Sie sind auf Seite 1von 22

KERJASAMA BILATERAL INDONESIA-THAILAND (STUDI KASUS: STRATEGI

RI MENANGGULANGI ILLEGAL FISHING DI KEPULAUAN ANAMBAS –


PROVINSI KEPULAUAN RIAU PADA TAHUN 2011-2014)

MINI JURNAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Penilaian Mata Kuliah
Politik Dan Pemerintahan Asia Tenggara

OLEH :

DESYANA ZASKIA REZKI


C1A4 15 041

JURUSAN KOMUNIKASI
KONSENTRASI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
2018
KERJASAMA BILATERAL INDONESIA-THAILAND (STUDI KASUS:
STRATEGI RI MENANGGULANGI ILLEGAL FISHING DI KEPULAUAN
ANAMBAS – PROVINSI KEPULAUAN RIAU PADA TAHUN 2011-2014)
Oleh

Desyana Zaskia Rezki

C1A4 15 041

Jurusan Komunikasi Konsentrasi Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Halu Oleo

ABSTRACT

This study discusses the Fisheries Cooperation between Indonesia and Thailand is expected
to overcome the problems in the waters of Indonesia and Thailand, this cooperation is
intended to benefit from both parties who work together. Currently it can be felt that this
fishery cooperation can be said not yet effective. In its actual form, the practices of crime in
the sea of Indonbesia by Thai fishermen such as illegal fishing theft that have a negative
impact on the Indonesian economy and the environment. Indonesia and Thailand are still
trying to increase cooperation in the field of fisheries more effectively the country get the
most profit. Indonesia is currently developing an Integrated Fishing Industry system to follow
up and accelerate Memorandum of Understanding (MOU) in the field of fisheries to be
completed soon. illegal fisher that occurred in Anambas sea area. Anambas is a district
located in the sea of South China's western part of Indonesia. Anambas Islands District is
located in the Fisheries Management Area (WPP 711) which has an estimated capture fishery
of about 1 million tons / year. The strategic location and potential of Anambas, making it
vulnerable to violations of Indonesian sovereignty territory from illegal fishing (Illegal
fishing) due to illegal fishing that occurred in Anambas state sea country should bear the loss
of.
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam studi hubungan internasional terdapat berbagai isu kontemporer yang pada
awalnya lebih bersifat kepada hal-hal yang teknis, yang kemudian berkembang menjadi
sebuah agenda politik yang berimplikasi pada lahirnya pola baru dalam kerjasama
inetrnasional, sehingga dalam perkembangan hubungan internasional saat ini tidak hanya
memperhatikan aspek hubungan antar negara saja, yang didalamnya hanya mencakup aspek
politik, budaya, ekonomi, serta aspek klasik lainnya, akan tetapi aspek lain seperti
interdependensi ekonomi, keamanan transnasional, hak asasi manusia, organisasi
internasional, rezim internasional, dan juga masalah lingkungan hidup.1
Illegal fishing atau sering disebut dalam dunia internasional dengan IUU Fishing
adalah salah satu bentuk kejahatan transnasional yang mengancam dan sering dihadapi oleh
negara-negara pantai karena dapat mengganggu kedaulatan dan keamanan serta merugikan
negara pantai tersebut. Illegal fishing merupakan isu klasik yang sering dihadapi oleh negara-
negara yang memiliki banyak pantai karena masalah tersebut sudah ada sejak dulu. Namun
hingga sekarang masalah illegal fishing masih belum dapat diberantas. Hal itu dikarenakan
untuk mengawasi wilayah laut yang banyak dan luas secara bersamaan merupakan hal yang
sulit. Negara yang sudah memiliki teknologi yang maju dibidang pertahanan dan keamanan
sekalipun pasti juga pernah terkena kejahatan illegal fishing. Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki banyak pantai mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan. Hal ini
tentu saja mengakibatkan Indonesia juga tidak lepas dari masalah illegal fishing. Illegal
fishing atau sering disebut dalam dunia internasional dengan IUU Fishing adalah salah satu
bentuk kejahatan transnasional yang mengancam dan sering dihadapi oleh negara-negara
pantai karena dapat mengganggu kedaulatan dan keamanan serta merugikan negara pantai
tersebut. Illegal fishing merupakan isu klasik yang sering dihadapi oleh negara-negara yang
memiliki banyak pantai karena masalah tersebut sudah ada sejak dulu. Namun hingga
sekarang masalah illegal fishing masih belum dapat diberantas. Hal itu dikarenakan untuk
mengawasi wilayah laut yang banyak dan luas secara bersamaan merupakan hal yang sulit.
Negara yang sudah memiliki teknologi yang maju dibidang pertahanan dan keamanan
sekalipun pasti juga pernah terkena kejahatan illegal fishing. Indonesia merupakan salah satu

1
“The Global-Review”, dalam http://www.theglobal-review.com diakses 3 jan 2018
negara yang memiliki banyak pantai mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan. Hal ini
tentu saja mengakibatkan Indonesia juga tidak lepas dari masalah illegal fishing.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki laut yang sangat luas. Wilayah
laut Indonesia mencangkup 12 mil ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki
wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dan
landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari garis pantai dengan ditetapkannya konvensi PBB
tentang hukum laut Internasional (UNCLOS) 1982. Wilayah laut Indonesia yang dapat
dimanfaatkan diperkirakan mencampai 7,9 juta Km2 terdiri dari 1,8 juta Km2 daratan. 3,2
juta Km2 laut teritorial dan 2,9 juta Km2 perairan ZEE. Wilayah perairan 6,1 juta Km2
tersebut adalah 77% dari seluruh luas wilayah Indonesia, bisa dikatakan bahwa luas laut
Indonesia adalah tiga kali luas daratannya. Salah satu wilayah strategis yang merupakan
daerah dimana sering terjadinya kegiatan illegal seperti illegal fishing adalah Kabupaten
Kepulauan Anambas.
Kabupaten Kepulauan Anambas dengan luas laut 46.029,77 km2 atau 98,65% dan
luas daratan 634,37 km2 atau 1,35% dari total luas wilayah. Kondisi lautan yang dimiliki
KKA tersebut banyak menyimpan potensi kelautan dan perikanan tangkap maupun perikanan
budidaya sehingga berbagai macam kegiatan-kegiatan illegal dapat dilakukan khususnya
kegiatan pencurian ikan (illegal fishing) yang dilakukan oleh negara-negara asing begitu
merajalela. Sehingga pemerintah Indonesia mengeluarkan salah satu strateginya dalam
mengatasi illegal fishing yaitu dengan menjaga keamanan wilayah NKRI dari praktek illegal
fishing khususnya di Kabupaten Kepulauan Anambas. Pemerintah Indonesia
mengimplementasikan sebuah undang-undang tentang perikanan dan kelautan yaitu undang
undang No. 45 tahun 2009. Selain itu pemerintah Indonesia juga menggunakan strategi untuk
menjaga keamanan di perairan Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA) dari kapal asing
illegal fishing dengan menggunakan patroli pengawasan yang dilakukan oleh beberapa
lembaga pemerintah seperti Bakorkamla, TNI-AL (Lanal Tarempa), Satker PSDKP
Anambas, dan DKP Anambas dengan membangun pos pengawasan dan melibatkan
masyarakat nelayan Anambas. Semua ini merupakan strategi pemerintah Indonesia dalam
memberantas praktek illegal fishing di perairan Indonesia khususnya di wilayah perairan
KKA yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan.2
Food and Agriculture Organizations (FAO) menjelaskan IUU Fishing kedalam tiga
terminologi1 : Illegal Fishing adalah kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di perairan

