Sie sind auf Seite 1von 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam berdarah dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dapat
menyerang semua orang dan merupakan salah satu penyebab kematian terutama pada anak
(Susilaningrum dkk, 2013). Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) sering
menyerang pada anak karena terutama pada anak usia kurang dari tujuh tahun belum dapat
membentuk kekebalan tubuh sendiri, aktivitas anak lebih banyak diluar rumah pada siang
hari, sedangkan nyamuk aedes aegypti biasanya menggigit pada siang hari (Slamet dalam
Nengrum, 2014).
Kementerian kesehatan RI mencatat jumlah penderita Dengue Haemorrhagic fever
(DHF) di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 13.219 orang penderita
DHF dengan jumlah kematian 137 orang. Proporsi penderita terbanyak yang mengalami
DHF di Indonesia ada pada golongan anak-anak usia 5-14 tahun, mencapai 42,72% dan
yang kedua pada rentang usia 15-44 tahun, mencapai 34,49% (Depkes RI, 2016). Penyakit
ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang
orang dewasa tahun 2014 penderita DHF di Kabupaten Mojokerto 49 penderita, dengan
rincian laki-laki sebanyak 28 penderita dan perempuan sebanyak 21 penderita. Tidak ada
kasus penderita yang meninggal dunia. Pada tahun 2013 penderita. DHF sebanyak 59
penderita dan yang meninggal sebanyak 4 orang. Terjadi penurunan kasus DHF dari tahun
2013 ke tahun 2014 (Dinkes Mojokerto, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang di
lakukan pada tanggal 28 februari 2017 di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto di
dapatkan data rekam medik dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dengan jumlah 341 pasien
dengan rentang usia 1-6 tahun sebanyak 27% usia 6-10 tahun sebanyak 24% usia 10-18
tahun sebanyak 49% yang menderita penyakit Dengue Haemorrhagic fever (DHF).
Faktor penyebab terjadinya DHF adalah virus dengue yang di sebabkan oleh
gigitan nyamuk aedes aegypti. dengan adanya genangan air bersih menjadi tempat
perkembangbiakan larva nyamuk aedes aegypti, dan kurangnya pengetahuan masyarakat
menyebabkan seringnya terjadi epidemis dengue, (Malela dalam Umbor, 2016). Sebagian
besar penderita menunjukan gejala menimbulkan demam yang tidak khas. Tanda dan
gejala demam dengue (DD) yang klasik antara lain berupa demam tinggi yang terjadi
mendadak, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata (retro-orbital), rasa sakit pada otot dan
tulang, lemah badan, muntah, sakit tenggorokan, ruam kulit makulopapuler. Beratnya nyeri
otot dan tulang yang dialami penderita menyebabkan demam dengue dikenal sebagai

1
demam patah tulang (breakbone fever) (Soedarto, 2012). Komplikasi Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) biasanya berhubungan dengan syok yang berat dan
memanjang dan perdarahan berat. Pemberian cairan yang berlebihan selama fase
kebocoran plasma dapat berakibat efusi massif, yang berujung pada gagal nafas, Dapat
terjadi gangguan elektrolit/metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia, atau
terkadang hiperglikemia (Tjokroprawiro, 2015).

1.2 Tujuan
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa, khususnya
mahasiswa S1 keperawatan, mampu memahami ilmu asuhan keperawatan demam berdarah
dengue pada anak.

1.3 Metode Penulisan


Metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola
deskripsi, yakni memaparkan serta menjelaskan kembali apa yang telah kami dapat dan
telah kami pelajari sebelumnya dari berbagai sumber yang telah kami padukan menjadi
satu rangkaian berdasarkan pemahaman kami, agar mahasiswa dapat mengerti dan
memahami tentang ilmu asuhan keperawatan anak dengan demam berdarah dengue. Ada
pula metode penulisan untuk sumber yang kami dapatkan adalah dengan mencari referensi
buku keperawatan mengenai masalah yang terjadi berdasarkan materi yang kami perlukan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 PENGERTIAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Demam

Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan

ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus,

yang ditandai dengan : Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung

terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan, termasuk uji Tourniquet positif,

trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/µl), hemokonsentrasi (peningkatan

hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa perbesaran hati. (Depkes RI, 2005).

