Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam berdarah dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dapat
menyerang semua orang dan merupakan salah satu penyebab kematian terutama pada anak
(Susilaningrum dkk, 2013). Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) sering
menyerang pada anak karena terutama pada anak usia kurang dari tujuh tahun belum dapat
membentuk kekebalan tubuh sendiri, aktivitas anak lebih banyak diluar rumah pada siang
hari, sedangkan nyamuk aedes aegypti biasanya menggigit pada siang hari (Slamet dalam
Nengrum, 2014).
Kementerian kesehatan RI mencatat jumlah penderita Dengue Haemorrhagic fever
(DHF) di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 13.219 orang penderita
DHF dengan jumlah kematian 137 orang. Proporsi penderita terbanyak yang mengalami
DHF di Indonesia ada pada golongan anak-anak usia 5-14 tahun, mencapai 42,72% dan
yang kedua pada rentang usia 15-44 tahun, mencapai 34,49% (Depkes RI, 2016). Penyakit
ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang
orang dewasa tahun 2014 penderita DHF di Kabupaten Mojokerto 49 penderita, dengan
rincian laki-laki sebanyak 28 penderita dan perempuan sebanyak 21 penderita. Tidak ada
kasus penderita yang meninggal dunia. Pada tahun 2013 penderita. DHF sebanyak 59
penderita dan yang meninggal sebanyak 4 orang. Terjadi penurunan kasus DHF dari tahun
2013 ke tahun 2014 (Dinkes Mojokerto, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang di
lakukan pada tanggal 28 februari 2017 di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto di
dapatkan data rekam medik dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dengan jumlah 341 pasien
dengan rentang usia 1-6 tahun sebanyak 27% usia 6-10 tahun sebanyak 24% usia 10-18
tahun sebanyak 49% yang menderita penyakit Dengue Haemorrhagic fever (DHF).
Faktor penyebab terjadinya DHF adalah virus dengue yang di sebabkan oleh
gigitan nyamuk aedes aegypti. dengan adanya genangan air bersih menjadi tempat
perkembangbiakan larva nyamuk aedes aegypti, dan kurangnya pengetahuan masyarakat
menyebabkan seringnya terjadi epidemis dengue, (Malela dalam Umbor, 2016). Sebagian
besar penderita menunjukan gejala menimbulkan demam yang tidak khas. Tanda dan
gejala demam dengue (DD) yang klasik antara lain berupa demam tinggi yang terjadi
mendadak, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata (retro-orbital), rasa sakit pada otot dan
tulang, lemah badan, muntah, sakit tenggorokan, ruam kulit makulopapuler. Beratnya nyeri
otot dan tulang yang dialami penderita menyebabkan demam dengue dikenal sebagai
1
demam patah tulang (breakbone fever) (Soedarto, 2012). Komplikasi Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) biasanya berhubungan dengan syok yang berat dan
memanjang dan perdarahan berat. Pemberian cairan yang berlebihan selama fase
kebocoran plasma dapat berakibat efusi massif, yang berujung pada gagal nafas, Dapat
terjadi gangguan elektrolit/metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia, atau
terkadang hiperglikemia (Tjokroprawiro, 2015).
1.2 Tujuan
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa, khususnya
mahasiswa S1 keperawatan, mampu memahami ilmu asuhan keperawatan demam berdarah
dengue pada anak.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Demam
Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus,
yang ditandai dengan : Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung
terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan, termasuk uji Tourniquet positif,
hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa perbesaran hati. (Depkes RI, 2005).
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan
menyebabkan kematian pada banyak orang penyakit ini di sebabkan oleh virus dengue
dan di tularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini tersebar luas di rumah-rumah,
sekolah dan tempat-tempat umum lainnya seperti tempat ibadah, restoran, kantor, balai
desa dan lain-lain sehingga setiap keluarga dan masyarakat mengandung risiko untuk
ketularan penyakit DBD. Obat untuk penyakit DBD belum ada, dan vaksin untuk
penyakit ini adalah dengan memberantas nyamuk aedes aegypti. (Depkes RI, 1996).
Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah sistem sirkulasi.
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus
distivus dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, system sirkulasi merupakan sarana
untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ginjal, paru-paru dan kulit yang
1. Jantung
3
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan
jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan
otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar
kemauan kita. Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
(pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak
runcing yang disebut apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada sebelah
depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan
pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosta V dan VI dua jari dibawah papilla
mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung yang disebut iktus kordis.
Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-
2. Pembuluh Darah
a. Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa
darah keseluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar
yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding
yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan. Arteri yang
paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, garis tengahnya
disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler).
Arteri mendapat darah dari darah yang mengalir didalamnya tetapi hanya untuk
tunika intima. Sedangkan untuk lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh
b. Vena
4
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan
pembuluh darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena
kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya untuk mencegah darah agar tidak
kembali lagi. Vena-vena yang ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis.
Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut dengan venolus yang selanjutnya
menjadi kapiler.
c. Kapiler
halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan
endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu; rambut, kuku, dan
sel jaringan. Oleh karena itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair disebut plasma
dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah keadaannya tidak tetap
Oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida
warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas
tubuh. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-
kira 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap
orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
5
Fungsi darah :
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
2.3 KLASIFIKASI
2.4 ETIOLOGI
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk. Beberapa pasien demam berdarah terus berkembang menjadi demam berdarah
dengue (DBD) yang berat. Biasanya demam mulai mereda pada 3-7 hari setelah onset
gejala. Pada pasien juga bisa didapatkan tanda peringatan (warning sign) yaitu sakit
6
perut, muntah terus-menerus, perubahan suhu (demam), perdarahan, atau perubahan
status mental (mudah marah, bingung). Menurut WHO kriteria demam berdarah dengue
pembuluh darah.
– 7 hari kemudian kembali turun menuju suhu yg normal atau bisa lebih rendah.
Diikuti dengan berlangsung demam, beberapa gejala klinik yang tidak spesifik dapat
muncul misalnya anoreksia, adanya nyeri punggung , nyeri tulang dan pula nyeri
2. Perdarahan, umumnya dapat terjadi pada hari ke 2 disaat demam & umumnya
terjadi pada kulit & dapat di dukung dengan hasil uji tocniquet yg positif mudah
3. Hepatomegali, Ketika demam pertama kalinya muncul biasanya hati sudah bisa
teraba, meski pada anak yg kurang gizi hati juga sudah diraba. apabila terjadi
peningkatan dari hepatomegali & hati telah teraba kenyal harus di perhatikan
4. Renjatan (Syok), Syok umumnya dapat terjadi pada hari ke 3, dimulai dengan
beberapa tanda kegagalan sirkulasi yakni kulit terasa lembab, merasa dingin pada
ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta adanya sianosis disekitar mulut. Apabila syok
terjadi ketika masa demam maka biasanya akan menunjukan prognosis yang amat
buruk.
7
2.6 PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh
darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke interstitial
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani, 2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik di kulit seperti
petekia atau perdarahan di mukosa mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut
dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto, 2006).
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau
bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
2005).
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura,
dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
9
2.7 PATHWAY DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER
10
2.8 KOMPLIKASI
a. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak
DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis
pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang
menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah otak.
akut.
Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka bila syok
telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03- dan jumlah
cairan harus segera dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan
larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan
dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran
cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila terdapat disfungsi hati, maka
diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan >
jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit.
tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah)
untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau
komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu dilakukan tranfusi
tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam amino rantai pendek.
11
b. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik
walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah
dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml /
kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik, sedangkan
volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat
sering kali dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan
c. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai
panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena
perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari
ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya
pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan
12
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk
demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock syndrome. Komplikasi paling
a) Dehidrasi
b) Pendarahan
c) Jumlah platelet yang rendah
d) Hipotensi
e) Bradikardi
f) Kerusakan hati
a) Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal: pria 40-
b) Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan
systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-
anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.
c) Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai kertas
saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien masuk rumah sakit,
kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah
pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai
untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita yang
13
2.10 PENATALAKSANAAN
Untuk penderita DHF sebaiknya dirawat dikamar yang bebas nyamuk (berkelambu)
untuk membatasi penyebaran. Perawatan kita berikan sesuai dengan masalah yang ada
adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri epigastrium,
Perawat: istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada nafsu makan dianjurkan
umum, suhu, tensi, nadi dan perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit,
pemberian obat-obat antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi
sekunder
b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan hemaesis.
Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara, bila
penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi
hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak
terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin
menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan
14
c. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung menurun, penderita
Perawatan: mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan posisi terlentang denan
kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara pakaian yang ketat dilonggarkan,
bila ada lender dibersihkan dari mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-
meneris dan jangan ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin
berikan transfusi atas izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang selin
a) Menggunakan insektisida
adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk
atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke
dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih,
dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
b) Tanpa insektisida
Caranya adalah: Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
verifikasi, komunikasi dan data tentang pasien. Pengkajian ini didapat dari dua tipe
yaitu data subyektif dan persepsi tentang masalah kesehatan mereka dan data
a. Aktivitas/ Istirahat
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
Gejala: riwayat ISK, obstruksi sebelumnya, penurunan volume urin, rasa terbakar.
d. Pencernaan
16
2. Diagnosa Keperawatan
(viremia).
baring.
cairan tubuh.
trombositopenia.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan :
berkurang/ teratasi.
Kriteria hasil:
17
Intervensi :
pasien.
2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam, rasionalnya
5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal, rasionalnya
rasionalnya pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
Tujuan :
dan menghilang.