2
www.Artikel.okeschool.com/artikel/kelautan-dan-perikanan/.../laut-indonesia.htm
wilayah atau ZEE suatu negara dengan tidak memiliki izin dari negara pantai. Illegal
Unreported adalah kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah atau ZEE suatu negara
yang tidak melaporkan hasil tangkapan yang sesungguhnya atau pemalsuan data hasil
tangkap, hasil tangkapan yang langsung di bawa ke negara lain di tengah laut. Dan Illegal
Unregulated adalah kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah atau ZEE yang tidak
mematuhi aturan yang berlaku di negara tersebut seperti penggunaan alat tangkap yang sudah
di modifikasi dan merusak lingkungan laut (Trawl, pukat harimau, pukat mayang, pukat
cincin, dan bom).
Unregulated fishing adalah kegiatan penangkapan ikan dalam suatu cara yang tidak
konsisten dengan cara penangkapan yang telah ditetapkan dan penangkapan ikan
menggunakan modifikasi dari alat tangkap ikan yang dilarang. Berdasarkan penjelasan diatas,
serta permasalahan dan kendala yang ada maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : KERJASAMA BILATERAL INDONESIA-THAILAND (STUDI KASUS:
STRATEGI RI MENANGGULANGI ILLEGAL FISHING DI KEPULAUAN ANAMBAS–
PROVINSI KEPULAUAN RIAU PADA TAHUN 2011-201).

Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan dimana
bentangan wilayahnya yang 2/3 merupakan wilayah lautan, merupakan kondisi yang sangat
mendukung dan menunjang seluruh potensi bahari bangsa Indonesia. Pengaruh Zona
Ekonomi sampai jarak maksimum yang ditetapkan dalam konvensi hukum laut, bukan
meninggalkan kepentingan negara-negara lain untuk memakai fasilitas lautan secara bebas,
namun tetap memberikan hak-hak yang sama dalam pembudidayaan laut, sehingga baik
negara berpantai dapat menikmati kekayaan laut dan tidak saling dirugikan. Dalam
pelaksanaan penelitian ini, perlu adanya perumusan masalah secara operasional terhadap
masalah yang telah dideskripsikan diatas dengan memakai landasan dari identifikasi masalah
dan pembatasan masalah, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai
berikut : Bagaimana upaya RI Menanggulangi Illegal Fishing di Kepulauan Anambas–
Provinsi Kepulauan Riau ?

Batasan Waktu

Melihat permasalahan diatas memiliki cakupan luas, maka sudut pandang ditekankan
oleh penulis lebih menyangkut kepentingan RI melakukan kerjasama sumber daya kelautan
perikanan dengan Thailand serta kendala dan upayanya dalam penegakan hukum dan
keamanan di wilayah perairan Indonesia untuk mengantisipasi operasi illegal kapal ikan asing
bagi perkembangan sumber daya kelautan Indonesia yang dibatasi dari tahun 2011-2014.

