Sie sind auf Seite 1von 54

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

Tujuan Instruksional Umum :


Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.

Tujuan Instruksional khusus :


Mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan definisi keluarga dengan anak usia pra sekolah.
2. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah.
3. Menjelaskan masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak
usia pra sekolah.
4. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada
keluarga dengan anak usia pra sekolah.
5. Membuat dokumentasi asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak usia
prasekoah.
6. Menjelaskan peran perawat pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 ½ tahun
dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri dari tiga
hingga lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara, anak
perempuan-saudari. Keluarga lebih menjadi majemuk dan berbeda (Duvall dan Miller,
1985).

Kehidupan keluarga selama tahap ini penting dan menuntut bagi orangtua. Kedua
orangtua banyak menggunakan waktu mereka, karena kemungkinan besar ibu bekerja,
baik bekerja paruh waktu atau bekerja penuh. Namun, menyadari bahwa orangtua adalah
“arsitek keluarga”, merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga (Satir, 1983),
adalah penting bagi mereka untuk memperkokoh kemitraan mereka secara singkat, agar
perkawinan mereka tetap hidup dan lestari.

1
Anak-anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya dalam hal
kemadirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup dan mampu memenuhi
kebutuhan sendiri agar dapat menangani diri mereka sendiri tanpa campur tangan
orangtua mereka dimana saja. Pengalaman di kelompok bermain, taman kanak-kanak,
Project Head Start, pusat perawatan sehari, atau program-program sama lainnya
merupakan cara yang baik untuk membantu perkembangan semacam ini. Program-
program prasekolah yang terstruktur sangat bermanfaat dalam membantu orangtua
dengan anak usia prasekolah yang berasal dari dalam kota dan berpendapatan rendah.
Peningkatan yang tajam dalam IQ dan keterampilan sosial telah dilaporkan terjadi setelah
anak menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak selama 2 tahun (Kraft et al, 1968).

Banyak sekali keluarga dengan orangtua tunggal berada dalam tahap siklus kehidupan
ini. Dalam tahun 1984, 50 persen keluarga kulit hitam dan 15 persen keluarga kulit putih
di Amerika Serikat dipimpin oleh satu orangtua, dan 88 persen dari keluarga ini dikepalai
oleh ibu (Nortan and Glick, 1986). Di kalangan keluarga dengan orangtua tunggal,
ketegangan yang timbul dari peran mengasuh anak untuk anak usia prasekolah, ditambah
lagi dengan peran-peran lain adalah besar. Pusat-pusat perawatan sehari bagi bayi dan
anak usia prasekolah dengan kualitas yang layak dan baik sulit ditemukan jika
ditempatkan dikebanyakan kominitas. Ibu-ibu yang bekerja dan ibu-ibu yang masih
remaja secara khusus memerlukan fasilitas-fasilitas dan program-program perawatan
anak yang lebih baik (Adams dan Adams, 1990).

2
A. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Kini, keluarga tumbuh baik dalam jumlah maupun kompleksitas. Perlunya anak-anak usia
prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya, dan
kebutuhan orangtua untuk memiliki privasi mereka sendiri menjadikan perumahan
dan ruang yang adekuat sebagai masalah utama. Peralatan dan fasilitas-fasilitas juga
perlu bersifat melindungi anak-anak, karena pada tahap ini kecelakaan menjadi
penyebab utama kematian dan cacat. Mengkaji keamanan rumah merupakan hal
yang penting bagi perawat kesehatan komunitas dan penyuluhan kesehatan perlu
dimasukkan sehingga orangtua dapat mengetahui resiko yang ada dan cara-cara
menegah kecelakaan (Tabel 6).

Tabel 1. Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia pra sekolah dan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.
Tugas-Tugas Perkembangan
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Keluarga
Keluarga dengan anak usia Prasekolah. 1. Memenuhi kebutuhan anggota
keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan.
2. Mensosialisasikan anak.
3. Mengintegrasi anak yang baru
sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
4. Mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua
dan anak) dan di luar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).
Diadaptasi dari Carter dam McGoldrick (1988) ; Duvall dan Miller (1985)

Karena daya tahan spesifik terhadap banyak bakteri dan penyakit virus dan paparan yang
meningkat, anak-anak usia prasekolah sering menderita sakit dengan satu penyakit

3
infeksi minor secara bergantian. Penyakit infeksi sering terjadi bolak-balik dalam
keluarga. Sering ke dokter, merawat anak-anak yang sakit, kembali ke rumah untuk
menjemput anak sakit dari taman kanak-kanak merupakan krisis mingguan. Jadi kontak
anak dengan penyakit infeksi dan menular dan kerentanan umum mereka terhadap
penyakit merupakan masalah-masalah kesehatan utama.

Kecelakaan, jatuh, luka bakar dan laserasi juga cukup sering terjadi. Kejadian-kejadian
ini lebih sering ditemukan dalam keluarga besar, keluarga di mana pengasuh dewasa tidak
ada (orangtua sering tidak di rumah), dan keluarga dengan pendapatan rendah. Keamanan
lingkungan dan pengawasan anak yang adekuat merupakan kunci untuk mengurangi
kecelakaan.

Suami-ayah menerima lebih banyak keterlibatan dalam tanggungjawab rumah tangga


selama tahap perkembangan keluarga ini daripada tahap lain, persentase terbesar dalam
tahap ini digunakan untuk aktifitas perawatan anak. Keterlibatan ayah dalam perawatan
anak saat ini benar-benar penting, karena hubungan ini dengan anak usia prasekolah
dapat membantu anak mengindentifikasi jenis kelaminnya. Khusus bagi anak laki-laki
dalam usia 5 tahun, penting sekali bagi mereka untuk bergaul secara rapat dengan
lingkungan terbatas yang kuat, ayah yang hanya atau pengganti ayah sehingga identitas
peran laki-laki dapat terbentuk (Walters, 1976).

Peran yang lebih matang juga diterima oleh anak-anak usia prasekolah, yang secara
perlahan-lahan menerima lebih banyak tanggungjawab perawatan dirinya sendiri, plus
membantu ibu atau ayah dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Di sini bukan
produktifitas anak yang penting, melainkan proses belajar yang berlangsung.

Berlawanan dengan harapan, penelitian membuktikan bahwa kelahiran anak kedua dalam
keluarga memiliki efek yang bahkan lebih merusak hubungan perkawinan dari pada
kelahiran anak pertama. Feldman (1961) melaporkan bahwa peran orangtua membuat
peran-peran perkawinan lebih sulit, seperti terungkap dalam observasi berikut ini :
pasangan suami istri masing-masing merasakan perubahan kepribadian yang negatif ;

4
mereka kurang puas dengan keadaan di rumah, terdapat banyak interaksi yang
berorientasi pada tugas, pembicaraan pribadi lebih sedikit dan pembicaraan yang berpusat
pada anak lebih banyak, kehangatan yang diberikan kepada anak lebih banyak dari pada
yang diberikan satu sama lain, dan tingkat kepuasan hubungan seksual lebih rendah
(Feldman, 1969).

Penelitian yang cukup terkenal ini paralel dengan laporan dan observasi para konselor
keluarga bahwa hubungan perkawinan sering mengalami keguncangan dalam tahap siklus
ini. Sebenarnya, banyak sekali perceraian yang terjadi dalam tahun-tahun seperti ini
karena ikatan perkawinan yang lemah atau tidak memuaskan. Privasi dan waktu bersama
merupakan kebutuhan yang utama. Konseling perkawinan dan kelompok-kelompok
pertemuan perkawinan merupakan sumber-sumber yang penting dikalangan kelas
menengah. Akan tetapi keluarga tanpa sumber-sumber ekonomi, hanya memiliki bantuan
yang terbatas untuk memperkokoh upaya penyelamatan perkawinan. Terdapat trend bagi
para pastur dan pendeta untuk menjadi terlatih sebagai konselor perkawinan dan konselor
keluarga yang tidak bisa mengupayakan terapi pribadi.

Tugas utama dari keluarga adalah mensosialisasikan anak. Anak-anak usia prasekolah
mengembangkan sikap diri sendiri (konsep diri) dan dapat secara cepat belajar
mengekspresikan diri mereka, seperti tampak dalam kemampuan menangkap bahasa
dengan cepat.

Tugas lain selama masa ini menyangkut bagaimana mengintegrasikan anggota keluarga
yang baru (anak kedua dan ketiga) semasa masih memenuhi kebutuhan anak yang lebih
tua. Penggeseran seorang anak oleh bayi baru lahir secara psikologis merupakan suatu
kejadian traumatik. Persiapan anak-anak menjelang kelahiran seorang bayi membantu
memperbaiki situasi, khususnya jika orangtua sensitif terhadap perasaan dan tingkah laku
anak yang lebih tua. Persaingan dikalangan kakak beradik (sibling rivalry) biasanya
diungkapkan dengan memukul atau berhubungan secara negatif dengan bayi, tingkah
laku regresif, melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian. Cara terbaik
menangani persaingan dikalangan kakak adik adalah dengan meluangkan waktu setiap

5
hari untuk berhubungan lebih erat dengan anak yang lebih tua untuk meyakinkannya
bahwa ia masih dicintai dan dikehendaki.