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan

menyebabkan kematian pada banyak orang penyakit ini di sebabkan oleh virus dengue

dan di tularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini tersebar luas di rumah-rumah,

sekolah dan tempat-tempat umum lainnya seperti tempat ibadah, restoran, kantor, balai

desa dan lain-lain sehingga setiap keluarga dan masyarakat mengandung risiko untuk

ketularan penyakit DBD. Obat untuk penyakit DBD belum ada, dan vaksin untuk

pencegahannya juga belum ada, sehingga satu-satunya cara untuk memberantas

penyakit ini adalah dengan memberantas nyamuk aedes aegypti. (Depkes RI, 1996).

2.2 ANATOMI FISIOLOGI

Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah sistem sirkulasi.

Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus

distivus dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, system sirkulasi merupakan sarana

untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ginjal, paru-paru dan kulit yang

merupakan tempat ekskresi pembuluh darah, dan darah.

1. Jantung
3
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan

jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan

otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar

kemauan kita. Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul

(pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak

runcing yang disebut apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada sebelah

depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan

pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosta V dan VI dua jari dibawah papilla

mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung yang disebut iktus kordis.

Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-

kira 250-300 gram.

2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah ada 3 yaitu :

a. Arteri

Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa

darah keseluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar

yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding

yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan. Arteri yang

paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, garis tengahnya

kira-kira 1-3cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang keseluruhan tubuh yang

disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler).

Arteri mendapat darah dari darah yang mengalir didalamnya tetapi hanya untuk

tunika intima. Sedangkan untuk lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh

darah yang disebut vasa vasorum.

b. Vena

4
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari

bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan

pembuluh darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena

kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya untuk mencegah darah agar tidak

kembali lagi. Vena-vena yang ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis.

Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut dengan venolus yang selanjutnya

menjadi kapiler.

c. Kapiler

Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang sangat

halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan

endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu; rambut, kuku, dan

tulang rawan. Pembuluh darah rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-

sel jaringan. Oleh karena itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat

makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar sel.

3. Darah

Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair disebut plasma

dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah keadaannya tidak tetap

bergantung pada banyaknya.

Oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida

warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas

dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme didalam

tubuh. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-

kira 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap

orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.

5
Fungsi darah :

1) Sebagai alat pengangkut

2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan

perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat antiracun.

3) Mengatur panas keseluruh tubuh. Adapun proses pembentukan sel darah

terdapat tiga tempat yaitu: sumsung tulang, hepar, dan limpa.

2.3 KLASIFIKASI

Klasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya dibagi menjadi 4 golongan, yakni :


 Derajat I
Adanya demam disertai dengan gejala klinis lain, tanpa adanya perdarahan spontan.
biasanya mengalami panas sekitar 2-7 hari, Uji tourniquet hasilnya ialah positif,
trombositipenia, & hemokonsentrasi.
 Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan adanya beberapa gejala perdarahan spontan
seperti adanya petekie, hematemesis, ekimosis, perdarahan gusi, melena, dan ditemukan
pula adanya perdarahan pada kulit.
 Derajat III
Ditandai oleh adanya gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah & cepat
(>120x/mnt) tekanan nadi sempit , tekanan darah mengalami penurunan.
 Derajat IV
Nadi tidak teraba sama sekali, tekanan darah juga tidak teratur, anggota gerak/akral
teraba dingin, berkeringat & kulit tampak pucat/biru.

2.4 ETIOLOGI
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh

nyamuk. Beberapa pasien demam berdarah terus berkembang menjadi demam berdarah

dengue (DBD) yang berat. Biasanya demam mulai mereda pada 3-7 hari setelah onset

gejala. Pada pasien juga bisa didapatkan tanda peringatan (warning sign) yaitu sakit

6
perut, muntah terus-menerus, perubahan suhu (demam), perdarahan, atau perubahan

status mental (mudah marah, bingung). Menurut WHO kriteria demam berdarah dengue

ialah demam yang berlangsung 2-7 hari, terdapat manifestasi perdarahan,

trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3), dan peningkatan permeabilitas

pembuluh darah.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


1. Demam, biasanya terjadi dengan cara yang mendadak berlangsung dalam waktu 2

– 7 hari kemudian kembali turun menuju suhu yg normal atau bisa lebih rendah.

