Sie sind auf Seite 1von 79

BAB I

PENDAHULUAN
A. Dasar teori
Berbagai penyakit menular
pada manusia yang bersumber
dari hewan telah banyak
mewabah
di dunia.Istilah zoonosis telah
dikenal untuk menggambarkan
suatu kejadian penyakit infeksi
pada manusia yang ditularkan
dari hewan vertebrata. Hal
inilah yang dewasa ini menjadi
sorotan publik dan menjadi
objek berbagai studi untuk
mengkaji segala aspek yang
berkaitan
dengan wabah tersebut yang
diharapkan nantinya akan
diperoleh suatu sistem terpadu
untuk
pemberantasan dan
penanggulangannya.
Kemunculan dari suatu
penyakit zoonosis tidak
dapat diprediksi dan dapat
membawa dampak yang
menakutkan bagi dunia,
terutama bagi
komunitas yang bergerak di
bidang kesehatan masyarakat
dan veteriner.
Dari sejumlah 1.415 mikroba
patogen pada manusia yang
diketahui, 61,6% bersumber
dari
hewan (Brown 2004).
Sejumlah 616 mikroba patogen
yang ditemukan pada hewan
ternak,
77,3% diantaranya merupakan
multiple spesies atau spesies
yang memiliki kemampuan
untuk
menginfeksi lebih dari satu
jenis hewan. Pada karnivora
domestik, dari 374 mikroba
patogen,
90% diantaranya
diklasifikasikan sebagai
multiple spesies. Emerging
zoonosis dapat dilihat
secara operasional sebagai
proses dua tahap. Tahap
pertama adalah pemaparan
suatu agen
penyakit ke suatu populasi
host yang baru. Tahap kedua
adalah proses penyebaran lebih
lanjut dari agen penyakit
dalam populasi host baru
tersebut. Sebagian besar dari
kemunculan
suatu wabah penyakit berasal
dari agen yang sudah berada di
lingkungan dimana agen
tersebut mendapatkan
kesempatan atau waktu dan
kondisi yang tepat untuk
kembali
menginfeksi host atau populasi
yang baru. Beberapa contoh
kasus emerging zoonosis
dewasa
yang menjadi sorotan dunia
antara lain antraks.
Kejadian antraks bersifat
universal dimana dapat terjadi
di seluruh wilayah dunia mulai
dari
negara yang beriklim dingin,
subtropis dan tropis, pada
negara yang miskin, negara
berkembang hingga negara
maju sekalipun.Kejadian
antraks pada manusia di
Indonesia
hampir selalu berhubungan
dengan wabah penyakit
antraks pada hewan. Di
Indonesia,
sepanjang tahun 2001-2004,
kasus antraks pada manusia
dilaporkan terjadi setiap tahun.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian
antraks.
2. Mengetahui cara
penularan antraks di
lingkungan.
3. Mengetahui cara
penanggulangan dan
pengobatan antraks.
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat
mengetahui definisi antraks
dan etiologinya.

2. Mahasiswa dapat
mengetahui cara penularan
antraks terhadap manusia.
3. Mahasiswa dapat
mengetahui cara
penangulangan dan
pengobatan antraks.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
ANTRAKS
Antraks adalah penyakit
menular akut dan sangat
mematikan yang disebabkan
bakteri Bacillus anthracis
dalam bentuknya yang paling
ganas. Antraks bermakna
"batubara"
dalam bahasa Yunani, dan
istilah ini digunakan karena
kulit para korbanakan berubah
hitam.
Antraks paling sering
menyerang herbivora-
herbivora liar dan yang telah
dijinakkan.Penyakit
ini bersifat zoonosis yang
berarti dapat ditularkan dari
hewan ke manusia, namun
tidak dapat
ditularkan antara sesama
manusia. Penyakit Antraks
atau disebut juga Radang
Lympha,
Malignant pustule, Malignant
edema, Woolsorters disease,
Rag pickersdisease, Charbon.
Penyakit Antraks merupakan
salah satu penyakit menular
yang dapat menimbulkan
wabah, sesuai dengan undang-
undang Nomor 4 Tahun 1984
tentang wabah penyakit
menular
dan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 1501 tahun
2010.
SPORABacillus Anthrax tahan
pada suhu panas di atas 43
derajat Celcius.Di dalam
tanah, diketahui spora
mampu bertahan sampai
dengan 40 tahun. Apabila
lingkungan
memungkinkan, yaitu panas
dan lembab maka spora dapat
menjadi bentuk bakteri biasa
(vegetatif) yang mampu
berkembang biak (membelah
diri) dengan sangat cepat.
Itulah
sebabnya, penyakit ini
cenderung berjangkit pada
musim kemarau.
Penyakit antraks merupakan
salah satu penyakit dengan
prevalensi yang tinggi di
Benua Asia, dengan sifat
serangan sporadik. Kawasan
endemik antraks di Indonesia
meliputi
Jawa Barat, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara
Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah dan Sulawesi
Tenggara.
Penyakit tersebut berhubungan
dengan pekerjaan, oleh karena
itu yang diserang pada
umumnya pekerja peternakan,
petani, pekerja tempat
pemotongan hewan, dokter
hewan,
pekerja pabrik yang
menangani produk-produk
hewan yang terkontaminasi
oleh spora
antraks, misalnya pabrik
tekstil, makanan ternak,
pupuk, dan sebagainya.
Antraks adalah penyakit yang
disebabkan bakteri Bacillus
anthracis, yang hidup di
tanah.Sel bakteri tersebut
seperti spora untuk bertahan
dari ganasnya kondisi.Spora
tumbuh
subur secara berkoloni dalam
tubuh binatang atau manusia.
Antraks terkadang
menyerang hewan ternak
yang jauh dari manusia,
tetapi--
sebagaimana diketahui pada
2001 antraks menyerang
Amerika Serikat--antraks
ditakutkan
sebagai senjata biologi
modern. Penularan atraks
melalui daging atau kulit
binatang yang
terkena antraks dimakan
manusia.
B. ETIOLOGI
Bacillus anthracis, kuman
berbentuk batang ujungnya
persegi dengan sudut-sudut
tersusun berderet sehingga
nampak seperti ruas bambu
atau susunan bata, membentuk
spora
yang bersifat gram positif.
Basil bentuk vegetatif bukan
merupakan organisme yang
kuat, tidak tahan hidup
untuk berkompetisi dengan
organisme saprofit.Basil
Antraks tidak tahan terhadap
oksigen,
oleh karena itu apabila sudah
dikeluarkan dari badan ternak
dan jatuh di tempat terbuka,
kuman menjadi tidak aktif lagi,
kemudian melindungi diri
dalam bentuk spora.
Apabila hewan mati karena
Antraks dan suhu badannya
antara 28 -30 °C, basil
antraks tidak akan didapatkan
dalam waktu 3-4 hari, tetapi
kalau suhu antara 5 -10 °C
pembusukan tidak terjadi, basil
antraks masih ada selama 3-4
minggu. Basil Antraks dapat
keluar dari bangkai hewan dan
suhu luar di atas 20°C,
kelembaban tinggi basil
tersebut cepat
berubah menjadi spora dan
akan hidup. Bila suhu rendah
maka basil antraks akan
membentuk
spora secara perlahan - lahan
(Christie 1983).