Kira-kira saat anak mencapai usia prasekolah, orangtua memasuki tahap pengasuhan
anak yang ketiga, salah satunya belajar berpisah dari anak-anak ketika mereka mulai
masuk ke kelompok bermain, tempat penitipan anak, atau taman kanak-kanak. Tahap ini
berlangsung terus selama usia prasekolah hingga memasuki awal usia sekolah. Pisah
seringkali terasa sulit bagi orangtua dan mereka perlu mendapat dukungan dan penjelasan
tentang bagaimana penguasaan tugas-tugas perkembangan anak usia prasekolah
memberikan kontribusi untuk semakin meningkatnya otonomi mereka.

Pisah dari orangtua juga sulit bagi anak-anak usia prasekolah. Pisah dapat terjadi karena
orangtua pergi bekerja, ke rumah sakit, melakukan perjalanan atau berlibur. Persiapan
keluarga untuk pisah dengan anak sangat penting dalam membantu anak menyesuaikan
diri terhadap perubahan.

Membantu keluarga untuk mendapatkan pelayanan keluarga berencana setelah kelahiran


seorang bayi, atau melanjutkan kontrasepsi jika tidak terdapat kehamilan, juga
diindikasikan. Misalnya, adalah tidak biasa bagi seorang wanita untuk berhenti
menggunakan alt kontrasepsi karena terlambat haid dengan keyakinan bahwa ia hamil,
hanya untuk mencari tahu apakah kehamilannya terjadi karena hubungan seks tanpa
perlindungan kontrasepsi.

Kedua orangtua perlu memiliki kesenangan dan kontak di luar rumah untuk
mengawetmudakan mereka sehingga mereka dapat melaksanakan berbagai tugas-tugas
dan tanggungjawab di rumah. Orangtua dari golongan kelas rendah dan orang tunggal
sering tidak punya kesempatan untuk melakukan hal ini, dan keluarga-keluarga ini
mendapat kepuasan paling sedikit terhadap pergaulan mereka dan komunitas yang lebih
luas karena posisi mereka yang terasing dan kekurangan sumber-sumber yang tersedia
bagi mereka.

6
C. Masalah-Masalah Kesehatan.
Banyak sekali masalah kesehatan yang telah diidentifikasi sepanjang pembahasan kita
tentang keluarga dengan anak usia prasekolah. Seperti telah dinyatakan sebelumnya,
masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang lazim pada
anak dan jatuh, luka bakar, keracunan dan kecelakaan-kecelakaan yang lain yang terjadi
selama usia prasekolah.

Masalah-masalah kesehatan psikososial keluarga yang utama adalah hubungan


perkawinan. Beberapa studi mencoba meneliti menurunnya kepuasan yang dialami oleh
banyak pasanga selama tahun-tahun ini dan perlunya penanganan terhadap masalah ini
untuk memperkokoh dan memberikan semangat pada unit lain yang vital ini. Masalah-
masalah kesehatan lain yang penting adalah persaingan diantara kakak-adik, keluarga
berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan, masalah-masalah pengasuhan
anak seperti membatasi lingkungan (disiplin), penganiayaan dan menelantarkan anak,
keamanan di rumah dan masalah-masalah komunikasi keluarga.

Strategi-strategi promosi kesehatan umum berhubungan erat selama tahap ini, karena
tingkah laku gaya hidup yang dipelajari selama masa kanak-kanak dapat menyebabkan
konsekuensi-konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Pendidikan kesehatan
keluarga diarahkan pada pencegahan masalah-masalah kesehatan utama seperti merokok,
penyahagunaan obat-obatan dan alkohol, seksualitas manusia, keselamatan, diet dan
nutrisi, olahraga dan penanganan stress/dukungan sosial. “Tujuan utama bagi para
perawat yang bekerja dengan keluarga dan anak usia prasekolah adalah membantu
mereka membentuk gaya hidup yang sehat dan memfasilitasi pertumbuhan fisik,
intelektual, emosional dan sosial secara optimal. (Wilson, 1088, hal. 177).

Kemungkinan diagnosa
 Resiko cidera
 Resiko trauma
 Resiko keracunan

7
 Resiko infeksi
 Gangguan penanganan pemeliharaan rumah
 Perubahan menjadi orang tua
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
 Gangguan komunikasi verbal

Peran perawat
 Monitor perkembangan awal masa kanak-kanak, perujukan bila ada indikasi
 Pendidik dalam tindakan pertolongan pertama dan kedaruratan
 Koordinator dg layanan pediatri
 Penyelia imunisasi
 Konselor pada nutrisi dan latihan
 Pendidik dlm isu pemecahan masalah mengenai kebiasaan kesehatan
 Pendidik tentang higiene perawatan gigi
 Konselor pada keamanan lingkungan di rumah
 Fasilitator dalam hubungan interpersonal

8
KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH (6-12
TAHUN)

KELUARGA

A. DEFINISI
Pengertian keluarga akan berbeda-beda. Hal ini bergantung pada orientasi yang
digunakan dan orang yang mendefinisikannya. Marilyn M. Friedman (1998)
mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka
sebagai bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 1992, keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi lain keluarga adalah dua orang atau lebih yang
dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya
(BKKBN 1999, cit Setyowati 2008).

B. CIRI-CIRI KELUARGA
1. Diikat tali perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Tanggung jawab masing –masing
5. Ada pengambil keputusan
6. Kerjasama
7. Interaksi
8. Tinggal dalam suatu rumah

C. STRUKTUR KELUARGA
1. Struktur peran keluarga, formal dan informal
2. Nilai/ norma keluarga, norma yg diyakini oleh keluarga. Berhubungan dengankesehatan
3. Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi orangtua anak, ayah ibu, & anggota lain
4. Struktur kekuatan Keluarga, kemampuan Mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain untuk kesehatan

Ciri - Ciri Struktur Keluarga


Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy (1998), dibagi menjadi 3 yaitu:

9
1. Terorganisasi: Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing -masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing - masing.

Struktur Keluarga (Ikatan Darah) :


1. Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan Itu berasal dari jalur ayah
2. Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan Itu berasal dari jalur ibu
3. Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri
4. Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami
5. Keluarga kawinan, hubungan Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan sanak
saudara baik dari pihak suami dan istri

Pemegang Kekuasaan
1. Patriakal, dominan dipihak ayah
2. Matriakal, dominan di pihak ibu
3. Equalitarian, ayah dan ibu

D. PERAN KELUARGA
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998), adalah
sebagai berikut :
1. Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai pencari
nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
3. Peran anak: Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

E. TIPE KELUARGA

10
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu: (Suprajitno,
2004)
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua keluarga di atas berkembang
menjadi: (Suprajitno, 2004)
2. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
3. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
4. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
5. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone). Kecendrungan di Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak
mau direpotkan dengan pasangan atau anaknya kelak jika menikah.
6. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual
cohabiting family).
7. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (guy and lesbian
family).
Sedangkan Menurut Nasrul Effendy (1998), tipe keluarga terdiri dari :
1. Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
2. Keluarga besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3. Keluarga berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan suatu keluarga inti.
4. Keluarga duda atau janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Compocite)
Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.
6. Keluarga kabitas (Cahabitation)
Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk satu keluarga.

11
F. FUNGSI KELUARGA
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:
1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function)
adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function). Keluarga juga
berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat
dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan
(Setyowati, 2008).

G. TUGAS KELUARGA DI BIDANG KESEHATAN


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno, 2004)
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/
keluarga.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara anggota keluarga

12
yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Dalam hal ini termasuk mengambil keputusan
untuk mengobati sendiri.
3. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar. Tetapi keluarga
mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat
dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

H. TUGAS PERKEMBANGAN SESUAI DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN


(DUVAL)
(SOCIOLOGICAL PERSPECTIVE)
1. Keluarga baru menikah
 membina hubungan Intim
 bina hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok sosial
 mendiskusikan rencana punya anak
2. Keluarga. Dengan anak baru lahir
 persiapan menjadi orang tua
 adaptasi keluarga baru , interaksi keluarga, hubungan Seksual
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
 memenuhi kebutuhan Anggota keluarga : rumah, rasa aman
 membantu anak untuk bersosialisasi
 mempertahankan hubungan yg sehat keluarga intern dan luar
 pembagian tanggung jawab
 kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
 membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
 mempertahankan keintiman pasangan
 memenuhi kebutuhan yang meningkat
5. Keluarga dengan anak remaja
 memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab

13
 mempertahankan hubungan Intim dengan keluarga
 komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan
 persiapan perub. Sistem peran
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
 perluas jar. Keluarga dari keluarga inti ke extended
 pertahnakan keintiman pasanagan
 mabantu anak untuk mandiri sbg keluarga baru
 penataan kembali peran orang tua
7. Keluarga usia pertengahan
 pertahankan keseh. Individu dan pasangan usia pertengahan
 hubungan Serasi dan memuaskan dengan anak- anaknya dan sebaya
 meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia tua
 pertahankan suasana saling menyenangkan
 adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. Fisik,penghasilan
 pertahankan keakraban pasangan
 melakukan life review masa lalu

I. KELOMPOK KELUARGA DI INDONESIA BERDASARKAN SOSIAL EKONOMI


DAN KEBUTUHAN DASAR
1. Prasejatera
belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal: pengajaran agama, sandang, papan,
pangan, kesehatan atau keluarga belum dapat memenuhi salah satu / lebih indikator KS tahap
I.
2. Keluarga Sejahtera I (KS I)
Telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat sosial psikologis,
pendidikan, KB, interaksi lingkungan.

