Sie sind auf Seite 1von 6

Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol.

1 Juli – September 2011

PERILAKU KOMUNIKASI
SUKU BAJO DALAM BERINTERAKSI
DENGAN KOMUNITAS DARATAN
DI DESA TERAPUNG KECAMATAN MAWASANGKA
KABUPATEN BUTON
Communication Behavior of Bajo Tribe
in doing Interaction with Mainland Community
in Floating Village Of Mawasangka District, Buton Regency

Yamran Sampeali
Kantor Dinas Perdagangan dan Industri
Kabupaten Buton
yamrans@gmail.com

Abstract
This research aims to study the factors affecting the communication behavior of Bajo Tribe with mainland community in
floating village of Mawasangka District, Buton Regency in South-East Sulawesi Province. The sample was selected using
purposive sampling method consisting of 20 informants. They were 10 informants taken from Bajo tribe and 10 others were
taken from mainland community. The data were obtained through participative observation, in-depth interview, and
documentation. The data were then analyzed using descriptive qualitative method. The result show that community behavior
of Bajo tribe with mainland community is based on customs and traditions and the needs related to their activities as
fishermen. In general, community behavior of Bajo tribe is based on to what extent the strength and weakness of social
interaction with mainland community. The stronger their interaction with mainland community , the bigger opportunity the
occurrence of new communication behavior which is identical to mainland community. Meanwhile, the factors affecting
the communication behavior of Bajo tribe in doing interaction with mainland community are education level, life patterns
(kinship system, residence pattern, and marriage interactions (cooperation, accommodation, and assimilation).
Keywords ; Communication Behavior, Bajo Truibe, Interaction

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji factor-faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasi suku Bajo dengan komunitas
daratan di Desa Terapung Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara. Sampel dipilih secara
purposive sebanyak 10 orang dari suku Bajo, dan 10 orang dari komunitas daratan. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku komunikasi suku bajo dengan komunitas daratan didasarkan pada
adat istiadat yang masih dianut dan kebutuhan yang berkaitan dengan aktivitas mereka sebagai pelaut. Secara keseluruhan
perilaku komunikasi suku Bajo didasarkan atas kuat lemahnya interaksi social dengan komunitas daratan. Faktor yang
memengaruhi perilaku komunikasi suku bajo dalam berainteraksi dengan komunitas daratan, yaitu tingkat pendidikan, pola-
pola kehidupan (system kekerabatan, pola tempat tinggal, dan pola perkawinan), bahasa, kesamaan agama, adanya
kebutuhan, dan adanya bentuk-bentuk interaksi social (kerjasama, akomodasi, dan asimilasi).

Kata kunci ; Perilaku komunikasi, Suku Bajo, Interaksi


Latar Belakang manusia, hal ini terlihat dari setiap peristiwa,
masa dan tempat selalu berhubungan dengan
Aspek komunikasi merupakan bagian yang komunikasi. Komunikasi dapat dipahami
sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan maknanya melalui cara seseorang
230
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011