Metode Penelitian
Metode penelitian ini bersifat deskriptif eksplanatif yang analisa penelitiannya
dilakukan secara kualitatif berdasaran data-data yang sudah tersedia yang dikumpulkan dalam
rangka memperoleh bahan untuk dapat memberikan jawaban terhadap pokok permasalahan
yang ada sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kerangka Konsep dan Teori
Teori Negara dan Kedaulatan Negara
Negara merupakan subjek hukum yang terpenting dibanding dengan subjek-subjek
hukum internasional lainnya. Pasal 1 konvensi Montevideo 27 December 1933 mengenai hak
dan kewajiban Negara menyebutkan bahwa Negara sebagai subjek dalam hukum
internasional harus memiliki empat unsur yaitu : penduduk yang tetap, wilayah tertentu,
pemerintahan yang berdaulat dan kapasitas untuk berhubungan dengan Negara lain (Jawahir
thontowi,2006 : 105).
Negara merupakan subjek Hukum Internasional yang terpenting (par Excellence) di
banding dengan subjek-subjek hukum internasional lainnya, sebagai subjek hukum
internasional Negara memiliki hak dan kewajiban menurut hukum internasional. Menurut R.
Kranenburg Negara adalah organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh kelompok manusia
yang disebut bangsa sedangkan menurut Logeman Negara adalah organisasi kekuasaan yang
menyatukan kelompok manusia yang disebut bangsa. (Mochtar Kusumaatmadja, 1981: 89).
Hendry C Black mendefinisikan Negara sebagai sekumpulan orang yang secara
permanen menempati suatu wilayah yang tetap diikat oleh ketentuan-ketentuan hukum yang
melalui pemerintahannya mampu menjalankan kedaulatannya yang merdeka dan mengawasi
masyarakatnya dan harta bendanya dalam wilayah perbatasannya, mampu mengadakan
perang dan damai serta mampu mengadakan hubungan internasional dengan masyarakat
internasional lainnya (Huala Adolf,1991:1-2).
Seperti pengertian yang diberikan Logeman bahwa Negara adalah organisasi
kekuasaan. Organisasi diartikan sekumpulan orang yang dalam mencapai tujuan bersama
mengadakan kerjasama dan pembagian kerja di bawah satu pemimpin. Kekuasaan diartikan
kemampuan untuk memaksakan kehendak sehingga Negara diartikan sebagai sekumpulan
orang yang dalam mencapai tujuan bersama mengadakan kerjasama dan pembagian kerja di
bawah satu pemimpin yang mempunyai kemampuan untuk memaksakan kehendaknya.
Selain itu menurut Hans Kelsen Negara adalah komunitas yang diciptakan oleh suatu
tatanan hukum nasional yang membentuk komunitas ini. Oleh sebab itu, dari sudut pandang
hukum persoalan Negara tampak sebagai persoalan tatanan hukum nasional maka kita harus
menerima bahwa komunitas yang disebut Negara adalah tatanan hukumnya, Hukum Perancis
dapat dibedakan dari hukum Swiss atau Meksiko tanpa bantuan dari hipotesis bahwa Negara
Perancis, Swiss, dan Meksiko merupakan realitas sosial yang keberadaannya berdiri sendiri-
sendiri. Negara sebagai komunitas dalam hubungannya dengan hukum bukanlah suatu
realitas alami atau suatu realitas sosial yang serupa dengan realitas alami seperti manusia
dalam hubungannya dengan hukum. Jika ada suatu realitas sosial yang berhubungan dengan
fenomena yang disebut Negara dan oleh sebab itu suatu konsep sosiologis yang dibedakan
dari konsep hukum mengenai Negara maka prioritas jatuh pada konsep hukum bukan kepada
konsep sosiologis (Hans Kelsen,2010: 263)
Pengertian Negara sebagai subjek hukum internasional adalah organisasi kekuasaan
yang berdaulat, menguasai wilayah tertentu, penduduk tertentu dan kehidupan didasarkan
pada sistem hukum tertentu (Sugeng Istanto 1994: 20-21). Dalam pengertian mengenai
Negara tersebut walaupun memiliki banyak pendapat dan perbedaan dalam memberikan
pengertian tentang Negara tetapi baik menurut para ahli dan konvensi Montevideo tetap
memiliki persamaan bahwa suatu Negara akan berdaulat jika memiliki kriteria-kriteria yang
di terima oleh masyarakat internasional.
Suatu Negara dapat saja lahir dan hidup tetapi itu belum berarti bahwa Negara
tersebut mempunyai kedaulatan, kedaulatan ialah kekusaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu
Negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai kepentingannya asal saja
kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional. Sesuai konsep hukum
internasional kedaulatan memiliki tiga aspek utama yaitu:
1. Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap Negara untuk secara bebas
menentukan hubungannya dengan berbagai Negara atau kelompok-kelompok lain
tampa tekanan atau pengawasan dari Negara lain.
2. Aspek intern kedaulatan ialah hak atau wewenang eksklusif suatu Negara untuk
menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaganya tersebut
dan hak untuk membuat undang-undang yang diinginkannya serta tindakan-tindakan
untuk mematuhi.
3. Aspek territorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimiliki oleh
Negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di wilayah tersebut
(Boer Mauna,2005:24).
Konsep kedaulatan dalam pandangan realis merupakan karakteristik utama suatu
negara yang di dalam literatur hubungan internasional kedaulatan diartikan sebagai otoritas
atau kekuasaan negara tertinggi yang tunduk kepada batasan-batasan eksternal atau
kemampuan suatu negara melalui pemerintahannya untuk menjadi penguasa di negaranya
dalam mengontrol kehidupan domestik dan dalam hubungan-hubungan luar negerinya
mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kepentingan di dalam negerinya secara
maksimal.3

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Keamanan Nasional yang mengacu
pada situasi atau keadaan dimana unsur pokok pembentuk suatu negara seperti; kedaulatan,
wilayah, penduduk atau warga negara, basis ekonomi, pemerintah dan sistem konstitusi serta
nilai-nilai hakiki yang dianutnya terjamin eksistensinya dan dapat menjalankan fungsi sesuai
tujuannya tanpa gangguan atau ancaman dari pihak manapun.4 Untuk menjaga keamanan
wilayah NKRI dari praktek illegal fishing khususnya di Kabupaten Kepulauan Anambas
tersebut maka pemerintah Indonesia mengimplementasikan sebuah undang-undang tentang
perikanan dan kelautan yaitu undang undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan Pasal 69
ayat 1 dan ayat 4 “kapal pengawas perikanan berfungsi melaksanakan pengawasan dan
penegakkan hukum di bidang perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan negara RI;
selanjutnya dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut penyidik dan/atau pengawas
perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman
kapal perikanan illegal yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup 5
Selain itu pemerintah Indonesia juga menggunakan strategi untuk menjaga keamanan di
perairan Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA) dari kapal asing illegal fishing dengan
menggunakan patroli pengawasan yang dilakukan oleh beberapa lembaga pemerintah seperti
Bakorkamla, TNI-AL (Lanal Tarempa), Satker PSDKP Anambas, dan DKP Anambas dengan
membangun pos pengawasan dan melibatkan masyarakat nelayan Anambas. Semua ini
merupakan strategi pemerintah Indonesia dalam memberantas prakterk illegal fishing di
perairan Indonesia khususnya di wilayah perairan KAA yang berbatasan langsung dengan
Laut Cina Selatan.

3
Theodore, A.C., & Jamesh,W., 1999.Pengantar Hubungan Internasional Keadilan dan Power. Bandung: Putra
Abardin. hal. 77
4
http://103.10.169.96/xmlui/bitstream/handle/123456789/6240/32.%20IDJANG%20%20STRATEGI%20KEA
MANAN%20DALAM%20PARADIGMA%20REALIS.pdf?sequence=1
5
jurnalpenenggelaman kapal sebagai usaha memberantas praktik illegal fishing oleh Zaqiu Rahman
Food and Agriculture Organizations (FAO) menjelaskan IUU Fishing kedalam tiga
terminologi.

1. Illegal Fishing adalah kegiatan penangkapan ikan secara illegal di perairan wilayah
atau ZEE suatu negara dengan tidak memiliki izin dari negara pantai.
2. Illegal Unreported adalah kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah atau ZEE
suatu negara yang tidak melaporkan hasil tangkapan yang sesungguhnya atau
pemalsuan data hasil tangkap, hasil tangkapan yang langsung di bawa ke negara lain
di tengah laut. Dan;
3. Illegal Unregulated adalah kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah atau ZEE
yang tidak mematuhi aturan yang berlaku di negara tersebut seperti penggunaan alat
tangkap yang sudah dimodifikasi dan merusak lingkungan laut (Trawl, pukat harimau,
pukat mayang, pukat cincin, dan bom).6