14
Indikator : ibadah sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda tiap keperluan, lantai
bukan tanah, kesehatan : anak sakit, ber-KB, dibawa kesarana kesehatan
3. Keluarga Sejahtera II (KS II)
Indikator : belum dapat menabung, ibadah (anggota keluarga ) sesuai agama, makan 2 kali sehari,
pakaian berbeda, lantai bukan tanah, kesehatan (idem), daging/ telur minimal 1 kali seminggu,
Pakaian baru setahun sekali, Luas lantai 8m2 per orang, Sehat 3 bulan terakhir, Anggota yang
berumur 15 tahun keatas punya penghasilan tetap, Umur 10, 60 tahun dapat baca tulis, Umur 7-15
tahun bersekolah, Anak hidup 2/lebih, keluarga PUS saat ini berkontrasepsi.
4. Keluarga Sejahtera III (KS III)
Indikator : belum berkontribusi pada masyarakat, ibadah sesuai agama,
pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan idem, anggota melaksanakan ibadah,
daging / telur seminggu sekali, memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir, luas lantai 8
m2 perorang, anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga berumur 15 th punya
penghasilan tetap, baca tulis latin 10 –60 th,usia 7-15 bersekolah, anak hidup 2/ lebih, pus
saat ini ber kb, upaya meningk agama, keluarga punya tabungan, makan bersama sehari
sekali, ikut keg. Masyarakat, rekreasi 6 bl sekali, informasi dari mass media, menggunakan
transportasi,
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
dapat memenuhi seluruh kebutuhannya: dasar, sosial, pengembangan, kontribusi pada
masyarakat, indikator KS III + (ditambah), memberikan sumbangan.
Indicator Gakin :
Tak bisa makan 2 kali sehari atau lebih, Tdk daging/ikan /telur / minggu sekali, Tdk pakaian
beda tiap aktifitas, Tdk pakain baru, satu stel /tahun, Lantai mayoritas tanah,Lantai kurang
dari 8 meter persegi untuk setiap penghuni, Tdk ada anggota umur 15 tahun berpenghasilan
tetap, Anak sakit/pus ingin kb tak mampu ke yankes, Anak 7-15 tahun tak berekolah

J. KELUARGA SEBAGAI SISTEM


keluarga merupakan sistem sosial yg terdiri kumpulan 2 /lebih yg punya peran sosial yg
berbeda dengan ciri saling berhubungan Dan tergantung antar individu
Alasan Keluarga Sbg Sistem
1. Keluarga punya subsistem : anggota, fungsi, peran aturan , budaya
2. Saling berhub dan ketergantungan
3. Unit terkecil dari masy. Sbg suprasistem
Komponen Sistem Keluarga
1. Input, anggota keluarga, struktur, fungsi, aturan, ling, budaya, agama
2. Proses, proses pelaksanaan fungsi keluarga
3. Out put, hasil berupa perilaku : sosial, agama, kesh,

15
4. Feedback, pengontrol perilaku keluarga
Karakteristik Keluarga Sebagai Sistem
1. Sistem terbuka, sistem yg punya kesempatan dan mau menerima / memperhatikan lingk.
Sekitar
2. Sistem tertutup, kurang punya kesempatan, kurang mau menerima /memberi perhatian pada
lingk. Sekitar

K. STANDAR PRAKTIK KELUARGA PPNI


1. Standar praktik profesional
 stndar i : pengkajian
 standar ii : diagnosis
 standar iii : perencanaan
 standar iv : pelaks. Tind.
 standar v : evaluasi
2. Standar kinerja profesional
 Standar i : jaminan mutu
 Standar ii : pendidikan
 Standar iii : penilaian prestasi
 Standar iv : kesejawatan
 Standar v : etik
 Standar vi : kolaborasi
 Standar vii ; riset
 Standar ix : pemnafaatan sumber

L. MASALAH KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA


1. Bahaya fisik
 Penyakit
 Kegemukan
 Kecelakaan
 Kecanggungan
 Kesederhanaan
2. Bahaya Psikologis
 Bahaya dalam konsep diri
 Bahaya moral
 Bahaya yang menyangkut minat
 Bahaya dalam penggolongan peran seks
 Bahaya dalam perkembangan kepribadian

16
 Bahaya hubungan keluarga

M. TAHAP IV : KELUARGA DENGAN ANAK SEKOLAH FAMILY WITH SCHOOL


CHILDREN ( OLDEST CHILD 6 - 13 YEARS )
1. Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal, keluarga sangat sibuk
2. Aktivitas sekolah, anak punya aktivitas masing-masing
3. Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak & dirinya
4. Orang tua belajar menghadapi/ membiarkan anak pergi ( dengan teman sebayanya )
5. Orang tua mulai merasakan tekanan yg besar dari komunitas di luar rumah (sistem
sekolah)

ANAK USIA SEKOLAH

A. DEFINISI

17
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah
dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun.
Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam
ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam
berbagai hal, misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai
perkembangan kecakapan dan daya tahannya.

B. KELOMPOK ANAK
1. Usia prasekolah : 2 – 5 tahun
2. Usia sekolah : 6 – 12 tahun
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan
sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
a. Anak usia 6-7 tahun :
 membaca seperti mesin
 mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
 membaca waktu untuk seperempat jam
 anak wanita bermain dengan wanita
 anak laki-laki bermain dengan laki-laki
 cemas terhadap kegagalan
 kadang malu atau sedih
 peningkatan minat pada bidang spiritual
b. Anak usia 8-9 tahun:
 kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
 menggunakan alat-alat seperti palu
 peralatan rumah tangga
 ketrampilan lebih individual
 ingin terlibat dalam segala sesuatu
 menyukai kelompok dan mode
 mencari teman secara aktif
c. Anak usia 10-12 tahun:
 pertambahan tinggi badan lambat
 pertambahan berat badan cepat
 perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak
 mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian sendiri
 memasak, menggergaji, mengecat
 menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
 membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu

18
 teman sebaya dan orang tua penting
 mulai tertarik dengan lawan jenis
 sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
3. Usia remaja : 13 - 18 tahun

C. CIRI-CIRI ANAK USIA SEKOLAH


Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih
dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat suasana
rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang
dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
mempelajari perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses,
tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-
teman sebaya sebagai anggota kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh
kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis
(pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar karena
adanya minat dan kegiatan untuk bermain

D. PERKEMBANGAN FISIK
1. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah lahir
tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti pola
secara tepat. Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat
perubahan distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle, 1994)

19
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya dengan
kelompok besar anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang biasanya
diperlukan selama kelas 1 merupakan kesempatan yang baik perawat untuk mendiskusikan
dengan anak dan orang tua tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi
dan berat badan. Anak laki laki sedikit labih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan
selama tahun pertama sekolah. Kira kira 2 tahun sebelum pubertas. Anak mengalami
peningkatan pertumbuhan yang cepat.
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut jantung
rata- rata 70 – 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan frekuensi
pernafasan stabil 19 – 21, Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan menjadi lebih lambat,
lebih dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6 kali ukurannya
saat lahir dan umumnya sudah mencapai ukuran dewasa.
3. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar meningkat dan
kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik kasar yaitu berlari,
melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan menangkap selama bermain. Menghasilkan
peningkatan ketrampilan neuromuscular. Perbedaan individual dalam kecepatan pencapaian
penguasaan ketrampilan dasar mulai terlihat. Perbedaan individual dalam ketrampilan
motorik terbentuk dalam partisipasi anak dalam aktivitas yang membutuhkan pergerakan otot
yang terkoordinasi dan kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik kasar
tetapi berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol jari dan pergelangan
tangan tercapai, anak menjadi pandai melakukan aktivitas. Ketrampilan meningkatkan
motorik halus pada anak dalam pertengahan masa kanak – kanak membuat mereka menjadi
sangat mandiri dalam merawat kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam proses kebutuhan ini
akan terpenuhi. Penyaklit dan hospitalisasi mengancam pengendalian anak dalam area ini.
Maka sangat penting mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam perawatan dan
mempertimbangkan kemandirian sebanyak mungkin.
4. Nutrisi
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative. Jika
terjadi defisiensi biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium. Anak usia sekolah dapat
belajar banyak hal tentang piramida makanan dan diet yang seimbang dengan membantu
menyiapkan makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua untuk menyediakan makanan
dalam jumlah yang adekuat bagi anak untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas.

