Sie sind auf Seite 1von 8

Analisis Kandungan Total Suspended Solid (TSS) dan Total Disolved Solid (TDS) pada

Sampel Air Limbah Kp. Pagersari RT/RW 03/08 Desa Pagerwangi-Lembang-Bandung


Barat

Risna Auliawati (1157040049)

Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung

ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum tentang analisis kandungan Total Suspended Solid (TSS)
dan Total Disolved Solid (TDS) pada sampel air limbah yang diambil dari Kp. Pagersari
RT/RW 03/08 Desa Pagerwangi-Lembang-Bandung Barat. Konsentrasi TSS dab TDS
dilakukan menggunakan metode gravimetri dengan parameter validasi metode yaitu presisi.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Februari 2018 di Laboratorium Kimia
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Tujuan praktikum ini untuk
mengetahui kandungan dari TSS dan TDS pada sampel air limbah. Dari hasil percobaan dan
perhitungan didapat nilai TSS sebesar 34 mg/L dan Nilai TDS sebesar 930 mg/L. Sesuai
regulasi dari Enviromental Protection Agency (EPA) USA, menyarankan bahwa kadar
maksimal kontaminan pada air minum adalah sebesar 500 mg/L (500 ppm). Jadi dapat
disimpulkan bahwa air dari sampel yang diujikan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi
karena memiliki nilai TDS yang besar yaitu 930 mg/L.

Kata kunci : TSS, TDS, sampel air limbah, kertas saring, cawan porselen.

PENDAHULUAN daya air meliputi kuantitas air yang sudah


tidak mampu memenuhi kebutuhan
Air merupakan sumber daya alam
manusia yang terus meningkat dan kualitas
yang sangat penting dalam kehidupan
air untuk keperluan domestik terus
manusia dan digunakan masyarakat untuk
menurun khususnya untuk air minum.
berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk
Sebagai sumber air minum masyarakat, air
kegiatan
harus memenuhi beberapa aspek yang
pertanian, perikanan, peternakan, industri,
meliputi kuantitas, kualitas dan kontinuitas
pertambangan, rekreasi, olahraga dan seba
(WHO,2004).
gainya. Dewasa ini, masalah utama sumber
Jika kita tinjau dari segi kualitas, tertahan oleh saringan. TSS adalah salah
air bersih yang digunakan harus memenuhi satu parameter yang digunakan untuk
syaratsecara fisik, kimia, dan pengukuran kualitas air. Pengukuran TSS
mikrobiologi. Menurut Sutrisno dan berdasarkan pada berat kering partikel
Suciastuti (2002), persyaratan secara fisik yang terperangkap oleh filter, biasanya
meliputi air harus jernih, tidak berwarna, dengan ukuran pori tertentu. Umumnya,
tidak berasa/tawar, tidak berbau filter yang digunakan memiliki ukuran pori
,temperatur normal dan tidak mengandung 0.45 μm (Clescerl, 1905).
zat padatan (dinyatakan dengan TS, TSS
Nilai TSS dari contoh air biasanya
dan TDS). Persyaratan secara kimia
ditentukan dengan cara menuangkan air
meliputi derajat keasaman, kandungan
dengan volume tertentu, biasanya dalam
oksigen, bahan organik (dinyatakan
ukurtan liter, melalui sebuah filter dengan
dengan BOD, COD, dan TOC), mineral
ukuran pori-pori tertentu. Sebelumnya,
atau logam, nutrien/hara, kesadahan dan
filter ini ditimbang dan kemudian beratnya
sebagainya (Kusnaedi, 2002). Adapun
akan dibandingkan dengan berat filter
Penilaian kualitas perairan secara biologi
setelah dialirkan air setelah mengalami
dapat menggunakan organisme sebagai
pengeringan. Berat filter tersebut akan
indikator (Sutjianto, 2003).
bertambah disebabkan oleh terdapatnya
Salah satu pengukuran yang dapat partikel-partikel tersuspensi yang
dilakukan untuk mengetahui baku mutu air terperangkap dalam filter tersebut. Padatan
adalah melalui pengukuran kandungan zat yang tersuspensi ini dapat berupa bahan-
padatan TSS (Total Suspended Solid) dan bahan organik dan inorganik. Satuan TSS
TDS (Total Dissolve Solid ). faktor penting adalah miligram per liter (mg/L).
yang mempengaruhi pemisahan zat padat
Kandungan TSS memiliki
tersuspensi dan zat padat terlarut meliputi
hubungan yang erat dengan kecerahan
sifat – sifat kimia dan fisika dari material
perairan. Keberadaan padatan tersuspensi
dalam suspensi, besarnya ukuran pori
tersebut akan menghalangi penetrasi
saringan, luas dan ketebalan saringan, dan
cahaya yang masuk ke perairan sehingga
jumlah serta keadaan fisik dari material
hubungan antara TSS dan kecerahan akan
yang terendap padanya.
menunjukkan hubungan yang berbanding
Total Suspended Solid (TSS) atau terbalik (Blom, 1994).
zat padat yang tersuspensi, merupakan
residu yang tidak lolos saring, yaitu yang
Zat padat tersuspensi merupakan sebuah larutan. TDS meter
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia menggambarkan jumlah zat terlarut dalam
yang heterogen, dan berfungsi sebagai Part Per Million (PPM) atau sama dengan
bahan pembentuk endapan yang paling milligram per Liter (mg/L). Umumnya
awal dan dapat menghalangi kemampuan berdasarkan definisi diatas seharusnya zat
produksi zat organik di suatu perairan. yang terlarut dalam air (larutan) harus
Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dapat melewati saringan yang berdiameter
dan bagian yang lebih dalam tidak 2 micrometer (2×10-6 metessr). Aplikasi
berlangsung efektif akibat terhalang oleh yang umum digunakan adalah untuk
zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis mengukur kualitas cairan biasanya untuk
tidak berlangsung sempurna. Sebaran zat pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam
padat tersuspensi di laut antara lain renang, proses kimia, pembuatan air
dipengaruhi oleh masukan yang berasal mineral, dll. Setidaknya, kita dapat
dari darat melalui aliran sungai, ataupun mengetahui air minum mana yang baik
dari udara dan perpindahan karena dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk
resuspensi endapan akibat pengikisan keperluan kimia (misalnya pembuatan
(Tarigan dan Edward, 2003). kosmetika, obat-obatan, makanan, dll).