Bacillus antracis penyebab
penyakit antraks mempunyai
dua bentuk siklus hidup,
yaitu fase vegetatif dan fase
spora
Fase Vegetatif
Berbentuk batang, berukuran
panjang 1-8 mikrometer, lebar
1-1,5 mikrometer. Jika
spora antraks memasuki tubuh
inang (manusia atau hewan
memamah biak) atau keadaan
lingkungan yang
memungkinkan spora segera
berubah menjadi bentuk
vegetatif, kemudian
memasuki fase berkembang
biak. Sebelum inangnya mati,
sejumlah besar bentuk
vegetatif
bakteri antraks memenuhi
darah.Bentuk vegetatif biasa
keluar dari dalam tubuh
melalui
pendarahan di hidung,
mulut, anus, atau
pendarahan lainnya.Ketika
inangnya mati dan
oksigen tidak tersedia lagi di
darah bentuk vegetatif itu
memasuki fase tertidur
(dorman/tidak
aktif).Jika kemudian dalam
fase tertidur itu terjadi kontak
dengan oksigen di udara bebas,
bakteri antraks membentuk
spora (prosesnya disebut
sporulasi). Pada fase ini juga
dikaitkan
dengan penyebaran antraks
melalui serangga, yang akan
membawa bakteri dari satu
inang ke
inang lainnya sehingga terjadi
penularan antraks kulit, akan
tetapi hal tersebut masih harus
diteliti lebih lanjut.
Fase Spora
Berbentuk seperti bola golf,
berukuran 1-1,5 mikrometer.
Selama fase ini bakteri
dalam keadaan tidak aktif
(dorman), menunggu hingga
dapat berubah kembali
menjadi
bentuk vegetatif dan
memasuki inangnya.Hal ini
dapat terjadi karena daya
tahan spora
antraks yang tinggi untuk
melewati kondisi tak ramah--
termasuk panas, radiasi
ultraviolet dan
ionisasi, tekanan tinggi, dan
sterilisasi dengan senyawa
kimia.Hal itu terjadi ketika
spora
menempel pada kulit inang
yang terluka, termakan, atau--
karena ukurannya yang sangat
kecil--terhirup.Begitu spora
antraks memasuki tubuh inang,
spora itu berubah ke bentuk
vegetatif.
C. GEJALA
Gejala umum penyakit antraks
terjadinya demam dengan suhu
badan yang tinggi dan
hewan kehilangan nafsu
makan. Sedangkan gejala yang
bersifat khs: gemetar, ngantuk,
lumpuh, lelah, kejang-kejang,
mulas, bercak merah pada
membran mukosa, mencret
disertai
darah, sulit bernapas sehingga
mati lemas dan terdapat bisul
yang makin membesar berisi
nanah kental berwarna kuning.
Manusia yang terinfeksi dan
menderita penyakit antraks
ditandai dengan gejala: suhu
badan tinggi, mual-mual dan
terjadi pembengkakan kelenjar
getah bening di sekitar leher,
dada dan ketiak.
Rata-rata masa inkubasi
antraks lebih dari 7 hari, bisa
juga 60 hari bahkan lebih
tergantung lamanya gejala
terbentuk.
Gejala klinis antraks pada
manusia dibagi menjadi 4
bentuk yaitu antraks kulit,
antraks saluran pencernaan,
antraks paru dan antraks
meningitis.
1. Antraks Kulit (Cutaneus
Anthrax)
Kejadian antraks kulit
mencapai 90% dari
keseluruhan kejadian antraks
di Indonesia.
Masa inkubasi antara 1-5 hari
ditandai dengan adanya papula
pada inokulasi, rasa gatal tanpa
disertai rasa sakit, yang dalam
waktu 2-3 hari membesar
menjadi vesikel berisi cairan
kemerahan, kemudian
haemoragik dan menjadi
jaringan nekrotik berbentuk
ulsera yang
ditutupi kerak berwarna
hitam, kering yang disebut
Eschar (patognomonik).
Selain itu
ditandai juga dengan demam,
sakit kepala dan dapat terjadi
pembengkakan lunak pada
kelenjar limfe regional.Apabila
tidak mendapat pengobatan,
angka kematian berkisar 5-
20%.

2. Antraks Saluran
Pencernaan (Gastrointestinal
Anthax)
Masa inkubasi 2-5
hari.Penularan melalui
makanan yang tercemar kuman
atau spora
misal daging, jerohan dari
hewan, sayur- sayuran dan
sebagainya, yang tidak
dimasak dengan
sempurna atau pekerja
peternakan makan dengan
tengan yang kurang bersih
yang tercemar
kuman atau spora
antraks.Penyakit ini dapat
berkembang menjadi tingkat
yang berat dan
berakhir dengan kematian
dalam waktu kurang dari 2
hari.Angka kematian tipe ini
berkisar
25-75%.
Gejala antraks saluran
pencernaan adalah timbulnya
rasa sakit perut hebat, mual,
muntah, tidak nafsu makan,
demam, konstipasi,
gastroenteritis akut yang
kadang-kadang
disertai darah, hematemesis.
Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pembesaran
kelenjar limfe
daerah inguinal (lipat paha),
perut membesar dan keras,
kemudian berkembang
menjadi
ascites dan oedem scrotum
serta sering dijumpai
pendarahan gastrointestinal..
3. Antraks Paru-paru
(Pulmonary Anthrax)
Masa inkubasi : 1-5 hari
(biasanya 3-4 hari). Gejala
klinis antraks paru-paru sesuai
dengan tanda-tanda
bronchitis.Dalam waktu 2-4
hari gejala semakin
berkembang dengan
gangguan respirasi berat,
demam, sianosis, dispneu,
stridor, keringat berlebihan,
detak
jantung meningkat, nadi lemah
dan cepat.Kematian biasanya
terjadi 2-3 hari setelah gejala
klinis timbul.
4. Antraks Meningitis
(Meningitis Anthrax)
Terjadi karena komplikasi
bentuk antraks yang lain,
dimulai dengan adanya lesi
primer yang berkembang
menjadi meningitis hemoragik
dan kematian dapat terjadi
antara 1-
6 hari. Gambaran klinisnya
mirip dengan meningitis
purulenta akut yaitu demam,
nyeri
kepala hebat, kejang-kejang
umum, penurunan kesadaran
dan kaku kuduk.
D. CARA PENULARAN
Sumber penyakit antraks
adalah hewan ternak
herbivora.Manusia terinfeksi
antraks
melalui kontak dengan tanah,
hewan, produk hewan yang
tercemar spora
antraks.Penularan
juga bisa terjadi bila
menghirup spora dari produk
hewan yang sakit seperti kulit
dan bulu.