20
E. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berfikir
dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi oleh persepsinya
dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas. Sekitar 7 tahun, anak
memasuki tahap piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai
operasional konkret, ketika merewka mampu mengunakan symbol secara operasional
(aktivitas mental) dalam pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan proses
pemikiran yang logis dengan materi konkret. Periode ini di tandai dengan tiga kemampuan
atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan. Pada akhir masa
ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang
sederhana.
1. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini
tercakup semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di nyatakan
dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat
bunyi, lambing, gambar atau lukisan, dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya,
sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu
sebagai berikut :
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-orang suara /
bicara sudah berfungsi ) untuk berkata kata.
b. Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari
bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau kata-kata yang di
dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak tengah dan pencapaian
berbahasa tidak lagi sesuai dengan usianya. Rata-rata anak usia 6 tahun memiliki kosakata
sekitar 3000 kata yang cepat berkembang dengan meluasnya pergaulan dengan teman sebaya
dan orang dewasa serta kemampuannya membaca. Anak meningkatkan penggunaan
berbahasa dan mengembangkan pengetahuan strukturalnya. Mereka menjadi lebih menyadari
aturan sintaksis, aturan merangkai kta menjadi kalimat.

F. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan
yang penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang
mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang
menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak berharga
yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.

21
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan kognitif dan
pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan,
bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha untuk
menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena informasi
yang di terima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah
lakunya.
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain jenis. Identitas jender yang
kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan teman sejenis yang di pertahankan oleh anak
biasa di sebut “geng“. Umumnya anak laki-laki dan perempuan memandang jenis kelamin
yang berbeda secara negative. Pengaruh sebaya menjadi lebih berbeda selama tahap
perkembangan ini. Konformitas terlihat pada perilaku, gaya berpakaian, dan pola berbicara
yang di dorong dan dipengaruhi adanya kontak dengan sebaya. Identitas kelompok
meningkat, seiring perubahan anak sekolah menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia merasa pada periode ini
anak memiliki sedikit ketertarikan dalam seksualitasnya. Sekarang ini banyak peneliti
percaya bahwa anak usia sekolah memiliki ketertarikan yang besar pada seksualitasnya.
5. Konsep diri dan kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat dan lebih individual.
Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta yang mudah diobservasi seperti adanya atau tidak
adanya penyakit dan keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan fungsional standar untuk
kesehatan personal dan kesehatan yang lain dinilai.

G. TUGAS PERKEMBANGAN ORANGTUA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH


Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa tahapan ini lebih
berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah sudah dapat berjalan secara rutin. Anak
secara umum merasa puas mengenai hubungannya dengan orangtua dan mulai terlibat dalam
aktivitas rumah tangga.
1. Mensupport perkembangan anak
Mendukung perkembangan Anak dilakukan dengan cara membiarkan anak untuk
pergi dan bergabung dengan dunia di luar rumahnya. Semakin lama, akan semakin sedikit
waktu anak tersebut berada di rumahnya. Sejak pagi hingga siang anak harus bersekolah,
kemudian setelah itu tidak jarang anak mengikuti kegiatan olahraga atau klub-klub tertentu
bersama dengan grupnya, sehingga anak pulang ke rumah dalam keadaan lelah pada malam

22
hari untuk beristirahat. Belum lagi ajakan temannya untuk menginap di rumahnya, berlibur
bersama, ikut camp, mengunjungi kerabat pada hari libur, dsb. Semua kegiatan tersebut di
atas sangat baik untuk perkembangan anak dalam hal kemandirian, memperluas pengalaman
dan untuk perkembangan kepribadiannya.
Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka, orientasi mereka mulai
berkembang kearah peernya. Maka orangtua harus mendukung hubungan ini, karena
penelitian membuktikan bahwa anak dengan dukungan yang sangat baik dari anggota
keluarganya akan memgang teguh norma, nilai dan identifikasi terhadap keluarganya bahkan
ketika mereka sedang berinteraksi dengan orang lain (Bowerman&Kinch, 1959). Seorang ibu
yang memiliki hubungan pertemanan yang hangat akan lebih mudah untuk membiarkan
anaknya bergabung dengan dunia luar.
Anak pada usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua sebagai figur otoritas.
Anak akan sering berkata “…tapi kata bu guru begini…” pada orangtuanya. Hal ini
mengindikasikan bahwa anak sudah mulai keluar dari aturan rumahnya. Anak menemukan
model baru, sikap baru, dan pandangan baru melebihi yang didapat di keluarganya. Orangtua
yang dapat berempati terhadap minat anak dan dapat lebih melonggarkan aturannya pada
anak akan lebih mudahuntuk tidak terlalu mengikat anak tersebut pada masa remajanya.
Orangtua yang menanamkan minat selain dari urusan anaknya akan lebih mudah
untuk membiarkan anaknya bergabung dengan aktivitas luar rumahnya dibandingkan
orangtua yang memusatkan hidupnya hanya untuk anak mereka. Pada masa ini, suami dan
istri lebih sering bekerja bersama dalam sebuah proyek disbanding ketika usia anaknya
masih preschool ataupun remaja.(Feldman, 1961). Beberapa aktivitas bersama yang
dilakukan dengan anak-anak juga, seperti piknik keluarga mungkin dapat mengembangkan
minat dari suami dan istri untuk meneruskan hubungannya sebagai sebuah pasangan.
2. Mempertahankan hubungan pernikahan
Beberapa studi, termasuk data dari National Opinion Research
Centremengindikasikan bahwa efek dari kehadiran anak pada sebuah pernikahan dapat
membawa efek yang negatif. Hal ini ditemukan pada semua ras, agama, level pendidikan,
dan status pekerjaan (Davis, 1978). Sebanyak 6 survey nasional sejak tahun 1973 sampai
1978 menemukan bahwa kehadiran anak cenderung mengurangi kebahagiaan orangtua,
dalam hal:
1. Ikut campur dalam hubungan pernikahan (marital companionship)
2. Mengurangi spontanitas hubungan seksual antara suami dan istri
3. Meningkatkan potensi kecemburuan dan kompetensi untuk memperoleh afeksi, waktu dan
perhatian,
4. Menjaga pasangan yang tidak bahagia dari perceraian, setidaknya untuk beberapa saat
(Glenn&Mc Lanchan,1982).

23
Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah biasanya lebih
sering terjadi dibandingkan momen lainnya. Biasanya mereka mengalami 4 kali problem
lebih sering. Potensi problem terbesar bisanya mengenai pengaturan anak di rumah, sehingga
mengurangi ekspresi afeksi dari pasangan suami-istri, dan dijadikan nomor kedua
(Swensen&Moore, 1979).
Ekspresi cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan pernikahan. Hal ini
biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan peran gender tradisional dalam
berhubungan, dimana hubungan keduanya kemudian hanya menjadi sebuah kebiasaan yang
didasarkan pada kebutuhan, perasaan, dan harapan dari satu pihak ke pihak lainnya. Model
pernikahan seperti ini lebih baik menggunakan metode diskusi daripada menghindar dalam
penyelesaian konfliknya, dan yang lebih pentingberusaha untuk mengekspresikan cintanya
secara spontan (Swensen,Eskew,&Kohlhepp, 1981). Menjaga hubungan pernikahan pada saat
usia anak memasuki usia sekolah sangatlah penting, tidak hanya untuk kepentingan suami
dan istri saja, tetapi juga demi kepentingan anak kelak

H. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH


1. Menyediakan Tempat Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan Kesehatan Anak
Keluarga dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang sesuai dengan
kemampuan mereka. Mereka lebih menyukai rumah yang dapat diperluas dan
memungkinkan penggunaan energi secara efisien yang dekat dengan sekolah dan job
security. Hauenstein dalam penelitiannya membagi populasi menjadi dua macam yaitu :
a. High stress neighborhoods à ditandai dengan crowded, susunan, keluarga mengalami
kesulitan membuat suatu pertemuan
b. Low stress neighborhoods à kebanyakan adalah keluarga-keluarga yang stabil, jalan-jalan
yang aman.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin tinggal di area yang
tinggi tingkat kriminal yang sangat membahayakan anak-anak dan juga orang dewasa. Yang
sering tinggal di area seperti ini biasanya adalah keluarga yang tidak bekerja (pengangguran)
dan punya masala-masalah dalam perkawinan. Dapat dilihat bahwa menyediakan tempat
tinggal yang sesuai adalah suatu tugas yang berat dan memberi tantangan terutama dalam
situasi ekonomi yang sulit seperti sekarang.
Keluarga dengan young children kebanyakan menginginkan mempunyai rumah
sendiri. Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah sendiri selalu meningkat dari waktu ke
waktu. Adanya biaya pindah keluarga rata-rata meningkat begitu cepat, banyak keluarga yang
tetap berada di tempat tinggalnya tanpa mencoba untuk meningkatkan keadaan tempat
tinggal mereka. Pada waktu biaya untuk tempat tinggal semakin tinggi, beberapa keluarga