Analisis zat-zat padat tersuspensi Zat padat terlarut (TDS)


sangat penting bagi penentuan komponen- merupakan zat padat yang lolos filter pada
komponen air secara lengkap. Analisis analisis zat padat tersuspensi, sehingga
tersebut juga digunakan untuk perencanaan analisis zat padat terlarut merupakan
serta pengawasan proses-proses kelanjutan analisis zat padat tersuspensi
pengolahan dalam bidang air minum (Amalia, 2002).
maupun dalam bidang air buangan. Hal itu
Menurut Effendi (2000), zat padat
dilakukan dengan tujuan dalam
terlarut merupakan padatan-padatan yang
pengolahan air buangan, sedimentasi pada
mempunyai ukuran garamnya. Zat padat
air sungai, drainase dan lain-lain (Amalia,
terlarut total mencerminkan jumlah
2002).
kepekatan padatan dalam suatu sampel air
TDS (Total Dissolve Solid) atau lebih kecil dibandingkan padatan
zat terlarut adalah residu yang dapat tersuspensi. Padatan ini terdiri atas
melewati saringan yaitu ukuran zat terlarut senyawa-senyawa organik dan anorganik
(baik itu zat organic maupun anorganic, yang larut dalam air, mineral dan garam.
mis : garam, dll) yang terdapat pada
METODE Kertas saring whatman yang akan
digunakan ditimbang terlebih dahulu.
Bahan
Kertas saring yang sudah diketahui
Bahan-bahan yang digunakan dalam beratnya dibilas dengan aquadest sebanyak
percobaan ini adalah sampel air limbah, 3 x 10 mL.
aquadest dan kertas saring whatman.
Penentuan TSS dan TDS
Peralatan
Sampel air limbah yang akan dianalisis
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan dihomogenkan terlebih dahulu dengan cara
ini adalah oven, furnace, desikator, neraca dikocok beberapa kali. Sampel diambil
analitik, gelas ukur 100 mL, erlenmeyer sebanyak 50 mL, kemudian disaring
250 mL, botol plastik, botol semprot, dengan kertas saring yang sudah dibilas.
corong kaca dan cawan uap. Untuk uji TSS, kertas saring dan residu
yang dihasilkan dimasukkan ke cawan 1.
Cara Kerja
Sedangkan untuk uji TDS, filtrat sebanyak
Preparasi sampel 10 mL dimasukkan ke cawan 2. Cawan 1
dan cawan 2 dimasukkan ke oven pada
Sampel air limbah diambil dari daerah Kp.
suhu 105oC selama 1 jam. Setelah itu,
Pagersari RT/RW 03/08 Desa Pagerwangi,
cawan 1 dan cawan 2 didinginkan ke
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
desikator kemudian ditimbang dari
Barat. Sampel yang suda diambil
masing-masing beratnya.
diawetkan pada suhu 4oC dan disimpan
tidak lebih dari 24 jam. Analisis data