Pada hewan-hewan
pemakan rumput, lapangan
penggembalaan yang
tercemar
Bacillus Anthrax (B.a)
merupakan media penyaluran
penyakit yang paling
efektif.B.a. masuk
ke dalam tubuh lewat pakan
atau air minum melalui mulut.
Nanah yang keluar dari bisul
pecah banyak mengandung
B.a. dapat mencemari
lingkungan sekitarnya. Darah
ternak yang
positif sakit antraks banyak
mengandung B.a. sehingga
melakukan penyembelihan
memungkinkan darah
menyebar dan merupakan
sumber penularan penyakit.
Penularan penyakit antraks
pada manusia pada
umumnya karena manusia
mengonsumsi daging yang
berasal dari ternak yang
mengidap penyakit tersebut.
Meskipun
hanya mengonsumsi dalam
jumlah kecil, B.a. mempunyai
daya menimbulkan penyakit
sangat
tinggi. Terlebih pada saat
pertahanan tubuh manusia
menjadi rendah akibat:
kelaparan,
defisiensi vitamin A,
keracunan (alkohol),
kepayahan, iklim yang jelek
(sangat dingin/panas)
dan cekaman (stres).
Disamping itu penularan pada
manusia dapat melalui
luka.Seyogianya peternak yang
memiliki luka pada bagian
tubuhnya tidak masuk kandang
ternak atau merawat ternak
yang
diduga terserang penyakit
antraks.Penularan penyakit
dari manusia ke manusia
jarang terjadi
meskipun ada kontak langsung
dengan penderita.
Antraks atau dikenal dengan
radang limpa pada hewan
dapat menyerang hewan: Sapi,
Babi, Kuda, Kerbau, Kambing,
Domba, Binatang buas,
Burung unta, itik dan Angsa.
Tanda-tanda Ternak Terserang
Antraks adalah kematian
mendadak tanpa disertai
tanda-tanda sebelumnya,
keluar darah dari dubur, mulut,
dan lubang hidung, darah
berwarna
merah tua seperti ter.
Pembengkakan di daerah
leher, dada dan sisi
lambung (limpa),
pinggang dan alat kelamin
luar.
Pada penyakit antraks yang
berlangsung perakut domba
dan sapi banyak yang
mengalami kematian dalam
waktu singkat. Proses yang
berlangsung perakut
tersebut
biasanya ditandai dengan
gejala klinis berupa hewan
tiba-tiba menjadi lemah
secara
mendadak, demam, sesak
nafas dapat juga disertai
kekejangan dan keluarnya
darah dari
lubang-lubang tubuh.
Kematian berlangsung dalam
beberapa menit sampai
beberapa hari.
Beberapa penderita dapat pula
mengalami keluron dan
mungkin akan mengalami
pembengkakan oedematous
yang lunak dan panas pada
jaringan di bawah kulit,
terutama
pada bagian bawah perut dan
pinggang. Lesi tersebut tidak
menghasilkan suara krepitasi
pada
saat dilakukan palpasi, hal
ini disebabkan karena
bacillus anthracis tidak
membentuk
gas.Pada beberapa kasus juga
ditemukan adanya tinja
berdarah.
Kejadian antraks pada
kuda juga memiliki gejala
klinis sebagaimana
disebutkan.Hewan biasanya
juga menunjukkan gejala klinis
seperti kolik.Kematian dapat
terjadi sehari ataupun lebih
lama bila dibandingkan dengan
penyakit pada ruminansia.
Pada Babi, penyakit
biasanya berlangsung lebih
ringan dan berbentuk
sebagai
faringitis dan bersifat subakut.
Septisemia tidak ditemukan
pada babi Radang yang
terdapat
pada kelenjar limferegional
yang bersifat septic akan
menghilang secara spontan,
meskipun
tidak ada pemberian
antibiotika.
Penyakityang ditimbulkan
oleh Bacillus anthracis yaitu
antraks kulit, saluran
pencernaan, saluran
pernapasan, dan dapat sampai
ke otak yang disebut antraks
otak atau
meningitis. Antraks kulit
terjadi karena disebabkan
infeksi pada kulit sehingga
spora Bacillus
anthracis dapat masuk melalui
kulit.Antraks saluran
pencernaan yang disebabkan
karena
spora Bacillus anthracis yang
tebawa oleh makanan yang
telah terinfeksi dan sampai ke
saluran pencernaan.Antraks
saluran pencernaan yang
disebabkan karena spora
Bacillus
anthracis yang terhirup.
Adapun pada manusia
penularan penyakit antraks
seringnya melalui hal-hal
sebagai
berikut :
1. Kontak langsung dengan
bibit penyakit yang ada di
tanah atau rumput, hewan yang
sakit,
maupun bahan-bahan yang
berasal dari hewan yang sakit
seperti kulit, daging, tulang
dan
darah.
2. Bibit penyakit terhirup
orang yang mengerjakan
bulu hewan (domba dll)
pada waktu
mensortir. Penyakit dapat
ditularkan melalui pernapasan
bila seseorang menghirup
spora
Antraks.
3. Memakan daging hewan
yang sakit atau produk asal
hewan seperti dendeng, abon
dll.
E. PENCEGAHAN DAN
PENGOBATAN
1. Langkah Pencegahan
Langkah pencegahan
dimaksudkan agar ternak-
ternak yang ada tidak tertular
penyakit
antraks selama jangka
waktu tertentu.Dengan
meningkatkan kekebalan
ternak setelah
dilakukan suntikan
pencegahan menggunakan
vaksin tertentu secara
periodik.Untuk kawasan
endemik antraks, vaksinasi
seharusnya diulang setiap
tahun secara
kontinyu.Keberhasilan
langkah ini sangat ditentukan
oleh kemudahan dan
ketersediaan vaksin.Untuk itu,
Dinas
Peternakan atau Pertanian
harus bertanggung jawab
dalam pengadaan vaksin.
Pemberian vaksin antraks,
kepada :
1. Orang yang bekerja
langsung di laboratorium
2. Orang yang bekerja
dengan kulit atau bulu hewan
yang diimpor atau di daerah
dimana
standar tidak cukup untuk
mencegah infeksi spora
antraks
3. Orang yang menangani
produk hewan yang berpotensi
terinfeksi di daerah daerah
insiden
tinggi
4. Anggota militer yang
dikerahkan ke daerah daerah
dengan resiko tinggi untuk
terkena
5. BioThrax atau Antraks
vaksin diserap a. Dibuat oleh
Bioport dan jalur paparan tidak
penting
6. Diberikan secara
subkutan 5 mL pada minggu
0,2 dan 4 dan pada bulan 6, 12,
dan 18 serta
dosis tinggi pada interval 1
tahun.
2. Langkah pengobatan
Bacillus anthracis
kerentanannya terhadap
hampir semua antibiotika
sangatlah
tinggi.Yang paling disukai
adalah dengan clindamycin
yang mempunyai aktivitas
terhadap
Bacillus anthracis dan potensi
anti-eksotoksin.Pengalaman
beberapa pasien menunjukkan
respon yang lebih bagus ketika
clindamycin 600 mg (iv)/ 8
jam atau 300 mg (po)/8 jam
plus
rifampicin 300 mg (po)/12 jam
plus golongan quinolone
(levofloksasin).