24
muda mampu membeli sebuah rumah tanpa bantuan dari kerabatnya. Hal itu tidak aneh
karena biasanya keluarga muda paling banyak menerima dukungan dari extended family
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk mencegah
adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau pemulihan dari kecelakaan.
Banyak sistem sekolah yang mengharuskan bukti imunisasi anak sebelum menerima mereka
ke sekolah tiap tahun. Dipteria, tetanus, pertusis, polio, campak, gondok dan rubella (MMR)
adalah imunisasi yang biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai SMA. Oleh karena itu,
adalah tanggung jawab keluarga untuk menemui dokter keluarga atau melalui Departemen
Kesehatan Negara atau klinik.
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan tanggung jawab
keluarga. Pemberian fluoride secara rutin besar pengaruhnya dalam mengurangi kerusakan
gigi pada anak. Oleh karena itu, keluarga diharapkan untuk memeriksakan dan merapikan
gigi anak pada dokter gigi serta menggosok gigi secara teratur setelah makan yang sering
memerlukan monitor dan modeling dari orang tua.
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak usia sekolah.
Hasil penelitian bahwa anak laki-laki dua kali lebih banyak mengalami kecelakaan
dibandingkan anak perempuan dan biasanya kematian paling tinggi adalah karena kecelakan
kendaraan motor. Selain itu, kecelakaan juga menyebabkan kerusakan permanen,
kelumpuhan serta kehilangan waktu untuk sekolah.
Child abuse merupakan suatu masalah yang terdapat pada beberapa keluarga.
Mendisiplinkan anak dengan cara memukul mungkin adalah sesuatu yang normal dalam
beberapa keluarga dan cukup banyak persentase orang tua yang mengaku menendang,
menggigit, memukul dengan tangan atau benda dan mengancam menggunakan pisau atau
senjata. Hasil penelitian bahwa 10 dari seribu anak tidak menerima cinta dan dukungan tetapi
sering menerima pukulan dari orang tua mereka. Orang dewasa yang mengalami abuse pada
waktu anak-anak lebih cenderung menjadi child abuser terhadap anak mereka
sendiri. Physical abusebiasanya terjadi pada keluarga miskin tetapi kebanyakan keluarga
kaya menggunakanabuse sebagai “accident”. Banyak keluarga ekonomi bawah yang stress
dan melampiaskan rasa frustasi pada anak mereka. Child abuse sering juga dipicu oleh
respon anak yang membantah, menantang atau mengabaikan orang tua sehingga orang tua
frustasi dan kehilangan kontrol dan menggunakan metode disiplin yang lebih keras dan
meningkat menjadi abuse. Parents anonymous merupakan organisasi nasional yang siap
membantu mengatasi kekerasan dengan melakukan pertemuan secara teratur dan
menggunakan sarana telepon untuk orang tua yang membutuhkan bantuan.
Incest merupakan masalah kesehatan mental utama yang terjadi pada semua kelas
sosek serta etnis dan ras, biasanya saat anak berusia 6-12 tahun. Anak yang menjadi
korban incest biasanya takut untuk menceritakannya pada siapapun, yang bisa jadi petunjuk

25
adalah penarikan diri yang tidak jelas, kecemasan, mimpi buruk atau keluhan fisik khususnya
masalah urine atau pelvic yang sakit. Bantuan untuk korbanincest dan keluarganya dapat
ditemukan di tempat layanan perlindungan anak, pusat krisis perkosaan atau woman’s
centers. Untuk mencegah incest dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan seks di rumah
dan di sekolah.
Health care cost (biaya kesehatan) cenderung meningkat, tetapi banyak keluarga
yang mempunyai asuransi kesehatan untuk membantu membiayai biaya rumah sakit dan
membayar dokter. Sebanyak 83 % dari pekerja di Amerika bekerja pada perusahaan yang
memiliki asuransi kesehatan.
2. Keuangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Pengeluaran keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk makan, kemudian
untuk rumah, transport, dan kebutuhan rumah tangga. Keempat item utama tersebut kira-kira
membutuhkan 65,1 % dari semua uang yang dihabiskan tiap individu dalam sebuah keluarga.
Belum lagi untuk biaya pengobatan, pakaian, rekreasi, dan yang lainnya.
Ibu sering bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan anak-anak. Kebanyakan
ibu bekerja pada pekerjaan apapun menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan
yang mereka miliki. Penghasilan mereka biasanya tidak sebesar penghasilan suaminya, tetapi
mereka dapat membantu menyediakan segala sesuatu yang dibutuhan keluarga.
Pekerjaan part time mungkin adalah pekerjaan yang baik untuk ibu ketika
anakberada di sekolah atau ketika ayah mereka dapat menemani anak-anak. Split
shifts memungkinkan banyak ibu yang bekerja sementara suami berada di rumah. Kesuksesan
ibu bekerjatergantung pada pendidikan dan training, pengalaman kerja sebelumnya,
dukungan suami, usia anak, kesehatan serta dukungan bantuan dari kerabat dekat dan orang
lain. Pekerjaan ibu biasanya harus disesuaikan secara efektif terhadap situasi yang terjadi
dalam keluarga seperti ketika anak sakit, mendapat kecelakaan atau situasi gawat lain yang
menimpa keluarga.
Dual career familiesmerupakan keluarga dimana kedua suami dan istri yang
mempunyai karir dengan posisi yang penting, yang meminta serangkaian perkembangan dan
keahlian serta memerlukan kompetensi dan komitmen yang tinggi. Ketika salah satu dari
mereka mempunyai kesempatan mengambangkan karir di tempat lain, solusi tradisional
untuk istri adalah mendukung karir suaminya, mengorbankan dirinya dengan tinggal di
rumah, mengakhiri pekerjaannya atau memulai lagi semuanya di lokasi yang baru nanti.
Commuting merupakan jalan keluar yang diambil oleh pasangan yang keduanya
mempunyai karir dimana salah dari mereka tinggal si rumah sedangkan yang lain pulang
pergi kerja selama seminggu, kembali ke keluarga untuk weekends dan liburan. Keuntungan
yang besar adalah perkembangan yang profesional dengan memisahkan pekerjaan dan waktu
untuk keluarga sehingga tidak akan ada pengaruh negatif pada perembangan anak atau dalam

26
masalah perkawinan. Ini mungkin terjadi ketika ada kerja sama yang aktif dan kepercayaan
antara suami istri, komunikasi yang terbuka dalam keluarga, keteguhan hati untuk mengatasi
masalah, fleksibel, dan komitmen yang kuat untuk keluarga dan pekerjaan. (Farris 1978).
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu menjaga
keseimbangan antara keduanya. Baik bu rumah tangga sepenuhnya atau istri yang bekerja
ditemukansama-sama puas secara dengan kehidupannya
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat dalam pekerjaan
ibu, mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan teman kerja ibu dan melihat apa yang ibu
kerjakan. Anak yang bekerja di samping orang tuanya dalam tugas-tugas rumah tangga
sehari-hari merasa bahwa mereka penting ketika dipercaya untuk memulai mempersiapkan
makan malam dan melakukan tugas rumah tangga yang lain sementara menunggu orang
tuanya pulang ke rumah.
3. Pemberian Tanggung Jawab Dalam Memelihara Rumah
Dalam keluarga modern, dapur bukan lagi wilayah eksklusif ibu, tetapi juga bagi
ayah dan anak yang lebih tua.
a. Partisipasi anak
Partisipasi anak dalam menjaga rumahdapat dipertimbangkan, tergantung
bagaimana keluarganya, usia dan jenis kelamin anak, dan apakah ibu mereka bekerja atau
tidak. Anak laki-laki dan perempuan dapat saling membantu untuk memasak dan
membersihkan rumah. Seperti perempuan, laki-laki pun dapat melakukan pekerjaan rumah
seperti mencuci piring, mengurus pekarangan, mobil dan hewan peliharaan. Ibu yang
bekerja full time, partisipasi anak dalam mengurus rumah sangat tinggi, tapi ibu yang
bekerja part-time, partisipasi anak rendah.
b. Bantuan dari suami
Studi dari 1212 pasangan di Philadelphia, menemukan bahwa pasangan kulit hitam
menyukai pembagian kerja dalam rumah tangga daripada pasangan kulit putih (Ericksen,
Yancey, & Ericksen 1979). Terdapat 2 istilah yang harus dibedakan. Pertama Role-sharing,
bahwa tanggungjawab tugas dilaksanakan oleh pasangan suami istri. Suami menganggap
mengerjakan segala tugas tanpa harus ada nasihat atau pengingat dari istri. Istilah kedua
yaitu task sharing, bahwa pembagian tugas tanpa mengubah asumsi dasar tentang peran-
peran dari pasangan yang menikah.Task sharing, suami membantu istrinya jika hanya
seorang istri membutuhkan pertolongan suaminya.
Studi di Middletown 1978 menemumukan perbedaanantara keluargabusiness class
& working class. 45 persen keluarga yang menganggap istri memiliki tanggung jawab penuh
terhadap tugas rumah tangga, istri yang mengurus rumah tangga lebih banyak daripada suami
sekitar 40 persen pasangan, 7 persen pasangan suami istri saling berbagi tugas, laki-laki yang

