patuh dengan yang tidak patuh individu memiliki faktor internal yang
dengan nilai ( sig) atau þ= 0,000 lebih lebih dominan seperti tingkat
kecil dari 0,05 yang berarti ada pendidikan yang tinggi, pengalaman
pengaruh antara keterlibatan keluarga yang pernah dialami, dan konsep diri
dengan kepatuhan pasien dalam yang baik akan membuat individu lebih
mengurangi asupan cairan. dapat mengambil keputusan yang tepat
Pada penderita yang patuh lebih dalam mengambil mengambil tindakan,
mempunyai kepercayaan pada sementara keterlibatan keluarga dapat
kemampuannya sendiri untuk diartikan sebagai suatu bentuk
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Maret 2009

hubungan sosial yang bersifat Baekeland & Luddwall (1975)


menolong dengan melibatkan aspek mengatakan bahwa keluarga juga
perhatian, bantuan dan penilaian dari merupakan faktor yang berpengaruh
keluarga. Schwarzt and Griffin (1995), dalam menentukan program
mengatakan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien, derajat
tergantung pada situasi klinis spesifik, dimana seseorang terisolasi dari
sifat alam penyakit, dan program pendampingan orang lain, isolasi sosial
pengobatan (Niven, N, 2002). secara negatif berhubungan dengan
kepatuhan (Niven, N, 2002) .

6. Faktor konsep diri pasien


Tabel 9: Kepatuhan responden berdasarkan tingkat konsep diri.
No Kriteria Patuh Tidak patuh
N % N %
1 Baik 25 71,4 5 32
2 Kurang 10 28,6 11 68
Total 35 100 16 100
Sumber: Data Primer.
Perbedaan antara konsep pendidikan yang tinggi, pengalaman
diri pada penderita yang patuh dengan yang pernah dialami, dan konsep diri
yang tidak patuh dengan nilai ( sig) yang baik akan membuat individu lebih
atau þ= 0,016 lebih kecil dari 0,05 yang dapat mengambil keputusan yang tepat
berarti ada pengaruh antara dalam mengambil mengambil tindakan,
keterlibatan keluarga dengan sementara keterlibatan keluarga dapat
kepatuhan pasien dalam mengurangi diartikan sebagai suatu bentuk
asupan cairan. hubungan sosial yang bersifat
Pada penderita yang patuh menolong dengan melibatkan aspek
lebih mempunyai kepercayaan pada perhatian, bantuan dan penilaian dari
kemampuannya sendiri untuk keluarga. Schwarzt and Griffin (1995),
mengendalikan aspek permasalahan mengatakan perilaku kepatuhan
yang sedang dialami, ini dikarenakan tergantung pada situasi klinis spesifik,
individu memiliki faktor internal yang sifat alam penyakit, dan program
lebih dominan seperti tingkat pengobatan (Niven, N, 2002).

7. Faktor pengetahuan pasien


Tabel 9: Kepatuhan responden berdasarkan tingkat pengetahuan.
No Kriteria Patuh Tidak patuh
N % N %
1 Baik 29 82 5 32
2 Kurang 6 8 11 68
Total 35 100 16 100
Sumber: Data Primer.
Perbedaan pengetahuan pasien dalam mengurangi asupan
pada penderita yang patuh dengan cairan.
yang tidak patuh dengan nilai ( sig) . Pada penderita yang
atau þ= 0,001 lebih kecil dari 0,05 yang mempunyai pengetahuan yang lebih
berarti ada pengaruh antara luas memungkinkan pasien itu dapat
pengetahuan dengan kepatuhan mengontrol dirinya dalam mengatasi