Peniciline masih merupakan
antibiotika yang paling ampuh,
dengan cara pemberian
tergantung tipe dan gejala
klinisnya, yaitu:
a. Antraks Kulit
1) Procain Penicilline 2 x 1,2
juta IU, secara IM, selama 5-7
hari
2) Benzyl Penicilline
250.000 IU, secara IM, setiap
6 jam, sebelumnya harus
dilakukan skin test
terlebih dahulu.
3) Apabila hipersensitif
terhadap penicilline dapat
diganti dengan tetracycline,
chloramphenicol atau
erytromicine.
b. Antraks Saluran
Pencernaan & Paru
1) Penicilline G 18-24 juta
IU perhari IVFD, ditambahkan
dengan Streptomycine 1-2 g
untuk
tipe pulmonal dan tetracycline
1 g perhari untuk tipe
gastrointestinal.
2) Terapi suportif dan
simptomatis perlu diberikan,
biasanya plasma expander dan
regimen
vasopresor. Antraks Intestinal
menggunakan
Chloramphenicol 6 gram
perhari selama 5 hari,
kemudian meneruskan 4 gram
perhari selama 18 hari,
diteruskan dengan eritromisin
4 gram
perhariuntuk menghindari
supresi pada sumsum tulang.
3. Langkah Pengawasan
Langkah ini untuk memantau
kesehatan ternak secara umum
di suatu wilayah (dukuh,
desa, kecamatan), khususnya
terhadap penyakit
antraks.Petugas Dinas
Peternakan/Pertanian
harus mampu merangkul
seluruh anggota kelompok tani
ternak di wilayahnya agar mau
melaporkan kondisi kesehatan
ternaknya dari waktu ke
waktu.Peternak harus
diyakinkan
bahwa ternak yang keluar
(dijual) atau yang masuk
(dibeli) benar-benar dalam
keadaan sehat.
Pengawasan lalu lintas ternak
antarprovinsi hendaknya lebih
diperketat, agar ternak-
ternak yang sakit tidak
berpindah wilayah sehingga
penyebaran penyakit dapat
dicegah.Pemerintah hendaknya
menerapkan dengan ketat
pengawasan kesehatan
masyarakat
veteriner, dengan
penyembelihan ternak
dilakukan di Rumah
Pemotongan Hewan melalui
pemeriksaan kesehatan
prapenyembelihan dan
pascapenyembelihan.Hanya
daging yang
berasal dari ternak yang sehat
yang boleh diperdagangkan
dan dikonsumsi.Pelanggaran
dari
larangan ini dapat dikenakan
pidana berdasarkan
perundang-undangan yang
berlaku.
4. Pembinaan dan Bimbingan
Hubungan baik antara petugas
atau tim pembina dan
pembimbing dengan
masyarakat
peternak harus tetap dipelihara
dan dipupuk, melalui kegiatan
pendidikan atau pelatihan,
penyuluhan maupun
sarasehan secara berkala,
utamanya di kawasan
endemik antraks.
Langkah pembinaan dan
pembimbingan tersebut antara
lain dengan mengadakan
kegiatan:
a. Sosialisasi Undang-
undang Republik Indonesia
No 6 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan
Hewan dan Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia No 22
Tahun 1983 tentang Kesehatan
Masyarakat Veteriner.
Sosialisasi
hendaknya dilakukan secara
menarik sehingga hak dan
kewajiban peternak dapat
dipahami
dan disadari dengan baik.
b. Penyuluhan tentang
manajemen zooteknis ternak
potong (sapi, kerbau, kambing,
domba dan babi) dengan
tekanan pada manajemen
pencegahan dan penanganan
penyakit.
c. Pelatihan usaha ternak
potong guna meningkatkan
keterampilan peternak,
meliputi:
sistem perkandangan, pakan,
pemeliharaan, penyakit dan
penanggulangannya,
pengaturan
produksi/panen serta analisis
ekonomi.
Dengan kegiatan ini maka
peternak akan merasa
diperhatikan dan menjadi lebih
tahu
sehingga lebih mudah
dilibatkan dalam upaya
pengendalian penyakit
antraks.(Dr.Ir. Djarot
Harsojo Reksowardojo MS/
Fakultas Peternakan Undip-35)
Langkah Penanganan terhadap
Kawasan Penyakit Antraks:
1. Penutupan wilayah
terhadap lalu lintas (keluar-
masuk) ternak maupun lalu
lintas umum.
2. Mengisolasi ternak yang
sakit pada suatu tempat yang
terpindah dari lalu lintas ramai.
3. Penyucihamaan ternak
yang sakit, dengan cara: lantai
ditaburi kapur, membuka atap
kandang
hingga sinar matahari dapat
menjangkau seluruh luasan
kandang selama
pengistirahatan
kandang dan gunakan
desinfektan yang sesuai untuk
seluruh permukaan dan bagian
kandang.
4. Segera lakukan vaksinasi
terhadap seluruh ternak yang
masih sehat di seluruh
kawasan.
5. Jangan melakukan otopsi
atau bedah mayat karena
berisiko tinggi terhadap
penyebaran B.a.
6. Yakinkan tidak ada
ternak sakit yang
disembelih dan dagingnya
dikonsumsi oleh
masyarakat. Bila ada, segera
bawa konsumen ke rumah
sakit untuk mendapat
penanganan
atau perawatan selanjutnya.
7. Bakar bangkai ternak yang
mati sampai habis atau kubur
pada kedalaman 2,50 m di
dalam
tanah. Sebelum bangkai
ditimbun dengan tanah,
tutuplah dengan kapur atau
disiram dengan
larutan formalin.
8. Bunuh segera ternak yang
dalam keadaan sakit parah.

9. Obati ternak yang


terserang pada gejala awal dan
isolasikan.
10. Tutup padang atau
lapangan penggembalaan dari
aktivitas merumput.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Antraks
merupakanpenyakit menular
akut dan sangat mematikan
yang disebabkan bakteri
Bacillus anthracis dalam
bentuknya yang paling ganas.
Sel bakteri tersebut seperti
spora
untuk bertahan dari ganasnya
kondisi. Spora tumbuh subur
secara berkoloni dalam tubuh
binatang atau manusia.
2. Sumber penyakit antraks
adalah hewan ternak
herbivora. Manusia terinfeksi
antraks melalui
kontak dengan tanah, hewan,
produk hewan yang tercemar
spora antraks. Penularan juga
bisa
terjadi bila menghirup spora
dari produk hewan yang sakit
seperti kulit dan bulu.
Penularan
penyakit antraks pada manusia
pada umumnya karena
manusia mengonsumsi daging
yang
berasal dari ternak yang
mengidap penyakit tersebut.
Meskipun hanya mengonsumsi
dalam
jumlah kecil, B.a. mempunyai
daya menimbulkan penyakit
sangat tinggi. Terlebih pada
saat
pertahanan tubuh manusia
menjadi rendah akibat:
kelaparan, defisiensi vitamin
A, keracunan
(alkohol), kepayahan, iklim
yang jelek (sangat
dingin/panas) dan cekaman
(stres).