27
lebih banyak mengurus rumah tangga sekitar 3 persen dan beberapa lagi masih termasuk
dalam studi keluarga.
Lewis (1972) menyatakan bahwa istri lebih aktif dalam membuat keputusan ketika
anak di rumah. Interaksi dengan ayah juga sangat penting, karena dapat membantu anak
bersikap disekolah seperti halnya hubungan dengan peers, orangtua, dan saudara kandung
(Feldman & Feldman, 1975). Hubungan antara suami-istri dapat ditingkatkan dengan saling
berbagi tugas dalam menjaga anak dan rumah tangga.
4. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses dimana individu dibantu untuk:
a. diterima dalam anggota suatu kelompok
b. mengembangkan sense-nya sebagai social being
c. berinteraksi dengan orang lain dalam variasi peran, posisi, dan status
d. antisipasi terhadap harapan dan reaksi dari orang lain
e. persiapan untuk peran masa depan yang mereka harapkan
Sosialisasi bermanfaat untuk tiap anggota keluarga dalam mengembangkan skills,
attitude dan potensi seseorang di masyarakat. Sosialisasi berlangsung terus menerus dalam
kehidupan sebagai suatu peran baru di setiap situasi baru atau kelompok yang individu
tersebut baru memasukinya. Anak-anak usia sekolah lebih mengembangkan hubungan
dengan orang lain daripada dengan keluarganya sendiri.
Rasa kedekatan dengan relatives of the family dapat dicapai dengan cara saling
mengunjungi, menulis surat, liburan bersama, reuni keluarga, dll. Anak-anak usia sekolah
dapat berkunjung ke keluarganya yang lain di saat anak tersebut sudah bisa menjaga dirinya,
siap menghadapi tantangan dan tertarik dengan situasi yang baru. Anak usia sekolah senang
berteman dengan berbagai jenis orang. Saat anak tersebut berhadapan dengan teman yang
berbeda tipe, mereka belajar mengatasi situasi saat ini dan yang akan datang. “undesirable
friends” menurut orangtua
a. anak mengganggu teman mainnya yang lain jenis
b. teman lain suka menyerang
c. bermain bersama tapi tidak sesuai aturan
Keterlibatan keluarga dalam masyarakat berfungsi saat orang tua mempercayai
anaknya untuk mandiri. Anak yang dari latar belakang beda ras, etnik, dan kelas sosial dapat
memiliki pengalaman lebih banyak daripada anak yang hanya berhubungan dengan “orang-
orang satu jenis” dengannya, karena dapat menghilangkan komponen pendidikan mereka
dalam hidup bermasyarakat.
Orangtua sebaiknya ikut aktif dalam pertemuan orangtua-guru dan kegiatan lain
yang ditekuni oleh anaknya.

28
5. Komunikasi Di Dalam Keluarga dan Anak Usia Sekolah
Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia sekolah. Kebanyakan
anak senang menceritakan pengalaman mereka, banyak bertanya, dan mengekspresikan
sesuatu. Studi longitudinal mengindikasikan masalah awal seperti destructiveness, temper
tantrums dan overactivity menurun secara cepat di usia sekolah
Komunikasi orangtua-anak didukung saat anak merasa bebas menanyakanatau
berbicara hal personal tentang masalah pubertas yang dialami dan tentang peer mereka.
Diskusi tentang sex education:
1. Apa yang terjadi di dalam tubuh
2. perbedaan antara 2 sex
3. perbedaan yang dirasakan antar teman sejenis saat beranjak dewasa
4. bagaimana menerima dan dapat nyaman dengan situasi menstruasi pada perempuan
dan seminal emissions pada laki-laki
5. bagaimana cara mengatasi jerawat dan tanda lain yang menunjukkan meningkatnya fungsi
glandular
6. kematangan tubuh apa yang terjadi pada saat sekarang dengan yang akan datang
Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan anaknya akan
menjaga komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua terhadap perasaan realmereka sama
baiknya pada anak dapat memunculkan ekspresi yang sehat dari emosi
seperti fear(takut), anxiety (cemas), resentment, anger(marah), dan cemburu.
Siblings
Beberapa keuntungan memiliki siblings:
1. kakak dapat menjadi teladan bagi adiknya
2. seorang sibling mengidentifikasi dengan yang lain pada satu area
3. perbedaan antara sibling dapat mengembangkan sense
4. sibling dapat menjadi feedbacker
5. dapat saling tukar barang
6. jembatan untuk mengerti antara dunianya dan dunia orang dewasa
Sibling coalition dimana anak dikontrol secara kuat diawalnya sebagai mekanisme
bagi anak agar terikat bersama yang mungkin ikatan sepanjang hidup antar siblings. Anak
yang pertama lahir dapat memiliki orangtua yang seutuhnya dan terus berlanjut menjadi anak
yang unik dalam keluarga. Anak yang paling akhir, oleh orangtuanya cenderung diberikan
banyak toleransi. Anak tengah merasa bahwa orangtuanya lebih banyak menghukum
daripada memberi dukungan padanya dibandingkan anak tertua dan anak terakhir. Dalam
studi tentang selfesteem anak tengah memiliki tingkat yang rendah selfesteem-nya
dibandingkan anak pertama dan terakhir.

29
Fungsi dari rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang dikondisikan kembali
oleh anggota keluarga pada saat ia berada di luar seperti sekolah dibandingkan ia harus
meluapkan emosi di luar rumah yang akan mengganggu ketenangan di sekitar rumah.
Dengan adanya komunikasi maka cinta akan mengalir dalam keluarga tersebut menggantikan
rasa marah atau energi negatif lainnya dengan energi yang positif.

I. PROMOSI KESEHATAN SELAMA PERIODE USIA SEKOLAH


Periode usia sekolah merupakan periode klinis untuk penerimaan latihan perilaku
dan kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat. Jika tingkat kognisi meningkat pada
periode ini, pendidikan kesehatan yang efektif harus dikembangkan dengan tapat. Promosi
praktek kesehatan yang baik merupakan tanggung jawab perawat.
Selama progam ini, perawat berfokus pada pengembangan perilaku yang secara
positif berpengaruh pada status kesehatan anak. Perawat dapat berperan untuk memenuhi
tujuan kebijakan nasional dengan menigkatkan kebiasaan gaya hidup yang sehat termasuk
nutrisi. Anak usia sekolah harus berpartisipasi dalam progam pendidikan yang
memungkinkan mereka untuk merencanakan, memilih dan menyajikan makanan yang sehat.
Perawat juga mengikutsertakan orang tua tentang peningkatan kesehatan yang tepatbagi anak
usia sekolah. Orang tua perlu mengenali pentingnya kunjungan pemeliharaan kesehatan.

J. MASALAH KESEHATAN SPESIFIK PADA ANAK USIA SEKOLAH


Kecelakaan dan cedera merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi pada
anak. Anak usia sekolah juga secara signifikan mengalami kanker, cacat lahir, pembunuhan,
dan penyakit jantung. Pada kelompok usia ini, masalah ini memiliki angka mordibitas tinggi
jumlah infeksi hamper 80% dari seluruh penyakit anak. Infeksi pernafasan merupakan
prevalensi terbanyak, flu biasa tetap merupakan penyakit utama pada masa ini.
Beberapa kelompok lebih mudah mengalami penyakit dan ketidakmampuan, sering
kali sebagai akibat adanya rintangan pencapaian pelayanan kesehatan. Retardasi mental,
gangguan belajar, kerusakan sensasi, dan malnutrisi merupakan prevalensi terbanyak di
antara anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik
dan psikologis.
1. Bahaya Fisik
a. Penyakit
 Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya
 Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan diri

30
b. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
 Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk
keberhasilan social
 Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah diri
c. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan
dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak
merasa takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi
hubungan social
d. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan
tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai
perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat
mempengaruhi konsep diri anak
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia sekolah
yaitu :
 Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat
komunikasi dengan orang lain
 Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak jadi sadar
diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
 Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda
 Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain, membual
akan ditentang oleh temannya
b. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga
kurang disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang

31
berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut
yang kaku.
d. Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas terhadap diri
sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep sosialnya didasarkan
pada pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap
serta terus menerus akan memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
e. Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak :
 Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-
konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang
dewasa
 Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
 Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya
dilakukan
 Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
 Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga
menjadi perilaku kebiasaan
 Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
f. Bahaya yang menyangkut minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
 Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya
 Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya,
misal kesehatan dan sekolah
g. Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
 Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang tua dan
merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai
hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
 Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam melaksanakan tugas
sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan
bahkan menghukum anak
 Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin lunak pada
keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan
kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan
keluarga yang baik.

32
 Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih buruk dari
temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci
hal itu
 Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi persaan anak
dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-
temannya mengenai wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di
rumah.
 Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan idealnya
anak, anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua
teman-temannya.
 Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih terhadap
saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan saudara yang dianggap
kesayangan orang tua
 Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap sanak keluarga
yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak serta sanak
keluarga membenci sikap sianak
 Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua kandung yang
tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan perilaku yang sulit.