mengekspresikan dirinya dan orang lain dalam sudah berkurang. Sebagian besar menetap,
rangka mencapai tujuan yang diinginkan. walaupun masih di atas laut.
Karena itu, komunikasi jelas tidak dapat Permukiman suku Bajo memang cukup
dipisahkan dengan kehidupan manusia, baik banyak di sekitar Pulau Sulawesi, antara lain
sebagai individu maupun sebagai anggota perairan Manado, Kendari, Kepulauan Togian,
masyarakat. Selat Tiworo, Teluk Bone, perairan Makassar,
Komunikasi sangat berhubungan dengan dan Kepulauan Wakatobi (Wangi-wangi,
perilaku manusia untuk memenuhi kepuasan Kaledupa, Tomia, Binongko). Meskipun
kebutuhannya. Hampir setiap orang tersebar berjauhan, mereka masih menjalin
membutuhkan hubungan sosial dengan orang hubungan kekerabatan.
lain, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui Salah satu misteri Pulau Sulawesi adalah
pertukaran pesan yang berfungsi sebagai masyarakat adat Bajo yang bermukim di atas
jembatan untuk mempersatukan manusia yang perahu, biasa disebut Seanomade. Dulu, mereka
tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Pesan- sepenuhnya hidup di atas perahu dan hanya
pesan tersebut dapat terlihat dari perilaku sesekali singgah di pulau untuk mendapatkan
manusia tersebut (Mulyana dan Rakhmat, air bersih dan menjual ikan. Sepuluh tahun
2006:12). terakhir, manusia perahu sudah dimukimkan ke
Perilaku individu merupakan hasil dari daratan. Begitu pula di Desa Terapung
interaksi individu dengan lingkungannya. Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Penganut teori perilaku beranggapan bahwa ditemui nelayan Suku Bajo yang sudah
individu ditentukan oleh dorongan eksternal bermukim di daratan dan berinteraksi dengan
atau lingkungan sekitarnya. Hal ini berarti komunitas daratan.
bahwa individu dianggap sebagai makhluk Berdasarkan data di Desa Terapung
pasif yang perilakunya terbentuk akibat Kecamatan Mawasangka tahun 2007, jumlah
pengaruh dari lingkungannya Suku sebanyak 894 orang atau 120 KK. Selain
Menurut Rahim dalam Mulyana (1997:2) Suku Bajo, juga terdapat Suku lain, yaitu: Suku
bahwa berkomunikasi dengan sesama suku atau Bugis, Buton, Raha, dan beberapa suku lainnya.
berbeda suku serta budaya, maka kita akan Matapencaharian suku-suku tersebut,
dihadapkan dengan sistem nilai dan aturan yang berdagang, PNS, dan lain-lain. Sedangkan Suku
berlaku pada masing-masing suku serta budaya Bajo lebih dominan sebagai nelayan. Walaupun
tersebut. Hal itu disebabkan dalam kehidupan ada beberapa warga Suku Bajo yang telah
manusia sangat dipengaruhi oleh warisan sosial menjadi PNS, Aparat Kecamatan dan Guru.
dari generasinya yang lampau. Warisan ini Namun bagi mereka laut tidak begitu saja
penuh dengan nilai yang merupakan titik pusat dilupakan. Akibat interaksi tersebut, ada
pengalaman individu kemudian dijadikan beberapa warga Suku Bajo yang menikah
sebagai pembimbing bagi tindakan-tindakannya dengan suku-suku lain di komunitas daratan.
(perilaku) .
Dalam hubungan itulah Suku Bajo sebagai Rumusan Masalah
satu diantara puluhan suku yang ada di
Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri. 1. Bagaimana perilaku komunikasi Suku Bajo
Sebutan Bajo sebenarnya dipakai untuk orang- dalam berinteraksi sosial dengan komunitas
orang yang menggunakan perahu sebagai daratan di Desa Terapung Kecamatan
tempat tinggal. Konon mereka berasal dari Laut Mawasangka Kabupaten Buton Provinsi
Cina Selatan. Itulah sebabnya mereka Sulawesi Tenggara ?
digolongkan suku laut nomaden. Namun, saat
ini, suku Bajo yang masih tinggal di atas perahu