24
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Maret 2009

masalah yang di hadapi, mempunyai terhadap faktor-faktor apa saja yang dapat
rasa percaya diri yang tinggi, mempengaruhi kepatuhan, dengan
berpengalaman, dan mempunyai observasi langsung oleh peneliti sehingga
perkiraan yang tepat bagaimana mendapatkan data yang lebih akurat.
mengatasi kejadian serta mudah
mengerti tentang apa yang dianjurkan DAFTAR PUSTAKA
oleh petugas kesehatan, akan dapat Sidabutar, 1983, Gagal ginjal Kronik: Ilmu
mengurangi kecemasan sehingga Penyakit Dalam, Jilid II, Buku
dapat membantu individu tersebut Kedokteran, EGC, Jakarta.
dalam membuat keputusan. Hasil Susalit, E, 2003, disampaikan dalam
penelitian ini didukung dengan teori Simposium Nasional
dimana pengetahuan atau kognitif Keperawatan Ginjal dan
merupakan domain yang sangat Hipertensi, Audotorium RSPAD
penting untuk terbentuknya suatu Gatot Subroto, Jakarta.
tindakan, perilaku yang didasari Kresnawan, T, 2001, Pengatur Makanan
pengetahuan akan lebih langgeng (Diet) Pada Pasien Gagal Ginjal
daripada yang tidak didasari Kronik yang Menjalani
pengetahuan (Notoatmodjo, S. 1985). Hemodialisa dengan terapi
Konservatif dan terapi Pengganti,
SIMPULAN DAN SARAN Instalasi gizi, RSCM, Jakarta.
Ada beberapa kesimpulan yang Ikaristi, S, 2003, Kepatuhan Diet dan
dapat ditarik dari penelitian faktor-faktor Kualitas Hidup penderita gagal
yang mempengaruhi kepatuhan dalam ginjal Kronik yang dilakukan terapi
mengurangi asupan cairan yaitu faktor Hemodialisa di Rumah sakit Panti
usia dan Lama menjalani terapi HD tidak Rapih, Skripsi, PSIK Fakultas
mempengaruhi kepatuhan dalam Kedokteran UGM, Yogyakarta.
mengurangi asupan cairan. Sedangkan Niven, N, 2002, Psikologi Kesehatan, Edisi
faktor pendidikan, konsep diri, II, Buku Kedokteran EGC,
pengetahuan pasien, keterlibatan tenaga Jakarta.
kesehatan dan keterlibatan keluarga Notoatmodjo, S. 1985, Pengantar ilmu
mempengaruhi kepatuhan dalam perilaku Kesehatan, Badan
mengurangi asupan cairan. Penerbit Kesehatan Masyasrakat,
Perlu memperhatikan faktor-faktor Fakultas Kesehatan Masyarakat
yang mempengaruhi kepatuhan dalam Universitas Indonesia, Jakarta.
memberikan asuhan keperawatan, Kubler-Ross, E, 1998, on Death and Dying
diantaranya faktor Pendidikan, keterlibatan (Kematian sebagai Bagian
keluarga dan juga keterlibatan tenaga Kehidupan), PT. Gramedia
kesehatan yang merupakan usaha Pustaka Utama, Jakarta.
perawat dalam memotivasi pasien supaya Notoatmodjo S. 2002. Metode penelitian
termotivasi untuk mengikuti anjuran. Perlu Kesehatan. Rhineka Cipta, Jakarta.
adanya penelitian yang lebih lanjut

25
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Maret 2009

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR ASAM URAT PADA


PEKERJA KANTOR DI DESA KARANG TURI, KECAMATAN BUMIAYU,
KABUPATEN BREBES

Andry1, Saryono2, Arif Setyo Upoyo3


1,2,3 Jurusan keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

ABSTRACT
Hiperuricemia is one of strong predictor to the cardiovascular mortality. Hiperuricemia
was caused by high purin synthetic because of not in orderly diet and interference of uric acid
excretion process. Several factors are predict associate with uric acid level increased. This
research aimed to know several factors that influence uric acid level in office workers in
Karang Turi countryside, Bumiayu subdistric, Brebes Regency.The correlation between the
factors and uric acid level use analitic method with cross sectional. 50 people were taken as the
sample. Conclusion: the purin consumption, alkohol consumption, activity and age were not
related with uric acid level in office worker in Karang Turi Countryside, Bumiayu Subdistric,
Brebes Regency.

Keywords: uric acid, purin, alcohol, activity, age, office worker.