PENGKAJIAN

A. MASALAH KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA


1. Komunikasi keluarga disfungsional
2. Potensial peningkatan menjadi orangtua, perubahan(krisis) menjadi
orangtua, konflik peran orangtua
3. Perubahan penampilan peran
4. Gangguan citra tubuh
5. Koping keluarga tidak efektif (menurun, ketidakmampuan), potensial
peningkatan koping keluarga
6. Risiko terhadap tindak kekerasan
7. Perilaku mencari bantuan kesehatan,
8. Gangguan tumbuh kembang,
9. Risiko penularan penyakit,

33
B. PROSES KEPERAWATAN KELUARGA
Menurut Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua
tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka
referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah. Friedman dalam Proses keperawatan
keluarga juga membagi dalam lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian
terhadap keluarga , identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan,
rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004)
dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan
mengadakan kontrak dengan keluarga , menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk
membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga , menyatakan kesediaan
untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan
membina komunikasi dua arah dengan keluarga .
Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari
lima langkah dasar meliputi :

1. PENGKAJIAN
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga . Agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga , perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan
sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi
dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga , diklasifikasikan
dan dianalisa (Friendman, 1998: 56).
a. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga
.
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini  Tahap perkembangan keluarga ditentukan
dengan anak tertua dari keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi  Menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.

34
c) Riwayat keluarga inti  Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya  Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
dari pihak suami dan istri.
3) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a) Kebiasaan makan  Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh
keluarga .
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan  Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit.
c) Pengobatan tradisional  Merupakan pilihan bagi keluarga untuk menentukan
pengobatan yang diinginkan ataupun alternative pilihan yang dipilih yaitu pengobatan
tradisional.
4) Status Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal suatu penyakit
dan pengelolaannya. Berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk
mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan
pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena suatu penyakit. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga .
5) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan
dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh
terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.
6) Aktiftas
Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga dapat berpengaruh terhadap terjadinya suatu
penyakit dan gaya hidup suatu keluarga.
7) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah

35
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan
fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya suatu penyakit.
b) Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan.
8) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan
komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha
mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut
mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian
yang tinggi.
b) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang
otoriter dapat menyebabkan stress psikologik.
c) Struktur peran
Menurut Friedman (1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran
yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik
dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan
harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga .
9) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar tidak menimbulkan
suatu permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota keluarga itu sendiri.
b) Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka
akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status
emosi menjadi labil dan mudah stress.
c) Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untukberkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan keluarga adalah :
(a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu
dikaji adalah sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan yang

36
meliputi: pen gertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya
serta persepsi keluarga terhadap masalah.
(b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah ;
 Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
 Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
 Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami
 Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit
 Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
 Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
 Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
 Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
(c) Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat, yang perlu dikaji adalah ;
 Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan yang dibutuhkan untuk
menanggulangi masalah kesehatan/ penyakit.
 Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan.
 Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai.
 Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan
 Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga
 Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam memelihara lingkungan
dimasa mendatang.
 Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
 Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan bagaimana pandangan
keluarga akan fasilitas tersebut.
 Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik, pengobatan dan
rehabilitasi).
 Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan pencegahan.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
(a) Berapa jumlah anak
(b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
(c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga .

37
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
(a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
(b) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat sdalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga .
10) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah yang
belum terselesaikan
11) Stress dan Koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d. Strategi adaptasi disfungsional
e. Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga . Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.

c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang
digunakan serta denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi
kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

38
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang
sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas
mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

d. Pengkajian Anak Sekolah


 Bagaimana karakteristik teman bermain
 Bagaimana lingkungan bermain
 Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
 Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang dimilikinya
 Bagaimana temperamen anak saat ini
 Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
 Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
 Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
 Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
 Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah
 Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat bermain
 Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
 Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
 Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

e. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas
perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat
mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaborasi dan koordinasi
dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan
kurangnya pelayanan kesehatan.
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada
pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi

39
yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu
pada PES dimana untuk problem dapat digunakan rumusan NANDA.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari :
 Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
 Resiko (ancaman kesehatan)
 Keadaan sejahtera (wellness)
Contoh diagnosa keperawatan keluarga ;
a. Diagnosa Keperawatan keluarga Aktual
1) Contoh 1
a) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kekurangan nutrisi.
b) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mengambil keputusan/tindakan untuk
mengatasi masalah kekurangan nutrisi.
c) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dangan
masalah kekurangan nutrisi.
Pada contoh diatas, yang menjadi etiologi (tugas keluarga ) mengandung 3 unsur yaitu
ketidaktahuan (tidak mengenal masalah), ketidak mauan mengambil keputusan dan ketidak
mampuan merawat, maka dari 3 diagnosa tersebut cukup hanya menentukan 1 (satu)
diagnosa yaitu diagnosa yg ketiga, akan tetapi dalam metrumuskan tujuan dan intervensi
harus melibatkan ketiga etiologi tersebut
2) Contoh 2
Perubahan peran dalam keluarga (bapak S) berhubungan denganketidakmampuan keluarga
mengenal masalah peran suami
3) Contoh 3
Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (ibu A) keluarga bapak B berhubungan
dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak (rematik).
b. Diagnosa Keperawatan keluarga Resiko (ancaman)
Sudah ada data yang menunjangtapi belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah
kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak
adekuat, dsb.
Contoh
1) Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak B berhubungan
dengan ketidaktahuankeluarga mengenal masalah komunikasi
2) Resiko gangguan perkembangan pada Balita (Anak S) keluarga bapak B berhubungan
dengan ketidakmauan keluarga mellakukan stimulasi terhadap Balita.

40
c. Diagnosa Keperawatan keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan . Khusus untuk diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak
menggunakan etiologi.
Contoh
1) Potensial terjadinya kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga bapak R
2) Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi (Anak L) keluarga bapak R
3) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga bapak R

Menyusun prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama
yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap
klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang.
Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :
NO KRITERIA SKOR BOBOT
1 Sifat masalah
 Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
 Ancaman kesehatan 2 1
 Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
 Mudah 2
 Sebagian 1 2
 Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
 Tinggi 3
 Sedang 2 1
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
 Masalah berat, harus segera ditangani 2
 Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1 1
ditangani 0
 Masalah tidak dirasakan

Skoring :

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga


Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
a. Kriteria 1

41
Sifat masalah ; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama
memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga
b. Kriteria 2
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-
faktor sebagai berikut :
 Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah
 Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
 Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
 Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan
masyarakat
c. Kriteria 3
Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
 Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
 Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada
 Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki
masalah.
 Adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk
mencegah masalah.
d. Kriteria 4
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat
masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi
keperawatan keluarga .

Menyusun tujuan
Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang
berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran pendekatan alternatif
untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:
a. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
b. Tujuan jangka menengah
c. Tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan
standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan
keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

42
4. IMPLEMENTASI
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan
mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga
mencakup hal-hal dibawah ini ;
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara :
 Memberikan informasi
 Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
 Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara :
 Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
 Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
 Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :
 Mendemonstrasikan cara perawatan
 Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
 Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,
dengan cara ;
 Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
 Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara :
 Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
 Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

5. EVALUASI
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai
keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga .
Unyuk itu dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga .
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.
S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Misal : keluarga mengatakan nyerinya berkurang.
O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.

43
A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan diagnosa
keperawatan.
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi
akhir.

44
DAFTAR PUSTAKA

Arlina. 2012. Keluarga Anak Usia Sekolah. Diakses pada tanggal 12 September 2012
dihttp:/www.scribd
Agustiansyah, Tri A. 2009. Asuhan Keperawatan keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB.
Dimuat dalam http://ners86.wordpress.com/2009/03/30/asuhan-keperawatan- keluarga/
Friedman, M., Marilyn. 1998. Family Nursing : Research, Theory & Practice. USE : Appleton And
Lange.
_______.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah
_______. 2009. Konsep Keluarga. Diakses pada tanggal 12 September 2012
dihttp://lensaprofesi.blogspot.com/2009/01/konsep-keluarga.html
_______. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stroke. Diakses pada tanggal 12 September
2012 di http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan- keluarga -dengan-stroke.html

45
ASKEP Keluarga Anak Sekolah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek penting dari perawatan adalah penekananya pada unik keluarga.
Keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat dan lembaga sosial yang paling banyak
memiliki efek-efek menonjol terhadap anggota keluarga. Tujuan utama dari keluarga
adalah sebagai perantara menanggung semua harapan-harapan dan kewajiban masyarakat
serta membentuk dan mengubah sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan
dan kepentingan setiap anggota atau individu dalam keluarga. Setiap anggota keluarga
memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan sosial. Keluarga harus berfungsi menjadi
perantara bagi tuntutan-tuntutan dan harapan dari semua individu yang ada dalam unit
keluarga.
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu
penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi
jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggotanya. Keluarga cenderung dalam
pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para
anggota keluarga.
Duvall membagi keperawatan keluarga kedalam beberapa tahapan. Salah satunya adalah
keluarga dengan anak usi sekolah. Untuk itu, didalam makalh ini, kelompok ingin
mengetengahkan proses keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah. Tidak lupa
kelompok sertakan contoh kasus pemicu beserta pembahasanya.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mempelajari asuhan keperawatan keluarga
dengan anak usia sekolah.
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari teori dan konsep asuhan keperawatan keluarga, mahasiswa dapat
mengaplikasinya didalam kasusu pemicu tentang :
a. Perlengkapan data pada pengkajian
b. Penyusunan diagnosa keperawatan keluarga
c. Penentuan skoring prioritas diagnosa keperawatan
d. Penyusunan rencana intervensi keperawatan
C. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode studi kasus. BAB I berisi
pendahuluan, BAB II berisi tinjauan teori, BAB III penutup.