Kriteria hasil:
Pasien mengatakan nyerinya hilang, nyeri berada pada skala 0-3, tekanan darah
º º
120/80 mmHg, suhu 36,8 C-37,5 C, respirasi 16-24 x/mnt, nadi 60-100 x/mnt
(Judith, 2009).
18
Intervensi :
perkembangan/resolusi komplikasi
Tujuan :
Kriteria hasil:
Mencerna jumlah kalori dan nutrisi yang tepat, menunjukkan tingkat energi
19
Intervensi :
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan
3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, rasionalnya mengkaji
4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai dengan program
diit, rasionalnya jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
5. Ajarkan pasien dan libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai
pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual sehingga kebutuhan nutrisi
pasien tercukupi.
Tujuan :
terpenuhi
Kriteria hasil:
TD 120/80 mmHg, RR 16-24 x/mnt, Nadi 60-100 x/mnt, Turgor kulit baik, Haluaran
urin tepat secara individu, Kadar elektrolit dalam batas normal (Judith, 2009).
20
Intervensi :
dari dehidrasi.
4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa,
sirkulasi.
9. Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
21
DX 5 Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah baring.
Tujuan :
Kriteria hasil:
Pergerakan pasien bertambah luas, Pasien dpt melaksanakan aktivitas sesuai dengan
kemampuan (duduk, berdiri, berjalan), Rasa nyeri berkurang, Pasien dapat memenuhi
Intervensi :
1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien, rasionalnya
keperawatan
baik
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
3. 1 KASUS
Seorang anak perempuan berusia 12 tahun dibawa ke rumah sakit karena demam
selama 3 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan uji bendung
positif. Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan hasil nilai trombosit
54000/µl. Anak mengeluh nyeri di ulu hatinya. Berdasarkan pemeriksaan yang telah
A. Pengkajian
RESUME KEPERAWATAN
- An. B (12 Th) dibawa ke RS Thamrin dengan keluhan demam selama 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, nyeri ulu hati, terdapat bintik-bintik merah di kulit,
tidak nafsu makan, mual dan muntah, Berat badan sebelum sakit : 42 kg, sesudah
sakit : 39 kg. Setelah dilakukan pemeriksaan TTV didapat hasilnya, yaitu : TD:
MASALAH KEPERAWATAN :
(viremia).
DO :
- Terdapatdbintik-bintik
merah di kulit.
- Hasil TTV :
S: 40˚C
N: 68x/menit,
R: 20x/menit,
S: 40˚C
- Hasil Lab :
Hematokrit : 41 %
Trombosit: 54.000/µl
24
2. DS : Gangguan Peningkatan asam
DO : b/d mual,
- Berat badan
Sebelum sakit : 42 kg
Sesudah sakit : 39 kg
25
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan :
berkurang/ teratasi.
Kriteria hasil:
Intervensi :
pasien.
2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam, rasionalnya
5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal, rasionalnya
rasionalnya pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
26
Evaluasi
Objektif :
- Hasil TTV : Suhu 37,5 º C, Tekanan darah 115/70 mmHg, Respirasi 20 x/mnt,
Nadi 76 x/mnt.
4. Menjaga lingkungan tempat tinggal agar tetap bersih dan perbaiki tempat
tempat penampungan air, mengosongkan air yang tergenang dari ban bekas,
Tujuan :
Kriteria hasil:
Mencerna jumlah kalori dan nutrisi yang tepat, menunjukkan tingkat energi
27
Intervensi :
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan
3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, rasionalnya mengkaji
4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai dengan program
diit, rasionalnya jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
5. Ajarkan pasien dan libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai
pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual sehingga kebutuhan nutrisi
pasien tercukupi.
Evaluasi :
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan
menyebabkan kematian pada banyak orang penyakit ini di sebabkan oleh virus dengue
dan di tularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini tersebar luas di rumah-rumah,
sekolah dan tempat-tempat umum lainnya seperti tempat ibadah, restoran, kantor, balai
desa dan lain-lain sehingga setiap keluarga dan masyarakat mengandung risiko untuk
ketularan penyakit DBD. Obat untuk penyakit DBD belum ada, dan vaksin untuk
4.2 SARAN
Dengan selesainya makalah ini diharapkan kepada para pembaca agar dapat lebih
memperdalam lagi pengetahuan tentang dengue hemmorhaegic fever (dbd) khususnya
dibidang keperawatan agar lebih optimal dalam memberikan asuhan keperawatan yang
baik.
29
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC
Amin Huda dkk (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &.
Sumber Internet
http://eprints.undip.ac.id/46793/3/Ni_Putu_Nova_Henilayati_22010111120039_Lap.KTI_
BAB_2.pdf
http://digilib.unila.ac.id/15803/13/BAB%20II.pdf
http://eprints.ums.ac.id/31753/2/05._BAB_II.pdf
http://askep.club/laporan-pendahuluan-dhf/
Diakses pada hari Sabtu,10 Maret 2018 Pukul 16:04
30