Diikuti dengan berlangsung demam, beberapa gejala klinik yang tidak spesifik dapat

muncul misalnya anoreksia, adanya nyeri punggung , nyeri tulang dan pula nyeri

persendian, nyeri kepala serta rasa lemah juga dapat menyertainya.

2. Perdarahan, umumnya dapat terjadi pada hari ke 2 disaat demam & umumnya

terjadi pada kulit & dapat di dukung dengan hasil uji tocniquet yg positif mudah

terjadi adanya perdarahan pada vena, purpura dan petekia.

3. Hepatomegali, Ketika demam pertama kalinya muncul biasanya hati sudah bisa

teraba, meski pada anak yg kurang gizi hati juga sudah diraba. apabila terjadi

peningkatan dari hepatomegali & hati telah teraba kenyal harus di perhatikan

kemungkinan akan adanya tejadi sebuah renjatan pada penderita.

4. Renjatan (Syok), Syok umumnya dapat terjadi pada hari ke 3, dimulai dengan

beberapa tanda kegagalan sirkulasi yakni kulit terasa lembab, merasa dingin pada

ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta adanya sianosis disekitar mulut. Apabila syok

terjadi ketika masa demam maka biasanya akan menunjukan prognosis yang amat

buruk.

7
2.6 PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal

tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga

menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, Histamin) terjadinya:

peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh

darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke interstitial

yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan

produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani, 2011).

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik di kulit seperti

petekia atau perdarahan di mukosa mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan

kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut

dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto, 2006).

Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk

aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita

mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau

bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi

pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali).

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus

antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3

dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan

histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas

dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke

ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan

kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia

serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%)


8
menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai

hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Noersalam,

2005).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan

ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura,

dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui

infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan

kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi

kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,

sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami

kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa

mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul

anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan

baik (Murwani, 2011).

9
2.7 PATHWAY DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

10
2.8 KOMPLIKASI
a. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang

berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak

disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau

perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati

DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis

pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang

menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah otak.

Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati

akut.

Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka bila syok

telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03- dan jumlah

cairan harus segera dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan

larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan

dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran

cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila terdapat disfungsi hati, maka

diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan >

80 mg. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi

jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit.

Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk

mengurangi produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Usahakan

tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah)

untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau

komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu dilakukan tranfusi

tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam amino rantai pendek.
11
b. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat

dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik

walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan

menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah

teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah

dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml /

kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik, sedangkan

volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat

sering kali dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan

peningkatan kadar ureum dan kreatinin.

c. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian

cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai

panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena

perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari

ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya

melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit),

pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan

ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.

12
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk

demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock syndrome. Komplikasi paling

serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut :

a) Dehidrasi
b) Pendarahan
c) Jumlah platelet yang rendah
d) Hipotensi
e) Bradikardi
f) Kerusakan hati

2.9 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut (Murwani, 2011) :

a) Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal: pria 40-

50%; wanita 35-47%

b) Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan

systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-

anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.

c) Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai kertas

saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien masuk rumah sakit,

kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah

pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai

menunggu saat pengiriman.

d) Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringan-jaringan

untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita yang

meninggal melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.

13
2.10 PENATALAKSANAAN
Untuk penderita DHF sebaiknya dirawat dikamar yang bebas nyamuk (berkelambu)

untuk membatasi penyebaran. Perawatan kita berikan sesuai dengan masalah yang ada

pada penderita sesuai dengan beratnya penyakit.

a. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan elektrolit karena

adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri epigastrium,

dan perputaran bola mata.

Perawat: istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada nafsu makan dianjurkan

minum yang banyak 1500-2000cc/hari), diberi kompres dingin, memantau keadaan

umum, suhu, tensi, nadi dan perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit,

pemberian obat-obat antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi

sekunder

b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan hemaesis.

Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara, bila

penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi

hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak

terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin

membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan sesuai

dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan infus, jangan

menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan

pendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan keperawatan, bila keadaan

memburuk segera lapor dokter.

14
c. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung menurun, penderita

mengalami pre shock/ shock.