231
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011

2. Faktor-faktor apa yang mem-pengaruhi indikator yang berhubungan dengan perilaku


perilaku komunikasi Suku Bajo dalam komunikasi manusia, yaitu: tingkat partisipasi
berinteraksi sosial dengan komunitas daratan sosial, frekuensi komunikasi interpersonal,
frekuensi hubungan dengan kelompok acuan di
di Desa Terapung Kecamatan Mawasangka
luar sistem, frekuensi terpaan media massa,
Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi frekuensi pencarian informasi dan tingkat
Tenggara ? mobilitas.
Menurut Tabrani dan Rusyan (1989:31)
Kajian Konsep dan Teori bahwa perilaku atau tingkah laku mengandung
pengertian luas, mencakup pengetahuan
Menurut Rogert (dalam Cangara 2007:1) bahwa pemahaman, keterampilan dan sikap.
komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari
kehidupan manusia, seperti halnya bernafas. Metode Penelitian
Sepanjang manusia ingin hidup, maka ia perlu
berkomunikasi. Menurut Hoveland dalam Pemilihan informan dilakukan dengan
Sumarno (1989:55) seorang ahli ilmu jiwa dari pertimbangan tertentu (purposive), yang
Universitas Yale mengatakan bahwa jumlahnya yaitu tidak dibatasi, dengan
Communication is the process by which an menesuri inforamsi secara mendalam dari
individual transmit stimully (ussually verbal beberapa informan dari Suku Bajo dan dari
symbol) to modify the behavior of another komunitas daratan. Metode pengumpulan data
individual. Menurut Cangara (2007:20), yang digunakan adalah observasi partisipatif,
keberhasilan komunikasi dalam hubungan antar wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data
manusia tidak hanya ditentukan oleh salah satu dianalisis menggunakan metode deskriptif
pihak tetapi oleh kedua belah pihak, baik kualitatif.
pemberi informasi maupun penerima informasi.
Menurut Cangara (2007) terdapat 12 (dua Hasil Temuan dan Pembahasan
belas) kode non-verbal berdasarkan berbagai Kecamatan Mawasangka merupakan salah satu
studi yang pernah dilakukan oleh para ahli, kecamatan di Kabupaten Buton yang terletak di
yaitu: kinesics, gerakan mata (eye gaze), Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis
sentuhan (touching), paralanguage, postur Kecamatan Mawasangka terletak antara 59,20 -
tubuh, kedekatan dan ruang, artifak , 5,590 Lintang Selatan dan antara 122,140 -
visualisasi, warna, waktu, bunyi,dan bau. 122,380 Bujur Timur yang berada di sebagian
Menurut Danim (2000) bahwa perilaku atau kecil daratan Pulau Buton.
behavior adalah serentetan tindakan (actions) Kecamatan Mawasangka terdiri dari 2
dari individu (manusia) atau kelompok (dua) kelurahan, yaitu Kelurahan Mawasangka
masyarakat, dimana tindakan tersebut didasari dan Kelurahan Watolo serta memiliki 14 desa,
oleh pengetahuan, sikap dan nilai yang dimiliki dimana yang paling luas adalah Desa Polindu
oleh individu tersebut. dengan luas 65,48 Km2 atau sekitar 24,11%
Selanjutnya menurut Ruben.D Brent dari keseluruhan luas wilayah Kecamatan
(1984: 19), mengemukakan bahwa behavior Mawasangka. Desa/kelurahan yang luas
atau perilaku adalah serentetan tindakan wilayahnya paling kecil adalah Desa
(actions) dari individu (manusia) atau Wakambangura dengan luas wilayah sebesar
kelompok masyarakat, dimana tindakan 4,44 Km2 atau sekitar 1,64% dari keseluruhan
tersebut didasari oleh pengetahuan, sikap dan luas wilayah Kecamatan Mawasangka.
nilai yang dimiliki oleh individu tersebut.Roger
dan Shoemaker dalam Danim (2000) merinci