46
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Keluarga menurut duvall ( 1972 ) adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan
emosional serta sosial individu yang ada didalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler
dan tindai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum.
Sedangkan menurut departemen kesehatan RI ( 1988 ), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta
tinggal disuatu tempat disatu atap dengan keadaan saling bergantung.

B. Strukur Keluarga
1. Strukur peran keluarga, formal, dan informal.
2. Nilai atau norma keluarga, norma yang diyakini oleh keluarga. Berhubungan dengan
kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi orang tua-anak, ayah ibu, dan anggota
lain.
4. Struktur keluarga. Kemampuan keluarga mempengaruhi dan mengendalikan orang lain
untuk kesehatan.
Ciri-ciri strukur keluarga terorganisasi : bergantung satu sama lain, ada keterbatasan,
perbedaan dan kekhususan, peran dan fungsi masing-masing memegang kekeuasaan
( Patriakal, Matriakal, dan Equalitarian ).
C. Peran Keluarga
1. Peran Ayah : pencari nafka, pendidik, pelindung, rasa aman, sebagai kepala keluarga, dan
anggota masyarakat.
2. Peran Ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh, atau pendidik anak, pencari nafkah
tambahan, dan anggota masyarakat.
3. Peran Anak : peran psikososial sesuai tingkat perkembangan, baik mental fisik, sosial,
dan spiritual.

D. Fungsi Keluarga ( Freadman )


1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Reproduksi
4. Fungsi Perawatan
5. Fungsi Ekonomi

47
E. Tipe Keluarga
1. Tipe Tradisional
a. Keluarga inti ( nuclear family ) terdiri dari ayah, ibu, dan anaknya dari keturunannya
atau adopsi.
b. Keluarga besar ( extendet family ) keluarga inti dan anggota keluarga lain yang masih
ada hubungan darah ( kake, nenek, paman, bibi )
2. Tipe Moderen

F. Tahapan Perkembangan Keluarga


Duvall membagi tahapan keluarga menjadi 8 tahapan perkembangan keluarga yaitu :
1. Keluarga pemula
2. Keluarga yang sedang mengasuh anak
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun ( mulai masuk sekolah
dasar ) dan berakhir pada usia 13 tahun ( awal dari masa remaja ). Tugas perkembangan
keluarganya adalah :
a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah, dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
c. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarganya.
Masalah kesehatan tahap ini adalah :
a. Orang tua akan memulai berpisah dengan anak karena anak sudah memiliki teman
sebaya, hati-hati dengan pengaruh lingkungan anak.
b. Orang tua mengalami banyak tekanan dari luar, misalnya dari sekolah dan komunitas,
menyesuaikan dengan komunitas dan sekolah.
c. Kecacatan atau kelemahan anak akan tampak pada periode ini dengan pengamatan
perawat sekolah dan guru.
5. Keluarga dan anak remaja.
6. Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda.
7. Orang tua usia pertengahan.
8. Keluarga dalam masa pensiun dan lansia.

G. Peran Perawat Keluarga


Dalam meningkatakan kemampuan perawat menyelesaikan masalah kesehatan, perawat
dapat berperan dalam keperawatan keluarga sebagai :
1. Pemantau kesehatan ( health monitor )

48
Perawat membantu keluarga mengenali penyimpangan kesehatan dengan menganalisis
data secara objektif serta membuat keluarga sadar tentang akibat masalah tersebut
terhadap perkembangan nggota keluarga.
2. Pemberi asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Selain berperan mencegah dalam penyakit, meningkatkan kesehatan, perawata keluarga
tetap berperan dalam memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
3. Koordinator perawatan kesehatan keluarga.
4. Fasilitator.
5. Pendidik.
6. Penasehat.

H. Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan ( SUPRAJITNO, 2003)


1. mengenal masalah kesehatan keluarga. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orangtua atau keluarga.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya
keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang memiliki kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan disekitarnya bagi keluarga

I. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah


1. Perkembangan biologis
Pada usia sekolah pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan,
pada anak laki-laki lebih tinggi dan kurus, pada anak perempuan lebih pendek dan
gemuk. Pada usia ini pembentukan lemak lebih cepat daripada otot.
2. Perkembangan Psikososial
Pada masa ini anak-anak selalu melakukan aktivitas bersama atau kelompok.
Menurut Freud perkembangan psikososial pada anak usia sekolah digolongkan dalam
fase laten, yaitu ketika anak berada dalam fase oidipus
3. Perkembangan Kognitif
Menurut Pieget anak berada dalam tahap operasional konkret, yaitu anak
mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol kemampuan anak yang
dimiliki pada tahap operasional konkret, yaitu :
a. Konservasi : menyukai sesuatu yang dapat dipelajari secara konkret bukan magis
b. Klasifikasi : mualai belajar mengelompokkan, menyusun dan mengurutkan

49
c. Kombinasi : mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf sesuai dengan keinginan
yang dihubungkan dengan pengalaman yang sebelumnya
4. Perkembangan spiritual
Pada usia anak-anak mulai tertarik terhadap surga dan neraka, sehingga mereka
mematuhi semua peraturan karena takut masuk neraka.
5. Perkembangan bahasa
Kosa kata anak bertambah, kealahan pengucapan mulai berkurang karena bertambahnya
pengalaman dan telah mendengarkan penguapan yang benar. Pembicaraan yang
dilakukan dalam tahap ini lebih terkendali dan terseleksi karena anak menggunakan
pembicaraan sebagai alat komunikasi
6. Perkembangan Seksual
Pada masa ini anak mulai menyesuaikan penampilan, pakaian, dan gerak-geriknya sesuai
dengan peran seksnya
7. Perkembangan Konsep Diri
Dipengaruhi oleh hubungan dengan orangtua, saudara dan saudara lainnya. Dan anak
membentuk konsep diri sehingga membentuk ego ideal yang berfungsi sebagai standar
perilaku umum yang di internalisasi.

50
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep keluarga)
2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
a. Identitas anak
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
c. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
d. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari)
e. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai)
f. Pemeriksaan fisik
3. Lengkapi dengan pengkajian fokus
a. Bagaimana karakteristik teman bermain
b. Bagaimana lingkungan bermain
c. Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
d. Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang dimilikinya
e. Bagaimana temperamen anak saat ini
f. Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
g. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
h. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
i. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
j. Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah
k. Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat bermain
l. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
m. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
n. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
o. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
1. Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai usia anak
2. Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas keluarga yang
bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan anak.
Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu :
1. Masalah aktual/risiko
a. Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh
b. Menarik diri dari lingkungan sosial

51
c. Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
d. Mudah dan Sering marah
e. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang dibebankan
f. Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
g. Keengganan melakukan kewajiban agama
h. Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
i. Gangguan komunikasi verbal
j. Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan untuk bermain)
k. Nyeri (akut/kronis)
l. Trauma atai cedera pada sistem integumen dan gerak

2. Potensial atau sejahtera


a. Meningkatnya kemandirian anak
b. Peningkatan daya tahan tubuh
c. Hubungan dalam keluarga yang harmonis
d. Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya
e. Pemeliharaan kesehatan yang optimal

C. Intervensi
1. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anak yang sakit
Tujuan : Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan yang adekuat
Intervensi :
a. Diskusikan tentang tugas keluarga
b. Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota keluarga sakit
c. Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga
d. Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya pertolongan yang telah
dilakukan
e. Ajarkan cara merawat anak dirumah
f. Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga
2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya
Tujuan : ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi :
a. Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga
b. Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga

52
c. Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani
d. Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
e. Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
f. Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
g. Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membaut alternatif

3. Potensial atau sejahtera


Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga
Tujuan : dipertahankanya hubungan yang harmonis
Intervensi :
a. Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada keluarga
b. Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas kemampuannya
c. Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia sekolah)
d. Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa menimbulkan masalah.

53
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah : Perkembangan biologis,
Perkembangan Psikososial, Perkembangan Kognitif, Perkembangan spiritual,
Perkembangan bahasa, Perkembangan Seksual, serta Perkembangan Konsep Diri
Dalam meningkatkan kemampuan perawat menyelesaikan masalah kesehatan,
perawat dapat berperan dalam keperawatan keluarga sebagai : Pemantau kesehatan
( health monitor ), Pemberi asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit,
Koordinator perawatan kesehatan keluarga, Fasilitator, Pendidik dan Penasehat.

B. Saran
Keluarga harus berfungsi menjadi perantara bagi tuntutan-tuntutan dan harapan
dari semua individu yang ada dalam unit keluarga. Status sehat atau sakit dalam keluarga
saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi
seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status
kesehatan anggotanya. Keluarga cenderung dalam pembuatan keputusan dan proses
terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M., Marilyn. 1998. Family Nursing : Research, Theory & Practice.
USE : Appleton And Lange.
http:/www.scribd.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah

54

Das könnte Ihnen auch gefallen