PENDAHULUAN podiatrist, dan dokter hewan. Populasi


Asam urat merupakan hasil tersebut berusia antara 40 sampai 75 tahun.
metabolisme akhir dari purin yaitu salah Hasil penelitianya selama 12 tahun
satu komponen asam nukleat yang terdapat menemukan 730 kasus gout baru. Mereka
dalam inti sel tubuh. Peningkataan kadar menemukan peningkatan risiko gout ketika
asam urat dapat mengakibatkan gangguan responden mengonsumsi daging atau
pada tubuh manusia seperti perasaan linu- seafood dalam jumlah banyak. Akan tetapi,
linu di daerah persendian dan sering disertai tidak ditemukan peningkatan risiko gout
timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat ketika mengonsumsi protein hewani
bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh maupun nabati atau sayur-sayuran kaya
penumpukan Kristal di daerah tersebut purin dalam jumlah banyak.
akibat tingginya kadar asam urat dalam Pada penelitian gout pertama di
darah. Penyakit ini sering disebut penyakit Indonesia,Van den Horst (1935)
gout atau lebih dikenal di masyarakat menemukan 15 kasus gout berat pada
sebagai penyakit asam urat. Hiperuricemia masyarakat kurang mampu di jawa.
disebabkan oleh sintesa purin berlebih Kemudian Darmawan (1988) di Bandungan
dalam tubuh karena pola makan yang tidak Jawa tengah melakukan penelitian diantara
teratur dan proses pengeluaran asam urat 4.683 orang berusia 15-45 tahun yang
dari dalam tubuh yang mengalami diteliti, 0,8% menderit asam urat tinggi
gangguan. Faktor-faktor yang diduga juga (1,7% pria dan 0,05% wanita ) diantaranya
mempengaruhi penyakit ini adalah diet, sudah sampai pada tahap gout. Perlu
berat badan dan gaya hidup ( Price & diketahui pula di Indonesia arthritis gout
Wilson, 1992). diderita pada usia lebih awal dibandingkan
Choi dkk (1986) melakukan dengan Negara barat. 32% serangan gout
Penelitian tentang gout pada populasi terjdi pada usia dibawah 34 tahun.
tenaga kesehatan laki-laki di Amerika Sementara diluar negri rata-rata diderita
Serikat, yang meliputi dokter gigi, oleh kaum pria diatas usia tersebut.
optometris, osteopath, ahli farmasi,

26
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Maret 2009

Menurut data yang diperoleh dari ginjal. Sedangkan Krisnatuti dkk (1997)
Rumah Sakit Nasional Cipto mengatakan salah satu penyebab yang
Mangunkusumo, Jakarta, penderita penyakit mempengaruhi kadar asam urat adalah
gout dari tahun ketahun semakin meningkat olah raga atau aktivitas fisik. Peningkatan
dan terjadi kecenderungan diderita pada kadar asam urat dalam darah Selain
usia yang semakin muda. Hal ini tebukti menyebabkan gout, peningkatan kadar
dengan hasil rekam medik RSCM pada asam urat dalam darah atau hiperuricemia
tahun 1993-1995 mengalami kenaikan yaitu menurut suatu penelitian merupakan salah
pada tahun 1993 tercatat 18 kasus, pria 13 prediktor kuat terhadap kematian karena
kasus dan wanita 5 kasus (1 kasus umur 2- kerusakan kardiovaskuler. Angka kejadian
25 tahun, 12 kasus umur 30-50 tahu, dan 5 kadar asam urat yang meningkat inilah yang
kasus umur >65 tahun). Pada tahun 1995 menjadi alasan mengapa penulis merasa
jumlah kasus yang tercatat adalah 46 kasus, tertarik untuk melakukan penelitian lebih
37 pria dan 9 wanita ( 2 kasus umur 2-25 lanjut mengenai faktor-faktor apa sajakah
tahun, 40 kasus umur 30-50 tahun dan 4 yang mempengaruhi kadar asam urat pada
kasus umur > 65 tahun.( Krisnatuti at al, masyarakat khususnya pekerja kantoran di
1997). Jadi prevalensi kejadian gout lebih Desa karang Turi, Kecamatan Bumiayu,
banyak terjadi antara umur 30-50 tahun. Kabupaten Brebes.
Sedangkan di Bumiayu pada bulan
Januari sampai Maret 2008 tercatat 220 METODE PENELITIAN
orang yang memeriksakan kadar asam Desain penelitian ini adalah
uratnya dan dari seluruh pemeriksaan penelitian analitik kuantitatif dengan
ditemukan sekitar 52 orang atau 22,8% menggunakan rancangan penelitian
mengalami kadar asam urat diatas normal. Cross_Sectional, yaitu melakukan
Kemudian bulan Mei sampai Juli 2008 pengukuran atau pengamatan pada saat
tercatat 121 orang yang memeriksakan yang bersamaan atau sekali waktu, (Aziz,
kadar asam uratnya dan dari semua 2003). Dalam hal ini peneliti melakukan
pemeriksaan ditemukan 36 orang atau pengukuran kadar asam urat pada tenaga
29,75% yang mengalami kadar asam urat kerja kantor di Desa karang Turi,
diatas normal. Dari data tersebut didapat Kecamatan Bumiayu, Kabupaten
bahwa selama kurun waktu 3-4 bulan Brebes.Populasi dalam penelitian ini adalah
ditemukan kenaikan pemeriksaan kadar PNS yang berdomisili di desa Karangturi,
asam urat dengan hasil diatas normal kecamata Bumiayu, Kabupaten Brebes.
sebesar 6,95%. (Data terolah puskesmas Jumlah populasi PNS di desa karang turi
kecamatan Bumiayu, 2008). Jika ditilik dari diketahui kurang lebih 200 orang.
hasil pemeriksaan laboratorium diatas maka Pengambilan sampel dilakukan secara
kemungkinan masyarakat terkena penyakit purposive sample dengan besar sampel 50
asam uratpun semakin meningkat. Hal ini orang dengan kriteria pria berumur 30 – 60
disebabkan oleh beberapa faktor yang bisa tahun, bukan penderita obesitas dan tidak
mempengaruhi peningkatan kadar asam menderita penyakit (Gout, riwayat
urat. hipertensi, gangguan ginjal, gangguan usus,
Menurut tim vitahealth (2004) faktor penyakit jantung paru dan kanker), berada
risiko yang menyebabkan orang terserang ditempat saat penelitian dan bersedia
penyakit asam urat adalah usia, asupan menjadi responden.
senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol Kadar asam urat adalah jumlah
berlebih, kegemukan (obesitas), hipertensi kadar asam urat dalam darah setelah
dan penyakit jantung, obat-obatan tertentu dihitung dengan menggunakan AU Sure
(terutama diuretika) dan gangguan fungsi digital asam urat dl yang dinyatakan dalam