Sebagai negara kepulauan dengan perairan yang kaya akan ikan, penangkapan ikan
secara illegal masih marak dan menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi pemerintah
Indonesia khususnya di Kabupaten Kepulauan Anambas. Illegal fishing jelas mengganggu
keamanan nasional dan kedaulatan NKRI khususnya di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Persoalan ini juga menimbulkan citra negatif karena pemerintah Indonesia dianggap tidak
mampu mengelola sumber kelautan dan perikanannya dengan baik. Illegal fishing juga
mengakibatkan industri pengolahan ikan dalam negeri mengalami kekurangan bahan baku.
Banyak kapal-kapal nelayan dari negara asing seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina,
Kamboja, Myanmar, Tiongkok, Korea, Taiwan dan Panama yang terlibat dalam kasus illegal
fishing di perairan Indonesia. Kejahatan pencurian ikan yang merusak kelestarian sumber
daya kelautan tidak bisa dipandang sebelah mata. Sehingga harus dikategorikan sebagai
kejahatan transnational yang terorganisir.
Pada tahun 2001 dari data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO)
menyebutkan estimasi kerugian akibat illegal fishing yang dialami Indonesia setiap tahun
mencapai Rp. 30 triliun hingga tahun 2014 jumlah tersebut mengalami lonjakan yang
signifikan. Setiap tahunnya Indonesia diperkirakan mengalami kerugian akibat illegal fishing
sebesar Rp. 101. 040 triliun/tahun. Untuk perkiraan ikan yang dicuri secara global mencapai

6
Trumen Viktor, 2013. Kebijakan pemerintahan Indonesia Menangani Dampak (Ilegal Fishing) Nelayan
Malaysia Terhadap Produksi Perikanan Indonesia 2007-2011. Pekanbaru: Universitas Riau.Hal. 11.
25% dari potensi ikan. Sehingga perkiraan kerugian akibat ikan yang dicuri mencapai Rp.
28,8 triliun per tahun.7
Untuk memberantas praktek illegal fishing di Kabupaten Kepulauan Anambas ini
maka pemerintah menggunakan strategi penenggelaman kapal illegal asing yang melintasi
zona wilayah tersebut. Hal ini dilakukan tentu untuk menjaga kedaulatan NKRI di Kabupaten
Kepulauan Anambas dan tentu sudah sesuai dengan prosedur dengan mengamankan para
awak kapal terlebih dahulu sebelum melakukan penenggelaman kapal agar tidak
menimbulkan masalah baru dan menuai kecaman dunia Internasional. Selain itu strategi
kebijakan penenggelaman kapal ini juga sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan
berpedoman pada UU No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan pasal 69 ayat 1 dan ayat 4 yang
menyatakan bahwa “kapal pengawas perikanan berfungsi melaksanakan pengawasan dan
penegakkan hukum di bidang perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan negara RI;
selanjutnya dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut penyidik dan/atau pengawas
perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman
kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Praktik
pembakaran dan penenggelaman kapal ikan asing yang tertangkap tangan melakukakn illegal
fishing adalah merupakan hal yang lumrah yang juga dilakukan oleh negara lain seperti
Tiongkok, dan Malaysia. Bahkan kapal-kapal nelayan Indonesia yang tertangkap melintasi
batas regional pun dibakar. Pemerintah Indonesia tidak pernah memprotes sepanjang Anak
Buah Kapal (ABK) tersebut selamat, karena tidak ada satu negara pun yang menginginkan
warga negaranya melakukan tindak pidana atau kejahatan di negara lain. Dengan demikian,
sepanjang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peraturan hukum, strategi kebijakan ini
tidak akan mengganggu hubungan diplomatik Indonesia di kawasan regional.8

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa praktek pencurian ikan (illegal
fishing) sangat merugikan negara dan juga mengganggu kedaulatan NKRI. Oleh karenanya,
pemerintah Indonesia diharapkan untuk bisa membuat strategi – strategi yang bisa membuat
jera para pelaku illegal fishing tersebut sekaligus menunjukkan power pada negara lain demi
mencapai national interest. Namun untuk mencapai visi poros maritim dunia penulis
berpendapat bahwa tidak hanya dengan diplomasi maritim yaitu strategi penenggelaman
kapal illegal asing saja namun yang terpenting adalah pembangunan konektifiti dan
infrastruktur maritim seperti jalur tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan dan

7
Politikindonesianews (diterbitkan pada 20.4.2014. 18:20:18)
8
Jurnal Penenggelaman kapal sebagai usaha memberantas praktik illegal fishing oleh Zaqiu Rahman
pariwisata maritim yang tentunya semuanya itu tidak bisa dicapai dalam waktu yang begitu
singkat (lima tahun). Semua butuh proses yang begitu panjang dan memerlukan banyak
biaya.

Keamanan Nasional
Keamanan Nasional (Kamnas) dapat dimaknai baik sebagai kondisi maupun sebagai
fungsi. Sebagai fungsi, Keamanan Nasional akan memproduksi dan menciptakan rasa aman
dalam pengertian luas, yang di dalamnya tercakup rasa nyaman, damai, tenteram dan tertib.
Kondisi keamanan semacam ini merupakan kebutuhan dasar umat manusia di-samping
kesejahteraan. Pemahaman terhadap makna dan substansi yang terkandung di dalamnya akan
bervariasi tergantung kepada tata nilai, persepsi dan kepentingan.
Reformasi sektor keamanan di Indonesia masih terus berlangsung, akan tetapi
dinamika lapangan masih mengindikasikan belum terwujudnya kesepahaman bersama
terhadap substansi Kamnas. Maka tidaklah mengherankan apabila draft RUU Kamnas yang
disiapkan pemerintah masih menemui ba-nyak kendala dan hambatan. Penyebabnya antara
lain dikarenakan para pihak terkait masih mempunyai persepsi yang berbeda tentang
pengembangan konsep dan sistem Kamnas Indonesia yang mampu menampung kepentingan
bangsa Indonesia.9
Konsep keamanan nasional mengacu pada situasi atau keadaan dimana unsur-unsur
pokok yang membentuk suatu negara seperti kedaulatan, wilayah, penduduk, atau warga
negara, basis ekonomi, pemerintahan dan sistem konstitusi serta nilai-nilai hakiki yang
dianutnya terjamin eksistensinya dan dapat menjalankan fungsi sesuai tujuannya tanpa
gangguan atau ancaman dari pihak mananpun.