Perawatan: mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan posisi terlentang denan

kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara pakaian yang ketat dilonggarkan,

bila ada lender dibersihkan dari mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-

meneris dan jangan ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin

berikan transfusi atas izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang selin

perhatian kebersihan kulit juga pakaian bersih dan kering.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

a) Menggunakan insektisida

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue

adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk

membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan

atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke

dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih,

dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.

b) Tanpa insektisida

Caranya adalah: Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air

minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari); Menutup

tempat penampungan air rapat-rapat; Membersihkan halaman rumah dari kaleng

bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

2.11 ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER


15
1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

verifikasi, komunikasi dan data tentang pasien. Pengkajian ini didapat dari dua tipe

yaitu data subyektif dan persepsi tentang masalah kesehatan mereka dan data

obyektif yaitu pengamatan/pengukuran yang dibuat oleh pengumpulan data.

Berdasarkan klasifikasi NANDA (Herdman, 2010), fokus pengkajian yang harus

dikaji tergantung pada ukuran, lokasi, dan etiologi :

a. Aktivitas/ Istirahat

Gejala: keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya, pekerjaan

dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi.

b. Sirkulasi

Tanda: peningkatan TD, HR, nadi, kulit hangat dan kemerahan.

c. Eliminasi

Gejala: riwayat ISK, obstruksi sebelumnya, penurunan volume urin, rasa terbakar.

Tanda: oliguria, hematuria, piouria, perubahan pola berkemih.

d. Pencernaan

Tanda: mual-mual, muntah.

16
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut NANDA (Herdman, 2010) :

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit

(viremia).

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual, muntah, anoreksi.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma.

5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah

baring.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume

cairan tubuh.

7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan menurut NIC dan NOC (Judith, 2009) :

DX 1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dapat

berkurang/ teratasi.

Kriteria hasil:

Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman, Suhu 36,8 º C - 37,5 º C, Tekanan

darah 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/mnt, Nadi 60-100 x/mnt.

17
Intervensi :

1. Kaji saat timbulnya demam, rasionalnya untuk mengidentifikasi pola demam

pasien.

2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam, rasionalnya

tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam), rasionalnya

peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga

perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

4. Berikan kompres hangat, rasionalnya dengan vasodilatasi dapat meningkatkan

penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.

5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal, rasionalnya

pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter,

rasionalnya pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

DX 2 Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat berkurang

dan menghilang.

Kriteria hasil:

Pasien mengatakan nyerinya hilang, nyeri berada pada skala 0-3, tekanan darah

º º
120/80 mmHg, suhu 36,8 C-37,5 C, respirasi 16-24 x/mnt, nadi 60-100 x/mnt

(Judith, 2009).

18
Intervensi :

1. Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi), rasional

mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan/resolusi komplikasi

2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan kenyamanan,

rasionalnya lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi.

3. Berikan aktifitas hiburan yang tepat, rasional memfokuskan

4. kembali perhatian; meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi nyeri.

5. Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan, rasional keluarga akan

membantu proses penyembuhan dengan melatih pasien relaksasi.

6. Ajarkan pasien teknik relaksasi, rasionalnya relaksasi akan memindahkan rasa

nyeri ke hal lain.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik, rasionalnya

memberikan penurunan nyeri.

DX 3 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual, muntah, anoreksia

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perubahan

status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.

Kriteria hasil:

Mencerna jumlah kalori dan nutrisi yang tepat, menunjukkan tingkat energi

biasanya, berat badan stabil atau bertambah (Judith, 2009).

19
Intervensi :

1. Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien, rasional mengetahui

kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.

2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan

yang dapat dihabiskan oleh pasien, rasional mengidentifikasi kekurangan dan

penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, rasionalnya mengkaji

pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).

4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai dengan program

diit, rasionalnya jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam

pencernaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

5. Ajarkan pasien dan libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai

indikasi, rasionalnya meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi

kepada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual, rasionalnya

pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual sehingga kebutuhan nutrisi

pasien tercukupi.

DX 4 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

kapiler, perdarahan, muntah dan demam.

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan

terpenuhi

Kriteria hasil:

TD 120/80 mmHg, RR 16-24 x/mnt, Nadi 60-100 x/mnt, Turgor kulit baik, Haluaran

urin tepat secara individu, Kadar elektrolit dalam batas normal (Judith, 2009).