27
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Maret 2009

satuan mg/dl. Dibagi kedalam dua kategori umur kurang dari 50 tahun yang mewakili
yaitu hiperuricemia (pemeriksaan golongan muda. Kedua umur diatas 50
menunjukan hasil diatas 7,2) dan kategori tahun yang mewakili golongan tua.
dalam batasa normal ( pemeriksaan Konsumsi alkohol adalah asupan alkohol
menunjukan hasil 5.0 – 7,2) Konsumsi purin yang dikonsumsi oleh responden. Dibagi
adalah konsumsi makan yang dimakan kedalam dua kategori yaitu mengkonsumsi
setiap hari dalam hal ini makanan yang alkohol dan tidak mengkonsumsi alkohol.
mengandung purin tinggi ( contoh: seafood, Analisis data menggunakan analisa
daging, jerohan, emping, durian, alpukat, univariate ini untuk mengetahui gambaran
mentega/gorengan) Aktivitas adalah semua atau deskripsi dan analisa bivariate adalah
kegiatan yang memerlukan kerja otot. untuk melihat hubungan antara 2 variabel.
Aktivitas dibagi kedalam dua kategori yaitu Analisa yang digunakan koefisien
aktivitas berat (melakukan semua aktivitas kontingensi dengan kriteria nilai p untuk
dari menulis, mengajar, bertani, olah melihat signifikasi hubungan melalui
raga/fitness) dan aktivitas sedang program SPSS Jika nilai p < 0,05 dianggap
(melakukan aktivitas menulis, baca koran, hubungan yang ada signifikan atau
membersihkan rumah, dan mengajar tanpa bermakna, sedangkan untuk nilai p > 0,05
bertani dan olah raga/fitness) Umur adalah dianggap hubungan tidak signifikan atau
lama hidup yang dijalani oleh responden tidak bermakna.
sampai dengan penelitian ini dilakukan.
Umur dibagi kedalam dua kategori, pertama
HASIL DAN BAHASAN
Hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam urat pada
pekerja kantor di Desa Karang Turi, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes.
Variabel Asam urat X2 X P value
Normal (%) Hiperuricemia (%) Hitung T abel
Umur
< 50 tahun 9 (45) 15 (50) 0,120 3,481 0,729
≥ 50 tahun 11 (55) 15 (50)
Konsumsi purin
Tinggi 14 (70) 27 (90) 3,252 3,481 0,071
Rendah 6 (30) 3 (10)
Aktivitas
Rendah-berat 11 (55) 16 (53,3) 0,013 3,481 0,908
Rendah-sedang 9 (45) 14 (46,7)
Kons. Alkohol
mengkonsumsi 2 (10) 9 (30) 2,797 3,481 0,094
Tidak 18 (90) 21(70)