9
www.aiendro.info/buku/Buku%20Kamnas%20wantannas.pdf
KERJASAMA BILATERAL INDONESIA-THAILAND (STUDI KASUS:
STRATEGI RI MENANGGULANGI ILLEGAL FISHING DI KEPULAUAN
ANAMBAS – PROVINSI KEPULAUAN RIAU PADA TAHUN 2011-2014)

Strategi Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Illegal Fishing Di Kabupaten


Kepulauan Anambas

Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA) adalah sebuah kabupaten yang terletak di


Laut China Selatan yang berada di bawah wilayah administrasi Provinsi Kepulauan Riau.
Secara geografis KKA berada pada posisi 2010’0”-3040’0”LU s/d 105015’0”-106045’0” BT.
Sebagai kabupaten maritime wilayah Anambas meliputi banyak pulau, terdiri dari 255 pulau,
26 pulau telah berpenghuni dan 5 pulau merupakan pulau terluar. Kabupaten Kepulauan
Anambas sebagai kabupaten yang berbentuk pulaupulau kecil, memiliki total luas wilayah
46.664,14km2. Dengan luas laut 46.029,77 km2 atau 98,65% dan luas daratan 634,37 km2
atau 1,35% dari total luas wilayah. Kondisi lautan yang dimiliki KKA tersebut membuatnya
banyak menyimpan potensi kelautan dan perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.10
Kabupaten Kepulauan Anambas terletak di wilayah pengelolaan perikanan (WPP 711)
dengan estimasi potensi perikanan 1 juta ton/tahun dan merupakan WPP yang paling besar
potensinya dibanndingkan dengan WPP lainya.
Wilayah pengelolaan perikanan (WPP 711) yang paling memiliki lokasi yang
strategis, di mana letaknya berbatasan dengan beberapa negara asing Seperti Thailand,
Vietnam, Malaysia dan Singapura, ditambah dengan potensinya yang besar. Potensi
peringkanan tangkap yang tersebar di wilayah pengelolaan perikanan (WPP). Sebagai
perbandingan, WPP 711 (Laut China Selatan) memiliki potensi yang tertinggi yaitu 1,05 juta
ton/tahun, di ikuti WPP 713 (Selat Makasar Laut Plores) 0,92 juta ton/tahun, dan WPP 718
(Laut Arafura – Laut Tomor) sebesar 0,85 juta ton/tahun.
sumber daya perikanan dan kelautan khusus di Perairan Kabupaten Kepulauan
Anambas dari data sumber daya ikan mencapai 88.792,20 ton/tahun. Sedangkan dari survei
yang dilakukan Seafdec dugaan potensi disekitar Perairan Kabupaten Kepulauan Anambas
mencapai 70.923,37 ton/tahun. Dengan jenis sumber daya ikan yang paling potensi yaitu ikan

10
Kabupaten Kepulauan anambas, 2014. Gerbang Perak Menuju Mas. (PDF). Hal 68. Tersedia di :
http.parekraf.go.id%2Foldlook%2Fattachme nts%2F24-2078381286- 0.pdf&ei=xyxXVIO0DM
zuASkoLgAQ& usg=AFQjCNEWS5HHpE6Vzc mWrgvzxw1GEm-0rg.
pelagis kecil dan di ikuti jenis ikan damersial. Ikan pelagis besar menduduki potensi
terbanyak ketiga, diikuti dengan ikan karang dan ikanikan yang lainnya.
Berdasarkan, letaknya yang strategis yang terletak di Laut China Selatan, berbatasan
langsung dengan beberapa negara asing, dan potensi perikanan di wilayah pengelolaah
perikanan (WPP) 711 telah menjadikan perikanan KKA sebagai daya tarik bagi nelayan-
nelayan tangkap dari negara-negara asing terutama negara Thailand, Vietnam dan Malaysia,
maupun nelayan dari daerah lain di Indonesia untuk melakukan penangkapan ikan secara
ilegal (Illegal fishing) di kawasan laut Anambas. Kapal-kapal nelayan asing tersebut biasanya
dilengkapi dengan peralatan yang canggih, seperti radar pendeteksi keberadaan ikan di bawah
laut, alat tangkap berupa Trawl, pukat mayang, pukat hariamau, pukat cincin bahkan ada
kapal yang menggunakan bom yang dapat merusak lingkungan laut. Kapal-kapal nelayan
asing diatas mampu mengeruk 2000 ton ikan perminggu sehingga di taksir kerugian negara
dari praktek illegal fishing di kawasan laut Anambas mencapai 1 triliun pertahun. Beberapa
pelanggaran penangkapan ikan secara illegal (Illegal fishing) oleh kapal nelayan asing di
perbatasan laut KKA diantaranya; Saksi yang diberitakan oleh nelayan Anambas yang sering
melihat di laut sejauh 5 mil dari pantai adanya aktifitas kapal nelayan asing yang beropersai
menangkap ikan dengan menggunakan pukat mayang.11
Dalam memerangi praktek illegal fishing pemerintah Indonesia terus berupaya
melakukan tindakan baik ditingkat nasional maupun internasional, di tingkat internasional
pemerintahan Indonesia terus menjalin kerja sama dengan negaranegara yang memiliki
perbatasan laut dalam mewujudkan praktek penangkapan ikan yang bertanggung jawab dan
memerangi illegal fishing. salah satu kerja sama yang dilakukan oleh pemerintahan Indonesia
dalam memerangi tindak illegal fishing yakni kerja sama Indonesia, Singapura dan Malaysia.
Kerja sama ini berbentuk patroli terkoordinator di mana masing-masing negara akan
memberikan informasi tentang kejadian yang terjadi di Negara anggota. Di tingkat nasional,
khususnya di kawasan laut Anambas Indonesia melakukan pengawasan keamanan laut
dengan mingkatkan patroli baik melalui Badan Koordinasi Keamanan Laut
(BAKORKAMLA), TNI-AL, Pengawas Sumber Daya Kelauatan dan Perikanan (PSDKP),
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Anambas, membangun pos pengawasan, serta
melibatkan masyarakat.
Hasil penelitian ini, strategi yang digunakan Indonesia dalam menangani illegal
fishing tersebut belum efektif karna kompleksitas permasalahan pengawasan illegal fishing di