20
Intervensi :

1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital, rasionalnya

hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi

2. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul, rasionalnya pernapasan

yang berbau aseton berhubungan dengan pemecahan asam aseto-asetat dan

harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi

3. Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya, rasionalnya merupakan indicator

dari dehidrasi.

4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa,

rasionalnya demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi.

5. Pantau masukan dan pengeluaran cairan, rasionalnya memberi perkiraan akan

cairan pengganti, fungsi ginjal, dan program pengobatan.

6. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam

batas yang dapat ditoleransi jantung, rasionalnya mempertahankan volume

sirkulasi.

7. Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung, rasionalnya

kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah sehingga kekurangan

cairan dan elektrolit.

8. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi

tidak teratur, rasionalnya pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat

berpotensi menimbulkan kelebihan beban cairan

9. Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau

pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K), rasionalnya mempercepat proses

penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan cairan.

21
DX 5 Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah baring.

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat mencapai

kemampuan aktivitas yang optimal.

Kriteria hasil:

Pergerakan pasien bertambah luas, Pasien dpt melaksanakan aktivitas sesuai dengan

kemampuan (duduk, berdiri, berjalan), Rasa nyeri berkurang, Pasien dapat memenuhi

kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan (Judith, 2009).

Intervensi :

1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien, rasionalnya

mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas, rasionlanya pasien

mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan

keperawatan

3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui

kemampuan, rasionalnya melatih otot – otot kaki sehingga berfungsi dengan

baik

4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya, rasionalnya agar kebutuhan

pasien tetap dapat terpenuhi.

5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter (pemberian analgesic),

rasionalnya analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri.

22
BAB III
TINJAUAN KASUS

3. 1 KASUS

Seorang anak perempuan berusia 12 tahun dibawa ke rumah sakit karena demam

selama 3 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan uji bendung

positif. Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan hasil nilai trombosit

54000/µl. Anak mengeluh nyeri di ulu hatinya. Berdasarkan pemeriksaan yang telah

dilakukan, anak dinyatakan menderita demam berdarah dengue.

A. Pengkajian

RESUME KEPERAWATAN

- An. B (12 Th) dibawa ke RS Thamrin dengan keluhan demam selama 3 hari

sebelum masuk rumah sakit, nyeri ulu hati, terdapat bintik-bintik merah di kulit,

tidak nafsu makan, mual dan muntah, Berat badan sebelum sakit : 42 kg, sesudah

sakit : 39 kg. Setelah dilakukan pemeriksaan TTV didapat hasilnya, yaitu : TD:

100/50mmHg, N: 68x/menit, R: 20x/menit, S: 40˚C dan pada pemeriksaan

laboratorium didapat hasil sebagai berikut : Trombosit: 54.000/µl (terjadi

trombositopenia karna trombosit <100.000/µl), Hematokrit : 41 %, terdapat

manifestasi perdarahan setelah dilakukan uji bendung positif, dan terdapat

hepatomegali (pembesaran hati) saat dilakukan pemeriksaan fisik.

MASALAH KEPERAWATAN :

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit

(viremia).

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan mual, muntah, anoreksi.


23
B. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1. DS : Peningkatan Viremia (Adanya

An. B mengatakan : suhu tubuh Virus Dengue

demam selama 3 hari (hipertermia) dalam darah)

sebelum masuk rumah b/d proses

sakit, nyeri ulu hati penyakit.

DO :

- An. B tampak lemah

- Terdapatdbintik-bintik

merah di kulit.

- Hasil TTV :

S: 40˚C

TD: 100/50 mmHg,

N: 68x/menit,

R: 20x/menit,

S: 40˚C

- Hasil Lab :

Hematokrit : 41 %

Trombosit: 54.000/µl

24
2. DS : Gangguan Peningkatan asam

An. B mengatakan : pemenuhan lambung

- Nyeri ulu hati kebutuhan

- Tidak nafsu makan nutrisi, kurang

- Mual dan muntah dari kebutuhan

DO : b/d mual,

- An. B tampak lemas muntah

- Berat badan

Sebelum sakit : 42 kg

Sesudah sakit : 39 kg

25
C. Intervensi Keperawatan

DX 1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dapat

berkurang/ teratasi.

Kriteria hasil:

Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman, Suhu 36,8 º C - 37,5 º C, Tekanan

darah 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/mnt, Nadi 60-100 x/mnt.