232
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011

Sedangkan Desa terapung memiliki luas Menurut Mulyana (2003:18) bahwa apa
sebesar 10,00 atau 3,68%. Luas wilayah yang dilakukan orang, bagaimana bentuk
Kecamatan Mawasangka 271,55 Km2 dengan tingkah laku, bagaimana mereka hidup dan
Kabupaten Muna (sebelah Utara), laut Flores berkomunikasi, merupakan respons terhadap
(sebelah selatan), Selat Spelman (sebelah budaya dan fungsi-fungsi dari budaya mereka.
barat), dan Kecamatan Mawasangka Timur Sistem budaya yang dianut dan dipatuhi
(sebelah timur). Temuan penelitian tidak akan terwujud dalam kehidupan sehari-
menunjukkan bahwa perilaku komunikasi Suku hari tanpa disertai dengan komunikasi
Bajo dengan komunitas daratan didasarkan antarbudaya (Liliweri,.2001). Mereka
pada adat istiadat yang masih dilaksanakan dan melakukan komunikasi dengan menempatkan
adanya kebutuhan yang berhubungan dengan budaya sebagai wadah untuk mempertahankan
aktivitas mereka sebagi pelaut. berbagai tantangan dan ancaman yang
Secara keseluruhan perilaku komunikasi menghadang. Dalam hal ini komunikasi
suku Bajo didasarkan atas kuat lemahnya merupakan proses penyampaian tentang nilai
interaksi sosial dengan komunitas daratan. suatu kebudayaan yang terjadi pada masa lalu,
Semakin kuat suku Bajo interaksi dengan sekarang, dan yang akan datang. Oleh sebab itu
komunitas daratan maka semakin besar juga mereka senantiasa menciptakan hubungan
munculnya perilaku komunikasi baru yang dengan dipedomani nilai-nilai budaya sebagai
identik dengan komunitas daratan. Faktor yang modal utama dalam berprilaku.
mempengaruhi perilaku komunikasi suku Bajo Teori Behavior yang dikenal dengan teori
dalam berinteraksi dengan komunitas daratan belajar dapat berlaku pada kondisi perilaku
yaitu: tingkat pendidikan, pola-pola kehidupan komunikasi suku Bajo dalam interaksi dengan
(sistem kekerabatan, pola tempat tinggal, dan komunitas daratan. Dimana di pahami bahwa
pola perkawinan), bahasa, kesamaan agama, perilaku komunikasi suku Bajo melalui proses
adanya kebutuhan, dan adanya bentuk-bentuk belajar yang ditandai dengan adanya pemberian
interaksi sosial (kerjasama, akomodasi, respons terhadap stimulus yang datang dari
asimilasi). komunitas daratan secara langsung. Dengan
Dalam konteks budaya, dapat dikatakan demikian berarti perilaku suku Bajo tidak
bahwa perilaku komunikasi suku Bajo terlepas dari adanya interaksi stimulus dan
dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, sebab respons dalam dirinya. Tidak sampai di situ
budaya lebih diarahkan pada tata cara saja, namun dapat dikatakan juga bahwa
perilakunya. Bentuk perilaku komunikasi suku perilaku komunikasi suku Bajo tidak tergantung
Bajo dapat dikatakan merupakan manifestasi pada proses belajar saja, namun lebih pada
dari pemahaman suku Bajo terhadap prilaku kemampuan berpikir, seperti yang ditekankan
komunikasi komunitas daratan. pada teori belajar kognitif.
Proses memahami prilaku komunikasi Interaksi suku Bajo dan komunitas daratan
suku Bajo dan komunitas daratan diperoleh dari merupakan suatu bentuk hubungan diantara
kegiatan belajar, berpikir, merasa, mempercayai mereka, seperti yang ditegaskan dalam teori
sesuatu berdasarkan nilai-nilai kepatuhan pertukaran sosial (social exchange theory).
budayanya/pola-pola budaya mereka. Misalnya Suku Bajo berhubungan dengan komunitas
dalam berbahasa, berteman, tata cara daratan karena mengharapkan sesuatu yang
berkomunikasi, penerapan interaksi dan dapat memenuhi kebutuhannya. Misalnya
tindakan sosial dalam kegiatan ekonomi, kemudahan-kemudahan dalam hal penjualan
politik, dan teknologi selalu didasarkan pada hasil tangkapan, pemilikan alat-alat tangkap,
pola-pola budaya. hiburan, pengetahuan, ibadah dan lain-lain.
Dengan saling mengetahui tingkat kebutuhan