11
Haratua, S., 2014. Nelayan Tuntut Ketegasan Pemerintahan, Haluan Kepri, 25 juni hal. 20.
Anambas. Belum efektifnya strategi yang dilakukan oleh Indonesia ini dapat dilihat pada
pelanggaran illegal fishing oleh kapal nelayan asing yang masih terjadi di kawasan laut
Anambas (Terampir).
Illegal fishing merupakan isu non tradsional yang selain merusak sumber daya alam
yang ada di laut tersebut juga, melanggar kedaulatan sebuah negara. Illegal fishing sering
terjadi di negara-negara pantai seperti Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan
dengan luas pantai terbesar di dunia yang berbatasan langsung dengan samudra hindia dan
samudra pasifik sehingga membuat Indonesia menjadi objek praktek illegal fishing oleh
negara-negara asing. Salah satu kepulauan di Indonesia yang sering kali menjadi objek
pencurian ikan oleh kapal-kapal illegal asing yaitu Kabupaten Kepualan Anambas.
Kabupaten Kepulauan Anambas terletak di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP 711) yang
memiliki estimasi perikanan tangkap sekitar 1 juta ton/tahun. Khusus potensi sumber daya
perikanan dan kelautan di perairan Kabupaten Kepulauan Anambas dari data sumber daya
ikan mencapai 88.792,20 ton/tahun. Sedangkan dari survei yang dilakukan Seafdec dugaan
potensi disekitar Perairan Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 70.923,37 ton/tahun.
Letak yang strategis dan potensi yang dimiliki Anambas, membuat kawasan laut Anambas
rentan terhadap pelanggaran wilayah kedaulatan Indonesia dan penangkapan ikan secara
illegal (IUU Fishing) oleh kapal nelayan asing. Letak geografis Kabupaten Kepulauan
Anambas yang sangat strategis dengan berbatasan langsung oleh Laut Cina Selatan yang
menjadi salah satu faktor terjadinya kegiatan illegal fishing tersebut mendorong pemerintah
Indonesia untuk mengeluarkan sebuah undang-undang tentang praktek illegal fishing yaitu
undang undang penenggelaman kapal illegal asing, undang-undang No. 45 tahun 2009
tentang Perikanan Pasal 69 ayat 1 dan ayat 4. Undang undang tersebut telah ada sejak tahun
2009 namun baru dilaksanakan sekarang. Praktik pembakaran dan penenggelaman kapal ikan
asing yang tertangkap tangan mencuri ikan adalah merupakan hal yang lumrah yang juga
dilakukan oleh negara lain seperti Tiongkok, dan Malaysia. Permasalahan perikanan illegal di
Indonesia yang dianggap mengancam perekonomian, keamanan wilayah maupun sumber
daya laut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh warga negara asing (pelaku asing).
Konsep Kerjasama Internasional dalam Konteks Hubungan Internasional
Hubungan Internasional pada umumnya berkaitan, bertalian, dan berkenaan dengan
interaksi antar negara-negara anggota masyarakat atau kesatuan-kesatuan yang terpisah.
Hubungan internasional, baik yang sudah berlalu maupun yang sedang berlangsung saat ini,
seringkali timbul korelasi dari aktor-aktor Hubungan internasional. Sebagian transaksi antar
negara dalam system internasional sekarang bersifat rutin dan aktif. Berbagai permasalahan
menjadi isu politis bagi sebagian negara barat untuk menekan negara yang lain yang
membawa dinamia perubahan masyarakat yang akhirnya sangat mempengaruhi terhadap
hubungan internasional, sebagai interaksi antar anggota masyarakat internasional dengan
negara lain yang dilakukan perorangan. Teori Hubungan Internasional mensyaratkan adanya
suatu penataan fenomena nasional dan internasional sehingga memungkinkan untuk dapat
melakukan identifiasi berbagai sebab dan efek yang berguna untuk dapat melakukan,
menjelaskan dan meramalkan fenomena tersebut.12 Dalam mewujudkan kerjasama
internasional terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor yang mendorong dan faktor yang menghambatnya kerjasama
internasional.
Faktor-faktor yang mendorong terwujudnya kerjasama internasional antara lain:13
1. Kemajuan Teknologi
2. Kemajuan dan Perkembangan Ekonomi
3. Perubahan Sikap Peperangan
4. Keinginan Berorganisasi
Disamping faktor-faktor yang mendorong terwujudnya kerjasama internasional,
terdapat pula faktor-faktor yang menghambat terwujudnya kerjasama internasional, faktor
faktor itu adalah :14 Kedaulatan, Kepentingan Nasional, Nasionalisme .
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Bidang Perikanan dan Kelautan
Secara khusus implementasi teknis dan penjabaran Politik Luar Negeri dimaksud
diarahkan sesuai Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagaimana tercantum dalam
Ketetapan MPR No. II/MPR 1996, khususnya aspek hubungan luar negeri. Keikutsertaan
Pemerintah Indonesia pada Konvensi-konvensi Internasional adalah dengan pertimbangan
memperjuangkan kepentingan nasional di bidang tertentu dalam hubungan antar bangsa yang
berada dalam lingkup pengaturan konvensi. Cara ini dapat memantapkan citra nasional
sebagai bangsa yang commited memperjuangkan kepentingan bersama masyarakat
internasional yang dilakukan tanpa harus mengorbankan kepentingan nasional.