Intervensi :

1. Kaji saat timbulnya demam, rasionalnya untuk mengidentifikasi pola demam

pasien.

2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam, rasionalnya

tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam), rasionalnya

peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga

perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

4. Berikan kompres hangat, rasionalnya dengan vasodilatasi dapat meningkatkan

penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.

5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal, rasionalnya

pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter,

rasionalnya pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

26
Evaluasi

Subjektif : An. B mengatakan tidak lemas lagi

Objektif :

- Hasil TTV : Suhu 37,5 º C, Tekanan darah 115/70 mmHg, Respirasi 20 x/mnt,

Nadi 76 x/mnt.

Analisa : Masalah sudah teratasi.

Perencanaan : intervensi dilanjutkan dengan memberikan discharge planning

kepada klien beserta keluarga.

1. Untuk perlindungan di rumah gunakanlah obat anti nyamuk.

2. Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup.

3. Minum yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan.

4. Menjaga lingkungan tempat tinggal agar tetap bersih dan perbaiki tempat

penyimpanan air untuk mencegah nyamuk berkembang biak dengan menutup

tempat penampungan air, mengosongkan air yang tergenang dari ban bekas,

kaleng bekas, dan pot bunga jika ada.

DX 2 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual, muntah, anoreksi.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perubahan

status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.

Kriteria hasil:

Mencerna jumlah kalori dan nutrisi yang tepat, menunjukkan tingkat energi

biasanya, berat badan stabil atau bertambah (Judith, 2009).

27
Intervensi :

1. Observasi keadaan umum pasien dan keluhan pasien, rasional mengetahui

kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.

2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan

yang dapat dihabiskan oleh pasien, rasional mengidentifikasi kekurangan dan

penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, rasionalnya mengkaji

pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).

4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai dengan program

diit, rasionalnya jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam

pencernaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

5. Ajarkan pasien dan libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai

indikasi, rasionalnya meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi

kepada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual, rasionalnya

pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual sehingga kebutuhan nutrisi

pasien tercukupi.

Evaluasi :

Subjektif : An. B mengatakan sudah nafsu makan kembali.

Objektif : BB klien naik dari 39 kg menjadi 41 kg.

Analisa : Masalah sudah teratasi.

Perencanaan : intervensi dilanjutkan dengan memberikan discharge planning

kepada klien beserta keluarga.

1. Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup.

2. Minum yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan.

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan

menyebabkan kematian pada banyak orang penyakit ini di sebabkan oleh virus dengue

dan di tularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini tersebar luas di rumah-rumah,

sekolah dan tempat-tempat umum lainnya seperti tempat ibadah, restoran, kantor, balai

desa dan lain-lain sehingga setiap keluarga dan masyarakat mengandung risiko untuk

ketularan penyakit DBD. Obat untuk penyakit DBD belum ada, dan vaksin untuk

pencegahannya juga belum ada, sehingga satu-satunya cara untuk memberantas

penyakit ini adalah dengan memberantas nyamuk aedes aegyptY.

4.2 SARAN

Dengan selesainya makalah ini diharapkan kepada para pembaca agar dapat lebih
memperdalam lagi pengetahuan tentang dengue hemmorhaegic fever (dbd) khususnya
dibidang keperawatan agar lebih optimal dalam memberikan asuhan keperawatan yang
baik.

29
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC

dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC.

Arita, Murwani.2007, Asuhan keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi. Kasus.

Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Herdman, Heather., 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta: EGC.

Amin Huda dkk (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &.

NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction.

Sumber Internet

http://eprints.undip.ac.id/46793/3/Ni_Putu_Nova_Henilayati_22010111120039_Lap.KTI_
BAB_2.pdf

Diakses pada hari Jumat, 9 Maret 2018 Pukul 17:32

http://digilib.unila.ac.id/15803/13/BAB%20II.pdf

Diakses pada hari Jumat, 9 Maret 2018 Pukul 22:45

http://eprints.ums.ac.id/31753/2/05._BAB_II.pdf

Diakses pada hari Sabtu,10 Maret 2018 Pukul 16:04

http://askep.club/laporan-pendahuluan-dhf/
Diakses pada hari Sabtu,10 Maret 2018 Pukul 16:04

30

Das könnte Ihnen auch gefallen