1. Hubungan Usia dengan kadar asam urat normal dan 15 orang (30%)
urat mengalami hiperuricemia. Dari 26
Dari 50 responden, jumlah responden yang berumur lebih dari 50
responden yang berusia dibawah 50 tahun terdapat 11 orang (22%)
tahun adalah 24 orang (48%) dan berkadar asam urat normal dan 15
responden yang berusia ≥ 50 tahun orang (30%) mengalami hiperuricemia..
adalah 26 orang (52%). Kemudian dari Kemudian analisis bivariat menunjukan
24 orang yang berusia kurang dari 50 variabel umur terhadap kadar asam
tahun, 9 orang (18 %) berkadar asam urat mempunyai nilai P =0,279 , hal ini

28
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Maret 2009

menunjukan bahwa variabel umur seafood berhubungan terhadap resiko


sama sekali tidak berpengaruh secara peningkatan kadar asam urat,
signifikan terhadap kadar asam urat. Kemudian produk susu dapat
Diketahui enzim urikinase yang menurunkan resiko gout dan konsumsi
mengoksidasi asam urat menjadi purin yang berasal dari tumbuhan tidak
alotonin yang mudah dibuang akan berpengaruh terhadap resiko gout .
menurun seiring dengan bertambah Pada umumnya responden di tempat
tuanya umur seseorang. Jika penelitian mengkonsumsi semua
pembentukan enzim ini terganggu makanan yang mengandung tinggi
maka kadar asam urat darah menjadi purin baik itu yang berasal dari hewan
naik (Sustrani dkk, 1998). Kuzuya dkk termasuk daging dan susu juga dari
pada 50.000 laki-laki dan 30.000 tumbuhan. Hal inilah yang mungkin
wanita di Jepang nonhiperuricemia menyebabkan hasil analisis tidak
yang menerima pemeriksaan tahunan signifikan.
pada instansi kesehatan antara 1989- Menurut Sustrani dkk (2004)
1998 menemukan bahwa selang Konsumsi karbohidrat kompleks seperti
beberapa waktu serum asam urat nasi, roti, ubi jalar dan ketela dapat
mengalami kenaikan pada semua memacu pembuangan kelebihan asam
kelompok, tapi pada laki-laki yang lahir urat dalam darah. Responden yang
belakangan (yang lebih muda) umumnya mengkonsumsi beberapa
mempunyai kadar asam urat lebih jenis karbohidrat kompleks tersebut
tinggi dari pada laki-laki yang lebih tua. setiap harinya dimungkinkan pula
Penelitian tersebut juga membuktikan menjadi penyebab hasil penelitian tidak
bahwa tidak selalu orang yang berusia signifikan.
lebih tua cenderung memiliki kadar 3. Hubungan konsumsi alkohol dengan
asam urat yang lebih tinggi. Dalam hal kadar asam urat
ini tidak signifikanya penelitian mungkin Analisis univariat menunjukan dari
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor 30 orang responden yang mempunyai
lain selain faktor-faktor diatas yang kadar asam urat diatas normal 9 orang
tidak diteliti oleh peneliti, seperti stress responden (30%) mengaku
dll. mengkonsumsi alkohol dan 21 orang
2. Hubungan konsumsi purin dengan (70%) tidak mengkonsumsi alkohol.
kadar asam urat Sedangkan dari analisis bivariat
Hasil analisis univariat menunjukan konsumsi alkohol dengan kadar asam
dari 30 orang yang mempunyai kadar urat didapatkan P = 0,094 atau dengan
asam urat diatas normal, 27 orang kata lain tidak berpengaruh secara
(90%) mengkonsumsi makanan tinggi signifikan terhadap kadar asam urat
purin. Sedangkan hasil analisis bivariat pada pekerja kantor di desa Karang
dengan menggunakan uji chi square Turi, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten
didapat P = 0,071. Ini menunjukan Brebes.
bahwa konsumsi purin tiadak Seperti halnya pada konsumsi
berpengaruh signifikan terhadap kadar purin, faktor-faktor lain yang tidak
asam urat pada pekerja kantor di desa diteliti bisa jadi merupakan penyebab
Karang Turi kecamatan Bumiayu hasil yang tidak signifikan seperti
Kabupaten Brebes. Penelitian yang konsumsi karbohidrat kompkeks dan
dilakukan oleh Choi et al (1998) konsumsi cairan yang tinggi terutama
menemukan bahwa konsumsi purin dari minuman juga dapat membantu
yang terdapat dalam daging dan pengeluaran asam urat sehingga dapat