12
Theodore A. Columbis & James E. Wolf, “Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power”. Putra
A. Bardin, Bandung, 1999, hal 127
13
inilah faktor yang mempengaruhi kerjasama internasional‖ , http://mobile.kontan.co.id/news/inilah-faktor-yang
mempengaruhi-kerjasama-internasional
14
LintasMe-faktor yang dapat menghambat kerjasama antar Negara‖
news/indonesiaku/topulerkan.com/sebutkanlah-faktor-yang-dapat-menghambat-kerjasama-antar-negara ,
Luar Negeri Thailand Bidang Perikanan dan Kelautan.
Pemerintah Thailand mempunyai kebijakan dalam memperbaiki segala kondisi
sumber daya alam termasuk sumber daya perikanannya untuk mencegah terjadinya
penurunan tingkat cadangan sumber alamnya, serta melakukan daur ulang dan perlindungan
bagi sumber daya alam dan keanekaragaman biota lautnyadengan cara yang aman sehingga
menguntungkan begi kehidupan manusia. Pembangunan nasional Thailand diberbagai bidang
harus selalu seimbang dan selalu menyediakan sebuah dasar untuk pembangunan ekonomi
dan sosial yang berkelanjutan. Arah Kebijakan Luar Negeri Perikanan Thailand mengarah
pada pembangunan berkelanjutan bagi potensi alamnya, serta keinginan Thailand agar
komoditi-komoditi hasil lautnya dapat bersaing dipasar UE, pemasaran komoditi ekspor
perikanan Indonesia dan Thailand sudah mnembus UE.
Latar Belakang Kerjasama Indonesia dan Thailand Bidang Perikanan
Melihat fenomena yang terjadi saat ini terhadap potensi laut indonesia yang berlimpah
sangat bertolak belakang dengan kondisi kelestariannya yang tercemar akibat aktivitas
penangkapan ikan secara berlebihan, karena penerapan kebijakan pemerintah indonesia
terhadap pemberantasan illegal fishing belum begitu mengikat. Kebijakan yang belum
maksimal ini mengakibatkan perlindungan terhadap kekayaan potensi kelautan wilayah
perairan indonesia mengalami suatu hambatan. Hambatan-hambatan yang dimaksud adalah
kurangnya sumber daya manusia dan upaya mengoptimalkan penggunaan teknologi yang
memadai dalam hal pembuatan peraturan perikanan baru serta pengawasan yang ketat
terhadap kapal-kapal asing khususnya kapal Thailand yang beroperasi di laut territorial
indonesia. Lingkup kerjasama yang disetujui oleh kedua negara antara lain :
Wilayah Laut Dalam Perspektif Hukum Internasional
Menurut ketentuan-ketentuan UNCLOS (United Nations Conference on The Law of
The Sea). Dalam Konvensi Hukum Laut yang ada saat ini terjadi Revolusi besar dalam
Hukum Laut. Revolusi besar yang pada waktu itu lebih mementingkan kepentingan Negara
Pantai dan mementingkan kepentingan negara-negara yang lebih memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan laut. Perlindungan terhadap coastal countries lebih dominan.
Kondisi Perikanan Indonesia
Indonesia sebagai Negara Kepulauan, dimana suatu negara yang berada diantara dua
Samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, serta dua benua yaitu Benua Australia
dan Benua Asia. Letak dan bentuk geografis Indonesia serta kekayaan alam yang berlimpah
tersebut telah membuat posisinya sangat unik di dunia Internasional. Indonesia memiliki
wilayah terluas diantara Negara-Negara Asia dengan garis pantai yang panjangnya dari
81.000 km dan setelah dikoreksi dan diumumkan PBB tahun 2008 menjadi 95.181 km,
dikatakan sebagai Negara Pantai terpanjang ke-4 yang kaya akan sumber daya alam tersebut
sebagaimana diisyaratkan oleh Undang-undang 1945 pasal 33 ayat 3.15
Kondisi Perikanan Thailand
Thailand dengan panjang pantai 2.600 km, dalam hal perikanan, total kuantitas marine
produk di Thailand sepanjang tahun 2002 mengalami sedikit peningkatan yakni sebesar
11,0% pada tahun 2001 sebesar 511,070 metric ton menjadi 567,217 metric ton atau setara
dengan nilai 12,664,1 juta baht pada tahun 2001, menjadi 15,055, 9 juta baht pada tahun 2002
dan meningkat 18, 9 %.18 Thailand dengan potensi sumber daya manusia dan tekhnologi
perikanannnya yang memadai masih harus menyesuaikan dengan cadangan sumber daya
kelautannya yang sedikit dibanding Indonesia, yang menyebabkan terjadinya over fishing di
perairan indonesia demi memenuhi keuntungan pribadi.
Agreement Bidang Perikanan Antara Indonesia dan Thailand
Agreement bidang perikanan antara Indonesia dan Thailand yang ditandatangani pada
tanggal 16 September 2002 di Jaarta merupakan tindak lanjut dari MOU (Memo of
Understanding) yang disetujui sebelumnya pada tanggal 17 Januari 2002.19 Maksud dari
perjanjian tersebut adalah untuk menciptakan iklim kerjasama timbal balik yang lebih
bermutu yang berpegang pada prinsip-prinsip dasar dan dibawah prosedur, yang mencakup
konservasi laut, pembangunan perikanan yang berkelanjutan dan menanggulangi masalah
pencurian ikan sesuai peraturan dan hukum yang berlaku di Indonesia.
Pelaksanaan Kerjasama Indonesia Dengan Thailand bidang Perikanan serta Reaksi
Kedua Negara
Adanya kerjasama bilateral antara Indonesia dan Thailand akan memberikan prospek
yang cukup baik, khususnya dalam bidang perikanan dan pembangunan berkelanjutan
sumber daya laut untukmasa yang akan datang. Upaya meningkatkan hubungan bilateral
antara Indonesia dengan Thailand , kedua negara mangadakan berbagai kerjasama terutama
pada sektor perikanan dan berjanji melakukan upaya dalam menjembatani sektor swasta
masing-masing negara untuk bekerjasama yang saling menguntungkan. Indonesia dan
Thailand merasa optimis dengan adanya kerjasama tersebut yang berjalan dengan baik.
Kesempatan kerjasama tersebut ditandai dengan penendatanganan nota kesepahaman.

15
Garis Pantai Indonesia Terpanjang Keempat di Dunia‖
http://www.kkp.go.id/index.php/mobile///arsip/c/1048/Garis-Pantai-Indonesia-Terpanjang Keempat-di-
Dunia/?category_id ,
Memorendum Of Understanding tersebut memuat pentingnya kerjasama perikanan
guna mendukung terjalinnya persahabatan kedua negara. Kerjasama di bidang perikanan ini
bagi indonesia sendiri diharapkan secara tidak langsung memberikan kontribusi bagi
pengembangan berkelanjutan untuk sumber daya kelautan indonesia, karena Thailand
merupakan negara yang mempunyai SDM dan tehknologi yang memadai dalam hal
perikanan.
Program-Program Kerjasama Perikanan Indonesia dan Thailand Serta Kaitannya
Dengan Pengembangan Sumber Daya Kelautan.
Salah satu faktor pendukung bagi setiap negara untuk menjalin kerjasama bilateral
adalah nilai manfaat ekonomi maupun non ekonomi. Manfaat ekonomi bilateral adalah nilai
keterkaitan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dalam negeri suatu pemerintah dan tuntutan
untuk memicu nilai ekspor yang akan mendukung penambahan devisa.
Program-program kerjasama perikanan Indonesia dan Thailand berdasarkan ketentuan
perjanjian yang telah disepakati adalah sebagai berikut :16
1. Monitoring.
2. Peningkatan.
3. Promosi.
Hasil Dari Kerjasama Eksploitasi Sumber Daya Perikanan Antara RI dan Thailand
dalam Mekanisme IUU Illegal, Unreported, dan Unregulated Fishing.
Kerjasama Perikanan antara Indonesia dengan Thailand diharapkan dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan di perairan Indonesia maupun Thailand, kerjasama ini ditujukan
untuk memperoleh keuntungan dari kedua belah pihak yang bekerjasama. Saat ini dapat
diasakan bahwa kerjasama perikanan ini dapat dikatakan belum efektif. Pada bentuk
nyatanya, praktek-praktek kejahatan di laut Indonbesia oleh nelayan Thailand seperti
pencurian ikan illegal yang berdampak buruk bagi perekonomian indonesia maupun
lingkungan. Indonesia dan Thailand masih berusaha meningkatkan kerjasama bidang
perikanan yang lebih efektif negara mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Indonesia saat ini sedang mengembangkan system Integrated Fishing Industry untuk
menindaklanjuti dan mempercepat Memorandum of Understanding (MOU) di bidang
perikanan agar segera diselesaikan.