Disamping itu penularan
pada manusia dapat
melalui luka. Seyogianya
peternak yang
memiliki luka pada bagian
tubuhnya tidak masuk kandang
ternak atau merawat ternak
yang
diduga terserang penyakit
antraks. Penularan penyakit
dari manusia ke manusia
jarang terjadi
meskipun ada kontak langsung
dengan penderita.
3. Cara penanggulangan
antraks dapat melalui upaya –
upaya , antara lain pemberian
vaksin
kepada orang – orang yang
dapat menjadi agent penular
antraks, pemberian obat
misalnya
penicilin dengan dosis yang
tepat, melakukan pengawasan,
bimbingan dan penyuluhan.
B. Saran
Masyarakat dalam melakukan
kegiatan yang berhubungan
dengan ternak harus berhati
– hati.Selalu memakai alat
pelindung diri dan menjaga
hygiene perorangan agar tidak
terkena
spora Bacillus
anthracis.Banyak membaca
informasi tentang antraks
diharapkan dapat lebih
meningkatkan pemahaman dan
pecegahan secara dini. Jika
terjadi infeksi segera di bawa
ke
rumah sakit agar segera
mendapatkan pertolongan dan
di harapkan tidak menular
kepada
yang lain.
ANTHRAKS Posted by : RISTA AGUSTIN NIM 10101001043
RESUME Anthrax adalah penyakit yang mengancam kehidupan infeksi
yang biasanya mempengaruhi hewan, khususnya ruminansia (seperti
kambing, sapi, domba, dan kuda). Dan merupakan penyakit menular
mematikan yang disebabkan oleh bakteri pembentuk spora yang disebut
Bacillus anthracis. Antraks yang juga dikenal dengan nama splenic fever
(radang limpa) ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama atau
relatif singkat yaitu 1 – 5 hari. Antraks dapat ditularkan ke manusia
melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produk mereka,
Anthrax tidak menyebar dari orang ke orang. Agen dari antraks adalah
bakteri yang disebut Bacillus anthracis yang bersifat Gram-positif dan
aerobik yang berukuran panjang 1-9 mikrometer. Sementara peneliti lain
menemukan basil Anthrax, itu adalah seorang dokter Jerman dan ilmuwan,
Dr Robert Koch, yang membuktikan bahwa bakteri antraks adalah
penyebab penyakit yang mempengaruhi hewan ternak di masyarakat. Di
bawah mikroskop, bakteri terlihat seperti batang yang besar. Namun,
dalam tanah, di mana mereka tinggal, organisme antraks ada dalam bentuk
aktif yang disebut spora. Spora ini sangat kuat dan sulit untuk
dihancurkan. Spora telah dikenal untuk bertahan hidup di tanah selama 48
tahun. Antraks dapat menginfeksi manusia dalam tiga cara. Yang paling
umum adalah infeksi melalui kulit, yang menyebabkan sakit jelek yang
biasanya hilang tanpa pengobatan. Manusia dan hewan dapat menelan
antraks dari bangkai hewan mati yang telah terkontaminasi anthrax.
Menelan antraks dapat menyebabkan serius, penyakit fatal. Bentuk yang
paling mematikan adalah anthrax inhalasi. Jika spora antraks yang
terhirup, mereka bermigrasi ke kelenjar getah bening di dada di mana
mereka berkembang biak, menyebar, dan menghasilkan racun yang sering
menyebabkan kematian. Ada tiga bentuk penyakit yang disebabkan oleh
antraks: kutaneus (kulit) antraks, anthrax inhalasi, dan gastrointestinal
(usus) antraks. Gejala pertama halus, bertahap dan seperti flu (influenza).
Dalam beberapa hari, namun, penyakit memburuk dan mungkin ada
gangguan pernapasan parah. Shock, koma, dan kematian ikuti. Anthrax
inhalasi tidak menyebabkan radang paru-paru yang benar. Bahkan, spora
dijemput di paru-paru oleh sel-sel pemulung yang disebut makrofag.
Sebagian besar spora dibunuh. Sayangnya, beberapa bertahan dan
diangkut ke kelenjar di dada yang disebut kelenjar getah bening. Di
kelenjar getah bening, spora yang bertahan hidup berkembang biak,
menghasilkan racun yang mematikan, dan menyebar ke seluruh tubuh.
Perdarahan parah dan kematian jaringan (nekrosis) terjadi dalam kelenjar
getah bening di dada. Dari sana, penyakit ini menyebar ke paru-paru yang
berdekatan dan seluruh tubuh. Anthrax inhalasi adalah penyakit yang
sangat serius, dan sayangnya, kebanyakan individu yang terkena akan mati
bahkan jika mereka mendapatkan antibiotik yang tepat. BAB I
PENDAHULUAN Data Kasus Sejak pertama kali kejadian antraks pada
ternak kerbau dilaporkan tahun 1884 di wilayah Teluk Betung Propinsi
Lampung, negeri ini tidak pernah luput dari serangan penyakit tersebut
hampir di seluruh wilayah. Sampai saat ini tercatat 22 propinsi pernah
mengalami kejadian antraks di sejumlah kabupaten tertentu. Tentunya
tidak mengherankan mengingat antraks adalah penyakit yang bersifat
universal. Seluruh wilayah dunia mulai dari negara yang beriklim dingin,
subtropis maupun tropis, dan juga mulai dari negara yang berpendapatan
rendah, negara sedang berkembang bahkan negara maju pernah mengalami
antraks. Kuman antraks dapat hidup dimana-mana, kecuali di wilayah
dekat kutub utara dan selatan. Data kasus antraks baik pada hewan (data
Departemen Pertanian) maupun pada manusia (data Departemen
Kesehatan) terutama sejak tahun 1965–2004 menunjukkan bahwa ada
empat propinsi yang dapat dinyatakan sebagai daerah endemis antraks, di
mana penyakit terjadi secara berulang dalam selang waktu tertentu.
Keempat provinsi tersebut adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada tahun
2003, kasus antraks pada hewan tercatat di Kabupaten dan Kota Bogor
(Jawa Barat), Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta),
Kabupaten Bima (NTB), dan Kabupaten Sikka (NTT). Dengan demikian,
sangatlah perlu bagi masyarakat petani yang tinggal di daerah endemis
antraks untuk memperhatikan cara-cara berternak yang baik (good
husbandry practices) untuk mencegah berjangkitnya antraks kembali. Pada
tahun 2005 telah terjadi kasus antraks di Desa Citaringgul, Kecamatan
Babakan Madang, Kabupaten Bogor yang menjadi berita nasional dan
bahkan mendapat perhatian besar dari Presiden Republik Indonesia.