233
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011

baik suku Bajo maupun komunitas daratan, komunikasi simbolik suku Bajo
maka untuk menciptakan komunikasi yang misalnya:Mengusir/menolak penyakit masuk ke
baik, masing-masing individu/ kelompok harus dalam desa, Upacara sebelum berangkat
memperhatikan kebutuhan komunikannya. berlayar dan Upacara penurunan perahu.
Dari uraian-uraian di atas, semakin Menurut Tabrani dan Rusyan (1989:31)
memperjelas bahwa suku Bajo dalam bahwa perilaku atau tingkahlaku mengandung
kehidupannya senantiasa berinteraksi dengan pengertian luas, mencakup pengetahuan
komunitas daratan, yang ditunjukkan dalam pemahaman, keterampilan dan sikap. Perilaku
bentuk perilaku komunikasi, baik perilaku yang dapat diamati disebut penampilan,
komunikasi verbal dan non verbal, perilaku sedangkan perilaku yang tidak dapat diamati
komunikasi simbolik, perilaku komunikasi disebut kecenderungan perilaku. Pengetahuan,
antarpribadi, perilaku komunikasi kelompok, pemahaman, keterampilan dan sikap yang
dan perilaku komunikasi massa, yang dimiliki seseorang tidak dapat diidentifikasi
diditampilkan dalam wujud tindakan sosial karena hal tersebut merupakan kecenderungan
yang di atur, ide-ide, gagasan-gagasan, nilai- perilaku saja, sedangkan penampilan yang
nilai, norma-norma, peraturan-peraturan yang dapat diamati dari seseorang dapat berupa
disebut dengan sistem budaya (kebudayaan). kemampuan menjelaskan, menyebutkan sesuatu
Dengan demikian perilaku komunikasi suku atau melakukan sesuatu perbuatan. Namun
Bajo dalam berinteraksi dengan komunitas demikian, individu dapat dikatakan telah
daratan merupakan entitas budaya dimana menjalani proses meskipun pada dirinya hanya
mereka berinteraksi. ada perbuatan dalam kecenderungan perilaku
Dalam konteks ini perilaku komunikasi saja.
verbal suku bajo dengan sesama suku Bajo dan Dari berbagai penjelasan di atas dapat
Komunitas daratan sesuai dengan konsep yang disimpulkan bahwa suku Bajo sudah mulai
dikemukakan oleh Cangara (2004:95) bahwa meninggalkan simbol-simbol komunikasi yang
bahasa mempelajari dunia sekeliling kita, ada dalam upacara-upacara adat atau kebiasaan-
bahasa menjadi peralatan yang sangat penting kebiasaan mereka yang selama ini diyakini.
untuk memahami lingkungan. Melalui bahasa, Namun ada juga yang masih mereka laksanakan
kita dapat mengetahui sikap, perilaku dan walaupun telah berinteraksi dengan komunitas
pandangan suatu bangsa, suku/etnis, meski kita daratan. Pernyataan ini relevan dengan
belum pernah berkunjung ke negara/tempatnya, pendapat Cangara (2004), bahwa
meskipun untuk penggunaan bahasa Bajo membicarakan pesan (message) dalam proses
belum banyak dipergunakan oleh suku non komunikasi, kita tidak bisa melepaskan diri dari
Bajo baik di pasar maupun pergaulan sehari- apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan
hari di kantor, pelabuhan, dan di kota Buton. yag dikirim komunikator kepada penerima
Komunikasi simbolik banyak dilakukan terdiri atas rangkaian simbol dan kode.
oleh suku Bajo, hal ini disebabkan karena suku
Bajo masih melaksanakan kebiasaan-kebiasaan Kesimpulan
yang diyakini dalam adat istiadat sejak dahulu.
Komunikasi simbolik banyak terdapat dalam 1. Perilaku komunikasi Suku Bajo dengan
bentuk-bentuk upacara-upacara atau adat komunitas daratan didasarkan pada adat
istiadat yang diyakini oleh suku Bajo. Namun istiadat yang masih dilaksanakan dan adanya
saat ini komunikasi simbolik banyak yang kebutuhan yang berhubungan dengan
sudah tidak mereka lakukan lagi, hanya ada aktivitas mereka sebagi pelaut. Secara
beberapa bentuk-bentuk komunikasi simbolik keseluruhan perilaku komunikasi suku Bajo
yang masih mereka lakukan. Bentuk-bentuk didasarkan atas kuat lemahnya interaksi