16
Daftar Perjanjian Internasional Thailand‖
http://www.kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20Internasional/Thailand.html ,
Analisis Menggunakan Perspektif Realisme
Perspektif realisme yang berkonsep keamanan dan kedaulatan negara. Dalam
perspektif realis berasumsi bahwa pada dasarnya negara merupakan aktor utama dalam
Hubungan Internasional yang bersifat rasional. Negara adalah aktor utama dalam
menjalankan politik inetrnasional sehingga Oraganisasi Internasional dalam paradigma realis
menjadi tidak penting, karena negara merupakan aktor yang dominan dalam menjaga
hubungan internasional sedangkan organisasi internasional hanya sebagai pelengkap negara.
Dasar normatif realisme adalah keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara, hal ini
merupakan nilai-nilai yang menggerakkan doktrin kaum realis dan kebijakan luar negeri
kaum realis sehingga negara dipandang esensial bagi kedaulatan dan keamanan negaranya.
Keamanan menurut perspektifrealis dalam hubungan internasional terkait tentang negara,
sebuah negara akan aman apabila dapat memastikan keberlangsungan hidupnya dalam sistem
internasional.
Teori negara dan kedaulatan negara dalam pandangan realis merupakan karakteristik
utama suatu negara yang di dalam literatur hubungan internasional kedaulatan diartikan
sebagai otoritas atau kekuasaan negara tertinggi yang tunduk kepada batasan-batasan
eksternal atau kemampuan suatu negara melalui pemerintahannya untuk menjadi penguasa di
negaranya dalam mengontrol kehidupan domestik dan dalam hubungan-hubungan luar
negerinya mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kepentingan di dalam negerinya
secara maksimal.
Konsep keamanan nasional mengacu pada situasi atau keadaan dimana unsur-unsur
pokok yang membentuk suatu negara seperti kedaulatan, wilayah, penduduk, atau warga
negara, basis ekonomi, pemerintahan dan sistem konstitusi serta nilai-nilai hakiki yang
dianutnya terjamin eksistensinya dan dapat menjalankan fungsi sesuai tujuannya tanpa
gangguan atau ancaman dari pihak mananpun.
KESIMPULAN
Penelitian ini membahas mengenai penanganan illegal fisging yang terjadi di kawasan
laut Anambas. Anambas merupakan sebuah kabupaten yang terletak di laut China Selatan
bagian barat Indonesia. Kabupaten Kepulauan Anambas terletak di Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP 711) yang memiliki estimasi perikanan tangkap sekitar 1 juta ton/tahun.
Letak yang strategis dan potensi yang dimiliki Anambas, membuatnya rentan terhadap
pelanggaran wilayah kedaulatan Indonesia dari penangkapan ikan secara illegal (Illegal
fishing). akibat illegal fishing yang terjadi di kawasan laut Anambas negara harus
menanggung kerugian sebesar Rp.1 triliun setiap tahunya.
upaya Indonesia menangani illegal fishing yang terjadi di laut Anambas masim belum
optimal karena berbagai keterbatasan meliputi kapasitas, kapabilitas, peralatan dan perangkat
dalam memaksimalkan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan di kawasan laut
Anambas. sedangkan untuk melihat ketidakefektifan strategi Indonesia menangani illegal
fishing di kawasan laut Anambas, dapat dibukti dengan masih adanya tindakan illegal fishing
yang terjadi sehingga belum meningkatkan keamanan kawasan laut Anambas dan berimbas
kepada kesejahteraan masyarakat nelayan Anambas.
Hubungan kerjasama perikanan yang dilakukan Indonesia-Thailand memberi peluang
yang menguntungkan untuk kemajuan masing-masing negara. Mengingat posisi strategis
kedua negara dimana Thailand bisa memanfaatkan Indonesia sebagai pintu gerbang untuk
mengisi kebutuhan sumber daya perikanannya yang sedikit. Sebaliknya Indonesia yang
teknologi dan pengetahuan tekniknya kurang bisa memanfaatkan Thailand untuk lebih
meningkatkan teknologi dan prasarana pengawasan sumber daya alamnya dan memberikan
peluang kedua negara masuk kepasa uni eropa komditi perikanannya.
DAFTAR PUSTAKA
BERITA
LintasMe-faktor yang dapat menghambat kerjasama antar Negara‖
news/indonesiaku/topulerkan.com/sebutkanlah-faktor-yang-dapat-menghambat-
kerjasama-antar-negara
Politikindonesianews (diterbitkan pada 20.4.2014. 18:20:18)

BUKU
Haratua, S., 2014. Nelayan Tuntut Ketegasan Pemerintahan, Haluan Kepri, hal. 20.
Theodore, A.C., & Jamesh,W., 1999.Pengantar Hubungan Internasional Keadilan dan
Power. Bandung: Putra Abardin. hal. 77
Trumen Viktor, 2013. Kebijakan pemerintahan Indonesia Menangani Dampak (Ilegal
Fishing) Nelayan Malaysia Terhadap Produksi Perikanan Indonesia 2007-2011.
Pekanbaru: Universitas Riau.Hal. 11.

JURNAL
http://103.10.169.96/xmlui/bitstream/handle/123456789/6240/32.%20IDJANG%20%20STR
ATEGI%20KEAMANAN%20DALAM%20PARADIGMA%20REALIS.pdf?sequen
ce=1
jurnalpenenggelaman kapal sebagai usaha memberantas praktik illegal fishing oleh Zaqiu
Rahman

INTERNET
Daftar Perjanjian Internasional Thailand‖
http://www.kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20Internasional/Thailand.html
Garis Pantai Indonesia Terpanjang Keempat di Dunia‖
http://www.kkp.go.id/index.php/mobile///arsip/c/1048/Garis-Pantai-Indonesia-
Terpanjang Keempat-di-Dunia/?category_id
inilah faktor yang mempengaruhi kerjasama internasional‖ ,
http://mobile.kontan.co.id/news/inilah-faktor-yang mempengaruhi-kerjasama-
internasional
Kabupaten Kepulauan anambas, 2014. Gerbang Perak Menuju Mas. (PDF). Hal 68. Tersedia
di : http.parekraf.go.id%2Foldlook%2Fattachme nts%2F24-2078381286-
0.pdf&ei=xyxXVIO0DM zuASkoLgAQ& usg=AFQjCNEWS5HHpE6Vzc
mWrgvzxw1GEm-0rg.
www.Artikel.okeschool.com/artikel/kelautan-dan-perikanan/.../laut-indonesia.htm

Das könnte Ihnen auch gefallen