Preparasi cawan Cara menghitung:

Cawan yang akan digunakan dicuci sampai a. TSS (Total Suspended Solids) =
bersih kemudian dikeringkan. Cawan yang (𝐀−𝐁)
x 1000 (mg/L) 
𝑽𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒎𝑳)
sudah kering dimasukkan ke oven pada
menggunakan data yang diperoleh dari
suhu 105oC selama 1 jam. Setelah 1 jam,
penimbangan kertas saring+residu.
cawan diangkat dan didinginkan pada
desikator selama 5 menit. Cawan yang b. TDS (Total Dissolved Solids) =
(𝐂−𝐃)
sudah dingin ditimbang beratnya. x 1000 (mg/L) 
𝑽𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒎𝑳)

Preparasi kertas saring menggunakan data yang diperoleh dari


penimbangan filtrat+cawan.
HASIL DAN PEMBAHASAN gravimetri dengan cara mengendapkan
padatan tersuspensi yang terkandung
Padatan tersuspensi dalam air dapat terdiri
didalam sampel air limbah yang dianalisa.
dari partikel anorganik dan organik atau
Untuk percobaan TSS didasarkan pada
zat cair yang tidak tercampur. Padatan
metode penyaringan sampel air
anorganik seperti lumpur, lempung dan
menggunakan kertas saring kemudian
komponen tanah lain yang umum pada air
padatan yang tersaring beserta kertas
permukaan. Bahan organik seperti serat
saringnya dikeringkan pada sushu 103oC -
tumbuhan dan padatan biologi (sel alga,
108oC, sehingga dapat diperoleh kadar zat
bakteri, dll.) juga komponen umum dari air
padat tersuspensi (didalam ppm) dengan
permukaan. Bahan-bahan ini adalah
selisih antara berat kertas saring dan residu
kontaminan yang secara alami dihasilkan
setelah pemanasan dengan berat kertas
dari aksi erosi aliran air dipermukaan.
saring setelah pemanasan dibagi dengan
Karena kapasitas penyaringan tanah bahan
volume total sampel air yang digunakan.
tersuspensi jarang terdapat pada air tanah.
Sedangkan untuk penentuan padatan
Padatan tersuspensi tidak diinginkan
terlarut dilakukan dengan menggunakan
dalam air karena beberapa alasan. Padatan
metode yang sama yaitu gravimetri. Filtrat
tersuspensi secara estetis tidak
hasil penyaringan digunakan untuk analisa
menyenangkan dan menyediakan tempat
padatan terlarut dengan menggunakan
adsorpsi untuk zat kimia dan biologi.
filtrat tersebut didalam oven dengan suhu
Padatan tersuspensi organik mungkin
103oC - 108oC menggunakan cawan uap
didegradasi secara biologi, menghasilkan
hingga filtrat kering dan didapatkan
produk samping yang tidak diinginkan.
padatan. Dari padatan tersebut didapatkan
Padatan terlarut yang secara biologi aktif
kadar zat pada terlarut (dalam ppm)
(hidup) termasuk organisme penyebab
dengan selisih antara cawan porselen dan
penyakit dan strain penghasil racun dari
residu setelah penguapan dengan berat
alga. Parameter padatan tersuspensi
konstan dibagi dengan volume total
digunakan untuk mengukur jumlah influen
sampel air yang digunakan.
limbah, mengawasi beberapa proses
pengolahan dan mengukur jumlah efluen. Dalam praktikum analisis
kandungan TSS dan TDS, sampel yang