234
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011

sosial dengan komunitas daratan yang di atur Faisal, Sanafiah.1999. Format-format Penelitian Sosial.
oleh kebudayaan. Semakin kuat suku Bajo Jakarta. Rajawali Press
Griffin, Em. 1991, A First Look at Communication
berinteraksi dengan komunitas daratan maka Theory, Mc.Graw- Hill. New York
semakin besar juga munculnya perilaku Hanafi, A. 1984. Komunikasi Antar Pribadi, Usaha
komunikasi baru yang identik dengan Nasional, Surabaya.
komunitas daratan. Hunggerfort, H.R. & Volk, T.L, 1990, Changing
2. Faktor yang mempengaruhi perilaku Learner Behavior Through Environmental
Education, The Journal of Environmental
komunikasi suku Bajo dalam berinteraksi Education. Vol, 21 (3) Spring.
dengan komunitas daratan yaitu: tingkat Johnson Merle; Redmon William; Mawhinney Thomas.
pendidikan, pola-pola kehidupan (sistem 2004. Handbook
kekerabatan, pola tempat tinggal, dan pola of Organizational Performance.
perkawinan), bahasa, kesamaan agama, Analisis Perilaku dan Manajemen.
PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
adanya kebutuhan, dan adanya bentuk- Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif.
bentuk interaksi sosial (kerjasama, Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta.
akomodasi, asimilasi). Littlejohn, Stephen W. 1996. Theoris of Human
Communication. Publishing : Company, Belmon
California.
Mcquail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Penerbit
Daftar Pustaka Erlangga
Nasir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Ghalia
Achmad, A.S. (1990). Manusia dan Informasi. Indonesia. Jakarta
Hasanuddin University Press, Ujungpandang. Liliweri Alo. 2004. Dasar-dasar Komunikasi
Bulaeng, A.R. 2000. Metode Penelitian Komunikasi
Antarbudaya. Pustaka Belajar. Jakarta.
Kontemporer. Hasanuddin University Press, Little John, Stephen. 1996. Theories of Human
Makassar Communication, Wadsworth Publishing
Cangara, Hafied. (2003). Pengantar Ilmu Komunikasi. Company.USA
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mulyana, Dedy. 2000. Ilmu Komunikasi. Remaja
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Rosdakarya. Bandung.
Cetakan ke 5. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Mulyana dan Rakhmat. 2006. Komunikasi Antarbudaya.
Danim Sudarwan. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu- Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang
ilmu Perilaku. Acuan Dasar bagi Mahasiswa Berbeda Budaya. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Program Sarjana dan Peneliti Pemula. PT. Bumi Narbuko, dan Achmadi. 2002. Metodologi Penelitian.
Aksara. Jakarta. Cetakan Keempat. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
DeFluer, Melvin L., et al.1993. Fundation of Human
Ruben, D. Brent. 1984. Comunication and Human
Communi-cation. Mayfied Publishing Company,
Behavior, Prentice Hall,Inc.
California. Rahmat, Jalaluddin, 1989, Psikologi Komunikasi. Rosda
De vito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antara Manusia. Karya, Bandung.
Alih Bahasa Agus Muliana.Profesional Books, Sumarno, A. P. 1989. Dimensi-Dimensi Komunikasi
Jakarta. Politik. Citra Aditya Bakti. Bandung
Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori
Tabrani, R dan Rusyan. 1989. Pendukung dalam Proses
dan Praktek. Remaja Rosdakarya, Bandung. Belajar Mengajar, CV. Remaja Karya. Bandung.
Effendy, Uchjana, Onong. (2003). Ilmu Komunikasi, Tubbs, Stewart, 2001, Human Communication, Perinsip
Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdyakarya. – Perinsip Dasar, Cetakan Pertama, Remaja
Bandung. Rosdakarya. Bandung.
Esier, & Richard, 1980. Cognitive Social Psychology,
Mc. Graw Hill. Co. London.

235

Das könnte Ihnen auch gefallen