29
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Maret 2009

menurunkan kadar asam urat dalam asan laktat dalam darah akan
darah. konsumsi buah-buahan yang menyebabkan penurunan pengeluaran
pada umumnya mengandung air dan asam urat oleh ginjal. kenaikan kadar
sedikit bahkan tidak mengandung purin asam laktat tidak dapat diukur secara
juga berpengaruh terhadap kadar asam pasti karena kita tidak bisa memastikan
urat dalam darah (Vitahealth, 2004). kapan otot-otot tubuh berkontraksi
4. Hubungan aktivitas dengan kadar secara anaerob. Hal inilah yang
asam urat mungkin menyebabkan ativitas tidak
Analisis univariat menunjukan dari berpengaruh signifikan terhadap kadar
30 responden yang berkadar asam urat asam urat dalam darah. Mayoritas
diatas normal 16 responden (53,3%) responden mengaku melakukan
melakukan aktivitas rendah, sedang aktivitas berat tetapi tidak tentu
dan berat dan 14 responden (46,7%) frekuensinya, sebagian mengakui rutin
hanya melakukan aktivitas rendah dan melakukan olah raga dan fitness tetapi
sedang. Kemudian dari analisis bivariat tidak dilakukan setiap hari.
dengan chi square didapatkan hasil
variable aktivitas mempunyai nilai P = SIMPULAN DAN SARAN
0,908. Hal ini menunjukan bahwa Mayoritas pekerja kantor (60%)
aktivitas tidak berpengaruh secara mengalami hiperuricemia kemudiantidak
signifikan terhadap kadar asam urat ada hubungan antara intake purin,
pada pekerja kentor di desa Karang konsumsi alcohol, aktivitasa dan umur
Turi Kecamatan Bumiayu Kabupaten dengan kadar asam urat pada pekerja
Brebes. kantor di desa Karang Turi Kecamatan
Aktivitas yang dilakukan oleh Bumiayu Kabupaten Brebes.
manusia erat kaitanya dengan kadar Bagi tenaga kesehatan yang
asam urat yang terdapat dalam darah. bekerja di Puskesmas hendaknya selalu
Beberapa pendapat menyatakan memberikan pelayanan pada penderita
bahwa aktivitas yang berat dapat penyakit asam urat dan melakukan promosi
memperberat penyakit gout atau kesehatan khususnya tentang asam urat
penyakit asam urat yang ditandai dengan media-media yang mudah difahami
dengan peningkatan kadar asam urat oleh masyarakat. Walaupun pada penelitian
dalam darah. Olah raga atau gerakan ini tidak terdapat hubungan antara konsumsi
fisik akan menyebabkan peningkatan purin, konsumsi alkohol, aktivitas dan umur
kadar asam laktat. Meningkatnya kadar dengan kadar asam urat, peneliti
asam laktat dalam darah maka menyarankan kepada masyarakat beberapa
pengeluaran asam urat mengalami hal yang berkaitan dengan asam urat, yaitu
penurunan sehingga kandungan asam kurangi konsumsi daging, jeroan dan
urat dalam tubuh meningkat. Hal ini seafood untuk menurunkan kadar asam
diperkuat dengan pendapat dari urat, perbanyaklah minum air putih dan
Mayers (2003) yang mengatakan mengkonsumsi buah-buahan yang
bahwa asam laktat terbentuk dari mengandung cairan dan konsumsi
proses glikolisis yang terjadi di otot. karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong,
Jika otot berkontraksi didalam media ubi jalar dan lain-lain untuk menurunkan
anaerob, yaitu media yang tidak kadar asam urat dan hindari stress dan
memiliki oksigen maka glikogen yang berolah raga ringan yang teratur untuk
menjadi produk akhir glikolisis akan menurunkan kadar asam urat.
menghilang dan muncul laktat sebagai
produksi akhir utama. Peningkatan

30
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4 No.1 Maret 2009

DAFTAR PUSTAKA Niken,A.I, Sumarni, Ibrahim, R (2007).