Prinsip analisis ini adalah
digunakan adalah air limbah yang berisi
menentukan kadar padatan tersuspensi dan
padatan terlarut dan tersuspensi. Sampel
kadar padatan terlarut di dalam sampel air
air limbah diambil dari daerah Kp.
limbah dengan menggunakan metode
Pagersari RT/RW 03/08 Desa Pagerwangi, Percobaan pertama yaitu
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung penentuan kadar padatan tersuspensi di
Barat. Sampel yang sudah diambil dalam sampel air limbah. Pada percobaan
diawetkan pada suhu 4oC dan disimpan ini digunakan metode gravimetri dengan
tidak lebih dari 24 jam. Hal tersebut cara mengendapkan padatan tersuspensi
bertujuan untuk mengawetkan kandungan yang terkandung di dalam sampel air yang
yang terdapat pada sampel agar tidak akan dianalisa. Pengendapan dilakukan
terurai. dengan cara menyaring sampel air
menggunakan kertas saring sehingga
Dalam percobaan ini juga perlu
keduanya menjadi terpisah, dimana
dilakukan preparasi cawan yang akan
padatan tersuspensi memiliki ukuran
digunakan. Dimana, cawan dicuci sampai
molekul yang lebih besar dari pada
bersih kemudian dikeringkan. Pencucian
padatan terlarut sehingga padatan
cawan ini bertujuan untuk menghilangkan
tersuspensi ini akan tertinggal pada kertas
kotoran-kotoran yang dapat menempel
saring saat penyaringan dilakukan,
pada cawan ataupun zat lainnya yang
sedangkan padatan terlarut berhasil lewat
bersifat kontaminan dan dapat menganggu
dari saringan. Sebelum disaring, sampel air
hasil yang didapatkan. Cawan yang sudah
terlebih dahulu dihomogenkan dengan cara
kering dimasukkan ke oven pada suhu
dikocok beberapa kali, hal ini bertujuan
105oC selama 1 jam. Setelah 1 jam, cawan
agar zat-zat yang terkandung di dalamnya
diangkat dan didinginkan pada desikator
tersebar merata dan homogen. Selanjutnya,
selama 5 menit. Cawan yang sudah dingin
50 mL sampel disaring menggunakan
ditimbang beratnya. Pengovenan ini
kertas whatman 0,42 µm. Residu atau
bertujuan untuk menguapkan atau
ndapan yang tertinggal pada kertas saring
menghilangkan kadar air yang tersisa dari
sebagai padatan tersuspensi (TSS).
proses pencucian dan untuk
Kemudian kertas saring dan residu yang
menghilangkan zat lain yang tidak
dihasilkan ditempakan pada cawan
diinginkan seperti kontaminan agar tidak
penguap untuk diuapkan pada oven dengan
mepengaruhi hasil dari berat penimbangan.
suhu 105oC. Sedangkan filtrat yang
Selanjutnya, kertas saring whatman yang
dihasilkan atau padatan yang tidak ikut
akan digunakan ditimbang terlebih dahulu.
tersaring (TDS) sebanyak 10 mL
Kertas saring yang sudah diketahui
diletakkan pada wadah berupa cawan
beratnya dibilas dengan aquadest sebanyak
penguap kemudian dilakukan pemanasan
3 x 10 mL.
di dalam oven dengan suhu 105⁰C selama
1 jam. Proses pemanasan ini bertujuan yang lebih sedikit. Kemudian, pada saat
untuk menghilangkan kadar air yang kita menuangkan 10 mL lagi sampel air
terdapat pada kertas saring maupun kedalam gelas ukur untuk pengukuran