Kematian manusia akibat antraks di Indonesia memang bukan terjadi kali
ini saja, tetapi khusus kasus antraks di Desa Citaringgul ini mendapatkan
peliputan media massa cetak dan elektronik yang cukup luas. Pertama
karena jumlah orang yang mati akibat makan daging kambing sakit cukup
banyak (enam orang), kedua kasusnya terjadi di lokasi yang sangat dekat
dengan ibu kota republik, dan ketiga isu tentang antraks berulang kali
muncul menjelang Lebaran. Baru baru ini pada bulan januari dan Mei
2011 di Boyolali dan Sragen ditemukan sapi yang mati karena antraks dan
menimbulkan penularan ke manusia, sehingga Boyolali dan Sragen saat itu
dinyatakan KLB (Kejadian Luar Biasa). Kronologisnya dimulai pada
tanggal 13 januari 2011 di Dukuh Karangmojo, Desa Tangkisan,
Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali didapatkan satu sapi milik salah
satu warga yang mendadak jatuh dan kemudian kejang, dari pemilik sapi
diputuskan untuk menyembelih dan dijual ke warga sebanyak 40 bungkus.
Kemudian pada tanggal 19 januari 2011 didapatkan 6 warga yang
mengeluh gatal, bengkak dan adanya lesi basah dan eschar di daerah
bawah mata, tangan, tungkai kaki. Setelah di rujuk ke RS dr. Moewardi
dan dinyatakan positif antraks. Lalu sampel daging dan darah sapi
diperiksa di Labkesda Propinsi dan dinyatakan positif antraks. BAB II
PEMBAHASAN a. Triad Epidemiologi 1. Agent Pada penyakit antraks
agent utamanya yaitu bakteri Bacillus anthracis. Bacillus anthracis adalah
organisme berbentuk batang yang sifatnya aerobik, gram positif, tidak
bergerak, dan mampu membentuk spora . Dalam kondisi tidak kondusif
untuk tumbuh dan memperbanyak diri, maka kuman akan mulai
membentuk spora. Untuk pembentukan spora diperlukan keberadaan
oksigen bebas. Dalam situasi alamiah, siklus vegetatif terjadi dalam
lingkungan rendah oksigen dari induk semang terinfeksi, dan dalam tubuh
induk semang organisme tersebut secara khas berada dalam bentuk
vegetatif. Begitu berada di luar tubuh induk semang, spora mulai terbentuk
dengan terdedahnya bentuk vegetatif terhadap udara. Bentuk spora
esensialnya adalah fase eksklusif di lingkungan. Meskipun belum pernah
diteliti di Indonesia, lalat dianggap mempunyai peran penting dalam
menyebarkan antraks secara mekanis terutama pada situasi wabah hebat di
daerah endemis. Kebanyakan lalat pengigit (biting flies) dari spesies
Hippobosca dan Tabanus bertindak sebagai penular yang bertanggung
jawab terhadap terjadinya perluasan wabah besar di Zimbabwe pada 1978-
1979, dimana lalat meloncat dari satu komunitas ternak ke komunitas
lainnya. Lalat makan cairan tubuh bangkai ternak terjangkit antraks dan
kemudian mendepositkan feses atau muntahan yang mengandung
kontaminan kuman dalam jumlah besar pada helai daun pepohonan dan
semak-semak di sekitarnya. 2. Host Dalam hal ini yang menjadi host pada
penyakit antraks yaitu manusia dan hewan ternak itu sendiri. Manusia
yang terkena penyakit antraks ditularkan melaui Kontak langsung dengan
hewan sakit, Menghirup spora dari hewan yang sakit, spora antraks yang
ada di tanah/rumput dan lingkungan yang tercemar spora antraks maupun
bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit, seperti kulit, daging,
tulang, dan darah., Mengkonsumsi daging hewan yang sakit/mati dan
produknya karena antraks dan Pernah dilaporkan melalui gigitan serangga
Afrika yang telah memakan bangkai hewan yang tertular kuman Antraks,
serta Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi. 3. Lingkungan
Lingkungan yang kemungkinan penyebaran penyakita ntraks lebih cepat
yaitu pada daerah peternakan dan pada iklim kering dan cuaca panas.
Dalam hal ini, iklim kemungkinan mempengaruhi secara langsung maupun
tidak langsung cara bagaimana ternak kontak dengan spora antraks.
Sebagai contoh, selama periode kering ternak merumput lebih dekat
dengan tanah oleh karena kebanyakan tanaman atau vegetasi menjadi layu
dan juga meranggas, sehingga membuka lebih besar kemungkinan spora
antraks tertelan oleh ternak. Begitu juga pola perilaku musim
meningkatkan kemungkinan pendedahan terhadap spora antraks.
Terjadinya wabah antraks dilaporkan seringkali didahului dengan
perubahan ekologi atau iklim yang jelas, seperti banjir atau hujan yang
diikuti dengan kekeringan. b. Transmisi Penyakit Manusia tertular antraks
baik secara langsung maupun tidak langsung. Tiga modus penularan
antraks ke manusia yang umum diketahui sejak lama yaitu melalui kulit,
melalui pencernaan, dan melalui pernafasan. Antraks kulit (antraks
kutaneus) biasanya menjangkiti orang yang melakukan penjagalan,
pengulitan atau pembedahan karkas terinfeksi atau juga penanganan kulit,
wol atau bulu hewan yang terkontaminasi spora antraks. Umumnya
penyakit terjadi setelah kuman atau spora masuk ke jaringan kulit melalui
luka lecet/luka tergores. Dimulai dengan lepuh kecil, kemudian secara
cepat membentuk bisul bernanah dan setelah itu menjadi koreng berwarna
hitam (black scab). Antraks pencernaan atau antraks lambung (antraks
gatro-intestinal) biasanya ditularkan akibat kuman atau spora yang tertelan
lewat mulut. Biasanya akibat makan daging terinfeksi yang tidak dimasak
secara matang dari ternak lokal atau satwa liar. Penularan dari ternak lokal
umum terjadi di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) dimana
tidak dilakukan pemeriksaan daging atau vaksinasi ternak sesuai dengan
kaidah kesehatan masyarakat veteriner dan kesehatan hewan yang benar.
Antraks pernafasan (antraks pulmonal) akibat terhirupnya spora antraks
yang sangat kecil sekali, dengan diameter 1-5 mikron. Biasanya kasus
ditemukan pada para pekerja pabrik wol, akan tetapi dari statistik antraks
di dunia pernah juga tercatat menyerang seorang pemain bola, seorang
pekerja konstruksi yang menangani kain wol terkontaminasi, seorang
perempuan yang memainkan alat musik bongo terbuat dari kulit ternak
terinfeksi, dan seorang perempuan lain yang tinggal dekat dengan pabrik
penyamakan kulit. Namun demikian, tingkat kejadian antraks pernafasan
di negara-negara industri tetap rendah dan tidak dianggap sebagai masalah
kesehatan masyarakat. Pada manusia, angka fatalitas kasus (case fatality
rate) dari antraks kulit biasanya hanya 20% apabila tidak diobati.
Sedangkan pada antraks pencernaan berkisar antara 25-75%, dan antraks
pernafasan biasanya sangat fatal (100%). c. Riwayat Ilmiah Penyakit 1.