Anonim.(2008)T enaga kerja. www.data Hubungan Tingkat Dukungan Yang
statistic- Tinggi Terhadap Depresi pada
indonesia.com/content/view/801/80 tenaga Kerja Wanita Industri. Jurnal
1 (Diakses tanggal 7 september Ilmu Keperawatan. Vol 2/nomor 3/
2008). sept/2007. Yogyakarta : UGM.
Arikunto,S.(1998) Prosedur Penelitian suatu Notoatmojo, S. (2002). Metodologi
pendekatan praktek.Jakarta : Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. Rineka Cipta.
Aziz, A. (2003). Riset Keperawatan Dan Nursalam & Pariani, S. (2001).Metodologi
T eknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Riset Keperawatan.Jakarta : CV
Salemba Medika. infomedika.
Li-Ching Lyu, Chi-Yin Hsu, Ching-Ying Yeh, Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan
Meei-Shyuan Lee, Su-Hua Huang, Metodologi Penelitian Ilmu
and Ching-Lan Chen. (2003). A Keperawatan. Jakarta: Salemba
case-control study of the association Medika.
of diet and obesity withgout in Price, P,A & Wilson, L,M. (1992). Gout,
Taiwan. www.American Society for Pathofisiologi, Konsep Klinis
Clinical Nutrition.com (Diakses Proses-proses Penyakit. Jakarta:
tanggal 26 juni 2008). EGC.
Dempsey,P ,A & Dempsey, A,D (2002).Riset Rambulangi (2005). T antangan , Harapan
Keperawatan, Buku Ajar dan dan PengobatanAlternatif Dalam
Latihan. Edisi 4.Jakarta: EGC. Meningkatkan Produktivitas dan
Choi,H,K&CurhanG (2004). Kualitas Hidup Wanita
http://bmj.com/cgi/content/full/336/7 Menopause.www.med. unhas.ac.id
639/309#BIBL (diakses tanggal 3 Juni 2008).
(Diakses tanggal 26 juni 2008). Rodwell,V,W (1992).metabolisme nukleotida
Krisnatuti, D. MS, Rina. & Vera, Y ( 1997). purin dan pirimidin,Biokimia
Perencanaan Menu Harper.Jakarta:EGC.
UntukPpenderita Gangguan Asam Soegiyono. (2000).Statistik Untuk
Urat, edisi 12.Jakarta: PS. Penelitian. Bandung: Alvabeta.
Leo K. Niskanen, MD, PhD; David E. Sugiarto, Siagian, D. Sunaryanto, LT &
Laaksonen, MD, PhD, MPH; Oetomo, DS (2003). T eknik
Kristiina Nyyssönen, PhD; Georg Sampling. Jakarta : PT Gramedia
Alfthan, PhD; Hanna-Maaria Lakka, Pustaka Utama.
MD, PhD; Timo A. Lakka, MD, PhD; Sustrani L, Syamsir A, & Iwan
Jukka T. Salonen, MD, PhD (2004). H.(2004).Asam urat, informasi
Uric Acid Level as a Risk Factor for lengkap untuk penderita dan
Cardiovascular and All-Cause keluarganya, edisi 6. Jakarta:
Mortality in Middle-aged Men. Gramedia.
American Medicine Association Tehupeiori, E. (2001). Artritis pirai,Ilmu
vol.164 No 14.(Diakses tanggal 2 Penyakit Dalam. Jakarta: BP FKUI.
februari 2009). Wibowo (2008) Asam Urat
Mayers, P ,A (2003).Glikolisis Dan Oksidasi .http://www.main.shofura.com/?choo
Piruvat,Biokimia Harper. Jakarta : se =mod_article&id =97&idtopik=11
EGC. (Diakses tgl 8 sept 2008).

31

Das könnte Ihnen auch gefallen