endapan sehingga akan diperoleh berat TDS maka akan didapatkan kandungan
padatan tersuspensi yang akurat dan padatan tersuspensi yang lebih besar.
padatan yang terlarut juga. Setelah Ingat bahwa padatan cenderung bergerak
dilakukan pemanasan maka kertas saring kebawah dan mengendap dibawah karena
beserta wadahnya bersama juga dengan adanya gaya gravitasi. Sesuai regulasi dari
cawan penguap yang berisi TDS Enviromental Protection Agency (EPA)
didinginkan di dalam desikator selama 10 USA, menyarankan bahwa kadar
menit selanjutnya ditimbang hingga maksimal kontaminan pada air minum
diperoleh berat yang konstan. Adapun adalah sebesar 500 mg/L (500 ppm). Jadi
hasil yang diperoleh pada uji coba TSS dapat disimpulkan bahwa air dari sampel
yakni sebesar 34 mg/L sedangkan TDS yang diujikan tersebut tidak layak untuk
sebesar 930 mg/L. dikonsumsi karena memiliki nilai TDS
yang besar yaitu 930 mg/L
Dapat kita perhatikan bahwa nilai
konsentrasi TSS yakni sebesar 34 mg/L KESIMPULAN
memiliki nilai konsentrasi yang lebih kecil
Berdasarkan hasil percobaan dan
jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi
perhitungan dapat disimpulkan bahwa :
TDS yakni yang hanya sebesar 930 mg/L.
Artinya, kadar zat yang terlarut pada 1. Nilai TSS dalam sampel air limbah
sampel air limbah lebih banyak atau lebih dengan metode thermogravimetri
besar dari pada kadar zat yang didapat sebesar 34 mg/L.
tersuspensinya. Hal tersebut terjadi karena 2. Nilai TDS dalam sampel air limbah
zat-zat yang terkandung di dalamnya tidak dengan metode thermogravimetri
tersebar merata dan tidak cukup homogen didapat sebesar 930 mg/L.
sekalipun sampelnya sudah diaduk. Akan 3. Berat kertas saring + residu +
ada perbedaan distribusi zat-zat yang cawan setelah pemanasan dalam
terkandung didalamnya. Contohnya saja, oven pada suhu 105oC yaitu
pada saat kita menuangkan 50 mL sampel 31,4851 gram.
air untuk pengukuran TSS, maka bagian 4. Berat cawan yang berisi padatan
atas sampel air yang dimasukkan kedalam total setelah pemanasan dalam
gelas ukur memiliki padatan tersuspensi
oven pada suhu 105oC yaitu
36,2298 gram.

DAFTAR PUSTAKA

Ana Merliana, E. F. 2014. Analisis TTS


(Total Suspended Solid) dan TDS (Total
Disolved Solid). Semarang: Universitas
Diponegoro.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi


Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: PT
Kanisius.

Goelan. 2013. Analisa TDS dan TSS dalam


Air.
http://goelanzsaw.blogspot.co.id/2013/02/a
nalisa-tds-dan-tss-dalam-air.html. Diakses
pada hari Kamis, 1 Maret 2018. Pukul
15:30 WIB.

Kusnaedi. 2002. Mengolah Air Gambut


dan Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta:
Swadaya.

Sujinto, R. (2003). Biodiversitas Plankton


sebagai Indikator Kualitas Perairan.
Makassar: FMIPA UNHAS.

Sutrisno, T., & Suciastuti, E. 2002.


Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta:
Rineka Cipta

Das könnte Ihnen auch gefallen