Masa inkubasi Masa inkubasi (masa antara kontak dengan anthrax dan
awal gejala) mungkin relatif singkat, dari satu sampai lima hari. Seperti
penyakit menular lainnya, periode inkubasi untuk antraks cukup bervariasi
dan mungkin minggu sebelum seorang individu yang terinfeksi merasa
sakit. 2. Masa klinis Pada umumnya masa klinis penyakit Antraks adalah
sebagai berikut Pada pernafasan diawali dengan panas, menggigil dan
mialgia dengan nyeri dada pada 3-5 hari setelah menginhalasi spora
antraks. Setelah 1-2 hari berikutnya pasien memburuk menjadi panas
tinggi, sesak nafas hebat, sianosis (badan biru), sakit dada yang terasa
“remuk” dan syok. Pada Kulit, lesi dimulai dengan hilangnya rasa sakit,
kadang-kadang berupa papula pruritus yang sedang (pada umumnya
mengenai daerah lengan, leher atau wajah) dan meluas menjadi lesi
vesiculer yang dikelilingi oleh lesi disekitarnya. “Gelatinnous halo”
mengelilingi vesikel yang akan berkembang menjadi ulkus (luka) dan
eschar hitam dengan cepatnya berkembang diatas ulkus. Sedangkan, gejala
antraks tipe kulit ialah bisul merah kecil yang nyeri. Kemudian lesi tadi
membesar, menjadi borok, pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan
disekitarnya membengkak dan lesi gatal tetapi agak terasa sakit. Beberapa
gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah, tidak
nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau merah,
buang air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit).
Daging yang terkena antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
berwarna hitam, berlendir dan berbau. Sedangkan secara spesifik Gejala
klinis penyakit Antraks dibedakan berdasarkan tipe penyakit Antraks : 1.
Tipe kulit (cutaneous Antrax) o mula-mula terjadi papel, desertai gatal-
gatal dan rasa sakit o 2-3 hari kemudian menjadi vesikel yang berisi cairan
kemerahan o kemudian haemorrhagic dan menjadi jaringan nekrotik yang
berbentuk ulcus dengan kerak berwarna hitam ditengah dan kering yang
disebut eschar (tanda patognomonik anthax) o diikuti oleh bentuk vesikel
disekitarnya o disekitar ulcus sering didapati erytema dan edema o pada
perabaan edema tersebut tidak lunak dan tidak lekuk (non pitting) bila
ditekan 2. Tipe pencernaan (Gastro Intestinal Anthrax) o bersifat perakut
atau akut o Gejala awal rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak
nafsu makan dan suhu tubuh meningkat o Konstipasi diikuti diarhe akut
berdarah o Hematemesis o Toxemia o Shock dan meninggal biasanya
kurang dari 2 hari o CFR bervariasi 5-75% o Tipe ini umumnya terjadi
karena memakan daging yang tidak dimasak dengan sempurna 3. Tipe
Pernapasan (Pulmonary Anthrax) o sangat jarang terjadi biasanya akibat
dari perluasan antraks tipe kulit atau karena menghirup udara yang
mengandung spora antraks o gejala awal ringan dan spesifik o dimulai
dengan lemah, lesu, subfebril, batuk non produktif (seperti tanda-tanda
bronchitis) o kemudian mendadak dispnoe, sianosis, stridor dan gangguan
respirasi berat o shock, meninggal biasanya dalam waktu 24 jam 4. Tipe
Radang Otak (meningitis anthrax) o umumnya merupakan komplikasi
antraks tipe pulmonal, intestinal atau cutaneus yang kemudian melalui
aliran darah tiba pada jaringan otak sehingga menimbulkan peradangan o
Demam, sakit kepala hebat, kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk o
Muntah o Diakhiri dengan koma o Liquor cerebro spinalis (LCS) berwarna
keruh kuning kemerahan Masa klinis juga bisa didentifikasi melalu
pemeriksaan di labolatorium untuk memastikan positif tertular penyakit
antraks Laboratorium Diagnosis secara laboratorium dilakukan dengan
berbagai metode/uji : a. Mikroskopis, dengan pewarnaan metilen blue
polichromatic, gram atau wright b. Kultural bakteriologik pada media agar
darah dan kaldu protein c. Uji ascoli d. Identifikasi B.antracis dengan
media gula-gula e. Uji biologik menggunakan hewan percobaan f. Uji
serologi dengan PCR (Polymerasi Chain Reaction) dan ELISA (Enzyme
Linked Immunosorbent Assay) Sampel yang diambil untuk pemeriksaan
aboratorium tersebut diatas adalah serum darah vena, swab darah vena,
usap ulcus swab, dahak dan tanah tempat hewan mati dikubur. 3. Masa
laten dan periode infeksi a. Pada tipe kulit : 1. rasa nyeri jarang terjadi
kalaupun ada justru di daerah edema 2. tidak didapatkan pus kecuali bila
diikuti dengan infeksi sekunder 3. dapat terjadi pembesaran kelenjar getah
bening regional 4. demam sedang dan sakit kepala 5. bila tidak segera
mendapat pengobatan dapat berkembang menjadi septicemia dan shock b.
Tipe pencernaan (Gastro Intestinal Anthrax) 1. Konstipasi diikuti diarhe
akut berdarah 2. Hematemesis 3. Toxemia 4. Shock dan meninggal
biasanya kurang dari 2 hari 5. CFR bervariasi 5-75% 6. Tipe ini umumnya
terjadi karena memakan daging yang tidak dimasak dengan sempurna c.
Tipe Pernapasan (Pulmonary Anthrax) 1. mendadak dispnoe, sianosis,
stridor dan gangguan respirasi berat 2. shock, meninggal biasanya dalam
waktu 24 jam d. Tipe Radang Otak (meningitis anthrax) 1. Demam, sakit
kepala hebat, kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk 2. Muntah 3.
Diakhiri dengan koma 4. Liquor cerebro spinalis (LCS) berwarna keruh
kuning kemerahan Bagaimana anthraks menyerang?? d. Pencegahan
Pencegahan Usaha pencegahan terhadap penyakit Antraks dapat dilakukan
dengan berbagai cara terutama dalam menjaga kebersihan individu dan
lingkungan, yaitu : • Lapor ke dinas peternakan setempat kalau ada hewan
yang sakit dengan gejala antraks • tidak dibolehkan menyembelih hewan
sakit antraks • hewan hanya boleh disembelih di rumah potong • jika
hewan dipotong diluar rumah potong harus mendapat izin lebih dulu dari
dinas peternakan setempat. • tidak diperbolehkan mengkonsumsi daging
yang berasal dari hewan yang sakit antraks • laporkan ke dinas kesehatan
apabila menjumpai penderita atau tersangka antraks • bila ada penderita
dengan gejala-gejala antraks segera berobat ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat • hewan yang peka terhadap antraks seperti sapi, kerbau, domba,
kambing, kuda, secara rutin harus divaksinasi Antraks • dianjurkan untuk
tidak memandikan tubuh orang yang meninggal karena Antraks • Dilarang
membuat atau memproduksi barang-barang yang berasal dari hewan
seperti kerajinan dari tanduk, kulit, bulu, tulang yang berasal dari hewan
sakit/mati karena penyakit Antraks. e. Pengobatan Pengobatan Pengobatan
disesuaikan dengan tipe atau gejala klinis yang ditemukan: 1. Tipe kulit
Procaine penicilline 2 x 1,2 juta IU diberikan secara intramuskuler (im)
selama 5-7 hari. Atau dengan Benzyl penicilline 250.000 IU secara im
setiap 6 jam. Perlu diperhatikan mengingat pilihan obat untuk Antraks
adalah penicilline, sehingga sebelum diberikan harus dilakukan skin test
terlebih dahulu. Bila penderita/tersangka hypersensitif terhadap penicilline
dapat diberikan tetracycline, chloramphenical atau erytromycine 2. Tipe
pencernaan Tetracycline 1 gram per hari 3. Tipe pernapasan. Penicilline G
18-24 juta IU per hari IVFD, ditambah dengan Streptomycine 1-2 gram
Selain antibiotika perlu diberikan juga obat-obat symtomatis lain. f.
Gambar Pendukung bagaimana anthraks menyerang? gejala anthraks
penderita anthraks bakteri bacillus antrachis transmisi penyakit anthraks
bagian tubuh yang diserang bakteri bacillus antrachis BAB III PENUTUP
a. KESIMPULAN Penyakit antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri bacillus antrachis yang dalam kondisi tertentu dapat berbentuk
spora. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh hewa melalu rumput yang
dimakan oleh hewan ternak tersebut dan mengandung spora bakteri
Bacillus Antrachis yang terdapat di dalam tanah tempat tumbuh rumput.
Penyakit ini dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan
penangan yang lebih lanjut. Selain itu juga penyakit pernah ditularkan oleh
serangga pada peneitian di Afrika. Pengobatannya dapat berupa obat
antibiotik pada tipe masing-masing penyakit. b. SARAN 1. Menjaga
kebersihan sanitasi lingkungan pada daerah peternakan 2. Tidak
mengkonsumsi daging yang dibeli di tempat-tempat ilegal 3. Memberikan
vaksin yang rutin pada daerah endemik antraks c. DAFTAR PUSTAKA 1.
http://mypotik.blogspot.com/2010/03/penyakit-antraks-adalah-
disebabkan.html, diakses 24 oktober 2010 2. fom e-book ,
http://www.immunizationinfo.org/vaccines/anthrax, diakses 11 maret 2005
(2000). d. Demicheli V, Rivetti D, Deeks JJ, Jefferson T, dan Pratt M.
(1998). Efektivitas dan keamanan vaksin terhadap anthrax manusia:
Sebuah tinjauan sistematis. Vaksin, 16 (9-10), 880-884. Food and Drug
Administration. (1985). Biologi produk: vaksin bakteri dan toxoid:
Pelaksanaan meninjau keberhasilan. Federal Register, 50 (240), 51002-
51117. e. Inglesby TV, Henderson DA, Bartlett JG, Ascher MS, Eitzen E,
Friedlander PM, Hauer J, J McDade, Osterholm MT, O'Toole T, Parker G,
Perl TM, Russell PK, dan Tonat K. (1999). Anthrax sebagai senjata
biologis: manajemen kesehatan medis dan publik [Konsensus pernyataan
dari Kelompok Kerja untuk Biodefense Sipil]. JAMA, 281 (18), 1735-
1745. f. Institute of Medicine, Komite Efek Kesehatan American Academy
of Pediatrics, Komite Infectious Diseases. (2003). Anthrax. Dalam Buku
Merah: Laporan Komite Infectious Diseases (26 ed, hlm 196-199.). Elk
Grove Village, IL: Author. g. Brachman PS, Emas H, Plotkin SA, Fekety
FR, Werrin M, dan Ingraham NR. (1962). Bidang evaluasi vaksin anthrax
manusia. American Journal of Public Health, 52, 432-445. h. Brachman S
dan Friedlander PM. (1999). Anthrax. Dalam Plotkin SA dan Orenstein
WA (Eds.). Vaksin (3rd ed, hlm 629-637.). Jakarta: W i. B. Saunders.
Brachman P dan A. Kauffman (1998). Anthrax. Dalam Evans AS dan
Brachman PS (Eds.). Infeksi bakteri manusia. New York: Plenum Buku
Medis Perusahaan. j. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
(2000). Vaksin anthrax: Apa yang perlu Anda ketahui [Pernyataan
Informasi Vaksin (VIS)]. k. CDC. (2000). Konsumsi manusia bacillus
anthracis terkontaminasi daging-Minnesota, Agustus 2000. Morbiditas dan
Mortality Weekly Report, 49 (36), 813-816. l. CDC. (2000). Surveilans
untuk kejadian buruk yang terkait dengan vaksinasi anthrax - Departemen
Pertahanan AS, 1998-2000 m. Morbiditas dan Mortality Weekly Report,
49 (16), 341-345. Chin J (ed.). (2000). Pengendalian penyakit menular
pengguna (ed 17.). Washington, DC: Asosiasi Kesehatan Masyarakat
Amerika. n. Dixon TC, Meselson M, Guillemin J, dan PC Hanna. (1999).
Anthrax. New England Journal of Medicine, 341 (11), 815-826.
Friedlander PM, Pittman PR, dan Parker GW. (1999) o. National Institutes
of Health, US Departemen Kesehatan dan Kantor Pelayanan Manusia
'Kesiapan Kesehatan Masyarakat, dan CDC. (2001, Desember).
Mengoptimalkan pasca-paparan pencegahan anthraks 3.
http://mylearningissue.wordpress.com/2011/04/10/antraks-endemi-yang-
tak-kunjung-usai/ FK UNPAD, diakses 10 april 2011 4.
http://www.idph.state.il.us/Bioterrorism/factsheets/anthrax.htm, 5. P
enggunaan vaksin anthrax di Amerika Serikat: Rekomendasi Komite
Penasehat Praktek Imunisasi (ACIP). Morbiditas and Mortality Weekly
Report, 49 (RR-15), 1-20. 6. http://epiders.blogspot.com/2011/03/laporan-
investigasi-suspek-antraks.html, diakses 1 maret 2011 7. Laporan Kasus
Antraks di Boyolali dan Sragen oleh Prof. DR.dr. A. Guntur Hermawan,
SpPD,K-PTI,FINASIM dalam buku Antraks, SMF/Lab Ilmu Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret RS dr Moewardi
Surakarta, Juli 2011. 8. Putra A.A.G., Zuhudin L., Dartini N.L., Sagung
Dewi A.A., Arsani N.M., dan Butarnutar R.M. (?). Wabah Antraks di
Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2004.
Balai Penyidikan Veteriner Denpasar dan Dinas Peternakan Provinsi NTB.
http://www.docstoc.com/docs/28596582/WABAH-ANTRAKS-DI-
KABUPATEN-SUMBAWA-PROVINSI-NUSA-TENGGARA-BARAT

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Das könnte Ihnen auch gefallen